• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PRINSIP KERJA SAMA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA I TAMPAKSIRING BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI PRINSIP KERJA SAMA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA I TAMPAKSIRING BALI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

IMPLEMENTASI PRINSIP KERJA SAMA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA I TAMPAKSIRING BALI

Oleh : Dr. Dewa Ayu Widiasri M.Pd

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi prinsip kerja sama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA I Tampaksiring Bali. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif bersifat deskriptif berdasarkan teknik purposive sampling. Data primer dalam penelitian ini adalah data lisan yang diambil dari proses pembelajaran dan tulisan guru dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan (1) maksim cara sebanyak 42% berupa ujaran yang mempunyai informasi yang jelas dan ringkas;(2) maksim relevansi sebanyak 29% yang dihubungkan dengan materi pembelajaran yang disampaikan guru; (3) maksim kuantitas sebanyak 20% berupa informasi yang diberikan guru kepada siswa dengan memadai dan tidak berlebihan; (4) dan maksim kualitas sebanyak 9% berupa informasi yang bertujuan memberikan informasi berdasarkan fakta dan bukti jelas.

Key words: prinsip kerja sama, pembelajaran bahasa Indonesia

A. Pendahuluan

Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan, khususnya di lingkungan sekolah.

Sebagai guru bertanggung jawab dalam menyampaikan materi pelajaran agar tercapainya tujuan dan standar pendidikan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, bahasa merupakan alat berkomunikasi dalam proses belajar mengajar. Pernyataan yang relevan dengan statemen di atas adalah terdapat tiga fungsi bahasa, yaitu sebagai alat kerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Berdasarkan tiga fungsi bahasa di atas, bahasa sebagai kerja sama dan berkomunikasi yang diperlukan dalam pembelajara di sekolah, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia diterapkan fungsi kerja sama dan berkomunkasi karena untuk meningkatkan kemampuan siswa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berkomunikasi sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif.

Keefektifan tersebut tidak akan terjadi bila tidak ada interaksi komunikasi antara guru dan siswa di kelas disebut dengan komunikasi multiarah, yaitu komunikasi yang mengikutsertakan partisipasi siswa dan guru. Partisipasi ini bagian dari tindak tutur yang pelibat tindak tuturnya adalah siswa dan guru. Bila tindak tutur didominasi oleh guru, maka siswa mendengarkan guru menyampaikan materi pembelajaran disebut dengan pasif. Bila

(2)

2

keduanya terlibat aktif dalam proses pembelajaran, maka tindak tutur ini disebut dengan tindak tutur aktif.

Tingkat keefektifan ini tidak terlepas dari prinsip kesantunan dan perlu diterapkan dan perhatikan dalam proses pembelajaran. Dalam proses komunikasi terdapat persamaan dan perbedaan penggunaan prinsip kesantunan dalam ujaran. Prinsip-prinsip kesantunan dapat diterapkan di dalam proses pembelajaran karena di dalam kelas mempunyai etika tersendiri dalam berkomunikasi. Prinsip kerja sama juga merupakan bagian dari prinsip kesantunan.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui implementasi prinsip dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA 1 Tampaksiring Bali. Oleh sebab itu, proses pembelajaran dapat dijadikan sebagai subjek penelitian karena terdapat beberapa penelitian yang telah melakukannya, diantaranya dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, Putri, Manaf, dan Abdurrahman (2015) mendiskusikan Kesantunan Berbahasa Tindak Tutur Direktif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang. Tujuan penelitian Putri, Manaf, dan Abdurrahman adalah (1) mendeskripsikan jenis tindak tutur direktif guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang. (2) Mendeskripsikan prinsip kesantunan yang digunakan guru dalam tindak tutur direktif pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang. (3) Mendeskripsi-kan konteks situasi penggunaan prinsip kesantunan dalam tindak tutur direktif guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang. (4) Mendeskripsi-kan respons siswa terhadap tindak tutur direktif guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang.

Metode penelitian uang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan data penelitian mencakup hasil tutur bahasa Indonesia SMA Negeri 15 Padang dalam pembelajaran. Sumber data terdiri atas dua, yaitu tiga orang guru bahasa Indonesia, dan siswa SMA Negeri 15 Padang.

Intrumen penelitian menggunakan peneliti sendiri dengan format blanko isian tetang tindak tutur dierektif dengan menggunakan voice recorder sebagai alat perekam.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, pencatatan. Untuk menjamin keabshan data yang dikumpulkan dengan tiga teknik adalah ketekynan pengamatan, triangulasi, dan kecukupan referensial. Hasil penelitian menunjukkan tindak tutur direktif dalam bentuk menyuruh, memohon, menyarankan, dan menantang dengan empat prinsip kesopanan adalah maksim kearifan, maksim penghargaan, maksim kesepakan, dan maksim kesimpatian.

