• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENETAPAN TARIF JALAN TOL PANDAAN-SINGOSARI BERDASARKAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENDEKATAN ATP/WTP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENETAPAN TARIF JALAN TOL PANDAAN-SINGOSARI BERDASARKAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENDEKATAN ATP/WTP"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN TARIF JALAN TOL PANDAAN-SINGOSARI BERDASARKAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENDEKATAN ATP/WTP

Nur Hidayati, Budi Sugiarto Waloejo, Nailah Firdausiyah

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886

Email : nurrhidaa@gmail.com

ABSTRAK

Penetapan tarif jalan tol seksi Pandaan-Singosari belum mempertimbangkan kemampuan bayar pengguna jalan tol dengan latar belakang kondisi sosial ekonomi yang beragam. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tarif ideal jalan tol Pandaan-Singosari berdasarkan kondisi sosial ekonomi pengguna dengan mempertimbangkan kemampuan bayar pengguna dan kesediaan bayar pengguna. Analisis yang digunakan yaitu analisis Ability To Pay (ATP), analisis Willingness To Pay (WTP), analisis Importance Performance Analysis (IPA) dan analisis fungsi penawaran dan fungsi permintaan. Hasil penelitian pada penetapan tarif jalan tol seksi Pandaan-Singosari setiap golongan jenis kendaraan berada dibawah tarif yang telah ditetapkan diawal. Tarif berdasarkan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) pengguna pada golongan I yaitu Rp 800/km, golongan II yaitu Rp 1.050/km, golongan III yaitu Rp 1.000/km, golongan IV yaitu 1.725/km dan golongan V yaitu Rp 1.800/km. Rekomendasi perbaikan pelayanan didasarkan pada analisis Importance Performance Analysis yang disesuaikan dengan SPM Jalan Tol. Rekomendasi perbaikan dari hasil IPA tersebut diambil pada kuadran prioritas yaitu atrbiut yang dianggap penting bagi pengguna namun pelayanannya belum memuaskan.

Adanya upaya perbaikan pada beberapa atribut tersebut membuat kemungkinan penambahan tarif, dikarenakan setiap peningkatan infrastruktur peka terhadap tarif sesuai dengan teori fungsi penawaran dan fungsi permintaan. Sehingga ada pemodelan fungsi penawaran untuk membuktikan sensitivitas tarif yang juga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam penentuan kebijakan jalan tol Pandaan-Singosari.

Kata Kunci :Tarif tol, Ability-To-Pay, Willingness-To-Pay, IPA.

ABSTRACT

The toll road tariff setting for the Pandaan-Singosari section has not taken into account the ability to pay toll road users against a background of various socio-economic conditions. Therefore, this study aims to determine ideal tariff for the Pandaan-Singosari toll road based on the user's socio-economic condition by considering the user's ability to pay and the user's willingness to pay. The analysis used are Ability To Pay (ATP) analysis, Willingness To Pay (WTP) analysis, Importance Performance Analysis (IPA) and analysis of the supply function and demand function. The results of the research on the determination of toll road tariffs in the Pandaan- Singosari section for each class of vehicle type are below the tariff that has been set earlier. Rates are based on Ability To Pay (ATP) and Willingness To Pay (WTP) users in class I, which is IDR 800/km, group II IDR 1,050/km, group III IDR 1,000/km, group IV 1,725/km and group V IDR 1,800/km. Service improvement recommendations are based on Importance Performance Analysis which is adjusted to Toll Road SPM. Recommendations for improvement from the IPA results are taken in the priority quadrant, specifically attribute that are considered important for users but the service is not satisfactory. The efforts to improve some of these attributes make it possible to increase tariffs, because each infrastructure upgrade is tariff sensitive in accordance with the supply and demand function theory. as a results, there is a bid function modeling to prove tariff sensitivity which can also be used as a consideration in determining the Pandaan-Singosari toll road policy.

Keywords: Toll rates, Ability-To-Pay, Willingness-To-Pay, IPA.

PENDAHULUAN

Transportasi salah satu pemegang peranan penting dalam aspek sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan. Sehingga transportasi berkaitan langsung dalam kegiatan-kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi. Dimana hal tersebut menunjukkan bahwa transportasi dapat

memudahkan kegiatan perekonomian suatu daerah (Suprayitno, 2012). Namun, seiring perkembangan transportasi mengakibatkan tingkat arus lalu lintas yang semakin tinggi dan terjadi kemacetan karena tidak terakomodasi oleh infrastruktur. Salah satu penyelesaian permasalahan tersebut yaitu dengan pembangunan jalan bebas hambatan dan

(2)

sebagai bukti bahwa sebuah negara siap dalam menyongsong masa depan dengan mudah dan serba cepat dalam setiap kegiatan perekonomian (Sumaryoto, 2010).

Salah satu jalan bebas hamabatan atau jalan tol yaitu Jalan Tol Pandaan-Malang (KPPIP, 2016). Jalan tol Pandaan-Malang memiliki lima seksi yaitu seksi I (Pandaan-Purwodadi), Seksi II (Purwodadi-Lawang), Seksi III (Lawang- Singosari), Seksi IV (Singosari-Pakis) dan Seksi V (Pakis-Malang). Berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur Jawa Timur Nomor

188/282/KPTS/013/2011 wilayah administrasi yang terdampak pembangunan jalan tol Pandaan-Malang yaitu Kabupaten Pasuruhan, Kabupaten Malang dan Kota Malang.

Jalan tol Pandaan-Malang seksi I-III (Pandaan-Singosari) telah ditetapkan tarifnya, namun belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol, penentuan tarif tol selain berdasarkan besar keuntungan biaya operasi kendaraan, kelayakan investasi juga harus didasarkan pada kemampuan bayar pengguna jalan tol.

Kemampuan bayar pengguna atau Ability To Pay tersebut penting dalam penentuan tarif jalan tol dikarenakan adanya perbedaan kondisi sosial ekonomi pengguna jalan tol. Dimana, pengguna jalan tol dibedakan berdasarkan lima golongan jenis kendaraan dibentuk berdasarkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 370/KPTS/M/2007 tentang Penetapan Golongan Jenis Kendaraan Bermotor Pada Ruas Jalan Tol Yang sudah Beroperasi dan Besarnya Tarif Tol Pada Beberapa Ruas Jalan Tol.

