• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desember Penanggungjawab: Melva Nababan (President dan CEO PT Osana Internasional Indonesia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Desember Penanggungjawab: Melva Nababan (President dan CEO PT Osana Internasional Indonesia)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF BERBASIS EKOSISTEM

Developing Sustainable Alternative Livelihoods (DSAL-JFPR 9160) di Kecamatan Pulau Derawan dan Kecamatan Maratua

Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur

Submitted by:

PT. Osana International Indonesia

Penanggungjawab:

Melva Nababan (President dan CEO PT Osana Internasional Indonesia)

Penyusun:

Zulhamsyah Imran, Amiruddin Tahir, Benny Osta Nababan, M. Qustam S, Zulfkifli, Patrick Sullivan, Azhar Ishaq, Iriani

Layout dan Desain:

Widaryanti

Desember 2016

(2)

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN

... 1

2. KONSEP MATAPENCAHARI BERKELANJUTAN

... 1

3. KONSEP MATA PENCAHARIAN BERBASIS EKOSISTEM

... 2

4. MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF

... 2

5. TAHAPAN PENGEMBANGAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF

... 3

6. PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN MPA PROGRAM DSAL JFPR 9160

... 6

6.1 Kelompok Jenis Usaha ...

6

6.2 Pengembangan Usaha Didasarkan Atas Analisis Potensi SDA ...

7

6.3 Masyarakat Sudah Memiliki Keahlian dan Pengetahuan Terhadap Jenis Usaha Diusulkan

... 7

6.4 Pemahaman Masyarakat Dampak Program Terhadap Kelestarian Lingkungan ...

8

7. KESIMPULAN

... 8

7.1 Kesimpulan

... 8

7.2 Rekomendasi ...

8

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar KMP dan jenis MPA yang dikembangkan... 6

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tahapan Pengembangan MPA Berdasarkan Tahapan Pendekatan ... 3

(3)

1. PENDAHULUAN

Program Developing Sustainable Alternative Livelihoods (DSAL JFPR 9160) in Coastal Fishing Communities in The Coral Triangle adalah salah satu bentuk program pemberdayaan masyarakat pesisir guna mengembangkan mata pencaharian alternatif untuk masyarakat miskin yang didanai oleh Japan Fund For Poverty Reduction (JFPR 9160) melalui Asian Development Bank (ADB) yang tertuang dalam Letter of Agreement (LOA) DSAL-JFPR 9160 pada tanggal 13 September 2013. Program ini merupakan bentuk kerjasama negara anggota dari The Southeast Asia Coral Triangle Iniative (CTI) dalam menjaga ketahanan wilayah pesisir, ekosistem kelautan dan masyarakat, terutama yang berbatasan dengan Kawasan Sulu-Sulawesi Marine Ecoregion (SSME) yang dapat menambah dukungan untuk kegiatan mata pencaharian bagi masyarakat miskin.

Pemerintah Indonesia memiliki perhatian yang serius untuk mengurangi masyarakat miskin (mengurangi kemiskinan) di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Sejak tahun 2014, bekerjasama dengan ADB telah mengembangkan proyek mata pencaharian alternatif berkelanjutan bagi masyarakat pesisir. Pada tahun 2016, program ini memasuki proses penyiapan kelompok masyarakat penerima bantuan untuk mengembangkan mata pencaharian alternatif. Program pendampingan dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas manajemen kelompok masyarakat sehingga mengembangkan mata pencaharian alternatif secara berkelanjutan.

Program DSAL JFPR 9160 dibingkai kedalam tujuan utama dan khusus. Tujuan utamanya adalah mengembangkan mata pencaharian alternatif dengan melibatkan kaum perempuan dan kelembagaan lokal berbasis ekosistem. Adapun tujuan khusus program adalah meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir, melibatkan partisipasi masyarakat pesisir dalam pengelolaan sumberdaya dan ekosistem wilayah pesisir (sumberdaya ikan, terumbu karang, mangrove, padang lamun) melalui pengembangan kegiatan matapencaharian alternatif.

