• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL SKRIPSI ANALISIS WACANA REPRESENTASI PERGAULAN BEBAS REMAJA DALAM FILM DUA GARIS BIRU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JURNAL SKRIPSI ANALISIS WACANA REPRESENTASI PERGAULAN BEBAS REMAJA DALAM FILM DUA GARIS BIRU"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA REPRESENTASI PERGAULAN BEBAS REMAJA DALAM FILM DUA GARIS BIRU

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik

Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh : Celia Sandjaja NIM : D0215026

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2022

(2)

1

ANALISIS WACANA REPRESENTASI PERGAULAN BEBAS REMAJA DALAM FILM DUA GARIS BIRU

Celia Sandjaja Sri Hastjarjo

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sebelas Maret

Abstract

Through the film Dua Garis Biru, teenagers become a picture of the problem of unwanted pregnancy. Child marriage at an early age is often caused by unwanted pregnancies. The purpose of this study was to determine the factors that influence promiscuity in the film Dua Garis Biru. This research method uses a qualitative approach, with the Van Dijk model of discourse analysis. Qualitative research is the name given to a research paradigm that is primarily concerned with meaning and interpretation (Stokes, 2006:21). The type of research used in this research is interpretive. Where the research used to describe the social reality related to objects in the film Dua Garis Biru. Sources of data used in this study can enrich information about problems that are of concern to researchers. The scope of this research is the film Two Blue Lines. The focus of his research on adolescent promiscuity is the film Dua Garis Biru. Data analysis using analysis with van Dijk's model describes the structure and process of how the text is produced. The text is seen as a small part of the larger structure of society, therefore the text is formed in the practice of discourse. Discourse by van Dijk is described in three dimensions, namely text, social cognition, context (Eriyanto, 2001: 221-224). The results showed that promiscuity in the film Dua Garis Biru could occur due to a lack of knowledge and socialization about free sex and the dangers of pregnancy at an early age. This is considered important so that nothing happens that can damage the future of a teenager. When a teenager's future is damaged, the effects will interfere with various things including affecting mental health.

Keywords: Film, Two Blue Lines, Discourse Analysis, Van Dijk

(3)

2 Pendahuluan

Film adalah alat komunikasi massa yang ada di dunia, dimana film mengalami masa pertumbuhan pada akhir abad ke-19 yaitu pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah lenyap. Hal tersebut menjadi permulaan sejarah film yang menjadi alat komunikasi sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur teknik, politik, ekonomi, sosial dan demografi. Film juga merupakan unsur cerita yang merepresentasikan seluk beluk kehidupan tokoh. Film yang sempat viral di tahun 2018 menimbulkan fenomena terhadap masyarakat setelah menonton film Dilan 1990 dimana masyarakat ingin menjadi laki-laki yang paling romantis dengan pasangannya, terkhusus kaum muda, dan juga menimbulkan aspek kreatif masayarakat ketika membuat parodi adengan romantisnya.

Film Dua Garis Biru adalah sebuah film drama remaja Indonesia tahun 2019 yang disutradarai oleh Gina S. Noer. Film Dua Garis Biru menceritakan tentang latar belakang yang terlalu bebasnya hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan hamil di luar nikah. Film ini berisi tentang sepasang remaja yang menjalin hubungan asmara semasa Sekolah Menengah Atas (SMA). Sepasang kekasih ini kemudian terjerumus pergaulan bebas sehingga mengakibatkan kehamilan tidak diinginkan. Film ini menjadi salah satu media yang membahas tentang pergaulan remaja yang kini juga menjadi perhatian setiap kalangan.

Film Dua Garis Biru diproduksi oleh Starvision Plus yang di bintangi oleh Dara yang diperankan Dara JKT48 dan Bima yang diperankan Angga Yunanda. CNN Indonesia, memberitakan Dua Garis Biru sempat memicu kontraversi. Sejumlah pihak menilai film ini melegalkan kebebasan dalam berpacaran. Namun, menurut Gina film ini memiliki pesan tentang pentingnya edukasi seks dan adab pergaulan di masa remaja sedini mungkin kepada anak-anak. Isu dalam film Dua Garis Biru menjadi hal yang ingin diangkat karena masih terdapat beberapa remaja yang kurang memahami resiko dari pergaulan bebas yakni adanya kehamilan tidak diinginkan dam dampak bagi perempuan yang mengalami kehamilan tidak

(4)

3 diinginkan. Di tahun 2017 tingkat kehamilan yang tidak diinginkan pada usia 15- 19 tahun telah mencapai 16,4 % sedangkan pada usia 20-24 tahun mencapai 8%.

