• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perawatan Pasca Salin Menurut Persepsi Budaya Batak Toba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perawatan Pasca Salin Menurut Persepsi Budaya Batak Toba"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PERAWATAN PASCA SALIN MENURUT PERSEPSI

BUDAYA BATAK TOBA

RITA FEBRIANTI SITORUS

105102031

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Rita Febrianti Sitorus

Perawatan Pasca Salin Menurut Persepsi Budaya Batak Toba vii + 34 + 1 tabel + 7 lampiran

ABSTRAK

Masa nifas disebut juga masa pasca salin atau puerperium ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Suku Batak Toba merupakan salah satu budaya yang ada di Indonesia dari suku Batak yang banyak ditemukan di Sumatera Utara. Dalam hal ini sangat perlu diperhatikan, tidak semua perawatan yang dilakukan menurut kebudayaan tersebut dapat diterima sepenuhnya karena tidak semua dapat menguntungkan bagi ibu dan bayinya sehingga sangat perlu perhatian untuk mengatasinya. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana perawatan ibu pasca salin menurut persepsi budaya Batak Toba. Jumlah partisipan adalah lima orang. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam dengan menggunakan tape recorder. Pengumpulan data dihentikan saat telah mencapai saturasi data. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah upaya menjaga kesehatan tubuh pada ibu suku Batak Toba yang dilakukan dengan mandi air hangat, menggunakan arang, meminum dan makan sop, menggunakan air sirih. Upaya pengeluaran darah kotor dengan cara minum bir hitam di campur kuning telur ayam kampung. Upaya pengeluaran air susu ibu (ASI) dengan cara minum dan makan bangun-bangun, minum tuak (nira) dan pelaksanaan aktivitas seksual. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan informasi bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu selama perawatan pasca salin tanpa mengabaikan aspek biopsikososial, agar tingkat kesehatan masyarakat meningkat. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian kualitatif etnografi terkait dengan masalah penelitian yang sama.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat–Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Perawatann Pasca Salin Menurut Persepsi Budaya Batak Toba”.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah bersedia mengarahkan dan membimbing.

4. Seluruh Dosen dan Staf administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Teristimewa kedua orang tua, yang tidak henti-hentinya mendoakan, memberikan dukungan, mendidik, dan membesarkan penulis dengan cinta dan kasih sayang, serta kakak dan adik yang penulis sayangi.

(5)

enulis menyadari atas kekurangan dari Karya Tulis Ilmiah ini, penulis memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk melakukan koreksi dan kritik untuk kesempurnaan laporan ini, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2011 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

E. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas ... 10

F. Konsep Budaya Dalam Perawatan Postpartum ... 11

G. Perawatan Pasca Salin Menurut Budaya Batak Toba ... 12

(7)

H. Analisa Data ... 17

I. Tingkat Kepercayaan Data ... 18

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 20

A. Hasil Penelitian ... 20

B. Pembahasan ... 27

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

A. Kesimpulan ... 33

B. Saran ... 33

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan Lampiran 2. Kuesioner Data Demografi

Lampiran 3. Panduan Wawancara

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari Program D-IV Bidan Pendidik USU Lampiran 5. Surat Balasan Penelitian dari Kelurahan

(10)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Rita Febrianti Sitorus

Perawatan Pasca Salin Menurut Persepsi Budaya Batak Toba vii + 34 + 1 tabel + 7 lampiran

ABSTRAK

Masa nifas disebut juga masa pasca salin atau puerperium ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Suku Batak Toba merupakan salah satu budaya yang ada di Indonesia dari suku Batak yang banyak ditemukan di Sumatera Utara. Dalam hal ini sangat perlu diperhatikan, tidak semua perawatan yang dilakukan menurut kebudayaan tersebut dapat diterima sepenuhnya karena tidak semua dapat menguntungkan bagi ibu dan bayinya sehingga sangat perlu perhatian untuk mengatasinya. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana perawatan ibu pasca salin menurut persepsi budaya Batak Toba. Jumlah partisipan adalah lima orang. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam dengan menggunakan tape recorder. Pengumpulan data dihentikan saat telah mencapai saturasi data. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah upaya menjaga kesehatan tubuh pada ibu suku Batak Toba yang dilakukan dengan mandi air hangat, menggunakan arang, meminum dan makan sop, menggunakan air sirih. Upaya pengeluaran darah kotor dengan cara minum bir hitam di campur kuning telur ayam kampung. Upaya pengeluaran air susu ibu (ASI) dengan cara minum dan makan bangun-bangun, minum tuak (nira) dan pelaksanaan aktivitas seksual. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan informasi bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu selama perawatan pasca salin tanpa mengabaikan aspek biopsikososial, agar tingkat kesehatan masyarakat meningkat. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian kualitatif etnografi terkait dengan masalah penelitian yang sama.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas disebut juga masa pasca salin atau puerperium ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak et al, 2005: 492).

Masa nifas adalah suatu rentang waktu yang amat penting bagi kesehatan ibu dan anak, setelah melewati masa hamil dan melahirkan. Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan awam merupakan masa nifas yang merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia (Saleha, 2009, hal. 1-2).