Konteks yang mempengaruhi maksim kesantunan dalam tindak tutur dipengrahu oleh maksim kesatuan konteks. situasi tutur topik tidak sensitif dan suasana ribut (–S, +R), situasi

(3)

3 tutur

topik tidak sensitif dan suasana tidak ribut (–S, +R), situasi tutur topik sensitif dan suasana ribut (+S, +R),dan situasi tutur topik sensitif dan suasana tidak ribut (–S, –R). Tindak tutur cenderung dilakukan padakonteks situasi tutur topik tidak sensitif dan suasana ribut.

Keempat, respons siswa terhadap tindak tutur direktif yang dilakukan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang adalah respons positif dan respons negatif1.

Kedua, Apriani, Setiawan, Sadhono (2018) membahas Penggunaan bahasa Indonesia pada Diskusi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta: Kajian dengan Prinsip Kerja Sama Grice dan Relevansinya sebagai bahan Ajar Keterampilan Berbicara. Penelitian Apriani, Setiawan, Sadhono (2018) betujuan untuk (1) mendeskripsikan dan menjelaskan realisasi pematuhan prinsip kerja sama; (2) mendeskripsikan dan menjelaskanrealisasi pelanggaran prinsip kerja sama; dan (3) menjelaskan relevansi prinsip kerja sama sebagai bahan ajar keterampilan berbicara di SMA. Metode yang digunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan pragmatik. Sumber data beruapa transkrip hasil rekaman penggunaan bahasa Indonesia pada diskusi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 4 Surakarta yang diambil dari proses tanya jawab dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Metode digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak dengan tekni sadap yang diikuti oleh teknik simak libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat.

Teknik uji validitas data yang digunakan adalah teknik triangulasi teori dan triangulasi sumber data yang berfokus pada makism-masim prinsip kerja sama. Hasil penelitian menunjukkan realisasi penggunaan prinsip kerja sama mencakup maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim cara, dan maksim relevansi. Maksim yang dominan muncul adalah maksim kuantitas karena disebabkan oleh kemapuan berbicara siswa yang tinggi dan memahami topik yang sedang dibicarakan. Pelanggaran prinsip kerja sama juga terjadi, yaitu pada makism kuantitas, maksim cara, maksim relevansi, dan maksim kualitas.

Pelanggaran terjadi karena dengan tujuan lain seperi maksud humor dan lebih meyakinkan hal yang disampaikan. 2

1 Putri Riska Febrina, Manaf Abdul Ngusman, Abdurrahman. 2015. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Direktif Guru pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran, 2 (1), 87-98

2 Apriani B. A. M Sarah, Setiawan Budhi, Saddhono Kundharu. 2018. Penggunaan Bahasa Indonesia pada Diskusi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta: Kajian dengan Prinsip Kerja Sama Grice dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara. BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Vol 6 No.1, h 281- 301

(4)

4 B. Metode Penulisan

Penelitian ini menggunakan deskripsi kualitatif berdasarkan konteks prinsip kerja sama Grice. Penelitian ini berlokasi di SMA I Tampaksiring pada kelas X berdasarkan teknik purposif sebagai salah satu alasannya adalah memiliki nilai UN Bahasa Indonesia terendah selama lima tahun terakhir bila dibandingkan dengan sekolah lain di Gianyar (Bungin, 2007)3. Data primer dalam penelitian ini adalah data lisan berupa interaksi pembelajaran yang berasal dari rekaman audio-visual dan tulisan guru dan siswa. Pada pengumpulan data menggunakan metode observasi nonpartisipan berupa observasi dari rekaman audio-visual selama proses pembelajaran berlangsung dengan teknik catat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik padan pragmatik yang disajikan dengan menggunakan metode formal dan metode informal.

C. Hasil dan Pembahasan

Adapun parameter prinsip-prinsip berkomunikasi meliputi prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan. Prinsip kerja sama menggunakan teori Grice4. Prinsip kerja sama ini mengharuskan penutur dan mitra untuk mematuhi empat maksim percakapan, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Selain itu, prinsip kesantuan adalah kaidah dalam berkomunikasi untuk mempertahankan keseimbangan sosial, psikologis, dan keramahan hubungan antara penutur dan mitra tutur5. Prinsip kesantunan tersebut mencakup maksim kearifan, maksim kemurahan hati, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatann, dan maksim simpati 6. Berikut dijelaskan prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan berdasarkan bentuk dan fungsi tindak tutur verbal sebagai wujud peran guru dalam proses belajar dan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas X SMA I Negeri Tampaksiring.

