SKRIPSI
Diajukan Oleh :
NURVIANA AZIZAH
0711010032/ FE/ IE
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Assalamu’alaikum
wr.wb
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
serta hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehingga peneliti bias menyelesaikan
skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa
untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur Fakultas Ekonomi khususnya
Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini peneliti mengambil
judul “ Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Neraca
Perdagangan di Indonesia “. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam
penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena
masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada.Walaupun demikian
berkat bantuan dan bimbingan dari Ibu Dra. Ec. NiniekImaningsih, MP.Selaku
Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari
awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat
tersusun dan terselesaikan dengan baik.
Atas terselesaikannya skripsi ini, peneliti menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan
banyak bantuan berupa sarana fasilitas dan perijinan guna pelaksanaan
Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran”
Jawa Timur.
4.
Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah
dengan iklas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa
perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
5.
Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Timur (BPS), dan beberapa perpustakan Universitas-universitas
negeri maupun swasta di Surabaya, yang telah memberikan banyak
informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian
dalam penyusuna skripsi ini.
6.
Ayah, ibu, dan kakak beserta keluarga tercinta yang telah memberikan
motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral, materil serta spiritualnya
yang tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
7.
Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak yang
tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi,
Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah
satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, April 2011
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR GAMBAR...viii
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR LAMPIRAN...x
ABSTRAKSI...xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...1
1.2. Perumusan Masalah...4
1.3. Tujuan Penelitian...…...5
1.4. Manfaat Penelitian...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu...6
2.2. Landasan Teori...8
2.2.1. Pengertian Neraca Perdagangan...…..8
2.2.1.1. Definisi Perdagangan...…...8
2.2.1.2. Perdagangn Internasional...9
Pembayaran...15
2.2.1.6. Cara untuk Mengatasi Ketidak seimbangan Neraca
Pembayaran Internasional...19
2.2.1.7. Cara-cara Pembayaran Internasional...19
2.2.1.8. Teori Harga...21
2.2.1.9. Teori Perdagangan Iternasional Teorema Hecsher
Ohlin (H-O)...23
2.2.2. Foreign Direct Investment (FDI)...25
2.2.2.1. Pengertian Foreign Direct Investment...…...25
2.2.2.2. Teori Foreign Direct Investment………...26
2.2.2.3. Keunggulan Foreign Direct Investment...27
2.2.2.4. Manfaat dari Foreign Direct Investment...28
2.2.3. Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (AS)...….30
2.2.3.1. Pengertian Kurs Rupiah terhadap Dollar AS...30
2.2.3.2. Sistem Kurs Valas...….31
2.2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan
Nilai Tukar Mata Uang...35
2.2.3.4. Sistem Kurs yang Berubah-ubah...36
2.2.3.5. Sistem kurs yang Stabil...37
2.2.5. Hubungan Antar Variabel...43
2.2.5.1. Hubungan antara FDI dengan Neraca
Perdagangan...43
2.2.5.2. Hubungan antara Kurs dengan Neraca
Perdagangan...44
2.2.5.3. Hubungan antara PDB dengan Neraca
Perdagangan...45
2.3. Kerangka Pikir...46
2.4. Hipotesis...48
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. DefinisiOperasional dan PengukuranVariabel...49
3.2. TeknikPenentuanSampel...50
3.3. Jenis Data danSumber Data...50
3.3.1. Jenis Data...50
3.3.2. Sumber Data...51
3.4. Teknik Pengunpulan Data...51
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...51
3.5.1. Teknik Analisis...51
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian…………...61
4.1.1. Kondisi Geografis...61
4.1.2. Kependudukan…..………...…...61
4.1.3. PerkembanganInvestasi (PMA dan PMDN) di Indonesia..62
4.1.4. StrategiManajerial Yang PerluDibangun………..…..64
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian...67
4.2.1. Perkembangan Neraca Perdagangan ...68
4.2.2. Perkembangan FDI...69
4.2.3. Perkembangan Kurs Valuta Asing...70
4.2.4. Perkembangan Produk Domestik Bruto……...71
4.3.
Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE /Best
LinierUnbiased Estimator)…...72
4.3.1. Analisis Data Pengujian Hipotesis……...76
4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan ...…...77
4.3.3. Pembahasan …………..…….………...……...……...84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan...85
5.2. Saran...86
Gambar 1 : Kurva Alternatif Mengatasi Ketidakseimbangan Neraca
Pembayaran Internasional………..16
Gambar 2 : Penentuan Nilai Tukar Dalam Sistem Kurs Tetap...31
Gambar 3 : Penentuan Nilai Tukar Dalam Sistem Kurs Mengambang...32
Gambar 4 : Kerangka Pikir...44
Gambar 5 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan
Hipotesis Secara Simultan...52
Gambar 6 : Kurva Distribusi Penolakan/ Penerimaan Hipotesis
Secara parsial...53
Gambar 7 : Kurva Durbin-Watson...55
Gambar 8 : Kurva Statistik Durbin-Watson...71
Gambar 9: Kurva Distribusi KriteriaPenerimaan / PenolakanHipotesis
SecaraSimultanatauKeseluruhan………...76
Gambar 10 : Kurva Distribusi HasilAnalisissecaraParsialFaktor FDI (X1)
terhadapNeracaPerdagangan...78
Gambar 11 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial FaktorKursValas
(X2) terhadapNeracaPerdagangan (Y)…...79
Tabel 1 : Contoh Pencatatan Neraca Pembayaran………..12
Tabel 2 : Autokorelasi Durbin Watson...58
Tabel 3 : Perkembangan NeracaPerdagangan Tahun 1995 – 2009...68
Tabel 4 :
Perkembangan FDI Tahun 1995 – 2009………...69
Tabel 5 : Perkembangan Kurs Valas Tahun 1995– 2009...70
Tabel 6 : Perkembangan PDB Tahun 1995– 2009...71
Tabel 7 : Tes Multikoliner...74
Tabel 8 : Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman
Korelas...75
Tabel 9 : Analisis Varian (ANOVA)………...…...77
Lampiran 2 : Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Untuk Y1 (Descriptive
Statistics, Variables Entered / Removed, Model Summary, dan
ANOVA)
Lampiran 3
: Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (Coefficients, Collinearity
Diagnostics)
Lampiran 4
: Tabel Residuals Statistics
Tabel Correlations
Lampiran 5 : Tabel Durbin-Watson
Lampiran 6 : Tabel Pengujian Nilai F
Oleh:
NurvianaAzizah
Abstraksi
Sebagai Negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk
melaksanakan pembangunan yang besar. Disamping menggali sumber pembiayaan dalam negeri,
pemerintah juga mengundang juga sumber pembiayaan luar negeri, salah satunya adalah
Penanaman Modal Asing Langsung
(Foreign Direct Investment).
Tujuan penelitianya itu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable Penanaman
Modal Asing Langsung (FDI) (X
1), Kurs (X
2), Produk Domestik Bruto (X
3), Terhadap Neraca
Perdagangan Indonesia (Y). Alatanalisis yang digunakan yaitu regresi linier berganda dengan
menggunakan data sekunder yaitu data
timeseries
atau deret berkala dari tahun1995 sampai
dengan tahun 2009.
Dari pengujian hipotesis dinyatakan bahwa secara simultan variabel FDI (X
1), Kurs (X
2),
PDB (X
3), berpengaruh secara nyata terhadap Neraca Perdagangan Indonesia (Y), dengan F
hitung=12,145 >F
tabel=2,201 maka H
oditolak H
iditerima, secara simultan terhadap Neraca
Perdagangan di Indonesia. Variabel FDI t
hitungsebesar 1,427 <t
tabelsebesar 2,201 yang berarti
secara parsial FDI (X
1) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Neraca Perdagangan (Y).
Variabel Kurs t
hitungsebesar 4,574 > t
tabelsebesar 2,201 yang berarti secara parsial Kurs (X
2)
berpengaruh secara nyata terhadap Neraca Perdagangan Indonesia (Y). Variabel PDB t
hitung-0,370 <t
tabelsebesar 2,201 yang berarti secara parsial PDB (X
3) tidak berpengaruh secara nyata
terhadap Neraca Perdagangan (Y).