(12)

bayi yang dilahirkan karena bayi tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi akan meningkat. Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Oleh karena itu perawatan selama masa nifas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan (Suherni, Widyasih & Rahmawati, 2009, hal. 125).

Perawatan masa nifas memiliki kebutuhan dasar yaitu gizi, ambulasi, kebersihan diri, eliminasi, istirahat dan tidur, senam nifas, KB, pemberian asi/laktasi, perawatan payudara dan kebiasaan yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan (Suherni et al, 2009 & Saleha, 2009).

Dalam pandangan budaya, perawatan nifas dilakukan dengan perilaku dan pengetahuan yang berbeda-beda. Dimana masyarakat memiliki respon terhadap kebudayaannya yang mengatakan bahwa terbentuknya janin, kelahiran dan pasca melahirkan merupakan sesuatu yang wajar dalam kelangsungan hidup manusia (Swasono, 1998, hal. 3).

Perawatan postpartum pada masyarakat kepulauan Sangihe dan Talaud, Sulawesi Utara yang dilakukan adalah dengan mandi uap setiap hari yaitu air rebusan dari berbagai ramuan. Caranya setelah mendidih, belanga yang panas ditempatkan dibawah kursi yang diduduki dan diselimuti. Diberi minum air perasan daun pohon turi, rebusan kulit pohon ketapang dan mengkompres kepala si ibu dengan ampas daun turi (Swasono, 1998, hal. 127-128).

(13)

tiga minggu. Kemudian ibu diberi makanan bubur nasi yang dibubuhi garam serta merica berfungsi agar air susu ibu menjadi banyak (Tarigan, 1990, hal. 61).

Dalam hal ini sangat perlu diperhatikan, tidak semua perawatan yang dilakukan menurut kebudayaan tersebut dapat diterima sepenuhnya karena tidak semua dapat menguntungkan bagi ibu dan bayinya sehingga sangat perlu perhatian untuk mengatasinya (Swasono, 1998).

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap aspek budaya khususnya suku Batak Toba yang merupakan salah satu budaya yang ada di indonesia, suku Batak Toba banyak ditemukan di Sumatera Utara. Sepanjang penelusuran yang peneliti lakukan masih sedikit tentang fenomenologi perawatan pasca salin tentang budaya yang di gali secara mendalam. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti perawatan pasca salin menurut persepsi budaya Batak Toba.

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana perawatan ibu pasca salin menurut budaya Batak Toba di Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang.

C. Tujuan Penelitian

(14)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan kebidanan di Sumatera Utara untuk mengetahui dan menambah pengetahuan perawatan ibu pasca salin menurut budaya Batak Toba.

2. Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan pelayanan kesehatan tentang perawatan ibu pasca salin dan menambah wawasan pelayanan kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu pasca salin tanpa meninggalkan budaya dasar yang telah ada. Tetapi perlu di perhatikan dari aspek kesehatan.

3. Penelitian Kebidanan

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Nifas

Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak et al, 2005: 492).

Masa nifas disebut juga masa postpartum atau puerperium yaitu masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ–organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009, hal. 1).

B. Tujuan Perawatan Masa Nifas

Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis, mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu berkaitan dengan: gizi, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya,perawatan bayi, memberikan pelayanan KB (Suherni et al, 2009 & Saleha, 2009).

C. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

(16)

simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam 2 minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran dan berat serta warna dan banyaknya lokia. Involusi tersebut dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui bayinya (Prawirohardjo, 2002 & Saleha, 2009, hal 56).

Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil sampai dengan kurang 4 minggu, berat uterus setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi. Satu minggu setelah melahirkan beratnya menjadi kurang lebih 500 gram, pada akhir minggu kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu menjadi 100 gram atau kurang (Saleha, 2009, hal. 54).

Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Dua sampai tiga hari post partum akan mengeluarkan lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa–sisa selaput ketuban, sel–sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekonium. Pada hari ketiga sampai ketujuh akan mengeluarkan lokia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir . Pada hari ketujuh samai hari ke empat belas akan mengeluarkan lokia serosa berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi. Setelah 2 minggu akan mengeluarkan lokia alba berupa cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel–sel desidua (Saleha, 2009, hal. 55-56).

(17)

kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan perut pada bekas implantasi plasenta.

Perubahan pada serviks adalah menjadi sangat lembek, kendur dan terkulai. Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur–angsur luasnya berkurang, tetapi jarang kembali seperti ukuran seorang nulipara.

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alamiah. Ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai pada hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi mengisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down (mengalirkan) sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Refleks ini dapat berlangsung sampai waktu yang cukup lama (Saleha, 2009, hal.57-58).

(18)

Ligamen–ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur–angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang alat genitalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan–latihan tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan–lahan. (Saleha, 2009, hal 59).

Perubahan tanda–tanda vital pada masa nifas yaitu suhu badan hari keempat setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara 37,2oC–37,5oC. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60–80 x/menit setelah persalinan. TD < 140/90 mmHg. Tekanan Darah tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada satu sampai tiga hari post partum. Respiras pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat (Suherni et al, 2009 & Saleha, 2009).