Ada dua kecamatan di Kabupaten Berau yang menjadi target lokasi kegiatan. Kecamatan Pulau Derawan dipilih dengan mempertimbangan karakteristik pulau dan daratan yang telah berkembang masyarakatnya, baik dalam pemanfaatan sumberdaya ikan dan jasa-jasa ekosistem untuk berbagai kegiatan matapencaharian masyarakat pesisir. Selain lokasi ibu kota kecamatan yang terletak di pulau terluar, Kecamatan Maratua juga menjadi lokasi pilihan proyek, dikarenakan potensi jasa ekosistem untuk dikembangkan sebagai matapencaharian altenatif.

2. KONSEP MATAPENCAHARI BERKELANJUTAN

Mata pencaharian terdiri dari kemampuan (kapasitas), aset atau sumberdaya baik sumberdaya alam maupun sosial dan kegiatan atau aktivitas yang dibutuhkan untuk hidup (kehidupan). Istilah mata pencaharian yang berkelanjutan mencerminkan pergeseran menuju pendekatan yang lebih berpusat pada rakyat untuk pembangunan (Brundtland Commission Report, 1987). Suatu mata pencaharian akan berkelanjutan manakala mampu mengatasi dan memulihkan dari tekanan dan guncangan dan memelihara atau meningkatkan kemampuan dan sumberdaya baik di masa kini maupun masa depan, tanpa merusak sumber daya alam. Hal ini sejalan dengan pengertian pembangunan berkelanjutan, yaitu pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan saat tidak mengorbankan kebutuhan masa akan datang.

(4)

2

3. KONSEP MATA PENCAHARIAN BERBASIS EKOSISTEM

Konsep pengembangan mata pencaharian berbasis ekosistem mengacu pada prinsip keterpaduan antara kepentingan ekonomi dan kepentingan ekologi. Pengembangan mata pencaharian berbasis ekosistem, mengandung makna memanfaatkan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang ada di wilayah pesisir. Pengembangan mata pencaharian berbasis ekosistem merupakan suatu usaha yang dikembangkan dalam rangka mengurangi atau menghilangkan ketergantungan pada eksploitasi sumberdaya pesisir. Dalam konteks perikanan, memiliki makna reorientasi dari pengelolaan perikanan konvensional (eksploitasi sumberdaya ikan semata) menjadi pengelolaan perikanan berbasis ekosistem. Konsep pengembangan lebih diarahkan untuk memanfaatkan jasa-jasa lingkungan ekosistem pesisir ataupun meningkatkan nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan. Pengembangan mata pencaharian berbasis ekosistem memiliki dua tujuan utama, yaitu menjaga kualitas ekosistem pesisir dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat pesisir, yang dapat dikuantifikasi dalam bentuk menurunkan tingkat kemiskinan masyarakat pesisir. Terjaganya kualitas ekosistem pesisir dapat diwujudkan dengan menghentikan aktivitas destruktif dan peningkatan kualitas ekonomi masyarakat dicapai melalui pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat.

Dengan demikian, kegiatan ekonomi masyarakat eksisting (yang sedang) ataupun maupun yang akan dikembangkan harus memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam. Perkembangan pemikiran lebih lanjut konsep mata pencaharian berbasis ekosistem untuk kesejahteraan masyarakat pesisir mengarah kepada pembangunan ekonomi lokal, yang juga merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi daerah dalam lingkup lokal. Hal ini berarti bahwa arah, tujuan dan cakupan inisiatif pengembangan mata pencaharian berbasis ekosistem sejalan dengan arah, tujuan dan cakupan pembangunan ekonomi lokal, yakni :

a. Mendorong ekonomi lokal untuk tumbuh dan menciptakan tambahan lapangan kerja b. Mendayagunakan sumber daya lokal yang tersedia secara lebih baik

c. Menciptakan ruang dan peluang untuk penyelarasan suplai dan permintaan, serta d. Mengembangkan peluang-peluang baru bagi bisnis.

4. MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF

Mata pencaharian alternatif (MPA) pada prinsipnya adalah mata pencaharian yang dikembangkan untuk mencapai tujuan yang telah disebutkan, yaitu terjaganya kualitas lingkungan dan meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat. Dapat juga dikatakan bahwa MPA adalah mata pencaharian yang dikembangkan menggantikan mata pencaharian yang eksisting karena kegiatan tersebut merusak kelestarian lingkungan. Sebagai contoh, kegiatan penangkapan ikan menggunakan metode destruktif diganti dengan kegiatan penangkapan ikan yang berwawasan lingkungan, dan sebagainya. Dalam konteks ini pengembangan MPA berbasis ekosistem, berarti mengembangkan berbagai jenis mata pencaharian yang memanfaatkan ekosistem sebagai basis sumberdaya, baik dalam hal ekstraksi sumberdaya, memanfaatkan jasa-jasa lingkungan, ataupun memanfaatkan ruang yang ada di wilayah pesisir.