Diperkirakan kurang lebih ada 1.220.900 anak perempuan yang telah menikah sebelum berumur 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan pada presentase perempuan yang telah menikah di usia 18 tahun. Akan tetapi, jumlah yang tercantum tersebut masih tergolong tinggi karena jumlah remaja yang telah menikah pada usia dini cukup banyak. Kehamilan tidak diinginkan menjadi salah satu faktor dari menikah pada usia dini. Dalam hal ini keluarga memiliki peran penting dalam pencegahan pergaulan bebas. Pendidikan seks dalam keluarga merupakan salah tempat paling utama dalam mencegah pergaulan bebas. Hal ini dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan benteng awal dalam mencegah terjadinya pola pikir seks bebas. Selain itu, lingkungan sekitar seperti sekolah juga dapat menjadi tempat kedua dalam pencegahan pergaulan bebas.

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui wacana pergaulan bebas yang dipresentasikan dalam Film Dua Garis Biru. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengkaji secara mendalam, meneliti serta memfokuskan penelitian ini pada film Dua Garis Biru dengan judul : ”Analisis Wacana Pergaulan Bebas Remaja Dalam Film 2 Garis Biru”.

Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Wacana Pergaulan Bebas Remaja Direpresentasikan dalam Film Dua Garis Biru”.

Landasan Teori A. Analisis Wacana

Analisis wacana (discourse analysis) atau kajian wacana (discourse studies) dapat dimengerti sebagai salah satu cabang ilmu bahasa yang mengkaji wacana.

Analisis wacana bertujuan untuk mengungkap (i) struktur wacana, (ii) komponen pembentuk wacana, (iii) isi wacana, (iv) ragam bahasa dalam wacana, (v) ideologi

(5)

4 dalam wacana, (vi) tindak tutur dalam wacana, (vii) gaya bahasa dalam wacana, dan (viii) prinsip-prinsip membangun wacana.

Dalam tulisan ini pembahasan terbatas pada kajian wacana dengan pendekatan formal, analisis wacana kritis, dan fungsional. Kajian wacana dengan pendekatan formal dibahas karena menjadi dasar analisis wacana dengan berbagai pendekatan yang lain.

B. Analisis Wacana yang dikembangkan oleh Teun A. Van Dijk

Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh beberapa ahli, barangkali model dari yang dikemukakan oleh Van Dijk adalah model analisis wacana yang banyak dipakai. Hal ini kemungkinan karena van Dijk mengela borasi elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis. Model yang dipakai oleh van Dijk ini sering disebut sebagai "kognisi sosial".

Untuk menggambarkan modelnya tersebut, van Dijk mem buat banyak sekali studi analisis pemberitaan media. Titik perhatian van Dijk terutama pada studi mengenai rasialisme. Dari berbagai kasus, dengan ribuan berita, van Dijk terutama meng analisis bagaimana wacana media turut memperkuat rasialisme yang ada dalam masyarakat.

Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegas kan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari warta wan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Analisis van Dijk di sini menghubungkan analisis tekstual-yang me musatkan perhatian melulu pada teks ke arah analisis yang komprehensif bagaimana teks berita itu diproduksi, baik dalam hubungannya dengan individu wartawan maupun dari masyarakat. Model dari analisis van Dijk ini dapat digambarkan sebagai berikut :

(6)

5

Konteks

Gambar 1. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur dari teks. Van Dijk memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik-tentang kosakata, kalimat, proposisi, dan paragraf-untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Dilanjutkan dengan dimensi dari Kognisi sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi oleh indivi du/kelompok pembuat teks. Cara memandang atau melihat suatu realitas sosial itu yang melahirkan teks tertentu.