Sedangkan, apabila ditinjau dari pelayanan jalan tol seksi I-III Pandaan-Singosari belum memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Sehingga didorong untuk meningkatkan kualitas pelayanan jalan tol secara berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi publik yang semakin tinggi (Bisnis.com, 2020). Dimana, pelayanan yang diberikan tersebut akan mempengaruhi kesediaan bayar atau Willingness To Pay (WTP) pengguna jalan tol.

Menurut Tamin (2000), kesediaan bayar pengguna jalan tol dapat dipengaruhi oleh faktor utilitas pengguna dalam menentukan pilihan alternatifnya. Manfaat dari pelayanan yang diterima oleh pengguna jalan tol tinggi, maka akan mempengaruhi besaran tarif yang akan dibayarkan oleh pengguna, demikian sebaliknya.

Sehingga tingkat pelayanan yang diberikan

kepada pengguna jalan tol sangat penting.

Apabila ada upaya perbaikan pelayanan jalan tol Pandaan-Singosari maka akan peka terhadap tarif. Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui pemodelan fungsi penawaran dan fungsi permintaan.

Oleh karenanya, perlu adanya sebuah kajian mengenai penetapan tarif jalan tol berdasarkan kondisi sosial ekonomi pengguna dengan menggunakan pendekatan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) agar menghindari adanya peninjauan kembali tarif jalan tol karena tidak sesuai dengan kemampuan dan kesediaan bayar pengguna seperti halnya peninjauan kembali pada tarif jalan tol di Trans Jawa yang dianggap mahal oleh pengguna jalan tol (Golongan 2) dikarenakan tidak mempertimbangkan kemampuan bayar dan kesediaan bayar pengguna (Liputan6, 2019).

Sebagai ilustrasi pada penelitian terdahulu, kajian pada pengguna jalan tol Kraksaan- Banyuwangi yang tarifnya telah ditetapkan, namun tidak sesuai dengan kondisi pengguna (Herfiana, 2017).

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak pada ruas jalan tol Pandaan-Malang seksi I-III yaitu ruas jalan tol seksi I-III (Pandaan-Singosari).

Gambar 1. Lokasi Penelitian.

(3)

Populasi yang digunakan pada penelitian ini diambil dari volume harian rata-rata jalan tol Pandaan-Malang yaitu sebesar 39.889 unit (Cahyono, 2017). Pengambilan sampel dengan metode stratified random sampling.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan 2 metode pengumpulan data yaitu pengumpulan data dengan survei primer dan survei sekunder.

Survei primer dilakukan dengan menggunakan teknik survei kuisioner, sedangkan survei sekunder dilakukan dengan pengumpulan data pada instansi terkait yaitu PT. Jasa Marga Pandaan-Malang serta studi literatur.

METODE ANALISIS

Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif dapat digambarkan melalui statistik deskriptif (Hasan, 2004).

Statistik deskriptif merupakan statistik yang berguna untuk mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data dan kemudian disajikan dalam bentuk kesimpulan yang dapat menguraikan suatu masalah (Rasyad, 1998).

Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan karakteristik pengguna jalan tol Pandaan- Singosari dan karakteristik perjalanan pengguna jalan tol Pandaan-Singosari.

Analisis Ability To Pay (ATP)

Analisis Ability To Pay (ATP) merupakan kemampuan seseorang untuk membayar jasa yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal (Tamin, 1999). Faktor-faktor yang mempengaruhi besaran Ability To Pay (ATP) diantaranya : (Setijowarno & Abadi, 2005)

1. Pendapatan

2. Kebutuhan transportasi 3. Total biaya transportasi

4. Persentase pendapatan untuk biaya transportasi

5. Intensitas atau frekuensi perjalanan 6. Jenis kegiatan

7. Pengeluaran total per bulan

Besaran nilai Ability To Pay dapat meggunakan metode travel cost yaitu satu metode revealed preference untuk non use value yang didasarkan pada perilaku seseorang misalnya pengeluaran individu untuk perjalanan.

𝑨𝑻𝑷 = 𝑰𝒄.%𝑻𝑪𝒅 ...(1)

Keterangan :

ATP : Daya beli pengguna (Rp/kilometer) Ic : Penghasilan (Rp/bulan)

%TC : Persentase penghasilan yang digunakan untuk biaya transportasi

d : Frekuensi perjalanan

Analisis Willingness To Pay (WTP)

Willingness To Pay (WTP) merupakan kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya (Tamin, 1999). Analisis Willingness To Pay (WTP) menggunakan pendekatan yang didasarkan pada presepsi pengguna terhadap tarif dan pelayanan yang diberikan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi WTP yaitu sebagai berikut :(Setijowarno & Abadi, 2005)

1. Pelayanan jalan tol

2. Kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan

3. Utilitas atau maksud pengguna

Faktor pelayanan jalan tol dapat menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) dalam mengukur kesediaan bayar pengguna.

Importance Performance Analysis (IPA) merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui atribut-atribut yang memiliki kinerja baik ataupun atribut yang memerlukan peningkatan dan penanganan atau dalam menentukan atribut prioritas dalm penyusunan strategi pengembangan (Wong, Hideki, &

George, 2011).

Atribut-atribut yang digunakan yaitu ditunjukkan melalui dimensi kualitas pelayanan sebagai tolak ukur. Berikut merupakan dimensi pelayanan : (Parasuraman, Zeithml, & Berry, 1990).

1. Tangible (Bukti fisik) 2. Reability (Keandalan)

3. Responsiveness (Ketanggapan) 4. Assurance (Jaminan)

5. Emphaty (Empati)

Atribut-atribut tersebut diukur menggunakan skala likert 1-3. Berikut merupakan tolak ukur dalam analisis Importance Performance Analysis :

1. Tingkat Kepentingan (Importance) 1 = Tidak Penting

2 = Cukup Penting 3 = Penting

2. Tingkat Kepuasan (Performance) 1 = Tidak puas

2 = Cukup puas 3 = Puas

(4)

Gambar 2. Kuadran IPA Fungsi Penawaran dan Permintaan

Fungsi penawaran yaitu hubungan antara jumlah produk yang ditawarkan oleh perusahaan atau produsen kepada konsumen dengan variabel-variabel lain yang mempengarhui.

Sedangkan fungsi permintaan adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara jumlah produk/pelayanan yang diminta oleh konsumen dengan variabel-variabel lain yang mempengaruhi.

Pada penelitian ini menggunakan persamaan linier fungsi penawaran untuk menjelaskan hubungan antara jumlah perbaikan pelayanan yang ditawarkan oleh perusahaan atau produsen kepada konsumen dengan tarif.

