Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 1
ROADMAP REFORMASI BIROKRASI
BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN RI
A. RINGKASAN EKSEKUTIF
Seperti diketahui bahwa, Obat dan makanan merupakan unsur penting dalam pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Dengan pertimbangan derajat kesehatan yang optimal inilah, Badan POM menyusun peta strategi.
Sesuai dengan peta strategi Badan POM, pengawasan Obat dan Makanan sekaligus mempunyai dua outcome, yaitu : (1) terlindunginya masyarakat dari Obat dan Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat, yang didukung dengan outcome antara meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan menurunnya Obat dan Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat serta (2) meningkatnya daya saing pelayanan publik Badan POM yang juga merupakan upaya permberdayaan Badan POM kepada pelaku usaha. Dengan dua outcome tersebut, pengawasan obat dan makanan merupakan satu area dan upaya strategis karena selain berdampak pada perlindungan konsumen, juga merupakan unsur penting dalam meningkatkan daya saing mutu produk di pasar lokal maupun global.
Untuk mencapai dua outcome ini, tentu saja bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Hal ini terutama karena terjadi ketimpangan informasi (assymetry information) yang dihadapi oleh masyarakat ketika berhadapan dengan pelaku usaha di bidang obat dan makanan. Pengetahuan dan penguasaan sumber daya yang tidak seimbang mengakibatkan masyarakat sebagai konsumen hampir selalu menjadi pihak yang dilemahkan ketika terjadi transaksi. Hal ini diperparah dengan taraf hidup masyarakat. Sampai saat ini, masyarakat masih membelanjakan sebagian besar penghasilannya hanya untuk mencukupi pangan, dan lalu obat-obatan. Dengan taraf hidup demikian, tidak mengherankan jika preferensi masyarakat masih pada harga, belum pada keamanan, kualitas/mutu obat dan makanan yang dikonsumsinya. Disinilah peran Badan POM menjadi sangat strategis dalam melindungi masyarakat, dan tidak menjadikan masyarakat makin miskin dengan memilih produk yang tidak memenuhi syarat keamanan, mutu dan khasiat/kemanfaatan.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 2 Selain peran perlindungan masyarakat tersebut, sejalan dengan prioritas dan arah kebijakan nasional untuk meningkatkan investasi dan ekspor non migas, maupun Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), upaya pengawasan obat dan makanan, yang pada hakekatnya difokuskan untuk menjamin produk agar aman, bermutu, dan bermanfaat, juga merupakan upaya yang strategis untuk memberdayakan pelaku usaha dengan meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya.
Di era perdagangan bebas, dimana semua produk suatu negara terutama produk negara maju dapat menginfiltrasi pasar negara lain tanpa hambatan tarif, maka diperlukan pola penapisan produk negara lain yang lebih efektif yaitu menjadi hambatan non tarif. Melalui upaya penapisan ini, selain tiap negara akan menapis produk apa yang boleh beredar, juga konsumen semakin kritis dalam memilih produk yang akan dikonsumsi. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa pengawasan obat dan makanan mempunyai arti penting dalam arus tengah pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional.
Suatu kenyataan yang berkembang, utamanya setelah runtuhnya gedung kembar (Twin tower) di New York pada tahun 2001, isu terorisme merebak menjadi satu isu internasional yang sangat ditakuti dunia. Bentuk terorisme dikhawatirkan akan berkembang, tidak hanya dalam ujud kekerasan fisik, namun juga dalam bentuk meracuni berbagai produk makanan dengan mikro organisme berbahaya.
Oleh karena itu, bio terrorism menjadi satu bentuk terorisme yang kini diawasi secara ketat di dunia, melalui mekanisme pengawasan obat dan makanan. Terkait dengan isu ini, upaya pengawasan obat dan makanan mendapatkan peran strategis baru untuk menjamin produk-produk makanan Indonesia, selain bisa diterima di berbagai negara yang secara ketat mencegah masuknya teror ini ke dalam negerinya, juga dalam upaya pertahanan dan keamanan dalam negeri.
Menyadari peran pengawasan obat dan makanan yang strategis sebagai unsur penting dalam arus tengah dari agenda prioritas pembangunan, maupun salah satu unsur pertahanan keamanan negara terhadap bentuk terorisme baru, maka sewajarnyalah bila efektifitas kerja Pemerintah di bidang penyelenggaraan program ini, harus dipastikan berdaya-ungkit besar dan cost effective. Untuk itu, Indonesia perlu memiliki suatu Badan Pengawas Obat dan Makanan yang inovatif, kredibel dan diakui secara internasional, yang dengannya, Badan POM mampu melindungi masyarakat sekaligus meningkatkan daya saing,
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 3 menumbuhkan perekonomian serta berperan dalam pertahanan dan keamanan negara. Dengan demikian, dan mau tidak mau, Badan POM harus terus berevolusi untuk dapat secara adekuat merespon perkembangan ancaman maupun peluang dunia.
Disadari bahwa tugas-tugas yang dihadapi oleh Badan POM akan semakin luas dan kompleks. Ekspektasi publik kepada Badan POM akan terus meningkat dalam rangka mendapatkan perlindungan yang efektif, sementara secara organisasi (kelembagaan, sistem, struktur, perilaku/budaya kerja), Badan POM masih sangat terbatas dibandingkan dengan ruang lingkup maupun cakupan tugas yang terus berkembang. Keterbatasan organisasi ini telah mendorong Badan POM untuk terus meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam penyelenggaraan seluruh program yang ada, termasuk yang terpenting, mengubah mind set sumberdaya manusia dari yang kental birokratis menjadi lebih profesional.
Peningkatan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan program tersebut sejalan dengan arus utama reformasi birokrasi yang mengemuka.