Wacana terkait pergaulan bebas remaja yang dimunculkandengan mediasi film yang berjudul dua garis biru, timbul akibat struktur pikiran tertentu yang membentuk suatu cara melihat persoalan sehingga mempengaruhi bagaimana suatu teks diproduksi. Sedangkan analisis sosial melihat bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana. Ketiga di mersi ini merupakan bagian yang integral dan dilakukan secara bersama-sama dalam analisis van Dijk.

C. Film

Film dikenal juga dengan sebutan movie, gambar hidup, film teater atau foto bergerak, yang merupakan rentetan gambar diam, yang apabila ditampilkan pada layar dapat menghasilkan ilusi gambar yang gerak sehingga ketika menonton kita akan melihat gerakan yang terus berlanjut antar berbagai macam objek secara berturut dan juga cepat. Film yang dibuat merupakan gabungan industri dan juga seni didalamnya.

Kognisi Sosial Teks

(7)

6 Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy,2011:232). Pada dasarnya film dapat dikelompokan ke dalam dua pembagian dasar, yaitu kategori film cerita dan non cerita. Pendapat lain menggolongkan menjadi film fiksi dan non fiksi.

D. Pergaulan Bebas Remaja

Pergaulan adalah percampuran kata majemuk yang mempunyai kata dasar

“gaul” yang berarti “campur gaul”, maksudnya adalah percampuran dalam kehidupan sehari-hari. Pergaulan secara terminologi yaitu menjunjung tinggi kebersamaan, persekawanan, dan persaudaraan yang dimana mereka lebih cenderung memiliki sifat afatisme dan hedonisme yang artinya mereka akan melakukan apapun untuk mencapai tujuannya (Syahraini Tambak, 2016:211).

Pergaulan bebas tidak lepas dari konteks kondisi sosial budaya zamannya.

Pergaulan bebas berkaitan dengan kehidupan yang pengaruh sosial dan kebudayaannya memainkan peranan yang besar dalam pembentukan dan pengkondisian tingkah laku. Menurut Iskandar dalam jurnal (Andika Bonde, dkk., 2019:6) menyatakan bahwa pergaulan bebas dapat diartikan sebagai pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bebas pergi dan melakukan kegiatan bersama- sama, pergaulan bebas belum tentu menjurus pada hubungan seksual walaupun ada yang melakukannya. Istilah pergaulan bebas tercipta dari munculnya aspek seksual dari diri si remaja atau pemuda membawa dampak pada cara bergaul yang lebih bebas dengan segala sikap dan perilaku pada seksual permissiveness.

Metodologi

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode analisis wacana model Van Dijk. Penelitian kualitatif merupakan nama yang diberikan bagi paradigma penelitian yang terutama berkepentingan dengan makna dan penafsiran (Stokes, 2006:21). Analisis wacana kritis adalah upaya atau proses (penguraian) untuk memberikan penjelasan dari sebuah teks (realita sosial) yang mau atau sedang dikaji oleh seorang atau kelompok dominan yang

(8)

7 kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah interpretatif.

Dimana penelitian yang digunakan untuk menggambarkan tentang realita sosial terkait objek dalam film 2 garis biru. Peneliti menginterpretasikan dengan membongkar dan menjelaskan makna-makna teks yang terdapat pada audio maupun visual dengan menghubungkan kedalam dimensi wacana model van Dijk.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan sumber data yang dapat memperkaya informasi tentang permasalahan yang menjadi perhatian peneliti.

Sumber yang diharapkan mampu menyediakan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Data Primer, keseluruhan informasi mengenai konsep penelitian yang diperoleh secara langsung dari analisis yang dijadikan subjek penelitian. Sumber data yang paling utama adalah semua isi dan teks film 2 garis biru. Penyajian data dilakukan dengan capture shot dalam yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Data sekunder, keseluruhan informasi mengenai konsep penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui literatur, blog, website dan informasi – informasi lainnya yang mendukung.

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis, yaitu analisis sosiokognitif. Berangkat dari pendapat van Dijk yang merupakan pendapat utama yang digunakan dalam menjawab berbagai pertanyaan penelitian karena perspektif sosial yang menjadi ciri khasnya. Tema penelitian yang mencoba mengungkap realitas dan dampak remaja pada film 2 garis biru. Penelitian ini diharapkan memberikan kebermanfaatan dalam bidang komunikasi. Dengan demikian, pemilihan pendekatan analisis wacana kritis van Dijk merupakan langkah yang relevan dengan tujuan penelitian.