3 Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Kualitatif. (Bandung: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h 115

4 Grice, Paul. H. Logic and Conversation. In P.Cole and J.L Morgan (Eds). Syntax and Semantics 3:

Speech Acts. (New York: Academic Press, 1975), h 45-47; Yule, George. Pragmatik. Terjemahan oleh Jumadi.

(Banjarmasin: PBS FKIP Univeristas Lambung Mangkurat, 1996), h 35-37; Leech, Geofry. Prinsip-Prinsip Pragmatik (terjemahan MDD Oka). (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993), h 128-154; Wijana, L.D.P. Dasar- Dasar Pragmatik. (Yogyakarta, 1996), h 45-43

5 Prayitno Joko Harun. Kesantunan dalam Berkomunikasi, , (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 7

6 Leech, Geofry. Prinsip-Prinsip Pragmatik (terjemahan MDD Oka). (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993), h 128-154

(5)

8 Grice, Paul. H. Logic and Conversation. In P.Cole and J.L Morgan (Eds). Syntax and Semantics 3: Speech Acts. (New York: Academic Press, 1975), h 45

C.1 Prinsip Kerja Sama

Menurut Grice7, prinsip kerja sama berperan dalam menjabarkan prinsip kerja sama antara penutur dan mitra tutur. Prinsip kerja sama terdiri atas empat maksim, yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim cara (maxim of manner). Berikut digambarkan data bentuk dan fungsi tindak tutur berhubungan dengan prinsip kerja sama dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X SMA Negeri I Tampaksiring. Data didapatkan dari interaksi antara guru dan siswa selama proses belajar mengajar di dalam kelas.

C.1.a Maksim Kuantitas (maxim of quantity)

Maksim kuantitas dapat didefiniskan sebagai sumbangan informasi yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur berisi informasi yang cukup, memadai, dan tidak mengandung informasi yang berlebihan8. Berikut dipaparkan sejumlah data yang merepresentasikan maksim kuantitas pada tindak tutur antara guru dan siswa yang terjadi berdasarkan interaksi dalam kelas.

Data 1

Guru : Siapa yang suka buah jeruk?

Siswa : (salah satu siswa angkat tangan karena dia suka buah jeruk)

Guru : Coba ke papan tulis, siapa yang bisa membuat gambar jeruk?

Siswa : (salah seorang siswa angkat tangan dan maju ke depan untuk menggambar buah jeruk)

Guru : Berdasarkan gambar, kira-kira kita belajar tentang apa, anak-anak?

Siswa : (salah satu siswa menjawab) teks eksposisi, bu

Konteks: Ketika guru menjelaskan materi pembelajaran bahasa Indonesia tentang teks eksposisi dan guru mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan tentang teks eksposisi melalui gambar buah jeruk. Guru mampu menstimulasi siswa untuk berpartsipasi aktif dalam proses pembelajaran.

7 Grice, Paul. H. Logic and Conversation. In P.Cole and J.L Morgan (Eds). Syntax and Semantics 3:

Speech Acts. (New York: Academic Press, 1975), h 45-47

(6)

9 Grice, Paul. H. Logic and Conversation. In P.Cole and J.L Morgan (Eds). Syntax and Semantics 3: Speech Acts. (New York: Academic Press, 1975), h 45

Data 1 berisi maksim kuantitas karena guru berusaha kooperatif dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa tentang resensi buku. Data 1 juga memiliki kontribusi yang tidak berlebihan yang dituturkan oleh guru dan siswa. Respon siswa dengan jawaban ‘teks eksposisi’ sesuai dengan jawaban yang diharapkan oleh guru. Secara kuantitas, guru memadai dalam memberikan pembelajaran komunikatif, meskipun siswa tidak siap dalam proses belajar. Agar prinsip kerja sama maksim kuantitas ini dilaksanakan dengan baik, maka ada baiknya bagi guru mengevaluasi para siswa yang tidak membaca tentang teks eksposisi sebelum pelajaran dimulai. Guru hendaknya memberikan semacam hukuman kepada siswa yang tidak baca buku, agar jawaban siswa ketika ditanya tentang teks eksposisi lebih memadai dan berkontribusi. Hal ini dilakukan proses belajar mengajar lebih efektif dan lancar.