Berikut merupakan persamaan linier fungsi penawaran.

𝑸𝒙= 𝒂 + 𝒃𝑷𝒙………..……….(2)

Keterangan :

Qx = Jumlah perbaikan pelayanan yang ditawarkan (Variabel terikat)

Px = Tarif ATP-WTP/Tarif Penawaran dan Permintaan (Variabel bebas)

a = konstanta

b =koefisien, bernilai positif. Hal tersebut

dikarenakan apabila perbaikan pelayanan besar, maka jumlah perbaikan pelayanan yang diawarkan akan bertambah banyak. Begitu sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya adalah konstan.

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari, sehingga dapat memperoleh informasi mengenai hal tersebut dan kemudian pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2016).

Variabel penelitian pada penelitian

“Penetapan Tarif Jalan Tol Pandaan-Singosari

Berdasarkan Kondisi Sosial Ekonomi Dengan Pendekatan ATP/WTP” yaitu sebagai berikut : Tabel 1. Variabel Penelitian

No Tujuan Variabel Sumber

1 Mengetahui karakteristik pelaku perjalanan berdasarkan kondisi sosial ekonomi pengguna jalan tol Pandaan- Singosari.

Pendapatan Djakfar, 2010 Status

kepemilikan kendaraan

Djakfar, 2010

Usia Jenis Kelamin

Jenis pekerjaan Kementerian Ketenagakerjaa n dan Badan Pusat Statistik, 2014

Jumlah tanggungan keluarga

Djakfar, 2010

2 Mengetahui karakteristik perjalanan pengguna jalan tol Pandaan- Singosari

Tujuan perjalanan Tamin, 2000

3 Mengetahui kemampuan bayar (Ability

To Pay)

pengguna jalan tol Pandaan- Singosari.

Pendapatan responden per bulan

Djakfar, 2010

Biaya transportasi Setijowarno &

Abadi, 2005 Frekuensi

perjalanan

Setijowarno &

Abadi, 2005 Jenis kegiatan Setijowarno &

Abadi, 2005 4 Mengetahui

kemauan bayar (Willingness

To Pay)

pengguna jalan tol Pandaan- Singosari

Tangible Rangkuti, 2006 Satriotomo,

2010 Parasurama,

1990 Herry, 2015 Reability

Ressponsiveness Assurance Emphaty

5 Mengetahui tarif jalan tol Pandaan- Singosari berdasarkan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP).

Nilai ATP Nilai WTP

Tamin, 1999 Hubungan ATP

dan WTP

6 Mengetahui rekomendasi yang dapat diberikan pada tarif jalan tol seksi Pandaan- Singosari yang didasarkan pada Ability To Pay (ATP) dan

Willingness To Pay (WTP).

Hubungan ATP dan WTP Tingkat kepuasan jalan tol

Fungsi Penawaran dan Fungsi Permintaan

Sumber : Hasil Pemikiran, 2020

(5)

Gambar 3. Kerangka Metode

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jalan tol Pandaan-Malang seksi I-III Pandaan-Singosari dioperasikan pada tahun 2019 sebagai upaya mendorong percepatan mobilisasi untuk mengurangi kemacetan yang terjadi di jalan non tol. Pengoperasian setiap seksi jalan tol Pandaan-Malang diawali dengan masa percobaan yaitu dengan tidak adanya tarif yang dikenakan pada pengguna jalan tol. Masa percobaan jalan tol seksi Pandaan-Singosari yaitu berlangsung pada 14 Mei 2019 – 9 Agustus 2019. Setelah masa percobaan selesai diberlakukan tarif yang telah ditetapkan. Tarif yang telah diberlakukan tersebut untuk dapat menarik pengguna, maka perlu disesuaikan dengan kemampuan dan kesediaan bayar pengguna yang juga dipengaruhi oleh pelayanan jalan tol.

Tabel 2. Tarif Jalan Tol Pandaan-Singosari

Seksi/

Tarif

Gol I Gol II Gol III Gol IV Gol V Rp/Km

Pandaan- Singosari

950 1.400 1.400 1.900 1.900

Karakteristik Pelaku Perjalanan dan Perjalanan Karakteristik pelaku perjalanan berdasarkan sosial ekonomi ditinjau dari pendapatan, kepemilikan kendaraan, usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan jumlah tanggungan keluarga.

Sedangkan karakteristik perjalanan pada

penelitian ini dapat ditinjau dari tujuan perjalanan yang termasuk alasan penggunaan jalan tol dan intensitas perjalanan. Pendapatan pengguna jalan tol Pandaan-Singosari dibedakan berdasarkan golongan jenis kendaraan. Sebesar 66% (65 orang dari 99 responden) pendapatan pengguna jalan tol golongan jenis kendaraan I memiliki penghasilan diatas Rp 5.000.000,-.

Golongan jenis kendaraan II memiliki pendapatan Rp 1.000.000,- hingga Rp 2.000.000,- sebesar 59% (55 orang dari 94 responden). Sedangkan golongan jenis kendaraan III, IV dan V memiliki pendapatan Rp 2.000.001,- hingga Rp 3.000.000,- yang masing- masing yaitu sebesar 70% (59 orang dari 85 responden) pengguna golongan kendaraan III, 67% (56 orang dari 84 responden) pengguna golongan kendaraan IV dan 70% (57 orang dari 81 responden) pengguna golongan kendaraan V.

Karakteristik responden sebagai pelaku perjalanan dan karakteristik perjalanan lainnya secara garis besar sebagai berikut.

Tabel 3. Karakteristik Pelaku dan Perjalanan

No Karakteristik Persentase Keterangan Karakteristik Pelaku Perjalanan

1 Kepemilikan kendaraan

81% Dinas/Kantor

2 Usia 31% 36-45th

3 Jenis Kelamin 96% Laki-Laki

4 Jenis Pekerjaaan 82% Pekerja kasar 5 Jumlah tanggungan

keluarga

79% 1-3 orang Karakteristik Perjalanan

1 Tujuan Perjalanan 98% Ekonomi

(6)

No Karakteristik Persentase Keterangan 2 Alasan menggunakan

tol

409 responden

Kenyamana n 3 Intensitas perjalanan 90% 1-3x

Ability To Pay (ATP)

Ability To Pay (ATP) atau kemampuan bayar pengguna jalan tol Pandaan-Singosari didasarkan pada pendapatan, biaya transportasi, intensitas perjalanan, jenis kegiatan, dan persentase pendapatan yang digunakan untuk biaya transportasi dan dibedakan setiap golongan jenis kendaraan. Berikut dapat dilihat data ATP golongan jenis kendaraan I.