Pada tahap awal peneliti mengunduh rekaman film,kemudian diuraikan atau dipotong berdasarkan scene. Scene adalah pengambilan serangkaian gambar untuk satu adegan sebagai bagian dari suatu rangkaian cerita (bagian dari cerita yang memiliki satu konteks), sedangkan frame adalah pengambilan satu gambar sebagai bagian dari satu adegan atau bagian dari satu adegan yang dilihat dari satu sudut pandang (Hardiyanto, 2009:2). Peneliti kemudian melakukan pendeskripsian dari

(9)

8 setiap potongan scene tersebut. Langkah berikutnya peneliti melakukan analisa dengan menggunakan teknik analisis wacana. Setelah langkah pendeskripsian dan menganalisa dari masing-masing scene film, maka ditariklah kesimpulan dari potongan-potongan adegan film tersebut secara utuh.

Analisis wacana secara umum berupaya mengungkap berbagai informasi dibalik data yang disajikan di media atau teks, yang dapat berupa kata, arti (makna), gambar, simbol, ide, tema, atau beberapa pesan yang dapat dikomunikasikan (Neuman, 2003:4). Analisis dengan model van Dijk menggambarkan struktur dan proses bagaimana teks diproduksi. Teks dipandang sebagai bagian kecil dari struktur besar masyrakat, karenanya teks dibentuk dalam praktik wacana. Wacana oleh van Dijk digambarkan dalam tiga dimensi, yaitu teks, kognisi sosial, konteks (Eriyanto, 2001: 221-224).

Hasil dan Pembahasan

A. Sinopsis film Dua Garis Biru

Film Dua Garis Biru adalah hasil karya Gina S. Noer yang diproduksi studio produksi Starvision dan bekerja sama dengan Wahana Kreator. Berikut ini sinopsis Dua Garis Biru yang banyak mendapat apresiasi para penikmat film. Dikisahkan 2 seorang pemuda-pemudi SMA yang memiliki banyak sahabat. Keduanya selalu bersama-sama menjalani hari-hari dengan indah. Dara yang tergolong anak cerdas terbukti dengan nilai matematika yang tinggi, namun berbeda dengan Bima yang termasuk kedalam anak yang kurang pintar. Keduanya pun tinggal di lingkungan yang cukup baik terkhusus Bima yang memiliki orang tua begitu agamis. Tidak jarang Bima bermain di rumah Dara, tanpa pengawasan orang tua keduanya bercanda tawa di kamar.

Keharmonisan keluarga berubah ketika suatu kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Keduanya menyimpan suatu masalah yang begitu besar dari kedua orang tuanya. Hari berikutnya mereka lalui dengan sesuatu yang berbeda, mulai dari perut dara yang mulai 4 membuncit dan berbagai macam gejala kehamilan lainya. Dara dan Bima yang berniat menggugurkan kandungannya dengan meminum jus strawberry terurungkan kerena Dara yang ragu. Ia berniat ingin membesarkan

(10)

9 anaknya walau anak itu terlahir tanpa diinginkan. Suatu ketika hari yang mengaharuskan masalah itu terbongkar dengan cepat keluar dari mulut dara yang mengkawatirkan janinnya karena insiden bola basket yang salah sasaran.

Orang tua keduanya yang merasa terkejut dengan keadaan yang menimpah kedua anaknya. Ibu Dara dengan tidak terkontrolnya emosi, meluapkan kekecewaannya kepada bima dan memintanya untuk bertanggung jawab. Bima tersudutkan, kedua orang dara yang begitu emosional namun dengan insting seorang ibu Bima terus membela anaknya walau tersirat sebuah kecewaan yang mendalam dengan apa yang telah dilakukan oleh anaknya. Pihak sekolah dnegna segala kebijakannya bersiap menggerai masalah ini dengan menggeluarkan kedua siswanya tersebut, namun dengan alasan yang besar agar Bima tidak dikeluarkan agar dapat tetap bisa menafkahi Dara dan calon anaknya nanti. Berjalannya waktu kedua orang tua Bima dan Dara mulai menerima keadaan walau pun masih merasa sangat kecewa. Dengan segala pertimbangan antara hukum agama dan hukum kewarganegaraan. Hingga akhirnya Bima dan Dara memutuskan untuk menikah di usia muda.