3.1.b Maksim Kualitas (maxim of quality)

Maksim kualitas dapat diartikan sebagai sumbangan informasi yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur yang berisi informasi yang benar, mengatakan informasi berdasarkan fakta dan kejadian sebenarnya dengan disertai bukti-bukti jelas9. Berikut dijelaskan beberapa data yang merepresentasikan maksim kualitas pada tindak tutur antara guru dan siswa yang terjadi berdasarkan interaksi dalam kelas.

Data 2

Guru : Silahkan dikeluarkan bukunya. Hari ini kita melanjutkan pelajaran tentang teks sastra, seperti cerita pendek. Siapakah yang masih ingat, apa sebenarnya maksud cerita pendek?

Siswa : Bentuk cerita pendek dan pemusatan pada seorang tokoh

Guru : Bagus. Siapa yang bisa melengkapi?

Siswa : Cerita pendek bebas berbeda dengan puisi yang terikat oleh rima dan bunyi

Guru : Bagus

Konteks: Ketika guru memberikan penjelasan tentang cerita pendek di kelas. Guru mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan tentang pengertian cerita pendek. Hal ini bertujuan agar siswa berperan aktif dalam poses belajar mengajar. Selanjutnya, Data 2 juga terlihat bahwa guru terlihat aktif memberikan materi tentang resensi buku

(7)

132

Data 2 berisi maksim kualitas karena guru berusaha memberikan sedikit stimulasi tentang definisi cerita pendek dan kegunaanya. Data 2 siswa memberikan jawaban yang dianggap benar oleh guru. Siswa meyakini bahwa jawabannya didasari oleh pengetahuan siswa tentang cerita pendek yang diperoleh dari guru. Jawaban siswa benar bahwa jawaban

‘bentuk cerita pendek dan pemusatan pada seorang tokoh’ dan ‘cerita pendek bebas berbeda dengan pusi yang terikat rima dan bunyi. Dengan jawaban tersebut, guru memberikan respon yang bagus. Dapat diasumsikan bahwa jawaban siswa terhadap pertanyaan guru memenuhi maksim kualitas dan sesuai dengan capaian pembelajaran bahasa Indonesia. Dengan demikian, Data 2 merupakan perwujudan prinsip kerja sama maksim kualitas dan membuat proses belajar mengajar lebih nyaman dan efisien.

Data 3

Guru : (guru menjelaskan secara umum tentang tugas yang diberikan kepada siswa)

Siswa : (siswa menyimak pengertian tentang cerita rakyat dan hikayat)

Guru : Apa ada yang bertanya tentang cerita pendek dan hikayat.

Siswa : (siswa membuat kelompok sesuai arahan guru) cukup jelas, pak

Guru : Silahkan dibaca cermat dan berdiskusi kelompok perbedaan cerita pendek dan hikayat? Silahkan dibagi enam kelompok kelas ini

Konteks: Ketika guru memberikan penjelasan tentang cerita rakyat dan hikayat di kelas. Guru mendorong siswa pertanyaan guru tentang pengertian perbedaan teks cerita rakyat. Hal ini bertujuan agar siswa berperan aktif dalam poses belajar mengajar. Selanjutnya, Data 3 juga terlihat bahwa guru terlihat aktif memberikan materi tentang teks cerita pendek dan hikayat.

Data 3 berisi maksim kualitas karena guru berusaha memberikan sedikit stimulasi tentang perbedaan teks cerita pendek dan hikayat. Data 3 siswa memberikan respon yang cukup jelas yang diberikan guru dalam kelas. Kemudian, melempar pertanyaan kepada siswa lain, dengan memberikan pertanyaan ujaran “apa ada yang bertanya tentang cerita pendek dan hikayat?”, maka siswa tersebut menjawab pada ujaran “cukup jelas, pak”. Siswa meyakini bahwa jawaban yang diberikan guri didasarkan oleh pengetahuannya menguasai materi. Dapat diasumsikan bahwa jawaban siswa terhadap pertanyaan guru memenuhi

(8)

133

maksim kualitas dan sesuai dengan capaian pembelajaran bahasa Indonesia karena mereka sudah berhasil dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru. Dengan begitu, Data 3 merupakan perwujudan prinsip kerja sama maksim kualitas dan membuat proses belajar mengajar dapat dijalankan dengan baik.

C.1.c Maksim Relevansi (maxim of relevance)

Maksim relevansi dapat dimaknai sebagai bentuk yang memiliki hubungan atau relevansi antara perkataan dan perbuatan yang disampaikan oleh penutur dan mitra tutur.

Masing-masing diharapkan saling memberikan kontribusi yang memiliki hubungan dengan topik pembicaraan10. Berikut dideskripsikan beberapa data yang mewakili maksim relevansi pada tindak tutur antara guru dan siswa yang terjadi berdasarkan interaksi dalam kelas.