1.1 Latar Belakang
Perdagangan antar Negara atau lebih dikenal dengan perdagangan
internasional, sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu, namun dalam
ruang lingkup dan jumlah yang terbatas, dimana pemenuhan kebutuhan
setempat (dalam negeri) yang tidak dapat diproduksi, mereka melakukan
transakai dengan cara barter (pertukaran barang dengan barang lainnya
yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak, dimana masing-masing Negara
tidak dapat memproduksi barang tersebut untuk kebutuhannya sendiri). Hal
ini terjadi karena setiap Negara dengan mitra daganganya mempunyai
beberapa perbedaan, di antaranya perbedaan kandungan sumber daya alam,
iklim, penduduk, sumber daya manusia, spesifikasi tenaga kerja,
konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial,
dan politik, dan sebagainya. Dari perbedaan tersebut diatas, maka atas
dasar kebutuhan yang saling menguntungkan, terjadilah proses pertukaran
yang dalam skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional.
Investasi luar negeri langsung sebagai suatu arus pemberian pinjaman
kepada, atau pembelian kepemilikan, perusahaan luar negeri yang sebagian
besar modalnya dimiliki oleh penduduk dari Negara yang melakukan
investasi (investing country) FDI dapat terjadi apabila perusahaan melakukan
memasarkan suatu produk di luar negeri. Perusahaan yang melakukan FDI
akan menjadi perusahaan multinasional (multinasional enterprise). Selama
lebih dari 20 tahun yang lalu menunjukkan adanya peningkatan flow dan
stockFDI dalam perekonomian dunia. Terjadinya peningkatan FDI banyak
disebabkan oleh adanya perubahan politik dan ekonomi di Negara-Negara
sedang berkembang. Globalisasi perekonomian dunia, merupakan fenomena
yang juga mempunyai pengaruh positif terhadap volume FDI. Seperangkat
teori mencoba menjelaskan mengapa perusahaan akan menguntungkan
dengan melakukan investasi langsung dalam arti memasuki pasar luar negeri
apabila terdapat dua alternatif lainnya, yaitu mengekspor dan melakukan
lisensi. Ketidakstabilan sistem moneter akhir-akhir ini sangatlah
mengkhawatirkan perekonomian Indonesia, peran aktif pemerintah dalam
mengatasi hal ini sangatlah diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia,
mengingat bahwa moneter yang terjadi sangatlah berpengaruh besar terhadap
pelaksanaan pembangunan. Dalam pengambilan kebijakan moneter,
diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta
dapat mencegah dan mengendalikan tingkat inflasi,tingkat ekspor, serta
terpeliharanya keseimbangan neraca perdagangan. (Rusdin,2002 : 2-10)
Peningkatan volume perdagangan luar negeri juga dipengaruhi kurs
mata uang asing.Permintaan terhadap mata uang asing timbul bila kita
mengimpor barang-barang dan jasa dari luar negeri atau melakukan investasi
Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang
cukup besar untuk melaksanakan pembangunan yang besar. Kebutuhan dana
yang besar tersebut terjadi karena upaya untuk mengejar ketertinggalan dari
negara-negara maju,baik dikawasan regional maupun kawasan global.
Disamping menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga
mengundang sumber pembiayaan luar negeri, salah satunya adalah
Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Invesment). (Sarwedi,
2001 : 17)
Jadi investasi yang semakin besar jumlahnya akan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang semakin besar pula. Masyarakat dan dunia
mempunyai penanaman keuangan bank dan non bank yang berkaitan dengan
penghimpunan dana masyarakat maupun penetapan tingkat suku bunga
menjadi semakin penting. Selain ini tidak dapat dilepaskan pula kaitan
kondisi ekonomi makro, seperti yang ditunjukkan indikator-indikator
ekonomi makro. Seperti tercermin dari informasi angka-angka dalam produk
domestik bruto serta peningkatan investasi dalam teknologi dapat mendorong
peningkatan saldo neraca pembayaran Indonesia, karena itu upaya-upaya
yang dilakukan masyarakat dan dunia usaha dalam hal ini investor asing dan
pemerintah menggerakkan perekonomian tidak dapat dilepaskan dari hal
tersebut.(M.L Jhingan,2002 : 482)
Seiring dengan krisis keuangan global yang terjadi di tahun 2008
perdagangan Internasional Indonesia mengalami penurunan.Sejak tahun
posisi 27.9 miliar dollar AS di tahun 2005, pada tahun 2007 neraca
perdagangan Indonesia mencapai 39.6 miliar dollar. Akan tetapi pada tahun
2008 anjlok hingga sebesar 7.8 miliar dollar AS.Di tahun 2009 terjadi
peningkatan dan membaik ke level 19.7 miliar dollar AS. Sementara itu di
tahun 2010 ini kembali terjadi peningkatan pada periode januari hingga april
2010 neraca perdagangan Indonesia 8.8 miliar dollar AS, mengalami
kenaikan di bandingkan periode yang sama pada tahun 2009, sebesar 7.2
miliar dollar. Surplus transaksi berjalan menunjukkan bahwa ekspor suatu
Negara lebih besar dari pada impornya sehingga Negara tersebut mengalami
akumulasi kekayaan valuta asing dan mempunyai saldo positif dalam
investasi luar negeri. Sebaliknya, defisit transaksi berjalan berarti impor lebih
besar dari pada ekspor sehingga terjadi pengurangan investasi dalam luar
negeri.(www.bi.go.id, 2010)
kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah adalah kebijaksanaan
yang harus dapat mengatasi masalah perekonomian secara keseluruhan. Di
satu pihak dapat meningkatkan ekspor sebagai penghasil devisa guna
membiayai impor serta pembayaran bunga dan cicilan utang luar negeri, dan
di lain pihak dapat menekan laju inflasi. Penekanan laju inflasi diarahkan
untuk mencegah penurunan daya beli masyarakat, terutama golongan
mayoritas yang banyak mengkonsumsi keperluan bahan pokok, tetapi disisi
lain juga merupakan alat yang ampuh untuk mempertahankan nilai tukar
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah Foreign Direct Investment (FDI), Kurs, dan PDB dapat
mempengaruhi perubahan Neraca Perdagangan Indonesia?
2. Manakah yang paling dominan, besar perubahan Foreign Direct
Invesment (FDI), Kurs, dan PDB pengaruhnya terhadap perubahan
Neraca Perdagangan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh Foreign Direct Investment (FDI), Kurs, dan
PDB terhadap perubahan Neraca Perdagangan Indonesia.
2. Untuk Mengetahui variabel mana yang berpengaruh paling dominan
antara Foreign Direct Investment (FDI), Kurs, dan PDB Pengaruhnya
terhadap perubahan Neraca Perdagangan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui perkembangan perekonomian dalam negeri terhadap
sektor perdagangan luar negeri.
2. Dapat memberikan informasi untuk digunakan sebagai bahan
pertimbangan penelitian selanjutnya.
3. Memberikan informasi sebagai pertimbangan untuk penelitian
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai neraca
perdagangan Indonesia dan hasil penelitian tersebut adalah :
Menurut Erwinda ( 2009 : X ) yang berjudul “Analisis Pengaruh
PMA, Jumlah Uang Beredar dan Inflasi terhadap Neraca Perdagangan
Indonesia”. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis Fhitung =
5,546 > Ftabel = 3,48 pada tingkat α = 5% maka Ho ditolak dan Hi
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan PMA(X1),
JUB(X2), inflasi(X3), pengeluaran pemerintah(X4),secara bersama-sama
berpengaruh terhadap neraca perdagangan di Indonesia(Y).Secara parsial
PMA(X1) berpengaruh signifikan sebesar 0.05, dan berhubungan positif
terhadap variable terikat(Y), dimana thitung 3,626 > ttabel 2,228. JUB(X2)
berpengaruh signifikan sebesar 0,05 dan berhubungan positif terhadap
variable terikat(Y) dimana thitung 1,447 , ttabel 2,228. Inflasi(X3)
berpengaruh signifikan sebesar 0,05 dan berhubungan positif terhadap
variable terikat, dimana thitung 0,177< ttabel 2,228, pengeluaran pemerintah
(X4) berpengaruh signifikan sebesar 0,05 dan berhubungan positif
terhadap variable terikat(Y) dimana thitung -1,432 < ttabel – 2,228.
