5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Anak
2.1.1 Definisi Anak
Anak didefinisikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari 18 tahun yang dimana masih membutuhkan kebutuhan khusus seperti fisik, psikologis, sosial maupun spiritual. Anak adalah seseorang yang berada dalam suatu rentang siklus perkembangan manusia yang dimulai dari bayi hingga remaja. Dalam proses perkembangan anak, ada beberapa ciri yang dimiliki seperti, fisik, kognitif, konsep diri, pola koping serta perilaku sosialnya. Setiap anak tidak memiliki pertumbuhan fisik yang sama begitupula dengan perkembangan kognitif anak semuanya berbeda- beda ada yang lebih cepat ada juga yang lambat atau terhambat.
Sedangkan perkembangan konsep diri setiap anak sudah ada semenjak ia lahir, namun belum terbentuk dengan begitu sempurna. Akan tetapi perkembangan konsep diri ini akan berkembang seiring bertambah usia anak tersebut (Yuliastati & Amelia, 2016).
2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
2.1.2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan menurut Soetjiningsih (2012) mengungkapkan bahwa pertumbuhan adalah hal yang berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, organ maupun sesuatu yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang sampai keseimbangan metaboliknya. Sedangkan perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan, struktur dan fungsi tubuh yang mengarah ke lebih kompleks atau lebih matang dalam pola yang lebih teratur.
Perkembangan yang dimaksud juga termasuk dalam perkembangan emosi, intelektual, maupun perilaku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya (Yuliastati & Amelia, 2016).
6 2.1.2.2 Ciri-ciri Pertumbuhan
(a) Perubahan proporsi tubuh pada masa ketika bayi sampai dewasa yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. 1 Ciri Pertumbuhan Pada Manusia
(b) Berkurang atau menghilangnya ciri-ciri pertumbuhan yang lama yang kemudian digantikan dengan timbulnya ciri-ciri pertumbuhan yang baru. Perubahan ini bisa ditandai juga dengan copotnya gigi susu dan digantikan dengan gigi permanen. Selain ciri tersebut ada juga ciri-ciri yang lainnya seperti menghilangnya refleks primitif pada saat masih menjadi bayi, timbulnya tanda seks sekunder dan perubahan yang lainnya.
(c) Kecepatan pertumbuhan yang tidak teratur. Hal ini dapat ditandai dengan ketika pada saat masa-masa tertentu dimana pertumbuhan berlangsung dengan cepat yang terjadi ketika masa prenatal, bayi dan remaja (adolesen). Pertumbuhan berlangsung lambat pada masa pra sekolah dan masa sekolah (Yuliastati & Amelia, 2016).
2.1.2.3 Ciri-ciri Perkembangan
(a) Perkembangan menimbulkan perubahan ; Perkembangan terjadi seiring bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan yang terjadi pada seseorang selalu disertai dengan perubahan fungsi yang dimilikinya. Misalnya, seperti perkembangan intelegensia pada seorang anak akan disertai dengan pertumbuhan otak dan serabut saraf pada anak tersebut.
7
(b) Pertumbuhan dan perkembangan anak pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya ; Seorang anak tidak bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum anak tersebut dapat melewati tahapan yang harus ia lewati sebelumnya. Contohnya seperti, ada seorang anak tidak bisa berjalan jika sebelumnya dia belum berdiri dan dia tidak bisa berdiri disebabkan karena pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lainnya yang terkait dengan fungsi anak tersebut mengalami perlambatan ataupun terhambat. Perkembangan awal inilah yang menjadi masa kritis seseorang karena akan menentukan perkembangan dia selanjutnya.
(c) Pertumbuhan dan perkembangan setiap orang mempunyai kecepatan yang berbeda dengan yang lainnya d; Sebagaimana dengan pertumbuhan, perkembangan juga mempunyai kecepatan yang berbeda-beda pada setiap orang baik dalam pertumbuhan fisiknya atau perkembangan fungsi organnya. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak juga berbeda-beda tidak ada yang sama.
(d) Pertumbuhan selalu berhubungan dengan perkembangan ; Pada saat pertumbuhan terjadi, maka perkembanganpun mengikuti dalam tahapannya. Seperti terjadinya peningkatan kemampuan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain pada seorang anak, sehingga pada anak-anak yang sehat seiring bertambahnya umur anak tersebut maka bertambah pula tinggi dan berat badannya begitupula pada kepandaian anak.
(e) Setiap perkembangan anak mempunyai pola yang tetap ; Perkembangan fungsi organ tubuh individu terjadi menurut hukum yang tetap, yaitu :
1) Perkembangan terjadi lebih dulu pada bagian daerah kepala, selanjutnya menuju ke arah kaudal atau anggota tubuh lainnya (pola sefalokaudal) yang mengalami perkembangan.
2) Perkembangan terjadi lebih dulu pada bagian daerah proksimal (gerak kasar) kemudian diikuti dengan perkembangan pada bagian
8
distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
(f) Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan ; Tahapan perkembangan pada seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahapan-tahapan tersebut tidak bisa terjadi terbalik, contohnya seperti anak mampu berjalan dahulu sebelum bisa berdiri (Yuliastati & Amelia, 2016).
2.1.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembanga dapat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu (Yuliastati &
Amelia, 2016).
Faktor internal yang terdiri dari :
(a) Ras/etnik atau bangsa ; Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki faktor herediter yang akan sama dengan ras/bangsa Indonesia begitupun sebaliknya.