D. Perawatan Kebutuhan Dasar Pada Masa Nifas

(19)

2009). Ibu juga dianjurkan untuk istirahat yang cukup, tidur siang dan melakukan kegiatan rumah tangga dengan perlahan-lahan.

Ambulasi dini ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbingnya berjalan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum. Kebersihan diri yaitu ibu menjaga kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, 3-4 jam supaya ganti pembalut, mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh daerah kelamin, memandikan bayi setelah 6 jam, mandikan bayi 2 kali sehari tiap pagi dan sore, mengganti pakaian bayi tiap habis mandi dan tiap kali basah, menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat, menjaga alat apa saja yang dipakai bayi tetap bersih. (Saleha, 2009)

Ibu diminta untuk BAK 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum lebih 100 cc, maka di lakukan kateterisasi dan diharapkan dapat BAB setelah hari kedua postpartum. Jika hari hari ketiga belum BAB , maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per rektal (Saleha, 2009, hal 73-74). Setelah persalinan, hampir seluruh organ tubuh berubah yang terlihat pada alat-alat kandungan seperti dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum. Oleh karena itu perlu melakukan latihan senam nifas. Kemudian pemberian ASI segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan dan ibu dianjurkan untuk menggunakan KB.

(20)

E. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Adapun kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas. Pada kunjungan pertama 6-8 jam setelah persalinan bertujuan untuk mencegah perdarahan masa nifas, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, melakukan hubungan antara bayi dan ibu (Bonding Attatcment), menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi, pemberian asi pada masa awal menjadi ibu.

Pada kunjungan ke dua 6 hari setelah persalinan bertujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal dan tidak ada bau, menilai adnya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup, makanan yang bergizi, menyusui dengan baik dan memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.

Pada kunjungan ke tiga 2 minggu setelah persalinan memiliki tujuan kunjungan yang sama dengan kunjungan ke dua.

(21)

F. Konsep Budaya Dalam Perawatan Post Partum

Menurut Koentjaraningrat (1981, hal. 5) mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan perkembangan dari bentuk jamak “budi daya”, artinya daya dari budi, kekuatan dari akal. Defenisi kebudayaan itu sebagai “keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”. Atau kebudayaan adalah keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh manusia karena pemikiran dan karyanya. (Muhammad, 2008, hal. 75).

Sistem nilai budaya adalah konsepsi-konsepsi tentang nilai yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar anggota masyarakat, dan berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi sikap mental, cara berpikir, dan tingkah laku mereka. Sistem nilai budaya tersebut adalah hasil pengalaman hidup yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama, sehingga menjadi kebiasaan yang berpola. Sistem nilai budaya yang sudah berpola itu meliputi segala aspek nilai kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat adalah pola kehidupan yang berkelompok dalam bentuk-bentuk tertentu (Muhammad, 2008).

Dimulai dari terbentuknya janin dan kelahiran bayi merupakan suatu fenomena yang wajar dalam kehidupan manusia sehingga masyarakat dengan berbagai kebudayaannya memiliki persepsi, interpretasi dan respon perilaku dalam menghadapinya dengan beraneka ragam implikasinya terhadap kesehatan (Swasono, 2009 hal 27).

(22)

tempat kelahiran berlangsung, cara-cara pencegahan bahaya, penggunaan ramu-ramuan atau obat-obatan dalam proses kelahiran, cara-cara menolong persalinan, dan pusat kekuatan dalam mengambil keputusan mengenai pertolongan serta perawatan bayi dan ibunya. (Jordan, 1993 hal 48-49).

Dari berbagai macam kelompok masyarakat di tempat yang berbeda memfokuskan perhatian mereka terhadap aspek kultural dari kehamilan hingga kelahiran menganggap kedua peristiwa tersebut sebagai tahapan kehidupan yang harus dijalani di dunia. Ketika bayi lahir, di anggap sudah berpindah dari kandungan ibu ke dunia untuk memulai hidup yang baru sebagai manusia.Begitu pula seorang ibu akan menjalankan peran baru sebagai orang tua (Swasono, 1998, hal 4).

Didalam faktor-faktor budaya mempunyai peranan penting untuk memahami sikap dan perilaku menanggapi kehamilan, kelahiran serta perawatan ibu dan bayinya. Adapun pandangan budaya mengenai hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan (Swasono, 1998, hal 27).

G. Perawatan Pasca Salin Menurut Budaya Batak Toba

1. Dapat melakukan pekerjaan ibu-ibu sehari-hari seperti memasak, mencuci pakaian dan merapikan rumah

2. Membuat arang dibawah atau disamping ibu, supaya ibu dan bayi merasa hangat dan bai tid hipotermi.

(23)

4. Memberi makanna yaitu bangun-bangun dan ayam napinadar, supaya sisa darah yang ada di rahim ibu cepat keluar dan ibu cepat sehat dan memperlancar ASI. 5. Membantu ibu untuk berkemih, mandi, dan mengganti pakaian jika ibu

menginginkannya.

H. Fenomenologi

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif Fenomenologi. Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena, penampilan dari sesuatu yang khusus (Saryono et al, 2010, hal 57). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perawatan ibu pasca salin meurut persepsi budaya Batak Toba.

B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu suku Batak Toba yang pernah melahirkan di Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang sebanyak 220 orang.