Setelah keduanya menikah, Bima tinggal dirumah Dara dan bekerja di restoran milik orang tua Dara sebagai pelayan untuk biaya persalinan. Bima yang mulai terbiasa dengan aktivitas barunya, selain itu Bima juga harus sekolah. Orang tua Dara berniat untuk memberikan anak Dara dan Bima kepada tantenya Dara yang tidak memiliki anak dan telah melakukan bayi tabung namun gagal. Kedua orang tua berkumpul mendiskusikan masa depan kedua anaknya, Dara berniat mensetujui keputusan orang tuanya untuk menyerahkan anaknya kepada tantenya. Dan berencana meneruskan pendidikan di negara gingseng (Korea), terbukti dengan ia mengisi waktunya dengan belajar bahasa Korea. Suasana ini menjadi tegang ketika orang tua dari Bima dengan insting keibuanyan menolak keputusan yang diambil oleh ibu Dara. Sampai akhirnya dengan usul dari Bima dan disetujui oleh kakaknya perihal pembicaraan masalah ini akan di bahas kembali ketika Dara telah melahirkan.

.

(11)

10 B. Pengadeganan Film Dua Garis Biru

a. Deskripsi Adegan 2

Gambar 1. Remaja Tanpa Pengawasan Orangtua

Adegan 2 yang dibuka dengan adegan Bima dan Dara masuk ke dalam kamar tanpa adanya pengawasan dari orang tua dengan soundtrack muda tangguh perkasa menggambarkan suasana ceria tentang sepasang kekasih pada masa remaja. Lagu tersebut sangat berkaitan dengan situasi menyenangkan yang nampak pada gelora masa muda. Pembuka adegan 2 dalam film dua garis biru yang ditandai dengan adegan yang mereka lakukan yakni Bima yang sampai menindih tubuh Dara. Diakrenakan tidak ada pengawasan dari orang lain yang ada di Rumah pada saat itu, maka Dara dan Bima bersenda gurau secara leluasa tanpa memikirkan resiko yang akan mereka dapati kedepannya.

Hal ini juga ditandai oleh Gerakan yang dilakukan oleh Bima dan Dara menandakan bahwa hubungan mereka bebas dan tanpa jarak.

b. Deskripsi Adegan 4

Gambar 2. Bima dan Dara berpacaran di Ruang Kelas

(12)

11 Adegan 4 yang dibuka dengan adegan bersentuhan tangan diruang kelas dengan instrumental music growing up menggambarkan suasana sendu tentang keresahan dan kekhawatiran. Lagu tersebut sangat berkaitan dengan situasi rumit yang dirasakan Dara dan Bima setelah melakukan tindakan hubungan intim diluar nikah. Pembuka adegan 4 dalam film dua garis biru yang ditandai dengan bersentuhan tangan diruang kelas memperkuat faktor terkait pergaulan bebas yang dilakukan pelajar saat masih duduk di bangku sekolah. Bima tidak menghiraukan entah masih dalam pelajaran sekolah maupun tidak, keinginan Bima untuk bersentuhan secara fisik tetap dilakukan meskipun masih pada lingkup pembelajaran di sekolah. Adegan tersebut menyiratkan bahwa Bima ingin meyakinkan Dara yang khawatir bahwa semua akan baik-baik saja setelah kejadian mereka berhubungan intim diluar nikah. Hal ini memperkuat mengenai pergaulan bebas yang dilakukan oleh remaja semasa sekolah.

c. Deskripsi Adegan 5

Gambar 3. Awal mula gejala kehamilan

Adegan 5 dibuka dengan adegan makan bersama sekumpulan remaja di warung seafood pinggir jalan durasi menit ke 07.08- 10.24 dengan tipe pengambilan gambar Long Shoot dan angle camera eye level dengan dukungan sound effect muda Suara keramaian diluar ruangan (di warung makan) yang menciptakan suasana ceria. Pada Adegan 5 Menit ke 07.08, Terlihat bima, zara dan teman-temannya sedang makan bersama di warung makan seafood, mereka memesan beberapa makanan dan salah satu makanan yang dipesan adalah