Menurut penelitian Nancy Nopelin ( 2009 ) yang berjudul
Indonesia” dengan variable terikatnya Neraca Perdagangan (Y), GDP
Indoneia (X1), GDP Jepang (X2), Nilai Tukar Riil (X3). Metode analisis
yang digunakan adalah metode analisis kointegrasi dan model yang
digunakan adalah Error Correction Model.Penelitian ini menggunakan
jangka panjang dan jangka pendek untuk mengetahui pengaruh nilai
tukar riil neraca perdagangan bilateral Indonesia – Jepang.Hasil yang
ditemukan bahwa perdagangan bilateral Indonesia dengan mitra dagang
utamanya dalam jangka panjang memenuhi kondisi Marshall-Lerner
sehingga fenomena J-curve juga terjadi.Sebaliknya Marshall-Lerner
condition tidak terjadi dalam jangka pendek sehingga tidak terjadi
fenomena J-curve dalam perdagangan Indonesia-Jepang. Artinya shock
dari nilai tukar riil tidak memberikan perbaikan terhadap Neraca
Perdagangan bilateral dalam jangka pendek.
Menurut Lies Maulina ( 2008 : X ) yang berjudul “Beberapa
Faktor Yang Mempengaruhi Neraca Perdagangan Indonesia” dengan
variable terikatnya Neraca Perdagangan (Y), Kurs (X1), Pertumbuhan
Ekonomi (X2), PMA (X3), Impor (X4), Dummy (X5). Model analisis
yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan menggunakan
alat bantu computer Program Statistik Program for Social Science
(SPSS) Versi 11.0 yang menunjukkan pengaruh secara signifikan antara
variabel bebas dan variabel terikat.Kesimpulan dari variabel ini yaitu
secara simultan menunjukkan bahwa Kurs (X), Pertumbuhan Ekonomi
Perdagangan Indonesia (Y), ini dapat dilihat dari Fhitung sebesar6,341
>Ftabel sebesar 3,33 maka Ho ditolak dan Hi diterima. Kurs Rp/US$ (X)
tidak berpengaruh terhadap Neraca Perdagangan Indonesia karena nilai
kurs yang naik atau turun menunjukkan kondisi perekonomian yang
tidak stabil.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Neraca Perdagangan Indonesia
Neraca perdagangan adalah selisih antara nilai ekspor dengan nilai
impor komoditi dari suatu kegiatan transaksi perniagaan barang dan jasa
antara dua negara atau lebih.
2.2.1.1 Definisi Perdagangan
Fenomena transaksi dan pertukaran sudah merupakan komponen
dasar bagi kegiatan manusia di seluruh dunia. Sekalipun di desa – desa
yang sangat terpencil, secara teratur orang –orang bertemu dipasar –
pasar desa untuk tukar–menukar barang, kadangkala dengan uang, tetapi
pada umumnya dengan barang lainnya melalui transaksi barter yang
sederhana.
Mengapa orang berdagang ?pada dasarnya karena dimungkinkan
untuk mendapatkan keuntungan. Karena masing – masing orang
mempunyai kemampuan dan sumber daya yang berlainan.Dan mungkin
yang beraneka ragam, sebagaimana kemampuan fisik dan keuangan,
membuka kemungkinan perdagangan yang menguntungkan. ( Todaro,
2000 :16 )
Perdagangan diartikan sebagai proses tukar - menukar yang
didasarkan atas kehendak sukarela masing - masing pihak. Prinsip
Laissez Faire di kaum klasik dalam teori perdagangan internasional
kaum klasik menganjurkan hendaklah tiap negara mengkhususkan
didalam produksi untuk menghasilkan (spesialisasi produksi) dan
kemudian berdagang dengan negara lain secara bebas. (Boediono, 2001
: 10)
2.2.1.2 Perdagangan Internasional
Karena dengan adanya Perdagangan Internasional maka mobilitas
dari barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu Negara dapat dengan
cepat dijual dan digunakan oleh konsumen yang ada di Negara lain.
Perdagangan Internasional merupakan hal yang vital karena
perdagangan luar negeri ( foreign trade ) akan mengembangkan
kemungkinan konsumsi suatu bangsa. Perdagangan luar negeri
memungkinkan suatu negara mengkonsumsi lebih banyak barang
dibanding yang tersedia menurut garis perbatasan kemungkinan pada
keadaan swasembada tanpa perdagangan luar negeri. (Samuelson, 2003
Perdagangan internasional dapat didefinisikan terdiri dari
kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu negara asal yang melintasi perbatasan
menuju suatu negara tujuan yang dilakukan oleh suatu perusahaan
(MNC) Multi National Corporation untuk melakukan perpindahan
barang dan jasa, perpindahan modal, perpindahan teknologi dari
perpindahan merek dagang.
Dengan kemajuan teknologi yang sangat cepat, sehingga
perkembangan spesialisasi menjadi semakin pesat sebagai akibatnya
semakin meningkat pula produksi barang dan jasa yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan kita.Perkembangan spesialisasi berarti pula
perkembangan perdagangan karena tidak semua sumber daya digunakan
untuk menghasilkan barang dan jasa dapat diperoleh di dalam negeri
saja. Kemungkinan yang terjadi dalam perdagangan antar negara
(Boediono, 2001 : 12), yaitu :
a. Tukar menukar barang dan jasa
b. Pergerakan sumber daya melalui batas - batas negara
c. Penggunaan teknologi sehingga dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi negara -negara yang terlibat di dalamnya.
Alasan yang paling nyata penyebab berbagai negara melakukan
perdagangan satu sama lain adalah karena setiap negara tidak
menghasilkan semua barang yang dibutuhkannya. Dalam dunia
modern sekarang, suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh
kemajuan teknologi yang sangat cepat, mengakibatkan meningkatnya
produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan untuk
memuaskan kebutuhan. Perkembangan spesialisasi pada akhirnya akan
mendorong perkembangan perdagangan, karena tidak semua sumber
daya yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang dapat
diperoleh di dalam negara, perdagangan antar negarapun meningkat
dengan cepat.
Adanya perdagangan internasional, selain dapat memenuhi
kebutuhan dalam negara juga dapat memperoleh keuntungan yakni
dapat membeli barang yang harganya relatif lebih rendah daripada
memproduksi sendiri atau membeli bahan baku yang harganya relatif
lebih rendah daripada harga bahan baku dalam negara, dan mungkin
dapat menjual barang dengan harga yang relatif tinggi.
Perdagangan internasional berupa kegiatan ekspor impor
merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi yang
selalu memberikan sumbangan yang positif. Jadi dapat dikemukakan
apabila suatu negara ingin mencapai kemakmuran yang lebih tinggi
lagi maka mereka harus menggalakkan perdagangan internasional.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perdagangan
internasional adalah perdagangan antara kedua belah pihak antar
Tabel 1. Contoh Pencatatan Neraca Pembayaran
Debit Kredit
Transaksi Berjalan
- Penjualan plywood ke Inggris; Penjualan Computer ke Singapura
- Penjualan Pesawat Cessna ke Arab Saudi
- Pendapatan bunga atas pinjaman-
pinjaman; Profit perusahaan RI di luar
negeri; Pengeluaran wisatawan
Jepang di Bali
Neraca Modal
- Pembelian real estate RI oleh
penduduk Jepang; investasi pada
ekspansi pabrik di RI oleh Honda
- Pembelian obligasi RI oleh bank
Jepang; meningkatnya kepemilikan
pemerintah Arab Saudi atas deposito BI
Cadangan Devisa Negara
- Pembelian Mobil dari Jepang; Pembelian gandum dari A.S
- Pembayaran kepada pekerja Filipina pada perusahaan Indonesia di filipina
- Tagihan/biaya hotel wisatawan RI di Paris; Profit penjualan subsidiary
Kimia Farma di Jerman
- Transfer dana dari penduduk RI
keturunan Cina kepada keluarganya di
Cina; Bantuan ekonomi kepada Bosnia
- Invesatasi baru pada pabrik kimia
Jerman oleh Kimia Farma; pembelian
Saham-saham dan obligasi Australia
Oleh orang RI.
- Deposito BI pada bank Inggris;
pembelian obligasi Swiss oleh BI
-Pembelian emas oleh BI; meningkatnya kepemilikan Yen Jepang oleh BI
Sumber : Laporan Bank Indonesia
2.2.1.3. Tujuan dan Manfaat Perdagangan
A. Tujuan Perdagangan
Perdagangan Internasional memiliki beberapa tujuan diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemakmuran nasional, namun keuntungan dan
2. Meningkatkan produksi dan ekspor barang yang memiliki
suatu keunggulan komperatif sehingga diharapkan akan
menghasilkan devisa bagi suatu Negara.