2. Sampel

(25)

a. Ibu suku Batak Toba yang pernah melahirkan bayi hidup. b. Dapat berbahasa Indonesia.

c. Bersedia menjadi partisipan dalam penelitian.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan X kelurahan Tanjung Sari kecamatan Medan Selayang. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan partisipan.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan september 2010 sampai juni 2011. Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan maret 2011 sampai Mei 2011.

E. Etika Penelitian

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik dalam penelitian ini, yaitu peneliti memberikan penjelasan kepada calon partisipan tentang tujuan, manfaat, dan prosedur dalam pelaksanaan penelitian. Apabila calon partisipan bersedia, maka calon partisipan dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan (informed

consent). Peneliti membebaskan atau tidak memaksa calon partisipan untuk

(26)

menggunakan inisial. Seluruh informasi atau data-data yang diperoleh peneliti dari partisipan tidak akan dipergunakan kecuali untuk kepentingan penelitian dan peneliti akan menjaga kerahasiaan data dan identitas partisipan.

F. Alat Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan tiga cara yaitu peneliti sendiri sebagai instrument, panduan wawancara, serta kuesioner data demografi.

Peneliti sebagai instrumen penelitian karena peneliti sebagai alat pengumpulan data. Peneliti harus mampu mengungkapkan gejala sosial dilapangan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Penelii harus mampu beradaptasi, sehingga dapat diterima oleh partisipan dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang di lingkungan partisipan. Peneliti ini menggunakan dua cara pengumpulan data yaitu: panduan wawancara mendalam (indept interview) berupa pertanyaan seputar perawatan pasca salin menurut persepsi budaya Batak Toba menggunakan tape recorder merek soni. Dan dengan bantuan kuesioner sebagai alat demografi berisi tentang data umum partisipan pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yakni: umur, agama, pendidikan, pekerjaan.

G. Prosedur Pengumpulan Data

(27)

menemui kepala Camat Medan Selayang. Kemudian menemui kepala Lurah Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Kemudian menemui kepala Lingkungan X agar mendapatkan izin untuk membantu peneliti mendapatkan partisipan sesuai kriteria yang akan diteliti dan menjelaskan tujuan dari penelitian tersebut. Kemudian peneliti menemui partisipan untuk menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan peneliti dan meminta kesediaan menjadi partisipan.

H. Analisa Data

Setelah melakukan wawancara dengan partisipan, peneliti segera melakukan transkrip hasil rekaman untuk selanjutnya dianalisa. Analisa data dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data. Adapun tahap proses analisa data dilakukan dengan cara: membaca berulang-ulang transkrip yang telah dibuat setelah itu membuat pernyataan yang penting (signifikan staitment). Mengelompokkan pernyataan-pernyataan penting yang sejenis sehingga diperoleh beberapa pernyataan-pernyataan kelompok. Membaca kembali pernyataan-pernyataan sejenis disetiap kelompok sehingga ditemukan tema dari kelompok pernyataan tersebut. Setelah diperoleh beberapa tema dari tiap-tiap kelompok, kemudian disajikan dalam bentuk narasi.

Adapun tahapan proses analisa data menggunakan langkah-langkah dari Colaizzi (1987 dalam streubert & Carpenter, 1999) sebagai berikut :

1. Memiliki gambar yang jelas tentang fenomena yang diteliti.

2. Mencatat data yang diperoleh yaitu hasil wawancara dengan partisipan, transkrip dilakukan dengan cara merubah rekaman menjadi bentuk tulisan. 3. Membaca hasil transkrip secara berulang dari semua partisipan agar peneliti

(28)

4. Membaca transkrip untuk memperoleh ide yang dimaksud partisipan yaitu berupa kata kunci dari setiap partisipan kemudian di garis bawahi pada pernyataan yang penting agar bisa di kelompokkan.

5. Menentukan arti dari setiap pernyataan yang penting dari semua partisipan. 6. Melakukan pengelompokkan data kedalam berbagai kategori untuk

selanjutnya dipahami secara utuh.

7. Peneliti mengintegrasikan hasil secara keseluruhan kedalam bentuk deskriptif naratif.

I. Tingkat Kepercayaan Data

Untuk memperoleh tingkat keabsahan atau kepercayaan hasil penelitian kualitatif, maka harus memenuhi beberapa kriteria, menurut Lincoln dan Guba (1985). Tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti berpegang kepada empat prinsip dan kriteria. Tingkat kepercayaan data yang peneliti gunakan adalah :

1. Kredibilitas

Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian ini dengan menggunakan

prolonged engagement yaitu pendekatan yang lebih mendalam kepada calon partisipan

sehingga pertisipan dan peneliti saling mengenal dan mempercayai. Peneliti melakukan pendekatan sebanyak 2 kali. Hal ini dilakukan agar peneliti dan partisipan semakin akrab, semakin terbuka sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan. Kemudian peneliti melakukan member check yaitu proses pengecekan data yang diperoleh kepada partisipan.