Tabel 4. Nilai ATP Responden Golongan I

No Tarif ATP/Km (Rp)

Kuantitas Responden

(%) Komulati f (%) 1 Rp 1.500 46 46,46% 46,46%

2 Rp 1.300 6 6,06% 52,53%

3 Rp 1.100 11 11,11% 63,64%

4 Rp 1.000 9 9,09% 72,73%

5 Rp 950 5 5,05% 77,78%

6 Rp 900 4 4,04% 81,82%

7 Rp 850 4 4,04% 85,86%

8 Rp 800 2 2,02% 87,88%

9 Rp 750 6 6,06% 93,94%

10 Rp 700 2 2,02% 95,96%

11 Rp 600 4 4,04% 100,00%

Total 99 100,00%

Gambar 4. Grafik ATP Golongan I

Tarif pada golongan jenis kendaraan I berkisar antara Rp 600/km sampai Rp 1.500/km.

Rata-rata nilai ATP golongan kendaraan I adalah Rp 1.208/km. Banyaknya pengguna jalan tol Pandaan-Singosari (Q1) yang mampu membayar diatas tarif yang telah ditetapkan diawal (P1) yaitu sebesar 78%. Sedangkan hanya sebesar 22% pengguna jalan tol yang mampu membayar tarif tol Pandaan-Singosari dibawah tarif yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

Sedangkan untuk golongan jenis kendaraan II dan III memiliki kemampuan bayar berkisar antara Rp 700/km sampai Rp 2.000/km. Rata- rata nilai ATP golongan kendaraan II yaitu Rp 1.257/km dan golongan kendaraan III yaitu Rp 1.412/km. Golongan jenis kendaraan IV,

pengguna mampu membayar tarif tol berkisar diantara Rp 900/km sampai Rp 1.900/km. Rata- rata nilai ATP golongan kendaraan IV yaitu Rp 1.625/km. Serta golongan jenis kendaraan V, tarif tol yang mampu dibayarkan berkisar diantara Rp 1.000/km sampai Rp 2.000/km.

Rata-rata nilai ATP golongan jenis kendaraan V yaitu Rp 1.657/km.

Willingness To Pay (WTP)

Willingness To Pay (WTP) atau kesediaan bayar pengguna terhadap tarif jalan tol didasarkan pada pelayanan yang telah diterima pengguna. Berikut dapat dilihat data WTP golongan jenis kendaraan I.

Tabel 5. Nilai WTP Responden Golongan I

No Tarif WTP/Km

(Rp)

Kuantitas Responden

Persentase (%)

Komulatif Persentase

1 Rp 1.100 3 3,03% 3,03%

2 Rp 1.000 5 5,05% 8,08%

3 Rp 950 9 9,09% 17,17%

4 Rp 900 16 16,16% 33,33%

5 Rp 850 12 12,12% 45,45%

6 Rp 800 54 54,55% 100,00%

Total 99 100,00%

Gambar 5. Grafik WTP Golongan I

Tarif pada golongan jenis kendaraan I terhadap tarif tol yaitu berkisar diantara Rp 800/km sampai Rp 1.100/km. Rata-rata nilai WTP golongan kendaraan I yaitu Rp 855/km.

Apabila dilihat pada grafik tersebut, sebesar 17%

pengguna (Q1) bersedia membayar tarif diatas tarif yang telah ditetapkan diawal (P1).

Sedangkan sebesar 83% pengguna jalan tol Pandaan-Singosari golongan I bersedia membayar tarif dibawah tarif yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Hal tersebut dipengaruhi oleh kepuasan dari pengguna jalan tol Pandaan-Singosari golongan kendaraan I terhadap pelayanan yang diterima.

Sedangkan golongan jenis kendaraan II dan III bersedia membayar tarif tol berkisar antara Rp 900/km hingga Rp 1.400/km. Rata-rata nilai WTP golongan kendaraan II yaitu Rp 1.081/km

Rp600 Rp700 Rp800 Rp900 Rp1,000 Rp1,100 Rp1,200 Rp1,300 Rp1,400 Rp1,500

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Tarif (Rp/Km)

Persentase Komulatif

P1

Q1

Rp600 Rp700 Rp800 Rp900 Rp1,000 Rp1,100 Rp1,200 Rp1,300 Rp1,400 Rp1,500

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Tarif (Rp/Km)

Persentase Komulatif

P1

Q1

(7)

dan golongan kendaraan III yaitu Rp 1.119/km.

Golongan jenis kendaraan IV pengguna bersedia membayar tarif berkisar diantara Rp 900/km hingga Rp 1.900/km. Rata-rata nilai WTP golongan kendaraan IV yaitu Rp 1.386/km. Serta pada golongan jenis kendaraan V, pengguna bersedia membayar tarif berkisar antara Rp 1.000/km hingga Rp 1.900/km. Rata-rata nilai WTP golongan kendaraan V yaitu Rp 1.502/km.

Berikut merupakan diagram kartesius tingkat kepuasan pelayanan jalan tol Pandaan- Singosari.

Gambar 6. Diagram Kartesius Tingkat Pelayanan Jalan Tol Pandaan-Singosari

Tabel 6. Hasil Diagram Kartesius Tingkat Kepuasan Pelayanan Jalan Tol Pandaan- Singosari

Kuadran Atribut

Kuadran I

Kondisi perkerajan jalur utama

1 Kekesatan 2 Ketidakrataan Kondisi drainase 6 Tidak ada endapan

7 Penampang saluran Kondisi petunjuk

jalan

12 Perambuan 14 Guide/Reflektor Kondisi fasilitas

pelengkap

17 Penerangan jalan 18 Anti silau 25 Kondisi Tempat

Istirahat (TI) dan Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP) Kuadran

II

Kondisi perkerasan jalur utama

3 Tidak ada lubang 5 Retak

Kondisi petunjuk jalan

13 Marka jalan Kondisi fasilitas

pelengkap

19 Pagar rumija 20 Pagar pengamanan Kondisi

Lingkungan

21 Kebersihan 22 Tanaman 23 Rumput Kondisi Arus Lalu

Lintas (Kelancaran)