Namun perlu di akui, bahwa perubahan lingkungan strategis berjalan dengan kecepatan bagaikan deret ukur, sementara upaya efisiensi di berbagai bidang kerja dan tambahan sumberdaya yang ada, hanya menghasilkan perkembangan kapasitas yang berjalan seperti suatu deret hitung. Untuk itu, diperlukan suatu reformasi sistem kerja, yang dapat mengangkat level kapasitas kerja Badan POM sehingga layak untuk mengejar ketertinggalannya terhadap tuntutan yang berkembang.
Sehubungan dengan ini, selain diperlukan suatu tingkat kelayakan dalam hal sumberdaya, juga terus dilakukan perubahan dalam hal pola pikir (mind set) sumberdaya manusia maupun tatalaksana kerja di Badan POM. Sampai saat ini, secara struktur, semua fungsi pengawasan dapat dilakukan oleh Badan POM, meskipun dalam hal tertentu mengalami kendala. Perubahan struktur organisasi belum menjadi sesuatu yang krusial. Namun untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan Badan POM perlu dilakukan revitalisasi peran dan fungsinya.
Diharapkan dengan revitalisasi peran dan fungsi, akan dihasilkan pencapaian kinerja pengawasan obat dan makanan yang lebih selaras dengan tuntutan peran maupun tantangan sebagaimana disebutkan di atas.
Perbaikan juga dilaksanakan pada tatalaksana, dimana pada awal tahun 2012 direncanakan akan dilakukan sertifikasi ISO 9001 : 2008 untuk QMS Badan POM.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 4 Dengan demikian, Badan POM merupakan satu sistem yang tidak terpecah dan integral, bahkan sampai dengan pengawasan di tingkat daerah. Upaya dalam kaitan ini sampai saat ini masih terus dilakukan antara lain dengan melakukan konsolidasi serta sinkronisasi SOP dan IK.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan obat dan makanan, peran peraturan perundang-undangan/regulasi sangatlah penting. Sampai saat ini, sebagian besar peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan tugas masih berupa peraturan perundang-undangan di lingkungan Kementerian Kesehatan, maka untuk menghindari terjadinya tumpang tindih dan disharmoni, perlu dilakukan penataan peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan POM dengan peraturan perundang-undangan di lingkungan Kementerian Kesehatan dan Kementerian lainnya, selain dilakukan penataan dari sisi substansi berupa inventarisasi atau pemetaan peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih dan atau disharmoni, juga akan dilakukan penataan prosedur penyusunan dan pembentukannya serta pendokumentasiannya.
SDM merupakan salah satu aset terkuat Badan POM, oleh karenanya, penataan SDM aparatur menjadi suatu yang krusial dilaksanakan. Penataan dilakukan tidak hanya sebatas penghitungan jumlah, tetapi juga peningkatan kualitas, pola pikir, budaya kerja serta seluruh sistem terkait aparatur.
Dalam arus utama pemberantasan korupsi, Badan POM bertekad untuk mendukung seluruh kebijakan tersebut, salah satunya dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas serta perkuatan sistem pengawasan internal. Hal yang sudah dilakukan antara lain adalah mengidentifikasi serta melakukan upaya perkuatan pengawasan pada titik-titik rawan korupsi serta pelaksanaan e_procurement.
Sebagai salah satu pilar utama yaitu penyelenggaraan pelayanan publik, Badan POM berupaya agar terjadi perbaikan terus menerus pada pelayanan publik yang dilakukan. Upaya yang telah dilakukan bahkan jauh sebelum arus utama reformasi birokrasi mengemuka adalah melaksanakan sistem pelayanan satu atap, upaya perbaikan yang akan dilakukan adalah single sign on serta upaya pelayanan registrasi online dan percepatan pelayanan.
Semua hal tersebut didukung dengan perubahan pola pikir, perilaku serta internalisasi budaya kerja Badan POM. Upaya yang telah dilakukan untuk perubahan pola pikir dan perilaku adalah melakukan assessment organisasi
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 5 untuk berubah, namun sebelumnya, bahkan Badan POM telah menggulirkan learning organization serta telah pula mengidentifikasi aspek peningkatan kapasitas organisasi.
B. PENDAHULUAN
Dewasa ini dan di masa depan Pengawasan Obat dan Makanan sebagai bagian integral pembangunan kesehatan di Indonesia akan menghadapi lingkungan strategis yang sangat dinamis. Globalisasi ekonomi dan kemajuan Iptek serta kesepakatan-kesepakatan global (WTO) maupun regional (harmonisasi ASEAN, AFTA dan ACFTA) mempunyai konsekuensi dan implikasi yang signifikan pada Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM). Produk obat, sediaan farmasi lainnya, makanan dan suplemen makanan akan lebih mudah masuk dan keluar dari satu negara ke negara lainnya tanpa hambatan (barrier) yang berarti. Realitas ini mengharuskan Indonesia memiliki SisPOM yang efektif dan efisien, untuk melindungi kesehatan dan keselamatan seluruh rakyat Indonesia terhadap produk-produk yang berisiko terhadap kesehatan. Pada saat yang sama, SisPOM harus memiliki basis yang kuat agar mampu menjadi penapis terhadap mutu obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen makanan dan makanan produksi Indonesia yang diekspor ke berbagai negara.
Dengan jumlah penduduk yang terbesar di ASEAN dan wilayah kepulauan yang terluas, Indonesia sudah sepatutnya memiliki SisPOM yang terbaik di ASEAN, baik mencakup human capital, sistem operasional maupun infra strukturnya.
Badan POM ke depan dibangun sebagai institusi yang memiliki basis ilmu pengetahuan (knowledge-based) yang kuat dengan jaringan nasional maupun internasional yang luas dan kohesif. Bersamaan dengan itu Badan POM melakukan pembedayaan publik (public empowerment) agar masyakarat memiliki kesadaran dan kemampuan untuk mencegah dan melindungi diri sendiri terhadap risiko dari produk obat, sediaan farmasi lainnya, makanan dan suplemen makanan yang tidak memenuhi standar yang berlaku.