(29)

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data, membentuk dan mengunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Peneliti membuat catatan lengkap mulai dari awal penelitian, proses pengumpulan data, turun ke lapangan, proses wawancara, proses analisa data, proses pengujian keabsahan data, sampai proses membuat kesimpulan dari data yang di peroleh. Semua proses tersebut sebagai bukti bahwa hasil penelitian tersebut memiliki keandalan atau reliabilitas.

3. Konfirmabilitas

(30)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang bagaimana perawatan ibu pasca salin menurut persepsi budaya Batak Toba. Kelima partisipan berdomisili di Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Medan Selayang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam (In Depth Interview) menggunakan tape recorder.

4.1.1. Karakteristik Partisipan

(31)

Tabel 4.1 karakteristik Partisipan

Karakteristik Partisipan Jumlah Umur

36-57 tahun 5

Agama

Kristen 5 Pendidikan

SMA 3 Perguruan Tinggi 2 Pekerjaan

PNS 1 Ibu Rumah Tangga 4

4.1.2. Hasil Penelitian

(32)

a. Upaya menjaga kesehatan tubuh

Berbagai kelompok masyarakat juga mempunyai cara-cara tertentu dalam mengatur aktivitas-aktivitas mereka saat melakukan perawatan pasca salin. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap partisipan, suku Batak Toba mempunyai upaya menjaga kesehatan tubuh dengan cara mandi air hangat, menggunakan arang, meminum dan memakan sop dan menggunakan air sirih.

1. Mandi air hangat

Mandi dengan air hangat diketahui berdasarkan hasil wawancara dari kelima partisipan yang mengatakan bahwa mandi dengan air hangat tidak mudah masuk angin. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“Sama mandi air hangatlah supaya jangan gampang masuk angin…

Karena kalo mandi air dingin masuk angin”

(Partisipan 3)

“Ya… Eceknya mandi itu yah mandi air hangatlah kan… dua kali satu

hari”

(Partisipan 4)

“Yah… Air panas, air hangatlah gitulah… Dua kali sehari mandinya…

Pagi dan sore

(Partisipan 5)

2. Menggunakan arang

(33)

“Sesudah pulang dari rumah sakit, malam saya sudah disediakan pake

arang tidur…. Manfaatnya itu untuk memperlancar darah kita sama eee

pinggang kita biar jangan sakit”

(Partisipan 1)

“Biar kuat badan kita yak an… biar jangan gampang masuk angin….

Aaa…itulah gunanya arang itu tadi”

(Partisipan 3) “Itu fungsinya itu kan… untuk mengobati sakit pinggang. Jadi eceknya

siap mandi sore itu dipasang”

(Partisipan 4) 3. Meminum dan Makan Sop

Dari hasil wawancara diperoleh empat orang partisipan minum dan makan sop. Dinyatakan oleh partisipan berikut :

“Apa … minum sop…aaa..gitu, jadi namanya kita memakan sop

daging…!! Itu membentuk sel-sel baru dan menggantikan sel rusak”

(Partisipan 2)

“Hanya sop pun boleh….eee..merangsang kita supaya banyak

minum…mmmm… Jadi keringat segar itulah …”

(Partisipan 3)

“Nah … minuman kita dikasih sop lembu, di suruh minum itu cangkir

besar … harus di minum, nggak boleh bilah nggak bisa… supaya kita

sehat

(34)

a. Menggunakan air sirih

Dari hasil wawancara diperoleh dua orang partisipan menggunakan air sirih untuk perawatan kemaluan. Perawatan ini dilakukan agar kemaluan ibu tidak berbau. Penggunaan air sirih ini dinyatakan oleh partisipan berikut :

“baru itu kadang ada sebagian itu kan cuci pake air sirih kan…aaa..itu”

(Partisipan 4)

“Maaf, katakana kalau kita baru melahirkan baunya minta ampun….

Jadi memang kering dia, kemaluan kita cebok pake air sirih itu. Jadi

itulah terus…. Harus cuci bersih-bersih pake air sirih itu”

(Partisipan 5)

b. Upaya untuk pengeluaran darah kotor

Dari hasil wawancara diperoleh dari empat orang partisipan yang menyatakan bir hitam dicampur kuning telur ayam kampung dapat memperlancar keluar darah kotor dan menambah darah. Dinyatakan oleh partisipan berikut :

“Sesudah itu adalagi bir hitam campur telur kuning, itu ayam kampung.

Itupun juga untuk membuang darah kotor”

(Partisipan 1)

“Minum itu apa namanya bir hitam itu. Itulah bir hitam, ya kan

petambah darah”

(35)

“Minum bir hitam….aaa… dicampur telur ayam kampung ya…iya itu

dikasih itu… jadi katanya petumbuh darah”.

(Partisipan 4)

c. Upaya untuk pengeluaran air susu ibu (ASI)

Dari hasil wawancara diperoleh dua pendapat tentang apa untuk pengeluaran air susu ibu yaitu meminum dan memakan bangun-bangun.