(b) Keluarga ; Adanya kecenderungan keluarga yang memiliki postur yang berbeda dengan keluarga yang lain seperti keluarga dengan tubuh tinggi, tubuh pendek, gemuk ataupun kurus.
(c) Umur ; Kecepatan pertumbuhan yang pesat terjadi berbeda-beda pada setiap orang ketika masa prenatal, tahun pertama kehidupan sampai masa remajanya.
(d) Jenis kelamin ; Fungsi reproduksi pada setaiap anak perempuan berkembang lebih cepat daripada fungsi reproduksi pada anak laki- laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas pertumbuhan anak laki- laki akan lebih cepat daripada pertumbuhan anak perempuan.
(e) Genetik ; Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Contohnya seperti anak dengan tubuh kerdil.
9
(f) Kelainan kromosom ; Kelainan pada kromosom umumnya disertai dengan terjadinya kegagalan pertumbuhan dan perkembangan seperti pada sindrom down dan sindrom turner.
Sedangkan faktor eksternal terdiri dari 3 (tiga) faktor yaitu faktor prenatal, faktor persalinan dan faktor pasca persalinan :
a. Faktor prenatal
1) Gizi ; Nutrisi yang dikonsumsi pada seorang ibu selama kehamilannya akan mempengaruhi pertumbuhan janin yang dikandungnya. Maka dari itu, setiap asupan nutrisi yang diberikan ibu hamil harus sangat diperhatikan sekali. Pemenuhan zat gizi menurut kaidah gizi seimbang sangatlah perlu untuk dijalankan.
Dalam setiap kali makan, diupayakan ibu hamil telah mendapat cukup asupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineralnya dalam makanannya.
2) Mekanis ; Trauma dan posisi fetus yang abnormal pada ibu hamil dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot, dislokasi panggul, falsi fasialis, dan kelainan-kelainan lainnya.
3) Toksin/zat kimia ; Beberapa obat-obatan yang dikonsumsi saat hamil seperti aminopterin, thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital palatoskisis pada janin.
4) Endokrin ; Diabetes mellitus pada seorang ibu hamil dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hyperplasia adrenal pada janinnya.
5) Radiasi ; Paparan radium dan sinar rontgen pada ibu hamil akan mengakibatkan kelainan pada janinnya seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung dan kelainan lainnya.
6) Infeksi ; Infeksi pada trimester pertama dan kedua pada ibu hamil oleh TORCH (toksoplasma, rubella, cytomegalo virus, herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin. Kelainan yang
10
terjadi seperti katarak, bisu tuli, mikrosepali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital pada janin.
7) Kelainan imunologi ; Eritoblastosis fetalis timbul ketika terdapat perbedaan golongan darah antara ibu dan janin. Sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, yang selanjutnya melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah pada janin dan akan menyebabkan hemolisis yang kemudian akan menyebabkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan otak pada anak.
8) Anoksia embrio ; Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi pada plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan pada janin mengalami gangguan.
9) Psikologis ibu ; Kehamilan yang tidak diinginkan oleh sang ibu, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu selama hamil bahkan gangguan psikologis lainnya yang dialami ibu selama kehamilannya dapat mempengaruhi pertumbuhan pada janin.
b. Faktor persalinan ; Komplikasi yang terjadi pada saat proses persalinan pada ibu hamil seperti trauma kepala, asfiksia dapat mengakibatkan kerusakan jaringan pada otak bayinya.
c. Faktor pasca persalinan
1) Gizi ; Untuk mengalami pertumbuhan dan perberkembangan secara optimal pada bayi, maka setiap bayi dan anak membutuhkan gizi atau nutrisi yang adekuat pada makanan dan minumannya.
Ketika masih manjadi bayi, makanan utama yang diberikan adalah ASI. Setiap anak-anak berhak untuk mendapatkan ASI eksklusif, yaitu hanya ASI sampai bayi berusia 6 bulan. Kemudian ditambahkan makanan pendamping ASI (MPASI), yang akan diberikan sesuai dengan usia anak atau ketika anak berusia diatas 6 bulan. Pemberian MPASI pada anak harus diberikan secara bertahap sesuai dengan usia pada anak tersebut. Secara umum pemberian MPASI pada anak dibagi menjadi 2 tahap, yaitu MPASI
11
untuk usia 6 bulan, dan MPASI yang diberikan untuk anak ketika usianya diatas 9 bulan. Kedua tahap tersebut berbeda dalam segi rasa dan teksturnya, disesuaikan dengan perkembangan dan kemampuan pada setiap anak.
2) Penyakit kronis atau kelainan kongenital ; Penyakit-penyakit kronis seperti tuberculosis, anemia bahkan kelainan kongenital pada anak seperti kelainan jantung bawaan atau penyakit keturunan seperti thalasemia dapat mengakibatkan gangguan pada proses pertumbuhan anak tersebut.
3) Lingkungan fisik dan kimia ; Lingkungan sering disebut milieu adalah tempat anak hidup yang dimana berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik dan bersih, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radio aktif, zat kimia tertentu (plumbum, mercuri, rokok dan sebagainya) mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan seorang anak.
4) Psikologis ; Faktor psikologis yang dimaksud disini adalah bagaimana hubungan anak dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Seperti seorang anak yang tidak dikehendaki kehadirannya oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.
5) Endokrin ; Gangguan hormon pada anak, seperti yang terjadi pada penyakit hipotiroid dapat menyebabkan anak mengalami hambatan selama masa pertumbuhannya.