3. Agar suatu negara mencapai tingkat output dan konsumsi yang
efisien, didorong untuk berspesialisasi dengan harga yang
menarik yang ditawarkan untuk barang ekspor.
4. Penyesuaian terhadap perdagangan meminta atau memerlukan
biaya jangka pendek yang nil yang harus diimbangi dengan
keuntungan riil dari perdagangan.
Dalam model perdagangan dasar, impor dan ekspor meluas secara
serempak menuju keseimbangan perdagangan.Dalam kenyataannya para
produsen domestik dalam industri ekspor dalam suatu negara biasanya
tidak bisa meluaskan produksi dan ekspornya secepat produksi barang
impor dunia yang menembus pasar negeri tersebut.Suatu defisit
perdagangan jangka yang terjadi hampir tidak dapat dihindarkan. Defisit
ini buruk pengaruhnya terhadap pertumbuhan, tingkat harga,
kesempatan kerja, pembentukan modal dan hutang luar negeri. Semua
itu adalah biaya penyesuaian terhadap perdagangan jangka pendek dan
harus dievaluasi terhadap keuntungan perdagangan jangka panjang.
B. Manfaat Perdagangan
l. Perdagangan dapat meningkatkan kesejahteraan nasional
secara keseluruhan.
2. Perdagangan akan menyamakan semua harga faktor dalam
negeri seperti ; harga barang yang diperdagangkan, laba modal
serta tarif upah akan sama disemua negara (perdagangan
bebas).
3. Perdagangan dapat mengontrol tingkat laju inflasi serta nilai
kurs tengah dari mata uang suatu negara terhadap negara lain.
4. Perdagangan dapat mengurangi kekuasaan monopoli.
5. Perdagangan dapat memacu kemajuan teknologi.
6. Perdagangan dapat merubah laju pertumbuhan dan preferensi
konsumen.
2.2.1.4. NeracaPerdagangan dalam Sistem Pembayaran Internasional.
Neraca pembayaran internasional merupakan suatu catatan
mengenai transaksi - transaksi penduduk suatu negara dengan penduduk
negara lain. Ada dua neraca utama dalam neraca pembayaran yaitu
neraca transaksi berjalan dan neraca transaksi modal.Neraca transaksi
berjalan mencatat perdagangan barang dan jasa saja.Neraca modal
mencatat modal yang masuk dan berasal dan luar negeri atau sebaliknya
modal yang menjalin ke luar negeri.
Neraca perdagangan hanyalah mencatat transaksi ekspor dan impor
komoditi masih banyak hal lain yang diperdagangkan secara
internasional. Neraca pembayaran bukanlah neraca dalam arti
pembukuan biasa. Neraca dalam arti pembukuan biasa adalah suatu
daftar semua harta, hutang dan modal suatu usaha kegiatan perdagangan
pada saat tertentu (selama 1 periode), dan tidaklah menunjukkan
besarnya atau keadaan modal suatu negara, melainkan perubahan –
perubahan posisinya.
2.2.1.5. Keseimbangandan Ketidakseimbangan Neraca Pembayaran
Awal teori neraca pembayaran, terutama konsep neraca
perdagangan muncul dalam sejarah pemikiran ekonomi di era
merkantilisme.Ide dasar faham ini adalah suatu negara seharusnya
memiliki surplus neraca perdagangan sehingga terjadi aliran emas
masuk, dengan demikian kekayaan negara semakin besar.Thomas Mun
salah satu tokoh merkantilisme mengemukakan prinsip neraca
perdagangan harus surplus.Untuk surplus ini dia merekomendasikan
pembatasan impor serta mendorong ekspor.
David Hume mengangkat pendapat diatas dengan mengatakan
bahwa pemerintah tidak perlu mengatur perdagangan internasional. Dia
percaya bahwa neraca perdagangan internasional akan seimbang
dengan sendirinya melalui mekanisme aliran emas (Specie Flow
Mechanism). Bekerjanya mekanisme ini adalah sebagai berikut : jika
akan terjadi aliran emas masuk yang menyebabkan jumlah uang beredar
bertambah, yang pada gilirannya akan mengakibatkan kenaikan harga.
Efek selanjutnya adalah nilai ekspor menurun dan impor naik sampai
keseimbangan neraca pembayaran kembali tercapai.(Hamdi Hadi,
2004 : 25)
Faktor - faktor yang menimbulkan ketidakseimbangan neraca
pembayaran internasional antara lain :
1. Perubahan tingkat harga dalam negeri
Faktor utama penyebab perubahan tingkat harga dalam negeri adalah
biaya produksi barang, yaitu menurunkan atau menaikkan biaya
operasi barang ekspor.Sebab menurunnya harga barang ekspor
berarti bahwa untuk mengimpor sejumlah barang tertentu harus
mengorbankan barang ekpor dengan jumlah yang relatif besar.
2. Struktur pasar
Struktur produksi tertentu, membutuhkan kombinasi faktor produksi
tertentu.Dalam artian struktur produksi agraris lebih membutuhkan
pada kesuburan tanah dan tenaga manusia yang rajin dan
cakap.Tetapi untuk industri yang lebih dibutuhkan modal dan
kecakapan.Hasil produksi agraris sesuai dengan sifatnya.Lebih
tergantung pada faktor-faktor alamiah itu merupakan sebab
penawaran itu elastis, dan karena itu relatif sukar untuk dapat segera
disesuaikan dengan perubahan permintaan luar negeri.
Hutang - piutang pinjaman luar negeri sifatnya jangka pendek. Bagi
negara-negara kreditur pinjaman - pinjaman itu akan mengurangi
cadangan internasional dan dapat menimbulkan ketidakseimbangan
neraca pembayaran.
4. Pergeseran permintaan luar negeri.
Pergeseran atau permintaan luar negeri dapat menimbulkan
ketidakseimbangan neraca pembayaran yang disebabkan oleh :
a. Faktor penawaran saingan kita
b. Perubahan - perubahan luar negeri itu sendiri
c. Faktor - faktor penawaran kita
Disamping faktor - faktor tersebut, maka permintaan luar negeri
akan barang - barang ekspor kita kurang, bila negara tersebut dengan
kemajuan teknologi berhasil menurunkan barang - barang subtitusi.
5. Ketidakstabilan dalam negeri
Dengan pengertian ketidakstabilan ekonomi, yang dapat dilihat pada
ketidakstabilan harga, keguncangan dalam kurs wesel. Kegoncangan
tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain :
a. Faktor saving investasi
b. Faktor ekspor impor
c. Faktor anggaran belanja negara dan sebagainya
Bencana alam yang cukup besar seperti banjir, gempa bumi yang
hebat dan sebagainya yang semuanya dapat merusakkan produksi
dalam negeri dimana bencana alam itu terjadi (Sobri 2001 :187).
2.2.1.6. Cara Untuk Mengatasi Ketidakseimbangan Neraca Pembayaran
Internasional
Cara dalam mengatasi ketidakseimbangan Neraca Pembayaran
Internasional dapat dijelaskan dalam kurva sebagai berikut:
Gambar 1.Alternatif untuk mengatasi ketidakseimbangan
Neraca Pembayaran Internasional
Sumber : Nopirin, Ekonomi Internasional, Pengantar Lalu Lintas Pembayaran
Internasional, 2000 : 181
Dari gambar diatas keseimbangan mula - mula adalah pada kurs
OR0 dan jumlah valuta asing yang diperdagangkan OX0 keseimbangan
ini terganggu, misalnya dengan bergesernya permintaan valuta asing D0
[image:30.612.172.520.254.549.2](defisit NPI) sebesar X0X1. Untuk mengatasi ketidakseimbangan ini
beberapa alternatif yang dapat diperoleh oleh suatu negara antara lain :
a. Membiarkan tingkat kurs naik menjadi OR1 (kurs, yang berubah).
b. Memberikan posisi penyeimbangan berjalan secara otomatis
melalui perubahan harga dan pendapatan (kurs tetap atau standar
emas ).
c. Pemerintah dapat menambah penawaran devisa di pasar dengan
menggunakan cadangan yang dimiliki.
d. Kebijaksanaan deflasi (untuk menunjukkan ongkos produksi dan
harga) serta mengurangi permintaan total dan pendapatan guna
menekan impor.
e. Melakukan pengawasan Devisa.