Data 4

Guru : (guru berinteraksi dengan setiap kelompok dengan menanggapi hasil diskusi mereka tentang cerita pendek dan hikayat)

Siswa : (siswa berdiskusi dengan kelompok mereka) Guru : Saudara akan memamerkan hasil diskusi anak-

anak ke depan kelas. Kita mendiskusikannya perbedaan cerita pendek dan hikayat

Siswa : Baik pak

Konteks: ketika guru menjelaskan materi pembelajaran tentang teks cerita rakyat melalui metode ceramah. Salah satu siswa memberikan respon dengan menjawab pertanyaan guru tentang pengertian cerita rakyat. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan pertanyaan kepada kelompok yang memarkan hasil diskusinya. Jawaban yang diberikan siswa kelompok lain merupakan respon siswa pada kelompok yang mempresentasikan terhadap permintaan guru dari pertanyaan yang diberikan.

Data 4 mengandung maksim relevansi karena siswa berusaha memberikan definisi teks cerita rakyat berdasarkan gambar yang ditampilkan berdasarkan LCD. Data 4 menunjukkan bahwa jawaban yang diberikan siswa memiliki hubungan dengan hasil diskusi kelompok lain yang dipajang di papan tulis. Hubungan ini terbentuk tidak hanya didasari oleh

10 Grice, Paul. H. Logic and Conversation. In P.Cole and J.L Morgan (Eds). Syntax and Semantics 3: Speech Acts. (New York: Academic Press, 1975), h 45

(9)

134

jawaban siswa, tetapi pengetahuan siswa membaca sumber buku dan berdiskusi dengan teman kelompok dan informasi yang diperoleh dari guru. Dapat diasumsikan bahwa jawaban siswa terhadap pertanyaan guru memenuhi maksim relevansi karena siswa berkontribusi memberikan jawaban sesuai dengan hasil diskusi kelompok yang mengacu pada topik pembicaraan, yaitu teks cerita pendek dan hikayat. Data 4 merupakan realisasi prinsip kerja sama maksim relevansi dan membuat proses belajar mengajar lebih efektif.

Data 5

Guru : (sekarang kita melihat hasil diskusi dari kelompok, apakah ada nilai zaman dan waktu). Kelompok mana yang mau memamerkan hasil diskusinya tentang nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita pendek dan hikayat?

Siswa : (Siswa merespon dengan angkat tangan) Guru : Kelompok berapa itu?

Siswa : Kelompok empat

Konteks: Ketika guru menjelaskan mata pembelajaran tentang nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita rakyat dan hikayat, semua siswa menyimak apa yang dijelaskan guru. Ketika guru bertanya ‘kelompok mana yang mau memamerkan hasil diskusinya tentang nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita pendek dan hikayat’. Siswa merespon dengan angkat tangan karena dapat diasumsikan bahwa siswa paham tentang teks cerita rakyat. Siswa angkat tangan memberikan respon untuk mempresentasikan hasil diskusinya kelompoknya kepada guru, yaitu nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita pendek dan hikayat.

Data 5 dikategorikan maksim relevansi karena siswa memahami teks cerita rakyat.

Data 5 terlihat ketika guru menanyakan melalui ujaran “Kelompok mana yang mau memamerkan hasil diskusinya tentang nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita pendek dan hikayat?”, siswa merespon dengan angkat tangan dari pertanyaan tersebut. Dengan melihat reaksi siswa, maka guru memberikan pertanyaan untuk kedua kalinya pada ujaran “kelompok berapa itu”. Kemudian, salah satu siswa angkat bicara adapat dilihat melalui ujaran

“kelompok empat”. Data 5 memenuhi kriteria pada maksim relevansi, karena ujaran guru melalui pertanyaan yang dilontarkan adalah wujud dari kontribusi melalui teks cerita rakyat yang dipahami siswa. Hubungan yang diciptakan guru dan siswa tersebut membuat proses

(10)

135

pembelajaran lancar dan siswa lebih paham tentang perbedaan cerita pendek dan hikayat dalam teks cerita rakyat.

C.1.d Maksim Cara (maxim of manner)

Maksim cara dapat ditafsirkan sebagai sumbangan informasi yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur yang memuat tentang informasi yang ringkas, berbicara secara teratur, jelas, tidak memiliki pernyataan-pernyataan yang samar, dan menghindari tuturan yang berisi ketaksaan11. Berikut diuraikan beberapa data yang merepresentasikan maksim cara pada tindak tutur antara guru dan siswa yang terjadi berdasarkan interaksi dalam kelas.