(5)

5. TAHAPAN PENGEMBANGAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF

Program pengembangan MPA di Kabupaten Berau ini adalah melanjutkan upaya yang telah dimulai pada tahun 2014 yang dikembangkan Pemerintah guna mengurangi kemiskinan masyarakat di wilayah pesisir. Dengan mengadopsi pendekatan Analisis Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management Analysis), maka langkah-langkah yang ditempuh dalam mengembangkan MPA di lokasi kegiatan, mencakup 4 tahapan, yaitu (1) menghimpun pengetahuan tentang mata pencaharian alternatif; (2) mengembangkan pengetahuan tentang mata pencaharian alternatif; dan (3) menyebarkan pengetahuan tentang mata pencaharian alternatif, dan (4) memanfaatkan pengetahuan tentang mata pencaharian alternatif. Secara ringkas tahapan pengembangan MPA mengikuti pendekatan manajemen pengetahuan disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1

Tahapan Pengembangan MPA Berdasarkan Tahapan Pendekatan Manajemen Pengetahuan

Tahapan Pengembangan MPA yang dilakukan adalah:

A. Menghimpun pengetahuan tentang mata pencaharian alternatif

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menghimpun informasi yang relevan dengan MPA di lokasi kegiatan. Informasi yang dihimpun juga mencakup kemampuan SDM termasuk di dalamnya keberadaan kelompok usaha.

1. Menghimpun informasi MPA yang telah dikembangkan masyarakat di Kecamatan Pulau Derawan dan Maratua. MPA yang telah dikembangkan terdiri dari:

a. Pengolahan hasil perikanan, seperti pembuatan teri, pembuatan kerupuk, amplang, abon ikan, bakso ikan.

b. Pengembangan ekowisata bahari, khususnya wisata selam c. Pengembangan kerajinan wisata bahari berupa cenderamata.

d. Pengembangan wisata bahari

2. Mengumpulkan informasi potensi sumberdaya alam dan ekonomi, serta permasalahan-permasalahan lingkungan yang ada.

3. Mengidentifikasi potensi pasar untuk produk-produk yang dihasilkan dari kegiatan pengembangan MPA.

(6)

4

4. Mengumpulkan informasi Kelompok Usaha eksisting yang ada di Kecamatan Pulau Derawan dan Maratua. Saat ini terdapat 38 kelompok yang mengembangkan 4 jenis MPA.

5. Kajian kemiskinan dan peran gender. Kajian kemiskinan dilakukan untuk mengatahui tingkat kemiskinan saat ini, yang sekaligus dijadikan baseline unutk mengetahui pencapaian keberhasilan MPA mengurangi kemiskinan pada masa yang akan datang

6. Profiling kelompok usaha. Kajian profil kelompok dimaksudkan untuk mengetahui potensi dan latar belakang setiap kelompok.

B. Mengembangkan pengetahuan mata pencaharian alternatif

Pada tahap ini dilakukan analisis dan pengembangan lebih lanjut terhadap informasi yang telah diperoleh, baik menyangkut MPA eksisting maupun terkait aspek SDM dan kelompok usaha eksisting.

1. Analisis potensi dan MPA eksisting. Dari analisis kesesuaian antara potensi sumberdaya alam di lokasi kegiatan dengan MPA yang telah dikembangkan masyarakat, diketahui terdapat beberapa jenis MPA yang bisa dikembangkan dan memiliki prospek pasar (permintaan) yang lebih baik. Prospek tersebut ditinjau dari ketersediaan sumberdaya alam dan potensi pasar serta kemampuan masyarakat mengelolanya. Dari 4 MPA eksisting di masyarakat, direkomendasikan MPA yang dikembangkan menjadi 5 jenis MPA, yaitu:

a. Pengolahan hasil perikanan, yang terdiri dari pengolahan terasi, pengolahan ikan asin, kerupuk, amplang, abon ikan.

b. Pengembangan ekowisata pantai.

c. Jasa rental alat selam dan snorkling penunjang ekowisata d. Souvenir pemanfaatkan sumberdaya pesisir.