26 Kecepatan transaksi rata-rata

27 Jumlah antrian kendaraan Kondisi Arus Lalu

Lintas (Keamanan)

32 Kondisi Kecepatan tempuh rata-rata 33 Kecepatan penanganan

Kuadran Atribut

hambatan lalu lintas 34 Kecepatan penanganan

patroli jalan raya 35 Kecepatan penanganan

kendaraan derek 36 Penanganan

kecelakaan 37 Pengamanan dan

penegakan hukum Keberadaan Unit

Pertolongan

38 Ambulance 39 Kendaraan derek 41 Polisi Jalan Tol

(Operator) 42 Kendaraan Rescue 43 Bantuan Layanan

(Sistem Informasi : Nomor telfon info tol) Kuadran

III

Kondisi petunjuk jalan

15 Patok kilometer 16 Patok hektometer 24 Kondisi Sistem

informasi (Spanduk, Board, Virtual Massage Sign (VMS))

Kondisi Arus Lalu Lintas

(Keamanan)

28 Kerb/Pembatas jalan 29 Median Concentrate

Barier

30 Guard Rail/Tiang pagar pengaman

31 Wire Rope/kawat pembatas jalan tol Kuadran

IV

Kondisi perkerasan jalur utama

4 Rutting/Alur bekas roda

Kondisi bahu jalan

8 Tidak ada lubang 9 Rutting/Alur bekas

mobil 10 Retak 11 Rounding Kondisi Unit

Pertolongan

40 Patroli Jalan Raya (PJR)

Hubungan ATP-WTP

Hubungan ATP-WTP menunjukkan titik diantara nilai ATP dan nilai WTP masing-masing golongan jenis kendaraan. Titik tersebut merupakan tarif ideal yang didasarkan oleh kemampuan dan kesediaan bayar pengguna jalan tol Pandaan-Singosari. Berikut merupakan hubungan ATP-WTP yang menunjukkan tarif ideal pada golongan I hingga golongan V.

Gambar 7. Hubungan ATP-WTP Golongan I

Rp600 Rp700 Rp800 Rp900 Rp1,000 Rp1,100 Rp1,200 Rp1,300 Rp1,400 Rp1,500

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Tarif (Rp/Km)

Persentase Komulatif

P2 ATP

WTP

(8)

Gambar 8. Hubungan ATP-WTP Golongan II

Gambar 9. Hubungan ATP-WTP Golongan III

Gambar 10. Hubungan ATP-WTP Golongan IV

Gambar 11. Hubungan ATP-WTP Golongan V Berdasarkan Gambar 7 – Gambar 11, dapat dilihat hubungan antara ATP dan WTP pengguna jalan tol Pandaan-Singosari golongan I hingga golongan V. Titik potong diantara keduanya menunjukkan tarif ideal (P2) berdasarkan ATP- WTP masing-masing golongan jenis kendaraan.

Berikut merupakan hasil hungan ATP-WTP pada masing-masing golongan jenis kendaraan.

1. Golongan jenis kendaraan I memiliki tarif ideal yaitu Rp 800/km dengan persentase pengguna sebesar 89%.

2. Golongan jenis kendaraan II memiliki tarif ideal yaitu Rp 1.050/km dengan persentase pengguna sebesar 64%.

3. Golongan jenis kendaraan III memiliki tarif ideal yaitu Rp 1.000/km dengan persentase pengguna sebesar 82%.

4. Golongan jenis kendaraan IV memiliki tarif ideal yaitu Rp 1.725/km dengan persentase pengguna sebesar 35%.

5. Golongan jenis kendaraan V memiliki tarif ideal yaitu Rp 1.800/km dengan persentase pengguna sebesar 38%.

Fungsi Penawaran dan Fungsi Permintaan Fungsi penawaran dan fungsi permintaan digunakan sebagai pertimbangan dalam rekomendasi penelitian. Bahwa dengan adanya perbaikan pelayanan jalan tol akan peka terhadap tarif. Sehingga memungkinkan adanya penambahan tarif pada jalan tol Pandaan- Singosari.

Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui perbandingan antara tarif eksisting untuk mengetahui perbaikan apa saja yang didapatkan apabila tetap menggunakan tarif eksisting dengan tarif hasil analisis yang akan direkomendasikan yaitu tarif berdasarkan ATP- WTP dan tarif berdasarkan fungsi penawaran dan fungsi permintaan.

Perbandingan tersebut akan menunjukkan sensitivitas peningkatan infrastruktur yang akan dilakukan dengan hasil perbedaan jumlah perbaikan pelayanan diantara ketiga tarif. Selain perbedaan jumlah perbaikan pelayanan juga dapat dilihat perbedaan besaran pengguna antara tarif yang dianalisis yaitu tarif ATP-WTP dengan tarif berdasarkan fungsi penawaran dan fungsi permintaan melalui grafik fungsi, hal tersebut guna mengetahui besar kemamuan dan kesediaan pengguna terhadap tarif.

Fungsi permintaan tersebut dapat digambarkan melalui nilai Willingness To Pay (WTP) pengguna jalan tol. Sedangkan fungsi direpresentasikan melalui nilai BOP (Biaya Operasional Pelaksanaan) dan margin harga dari perusahaan. Berdasarkan perhitungan didapatkan tarif berdasarkan fungsi penawaran dan fungsi permintaan pada golongan jenis kendaraan I, II, III, IV dan V masing-masing yaitu Rp 826, Rp 1.293, Rp 1.652, Rp 2.065 dan Rp 2.478.

Rp700 Rp800 Rp900 Rp1,000 Rp1,100 Rp1,200 Rp1,300 Rp1,400 Rp1,500 Rp1,600 Rp1,700 Rp1,800 Rp1,900 Rp2,000

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Tarif (Rp/Km)

Persentase Komulatif ATP

WTP P2

Rp700 Rp800 Rp900 Rp1,000 Rp1,100 Rp1,200 Rp1,300 Rp1,400 Rp1,500 Rp1,600 Rp1,700 Rp1,800 Rp1,900 Rp2,000

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Tarif (Rp/Km)

Persentase Komulatif

P2

Rp900 Rp1,000 Rp1,100 Rp1,200 Rp1,300 Rp1,400 Rp1,500 Rp1,600 Rp1,700 Rp1,800 Rp1,900

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Tarif (Rp/Km)

Persentase Komulatif

P2

Rp1,000 Rp1,100 Rp1,200 Rp1,300 Rp1,400 Rp1,500 Rp1,600 Rp1,700 Rp1,800 Rp1,900 Rp2,000