Dalam SisPOM, peran aktif masyarakat/publik sangat strategis sebagai mata dan telinga Badan POM yang dapat memberikan umpan balik (feedback) untuk dilakukan perbaikan secara terus menerus (continuous improvement). Dewasa ini ruang yang diciptakan oleh Badan POM untuk partisipasi publik relatif masih sangat terbatas. Badan POM belum memiliki skema komunikasi publik yang
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 6 efektif yang memberi ruang bagi interaksi positif antara Badan POM dan publik.
Demikian pula kerja sama lintas sektor dalam implementasi SISPOM masih belum optimal. Kerjasama dengan instansi penegak hukum juga masih bersifat marjinal, belum menjadi arus utama (main stream) dengan tindakan hukum yang mempunyai efek jera terhadap pelanggaran.
Badan POM yang dimandatkan untuk melakukan pengawasan Obat dan Makanan, semata-mata demi kepentingan negara dan masyarakat Indonesia, dan sejalan dengan arus utama reformasi birokrasi. Dalam konteks ini dilakukan penguatan kompetensi dan kapabilitas Badan POM sehingga institusi ini kompeten dalam melindungi masyarakat, sekaligus menjadi institusi berkelas dunia (world class).
Penguatan kapasitas dan kapabilitas yang akan dilakukan mencakup organisasi, tata laksana, peraturan perundang-undangan, human capital, pengawasan dan akuntabilitas publik serta terutama peningkatan kualitas pelayanan publik, yang kesemuanya dilingkupi dengan peningkatan pola pikir, perilaku dan budaya kerja.
Di bidang organisasi dan tata laksana. Pada saat ini struktur Badan POM disusun berdasarkan produk yang diawasi, yaitu Obat, Makanan (dan bahan berbahaya) dan Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen. Masing masing kedeputian mengelola setiap komoditi tersebut dari hulu sampai hilir. Misalnya kedeputian 1, mengelola obat (produk terapetik) mulai dari penyusunan standar sampai dengan pengawasan di lapangan. Begitu juga dengan deputi 2 dan 3.
Dalam perjalanan waktu, pembagian struktur organisasi seperti ini dirasakan kurang efektif dan berpotensi pada penyalahgunaan wewenang, sebagai contoh, apabila dijumpai masalah atau kendala dalam bidang standar, misalnya standar apa yang akan dikirim sebagai wakil Badan POM? Artinya, struktur organisasi yang ada sekarang belum mengikuti fungsi-fungsi Pengawasan Obat dan Makanan, yaitu Standardisasi, Penilaian, Sertifikasi, Pemeriksaan, Pengujian dan Penyidikan.
Badan POM mempunyai 31 Balai POM yang tersebar di hampir seluruh provinsi.
Balai POM adalah Unit Pelaksana Teknis yang menjalankan kebijakan yang telah dirumuskan di pusat. Dalam menjalankan kebijakan ini, balai belum sepenuhnya percaya diri, terlihat dari seringnya konsultasi atau merujuk untuk sesuatu hal
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 7 yang sudah menjadi tupoksi balai sendiri. Beberapa sebab yang diyakini sebagai pemicu ketidakmandirian balai antara lain, kurangnya kepercayaan yang diberikan dan atau kurangnya pembinaan sehingga kapasitas dan kompetensi balai belum sesuai dengan harapan. Di sisi yang lain, Balai Besar/Balai POM diharapkan dapat menjadi penjuru pada pengawasan Obat dan Makanan di wilayah kerjanya dan dapat melakukan advokasi dan atau pembinaan kepada Kabupaten/Kota.
Luasnya wilayah Indonesia berimplikasi pada luasnya cakupan pengawasan Obat dan Makananan yang harus dilaksanakan. Balai Besar/Balai POM yang berada di provinsi kerapkali tidak mampu mencapai daerah-daerah pelosok tanah air. Sejak tahun 2003 telah di mulai pendirian Pos Pengawas Obat dan Makanan yang merupakan perpanjangan tangan Balai.
Beberapa tahun belakangan ini kebutuhan akan Satuan Kerja di Kabupaten semakin meningkat, ditandai dengan banyaknya pengajuan pendirian Pos POM oleh pemerintah daerah. Untuk itu telah dibangun Pos POM baru di beberapa daerah terpencil, daerah pemekaran, serta wilayah perbatasan dengan negara lain.
Pada saat ini telah beroperasi 8 Pos POM, dan 3 Pos POM sedang dibangun.
Masih banyak wilayah yang jauh dari ibu kota provinsi yang belum tersentuh upaya pengawasan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pada tahun 2009-2010 telah dilakukan penyusunan draft dokumen postur birokrasi 2025. Dalam perkembangannya, dirasakan banyak kendala dalam restrukturisasi, sehingga, sampai saat ini, pengembangan kapasitas organisasi lebih banyak dilakukan melalui revitalisasi peran dan fungsi. Ke depan, upaya revitalisasi ini akan disertai dengan sistem reward dan punishment. Untuk mengefektifkan revitalisasi serta meningkatkan kinerja keseluruhan organisasi, dilakukan perkuatan tatalaksana.
Di tahun 2009, telah dilakukan penyusunan SOP, yang merupakan salah satu dokumen yang diserahkan untuk usulan reformasi birokrasi Badan POM pada akhir 2009. Sejalan dengan upaya perbaikan/peningkatan berkelanjutan (continuous improvement), Badan POM berencana untuk melakukan sertifikasi QMS - ISO 9001 : 2008 pada tahun 2012. Sesuai rencana sertifikasi tersebut, dilakukan penyusunan dokumen level I (manual mutu QMS Badan POM), demikian juga dilakukan perbaikan atau penyusunan baru dokumen level II, III, dan IV. SOP yang merupakan dokumen level II dikonsolidasi dan direvisi dengan menentukan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 8 definisi operasional baru, sehingga SOP yang disusun di tahun 2011, merupakan SOP yang mengikat hubungan kerja antar unit kerja mandiri (setingkat eselon II pusat dan Balai Besar atau Balai POM), sedangkan tata hubungan kerja di dalam unit eselon II dan Balai Besar/Balai POM dibentuk dalam suatu Insruksi Kerja (IK).