6) Sosio-ekonomi ; Secara umum kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan. Keadaan seperti ini dapat menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak sadar ataupun tidak kita sadari.
7) Lingkungan pengasuhan ; Pada lingkungan pengasuhan anak, interaksi antara ibu dan anaknya sangatlah penting dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak tersebut.
12
8) Obat-obatan ; Penggunaan kortikosteroid dengan jangka lama akan menghambat pertumbuhan, begitupula dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf pada anak akan mengakibatkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan anak.
2.1.2.5 Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
a. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu (Yuliastati & Amelia, 2016) : 1) Masa zigot atau mudigah, adalah sejak saat konsepsi ketika berhubungan suami istri sampai ketika umur kehamilan mencapai usia 2 minggu.
2) Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8 atau 12 minggu. Sel telur atau ovum yang telah dibuahi akan dengan sangat cepat akan menjadi suatu organisme, terjadinya diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh janin.
3) Masa janin atau fetus, sejak umur kehamilan 9 sampai 12 minggu sampai masa akhir kehamilan. Masa janin ini terdiri 2 periode yaitu: (1) Masa fetus dini, adalah sejak umur kehamilan ibu mencapai usia 9 minggu sampai trimester ke 2 kehidupan intra uterin. Ketika masa ini terjadinya percepatan pertumbuhan pada janin seperti alat tubuh telah terbentuk dan mulai berfungsi. (2) Masa fetus lanjut, adalah trimester akhir pada dkehamilan. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung dengan sangat pesat diikuti dengan perkembangan fungsi organ. Terjadinya transfer imunoglobin G (Ig G) dari darah ibu melalui plasenta pada janin.
Akumulasi asam lemak esensial omega 3 (docosa hexanic acid) dan omega 6 (arachidonic acid) pada otak dan retina janin. Pada trimester pertama kehamilan merupakan periode terpenting bagi ibu dan berlangsungnya kehidupan pada janin. Pada masa ini pertumbuhan otak janin akan sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya. Gizi yang kurang dikonsumsi pada ibu saat
13
kehamilannya, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obatan, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil akan menyebabkan pengaruh yang buruk pada pertumbuhan janin dan kehamilan tersebut.
b. Masa bayi (infancy) umur 0-11 bulan.
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu (Yuliastati & Amelia, 2016) : 1) Masa neonatal (umur 0-28 hari) ; Ketika masa ini terjadi, akan ada adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah serta mulai berfungsinya organ-organ pada anak. Masa neonatal dibagi menjadi dua periode: (1) Masa neonatal dini, yaitu ketika umur 0-7 hari. (2) Masa neonatal lanjut, yaitu ketika umur 8-28 hari.
2) Masa post neonatal (umur 29 hari sampai 11 bulan) ; Ketika masa ini terjadi, adanya pertumbuhan yang sangat pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus-menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf pada anak. Selanjutnya, untuk menjamin berlangsungnya proses tumbuh kembang yang optimal pada bayi, bayi sangat membutuhkan pemeliharaan kesehatan atau perawatan kesehatan yang baik seperti mendapatkan ASI eksklusif selama usianya 6 bulan, diperkenalkan pada makanan pendamping ASI sesuai dengan usianya, mendapatkan imunisasi sesuai jadwal dan mendapatkan pola asuh yang sesuai dari orang tua dan keluarganya. Masa ini juga merupakan dmasa dimana kontak ibu dan bayi berlangsung dengan sangat erat, sehingga dalam masa ini pengaruh ibu dalam mendidik anak merupakan suatu hal yang sangat besar untuk dilakukan.
3) Masa anak toddler (umur 1-3 tahun) ; Ketika periode ini kecepatan pada pertumbuhan anak mulai menurun dan memiliki kemajuan dalam perkembangan motorik kasar dan motorik halus dan juga fungsi ekskresi. Periode ini juga adalah masa yang penting bagi
14
anak. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada masa balita akan menentukan serta mempengaruhi tumbuh kembang anak selanjutnya. Setelah lahir sampai 3 tahun pertama kehidupannya (masa toddler), pertumbuhan dan perkembangan pada sel-sel otak anak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya sehingga terbentuknya jaringan saraf dan otak yang lebih kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan antara sel saraf akan memberi pengaruh yang sangat besar pada kinerja otak mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf sampai bersosialisasi. Ketika masa ini, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia pada anak berkembang dengan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan pada moral dan dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk saat masa ini sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun yang terjadi apabila tidak diketahui oleh orang tua dan ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya anak tersebut dikemudian hari.
4) Masa anak pra sekolah (umur 3-6 tahun) ; Ketika masa ini terjadi, pertumbuhan akan berjalan dengan stabil. Aktivitas jasmani bertambah seiring dengan meningkatnya keterampilan dan proses berfikir pada anak. Saat masa ini terjadi, selain lingkungan di dalam rumah, anak mulai diperkenalkan pada lingkungan di luar rumahnya. Anak mulai senang bermain di luar rumah dan menjalin pertemanan dengan anak lain dilingkungannya. Ketika masa ini terjadi, anak akan dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistem reseptor penerima rangsangan serta proses memori pada anak harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik di sekolah.
5) Masa anak sekolah (6-12 tahun) ; Ketika masa ini terjadi, pertumbuhan dan penambahan berat badan pada anak mulai
15
melambat. Tinggi badan anak akan bertambah sedikitnya 5 cm per tahun. Anak akan mulai masuk ke sekolah dan mempunyai teman yang lebih banyak sehingga sosialisasinya akan menjadi lebih luas.