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Tarif (Rp/Km)

Persentase Komulatif

P2 ATP

WTP

ATP

WTP

ATP

WTP

(9)

Pada grafik fungsi yang menunjukkan besaran pengguna, grafik titik equilibrium fungsi permintaan dan fungsi penawaran golongan jenis kendaraan I sampai dengan V. Dapat dilihat bahwa pada golongan jenis kendaraan I dan II ditemukan titik equilibrium yang menunjukkan persentase pengguna jalan tol Pandaan- Singosari. Hal tersebut dikarenakan tarif penawaran dari perusahaan dapat dijangkau oleh pengguna jalan tol karena pelayanan yang ditawarkan sesuai dengan permintaan pengguna. Sehingga kondisi tersebut dapat dibandingkan dengan tarif ideal berdasarkan ATP-WTP pengguna jalan tol Pandaan-Singosari untuk dapat mengetahui perbedaan tarif dengan dasar yang berbeda yang ditunjukkan melalui besaran pengguna. Namun, pada golongan jenis kendaraan III, IV dan V tidak terdapat titik equilibrium. Hal tersebut dikarenakan tarif penawaran yang terlalu tinggi namun permintaan dari pengguna yang rendah.

Sehingga tidak dapat dibandingkan dengan tarif ideal berdasarkan ATP-WTP pengguna jalan tol Pandaan-Singosari.

Sedangkan pada permodelan fungsi yang akan menunjukkan jumlah perbaikan pelayanan.

Hasilnya setiap golongan jenis kendaraan, dapat diketahui bahwa semakin tinggi tarif yang ditetapkan untuk dimasukkan pada pemodelan fungsi penawaran, maka akan semakin tinggi jumlah perbaikan pelayanan yang ditawarkan pada jalan tol Pandaan-Singosari. Hal tersebut ditunjukkan melalui tarif ideal ATP-WTP pada golongan I, II, III, IV dan V yang lebih rendah dari tarif berdasarkan fungsi penawaran dan fungsi permintaan, maka akan semakin sedikit jumlah perbaikan pelayanan yang diberikan. Jumlah perbaikan pelayanan maksimal yang dapat diberikan yaitu disesuaikan dengan hasil analisis Importance Performance Analysis (IPA).

Tabel 7. Hasil Pemodelan Fungsi Penawaran

Gol.

Kend Tarif Eksisting

Jumlah Perbaikan Pelayanan

Tarif Ideal ATP- WTP

Jumlah Perbaikan Pelayanan

Tarif berdasarkan

fungsi penawaran

dan permintaan

Jumlah Perbaikan Pelayanan

I Rp 950 3 Rp 800 1 Rp 826 1

II Rp 1.400 3 Rp 1.050 2 Rp 1.293 3

III Rp 1.400 3 Rp 1.000 1 Rp 1.652 5

IV Rp 1.900 5 Rp 1.725 4 Rp 2.065 5

V Rp 1.900 5 Rp1.800 3 Rp2.478 5

Berdasarkan tarif pada tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa tarif yang lebih rendah tersebut akan mendapatkan penawaran perbaikan pelayanan yang lebih rendah, namun tarif yang lebih tinggi akan menawarkan perbaikan pelayanan yang lebih tinggi.

Rekomendasi Rekomendasi Tarif

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk mengetahui tarif ideal jalan tol Pandaan-Singosari. Tarif ideal didasarkan pada analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP). Nilai ATP dan nilai WTP tersebut dibedakan berdasarkan golongan jenis kendaraan. Dimana dihasilkan bahwa kemampuan bayar pengguna dan kesediaan bayar pengguna jalan tol Pandaan-Singosari pada setiap golongan kendaraan yaitu sebagai berikut.

Tabel 8. Tarif Berdasarkan ATP-WTP Jalan Tol Pandaan-Singosari

Golongan Kendaraan

Hasil Analisis Tarif Berdasarkan ATP dan WTP (Rp/Km)

Persentase Pengguna

(%)

I Rp 800,- 89%

II Rp 1.050,- 64%

III Rp 1.000,- 82%

IV Rp 1.725,- 35%

V Rp1.800,- 38%

Rekomendasi Perbaikan Pelayanan

Tingkat kepuasan terhadap pelayanan jalan tol juga sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi Willingness To Pay (WTP) pengguna jalan tol. Sehingga dalam hal ini perbaikan beberapa aribut pelayanan jalan tol Pandaan-Singosari menjadi salah satu rekomendasi.

Perbaikan tersebut didasarkan pada analisis Importance Performance Analysis (IPA), dimana perbaikan akan dilakukan pada beberapa aribut yang terletak pada kuadran I (Concenrate Here) atau kuadran dengan prioritas utama untuk dilakukan perbaikan dikarenakan dianggap penting bagi pengguna namun kepuasan dari pengguna belum maksimal.

Sehingga pada atribut-atribut pelayanan pada kuadran tersebut perlu adanya rekomendasi perbaikan.

Tabel 9. Rekomendasi Perbaikan Pelayanan Jalan Tol Pandaan-Singosari

Prioritas Perbaikan

Atribut Pelayanan Jalan Tol Rekomendasi

1 Kondisi Tempat Istirahat (TI) dan Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP)

Perlu adanya pemenuhan fasilitas sesuai dengan SPM Jalan tol yaitu berupa penerangan, SPBU, Bengkel umum dan tempat makan dan minum.

(10)

Prioritas Perbaikan

Atribut Pelayanan Jalan Tol Rekomendasi

2 Kondisi

fasilitas pelengkap

Penerangan jalan Perlu adanya peningkatan jumlah penerangan jalan di seluruh ruas jalan tol Pandaan-Singosari.

Anti silau Perlu adanya penyesuaian jumlah anti silau pada seluruh ruas jalan.

3 Kondisi

perkerasan jalur utama

Kekesatan Perlu adanya penyesuaian kekesatan perkerasan jalan dengan SPM Jalan Tol yaitu > 0,33 mm. Kekesatan tersebut dapat memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi pengguna jalan tol.

Ketidakrataan Perlu adanya penyesuaian kerataan permukaan jalan dengan SPM Jalan Tol yaitu untuk permukaan kaku sebesar IRI ≤ 4m.

4 Kondisi

petunjuk jalan

Perambuan Perlu adanya penyesuaian perambuan baik pada jumlah dan reflektifitas jalan tol Pandaan-Singosari sehingga dapat memudahkan pegguna jalan tol.