Dalam kaitan perkuatan tatalaksana di bidang laboratorium, telah disusun tata hubungan kerja antara pengujian dengan sampling di tahun 2007. Saat ini, sedang dilakukan revisi terhadap tata hubungan kerja tersebut, sekaligus digunakan untuk menjawab revitalisasi peran laboratorium yang dikembangkan menjadi beberapa tipe (laboratorium top referral, laboratorium rujukan, laboratorium unggulan dan laboratorium rutin). Hal ini melengkapi upaya perkuatan laboratorium yang sudah mendapatkan mendapatkan akreditasi ISO 17025 di seluruh Indonesia, serta mendapatkan nilai 96 dari 100 berdasarkan assessment yang dilakukan oleh WHO.
Di bidang peraturan perundang-undangan. Seperti diketahui bahwa dalam Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM), pilar pengawasan terdiri dari tiga lapis yaitu dunia usaha (industri dan distributor, pemerintah dan masyarakat).
Di sisi pilar pemerintah, kondisi faktual peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum Badan POM dalam melaksanakan tugas, fungsi dan kewenangannya, tersebar di beberapa peraturan perundang-undangan di luar Peraturan Kepala Badan POM. Adanya peraturan perundang-undangan ini berdampak kepada harus dilakukannya revisi atas beberapa peraturan Kepala Badan POM agar tidak tumpang tindih dan atau disharmoni. Bagaimanapun secara hierarchy peraturan perundang-undangan, peraturan Kepala Badan POM harus merujuk atau menjelaskan peraturan yang lebih tinggi, yang berupa Undang-undang sampai dengan Peraturan Menteri.
Namun demikian, disadari bahwa masih banyak keterbatasan pada peraturan perundang-undangan yang sudah ada, misalnya integrasi dan sinkronisasi antar peraturan yang masih “tenggang”, serta belum dituangkannya kewajiban dan hubungan kerja antar masing-masing komponen pengawasan, yang berpotensi pada terjadinya friksi atau perbedaan kepentingan antar komponen pengawasan, bahkan friksi dalam satu komponen. Diperlukan suatu UU pengawasan Obat
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 9 dan Makanan yang mengatur lebih komprehensif dan holistik sehingga setiap potensi friksi tersebut dapat diminimalkan.
Sembari menunggu UU pengawasan Obat dan Makanan, saat ini sudah dilakukan sinkronisasi untuk menghindari disharmoni peraturan perundang-undangan yang ada. Pembahasan-pembahasan dilakukan tidak hanya untuk mengharmonisasi peraturan perundang-undangan yang ada tetapi juga untuk menyusun SOP yang sesuai dengan UU nomor 10 tahun 2004.
Di bidang SDM aparatur. Semua fungsi dan tugas yang dilakukan oleh Badan POM harus didukung perkuatan infrastruktur terutama yang berkaitan dengan pengembangan modal insani. Hal ini mutlak dilakukan, karena menurut perhitungan ekonomi, modal insani adalah asset paling menguntungkan (mempunyai rate of return tertinggi). Selain itu, pengembangan modal insani Badan POM pada akhirnya bermuara pada peningkatan kualitas pelayanan publik yang dilakukan oleh Badan POM. Menghadapi tantangan ke depan yang makin complicated dan unpredictable maka tidak ada pilihan lain kecuali harus melakukan penguatan modal insani, asset wujud dan asset financial sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi dan terkait dengan tujuan organisasi.
Kondisi saat ini, disamping perlunya peningkatan professionalisme, loyalitas, kedisiplinan dan kredibilitas, komposisi SDM yang ada sekarang, masih belum proporsional. Disparitas SDM terjadi baik pada sisi kualitas maupun kuantitas.
Pada sisi kualitas, SDM pusat relatif mempunyai kompetensi lebih tinggi dibanding SDM Balai Besar/Balai POM. Sementara di Balai Besar/Balai POM pun, terjadi disparitas kompetensi – Balai Besar/Balai POM di Jawa dan wilayah Barat Indonesia mempunyai kompetensi relatif lebih bagus dibanding wilayah Timur Indonesia. Sedangkan di sisi kuantitas pegawai, terjadinya disparitas (secara proporsional) diakibatkan Man Power Planning yang sebelumnya tidak dilakukan dengan benar/komprehensif, sehingga di Balai Besar/Balai POM tertentu, persentase SDM dibanding jumlah penduduk di suatu wilayah Balai Besar/Balai POM relatif besar proporsinya dibanding Balai Besar/Balai POM yang lain. Di sisi yang lain, saat ini sudah terjadi piramida tua kuantitas pegawai, dengan demikian suksesi SDM harus segera dipercepat, disamping beban kerja yang harus dikelola dengan sangat baik supaya tidak terjadi chaos pengawasan Obat dan Makanan. Secara umum, kebijakan nasional moratorium pegawai,
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 10 sangat membahayakan bagi kesinambungan pengawasan Obat dan Makanan, jika moratorium akan lama diterapkan. Pada masanya, akan terjadi kekosongan pegawai dan atau jabatan yang harus disikapi dengan hati-hati.