Mereka akan terlihat lebih mandiri daripada sebelumnya. Akan mulai tertarik pada hubungan dengan lawan jenis tetapi tidak terikat. Akan memperlihatkan kesukaannya dalam berteman dan berkelompok serta bermain dalam kelompok dengan jenis kelamin yang sama tetapi mulai bercampur.
6) Masa anak usia remaja (12-18 tahun) ; Ketika remaja awal pertumbuhan meningkat dengan sangat cepat dan mencapai puncaknya. Karakteristik sekunder akan mulai terlihat seperti perubahan suara pada anak laki-laki dan pertumbuhan payudara pada anak perempuan. Saat menginjak usia remaja tengah, pertumbuhan akan amelambat pada anak perempuan. Bentuk tubuh akan mencapai 95% tinggi pada sorang dewasa. Karakteristik sekunder sudah tercapai dengan sangat baik. Saat menginjak usia remaja akhir, anak akan menjadi lebih matang secara fisik dan struktur serta pertumbuhan pada organ reproduksi sudah hampir komplit dan sempurna. Saat usia ini identitas diri sangat penting bagi anak termasuk didalamnya citra diri dan citra tubuh anak. Pada usia ini anak akan sangat berfokus pada diri sendiri, narsisme (kecintaan pada diri sendiri) lebih meningkat. Mampu memandang suatu masalah secara lebih komprehensif. Mereka akan lebih memulai menjalin hubungan dengan lawan jenisnya serta status emosi biasanya lebih stabil daripada sebelumnya terutama pada usia remaja lanjut.
2.2 Konsep Pneumonia 2.2.1 Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit yang mengenai jaringan pada organ paru-paru (alveoli) manusia. Pneumonia adalah salah satu penyakit yang merupakan pembunuh utama di dunia. Hal ini disebabkan karena pneumonia termasuk ke dalam salah satu kategori penyakit yang
16
mematikan. Angka kejadian kasus pneumonia terjadi lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lainnya seperti AIDS, campak, bahkan malaria. (Trisiyah & W, 2018).
Pneumonia merupakan terjadinya suatu proses peradangan ketika adanya konsolidasi yang dapat disebabkan oleh pengisian rongga alveoli oleh eksudat didalam paru-paru. Ketika pertukaran gas tidak dapat berjalan dengan sesuai pada daerah yang mengalami konsolidasi, maka aliran darah disekitar alveoli akan menjadi terhambat dan tidak dapat berfungsi secara maksimal. Dengan demikian, hipoksemia akan terjadi dan akan terjadi bergantung pada banyaknya jaringan pada organ paru- paru yang sakit. Menurut WHO (2015), pneumonia didefinisikan sebagai bentuk infeksi pernapasan akut yang mempengaruhi organ paru- paru (Villela, 2020).
2.2.2 Etiologi Pneumonia
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, diantaranya seperti bakteri, virus, maupun jamur. Angka kasus kejadian pneumonia di negara-negara berkembang terjadi sekitar 60% disebabkan oleh bakteri, sedangkan di negara-negara maju pneumonia disebabkan oleh virus. Pneumonia yang terjadi di negara berkembang dapat disebut juga dengan pembunuh yang terlupakan (the forgotten disease) (Trisiyah
& W, 2018). Organ paru-paru terdiri dari kantung kecil yang disebut Alveoli. Alveoli ini lah yang fungsinya untuk mengisi udara atau sebagai kantung tampungan udara ketika orang yang sehat sedang bernafas.
Ketika seseorang menderita pneumonia, alveoli yang dia miliki akan dipenuhi dengan nanah dan cairan yang akan membuat asupan oksigen yang dihirup akan menyakitkan dan terbatas. Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara disalah satu atau kedua paru-paru yang berisi cairan dan nanah dapat menyebabkan pembengkakan atau edema yang disebabkan oleh kelebihan cairan sehingga mengakibatkan kenaikan berat badan pada penderita pneumonia (Villela, 2020).
17
Pneumonia dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi yang terjadi melalui droplet dan juga sering disebabkan oleh streptoccuspneumonia melalui selang infus oleh staphylococcus aureus. Setelah masuk ke organ paru-paru, organisme tersebut akan bermultiplikasi dan apabila organisme tersebut telah berhasil masuk dan mengalahkan mekanisme pertahan paru maka terjadilah pneumonia. Kejadian pneumonia pada masyarakat luar negeri banyak disebabkan oleh gram positif, sedangkan pneumonia rumah sakit banyak disebabkan gram negatif. Sedangkan di Indonesia ditemukan dari pemeriksaan dahak adalah bakteri gram negatif. Penyebab pneumonia yang paling sering didapat dari masyarakat dan nosokomial:
a. Yang didapat di masyarakat: Streeptococcus pneumonia, Mycoplasma pneumonia, Hemophilus influenza, Legionella pneumophila, chlamydia pneumonia, anaerob oral, adenovirus, influenza tipe A dan B.
b. Yang didapat di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli, Klebsiella pneumonia), Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, anaerob oral.
Hal ini membuktikan bahwa faktor sosial/lingkungan juga dapat menjadi penyebab terjadinya pneumonia. Ketika seseorang batuk dan tidak melakukan langkah-langkah atau tatacara batuk dan bersin yang baik dan benar maka akan terjadi penyebaran infeksi yang terjadi melalui droplet (Villela, 2020).
