• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GENERASI Z DI KALANGAN SISWA-SISWI SMA NEGERI 1 SUNGGAL TERHADAP FILM DUA GARIS BIRU SKRIPSI WIDYA SAFIRA NINGSIH PUBLIC RELATIONS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERSEPSI GENERASI Z DI KALANGAN SISWA-SISWI SMA NEGERI 1 SUNGGAL TERHADAP FILM DUA GARIS BIRU SKRIPSI WIDYA SAFIRA NINGSIH PUBLIC RELATIONS"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GENERASI Z DI KALANGAN SISWA-SISWI SMA NEGERI 1 SUNGGAL TERHADAP FILM DUA GARIS BIRU

SKRIPSI

WIDYA SAFIRA NINGSIH 160904038

PUBLIC RELATIONS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

MEDAN 2020

(2)

iii PERSEPSI GENERASI Z DI KALANGAN SISWA-SISWI SMA NEGERI 1

SUNGGAL TERHADAP FILM DUA GARIS BIRU

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

WIDYA SAFIRA NINGSIH 160904038

PUBLIC RELATIONS

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(3)

ii

Universitas Sumatera Utara

(4)

iii

Universitas Sumatera Utara

(5)

iv

Universitas Sumatera Utara

(6)

v

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini berjudul Persepsi Generasi Z Di Kalangan Siswa- Siswi Terhadap Film Dua Garis Biru, dibuat guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan almamater Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini juga tak luput dari dukungan orang-orang terkasih.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mempersembahkan dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua peneliti yang selalu mengirimkan doa dan tidak pernah berhenti mendukung, menyemangati dan memotivasi peneliti hingga sampai di titik ini. Adik peneliti, yang juga selalu memberikan semangat kepada peneliti. Selain itu, peneliti juga ingin berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D dan Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Ibu Emilia Ramadhani, M.A.

3. Bapak Drs. Safrin, M.Si selaku dosen pembimbing peneliti yang telah memberikan waktu, dukungan, serta pengetahuan-pengetahuan yang sangat mengedukasi peneliti serta selalu sabar dalam membimbing, menyemangati dan memotivasi peneliti dalam pengerjaan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis selaku dosen penasehat akademik peneliti selama masa perkuliahan kurang lebih empat tahun.

5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU yang telah mengampu peneliti sejak semester awal, memberikan motivasi sehingga peneliti menjadi pribadi yang lebih berkembang tiap harinya.

(7)

vi

Universitas Sumatera Utara 6. Staf Program Studi Ilmu Komunikasi Kak Maya dan Kak Yanti yang dengan ramah dan sabar membantu peneliti sejak awal perkuliahan mengenai urusan administrasi.

7. Teman-teman kuliah dan tim seperjuangan penduduk bangku depan , Feronika, Mika , Mona, Putri, dan Emma yang telah memberikan semangat, tempat diskusi dan bantuan kepada penulis sampai saat ini.

8. Teman satu dosen pembimbing Fero, Septi, Dea, Alfi dan Deva yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta berbagi pengalaman satu sama lain dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Kepada seluruh rekan-rekan Mahasiswa seangkatan 2016 yang telah banyak memberikan ide dan gagasan serta saran kepada penulis sampai skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Sahabat-sahabat peneliti dari bangku SMA, Mutia dan Rahmi yang selalu menghiasi hari-hari peneliti.

11. Semua pihak yang terlibat langsung ataupun tidak langsung yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini masih memiliki kekurangan di dalamnya, Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritikan, saran serta masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini kelak menjadi sumber inspirasi dan informasi bagi banyak pihak. Akhir kata, peneliti mohon maaf atas segala kesalahan yang terdapat pada skripsi ini dan terima kasih.

(8)

vii

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : WIDYA SAFIRA NINGSIH

NIM : 160904038

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: PERSEPSI GENERASI Z DI KALANGAN SISWA-SISWI SMA NEGERI 1 SUNGGAL TERHADAP FILM DUA GARIS BIRU beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Cipta Royalti Non Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal :

Yang menyatakan

(WIDYA SAFIRA NINGSIH)

(9)

viii

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Persepsi Generasi Z Di Kalangan Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Sunggal Terhadap Film Dua Garis Biru”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa-siswi SMA Negeri 1 Sunggal terhadap Film Dua Garis Biru. Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Komunikasi Massa, Film, Persepsi, dan Generasi Z. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 1083 orang, penentuan jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus Taro Yamane yaitu sampel sebanyak 91 orang. Teknik penarikan sampel di dalam penelitian ini menggunakan Stratified Random Sampling dan Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penelitian lapanagan (library research) dan kuesioner.

Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis tabel tunggal dengan menggunakan SPSS versi 25. Hasil dari penelitian dapat diketahui bahwa persepsi siswa-siswi SMA Negeri 1 Sunggal terhadap Film Dua Garis Biru mayoritas positif dan menyatakan bahwa film ini bermanfaat untuk remaja.