Pentahapan pengembangan SDM aparatur/human capital Badan POM :
2011 2012 2013 2014
Identifikasi Potensi dan Kinerja Pegawai (1.0)
Grand Design Pengembangan HCM (1.1)
Pengembangan Sistem Informasi HCM Tahap II (2.1)
Grand Design Pengembangan HCM (1.2)
Pengembangan Sistem Informasi HCM Tahap III (2.2)
Implementasi HCM (1.3)
Implementasi Sistem Informasi HCM (2.3)
Evaluasi dan Perbaikan HCM
dan Sistem
Informasi HCM (1.4 & 2.4)
Di bidang pengawasan dan akuntabilitas. Terciptanya good governance dan clean government mendapatkan tempat yang sangat strategis dan berimplikasi pada seluruh unit dan warga organisasi. Dalam rangka turut serta menciptakan good governance dan clean government di lingkungan Badan POM tersebut, pada seluruh proses mulai dari perencanaan hingga monitoring dan evaluasi, dilakukan dengan mengedepankan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Langkah ini dimulai dengan menyempurnakan visi dan misi Badan POM serta menetapkan pilar-pilar grand strategy yang merupakan hasil pemikiran dan curah pendapat seluruh warga organisasi. Kerangka rencana strategis ini ditetapkan untuk memberikan arah tujuan organisasi yang lebih tepat dalam mencapai visi dan misinya, yang mengedepankan upaya perlindungan masyarakat terhadap risiko produk-produk yang membahayakan kesehatan masyarakat.
Kerangka rencana strategis tahun 2010-2014 ini disusun dengan memperhitungkan dan mempertimbangkan hasil-hasil yang telah dicapai pada periode sebelumnya, serta fungsi Badan POM yang disusun berdasarkan balanced score card dalam peta strategi. Penetapan target yang rasional hanya dapat dilakukan setelah melakukan evaluasi hasil-hasil yang telah dicapai dan memproyeksikan perubahan lingkungan strategis, baik eksternal maupun internal, sebagai dasar asumsi perencanaan periode selanjutnya.
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 11 Perencanaan yang terintegrasi dan terkoordinir akan memudahkan proses pelaksanaan kegiatan, pengendalian dan evaluasinya sebagai suatu mata rantai yang saling terkait. Oleh karenanya, juga disusun Petunjuk Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan dalam kerangka integrated planning and budgeting, yang memuat aturan-aturan pelaksanaan dan pengendalian kegiatan. Pengendalian kegiatan diperlukan untuk menjamin bahwa target yang ditetapkan akan dapat dicapai dan masalah yang ditemui dapat diidentifikasi dan diselesaikan sedini mungkin. Selain itu, pengendalian terutama di tahap perencanaan bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi dan menjamin bahawa dana yang dialokasikan memberikan kontribusi signifikan pada pencapaian kinerja organisasi. Lebih lanjut, pengendalian dapat digunakan sebagai feedback untuk perencanaan berikutnya.
Seluruh proses pencegahan terjadinya korupsi pun dilakukan sejak awal, dengan berpedoman kepada Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dengan menyelenggarakan SPIP secara konsisten dan mengoptimalkan peran APIP dalam pengawasan pengelolaan keuangan negara.
Melalui upaya-upaya tersebut yang terus ditingkatkan, Badan POM telah memperoleh beberapa pencapaian yang menggembirakan, misalnya telah dicapainya opini WTP pada tahun 2011, atas kinerja 2010, indeks kepuasan masyarakat yang relatif tinggi, indeks persepsi korupsi yang berada di 5 besar, serta LAKIP dengan nilai CC, naik dari tahun sebelumnya yang berada di tingkat dengan nilai C.
Di bidang peningkatan mutu pelayanan publik, telah banyak yang diterapkan oleh Badan POM sejak reformasi birokrasi dijadikan arus utama tata kelola keperintahan, bahkan pencapaian-pencapaian didapatkan sebelumnya.
Berdasarkan usulan Quick Wins pada dokumen usulan reformasi birokrasi Badan POM tahun 2009, telah dilakukan dan di-establish-kan layanan registrasi Obat dan Makanan CEPPATT (cekatan, efisien, profesional, pasti waktu dan biaya, akurat, transparan dan tanggap). Sampai tahun 2014, seluruh pendaftaran direncanakan sudah dapat dilakukan secara online. Pentahapan pendaftaran online sebagai berikut :
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 12
2011 2012 2013 2014
Continuous improvement pada sistem e-notifikasi Kosmetik
Continuous improvement pada sistem e-notifikasi Kosmetik dan Pangan Low Risk
Continuous improvement pada sistem e-registration Obat dan Pangan High Risk
Continuous improvement pada sistem e-registration Obat Tradisional (OT) dan Suplemen Makanan (SM) Integrasi Sistem e-
Notifikasi Kosmetik &
e-registration Pangan low risk dengan e- bpom
Iintegrasi e-registation Obat (data
administrasi) dan Pangan high risk dengan e-bpom
Integrasi e-
registation OT, SM dengan e-bpom
Integrasi e-registation Obat (data lengkap) dengan e-bpom
Selain CEPPATT, tahun 2008 juga dilaksanakan PRIMA, yaitu pelayanan online untuk penerbitan sertifikat impor atau ekspor. Untuk memudahkan pelanggan, pada tahun 2008, sudah dilakukan pelayanan satu atap (one roof service), ke depan akan dilakukan perbaikan mutu dengan single sign on (SSO).
Pada tahun 2010, dikeluarkan PP Nomor 48 tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pengawas Obat dan Makanan, yang merupakan salah satu aspek standar pelayanan, yang menyebabkan indeks kepuasan pelanggan Badan POM di sisi biaya pelayanan di tahun 2010 menjadi turun. Namun ke depan, diharapkan setelah dilakukan sosialisasi, indeks kepuasan pelanggan akan naik kembali. Upaya lain yang dilakukan ke depan adalah perbaikan mutu pelayanan dari empat belas aspek pelayanan serta penyusunan standar pelayanan yang belum ada. Disadari bahwa standar pelayanan, meskipun sudah ada, tetapi menyebar dalam sejumlah peraturan perundang-undangan yang ada, misalnya tentang biaya pelayanan.
Saat ini untuk mengintegrasikan standar pelayanan yang dimaksud, sedang disusun SK Kepala Badan POM tentang Standar Pelayanan Publik di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan dengan mengacu pada UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Standar Pelayanan Publik. Standar Pelayanan Publik yang telah ditetapkan selanjutnya akan disosialisasikan secara intensif kepada seluruh stakeholder.