2.2.1.7. Cara-Cara Pembayaran Internasional
Cara pembayaran internasional, menurut sejarahnya di bagi
menjadi tiga tingkatan yaitu :
1. Pengiriman Full Bodied Money
Dalam masa dimana negara masih menganut standar emas penuh,
dimana dalam negara - negara tersebut membuat mata uangnya dari
logam - logam mulia yang bernilai penuh, masalah pembayaran
internasional lebih mudah dipisahkan.Pada masa demikian hutang
piutang yang timbul terutama karena transaksi perdagangan
nyatalah bahwa dalam masa penggunaan full bodied money, hutang
yang timbul karena perdagangan internasional, dipisahkan dengan
mengirim mata uang yang serupa dengan alat pembayaran umum
yang berlaku di negerinya.
2. Pengiriman Bill of Exchange
Bill of Exchange dimaksud suatu perintah tertulis tanpa syarat
dialamatkan oleh seseorang lajunya, agar orang terhadap siapa surat
perintah tersebut dialamatkan membayar sejumlah uang sewaktu -
waktu atau pada saat tertentu pada waktu yang akan datang kepada
seseorang tertentu atau kepada si pemegang surat perintah tersebut.
3. Pengiriman Cheque
Dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
a. Dengan pengiriman cek, yaitu bilamana seseorang yang
berhutang keluar negeri bermaksud melunaskan hutangnya itu,
hal itu dapat tercapai dengan jalan membeli cek luar negeri dari
suatu bank. Cek itu kemudian dikirim kepada kreditor di luar
negeri.Kreditor setelah menerima cek tersebut, dapat menagih
piutangnya dengan menjual cek tersebut kepada suatu bank atau
memasukkan cek itu kedalam rekeningnya pada suatu bank
langganannya.
b. Dengan pengiriman instruksi pembayaran itu yaitu orang yang
berhutang keluar negeri dapat melunaskan hutangnya itu dengan
menerbitkan rekening orang yang berhutang tadi di dalam bank
tersebut. (Manulang, 2003 : 144).
2.2.1.8. Teori Harga
Berthil Ohlin (2004 : 42) dalam buku ekonomi internasional
berpendapat bahwa perdagangan internasional itu sebenarnya
adalah masalah harga. Jelaslah perbedaan harga yang menyebabkan
timbulnya kegiatan perdagangan internasional. Oleh karena itu
Berthil Ohlin membahas perdagangan internasional mengikuti jalur
proses mekanisme pembentukan harga yang sudah sendirinya harus
menyelidiki faktor - faktor yang menentukan atau mempengaruhi
permintaan dan penawaran, karena harga suatu barang itu terjadi
karena adanya permintaan dan penawaran atas barang tersebut.
Perbedaan harga yang menjadi dasar dari timbulnya perdagangan
internasional, menurut Ohlin adalah disebabkan oleh perbedaan
komposisi dan proporsi faktor - faktor produksi yang dimiliki oleh
negara di dunia ini.
Perbedaan faktor - faktor produksi dengan sendirinya akan
menimbulkan perbedaan pula dalam tingkat produktivitasnya,
jumlah penawaran hasil produksi, jumlah penawaran dan faktor
hasil serta perbedaan dalam kebutuhan atau permintaan, jadi logis
apabila suatu negara melakukan spesialisasi produksi atas suatu
faktor produksi yang dimiliki oleh negara tersebut, dalam artian
bahwa dalam kombinasi faktor-faktor produksi untuk spesialisasi
produksi itu lebih banyak dipergunakan faktor-faktor produksi yang
relative banyak tersedia di negara tersebut, sehingga barang -
barang hasil spesialisasi tersebut mudah untuk dipertukarkan atau
diekspor kenegara lain.
Jadi dapat dikatakan bahwa pertukaran atau perdagangan
barang atau jasa antar negara dimungkinkan oleh perbedaan faktor -
faktor produksi dan kemungkinan mengkombinasikannya. Dan
perbedaan -perbedaan tersebutlah yang merupakan sebab dari
perbedaan harga yang kemudian perdagangan internasional itupun
akan berpengaruh pada tingkat harga. Perdagangan internasional
mempunyai tendensi bahwa tingkat- tingkat harga itu kemudian
akan menjadi sama. Proses penyamaan tingkat harga akan
berlangsung lebih cepat lagi bilamana dalam perdagangan
internasional akan terdapat rintangan-rintangan yang membatasi
perdagangan internasional seperti adanya biaya dan cukai serta
ongkos transport.
Perdagangan disamping mempunyai tendensi untuk
menyamakan harga barang, juga akan mempersamakan harga-harga
faktor produksi sebab bilamana negara itu mengekspor sejenis
barang, maka harga ekspor tersebut adalah hasil harga kombinasi
yang relatif banyak di negara tersebut. Bila barang ekspor makin
banyak diminta, maka harga faktor produksi yang relatif murah
akan meningkat. Sehingga jelas bahwa perdagangan
berkecenderungan untuk menyebabkan naiknya harga-harga faktor
produksi yang mula-mula rendah ( Sobri, 2001: 42).
2.2.1.9. Teori Perdagangan Internasional Teorema Hecksher - Ohlin (H-O)
Teorema (H- O) merupakan teori perdagangan internasional.
Teori ini pada dasarnya merupakan penyempurnaan teori
perdagangan internasional klasik yang dikemukakan oleh ahli –ahli
ekonomi sebelumnya tentang teori keunggulan mutlak dari Adam
Smith yang menyatakan bahwa perdagangan internasional
mendasarkan pemikirannya, setiap negara dapat berspesialisasi dan
efisiensi produksi untuk menghasilkan suatu komoditi untuk
memperoleh keunggulan mutlak. Teorema H- O juga merupakan
penyempurnaan dari teori keunggulan komparatif dari David
Ricardo yang menyatakan bahwa perdagangan internasional terjadi
Karena adanya keunggulam komparatif yang dimiliki negara
masing - masing pelaku.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Eli Heckscher
dan Berthil Ohlin dari Swedia. Eli Heckscher dalam artikel singkat
yang berjudul The effect of foreign trade on distribution of income
perdagangan suatu negara. Kemudian oleh anak didiknya Berthil
Ohlin hal tersebut dikembangkan dalam bukunya Interregional and
International Trade (1933).Pola perdagangan dari H - O yang adalah
suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan dengan
cara menghasilkan barang-barang yang menggunakan lebih banyak
faktor produksinya secara relatif melimpah (Lindert dan
Kindleberger, 2001 :32). Teorema H - 0 dapat disimpulkan sebagai
berikut :
Barang - barang yang berbeda memerlukan proporsi faktor
produksi yang berbeda - beda dan negara yang berbeda memiliki
kekayaan faktor produksi relatif dalam menghasilkan barang -
barang yang menggunakan secara intensif faktor - faktor yang
mereka miliki dalam jumlah yang lebih banyak, karena alasan inilah
setiap negara akan mengeskpor barang-barang yang faktor
produksinya relatif lebih banyak dan akan mengimpor barang -
barang yang menggunakan faktor - faktor produksi yang relatif
langka di dalam negeri secara lebih intensif.
Lebih jelasnya perdagangan internasional akan terjadi karena
perbedaan dari faktor produksi diantara negara - negara, teori
keunggulan komparatif muncul karena adanya penggunaan faktor
produksi yang melimpah dari suatu negara. Akibat adanya
perdagangan internasional adalah adanya kecenderungan terjadinya
Sebagai gambaran adalah sebagai berikut : suatu negara
sebabnya menghasilkan suatu barang yang menggunakan faktor
produksi yang relatif lebih banyak tersedia, sehingga harganya relatif
lebih murah. Sebagai misal, Indonesia yang memiliki lebih banyak
tenaga kerja sebaiknya mengekspor barang - barang yang padat
karya sedangkan Jepang yang barangnya relatif padat modal dapat
mengimpor barang dari Indonesia.
Teori klasik dan teorema H - O sebenarnya mempunyai
persamaan yakni keduanya berpendapat bahwa suatu negara
menghasilkan sekaligus mengekspor suatu barang yang faktor
produksinya terdapat berlimpah di negara itu.Sedangkan
perbedaannya terletak pada penentuan biaya produksi.