Data 6

Guru : Anak-anak diberi tugas menjadi enam kelompok.

Hanya ada dua tugas, yaitu mencari perbedaan antara cerita pendek dan hikayat. Bisa melihat perbedaan dari strukturnya boleh, dari bahasanya boleh, dan isinya juga boleh.

Siswa : Baik, pak

Konteks: ketika guru menerangkan tentang teks cerita rakyat di kelas, guru memberikan siswa tugas perbedaan cerita pendek dan hikayat secara berkelompok. Penanda tuturan yang memuat informasi yang jelas dan ringkas adalah ‘Bisa melihat perbedaan dari strukturnya boleh, dari bahasanya boleh, dan isinya juga boleh’. Data 6 adalah tuturan memuat informasi yang jelasdan ringkas karena siswa dapat menilai perbedaan cerita pendek dan hikayat berdasarkan aspek struktur, bahasa, dan isi. Tuturan tersebut berisi informasi tentang tugas yang dikerjakan siswa secara berkelompok. Hal ini bertujuan untuk menstimulasi siswa ikut berpartisipasi aktif dalam kelompok mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Data 6 berisi maksim cara karena terdapat cara yang dikehendaki oleh guru untuk membuat kelompok dan mengerjakan tugas tentang perbedaan cerita pendek dan hikayat.

Data 6 dapat didengar dan dipahami dengan jelas oleh siswa. Hal itu dibuktikan dengan aksi siswa mencari dan membentuk kelompok. Dapat dikatakan bahwa Data 6 memiliki respon yang baik dari siswa atas perintah yang diberikan oleh guru membuat kelompok. Data 6 merupakan representasi prinsip kerja sama maksim cara agar proses belajar mengajar dalam kelas berjalan dengan efektif dan efisien.

11 Grice, Paul. H. Logic and Conversation. In P.Cole and J.L Morgan (Eds). Syntax and Semantics 3:

Speech Acts. (New York: Academic Press, 1975), h 45

(11)

136 Data 7

Guru : Silahkan kelompok empat menyajikan hasil diskusi kelompoknya tentang hikayat

Konteks: tuturan diujarkan oleh guru kepada siswa dengan menyuruh siswa untuk menyajikan hasil diskusi kelompoknya sebelum guru melanjutkan memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menyajikan hasil diskusi kelompoknya.

Data 7 berisi maksim cara karena terdapat cara yang diinginkan oleh guru untuk memberi kesempatan pada kelompok empatmenyajikan materi selanjutnya tentang hikayat.

Data 7 tampak siswa mendengar dan memahaminya sehingga salah satu siswa mewakili kelompok empat bergerak menuju ke depan kelas. Dapat disebutkan bahwa dalam Data 7 mempunyai respon dengan baik berupa gerakan siswa yang maju ke depan kelas menyajikan hasil diskusi kelompoknya tentang hikayat. Data 7 merupakan representasi prinsip kerja sama maksim cara dengan ujaran yang diproduksi guru memberikan reaksi siswa berupa gerakan yang bertujuan agar proses belajar mengajar dalam kelas berjalan dengan mudah.

Data 8

Guru : Ada yang bisa menyebutkan ciri-ciri puisi itu apa?

Siswa : (siswa menyebutkan ciri-ciri puisi)

Konteks: Ketika siswa menyebutkan materi tentang ciri-ciri puisi melalui pertanyaan yang diberikan guru sebelumnya. Dengan memberikan ciri-ciri puisi tersebut, siswa lain dapat memahami ciri-ciri puisi dalam buku catatan mereka.

Data 8 menyimpan makna maksim cara karena terdapat cara yang perlu disampaikan oleh gurudengan cara menstimulan siswa dengan memberikan pertanyaan ciri-ciri puisi. Data 8 tergambar bahwa siswa lain mendengar definisi yang disebutkan siswa yang ditunjuk guruuntuk menyebutkan ciri-ciri puisi. Dapat ditegaskan bahwa dalam Data 8, siswa memiliki tanggapan berupa respon untuk menjawab pertanyaan guru. Data 8 adalah wujud prinsip kerja sama maksim cara dengan menyebutkanciri-ciri puisi yang diberikan siswa lainnya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Data 9

Guru : Sebelum pelajaran dimulai tentang citraan. Kira- kira bila mendengar kata citra dalam teks puisi, apa yang ada pada pikiran anak-anak?