Perlu adanya peningkatan jumlah guide/reflektor pada seluruh ruas jalan tol Pandaan-Singosari.

Guide/Reflektor

5 Kondisi

drainase

Tidak ada endapan Perlu adanya perawatan dengan pengerukan endapan pada penampang saluran drainase secara berkala (satu bulan sekali).

Penampang saluran

Gambar 12. Rekomendasi Kebijakan Tarif Jalan Tol Pandaan-Singosari Kebijakan Tarif Tol

Kebijakan tarif jalan tol Pandaan-Singosari pada penelitian ini dibuat dengan asumsi pihak berwenang akan memberikan pelayanan yang maksimal kepada pengguna jalan tol guna memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang sebelumnya belum terpenuhi sehingga dapat meningkatkan kepuasan pengguna jalan tol terhadap pelayanan dengan menggunakan tarif berdasarkan fungsi penawaran dan fungsi permintaan.

Hal tersebut dikarenakan pemodelan fungsi penawaran, dapat ditunjukkan bahwa adanya sensitivitas yang terjadi melalui perbandingan tarif ATP-WTP dengan fungsi penawaran dan fungsi permintaan (perusahaan).

Dimana, tarif yang lebih tinggi memiliki perbaikan pelayanan yang lebih banyak, namun dengan tingginya tarif tersebut memungkinkan

rendahnya persentase pengguna yang mampu dan bersedia membayarkan seperti halnya ditunjukkan pada hasil grafik fungsi penwaran dan permintaan.

Pada pemodelan fungsi penawaran, jumlah perbaikan pelayanan jalan tol dengan tarif berdasarkan fungsi penawaran dan fungsi permintaan memiliki jumlah perbaikan pelayanna yang maksimal yaitu 5 perbaikan pelayanan sesuai analisis hasil analisis Importance Performance Analysis.

Pada golongan jenis kendaraan I, tarif berada pada zona keleluasaan. Dimana pihak yang berwenang untuk menetapkan tarif dapat meningkatkan tarif sampai dengan nilai ATP pengguna dengan adanya perbaikan pelayanan secara maksimal. Sedangkan pada golongan jenis kendaraan II, III, IV dan V memiliki tarif yang berada pada zona subsidi atau diatas nilai ATP pengguna.

(11)

Evaluasi dan Penyesuaian Tarif

Evaluasi dan penyesuaian tarif dilakukan sesuai Peraturan Pemerintah Repbulik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol pasal 68, bahwa tarif tol akan dilakukan evaluasi dan penyesuaian setiap dua tahun sekali dengan pengaruh inflasi.

Tarif Baru = Tarif Lama x (1 + Nilai Inflasi) Perkembangan perekonomian di Negara Indonesia selama 5 Tahun terakhir memiliki rata- rata nilai inflasi sebesar 3% pada setiap tahunnya (Bank Sentral Republik Indonesia). Oleh karena itu ditetapkan nilai inflasi dalam evaluasi dan penyesuaian tarif sebagai berikut.

a. Tarif Baru (Golongan I) =Rp 800 x (1+3%)

=Rp 824/km

b. Tarif Baru (Golongan II) =Rp 1.050 x (1+3%)

=Rp 1.081/km

c. Tarif Baru (Golongan III) =Rp 1.000 x (1+3%)

=Rp 1.030/km

d. Tarif Baru (Golongan IV) =Rp 1.725 x (1+3%)

=Rp 1.776/km

e. Tarif Baru (Golongan V) =Rp 1.800 x (1+3%)

=Rp 1.854/km

KESIMPULAN

Berikut merupakan kesimpulan melalui hasil dan pembahasan dari penelitian

“Penetapan Tarif Jalan Tol Berdasarkan Kondisi Sosial Ekonomi Dengan Pendekatan ATP/WTP (Studi Kasus : Tarif Jalan Tol Seksi Pandaan- Singosari)”

1. Karakteristik Pelaku Perjalanan dan Karakteristik Perjalanan

Karakteristik pelaku perjalanan pada jalan tol Pandaan-Singosari ditinjau dari pendapatan, kepemilikan kendaraan dan usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan pada karakteristik perjalanan ditinjau dari tujuan perjalanan yang termasuk intensitas perjalanan dan alasan penggunaan tol. Pendapatan golongan I memiliki kategori pendapatan tertinggi, hal tersebut dikarenakan beragamnya jenis pekerjaan pengguna golongan kendaraan I. Sedangkan pada gologan II, III, IV dan V memiliki pendapatan yang lebih rendah, hal tersebut dikarenakan jenis pekerjaan golongan II hingga V yaitu sebagai pekerja kasar (supir) dengan status kepemilikan kendaraan secara

keseluruhan yakni dinas/kantor. Oleh karenanya, pengguna jalan tol juga didominasi oleh pengguna Laki-laki dengan rentang usia 36-45 tahun.

Sedangkan karakteristik perjalanan didominasi oleh penggunaan dengan tujuan ekonomi (bekerja) dengan frekuensi perjalanan 1-3 kali setiap minggunya.

2. Nilai Ability To Pay (ATP) pengguna jalan tol Pandaan Singosari :

• Golongan I : Rp 1.208/km

• Golongan II : Rp 1.257/km

• Golongan III : Rp 1.412/km

• Golongan IV : Rp 1.625/km

• Golongan V : Rp 1.657/km

3. Nilai Willingness To Pay (WTP) pengguna jalan tol Pandaan Singosari :

• Golongan I : Rp 855/km

• Golongan II : Rp 1.081/km

• Golongan III : Rp 1.119/km

• Golongan IV : Rp 1.386/km

• Golongan V : Rp 1.502/km 4. Rekomendasi

• Tarif ideal jalan tol Pandaan-Singosari berdasarkan analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) golongan I yaitu Rp 800/km atau Rp 24.500, tarif golongan II yaitu Rp Rp 1.050/km atau Rp 32.000, tarif golongan III yaitu Rp 1.000/km atau Rp 30.000, tarif golongan IV yaitu Rp 1.725/km atau Rp 52.800, dan tarif golonngan V yaitu Rp 1.800/km atau Rp 55.000,-.

• Rekomendasi perbaikan pelayanan pada atribut pelayanan perkerasan jalur utama (kekesatan dan ketidakrataan), atribut pelayanan pada kondisi drainase (endapan dan penampang saluran), atribut pelayanan petunjuk jalan (perambuan, guide/reflector), atribut pelayanan fasilitas pelengkap jalan (penerangan jalan dan anti silau), serta atribut pelayanan berupa Tempat Istirahat (TI) dan Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP).