2. Analisis kelayakan usaha setiap MPA

Analisis kelayakan usaha dan rencana bisnis termasuk di dalamnya analisis pendapatan ini meliputi keuntungan usaha, revenue cost ratio (R/C), tingkat pengembalian investasi (payback period) dan analisis titik impas (BEP) dan analisis kriteria investasi (cashflow)

3. Menyusun indikator keberhasilan dan keberlanjutan MPA. Indikator keberhasilan dan keberlanjutan disusun untuk menilai apakah program MPA mencapai hasil dan tujuan yang dicanangkan. Demikian juga, apakah konsep keberlanjutan (sustainbale livelihood) tercapai.

4. Penyusunan Kriteria Pemilihan Kelompok. Kriteria pemilihan kelompok disusun untuk menjadi panduan dalam pemilihan kelompok yang nantinya akan menjadi penerima bantuan. Kriteria pemilihan kelompok usaha dilakukan karena keterbatasan sumberdaya bantuan, sementara peminat banyak, sehingga perlu melakukan seleksi.

Kriteria pemilihan kelompok usaha juga diperlukan untuk akuntabilitas program yang mampu memberi jaminan pencapaian tujuan. Parameter utama sebagai kriteria pemilihan kelompok adalah aspek tenaga kerja, aspek teknologi, aspek produksi/bahan baku dan aspek pemasaran dan sosial.

5. Pembentukan institusi keuangan/ skema penyaluran bantuan

Pada tahap implementasi berupa penyaluran bantuan diperlukan lembaga yang akan menyalurkan bantuan kepada kelompok usaha. Lembaga ini bisa melekat pada fungsi lembaga-lembaga yang sudah ada ataupun lembaga yang dibentuk kemudian.

(7)

6. Mengembangkan potensi kemitraan bisnis

Untuk membantu kelancaran dan keberhasilan program pengembangan MPA, perlu dikembangkan kemitraan bisnis yang dapat memfasilitasi kelompok usaha dalam mengembangkan usaha. Pihak-pihak yang memiliki kompetensi dalam membantu pengembangan MPA dapat dijadikan mitra usaha.

C. Menyebarkan pengetahuan tentang mata pencaharian alternatif Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1. Pelatihan MPA

Untuk meningkatkan kemampuan anggota kelompok dalam menjalankan usahanya, dilakukan pelatihan-pelatihan teknis sesuai dengan MPA yang dikembangkan.

2. Pelatihan Penyusunan Proposal

Agar setiap kelompok dapat mengusulkan rencana kerja dan rencana anggaran operasional usaha pengembangan MPA, maka setiap kelompok diberi pelatihan penyusunan Proposal Kegiatan.

3. Pelatihan Pengelolaan Keuangan

Pelatihan manajemen keuangan diberikan kepada setiap anggota kelompok agar mereka memiliki kemampuan mengelola keuangan. Sering kali terjadi usaha kelompok mengalami kegagalan karena kegagalan dalam mengelola keuangan mereka.

4. Pelatihan manajemen kelompok/ organisasi

Pelatihan manajemen kelompok/organisasi dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan kepada anggota kelompok dalam mengelola usaha mereka. Potensi konflik yang sering muncul dalam kelompok dapat dihindari jika kelompok memiliki kemampuan mengelola usaha atau kelompok mereka.

D. Memanfaatkan pengetahuan tentang mata pencaharian alternatif 1. Pengajuan dan penilaian proposal

Faktor utama dalam dalam keberhasilan kelompok mendapatkan bantuan adalah kemampuan mereka menyusunan proposal dan rencana kerja atau usaha. Oleh karena itu, setiap kelompok perlu diberi porsi yang lebih besar dalam pelatihan penyusunan proposal, agar proposal usaha yang mereka usulkan dapat diterima oleh pemberi bantuan/hibah.

2. Penyaluran bantuan/hibah

Setelah ditetapkan Kelompok Usaha penerima bantuan, maka selanjutnya bantuan kelompok akan disalurkan. Skema bantuan serta tanggungjawab penerima bantuan akan disepakati antara pemberi bantuan (donatur).