2.2.2 Foreign Direct Investment (FDI)
2.2.2.1 Pengertian Foreign Direct Investment (FDI)
Menurut Rusdin (2002 : 1), Foreign Direct Investment (FDI)
menyebutkan bahwa investasi luar negeri langsung sebagai suatu arus
pemberian pinjaman kepada, atau pembelian kepemilikan, perusahaan
luar negeri yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh penduduk dari
2.2.2.2 Teori Foreign Direct Investment (FDI)
Menurut Rusdin, (2002 : 10-14) di dalam teori Foreign Direct
Investment (FDI), menjelaskan bahwa mengapa perusahaan akan
menguntungkan dengan melakukan investasi langsung dalam arti
memasuki pasar luar negeri apabila dua alternatif lainnya tersedia
untuknya, yaitu mengekspor (exporting) dan melakukan lisensi
(licensing). Mengekspor berarti memproduksi barang-barang dalam
negeri kemudian mengapalkannya ke Negara penerima
penjualan.Sedangkan melakukan lisensi berarti menjamin hak atas
kepemilikan asing (lisensi) untuk memproduksi dan menjual produk
perusahaan sebagai upaya memperoleh keuntungan berupa fee royalty
dari setiap unit penjualan.
Sepintas dapat dilihat bahwa mungkin FDI lebih mahal dan
beresiko apabila dibandingkan dengan mengekspor dan melakukan
lisensi, sebab perusahaan harus membangun fasilitas produksi di luar
negeri atau mengakuisisi perusahaan-perusahaan asing.Dalam
mengekspor terdapat keterbatasan-keterbatasan antara lain oleh biaya
transportasi dan hambatan-hambatan perdagangan. Apabila biaya
transportasi merupakan hambatan besar biaya produksi, maka hal ini
tidak menguntungkan untuk pengiriman beberapa produk ke jarak yang
lebih jauh. FDI banyak dilakukan sebagai respon terhadap ancaman dari
hambatan-hambatan perdagangan, seperti tarif impor atau quota impor.
meningkatkan biaya ekspor jika dibandingkan dengan FDI dan lisensi,
tidak hanya keterbatasan dalam mengekspor saja tetapi demikian halnya
dengan lisensi. Berbagai keterbatasan dalam melakukan lisensi,
diantaranya adalah :
a. Melakukan lisensi dapat memberikan perusahaan technological
know-how yang bernilai kepada pesaing luar negeri yang
potensial.
b. Dengan melisensi, pengendalian yang ketat terhadap pabrikasi,
pemasaran, dan strategi menjamin kepada pemegang lisensi
dengan menghasilkan fee royalty.
c. Dengan melisensi timbul ketika keunggulan bersaing perusahaan
tidak didasarkan lebih banyak pada produknya, seperti diatas
kemampuan manajemen, pemasaran, dan produksi yang
menghasilkan produk-produk tersebut.
2.2.2.3 Keunggulan Foreign Direct Investment (FDI)
Berdasarkan pembahasan tersebut, FDI mempunyai beberapa
keunggulan diantaranya bahwa suatu perusahaan akan untung dengan
melakukan FDI melebihi ekspor sebagai suatu strategi apabila
biaya-biaya transportasi atau hambatan perdagangan menjadikan ekspor tidak
menarik. Selanjutnya, perusahaan akan untung dengan melakukan FDI
keterampilan teknologinya atau melebihi opersinya dan strategi
bisnisnya. (Rusdin, 2002:15)
2.2.2.4 Manfaat dari Foreign Direct Investment (FDI)
Menurut Rusdin (2002 : 25-27), terdapat berbagai manfaat FDI
bagi Negara-Negara Host Country dan Home country. Bagi
Negara-Negara Host Country adalah :
a. FDI dapat menjadi subtitusi bagi impor barang dan jasa,
sehingga Negara dapat menekan volume impor agar tidak lebih
besar dari ekspor.
b. Ekspor yang dilakukan anak perusahaan MNE (Multi National
Enterprise)akan meningkatkan volume ekspor, sehingga ekspor
lebih besar dari impor.
Bagi Negara-Negara Home Country adalah :
a. Keuntungan dalam neraca pembayaran karena adanya arus
masuk pendapatan dari luar negeri.
b. Terburuknya peluang ekspor pada saat anak perusahaan MNE
(Multi National Enterprise) di luar negeri menciptakan
demand, baik dalam bentuk capital equipment, produk
komplementer dan sebagainya.
c. Keahlian berharga yang mungkin diperoleh dari Negara lain.
Perusahaan MNE adalah merupakan suatu instrument dominal
mengeksploitasi host country terhadap manfaat eksklusif
capitalist-imperialist home country. MNE menguras
keuntungan (profit) dari host country dan mengambilnya untuk
home country, tanpa memberikan nilai kepada host country
dalam pertukaran. Menurut penjelasan ini, suatu Negara tidak
boleh memberikan izin perusahaan-perusahaan asing untuk
melaksanakan FDI, hingga mereka dapat menjadi instrumen
pembangunan ekonomi, hanya karena dominasi ekonomi.
(Rusdin, 2002 : 22)
Dari manfaat-manfaat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
bagi host country, FDI membawa dampak positif dalam bentuk alih
sumber daya, penciptaan lapangan pekerjaan serta mengurangi defisit
dalam neraca pembayaran. Tetapi host country harus menanggung
sejumlah biaya dengan adanya FDI yaitu ancaman bagi pesaing lokal,
outflowof capital (keuntungan yang keluar dari suatu Negara) serta
ancaman hilangnya independensi ekonomi suatu Negara. Sedangkan
bagi home country, dampak positifFDI adalah arus masuk pendapatan
bagi neraca pembayaran, terciptanya peluang ekspor dan transfer
sumber daya yang mungkin diperoleh dari Negara lain. Biaya
ditanggung home country dari adanya FDI adalah berkurangnya
lapangan kerja serta peningkatan impor.( Rusdin, 2002 : 33)
2.2.3 Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
Kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda dan
terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang
tersebut. (Nopirin, 2000 : 163)
Kurs valuta asing diartikan sebagai mata uang asing dan alat
pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai
transaksi ekonomi dan keuangan internasional atau luar negeri dan
biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Sentral atau Bank
Indonesia (Hamdy Hady, 2001 : 24).
Kurs atau nilai tukar adalah jumlah atau harga mata uang
domestik dari mata uang luar negeri (asing) atau rasio antara satu unit
(satuan) mata uang dan jumlah mata uang yang lain pada waktu
tertentu. Kurs ini dipertahankan sama disemua pasar melalui arbitrase.
Arbitrase valuta asing adalah pembelian mata uang asing bila harganya
rendah dan menjual bila harganya tinggi. (Salvatore, 2004 : 140).Kurs
adalah nilai tukar suatu mata uang dengan mata uang Negara lainnya
yang ditetapkan.(Sukirno, 2002 : 103)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurs merupakan
perbandingan antara mata uang Negara satu dengan Negara lain yang
didalamnya terdapat perbandingan nilai sehingga untuk mendapatkan
maka harus menukarkan mata uang tersebut agar memperoleh satu unit
mata uang asing. Masih tingginya tekanan terhadap nilai tukar maka
akan mengakibatkan tingginya suku bunga. Tingginya ketidakpastian
mempengaruhi perilaku dan ekspektasi para pelaku pasar valas
terhadap kecenderungan melemahnya nilai tukar rupiah. Hal ini
tercermin pada pergerakan premi or ward yang berada pada tingkat
yang cukup tinggi. Kondisi tersebut tidak kondusif untuk menarik
investor asing menanamkan modalnya di dalam negeri sehingga
mengakibatkan suku bunga yang cukup tinggi.
Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar, apbila
transaksi jual beli valas dapat dilakukan secara bebas, maka kurs
valasakan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan
penawaran. Apabila pemerintah menjalankan kebijaksanaan stabilisasi
kurs, tetapi tidak dengan mempengaruhi transaksi swasta, makakurs ini
hanya akan berubah-ubah dalam batas yang kecil, meskipun
batas-batas ini dapat diubah dari waktu ke waktu,pemerintahan yang dapat
menguasai sepenuhnya transaksi valas. (Nopirin, 2000 : 172)
2.2.3.2. Sistem Kurs Valuta Asing
1. Sistem kurs tetap
Kurs tetap bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi dan
tetap, tetapi kurs lebih merupakan sistemnya yang diperkenalkan
untukberfluktuasi dalam batas sempit yang mengelilingi nilai prioritas
dimana keduanya tetap berdiri dan kekal. (Suparmoko, 2000 : 370)
Dalam sistem kurs tetap, kurs ditetapkan berdasarkan keputusan
adalah kurs yang berlaku tidak selalu menggambarkan tingkat
kelangkaan yang sebenarnya. Bisa terjadi nilai tukar yang ditetapkan
pemerintah terlalu tinggi dibandingkan dengan kurs pasar
(overvalued). Atau sebaliknya, nilai tukar yang ditetapkan pemerintah
terlalu rendah dibanding dengan kurs pasar (undervalued). Bila selisih
kurs yang ditetapkan dianggap terlalu jauh, maka pemerintah
melakukan koreksi. Koreksi atas nilai tukar yang dinilai terlalu tinggi
disebut devaluasi (devaluation), sedangkan koreksi untuk nilai tukar
yang dinilai terlalu rendah disebut revaluasi (revaluation).
