• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Kayumas Jatinom Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Kayumas Jatinom Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

0

NASKAH PUBLIKASI

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS

IV SD NEGERI 2 KAYUMAS JATINOM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh: SRI ATMINI NIM. A54B111044

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

1

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS

IV SD NEGERI 2 KAYUMAS JATINOM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh: SRI ATMINI NIM. A54B111044

Abstrak

Sri Atmini, NIM. A54B111044. Judul Skripsi: Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Numbered Heads Together pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Kayumas Jatinom Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Kayumas, Jatinom. Klaten yang diperoleh dari pembelajaran menggunakan metode Numbered Heads Together.

Subjek dalam penelitian adalah guru, kolaborator, dan siswa kelas V SD Negeri 2 Kayumas, Jatinom, Klaten tahun pelajaran 2013/2014. yang berjumlah 14 siswa dengan rincian 6 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes, dan dokumentasi. Jenis penelitian adalah tindakan kelas dengan langkah dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi. Analisis data untuk kedua data yang diperoleh dilakukan dengan deskriptif komparatif, yaitu membandingkan hasil pengamatan terhadap minat belajar dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dan terhadap nilai tes kondisi

awal, siklus I dan nilai tes siklus II, kemudian direfleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran menggunakan metode

Numbered Heads Together terjadi peningkatan motivasi belajar dengan rincian: a) ketekunan menghadapi tugas dari 20% menjadi 90% pada siklus II, b) keuletan siswa menghadapi kesulitan belajar dari siklus 15% menjadi 81%, c) adanya minat belajar siswa dari 18% menjadi 93%, d) tingkat kesenangan siswa bekerja mandiri dalam belajar dari 15% menjadi menjadi 86%, e) cepat bosan dengan tugas rutin dari 15% menjadi 88%, f) mempertahankan pendapat dari 20% menjadi 86%, g) tidak mudah melepas hal yang diyakini dari 18% menjadi 93%, dan h) senang memecahkan soal-soal dari 20% menjadi 90%, sedangkan rata-rata hasil belajar naik 24,5% dari kondisi awal 63,6 menjadi 84,2. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan metode numbered heads together dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Kayumas, Jatinom, Klaten tahun pelajaran 2013/2014.

(5)

2 Pendahuluan

Untuk menghasilkan generasi bangsa yang cerdas dan berbudi, maka guru perlu mendukung secara aktif proses belajar yang dialami oleh anak didik. Salah satu caranya dengan memberikan materi secara menyenangkan bagi siswa sehingga siswa tertarik dan senang dalam belajar. Jangan sampai terjadi guru di sekolah hanya sekedar menjadi kewajiban menjalankan kurikulum, namun kehilangan daya tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang seharusnya justru menjadi objek ilmu pengetahuan tersebut.

Mata pelajaran IPS merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang harus diberikan kepada siswa termasuk siswa kelas IV sekolah dasar. Diharapkan setelah mempelajari materi ini siswa mampu mengembangkan pengetahuannya dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari IPS, siswa mampu bersikap positif kepada sesama dan bersyukur atas segala anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Untuk menghadapi tentangan tersebut, dituntut sumber daya yang handal dan mampu berkompetensi secara global, sehingga diperlukan keterampilan sitematis, logis, kreatif, dan keamanan bekerja sama yang efektif. Hal ini sangat dimungkinkan karena IPS memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas dengan lingkungan masyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Leo Agung, 2007: III). Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan analisis terhadap kondisi social masyarakat dalam menghadapi tantangan berat di masa yang akan dating, karena kehidupan masyarakat global mengalami perubahan setiap saat.

(6)

3

berikut: tekun menghadapi tugas (20%), ulet menghadapi kesulitan (15%), menunjukkan adanya minat (18%), senang bekerja mandiri (15%), cepat bosan dengan tugas rutin (15%), mempertahankan pendapat (20%), tidak mudah melepas hal yang diyakini (18%), dan senang memecahkan soal-soal (20%).