(12)

137

Siswa : (siswa semua diam tidak merespon pertanyaan guru)

Konteks: Tuturan diujarkan oleh guru kepada siswa dengan menyuruh siswa menjawab pertanyaan tentang citraan dalam teks puisi.

Data 9 mengandung maksim cara karena terdapat cara yang dikehendaki oleh guru untuk menjawab pertanyaan tentang citraan dalam teks puisi. Data 9 terlihat bahwa siswa mendengar guru pada ujaran “Kira-kira bila mendengar kata citra, apa yang ada pada pikiran anak-anak?”. Dapat disampaikan bahwa Data 9 memiliki tanggapan pada ujaran guru menanyakan citra dalam teks puisi. Data 9 adalah realisasi praktik prinsip kerja sama maksim cara melalui ujaran yang diberikan guru menanyakan definisi citraan dalam teks puisi sehingga memudahkan siswa dalam memahami kata citra dalam teks puisi.

Data 10

Guru : Silahkan dicatat dibuku catatan tentang citraan.

(guru mencatat sekaligus mendikte di papan tulis) Siswa : (siswa mencatat di buku catatan mereka)

Konteks: tuturan diujarkan oleh guru kepada siswa ketika siswa diberikan perintah untuk mencatat informasi yang diberikan guru.

Data 10 berisi maksim cara karena terdapat cara yang mengharuskan siswa untuk mencatat informasi di buku catatan. Data 10 tampak bahwa siswa mendengar ujaran yang dihasilkan guru pada ujaran “Silahkan dicatat dibuku catatan tentang citraan”. Dapat diasumsikan bahwa dalam Data 10, siswa memiliki aksi terhadap ujaran guru untuk mencatat informasi yang diberikan di papan tulis. Data 10 adalah wujud dari prinsip kerja sama maksim cara melalui ujaran yang diberikan guru untuk mencatat di buku catatan sehingga membuat siswa memahami informasi yang diberikan guru tentang citraan dalam teks puisi.

Hasil analisis prinsip kerja sama meliputi maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim cara (maxim of manner) didasarkan pada prinsip kerja sama teori Grice; Yule; Leech;

Wijana12, diperoleh urutan dominasi penggunaan prinsip kerja sama pada tabel di bawah ini.

12 Grice, Paul. H. Logic and Conversation. In P.Cole and J.L Morgan (Eds). Syntax and Semantics 3:

Speech Acts. (New York: Academic Press, 1975), h 45-47; Yule, George. Pragmatik. Terjemahan oleh Jumadi.

(Banjarmasin: PBS FKIP Univeristas Lambung Mangkurat, 1996), h 35-37; Leech, Geofry. Prinsip-Prinsip Pragmatik (terjemahan MDD Oka). (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993), h 128-154; Wijana, L.D.P. Dasar- Dasar Pragmatik. (Yogyakarta, 1996), h 45-43

(13)

138 Tabel 1 Konfigurasi Penggunaan Prinsip Kerja Sama

Urutan Tindak tutur berdasarkan Prinsip

Kerja Sama

Jumlah %

I Maksim Cara 10 42

II Maksim Relevansi 7 29

III Maksim Kuantitas 5 20

IV Maksim Kualitas 2 9

Jumlah 24 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat penggunaan tindak tutur berdasarkan fungsi didominasi oleh mkasim cara. Maksim cara disebabkan oleh guru dan siswa memuat tentang informasi yang ringkas, berbicara secara teratus, jelas, tidak memiliki pernyataan yang samar, dan menghindari tuturan yang berisi ketaksaan13. Urutan kedua ditempati oleh maksim relevansi dengan menggambarkan guru dan siswa saling memberikan kontribusi yang memiliki hubungan dengan topik pembicaraan. Urutan ketiga ditempati oleh maksim kuantitas dengan menguraikan sumbangan informasi yang diberikan guru dengan benar yang memiliki informasi yang benar berdasarkan fakta dan kejadian yang disertasi bukti-bukti yang jelas. Urutan terakhir adalah maksim kuantitas dengan menjabarkan sumbangan informasi yang diberikan oleh guru dan siswa berisi informasi yang memadai dan tidak mengandung informasi yang berlebihan.

.

D. PENUTUP

Pemaparan rentetan penggunaan prinsip kerja sama meliputi maksim cara, maksim relvansi, maksim kuantitas, dan maksim kualitas menunjukkan representasi penggunaan prinsip kerja sama. Komunikasi yang dimaksud untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif. Penjelasannya disampaikan sebagai berikut ini.