Di bidang peningkatan pola pikir, perilaku dan budaya kerja. Perubahan yang dilakukan di Badan POM adalah perubahan yang direncanakan, artinya perubahan yang memang direncanakan sebaik-baiknya dalam rangka
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 13 peningkatan kinerja. Dengan demikian, kondisi saat ini dipandang sudah kurang sesuai dengan berbagai tantangan yang dihadapi Badan POM.
Hal lain terkait dengan perubahan pola pikir adalah luasnya cakupan pengawasan Obat dan Makanan serta adanya otonomi daerah. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan kewajiban bagi Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah selain masyarakat dan dunia usaha. Advokasi ke Kabupaten/Kota termasuk pemberdayaannya dalam pengawasan Obat dan Makanan adalah suatu yang harus dilakukan. Oleh karenanya, perlu perubahan pola pikir ke arah pengawasan sepenuhnya tanggung jawab bersama dari pemerintah pusat, daerah, dunia usaha dan masyarakat.
Perubahan pola pikir tersebut didukung dengan SDM Badan POM yang professional, loyal, disiplin, kredibel dan inovatif. Tugas pengawasan terutama tugas lapangan, memerlukan SDM dengan kemampuan teknis dan kemampuan lainnya seperti manajemen dan hukum. Disamping itu, beban kerja yang cukup tinggi, nilai transaksi yang besar, potensi insentif gelap yang tinggi, memerlukan pula kedisiplinan dan ketangguhan serta kredibitas yang teruji. Pada saat ini SDM Badan POM didominasi oleh sejumlah pegawai dengan kompetensi teknis yang baik, namun masih kurang dalam hal manajemen dan disiplin ilmu lain yang diperlukan di lapangan. Kemampuan untuk melakukan persuasi dan mengkomunikasikan suatu kebijakan yang berdampak pada stakeholder merupakan suatu yang tidak mungkin ditunda lagi. Demikian juga kemampuan leadership yang sangat dibutuhkan karena peran Badan POM sebagai leader sekaligus regulator di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
Mengingat semua hal ini, proses perubahan tidak hanya dilakukan pada tingkat organisasi, tetapi juga dilakukan pada stakeholder, serta pada seluruh individu pegawai Badan POM.
Badan POM telah memulai menerapkan learning organization pada tahun 2004. Ke depan, budaya belajar ini akan terus dikembangkan sebagai salah satu sarana untuk memperbaiki pola pikir dan perilaku. Diharapkan seluruh upaya diselesaikan sampai dengan tahun 2014, dengan pentahapan sebagai berikut
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 14
ROADMAP REFORMASI BIROKRASI BADAN POM RI
NO. PROGRAM TUJUAN SASARAN INDIKATOR KEGIATAN
2011 2012 2013 2014
ORGANISA
SI Organisasi
yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing)
Menurunnya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi internal Badan POM
Struktur organisasi dengan pembagian tugas yang jelas
Menyusun SOP
evaluasi organisasi Intervensi hasil evaluasi (pemenuhan kompetensi dsb)
Intervensi hasil evaluasi (pemenuhan kompetensi dsb)
Intervensi hasil evaluasi (pemenuhan kompetensi dsb)
Melaksanakan
evaluasi kelembagaan
Melaksanakan penegakan reward dan punishment
Melaksanakan penegakan reward dan punishment
Melaksanakan penegakan reward dan punishment
Menyusun desain
revitalisasi peran dan fungsi Pusat dan Balai
Besar/Balai POM dan Legalisasinya
Evaluasi pelaksanaan revitalisasi
Evaluasi pelaksanaan
revitalisasi Evaluasi pelaksanaan revitalisasi
Menyusun
pedoman pembinaan Balai Besar/Balai POM
Menyusun tools
assessment kinerja Balai Besar/Balai POM
Melaksanakan self
assessment kinerja Balai Besar/Balai POM
Evaluasi hasil self
assessment
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 15
Melakukan
evaluasi RKT
Organisasi
dengan ukuran yang tepat (right size)
Melakukan pemetaan tugas dan fungsi unit kerja di lingkungan Badan POM yang tepat fungsi dan tepat ukuran berdasarkan business process, pemetaan pola hubungan (relationship map), dan hubungan antar fungsi (cross functional map)
Studi Kelayakan a Mengajukan Naskah Akademis
Restrukturisasi Organisasi Badan POM kepada KemenPAN dan RB
a Evaluasi oranisasi berdasarkan struktur baru
Melakukan
review/kajian/anal isis organisasi berdasarkan hasil pemetaan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku
Penyusunan Naskah Akademis
Restrukturisasi Organisasi Badan POM
Menyusun
roadmap pengajuan restrukturisasi
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 16
Meningkatnya
kapasitas Badan POM dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi
Terbentuknya unit kerja yang menangani kepegawaian, kehumasan dan diklat
Menyusun
pedoman penilaian kapasitas
organisasi
Melaksanakan assessment kapasitas organisasi --> unit kerja kepegawaian dan kehumasan
Menyusun konsep
revitalisasi fungsi tertentu sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku
Meningkatnya
koordinasi antar unit
Menyusun pedoman perencanaan tahunan
Menyusun pedoman perencanaan
tahunan
Menyusun pedoman perencanaan tahunan
Menyusun pedoman perencanaan tahunan
Melakukan review
tata hubungan kerja
Melakukan review
tata hubungan kerja Melakukan review
tata hubungan kerja Melakukan review tata hubungan kerja
Melakukan
integrasi top down dan bottom up planning
Melakukan integrasi top down dan bottom up planning
Melakukan integrasi top down dan bottom up planning