Kondisi tersebut disebabkan karena pada umumnya guru di SD Negeri 2 Kayumas menggunakan metode mengajar dan penyampaikan materi masih menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran yang dimaksud merupakan pembelajaran yang sering digunakan guru saat mengajar dan menjadi suatu kebiasaan (tradisi). Metode yang sering digunakan guru dalam mengajar adalah metode ceramah bervariasi menggunakan metode ceramah.

Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran IPS di atas salah satunya dengan memberikan inovasi dalam pembelajaran berupa strategi yang mampu melibatkan siswa secara aktif, dapat memotivasi siswa, sebagai fasilitator yang menciptakan suasana belajar mengajar yang baik, komunikatif, dan menyenangkan sehingga mampu menggali kompetensi yang dimiliki oleh siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Penerapan strategi active learning (belajar aktif) pada siswa dapat membantu ingatan (memory) siswa, sehingga siswa dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Salah satunya adalah dengan penerapan metode

cooperative learning metode Numbered Heads Together. Metode numbered heads together merupakan sebuah inovasi dari guru untuk mencoba memotivasi siswa dengan cara dibuat suatu kelompok dan setiap siswa diberi nomor kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Diharapkan nantinya dengan penerapan model ini siswa akan termotivasi untuk belajar dan hasil belajar akan meningkat serta memenuhi standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan sekolah.

(7)

4

IV SD Negeri 2 Kayumas, Jatinom. Klaten yang diperoleh dari pembelajaran menggunakan metode Numbered Heads Together.

Metode Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di ruang kelas IV SD Negeri 2 Kayumas, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten. Perbaikan dilaksanakan pada mata pelajaran IPS pada kompetensi dasar “menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat dan menghargai peninggalan sejarah di lingkungan setempat dan menjaga kelestariannya”. Waktu tindakan perbaikan untuk siklus I akan dilaksanakan pada minggu ke empat bulan Juli 2013, dan untuk siklus II akan dilaksanakan pada minggu ke lima bulan Juni 2013. Setiap siklus dilakukan dua kali pertemuan dengan waktu 2 (2 x 35 menit.

Subjek dalam penelitian adalah guru, kolaborator, dan siswa kelas V SD Negeri 2 Kayumas, Jatinom, Klaten tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian adalah 14 siswa dengan rincian 6 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau (Classroom Action Research). Menurut Wardani (2002), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaborasi antara guru kelas IV selaku peneliti dan teman sejawat.

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ada data kuantitatif yaitu data yang berujud angka-angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran atau penjumlahan, dan data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka dan biasanya berupa data verbal yang diperoleh dari pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis (Nurgiyantoro, 2002: 27). Dalam penelitian ini data kuantitatif diperoleh dari tes tertulis, sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran IPS dengan metode Numbered Heads Together.

(8)

5

Observasi dilakukan pada kelas yang dijadikan objek untuk penelitian, agar mendapatkan gambaran secara langsung pembelajaran IPS menggunakan metode

Numbered Heads Together. Menurut Suharsimi Arikunto, (2002: 127), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang berupa soal-soal tentang “Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat”. Menurut Mulyasa (2009:69), dokumentasi adalah instrumen untuk mengumpulkan data tentang peristiwa atau kejadian-kejadian masa lalu yang telah didokumentasikan. Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan adalah daftar siswa kelas IV SD Negeri 2 Kayumas dan data-data mengenai SD Negeri 2 Kayumas, Jatinom, Klaten.

Dalam penelitian ini instrumen menggunakan: Lembar observasi yang memuat motivasi siswa dan kegiatan pembelajaran siswa selama mengikuti pelajaran IPS menggunakan metode numbered heads together, soal tes berbentuk pilihan ganda (siklus I) dan isian singkat (siklus II), masing-masing berjumlah 10 soal.