Kondisi-kondisi yang dimaksud dapat dijelaskan dengan menggunakan kurva
[image:44.612.130.509.238.638.2]pada gambar 2 :
Gambar 2:
Penentuan Nilai Tukar Dalam Sistem Kurs Tetap
1 US$ = Rp S1 1 US$ = Rp
S2 S1
Kurs baru
Devaluasi Revaluasi Kurs awal
D1
D2
D1
0 0
Q1 Q2 US$ Q1 US$
(a) (b)
Nilai Rupiah Menguat Nilai Rupiah Melemah
Jadi revaluasi dan devaluasi pada prinsipnya juga merupakan koreksi
atas nilai tukar, seperti halnya dengan apresiasi dan depresiasi
berdasarkan mekanisme pasar.
2. Sistem kurs mengambang.
Karakteristik dalam sistem kurs mengambang yaitu berfluktuasi
dengan bebas sebagai reaksi perubahan permintaan dan penawaran
valutaasing. Sistem kurs mengambang tercipta pada tahun 1973.
sistem kurs ini merupakan sistem kurs yang paling sederhana dan
sesuai dengan modal persaingan kompetitif, dimana terdapat campur
tangan pemerintah untuk mendukung kurs sehingga kurs bebas
bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga faktor–faktor
yang mendasari permintaan dan penawaran valuta
asing.Implikasinya adalah bahwa sistem kurs mengambang akan
lebih berfluktuasi dari pada sistem kurs tetap. (Suparmoko, 2000 :
370)
Bila pertumbuhan permintaan lebih cepat dari pertumbuhan
penawarannya maka mata uang tersebut akan semakin mahal
(mengalami apresiasi). Bila nilai tukarnya melemah, atau mengalami
depresiasi, maka artinya pertumbuhan permintaan lebih lambat dari
pertumbuhan penawaran. Secara sederhana dapat ditumjukkan dalam
kurva sebagai berikut:
Gambar 3 :
Penentuan Nilai Tukar Dalam Sistem Kurs Mengambang
1 US$ = Rp S1 1 US$ = Rp S1
S2 S2
Apresiasi Depresiasi
D2 D2
D1 D 1
0 Q1 Q2 US$ 0 Q1 Q2 US$
(a) (b)
Nilai Rupiah Menguat Nilai Rupiah Melemah
Sumber : Manurung, Mandala, 2004, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (kajian Konsektual Indonesia), Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, halaman74.
3. Sistem kurs mengambang terkendali.
Sistem kurs mengambang terkendali(managed floating system)
adalah sebuah sistem dimana penguasaan moneter campur tangan dalam
pasar mata uang asing untuk memerlukan fluktuasi jangka pendek atau
tanpa mempengaruhi arah jangka panjang dalam nilai tukar.
(Manurung, 2004:74)
2.2.3.3. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata
Uang.
Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi nilai mata uang antara
mata uang satu dengan mata uang lainya atau negara lain :(Manurung,
1. Tingkat Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan dimana senantiasa terjadi
peningkatan harga-harga secara umum, atau suatu keadaan dimana
senantiasa terjadi penurunan nilai mata uang, karena semakin
meningkatnya jumlah uang, karena semakin meningkatnya jumlah
uang beredar di masyarakat.
2. Tingkat Bunga
Apabila tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat
bunga luar negeri akan mengakibatkan aktiva dalam negeri lebih
menarik bagi penanam modal bagi dari dalam maupun luar negeri,
sehingga akan menyebabkan terjadinya pemasukan modal yang
cenderung menimbulkan apresiasi dalam nilai tukar mata uang dalam
negeri.
3.Tingkat Pendapatan
Bila pendapatan riil masyarakat dalam negeri meningkat, maka
permintaan akan barang–barang impor akan meningkat, yang berarti
peningkatan permintaan valuta asing. Hal tersebutakan
mengakibatkan nilai tukar mata uang asing mengalami peningkatan,
dan mata uang dalam negeri akan mengalami depresiasi.
4. Faktor Spekulasi
Spekulasi adalah kegiatan membeli atau menjual mata uang
asing dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penurunan atau
2.2.3.4 Sistem Kurs yang Berubah–ubah
Didalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa
faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta
asing.Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi
pembayaran keluar negeri (impor).permintaan valuta asing di tentukan
dari transaksi debit dalam neraca. pembayaran internasional, sedangkan
penawaran valuta asing berasal dari eksportir, yakni berasal dari
transaksi kredit neraca pembayaran internasional. suatu mata uang
dikatakan kuat apabila transaksi autonomus debet (surplus neraca
pembayaran) sebaliknya di katakan lemah apabila neraca
pembayarannya mengalami defisit.
2.2.3.5 Sistem Kurs yang Stabil
Sistem kurs bebas sering menimbulkan adanya tindakan spekulasi
sebagai akibat ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing, oleh karena itu
1. Aktif :pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilitas kurs.
2. Pasif : suatu negara yang menggunakan sistem standartemas.
2.2.3.6 Perubahan–Perubahan Kurs Valuta Asing
Apabila kurs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme
pasar maka kurs tersebut akan selalu mengalami perubahan dari waktu
ke waktu. Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap
1. Perubahan dalam citarasa masyrakat.
Perubahan ini mempengaruhi permintaan. Apabila penduduk
suatu negara semakin lebih menyukai barang–barang dari suatu
negara lain, maka permintaan ke atas mata uang negara lain
tersebut bertambah. Maka perubahan seperti itu mempengaruhi
kecenderungan untuk menaikkan nilai mata uang negara lain
tersebut.
2. Perubahan harga dari barang–barang ekspor.
Apabila barang–barang ekspor mengalami perubahan maka
perubahan ini akan mempengaruhi permintaan ke atas barang
ekspor itu. perubahan ini akan mempengaruhi kurs valuta asing.
Kenaikan harga barang–barang ekspor akan mengurangi
permintaan ke atas barang tersebut di luar negeri. maka kenaikan
tersebut akan mengurangi penawaran mata uang asing.
3. Kenaikan harga–harga umum (inflasi).
Berlakunya keadaan demikian di suatu negara dapat
menurunkan nilai mata uangnya. disatu pihak kenaikan harga–
harga itu akan menyebabkan penduduk negara itu semakin banyak
mengimpor dari negara lain. Oleh karenanya permintaan atas
valuta asing bertambah mahal dan ini akan mengurangi
permintaanya dan selanjutnya akan menurunkan penawaran valuta
4. Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat pengembalian
Investasi.
Disamping dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan
dan penawaran ke atas barang–barang yang dipedagangkan
diantara berbagai negara, kurs valuta asing dipengaruhi pula oleh
aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. tingkat bunga dan
tingkat pengembalian investasi sangat mempengaruhi jumlah serta
aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat
pendapatan investasi yang lebih menarik akan mendorong
pemasukan modal ke negara tersebut.
5. Perkembangan ekonomi
Bentuk dari pengaruh perkembangan ekonomi kepada kurs
valuta asing tergantung kepada corak dari perkembangan ekonomi.
Semakin membaiknya perekonomian di suatu negara, berarti kurs
dalam negeri akan menguat. Dengan menguatnya nikai tukar mata
uang domestik, maka nilai tukar valuta asing akan rendah.
2.2.4. Produk Domestik Bruto (PDB)
2.2.4.1. Pengertian PDB
Produk domestik bruto adalah total produksi barang dan jasa yang
diproduksi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu satu tahun.