1. Meminum dan memakan bangun-bangun

Dari hasil wawancara diperoleh seluruh partisipan meminum maupun memakan bangun-bangun. Dinyatakan oleh partisipan berikut :

“Bangun-bangun itu untuk memperlancar ASI … ditumbuk …. Perasan

airnya itu di kasih garam, di kasi asam baru diminum, hanya air

perasaannya tadi di masak dan di masak jadi sayurnya ASI itu kental …

nanti banyak air ASInya kalau diminum”

(Partisipan 4)

“Dia di cuci dulu…ditumbuk, di peras sama santan, jeruk nipis dan di

suruh langsung diminum…mmm…. Membuat air ASI banyak-banyak”

(Partisipan 5) 2. Meminum tuak (nira)

(36)

“ Tuak (nira), eee… itu nggak seberapa lama, se..semampu kita karena

dia juga memperlancar ASI”

(Partisipan 2)

Selain itu, meminum dan memakan bangun-bangun juga dapat mengeluarkan darah kotor. Hal ini dinyatakan oleh partisipan berikut :

“Sesudah itu memakannya satu, untuk membuang darah kotor makan

sayur bangun-bangun namanya”

(Partisipan 1)

“makan sayur seperti yang ku bilang seperti bangun-bangun karena

bangun-bangun itu adalah membersihkan darah-darah yang kurang

bersih dari dalam supaya itu darah kurang bersih terbuang”

(Partisipan 2)

“Memperlancar peredaran darah dan darah yang kotor habis semua

buang gitu…”

(Partisipan 3)

d. Pelaksanaan aktivitas seskaul

Dari hasil wawancara diperoleh tiga orang partisipan menyatakan pelaksanaan aktivitas seksual yaitu empat puluh dari setelah melahirkan. Hal ini dinyatakan oleh partisipan berikut :

(37)

“Oh …….. itu umumnya empat puluh hari, jadi di larang itu sebelum

empat puluh hari”

(Partisipan 4)

“Oo… itu mungkin tergantung orangnya ya…saya…ya…suami saya

mengerti sampai empat puluh hari

(Partisipan 5)

4.2. Pembahasan

Sejak hamil sampai sesudah melahirkan, seorang wanita perlu melakukan langkah-langkah perawatan agar pada saat hamil maupun setelah melahirkan berada dalam kondisi yang sehat (Mustakin, 2005). Perawatan pasca salin sangat penting di lakukan demi terjaminnya kesehatan ibu dan anak yang dilahirkannya. Walaupun persalinan berlangsung di pusat pelayanan kesehatan, RS atau klinik bersalin tidak jarnag sekembalinya ke rumah, para wanita yang baru melahirkan itu menjalani perawatan secara tradisional sesuai dengan identitas kebudayaan masing-masing. Hal ini juga biasa didapatkan pada suku Batak Toba yang masih mempertahankann tradisi leluhurnya walaupun sudah berbaur dengan kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kultur yang berbeda pula, tetapi dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa masyarakat suku Batak Toba masih memegang erat kebiasaan atau tradisi dalam perawatan ibu pasca salin. Tradisi atau kebiasaan suku Batak Toba saat merawat ibu pasca salin diketahui berdasarkan hasil wawancara dari kelima partisipan.

(38)

upaya pengeluaran darah kotor, upaya untuk pengeluaran air susu ibu dan pelaksanaan aktivitas seksual.

4.2.1. Upaya untuk menjaga kesehatan tubuh

Pada banyak kebudayaan, wanita yang baru melahirkan dianggap berada dalam kondisi dingin, berbeda halnya dengan saat ketika ia sedang hamil, yang dianggap berada dalam kondisi panas. Maka dalam kondisi dingin setelah melahirkan, sang ibu dianggap memerlukan pemanasan (Faster dan Anderson 1986 dalam Swasono, 1997).

Berdasarkan hasil penelitian, seorang ibu yang melakukan perawatan pasca salin dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan kepercayaan tradisi suku Batak Toba yang diyakini dapat menjaga kesehatan tubuh, yaitu mandi dengan air hangat. Menurut ketiga partisipan hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh.

Sedangkan mandi air hangat dapat menciptakan rasa santai. Mandi air hangat bersuhu antara 36,50C dan 400C sangat bermanfaat untuk relaksasi otot. Berendam dalam air hanagt tidak hanya bermanfaat bagi saraf-saraf permukaan melainkan juga bagi sistem saraf otonom (Pamangsah, 2008).

Kebiasaan-kebiasan yang sering juga dilakukan ibu suku batak dalam perawat post partum yaitu dengan menggunakan arang. Kebiasaan menggunakan arang ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesehatan tubuh ibu. Sehingga dapat memperkuat tubuh dan pinggang tidak terasa sakit setelah melahirkan.

(39)

Istilah-istilah tersebut antara lain : mendadang (menghangatkan), marisulu (pemanggang daging) dan im bulu habu-habuan sebagai akibat bila tidak menggunakan bara api selain itu, kebiasan mendadang ini selalu dilakukan setiap pasca persalinan.

Sebagian pandangan budaya mengenai hal-hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, meskipun petugas kesehatan mungkin menemukan suatu bentuk perilaku atau sikap yang terbukti bertentangan dan kurang menguntungkan bagi kesehatan, seringkali tidak mudah bagi mereka untuk menagdakan perubahan terhadapnya, akibat telah tertanamnya keyakinan yang melandasi perilaku dan sikap itu secara mendalam pada kebudayaan warga komunitas tersebut (Swasono, 1998).