Selain penjelasan diatas, penyebab terjadinya pneumonia dapat disesuaikan berdasarkan penggolongannya, yaitu (Villela, 2020) : 1. Bakteri ; diantaranya seperti Diplococcus pneumonia,
pneumococcus, streptokokus hemolyticus, Streptokoccusaureus, Hemaphilus Influenza, Mycobacterum Tuberkolosis, Bacillus Fre.
2. Virus ; diantaranya seperti Respiratory Syncytial virus, Adeno virus, V.Sitomegalitik, V. Influenza.
18 3. Mycoplasma Pneumonia
4. Jamur ; dintaranya seperti HistoplasmaCapsulatum, Cryptococcus Neuroformans, Blastomyces Dermatitisdes, Coccidosdies Immitis, Aspergilus Species, Candida Albicans.
5. Aspirasi ; diantaranya seperti makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
6. Pneumonia Hipostatik.
7. Sindrom Loeffer.
2.2.3 Klasifikasi Pneumonia
Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi dan berdasarkan upaya terhadap pemberantasan pneumonia berdasar usia (Ludji & Aprilya, 2019) :
a. Pembagian anatomis
1) Pneumonia lobularis ; adalah pneumonia yang melibatkan seluruh atau suatu bagian besar dari satu atau lebih bagian pada lobus paru.
Apabila kedua lobus paru terkena maka pneumonia tersebut dikenal sebagai pneumonial bilateral atau pneumonia ganda.
2) Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) ; adalah pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang mengalami mengalami penyumbatan yang disebabkan oleh eksudat mukopurulen yang membentuk bercak konsulidasi didalam lobus paru yang berada didekatnya, atau disebut juga dengan pneumonia lobularis.
3) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) ; adalah pneumonia yang terjadi akibat proses inflamasi yang terjadi didalam dinding alveolar (interstinium) dan jaringan peribronkial serta interlobular paru.
b. Berdasarkan upaya terhadap pemberantasan pneumonia berdasar usia:
1) Usia 2 bulan – 5 tahun
- Pneumonia berat ; adalah pneumonia yang ditandai dengan secara klinis oleh adanya sesak nafas yang tampak dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
19
- Pneumonia ; adalah pneumonia yang ditandai dengan secara aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada anak ketika usia 2 bulan hingga 1 tahun yang memiliki frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1 hingga 5 tahun frekuensi nafas 40 x/menit atau lebih.
- Bukan pneumonia ; adalah pneumonia yang ditandai dengan secara klinis oleh adanya batuk pilek yang biasanya dapat disertai juga dengan demam, tetapi tanpa tarikan pada dinding dada bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.
2) Usia 0 – 2 bulan
- Pneumonia berat ; adalah pneumonia yang ditandai dengan apabila adanya tarikan kuat pada dinding dada bagian bawah atau nafas yang cepat yaitu sekitar 60 x/menit atau lebih.
- Bukan pneumonia ; adalah pneumonia yang ditandai dengan apabila tidak adanya tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.
2.2.4 Tanda dan Gejala Pneumonia
Ada beberapa tanda dan gejala pneumonia diantaranya seperti demam, sesak napas, sakit kepala, menggigil, serta batuk yang disertai dengan dahak (Trisiyah & W, 2018).
Selain itu tanda dan gejala pneumonia dapat dijelaskan sebagai berikut (Villela, 2020) :
1. Demam ; demam merupakan tanda dan gejala yang sering terlihat sebagai tanda infeksi yang awal pertama mengalami pneumonia.
Demam paling sering terjadi pada anak yang berusia 6 bulan hingga 3 tahun dengan suhu mencapai angka 39,5°C – 40,5°C.
2. Meningitis ; merupakan tanda – tanda meningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi berkaitan dengan demam yang tiba- tiba dengan disertai oleh sakit kepala, nyeri serta kekakuan pada punggung dan leher. Selain itu, ada juga tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang ataupun menghilang ketika suhu tubuh turun.
20
3. Muntah ; pada anak kecil sangatlah mudah untuk muntah yang bersamaan dengan penyakit yang dialami yang merupakan awal terjadinya infeksi. Biasanya muntah berlangsung dengan sangat singkat, tetapi dapat menjadi lebih lama selama sakit.
4. Diare ; diare yang dialami anak biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi lebih berat. Diare pada anak sering disertai dengan infeksi pernafasan, khususnya yang disebabkan karena virus.
5. Nyeri abdomen ; merupakan keluhan umum pada anak-anak.
Kadang nyeri yang dirasakan tidak bisa dibedakan dengan nyeri dari apendiksitis.
6. Sumbatan nasal ; lubang hidung pada anak sangat mudah untuk tersumbat oleh pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mengakibatkan sistem pernafasan dan menyusui pada bayi mengalami terganggu.
7. Batuk ; batuk merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.
8. Bunyi pernafasan ; bunyi napas tambahan seperti mengi, mengorok, dan krekels yang disertai dengan sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak-anak.
9. Selain keluhan batuk atau kesulitan bernapas, ditemukan juga napas yang cepat :
a. Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan > 50kali/menit b. Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun > 40kali/menit
2.2.5 Patofisiologi dan Pathway Pneumonia
Mikroorganisme mencapai paru melalui beberapa jalur, yaitu (Villela, 2020) :
1) Ketika seseorang yang sudah terinfeksi dan mengalami batuk, bersin, maka mikroorganisme akan dilepaskan ke dalam udara dan terhirup oleh orang lain.
2) Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol dari peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi seperti inhaler.
21
3) Pada individu yang sakit atau kebersihan giginya yang buruk, flora normal orofaring dapat menjadi patogenik.
4) Staphilococccus dan bakteri garam negatif dapat menyebar melalui sirkulasi dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang terkontaminasi.
Pada individu yang sedang sehat, pathogen yang telah mencapai paru akan dikeluarkan atau tertahan dalam pipi melalui mekanisme pertahanan diri seperti reflek batuk, klirens mukosiliaris, dan fagositosis oleh makrofag alveolar. Sedangkan pada individu yang rentan atau sakit, pathogen yang masuk kedalam tubuh akan memperbanyak diri sebanyak mungkin dan akan melepaskan toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi respon inflamasi dan respon imun, yang keduanya mempunyai efek samping merusak. Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang telah dilepaskan oleh beberapa mikroorganisme akan merusak membran mukosa bronchial dan membrane alveolokapilar inflamasi dan edema yang menyebabkan sel-sel acini dan brokhioventilasi perfusi.
22
Sistem pertahan tubuh yang terganggu Virus, bakteri, protozoa, bahan kimia masuk kedalam saluran nafas menyerang alveoli
Virus, bakteri mengeluarkan toksin Peradangan pada bagian parenkim paru konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru
penurunan compliance paru pengembangan paru tidak maksimal
sesak napas Pneumonia
POLA NAPAS TIDAKEFEKTIF dirawat di RS
suplai O2 ke jaringan menurun Hospitalisasi
ATP menurun Kelemahan
INTOLERASI AKTIVITAS
Melepaskan toksin Lipoproteinsakarida (zat pirogen)
Peningkatan set poin dihipotalamus Menggigil
Demam HIPERTERMIA
RISIKO
KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN
Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan anak
ANSIETAS Kerusakan pada membran mucus
alveolus
Perkembangan edema paru dan eksudat
Mengisi alveoli
Mengurangi luas permukaan alveoli untuk pertukaran karbondioksida
dan oksigen dispnue (sulit bernapas)
GANGGUAN PERTUKARAN GAS
Peningkatan sekresi mukus
BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF
Gambar 2. 2 Pathway Pneumonia
23 2.2.6 Pemeriksaan Penunjang Pneumonia
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pasien pneumonia adalah (Villela, 2020) :
1. Sinar X ; untuk mengidentifikasikan distribusi structural seperti lobar, bronchial dapat juga menyatakan abses.
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnose pneumonia.
3. Pemeriksaan kultur, sputum, dan darah : untuk mengetahui dan dapat mengindentifikasi semua organisme yang ada.
4. Pemeriksaan serologi : untuk membantu dalam membedakan diagnose organisme yang khusus.
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui kelainan pada paru-paru dan untuk menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
6. Spiometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang aspirasi.
7. Bronkoskop : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing dalam tubuh/paru.
2.2.7 Komplikasi Pneumonia
Komplikasi pada pneumonia jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat dapat menyebabkan hipotensi dan syok, gagal pernapasan, atelektasis, efusi pleura, delirium, superinfeksi dan juga adhesi. Pada beberapa kelompok pada orang yang lebih beresiko, seperti lansia dan balita akan mendapatkan sejumlah komplikasi pneumonia, yaitu (Villela, 2020) :
1. Infeksi aliran darah ; infeksi aliran darah atau bakterimia terjadi akibat masuknya bakteri kedalam aliran darah dan pada akhirnya menyebarkan infeksi ke organ-organ lainnya.
2. Abses paru atau paru bernanah ; abses paru dapat ditangani dengan antibiotik.Namun antibiotik yang akan diberikan juga membutuhkan tindakan medis untuk membuang nanah yang ada dalam paru.
3. Efusi Pleura ; yaitu kondisi dimana cairan memenuhi pada bagian ruang yang menyelimuti organ paru-paru.
24 2.2.8 Penatalaksanaan Pneumonia
a. Manajemen Umum
1) Humidifikasi ; yaitu humidifier atau nebulizer jika sekret yang ada memiliki tekstur yang kental dan jumlah yang berlebihan.
2) Oksigenasi ; yaitu jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg.
3) Fisioterapi ; yaitu berperan penting dalam mempercepat resolusi pneumonenia secara pasti; pasien harus dipaksa/didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan kemampuan ventilator.
4) Hidrasi ; yaitu pemantauan asupan dan keluaran/eliminasi; cairan tambahan untuk mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.
b. Operasi ; operasi thoracentesis dengan tabung penyisipan dada:
mungkin diperlukan jika penyakit pneumonia masalah sekunder seperti empiema yang terjadi.
c. Terapi Obat ; yaitu pengobatan yang diberikan berdasarkan penyebab dan uji resistensi. Namun, karena hal tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama dan pasien pneumonia harus diberikan terapi secepatnya maka bisa diberikan Penicillin G untuk infeksi pneumonia staphylococcus, amantadine dan rimantadine untuk infeksi pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin, dan derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia (Ludji & Aprilya, 2019).
Penatalaksanaan pneumonia yang sakitnya tidak terlalu parah, bisa diberikan antibiotik per oral dan tetap tinggal dirumah tidak harus masuk rumah sakit. Penderita yang sakitnya sudah parah dan penderita yang juga mengalami sesak nafas atau memiliki penyakit kronis lain seperti jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat dan diberikan antibiotik melalui infus. Bahkan mungkin untuk perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik lainnya (Villela, 2020).