(13)

12 kerang laut. Nampak seperti remaja pada umumnya yang mengabadikan momen melalui foto dan juga sosial media.

d. Deskripsi Adegan 9 dan 10

Gambar 4. Tes Kehamilan

Adegan 9 dibuka dengan Dara didalam klinik sedang mencari testpack untuk memastikan kehamilannya dengan durasi menit ke 11.33 dengan tipe pengambilan gambar medium close up dan angle camera eye level dengan dukungan sound effect instrumental flute. Adegan 9 yang dibuka dengan adegan Dara masuk ke dalam klinik dengan instrumental flute menggambarkan suasana sendu tentang keresahan dan kekhawatiran. Lagu tersebut sangat berkaitan dengan situasi rumit yang dirasakan Dara ketika akan memastikan tentang kebenaran kehamilannya. Dara menengok ke sekeliling klinik dan memastikan tidak ada yang melihatnya ketika akan melakukan tes kehamilan. Ketika petugas klinik menawarkan bantuan akhirnya dara memutuskan untuk pergi dari klinik tersebut lantaran merasa malu. Bima yang melihat situasi tersebut akhirnya memesan melalui ojek online pada adegan 10 karena tidak ingin siapapun mengetahui atas tindakannya tersebut.

(14)

13 e. Deskripsi Adegan 15 dan 16

Gambar 5. Rencana Aborsi

Adegan 15 dibuka dengan Bima mencari informasi mengenai aborsi pada teman sekampungnya dengan durasi menit ke 21.47 dengan tipe pengambilan gambar Long Shoot dan angle camera Frog Eye View dengan dukungan sound effect Suara Burung. Adegan 15 yang dibuka dengan adegan seorang remaja laki-laki yaitu Bima yang berseragam mencari informasi mengenai tempat aborsi. Bima berusaha menutupi perihal kehamilan yang dialami oleh Dara dengan bercandaan bersama teman-temannya. Bima memutuskan untuk menggugurkan kandungan dara melalui aborsi dengan menggunakan jus strawberry yang dirasa mampu untuk menggugurkan kandungan. Bima bergegas meminjam uang ke tetangganya dan membelikan jus strawberry untuk Dara

C. Analisis Sosial Film Dua Garis Biru

Film Dua Garis Biru secara tersirat menggambarkan bahwa remaja akan sering dapat mengakses informasi mengenai seks, orang tua mempunyai pilihan untuk memberikan informasi yang akurat atau justru membiarkan remaja mengakses informasi yang belum tentu benar, bahkan dapat membahayakan remaja. Seringkali ada rasa sungkan dan takut pada orang tua saat membahas pendidikan seks dan seolah belum siap bercerita kepada remaja. Justru generasi muda, khususnya remaja lebih bersemangat untuk mendukung film Dua Garis Biru ini ditayangkan. Sebab remaja membutuhkan pendidikan seksualitas untuk lebih waspada dalam bergaul dengan lingkungannya.

(15)

14 Berbagai masalah yang kompleks dan rumit itulah yang coba digambarkan dalam model van Dijk. Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis (Eriyanto, 2001:228).

Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh beberapa ahli, barangkali model dari yang dikemukakan oleh Van Dijk adalah model analisis wacana yang banyak dipakai. Hal ini kemungkinan karena van Dijk mengkolaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis. Model yang dipakai oleh van Dijk ini sering disebut sebagai "kognisi sosial". Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik pendekatan yang diperkenalkan oleh van Dijk. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati (Eriyanto, 2001:227).

Pada film dua garis biru ini ditunjukkan dengan sikap Dara dan Bima yang tabu dengan pengetahuan seks, karena tidak adanya informasi yang diberikan oleh orang tuanya. Terlihat dalam adegan pemeriksaan kandungan Dara dengan melakukan USG menunjukkan bahwa bayi mereka berjenis kelamin laki-laki, sedangkan Bima beranggapan bahwa anak mereka perempuan karena 2 warna pink pada testpack. Hal ini menunjukkan bahwa bima sangat minim dalam pengetahuan seks. Selain adegan diatas, terdapat pula adegan Bima dan Dara yang berniat mengaborsi kandunganna dengan jus strawberry. Namun, hal itu tertahan dengan dara yang membayangkan bahwa strawberry yang diblender itu janinnya. Padahal secara ilmiah pengabrosian kandungan dapat membahayakan diri ibu yang mengandung.