Selain itu kebiasaan ibu suku Batak Toba dalam perawatan pasca salin adalah meminum dan memakan sop. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesehatan tubuh ibu. Menurut keempat partisipan hal ini dilakukan untuk merangsang banyak minum, mengeluarkan keringat dan tubuh menjadi sehat.

Dalam penelitian Mahriani (2008), pada etnis Tionghoa pada masa nifas memiliki kebiasaan membuat sop yang dicampur dengan timke obat bersama ayam. Obat yang dimasukkann ke dalam sup adalah Tiongkui, kritchi, tongsim, angcho, aueho, com kiong, genggeng. Khasiat dari makanan yang dibuat sop dan campuran obat ini adalah untuk memulihkan kembali kesehatan ibu.

(40)

Dalam penelitian Mahriani (2008), dapat diketahui bahwa selama masa nifas ibu etnis Tionghoa menggunakan air yang direbus dengan dauns irih kemudian digunakan dalam keadaan hangat. Menurut mereka dengan menggunakan air ini akan dapat menghilangkan bau di daerah vulva.

Menjaga kebersihan vagina harus jadi perhatian utama. Walaupun jahitan episiotomy masih terasa sakit karena vulva yang tidak dibersihkan akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Vulva (bibir kemaluan) harus selalu dibersihkan dari depan ke belakang. Apabila ada pembengkakan dapat dikompres dengan es dan untuk mengurangi rasa tidak nyaman dapat dengan duduk berendam di air hangat setelah dua puluh empat jam pasca persalinan (Vivieku, 2007).

4.2.2. Upaya untuk pengeluaran darah kotor

Untuk mengeluarkan darah kotor, dalam perawatan pasca salin ibu suku Batak Toba mempunyai kebiasaan atau tradisi yakni meminum bir hitam dengan campuran kuning telur ayam kampung. Hal tersebut diyakini untuk mengeluarkan darah kotor.

(41)

4.2.3. Upaya untuk pengeluaran ASI

Dari hasil penelitian, untuk mengeluarkan dan memperbanyak air susu ibu dalam perawatan pasca salin ibu suku Batak Toba mempunyai kebiasaan-kebiasana mengkonsumsi daun bangun-bangun.

Khasiat bangun-bangun bagi ibu pasca persalinan telah dibuktikan oleh beberapa penelitian. Penelitian Damanik tentang “manfaat tradisi dan kepercayan wanita Simalungun yang sedang menyusui dalam mengkonsumsi daun torbangun (bangun-bangun)”, menunjukkan mengkonsumsi daun. Torbangun selama satu bulan setelah melahirkan terbukti dapat meningkatkan produksi ASI, menyegarkan kondisi fisik dan dapat merangsang nafsu makan (Omtatok, 2008).

Selain itu kebiasaan ibu suku Batak Toba dalam perawatan pasca salin adalah meminum tuak yang berkhasiat untuk memperlancar air susu ibu.

Pada masyarakat Bandaneira, para wanita yang sedang menyusui kebiasaan dianjurkan untuk makan kacang hijau dan buah papaya. Kedua jenis makanan itu telah dianjurkan sejak ia hamil. Makanan lainnya yang dianjurkan adalah daun kelor dan jantung pisang yang dimasak dengan santan. Kedua bahan makanan itu, bersama dengan kacang hijau, dianggap berkhasiat untuk memperbanyak air susu ibu (Swasono, 1998).

4.2.4. Pelaksanaan Aktivitas Seksual

Untuk pelaksanaan aktivitas seksual, ibu suku Batak Toba melakukan hubungan seksual setelah empat hari post partum.

(42)
(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari kelima partisipan mengenai perawatan pasca salin menurut persepsi budaya Batak Toba didapatkan bahwa budaya Batak Toba memiliki ciri khas tersendiri tentang upaya menjaga kesehatan tubuh, upaya pengeluaran darah kotor, upaya pengeluaran air susu ibu (ASI), dan pelaksanaan aktivitas seksual.

Upaya menjaga kesehatan tubuh dilakukan dengan cara mandi air hangat, menggunakan arang, minum dan makan sop, menggunakan air sirih. Dan upaya untuk pengeluaran darah kotor dilakukan dengan cara minum bir hitam campur kuning telur ayam kampung. Untuk upaya pengeluaran ASI ibu bersuku Batak Toba juga mempunyai persepsi seperti meminum dan memakan bangun-bangun, meminum tuak (nira), dan pelaksanaan aktivitas seksual dapat dilakukan setelah empat puluh hari pasca salin.

5.2. Saran

5.2.1. Rekomendasi penelitian

(44)

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian secara kualitatif etnografi sehingga nantinya dapat ditentukan strategi pendekatan yang lebih efektif dalam memberikan pelayanan yang komprehensif khususnya pada suku Batak Toba.

5.2.2. Ilmu kebidanan

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarawati, E. R. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Bobak, Lawdermik & Jansen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas . Edisi IV. Jakarta: EGC.

Chandra, Budiman. (1995). Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: EGC.

Ibrahim, Christina S. (1996). Perawatan kebidanan (Perawatan Nifas), Jilid III. Jakarta: Bitratara.