25
2.3 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Pneumonia Secara Umum 2.3.1 Pengkajian Pneumonia
Pengkajian pneumonia yang harus dilakukan adalah (Ludji &
Aprilya, 2019) : a. Indentitas:
Pada pengkajian identitas/biodata pada anak-anak biasanya terdiri dari nama, usia, jenis kelamin. Usia ; Pneumonia paling sering ditemukan pada anak balita, namun juga tidak menutupkemungkinan ditemukan pada orang dewasa dan pada kelompok usia lanjut. Faktor risiko yang menyebabkan tingginya kejadian pneumonia pada anak balita di negara berkembang terutama adalah pneumonia yang terjadi pada anak-anak saat masa bayi. Pneumonia pada balita lebih banyak terjadi pada balita berumur ≤ 2 tahun. Bayi dan balita memiliki mekanisme pertahanan yang masih lemah dibanding orang dewasa, sehingga balita masuk ke dalam kelompok yang rawan terhadap infeksi seperti influenza dan pneumonia dibanding anak-anak yang berusia diatas 2 tahun. Hal ini disebabkan oleh imunitas yang belum sempurna dan saluran pernapasan yang relatif sempit (Amalia et al., 2019). Jenis Kelamin ; Dari beberapa hasil penelitian mengenai pneumonia didapatkan hasil bahwa balita laki-laki yang berusia dibawah 2 tahun lebih banyak menderita pneumonia dibandingkan dengan balita perempuan. Jenis kelamin laki-laki diduga menjadi salah satu faktor risiko meningkatnya angka kejadian pneumonia. Anak balita dibawah 2 tahun yang berjenis kelamin laki-laki memiliki kecendurungan untuk terserang penyakit pneumonia sebesar 1,6 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan oleh proporsi penyakit sistem pernapasan sebesar 16,3% pada laki-laki dan pada perempuan sebesar 15,7% (Elza, 2019).
26 b. Riwayat sehat dan sakit :
Pada pengkajian riwayat sehat dan sakit terdiri dari keluhan utama, riwayat kesehatan saat ini, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat sosial/lingkungan. Riwayat kesehatan saat ini ; terdiri dari pengkajian mengenai pemberian nutrisi dan cairan. Status gizi dari nutrisi yang kurang dan buruk dapat menyebabkan gangguan sistem imun. Organ timus sangat sensitif terhadap malnutrisi karena kekurangan protein dapat menyebabkan atrofi timus. Hampir semua mekanisme pertahanan tubuh memburuk dalam keadaan malnutrisi. Semakin buruk mekanisme pertahanan tubuh maka akan dengan mudah terkena serangan penyakit yang salah satunya adalah pneumonia. Riwayat kesehatan dahulu: terdiri dari pengkajian mengenai prenatal dan postnatal, riwayat imunisasi. Bayi dengan berat lahir rendah pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna, pertumbuhan dan maturasi organ dan alat- alat tubuh belum sempurna akibatnya bayi dengan berat badan lahir rendah lebih mudah mendapatkan komplikasi dan infeksi, terutama pneumonia dan penyakit pernapasan lainnya. Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Balita yang telah mendapatkan imunisasi campak diharapkan dapat terhindar dari penyakit campak dan pneumonia yang merupakan komplikasi paling sering terjadi pada anak yang mengalami campak. Menurut UNICEF–WHO pemberian imunisasi ini dapat mencegah infeksi yang dapat menyebabkan pneumonia sebagai komplikasi dari penyakit pertusis (Rigustia et al., 2019). Riwayat kesehatan keluarga ; anggota keluarga yang sebelumnya pernah menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumonia seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain- lain akan menjadi faktor risiko untuk terkena pneumonia pada anak yang sebagai keturunan dari keluarga yang pernah menderita penyakit penyebab terjadinya pneumonia (Ludji & Aprilya, 2019). Riwayat sosial/lingkungan ; kegiatan merokok terutama dilakukan oleh kepala keluarga yaitu ayah balita itu sendiri , kakek, saudara ibu atau ayah. Asap
27
rokok mengandung partikel seperti hidrokarbon polisiklik, karbon monoksida, nikotin, nitrogen oksida dan akrolein yang dapat menyebabkan kerusakan epitel bersilia, menurunkan klirens mukosiliar serta menekan aktifitas fagosit dan efek bakterisida sehingga mengganggu sistem pertahanan paru. Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan bahwa paparan asap rokok menjadi salah satu faktor risiko terjadinya pneumonia (Rigustia et al., 2019).
2.3.2 Diagnosa Keperawatan Pneumonia
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang yang sakit, sebagai akibat dari masalah kesehatan yang dialami. Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan kasus Pneumonia adalah (Villela, 2020) :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan secret.
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi.
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebihan.
4. Hipertermi b.d proses inflamasi alveoli.
5. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen darah.
6. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
7. Kecemasan b.d kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak.
8. Resiko tumbuh kembang b.d hospitalisasi.
2.3.3 Intervensi Keperawatan Pneumonia
Intervensi keperawatan atau rencana tindakan keperawatan adalah sejumlah atau beberapa tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus yang sebelumnya telah ditentukan. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan tindakan, serta penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan analisis pengkajian yang telah dilakukan sebelumnya agar masalah kesehatan dan keperawatan dapat
28
diatasi segera. Rencana tindakan keperawatan dapat dilihat pada uraian tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2. 1 Intervensi Keperawatan Pneumonia No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Keperawatan 1 Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas b.d penumpukan secret
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x.... jam, permbersihan jalan nafas efektif.