Beberapa remaja melakukan perilaku yang menyimpang seperti seks pranikah ini karena pergaulan bebas. Pergaulan bebas merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang yang melewati batas aturan. Pengertian pergaulan bebas diambil dari kata “Pergaulan” yang artinya proses interaksi antar individu atau individu dengan kelompok, sedang kata “Bebas” yang artinya terlepas dari

(16)

15 kewajiban, aturan, tuntutan, norma agama dan pancasila. Pergaulan bebas bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan dan sosialisasi tentang seks bebas dan bahaya kehamilan di usia dini. Hal itu dirasa penting supaya tidak terjadi sesuatu yang bisa merusak masa depan seorang remaja. Ketika masa depan seorang remaja sudah rusak, efeknya akan mengganggu ke berbagai hal diantaranya berpengaruh pada kesehatan mental.

Adapun faktor penyebab pergaulan bebas dikalangan remaja diantaranya : 1. Taraf pendidikan keluarga yang rendah, seperti keluarga yang

mengijinkan anaknya berpacaran tanpa ada pengawasan yang menyebabkan anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas.

2. Pihak Orang tua yang kurang memperhatikan pergaulan anak, yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak remaja tidak bisa

diperhatikan secara maksimal.

3. Remaja kurang waspada dalam berteman, seperti teman yang mengajak ke hal negatif, hal ini bisa terjadi karena berteman dengan orang yang tidak baik.

4. Kondisi ekonomi keluarga, misalnya anak yang putus sekolah karena ekonomi keluarga yang rendah membuat perilaku anak menjadi tambah parah.

Ada juga beberapa sebab lain remaja melakukan pergaulan bebas yaitu sikap mental yang tidak sehat, pelampiasan rasa kecewa terhadap keluarga yang tidak harmonis, kegagalan remaja memahami norma pancasila dan norma agama.

Dengan adanya film Dua Garis Biru, menunjukkan bahwa setiap remaja juga perlu mempunyai pedoman agama yang kuat, supaya bisa mengendalikan hawa nafsu dari pergaulan bebas yang marak terjadi di lingkungan sekitar di era media elektronik yang semakin canggih.

Kesimpulan

Menurut van Dijk, analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Beberapa remaja melakukan perilaku yang menyimpang seperti seks

(17)

16 pranikah ini karena pergaulan bebas. Pergaulan bebas merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang yang melewati batas aturan. Pergaulan bebas dalam Film Dua Garis Biru bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan dan sosialisasi tentang seks bebas dan bahaya kehamilan di usia dini. Hal itu dirasa penting supaya tidak terjadi sesuatu yang bisa merusak masa depan seorang remaja. Ketika masa depan seorang remaja sudah rusak, efeknya akan mengganggu ke berbagai hal diantaranya berpengaruh pada kesehatan mental.

Daftar Pustaka

Adisti, Prisna. 2010. Personality Plus For Teens. Pustaka Grhatama: Yogyakarta Ahmadi, Ruslam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: AR- RuzzMedia

Alang, Sattu, 2005. Kesehatan Mental dan Terapi Islam. Cet. II. Berkah Utami:

Makassar

Baihaqi Hans, dkk. Riset Pemasaran dan Konsumen: Panduan Riset dan Kajian:

Kepuasan, Prilaku Pembelian, Gaya Hidup, Loyalitas dan Persepsi Risiko.

IPB Press: Kampus IPB Taman Kencana

Baryadi, I. Praptomo. 1989. “Salam Pembuka Komunikasi dalam Wacana Langsung: Suatu Tinjauan Pragmatis”. Dalam Majalah Linguistik Indonesia.

Tahun 7. No. 14. Hlm.1-19.

Djam’an Satori & Aan Komariah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Alfabeta: Bandung

Departemen Pendidikan & Kebudayaan. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:

LKIS Yogyakarta

Herlina. 2006. Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Palembang: IAIN Rafah Press.