• Kebijakan yang dapat diberikan yaitu dengan pemberlakuan subsidi dari Pemerintah pada golongan jenis kendaraan II, III, IV dan V. Pemberian

(12)

subsidi tersebut untuk mengurangi beban dari pengguna serta dapat mengurangi fenomena yang kerap kali terjadi yaitu preferensi tidak menggunakan jalan tol dikarenakan tingginya tarif jalan tol. Selain pemberian subsidi, juga perlu adanya kebijakan mengenai pembatasan operasional kendaraan berat (2 gandar atau lebih) untuk melintas pada jalan bebas hambatan (jalan tol) agar tidak adanya kemacetan lalu lintas yang terjadi pada jalan non tol yang dapat mengganggu pergerakan dalam kota. Sedangkan untuk golongan kendaraan I, kebijakan yag dapat diberikan yaitu dengan peningkatan pelayanan jalan tol karena preferensi pengguna yang lebih sensitive terhadap pelayanan yang ditawarkan oleh pengelola.

• Evaluasi dan penyesuaian tarif akibat adanya inflasi yaitu pada golongan I yaitu Rp 824/km atau Rp 25.200, golongan II yaitu Rp 1.081/km atau Rp 33.100, golongan III yaitu Rp 1.030/km atau Rp 31.500, golongan IV yaitu Rp 1.776/km atau Rp 54.300 dan golongan V yaitu Rp 1.854/km atau Rp 56.700.

Penelitian selanjutnya dapat meninjau dengan metode household budget dan menggunakan anggaran dari tempat kerja atau insentif perusahaan sebagai salah satu variabel penelitian. Serta penelitian selanjutnya dapat menggunakan pendekatan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) pada jalan tol Pandaan-Malang seksi IV-V (Pakis-Malang).

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, H. 2017. Studi Potensi Pengguna Jalan Tol Malang-Pandaan. Jurnal Teknik Sipil ITN (5):41-43.

Djakfar, L. 2010. Studi Karakteristik dan Model Pemilihan Moda Angkutan Mahasiswa Menuju Kampus (Sepeda Motor atau Angkutan Umum) di Kota Malang. Jurnal Rekayasa Sipil (4):37-51.

Hasan, I. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Pt Bumi Aksara.

Herfiana, S. 2017. Analisis ATP/WTP pada Renacana Jalan Tol Kraksaan-Banyuwangi Malang: Naskah Publikasi

Herry, T. 2015. Atribut Pelayanan Jalan Tol Dalam Peningkatan Kualitas Berkendara (Studi Kasus : Jalan Tol Makassar). Jurnal Konferensi Regional Teknik Jalan (13):4-11 Kementerian Ketenagakerjaan dan Badan Pusat

Statistik. 2014. Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia (KBJI).Jakarta:BPS

KPPIP. 2016. Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas. Retrieved from kppip.go.id.

Liputan6. 2019. Pengusaha Truk Keluhkan Tingginya Tarif Tol Trans Jawa. Malang:

Liputan6.

Parasuraman, A. 1990. Delivering Quality Service : Balencing customer Perception and Expectations. New York: The Free Press.

Rangkuti, F. 2006. Measuring Customer Satisfaction : Gaining Customer Relationship Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah RI Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol Rasyad, R. 1998. Metode Statistik Deskriptif.

Jakarta:Grasindo.

Satriotomo, D. 2011. Efektifitas Layanan Jalan Tol Kota Semarang Dalam Memenuhi Kebutuhan Pengguna. Semarang: Naskah Publikasi

Setijowarno, D. 2005. Fakta Kebijakan Transportasi Publik di Indonesia. Semarang:

Jaringan Masyarakat Peduli Keselamatan Transportasi Publik.

Sugiyono. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

CV Alfabeta.

Sumaryoto. 2010. Dampak Keberadaan Jalan Tol Terhadap Kondisi Fisik, Sosial, dan Ekonomi Lingkungannya. Jurnal of Rural and Development(1):161-168.

Suprayitno, B. 2012. Privatisasi Jalan Tol Sebagai Solusi Dalam Mempercepat Terwujudnya Infrastruktur Jalan Tol Yang Memadai Di Indonesia. Jurnal Economia (8):65-77.

Tamin, O. 1999. Evaluasi Tarif Angkutan Umum dan Analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingnes To Pay (WTP) di DKI Jakarta.

Jurnal Transportasi (1):121-139.

Tamin, O. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung: ITB.

Wong, M. 2011. The Use of Importance Performance Analysis (IPA) in Evaluating Japan's e-Government Services. Journal of Theoretical and Applied Electronic Commerce Reasearch (6) :17-30.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian.
Gambar 2. Kuadran IPA  Fungsi Penawaran dan Permintaan
Gambar 3. Kerangka Metode
Gambar 4. Grafik ATP Golongan I
+4

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik yang tidak masuk karena sakit harus dengan Surat Keterangan Dokter, Jika tidak ada, harus ada surat keterangan sakit yang ditandatangani oleh orang tua/wali

 Pengawasan teknis bidang penataan ruang dan pembentukan serta pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) penataan ruang, merupakan mandat kepada Ditjen

Tati dkk., Buruh Migran Pekerja Rumah Tangga (TKW-PRT) Indonesia: Kerentanan dan Inisiatif-inisiatif Baru untuk Perlindungan Hak Asasi TKW-PRT, Kuala Lumpur:

Untuk memudahkan pencapaian informasi tentang gambaran umum hasil penelitian dan berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di bidang Kehutanan terutama

dilaksanakan dalam 4 siklus. Siklus I dan II terdiri atas 2 kali pertemuan, siklus III dan IV terdiri atas 1 pertemuan, sehingga jumlah seluruhnya ada 6 pertemuan. Materi

Oleh karena itu, perumusan masalah pada penelitian adalah mengetahui pengaruh suhu fusi terhadap proses ekstraksi alumina dan bagaimana aktivitas aluminosilikat

Dalam aktivitas ini, untuk memberikan hasil terbaik, Anda perlu mengingat beberapa hal sebagai berikut:. † Baca setiap surat

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa riset operasi berkenaan dengan pengambilan keputusan yang optimal dalam, dan penyusunan model dari sistem-sistem