3. Pendampingan teknis

Pendampingan teknis diberikan untuk membantu Kelompok Usaha menjalankan usahanya pada tahap awal. Diharapkan dengan pendampingan teknis, kendala teknis yang muncul dapat ditangani dengan baik, sehingga tidak mengganggu kelancaran usaha.

4. Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memberikan umpan balik untuk perbaikan program. Melalui kegiatan monitoring dan evaluasi dapat digali pembelajaran dari pelaksanaan kegiatan.

(8)

6

6. PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN MPA PROGRAM DSAL JFPR 9160 Pengembangan MPA berbasis ekosistem sebagaimana telah diutarakan sebelumnya, bertujuan untuk mengurangi tekanan terhadap ekosistem dengan memanfaatkan jasa dan potensi dan potensi sumberdaya lainnya yang ada di wilayah pesisir. Pada uraian berikut ini disajikan beberapa hal yang dapat dijadikan pembelajaran dalam pengembangan mata pencaharian alternatif.

6.1 Kelompok Jenis Usaha

Selama proses kegiatan berlangsung telah terbentuk 38 KMP MPA dengan berbagai jenis usaha yang diusulkan. Pada pembelajaran ini disajikan jenis usaha yang dikembangkan oleh 14 KMP MPA Tahap 1 yang telah mendapatkan Bantuan Pemerintah. Secara garis besar, jenis usaha yang dikembangkan dikelompok menjadi 3 jenis usaha (Tabel 1), yaitu:

a. Usaha kerajinan, melalui pembuatan berbagai jenis souvenir dengan memanfaatkan bahan baku yang selama ini dianggap sebagai limbah, yaitu kayu, tempurung kelapa, dan kerang.

b. Usaha ekowisata melalui penyediaan alat snorkling untuk dapat menikmati keindahan alam laut dan penyediaan sepeda untuk menikmati pemandangan pantai sekitar Pulau Maratua.

c. Usaha pengolahan, seperti pembuatan abon, amplang, kerupuk, terasi dengan memanfaatkan sumberdaya ikan dan udang untuk mendapatkan nilai tambah.

Dari 3 jenis usaha tersebut di atas, secara umum bahan baku utama yang digunakan oleh KMP MPA tersedia di lokasi KMP MPA berada. Dengan demikian dalam proses produksinya kendala kekurangan bahan baku dapat diatasi.

Tabel 1 Daftar KMP dan jenis MPA yang dikembangkan

No Nama KMP Desa Jenis Usaha Bahan Baku

1 Gurita Payung-Payung Ekowisata Sepeda 2 Bahaba

Lestari Teluk Alulu Ekowisata

penyewaan snorkel

Masker, pins/kaki bebek, baju selam, snorkel, dan baju pelampung

3 Hand of

Maratua Bohesilian Pebuatan souvenir Limbah batok kelapa, limbah kayu, dan limbah batang kelapa 4 Made in

Maratua Bohesilian Pebuatan souvenir Limbah tempurung kelapa dan limbah kayu

5 Wira Karya Teluk Alulu Pembuatan gantungan kunci

Tempurung kelapa, kayu, dan kulit kerang

6 Ikan Kakap P.Derawan Pembuatan

gantungan kunci Kerang dan kayu 7 Lahing

Dalawan P.Derawan Pembuatan

gantungan kunci Tempurung kelapa

8 Mella

Danakan 1 Bohesilian Pembuatan abon Ikan

Ikan pari, bawang merah, bawang putih, Lombok merah, gula merah, merica, garam, penyedap rasa

9 Matahari Payung-Payung Pembuatan bakso

ikan dan abon Ikan tenggiri 10 Maratua

Nikmat Teluk Harapan Amplang ikan

Ikan bandeng laut, tepung kanji, telur ayam, penyedap rasa, soda kue, dan minyak goreng 11 Laut Biru Tanjung Batu Pengembangan

Usaha Ikan Asin Ikan belanak dan campuran 12 Tenggiri 1 Semanting Pembuatan

kerupuk ikan

Ikan tenggiri, bandeng laut, bulan-bulan dan otek

(9)