Produk domestik bruto merupakan hasil bersih semua kegiatan
produksi yang dihasilkan oleh semua produsen dalam suatu negara dari
berbagai sektor ekonomi. Agregat ini tidak sama dengan jumlah
produksi barang dan jasa secara keseluruhan, sebab dalam jumlah
produksi barang dan jasa ini ada kemungkinan terjadi perhitungan dua
kali atau lebihyaitu untuk bahan bahan yang dipergunakan untuk proses
produksi sebagai bahan baku dan penolong untuk memproduksi
bahan-bahan dari sektor lain. Oleh karea itu Produk domestik bruto di
definisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto dari semua sektor dan
diperoleh sebagai selisih antara nilai produk domestik bruto yang dinilai
atas harga yang diterima oleh produsen dikurangi pemakaian bahan baku
dan penolong yang dinilai atas harga pembelian.(Suparmoko,1999 :
11).
PDB diyakini sebagai indicator ekonomi terbaik dalam menilai
perkembangan ekonomi suatu Negara, perhitungan pendapatan nasional
ini mempunyai ukuran makro tentang kondisi suatu Negara.Pada
umumnya perbandingan kondisi antar Negara dapat dilihat dari
pendapatan nasionalnya sebagai gambaran, bank dunia menentukan
apakah suatu Negara berada dalam kelompok negara maju atau
berkembang melalui pengelompokan besarnya PDB. PDB suatu Negara
sama dengan total pengeluaran atas barang dan jasa dalam
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa produk
domestik bruto (PDB) merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai
barang atau jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu
daerah pada satu tahun.
Secara popular pendekatan penghitungan produk domestik bruto
(PDB) dengan 3 metode pendekatan yang dipakai yaitu:
1) Pendekatan produksi
Metode ini di hitung dengan menjumlahkan nilai produksi yang
diciptakan sector ekonomi produktif dalam wilayah suatu Negara
secara matematis :
2) Pendekatan pendapatan
Metode ini dihitung dengan menjumlah besarnya total pendapatan/
balas jasa setiap faktor-faktor produksi secara matematis.
3) Pendekatan pengeluaran
Metode ini dihitung dengan menjumlahkan semua pengeluaran
yang dilakukan berbagai golongan pembeli dalam masyarakat
secara matematis:
Mengawali penjelasan mengenai konsep dan defenisi,berikut ini
dijelaskan mengenai beberapa istilah yang berhubungan dengan
perhitungan domestik bruto (PDB) yaitu:
a. Output
Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu
dari perkalian kuantum produksi (quantum = q) dan harganya (
price = p). dengan demikian besaran output dapat diperoleh dengan
rumus: O = qxp. ( Anonim,2002:23)
b. Biaya Antara
Biaya antara merupakan nilai barang dan jasa yang digunakan
sebagai bahan untuk memproduksi output dan terdiri dari bahan
tidak tahan lama dan jasa yang digunakan dalam proses oleh
unit-unit produksi dalam domestik tertentu dalam rentang waktu
tertentu ( biasanya satu tahun ).
c. Nilai Tambah Bruto
Nilai tambah bruto (NTB) merupakan pengurangan dari nilai
output dengan biaya antaranya atau apabila dirumuskan menjadi
NTB = output-biaya antara.
2.2.4.2. Pendekatan Penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB)
Cara penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) menurut Badan
Pusat Statistik (2000) dapat diperoleh melalui tiga pendekatan yaitu:
a. Pendekatan produksi, produk domestik adalah jumlah nilai barang
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi
disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan
menjadi Sembilan sector atau lapangan usaha,yaitu:
2) Pertambangan dan penggalian
3) Industri dan pengolahan
4) Listrik,gas dan air bersih
5) Bangunan
6) Perdagangan,hotel dan restaurant
7) Pengakutan dan komunikasi
8) Jasa keuangan,persewaan dan jasa perusahaan
9) Jasa-jasa
b. Pendekatan pengeluaran, produk domestic bruto (PDB) adalah
penjumlahan komponen permintaaan terakhir,yaitu:
1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swata
yang tidak mencari untung.
2) Konsumsi pemerintah
3) Pembentukan modal tetap domestic bruto
4) Perubahan Stok
5) Ekspor netto dalam jangka panjang waktu tertentu
(biasanya satu tahun) ekspor netto adalah ekspor dikurangi
impor
c. Pendekatan pendapatan,produk domestic bruto (PDB) merupakan
jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut
serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu
tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah
hitungan tersebut akan dipotong pajak penghasilan dan pajak
langsung lainnya. (Anonim,2002:25)
2.2.5. Hubungan antar Variabel
2.2.5.1. Hubungan antara FDI dengan Neraca Perdagangan
FDI adalah investasi luar negeri langsung sebagai suatu arus
pemberian pinjaman kepada, atau pembelian kepemilikan,
perusahaan
luar negeri yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh penduduk
dari negara yang melakukan investasi. (Rusdin, 2002 : 1)
Investasi asing memegang peranan penting di dalam
perekonomian dalam negeri, kesempatan dalam berinvestasi di
Indonesia semakin terbuka, terutama bagi penanaman modal
asing.Keterbukaan ini sejalan dengan era perdagangan besar yang
dihadapi penanaman modal asing didorong bagi kegiatan ekspor dan
kegiatan yang belum dapat dilakukan oleh modal dan tehnologi
dalam negeri. Kesadaran akan perlunya penanaman modal asing
didasarkan atas harapan akan dapat memacu pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi, meningkatkan peran aktif masyarakat serta
2.2.5.2. Hubungan Antara Kurs dengan Neraca Perdagangan
Hubungan antara kurs dengan neraca perdagangan Indonesia
adalah jika pada tingkat kurs yang lebih tinggi atau yang dinilai lebih
dimana kemungkinan produksi, selera dan pendapatan telah
diketahui maka impor lebih besar dari pada ekspor sedangkan pada
tingkat kurs yang lebih rendah atau yang dinilai kurang maka ekspor
lebih besar dari pada impor. Apabila terdapat kestabilan atau
ketidakstabilan, maka akan terdapat perubahan-perubahan di dalam
kurs tukar. Jika stabil akan meningkatkan biaya valuta asing akan
menyebabkan para perdagangan akan memiliki lebih banyak valuta
asing. Apabila mengalami ketidakstabilan akan mengakibatkan
persediaan berlebih yang lebih besar dari mata uang suatu negara
(Lindert dan Kindleberger, 1993 : 304)
2.2.5.3 Hubungan Antara PDB dengan Neraca Perdagangan
Produk Domestik Bruto adalah total produksi barang dan jasa
yang di produksi disuatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu satu
tahun. PDB ini diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menilai
perkembangan ekonomi suatu Negara, apabila PDB mengalami
peningkatan maka akan berpengaruh positif terhadap neraca
perdagangan. Perhitungan pendapatan nasional ini mempunyai ukuran
makro utama tentang kondisi suatu Negara. Pada umumnya perbandingan
gambaran, bank dunia menentukan apakah suatu Negara berada dalam
kelompok Negara maju atau berkembang melalui pengelompokkan
besarnya PDB, dan PDB suatu Negara sama dengan total pengeluaran
atas barang dan jasa dalam perekonomian. (Herlambang, 2001)
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang ada, maka
kerangka pemikiran dan paradigmanya adalah sebagai berikut :
Sumber :Peneliti
Dengan meningkatnya FDI akan dapat mempengaruhi
kapasitas produksi barang ekspor yang semakin meningkat
sehingga neraca pembayaran mengalami peningkatan maka neraca
FDI (x1) Kapasitas produksi
barang ekspor
Kurs Rp terhadap $ (x2)
Ekspor Neraca Perdagangan
Indonesia (Y)
PDB (x3) Pendapatan
perdagangan sebagian dari struktur neraca pembayaran juga
mengalami peningkaan karena jumlah barang dan jasa yang di
ekspor lebih besar dari barang yang di impor. Sedangkan
penambahan kapasitas tersebut membutuhkan modal yang besar,
jika modal yang ada dalam negeri tidak mampu memenuhi
kebutuhan modal tersebut maka jalan keluarnya dengan
memanfaatkan penanaman modal dari investor asing atau
penanaman modal asing. (Hamdy, 2000 :15)
Kurs adalah jumlah mata uang yang domestik dari mata
uang luar negeri atau rasio antara satu unit satuan mata uang
dengan jumlah mata uang yang lain pada waktu tertentu dan
pengukurannya dinyatakan dengan satuan rupiah. Apabila kurs
rupiah terhadap Dollar Amerika melemah atau Rupiah
terdepresiasi maka terjadi peningkatkan ekspor karena harga
komoditas di pasar luar negeri