Melakukan integrasi top down dan bottom up planning
Menyusun
petunjuk pelaksanaan kegiatan dan anggaran
Menyusun petunjuk pelaksanaan
kegiatan dan anggaran
Menyusun petunjuk pelaksanaan kegiatan dan anggaran
Menyusun petunjuk pelaksanaan kegiatan dan anggaran
Menyusun
pedoman sampling
Menyusun pedoman sampling
Menyusun pedoman sampling
Menyusun pedoman sampling
Melaksanakan
evaluasi
Melaksanakan evaluasi
Melaksanakan evaluasi
Melaksanakan evaluasi
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 17
TATALAKS
ANA Sistem,
proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip- prinsip good governance
Meningkatnya penggunaan TI dalam proses
penyelenggara an manajemen pemerintahan
Terbangunnya proses
manajemen pemerintahan menggunakan TI
Melakukan penyusunan rencana IT Governance
Melakukan pengkajian IT Governance
Implementasi IT Governance System
Monev IT Governance System
Meakukan
pengembangan IT – PMO
- Pemetaan HW/SW
- Uji coba IT - PMO Implementasi IT -
PMO Monev IT - PMO
Prototype SIPT Uji coba SIPT Implementasi SIPT Integrasi e-
registation Obat (data lengkap) dengan e-bpom
Integrasi Sistem e-
Notifikasi Kosmetik & e- registration Pangan low risk dengan e- bpom
Integrasi e- registation Obat (data administrasi) dan Pangan high risk dengan e-bpom
Integrasi e-registation OT, SM dengan e- bpom
Continuous improvement pada sistem e- registration OT dan SM
Continuous
improvement pada sistem e-notifikasi Kosmetik
Continuous improvement pada sistem e-notifikasi Kosmetik dan Pangan Low Risk
Continuous improvement pada sistem e-registration Obat dan Pangan High Risk
Uji coba dan
sosialisasi sistem pelaporan ESO elektronik
Evaluasi sistem pelaporan ESO elektronik
Melakukan
pengembangan laboratory information
management system (LIMS)
Melakukan pengembangan sistem data
management laporan ESO elektronik
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 18
Meningkatnya
efisiensi dan efektifitas proses manajemen pemerintahan
Terlaksananya tugas dan fungsi K/L sesuai prosedur kerja
Menyusun manual mutu QMS Badan POM
Sertifikasi ISO 9001:2008
Kaji ulang sistem mutu dan audit internal sistem mutu
Kaji ulang sistem mutu dan audit internal sistem mutu
Mengintegrasikan
bussiness process map, relationship map dan cross functional map dengan sistem mutu Badan POM
Kaji ulang sistem mutu dan audit internal sistem mutu
CAPA CAPA
Menyusun dan
mengharmonisasi SOP
CAPA pemeliharaan sistem mutu ISO 17025 untuk seluruh laboratorium pengujian di Badan POM
pemeliharaan sistem mutu ISO 17025 untuk seluruh laboratorium pengujian di Badan POM
Menyusun IK dan
format-format
pemeliharaan sistem mutu ISO 17025 untuk seluruh laboratorium pengujian di Badan POM
Mengkaji
keterkaitan SOP dan uraian jabatan
Mengimplementasi
kan QMS Badan POM
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 19
pemeliharaan
sistem mutu ISO 17025 untuk seluruh laboratorium pengujian di Badan POM
Meningkatnya
jumlah unit yang
memperoleh standarisasi pelayanan internasional
Unit telah berstandar internasional
Menyusun
dokumen level I, II, III, IV ISO
9001:2008
Sertifikasi sistem mutu (ISO 9001:2008) Badan POM
(keseluruhan/1 sertifikat induk Badan POM dan 53 sertifikat unit kerja)
pemeliharaan sistem pemeliharaan sistem
Melaksanakan
sinkronisasi ISO 9001:2008 dari unit kerja yang sudah mendapatkan sertifikat ke sistem Badan POM
Keanggotaan dalam
PIC/s Keanggotaan dalam
PIC/s Keanggotaan
dalam PIC/s
Melaksanakan
sinkronisasi ISO 17025 dari laboratorium pengujian Badan POM seluruh Indonesia dengan ISO 9001:2008 Badan POM
Melakukan
pemeliharaan sistem mutu ISO 9001:2008
Melakukan
pemeliharaan sistem mutu ISO 9001:2008
Melakukan pemeliharaan sistem mutu ISO 9001:2008
Audit PIC/s
(Pharmaceutical Inspection Cooperation
Melakukan
pemeliharaan sistem mutu laboratorium ISO 17025
Melakukan
pemeliharaan sistem mutu laboratorium ISO 17025
Melakukan pemeliharaan sistem mutu laboratorium
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 20
Scheme) ISO 17025
Meningkatnya
kinerja Badan POM
Terbangunnya Indikator Kinerja Utama (IKU) yang selaras dengan penetapan strategi
Menyusun Grand design dan roadmap Badan POM
Review peta strategi dan IKU
Review peta strategi dan IKU
Review peta strategi dan IKU
Melaksanakan
review renstra Menyusun arah kebijakan tahunan Badan POM
Menyusun arah kebijakan tahunan Badan POM
Menyusun arah kebijakan tahunan Badan POM
Menyusun peta
strategi dan IKU
Menyusun fokus prioritas, program dan kegiatan
Menyusun fokus prioritas, program dan kegiatan
Menyusun fokus prioritas,
program dan kegiatan
Menyusun arah
kebijakan tahunan Badan POM
Menyusun fokus
prioritas, program dan kegiatan
PER-UU Regulasi
yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif
Menurunnya tumpang tindih dan disharmonisas i peraturan perundang- undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan
Adanya SOP tentang penyusunan peraturan Perundang- undangan
a Menyusun SOP penyusunan peraturan perundang- undangan (area perubahan tata laksana)
a Continuous improvement
a Continuous improvement
a Continuous improvement
SOP
Mengakomodir 7 asas
pembentukan peraturan perundang- undangan (UU no 10/2004)