Kriteria hasil:
- RR 30-50 x/menit - Bunyi nafas vasikuler - Tidak ada sputum - Irama nafas teratur - Jalan nafas paten - Sekresi yang efektif
1. Memantau TTV (suhu, RR, HR) 2. Memantau status pernafasan: irama, frekuensi, suara, dan retraksi dada
3. Mengatur posisi yang nyaman, posisi pronasi untuk bayi dan semifowler untuk anak
4. Melakukan suction sesuai indikasi
5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian inhalasi ventolin + NaCl 0.9%
per 6 jam 6. Berkolaborasi dengan dokter pemberian oksigen nasal kanul sesuai indikasi dokter 2 Ketidakefektifan pola
nafas b.d hiperventilasi
Setelah dilakukan 1. Memantau TTV (suhu,RR,HR) 2. Memantau status
29
tindakan keperawatan selama ....x.... jam, pola nafas efektif
Kriteria hasil:
- RR 30-50 x/menit - Bunyi nafas vasikuler - Irama nafas teratur - Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
- Ekspansi dada simetris
pernafasan: irama, frekuensi, suara, dan retraksi dada (otot bantu pernafasan) 3. Mengatur posisi yang nyaman: posisi pronasi untuk bayi dan semi fowler untuk anak
4. Berkolaborasi dengan dokter pemberian oksigen nasal kanul sesuai indikasi.
3 Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang berlebihan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x.... jam, pasien memperlihatkan tanda rehidrasi dan mempertahankan hidrasi yang adekuat Kriteria hasil:
- Membrane mukosa bibir lembab
- Turgor kulit baik - Urine jernih dan tidak pekat
1. Memantau status hidrasi (membrane mukosa, turgor kulit, frekuensi nadi, dan tekanan darah) 2. Memantau intake dan output pasien (balance cairan) 3. Memantau hasil laboratorium seperti natrium, kalium, klorida
4. Memotivasi anak dan keluarga untuk meningkatkan asupan cairan per oral
30
5. Memantau kebutuhan cairan kolaborasi 4 Hipertermi b.d proses
inflamasi alveoli
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x.... jam, tidak terjadi demam Kriteria hasil:
- Tidak demam
- Suhu 36,5-37,5 derajat celcius
- Tidak teraba panas pada tubuh
1. Mengukur suhu tubuh 1 jam
2. Memotivasi anak dan keluarga untuk meningkatkan asupan cairan per oral
3. Menganjurkan orang tua melakukan kompres hangat 4. Menganjurkan ibu untuk menggantikan pakaian yang mudah menyerap keringat dari bahan katun 5. Berkolaborasi pemberian
paracetamol sesuai indikasi
6. Berkolaborasi pemberian cairan infus
5 Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen darah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x.... jam, gangguan gas teratasi Kriteria hasil:
- Sianosis tidak ada - Nafas normal - Sesak tidak ada
1. Mengkaji Frekuensi atau kedalaman dan kemudahan bernafas.
2. Mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku.
Catat adanya sianosis perifer (kuku)
31
- Gelisah tidak ada - Hipoksia tidak ada
3. Mengkaji status mental
4. Meninggikan kepala dan dorong untuk sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif
5. Berkolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi oksigen dengan benar
6 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x.... jam, intoleransi aktivitasi teratasi
Kriteria hasil:
- Nafas normal - Sianosis tidak ada - Irama jantung normal
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas 2. Memberikan
lingkungan tenang dan batasi pengunjung 3. Menjelaskan kepada orang tua perlunya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan bermain dengan istirahat
4. Membantu aktivitas perawatan diri yang di perlukan
7 Kecemasan Setelah dilakukan 1. Mengkaji tingkat
32 b.d kurangnya
pengetahuan orang tua tentang perawatan anak
tindakan keperawatan selama ....x.... jam, kecemasan berkurang sampai dengan hilang Kriteria hasil:
- Orang tua tenang - Gelisah tidak ada - Tidak cemas
kecemasan 2. Melakukan pendekatan dengan tenang dan
meyakinkan 3. Menggunakan media untuk menjelaskan mengenai penyakit klien
4. Menjelaskan tentang perawatan yang diberikan kepada klien dan prosedur pengobatan
8 Resiko tumbuh kembang b.d hospitalisasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x.... jam, klien tidak mengalami gangguan tumbuh kembang
Kriteria hasil:
- Keterlambatan tidak terjadi
- Tumbuh kembang sesuai tahapan usia
1. Memberikan stimulasi atau rangsangan kepada klien
2. Memberikan kasih sayang kepada klien 3. Berkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet nutrisi untuk tumbuh
kembangnya
2.3.4 Implementasi Keperawatan Pneumonia
Implementasi merupakan pelaksanaan atau tindakan yang akan dilakukan mengikuti daftar dari intervensi yang telah disusun sebelumnya untuk mencapai tujuan yang lebih spesifik. Tahapan
33
implementasi dimulai setelah intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah diharapkan (Villela, 2020).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan Pneumonia
Evaluasi merupakan tindakan intelektual dalam melengkapi proses keperawatan yang menandakan atas keberhasilan dari diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi. Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan (Villela, 2020).