Agar data dan informasi yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka validitas data perlu dilakukan. Dalam penelitian terdapat teknik triangulasi metode dan trianggulasi sumber. Trianggulasi metode, yaitu penelitian dengan menggunakan berbagai metode yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis atau sama (Sutopo, 2006: 95). Trianggulasi sumber, yaitu penelitian dengan menggunakan berbagai sumber yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis. Artinya, bahwa data yang diperoleh tidak hanya berasal dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber dan dalam beberapa situasi yang berbeda, sehingga data yang diperoleh akan terkontrol oleh data yang sama dari sumber yang berbeda (Sutopo, 2006: 93). Dalam penelitian ini dilakukan trianggulasi metode, yaitu membandingkan data dari hasil observasi, hasil tes, dan dokumentasi.

(9)

6

tes dari kondisi awal, nilai tes setelah tindakan perbaikan 1 (siklus 1) dan nilai hasil tes setelah tindakan perbaikan 2 (siklus 2), kemudian direfleksikan. Dan untuk data kualitatif yang berasal dari pengamatan, maka analisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus perbandingan juga terhadap jalannya proses pembelajaran IPS.

Indikator yang ditetapkan pada siklus ini adalah (1) semua siswa aktif dan kreatif dalam pembelajaran IPS, (2) diharapkan pada siklus II motivasi belajar siswa meningkat hingga ketekunan menghadapi menjadi 80%, ulet menghadapi kesulitan menjadi 80%, senang bekerja mandiri menjadi 80%, mempertahankan pendapat menjadi 80%, dan senang memecahkan menjadi 80%, dan (3) 80% siswa memperoleh nilai minimal KKM (70).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dari refleksi awal dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan tindakan kelas ini

didasari pada latar belakang masalah yang menunjukkan bahwa berdasarkan pengamatan penulis saat mengajar IPS di kelas IV SD Negeri 2 Kayumas, ternyata anak-anak pasif dan tidak kreatif dalam pembelajaran. Akibat dari hal tersebut ketika diadakan evaluasi hasilnya rata-rata di bawah Kriteria Ketuntatasan Minimal (KKM). Dari 14 anak baru 4 anak atau 28% siswa yang memperoleh nilai ≥ KKM (70). Setelah berdiskusi dengan teman satu sekolah ternyata ditemukan beberapa penyebab hasil evaluasi belajar IPS dibawah KKM, dan mengapa dalam proses pembelajaran IPS siswa tidak bersemangat, tidak aktif dan tidak kreatif.

(10)

7

Tindakan pada pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 18 Juli 2013 pada jam ke 1 – 2 dengan jumlah siswa 14 orang. Pembelajaran dimulai setelah semua siswa siap mengikuti pelajaran. Pada kegiatan ini guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan pertimbangan kategori. Setiap peserta didik diberi potongan kertas panjang bernomor (1 sampai dengan 14). Guru memberikan tugas dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya agar nanti ketika ditanya guru dapat menjawab/menjelaskan dengan benar. Siswa dalam kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya jawabannya. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa dengan nomor yang dipanggil menjawab pertanyaan guru secara individu. Tahap selanjutnya, tanggapan dari masing-masing kelompok yang tidak dipanggil/diberi pertanyaan, tanggapan berupa penjelasan kelompok apakah jawaban dari siswa yang dipanggil nomor kepalanya tadi sudah benar atau belum. Selanjutnya guru menunjuk/memanggil nomor yang lain untuk menjawab pertanyaan, begitu seterusnya. Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 22 Juli 2013 jam ke 3 – 4. Pada pertemuan ke 2 ini yang dibahas adalah bentuk-bentuk keragaman suku bangsa dan kebiasaan yang bermakna di masyarakat. Kegiatan dilakukan dengan membagi kepada siswa kartu-kartu bernomor yang dipakai di kepala masing-masing anak. Pada pertemuan kedua ini guru memberikan alat bantu diskusi berupa gambar-gambar yang berkaitan dengan Guru memberikan tugas dalam bentuk pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya agar nanti ketika ditanya guru dapat menjawab/menjelaskan dengan benar. Siswa dalam kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

(11)

8

sebesar 67%, mempertahankan pendapat sebesar 62%, tidak mudah melepas hal yang diyakini sebesar 69%, senang memecahkan soal-soal sebesar 76%, dan nilai rata-rata 72,14 sehingga ketuntasan belajar hanya dicapai oleh 8 anak atau 57,14%.