Indra Hasbi. 2017. Pendidikan Keluarga Islam Membangun Generasi Unggul.Deepublish: Yogyakarta

Krisna, Liza Agnesta. 2018. Hukum Perlindungan Anak: Panduan Memahami Anak yang Berkonflik dengan Hukum. Deepublish: Yogyakarta

Lexy J. Moleong. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya:

Bandung

(18)

17 Muhammad, Ahmad. 2009. Panduan Bergaul & Memilih Teman. YEOHPRINCO

SDN. BHD: Malaysia

Mulyadi, Toto Adidarmo. 2015. Akidah Akhlak. PT Karya: Semarang

Neolaka, Amos. 2019. Isu-Isu Kritis Pendidikan Utama dan Tetap Penting Namun Terabaikan. Prenadamedia Group: Jakarta

Rozak Abdul, dkk., 2006. Remaja dan Bahaya Narkoba. Prenada: Jakarta Salim, Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim. 2007. Fiqih Sunah Untuk Wanita.

Terj. Asep Sobari. Al-I’tishom Cahaya Umat: Jakarta

Setiawan Ebta. 2012-2019. KBBI Daring. Edisi III. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Pusat Bahasa). https//kbbi.web.id/faktor.html

Sudarsono. 2008. Kenakalan Remaja: Prevensi, Rehabilitasi dan Resosialisasi.

Rineka Cipta: Jakarta

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Alfabeta: Bandung

Surbakti, EB. 2008. Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja. PT Gramedia: Jakarta---. 2009.

Anwar, Hafri Khaidir, dkk. 2019. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pergaulan Bebas Pada Remaja Di Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling: Vol. 4 No. 2

Bonde, Andika dkk. 2019. Peran Tokoh Agama dalam Penanggulangan Pergaulan Bebas Bagi Remaja (Suatu Studi Di Desa Doloduo Kecamatan Dumoga Barat). Jurnal Holistik, Vol. 12 No. 1. ISSN 1979-0481

Estika, Ima. 2017. Gaya Hidup Remaja Kota (Studi Tentang Pengunjung Kafe Di Pekanbaru). JOM FISIP Vol. 4 No. 1

Fithriyana, Rinda. 2019. Hubungan Fungsi Afektif Keluarga dengan Pergaulan Bebas Remaja di MTS Swasta Nurul Hasanah Tenggayun. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol. 1. No. 2. ISSN 2656-8071

Halliday, M.A.K. 1972. “Language Structure and Language Function”. Dalam John Lyons (Ed.). New Horizon in Linguistics. Harmmondworth, Middle Sex, London: Penguin Books Ltd. Halaman 140-165.

Stubbs, Michael. 1983. Discourse Analysis. Oxford: Basil Blackwell. Tarigan, H.G.

1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Penerbit Angkasa.

(19)

18 Titscher, Stefan. Dkk. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana. Diterjemahkan oleh Gazali dkk. dari buku Method of Text and Discourse Analysis.

Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang diperoleh dari menonton film ini adalah dibutuhkan peran orang tua dalam pendidikan seks saat anak memasuki remaja sehingga tanpa pengetahuan yang

dampak dari pergaulan yang terlalu bebas, perzinaan dan pernikahan dini menyebabkan kelamnya masa depan seorang anak, dikarenakan tiak patuh kepada aturan adat

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwasanya 83 dengan persentase 91,2% orang responden dari 91 aorang responden yang menonton film dua garis biru menyatakan bahwa tema

Terdapat 7 (tujuh) dampak negatif dan konsekuensi dari perilaku seks pranikah pada remaja, yaitu dampak psikologis, dampak fisik, konsekuensi pendidikan, konsekuensi

pergaulan bebas remaja di Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo karena pengaruh perkembangan teknologi dan informasi yang negatif terhadap remaja yang kurang diawasi penggunaannya di

Sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan bahaya pergaulan bebas pada remaja kurang dan persepsi perilaku seks pranikah positif tidak ada, 2 orang (6,9%) yang

Film Dua Garis Biru dapat dijadikan sebagai media dalam memberian pendidikan kesehatan reproduksi remaja karena efektif dalam menyampaikan pesan kepada penonton,

Pada aspek penambahan di dalam film, terdapat sembilan gambar yang terdiri dari tujuh penambahan alur yang ditemukan dalam analisis novel Dua Garis Biru karya Lucia Priandarini dan Gina