No Nama KMP Desa Jenis Usaha Bahan Baku 13 Tenggiri 2 Semanting Pembuatan

kerupuk ikan

Ikan tenggiri, bandeng laut, bulan-bulan dan otek 14 Karya Maju

Bersama Pegat Pembuatan terasi

udang Udang rebon dan garam

6.2 Pengembangan Usaha Didasarkan Atas Analisis Potensi SDA

Pengembangan usaha oleh KMP MPA telah didasarkan atas analisis potensi sumberdaya alam. Anggota KMP MPA telah memiliki kemampuan menganalisis potensi sumberdaya yang tersedia di lokasi untuk dikembangkan. Hal ini tentunya sangat penting terutama jika dikaitkan dengan proses keberlanjutan program pengembangan MPA ini. Secara ringkas justifikasi anggota KMP MPA dalam memilih dan mengembangkan jenis usahanya adalah sebagai berikut:

a. Kelompok usaha ekowisata, yang diwakili oleh KMP MPA usaha penyewaan alat snorkling menyadari lokasi mereka memiliki keindahan laut dan belum dimanfaatkan dengan baik melalui penyediaan sarana seperti peralatan snorkling. Selain itu juga, mereka memahami bahwa usaha ini relatif mudah dilakukan. Demikian juga dengan KMP MPA usaha penyewaan sepeda, menyadari bahwa pesisir Pula Maratua yang sebagian besar telah dapat dihubungi melalui darat juga memiliki potensi wisata yang menarik, sehingga membuka peluang untuk mengembangkan penyewaan sepeda berkeliling Pulau Maratua.

b. Kelompok usaha yang diwakili oleh KMP MPA pembuatan souvenir melihat peluang usaha yang dapat dikembangkan dari ketersediaan bahan baku yang selama ini dikategorikan sampah, seperti potongan-potongan kayu dan limbah batok kelapa.

Dengan mengolah bahan-bahan tersebut menjadi gantungan kunci dan sebagainya akan memiliki nilai jual, lokasi mereka daerah kunjungan wisata.

c. Kelompok usaha yang diwakili oleh KMP MPA pengolahan dari berbagai jenis produk olahan seperti amplang, kerupuk ikan, abon ikan, dan terasi menyadari bahwa ketersediaan bahan baku yang melimpah membuka peluang untuk meningkatkan pendapatkan mereka dengan mengembangkan usaha-usaha tersebut. Usaha ini semakin baik, karena sebagian dari mereka telah berkecimpung dalam usaha pengolahan sebelum program ini digulirkan.

6.3 Masyarakat Sudah Memiliki Keahlian dan Pengetahuan Terhadap Jenis Usaha Diusulkan

Hal yang menarik lainnya yang didapatkan dalam proses pengembangan MPA ini adalah bahwa sebagian besar anggota KMP MPA telah memiliki keahlian dan keterampilan dalam mengembangkan usaha yang mereka usulkan. Keahlian tersebut, tergambar dari apa yang telah mereka utarakan dari hasil kajian MPA.

a. Anggota kelompok usaha ekowisata penyewaan snorkling misalnya, umumnya memiliki keahlian berenang, sehingga dengan keahlian ini mereka mampu memandu penyewa peralatan mereka. Anggota KMP MPA ini juga mengetahui lokasi-lokasi yang memiliki keindahan alam laut untuk kegiatan snorkling.

b. Anggota kelompok usaha pembuatan souvenir juga umumnya telah mengikuti pelatihan sebelumnya. Dengan demikian, usaha yang mereka usulkan akan mudah mereka jalankan dan kembangkan.

c. Anggota kelompok usaha pengolahan, seperti amplang, pembuatan abon, krupuk ikan, dan sebagainya umumnya telah lama melakukan usaha tersebut. Dengan adanya

(10)

8

Bantuan Pemerintah ini, mereka lebih mengarah pada pengembangan usaha yang lebih baik.

6.4 Pemahaman Masyarakat Dampak Program Terhadap Kelestarian Lingkungan Hal yang menarik lagi dari pembelajaran MPA ini adalah pemahaman masyarakat khususnya anggota KMP terhadap arti pentingnya kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam. Hal ini terlihat dari usaha-usaha yang mereka usulkan tidak ada yang memiliki implikasi terhadap perusakan lingkungan dan sumberdaya. Secara spesifik, pemahaman anggota kelompok terhadap kelestarian lingkungan sesuai dengan jenis usaha yang mereka usulkan adalah:

a. Kelompok usaha snorkling menyadari bahwa usaha mereka akan berjalan dengan baik, jika ekosistem terumbu karang terjaga dengan baik. Dengan demikian, mereka akan menghindari kegiatan-kegiatan yang merusak terumbu karang. Mereka akan berusaha menjaga agar terumbu karang tetap dalam kondisi baik. Demikian juga dengan kelompok usaha penyediaan sepeda, menyadari bahwa keindahan pantai baik pasir putih maupun ekosistem pesisirnya memiliki arti penting bagi usaha penyewaan sepeda yang mereka kembangkan.