       Hasil refleksi menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS metode

Numbered Heads Together pada siklus I masih belum sempurna sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terlihat ketika dalam kegiatan pendahuluan, dimana guru belum dapat menyiapkan peserta didik, melakukan apersepsi, menjelaskan kompetensi yang akan dicapai, dan menjelaskan langkah-langkah penerapan metode numbered heads together dengan baik. Berdasarkan pengamatan kolaborator, guru telah dapat membentuk kelompok, membagikan nomor dan membagi materi pembelajaran dengan baik, namun untuk kegiatan memberikan tugas/pertanyaan, memberikan kesempatan siswa untuk diskusi, memastikan setiap siswa dalam kelompok paham terhadap materi dan cara memanggil siswa untuk menjawab soal masih dilakukan dengan cukup baik.

Hasil siklus II: Kegiatan yang dilakukan guru pada tahap perencanaan adalah: membuat skenario pembelajaran berupa RPP pada materi “Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat dan menjaga kelestariannya”; membuat lembar observasi tentang motivasi belajar siswa, membuat lembar pengamatan untuk pembelajaran menggunakan metode

(12)

9

masing-masing kelompok mengerjakannya agar nanti ketika ditanya guru dapat menjawab/menjelaskan dengan benar. Siswa dalam kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya jawabannya. Kegiatan berikutnya guru memanggil salah satu nomor di kepala siswa dan siswa dengan nomor yang dipanggil menjawab pertanyaan guru tadi secara individu. Tahap selanjutnya, tanggapan dari masing-masing kelompok yang tidak dipanggil/diberi pertanyaan, tanggapan berupa penjelasan kelompok apakah jawaban dari siswa yang dipanggil nomor kepalanya tadi sudah benar atau belum. Selanjutnya guru menunjuk/memanggil nomor yang lain untuk menjawab pertanyaan, begitu seterusnya hingga semua nomor terpanggil semua untuk menjawab pertanyaan dari guru. Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 28 Juli 2013 jam ke 3 – 4. Pada pertemuan kedua ini yang dibahas adalah berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat dan menjaga kelestariannya. Kegiatan dilakukan dengan membagi kepada siswa kartu-kartu bernomor untuk dipakai di kepala masing-masing anak. Pada pertemuan kedua ini guru memberikan alat bantu diskusi berupa gambar-gambar yang berkaitan dengan berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat dan menjaga kelestariannya.

    Dari hasil observasi dapat dijelaskan motivasi belajar siswa kelas IV SD

Negeri 2 Kayumas adalah sebagai berikut: ketekunan menghadapi tugas sebesar 90%, keuletan siswa menghadapi kesulitan belajar sebesar 81%, adanya minat belajar siswa sebesar 93%, tingkat kesenangan siswa bekerja mandiri dalam belajar sebesar 86%, cepat bosan dengan tugas rutin sebesar 88%, mempertahankan pendapat sebesar 86%, tidak mudah melepas hal yang diyakini sebesar 93, dan senang memecahkan soal-soal sebesar 90% dan nilai rata-rata sebesar 84,2 dengan ketuntasan belajar hanya dicapai oleh 14 anak atau 100%. Hasil refleksi menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS metode

(13)