Manik, Murniati, Sitohang, Nur A & Asiah, Nur. (2010). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Medan: Tidak Dipublikasikan.

Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Muhammad, Abdulkadir. (2008). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung : PT. Citra Aditya. Moleong, L. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mahriani. (2008). Perawatan Nifas Menurut Perspektif Etnis Tionghoa. (Skripsi). Medan: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Polit, F. 2004. Canadian Essentials of Nursing Research. Philadelphia

Pemangsah. (2008). Teknik Hydroterapi bagi Kesehatan. Dibuka pada tanggal 28 juni 2009 dari Roma, Elisha E. (2010). Penetalaksanaan Terapi Bara Api dalam Perawatan Pasca Persalinan

Menurut Budaya Batak Toba. (Skripsi). Medan: Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

Suherni, Widyasih, Hesty & Rahmawati, Anita. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.

Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.

Saryono et al. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Swasono, Mutia F. (1998). Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks

(46)

Syafrudin. (2009). Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

Stevens, Paul. (2006). Pengantar Riset. Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi III. Jakarta: Balai Pustaka.

(47)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN

Saya yang bernama Rita Febrianti Sitorus / 105 102 031 adalah mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Perawatan Postpartum Menurut Persepsi Budaya Batak Toba. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu-ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon supaya ibu mengisi kuesioner dan lembar ceklis dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan ibu.

Partisipasi ibu-ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi ibu dan semua informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini. Terimakasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Medan, 2011

Peneliti Partisipan

(48)

Lampiran 2 KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk pengisian

1. Semua pertanyaan harus di jawab

2. Berilah tanda checklist (√) pada kotak yang telah disediakan dan isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab.

3. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan satu jawaban yang sesuai menurut ibu.

1. Usia : tahun

2. Agama : ( ) Islam sebutkan ( ) Kristen

( ) Budha ( ) Hindu

3. Tingkat pendidikan : ( ) SD ( ) SLTP

( ) SMU

( ) Diploma/Perguruan Tinggi

(49)

Lampiran 3

PANDUAN WAWANCARA

1. Coba ibu ceritakan bagaimana perawatan yang ibu lakukan setelah melahirkan? 2. Mengapa ibu melakukan perawatan tersebut?

(50)

TEMA

a. Upaya untuk menjaga kesehatan tubuh 1. Mandi air hangat (P3L83, P4L7, P5L53)

2. Menggunakan arang (P1L4, P2L97, P3L83, P4L7, P5L53) 3. Meminum dan memakan sop (P2L32, P3L7, P5L20, P5L6) 4. Menggunakan air sirih (P4L9, P5L12)

b. Upaya untuk pengeluaran darah kotor

1. Bir hitam campur kuning telur ayam kampung (P1L29, P2L32, P3L12, P4L35)

c. Upaya untuk pengeluaran ASI

1. Meminum dan memakan bangun-bangun (P1L9, P2L15, P3L39, P4L5, P5L27) 2. Meminum tuak (nira) (P4L33, P5L21)

(51)
(52)
(53)
(54)
(55)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Rita Febrianti Sitorus

Tempat tanggal lahir

: Lubuk Jambi, 16 pebruari 1986

Agama

: Kristen

Nama Ayah

: Mangatas Sitorus

Nama Ibu

: Lince Sirait

Anak Ke

: Tiga

Alamat

: Teluk Kuantan- Riau

Pendidikan Formal

Tahun 1991-1992

: TK Pertiwi Teluk Kuantan

Tahun 1992-1998

: SD Negeri 002 Teluk Kuantan

Tahun 1998-2001

: SMP Negeri 7 Teluk Kuantan

Tahun 2001-2004

: SMA Negeri 1 Teluk Kuantan

Referensi

Dokumen terkait

Temuan akhir penelitian ini adalah, terdapat delapan nilai budaya, dari sembilan nilai budaya utama Batak Toba dalam cerita lisan huta silahisabungan, yaitu nilai budaya

Masyarakat batak toba di Desa margojadi Kecamatan Mesuji Timur Kabupaten Mesuji memiliki persepsi yang positif terhadap pernikahan mangain (mengangkat) marga dalam

Berdasarkan analisis data penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut : (1) Lembar Aktivitas Siswa (LAS) berbasis budaya Batak Toba dapat digunakan untuk pembelajaran

Setiap suku bangsa pasti memiliki ciri khas budaya masing-masing yang biasa disebut dengan budaya lokal, begitu juga dengan suku Batak Toba memiliki budaya lokal

Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan korelasi pemakaian kosakata budaya, sikap bahasa, dan penggunaan bahasa terhadap pemertahanan kosakata budaya Batak Toba,

Namun, salah satu nilai budaya Batak Toba yang masih di jalankan di Kecamatan Tenayan raya Kelurahan Sail adalah nilai kekerabatan, dimana orang Batak yang berada

Jadi, Makna Simbolik Ornamen Gorga Budaya Batak Toba merupakan arti mengenai lambang pada bentuk visual ornamen Gorga Batak Toba yang diaplikasikan pada rumah adat Batak Toba

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan representasi budaya Batak Toba dalam film Sang Prawira yang ditinjau dari unsur bahasa berupa dialek Toba yaitu olo-olo, attitek do