b. Kelompok usaha pembuatan souvenir juga menyadari bahwa usaha mereka memiliki kontribusi terhadap lingkungan yaitu dengan menjaga lingkungan tidak tercemar dengan banyak sampah-sampah dari batok kelapa dan potongan-potongan kayu.

c. Kelompok usaha pengolahan berbagai jenis produk olahan juga menyadari bahwa ketersediaan bahan baku untuk usaha mereka sangat tergantung pada praktek-praktek pemanfaatkan sumberdaya yang ramah lingkungan.

7. KESIMPULAN

7.1 Kesimpulan

Dari uraian yang telah disajikan sebelumnya, hal-hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:

1. Jenis usaha yang dikembangkan oleh anggota KMP MPA dalam program pengembangan MPA berbasis ekosistem ini diusulkan dengan justifikasi akan ketersediaan sumberdaya alam dan kemampuan anggota KMP MPA melaksanakan usaha. Hal ini sejalan dengan hasil Monitoring dan Evaluasi program DSAL JFPR 9160 tentang indikasi keberlanjutan program yang dindikasikan oleh kedua hal ini.

2. Pengembangan jenis usaha yang diusulkan oleh anggota KMP MPA disadari oleh anggota KMP MPA akan pentingnya konstribusi terhadap kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam. Hal ini juga sejalan dengan hasil monitoing terkait dengan dampak program DSAL JFPR 9160 terhadap lingkungan dan kelestarian sumberdaya alam.

3. Terdapat jenis-jenis sumberdaya lainnya yang memiliki potensi dikembangkan oleh masyarakat sebagai sumber mata pencaharian alternatif seperti potensi pisang dan sukun. Kedua jenis sumberdaya ini terdapat di lokasi program DSAL JFPR 9160 dilaksanakan.

7.2 Rekomendasi

Selain hal-hal positif yang telah disajikan sebelumnya, hal-hal lain yang masih perlu ditingkatkan pada program selanjutnya, adalah:

1. Aspek pemasaran produk yang dihasilkan masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu ditingkatkan. Upaya-upaya promosi atau kerjasama atau membuat jaringan kemitraan

(11)

merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu KMP MPA dalam mengembangkan usaha mereka.

2. Terdapat beberapa KMP MPA yang merasa modal usaha yang mereka dapatkan perlu ditingkat. Upaya ini bisa dilakukan dengan melihat perkembangan dan prospek usaha yang dijalankan anggota KMP MPA. Hal yang dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait di daerah untuk turut serta dalam pengembangan usaha ini.

3. Meskipun secara umum, anggota KMP MPA telah memiliki kemampuan dan keahlian dalam menjalankan usaha mereka. Tidak menutup kemungkinan diperlukan pelatihan- pelatihan lanjutan guna lebih mengoptimalkan usaha KMP MPA.

Gambar

Tabel 1 Daftar KMP dan jenis MPA yang dikembangkan

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah,

Pajak penghasilan t erkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOM PREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN SETELAH

The obvious changes in size-class distribution of humic substances in the alkaline hindgut compart- ments, especially in the P1, and the high oxygen uptake rates of these

Kasus kematian massal ikan Gurami di Sentra Budidaya Ikan Gurami, Desa Beji, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah berdampak pada menurunnya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui isi informasi yang menarik terkait dengan permasalahan publik yang ditayangkan dalam “Apa Kabar Indonesia Malam”.. Penelitian ini

Pada balok, interaksi anatara tegangan lentur dan tegangan geser dapat merupakan tegangan normal tekan atau tarik, yang disebut sebagai tegangan utama (principle

Dalam kajian di sini, dinar atau gold dinar tidak dimaksudkan persis dengan koin dinar berikut spesifikasinya, melainkan lebih sebagai satuan atau unit ukur internasional, yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari sonogram organ hati dan kantung empedu serta ukuran atau lebar organ hati, ketebalan dinding kantung empedu, dan