10 Pembahasan

1. Proses Pembelajaran

Metode Numbered Heads Together merupakan suatu model pembelajaran yang diterapkan pada siwa kelas IV SD Negeri 2 Kayumas, Jatinom, Klaten sebagai upaya perbaikan proses belajar mengajar materi “memahami sejarah kenampakan alam, keragaman suku bangsa di lingkungan Kabupaten, Kota dan Provinsi”. Model ini menggunakan pendekatan permainan dalam penyampaiannya agar lebih mudah diterima oleh siswa dan dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan. Sebelum dipraktekkan di kelas guru terlebih dahulu harus membuat kartu yang diberi nomor sejumlah sesuai banyaknya siswa. Adapun peran siswa disini adalah sebagai subjek belajar yang terlibat langsung secara aktif dalam permainan dan guru sebagai fasilitator. Kartu-kartu bernomor dibuat dari kertas manila warna hijau muda, ukuran panjang dan lebar tiap kartu 5 x 40 cm untuk dapat dipasang di kepala setiap anak. Dalam memanggil nomor yang dipakai siswa, terlebih dahulu dikocok oleh guru atau salah satu siswa yang mewakili, hal ini dimaksudkan supaya semua nomor berpeluang untuk dipanggil dan setiap siswa menjadi siap semua. Jumlah siswa kelas IV SD Negeri 2 Kayumas terdapat 14 siswa, sehingga kartu yang harus dibuat sebanyak 14 kartu dengan masing-masing kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 4 untuk satu kali periode permainan 2. Motivasi Belajar

(14)

11 3. Hasil Evaluasi Belajar

Evalusi belajar siswa diukur dari penilaian yang dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung atau evaluasi melalui test soal yang berjumlah 10 soal pada masing-masing siklusnya. Pada pra siklus diperoleh rata-rata nilai 63,6, pada siklus I diperoleh rata-rata 72,1, dan pada siklus II diperoleh rata-rata 84,2 Penutup

     Berdasarkan pada hasil pembahasan, maka dapat dijelaskan bahwa melalui

pembelajaran menggunakan metode Numbered Heads Together terjadi peningkatan motivasi belajar dengan rincian: a) ketekunan menghadapi tugas dari 20% menjadi 90% pada siklus II, b) keuletan siswa menghadapi kesulitan belajar dari siklus 15% menjadi 81%, c) adanya minat belajar siswa dari 18% menjadi 93%, d) tingkat kesenangan siswa bekerja mandiri dalam belajar dari 15% menjadi menjadi 86%, e) cepat bosan dengan tugas rutin dari 15% menjadi 88%, f) mempertahankan pendapat dari 20% menjadi 86%, g) tidak mudah melepas hal yang diyakini dari 18% menjadi 93%, dan h) senang memecahkan soal-soal dari 20% menjadi 90%, sedangkan rata-rata hasil belajar naik 24,5% dari kondisi awal 63,6 menjadi 84,2. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan metode numbered heads together dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Kayumas, Jatinom, Klaten tahun pelajaran 2013/2014.

(15)

12 Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Mulyasa, 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Posdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan, dkk. 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: UGM Press.

Sutopo, HB. 2006. Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Solo: UNS.

Wardani, I.Gak. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang pengurangan pecahan dengan menggunakan pendekatan realistik di Kelas VI SD Negeri Negla Kecamatan

Comments/justifications for changes: A new conceptual model and encoding for temporal concepts is developed as part of SWE Common instead of importing ISO 19108.. The reasons for

Selanjutnya kelompok ketiga mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas tentang prestasi-prestasi yang dicapai Muhammad Arsyad al-Banjari  Kemudian kelompok 1, 2 dan 4

Data Penelitian Upaya Mengatasi Miskonsepsi Siswa Melalui Metode Pembelajaran Delikan (Dengar, Lihat, Kerjakan) Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP

perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan..  Sebagai contoh, sebuah

Scanned by CamScanner... Scanned

Pertama , periode diskursus kenabian ( Prophetic Discourse ), di mana al-Qur’an lebih suci, lebih autentik, dan lebih dapat dipercaya dibanding ketika dalam bentuk

MELALUI JALUR SELEKSI BERSAMA UJIAN MASUK POLITEKNIK NEGERI (UMPN) POLITEKNIK NEGERI MALANG TAHUN AKADEMIK 2016/2017.. PROGRAM STUDI : D3