(1) Maksim cara digunakan sebanyak 10 data atau 42%. Dalam maksim ini guru memberikan pernyataan-pernyataan berupa ujaran yang memiliki informasi yang ringkas, berbicara secara teratur, jelas, tidak samar. Maksim cara disampaikan guru kepada siswa melalui cara meminta siswa mencatat dibuku catatan mereka.

13 Grice, Paul. H. Logic and Conversation. In P.Cole and J.L Morgan (Eds). Syntax and Semantics 3:

Speech Acts. (New York: Academic Press, 1975), h 45

(14)

139

(2) Posisi kedua ditempati oleh maksim relevansi sebanyak 7 data atau 29%. Maksim relevansi ini diwujudkan melalui hubungan antara guru dan siswa dengan topik pembicaraan (materi pembelajaran).

(3) Prinsip kerja sama berikutnya, yaitu maksim kuantitas sebanyak 5 data atau 20 %.

Maksim kuantitas ini bertujuan untuk memberikan informasi yang cukup, memadai, dan tidak berlebihan.

(4) Tingkat keseringan maksim kualitas mencapai 2 data atau 9%. Maksim kuantitas ini bertujuan memberikan informasi berdasarkan fakta dan bukti jelas.

Pemaparan di atas disimpulkan berupa jumlah penggunaan prinsip kerja sama berdasarkan maksim cara, maksim relevansi, maksim kuantitas, dan maksim kualitas pada proses pembelajaran

(15)

140

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Apriani B. A. M Sarah, Setiawan Budhi, Saddhono Kundharu. Penggunaan Bahasa Indonesia pada Diskusi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta: Kajian dengan Prinsip Kerja Sama Grice dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara. (BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 6, No.1, h 281-301, 2018).

Bungin, Burhan. Analisis Data Kualitatif. (Bandung: PT Raja Grafindo Persada, 2007) Grice, Paul. H. Logic and Conversation. In P.Cole and J.L Morgan (Eds). Syntax and

Semantics 3: Speech Acts, 41- 58. (New York: Academic Press, 1975).

Leech, Geogry. Semantics: The Study of Meaning.2 nd. Ed. (London: Penguin Book, 1983) Leech, Geofry. Prinsip-Prinsip Pragmatik (terjemahan MDD Oka). (Jakarta: Universitas

Indonesia, 1993)

Prayitno Joko Harun. Kesantunan dalam Berkomunikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) Putri Riska Febrina, Manaf Abdul Ngusman, Abdurrahman. Kesantunan Berbahasa dalam

Tindak Tutur Direktif Guru pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 (Padang: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran, Volume 2 No.1, h 87-98, 2015).

Tarigan HG. 1990. Proses Belajar Mengajar Pragmatik. (Bandung: Angkasa Bandung, 1990) Yule, George. Pragmatik. Terjemahan oleh Jumadi. (Banjarmasin: PBS FKIP Univeristas

Lambung Mangkurat, 1998).

Yule G. Pragmatik. (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2006)

Tarigan, HG. Dasar-Dasar Pragmatik. (Yogyakarta: Andi Offset, 1986).

Wijana, I.D. P. Dasar-Dasar Pragmatik. (Yokyakarta: Andi Offset, 1996).

(16)

141

Gambar

Tabel  1  menunjukkan  bahwa  terdapat  penggunaan  tindak tutur  berdasarkan  fungsi  didominasi oleh mkasim cara

Referensi

Dokumen terkait

Sebaran kualitas air yang di pengaruhi arah arus yang dominan ke arah barat yang menyebabkan nilai konsentrasi suhu dan logam berat di perairan bagian barat lebih tinggi

Indosat, Tbk dengan menggunakan metode EVA pada umumnya dapat diketahui bahwa kinerja keuangan perusahaan pada periode 2006-2009 secara umum dapat dikatakan baik karena perusahaan

Sejalan dengan kehidupan manusia sebagai mahluk sosial, masyarakat tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari yang sudah membudaya pada setiap individu maupun

yang akan digunakan dalam penelitian utama. Pada penelitian pendahuluan ini, pertama- tama dilakuan pembuatan tepung kacang koro pedang dan tepung beras merah. Selanjutnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu mendesain dan mengkonstruksi lampu LED bawah air, menganalisis kekuatan material bahan yang digunakan, menganalisis besar

Nilai indeks keanekaragaman gawangan mati jauh lebih tinggi dibandingkan dengan piringan, hal ini disebabkan tingginya kelimpahan individu yang aktif pada permukaan tanah di

dari 233 peserta didik di Mts Ma’arif Al -Mukarrom tahun pelajaran 2017/2018 memiliki kondisi lingkungan keluarga yang cukup harmonis tetapi kondisi lingkungan