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 21
Pelaksanaan
legal drafting mengacu SOP di atas termasuk dukungan routing slip
a Menyusun/revisi peraturan Per UU di Bidang
Pengawasan Obat dan Makanan berdasarkan hasil pemetaan dan kebutuhan sesuai dengan SOP
a Menyusun/revisi peraturan Per UU di Bidang Pengawasan Obat dan Makanan berdasarkan hasil pemetaan dan kebutuhan sesuai dengan SOP
a Menyusun/revisi peraturan Per UU di Bidang Pengawasan Obat dan Makanan berdasarkan hasil pemetaan dan kebutuhan sesuai dengan SOP
b Menyusun/revis i peraturan Per UU di Bidang Pengawasan Obat dan Makanan berdasarkan hasil pemetaan dan kebutuhan sesuai dengan SOP
Telah dilakukan
pemetaan atas peraturan perundang- undangan yang diidentifikasi tumpang tindih, disharmonis, serta multitafsir, dan hasil identifikasi segera
ditindaklanjuti
a Mengidentifikasi peraturan perundang- undangan di Bidang
Pengawasan Obat dan Makanan
a Updating Pemetaan
Per UU a Updating Pemetaan
Per UU a Updating
Pemetaan Per UU
b Melakukan
pemetaan peraturan- perundang- undangan yang tidak harmonis, tidak sinkron dan belum ada di Bidang
Pengawasan Obat dan Makanan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 22
Meningkatnya
efektifitas pengelolaan peraturan perundang- undangan
Arsip dan indeks peraturan bertambah tertib, lengkap dan informatif, dan telah tersampaikan ke pegawai dan stakeholder
a Melakukan pengarsipan elektronik peraturan perundang- undangan secara bertahap
a Melakukan pengarsipan
elektronik peraturan perundang-
undangan secara bertahap
a Melakukan pengarsipan
elektronik peraturan perundang-
undangan secara bertahap
a Melakukan pengarsipan elektronik peraturan perundang- undangan secara bertahap
b Mencantumkan
dalam website Badan POM : http://www.pom.
go.id
b Mencantumkan dalam website Badan POM :
http://www.pom.go .id
b Mencantumkan dalam website Badan POM :
http://www.pom.go .id
b Mencantumkan dalam website Badan POM : http://www.po m.go.id
c Menyusun
kuesioner pengaduan peraturan yang bermasalah
c Melakukan
sosialisasi peraturan perundang-
undangan
c Melakukan revisi kuesioner pengaduan peraturan yang bermasalah apabila diperlukan
c Melakukan sosialisasi peraturan perundang- undangan
d Menyusun
mekanisme dan tindak lanjut pengaduan
d Membahas pengaduan dan upaya perbaikan
Melakukan revisi mekanisme dan tindak lanjut pengaduan apabila diperlukan
d Membahas pengaduan dan upaya perbaikan
e Melakukan
sosialisasi peraturan perundang- undangan
e Melakukan sosialisasi
peraturan perundang- undangan
F Membahas
pengaduan dan upaya perbaikan
f Pembahasan
pengaduan dan upaya perbaikan
SDM
APARATUR
SDM aparatur yang
Meningkatnya ketaatan terhadap
Pengelolaan SDM sesuai dengan
Melakukan finalisasi analisis jabatan
Evaluasi Anjab Evaluasi Grading Jabatan
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 23
berintegritas, netral, kompeten, capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera
pengelolaan SDM Aparatur
peraturan
a Menyusun peta jabatan
b Menyusun uraian
jabatan
c Melakukan grading
jabatan
d Melakukan validasi
grading jabatan
e Menyusun harga
jabatan
Meningkatnya
transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan SDM Aparatur
Transparansi dan
akuntabilitas sistem rekrutmen
Melakukan penataan sistem rekrutmen pegawai
a Menyusun Man
Power Planning (MPP)
a Melakukan finalisasi MPP
a Merencanakan pegawai berdasarkan bussines process dan kompetensi
a Menyusun Pedoman Rekrutmen Badan POM mengacu pada Pedoman dari MenPAN RB dan BKN
b Menyusun
Pedoman
Rekrutmen Badan POM mengacu pada Pedoman dari MenPAN RB dan BKN
b Menyusun Pedoman Rekrutmen Badan POM mengacu pada Pedoman dari MenPAN RB dan BKN
b Menyusun Pedoman Rekrutmen Badan POM mengacu pada Pedoman dari MenPAN RB dan BKN
b mengimplement asikan
e_recruitment
c Menyusun Blue
e_recruitment
c mengimplementasik an e_recruitment
c mengimplementasika n e_recruitment
c Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rekrutmen
Badan POM, Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat halaman 24
d Mengimplementasi
kan e_recruitment secara partial
d Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rekrutmen
d Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rekrutmen
e Melakukan
evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rekrutmen
Transparansi
pola karier, mutasi, dan promosi
a Menyusun Pola Karier
Continuous improvement
Continuous improvement
Continuous improvement
b Menyusun SOP
mutasi dan promosi
Meningkatnya
disiplin SDM Aparatur
Penerapan PP 53 tahun 2010
Melakukan sosialisasi PP 53 tahun 2010
Melaksanakan absensi sidik jari
Melaksanakan absensi sidik jari
Melaksanakan absensi sidik jari
Menyusun
pedoman evaluasi kehadiran
Melakukan
pembahasan Komite Disiplin Pegawai
Melakukan
pembahasan Komite Disiplin Pegawai
Melakukan pembahasan Komite Disiplin Pegawai
Menetapkan jam
kerja pegawai
Uji coba
pelaksanaan absensi sidik jari
Melakukan
pembahasan Komite Disiplin Pegawai
Meningkatnya
efektifitas manajemen
Indikator kinerja individu terukur
a Menyusun sistem penilaian kinerja individu
a Memfinalisasi sistem penilaian kinerja individu
a Menerapkan sistem penilaian kinerja individu
a Menerapkan sistem penilaian kinerja individu