Kata Kunci : Film, Persepsi Generasi Z, Dua Garis Biru

(10)

ix

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

This research is entitled “Generation Z Student SMA Negeri 1 Sunggal Perception of Film Dua Garis Biru”. The purpose of this study is to find out how the perception of student SMA Negeri 1 Sunggal of Film Dua Garis Biru.

Theories considered relevant in this research are Communication, Mass Communication, Film, Perception. This research is quantitative research using quantitaive descriptive methode. The number of population in this study is 1083 people, the sample determination using opinion Taro Yamane so that the samples obtained by 91 people. Sampling techniue in this study using stratified random sampling and purposive sampling. Data collection technique in this research is library research and questionnaire method. Data analysis technique perpormed is single table analysi using SPSS version 25. The result can be known perception student SMA Negeri 1 Sunggal of Film Dua Garis Biru is mostly positive and stated this fil, iis useful for teenagers.

Kewords : Film, Generation Z, Film Dua Garis Biru

(11)

x

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...8

1.3 Batasan Masalah...9

1.4 Tujuan Penelitian...9

1.5 Manfaat Penelitian...9

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori...10

2.1.1 Komunikasi...10

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi...10

2.1.1.2 Tujuan dan Fungsi Komunikasi...12

2.1.1.3 Proses Komunikasi...12

2.1.2 Komunikasi Massa...13

2.1.2.1 Karakeristik Komunikasi Massa...13

2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Massa...14 2.1.2.3 Efek Komunikasi Massa...

11 11 11 12 13 14 14 15 16 1 9 9 9 9

(12)

xi

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Film... 16

2.2.3.1 Karakeristik Film...16

2.2.3.2 Genre Film...17

2.2.3.3 Unsur-Unsur Dalam Film...18

2.2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Dalam Film...21

2.1.4 Persepsi...21

2.2.4.1 Sifat-Sifat Persepsi...22

2.2.4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi...23

2.2.4.3 Proses Terjadinya Persepsi...24

2.2.4.4 Gangguan Dalam Persepsi...25

2.1.5 Generasi Z...26

2.2.5.1 Karakteristik Generasi Z...27

2.2.5.2 Indikator Generasi Z...29

2.2 Penelitian Terdahulu... 2.3 Kerangka Konsep...30

2.4 Variabel Penelitian...31

2.5 Definisi Operasional...32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...34

3.2 Metode Penelitian...37

3.3 Populasi dan Sampel...37

3.3.1 Populasi...38

3.3.2 Sampel...38

3.4 Teknik Penarikan Sampel...39

3.5 Teknik Pengumpulan Data...41

3.6 Teknik Analisis Data...42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian...43

36 39 40 40 40 41 43 43 16 17 18 19 22 22 23 24 25 26 27 28 30 30 32 33 34

44

(13)

xii

Universitas Sumatera Utara

4.1.1 Penelitian Kepustakaan...44

4.1.2 Kuesioner...44

4.1.3 Pengambilan Data ...44

4.2 Teknik Pengolahan Data...45

4.3 Analisis Tabel Tunggal...45

4.3.1 Karakteristik Responden...46

4.3.2 Variabel X : Film Dua Garis Biru...50

4.3.3 Variabel Y : Persepsi Generasi Z...56

4.4 Pembahasan...63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...67

5.2 Saran...68

5.2.1 Saran Dalam Kaitan Akademis...68

5.2.2 Saran Dalam Kaitan Praktis...68

5.2.3 Saran Responden...68

DAFTAR REFERENSI...69 68 69 69 69 69 70 44 44 44 45 45 46 50 56 63

(14)

xiii

Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Persebaran Bioskop di Indonesia tahun 2018 dan 2019 3

2.1 Kerangka Konsep Variabel Penelitian 30

(15)

xiv

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 10 film terlaris dan Jumlah Penonton Film tahun 2019

2.1 Variabel Penelitian

3.1 Populasi

3.2 Jumlah Sampel

4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 4.2 Responden Berdasarkan Usia

4.3 Responden Berdasarkan Kelas 4.4 Responden Berdasarkan Jurusan

4.5 Tema utama dalam Film Dua Garis Biru mudah untuk dipahami 4.6 Tema yang diangkat dalam film merupakan problem yang sangat

relevan dan sering ditemui atau terjadi di tengah masyarakat 4.7 Alur cerita dalam Film Dua Garis Biru jelas dan mudah untuk

dipahami

4.8 Film Dua Garis Biru banyak mengandung nilai-nilai moral yang dapat diambil untuk dijadikan pembelajaran hidup

4.9 Gaya bahasa yang digunakan dalam Film Dua Garis Biru menggunakan bahasa yang mudah untuk dipahami

4.10 Penampilan tokoh dalam film membawakan karakter masing- masing dengan sangat baik dan mendalami karakter yang dibawakan

4.11 Film Dua Garis Biru menarik untuk ditonton 4.12 Film Dua Garis Biru bagus untuk ditonton remaja

4.13 Cerita dalam Film Dua Garis Biru mudah untuk dimengerti 4.14 Film Dua Garis Biru sesuai untuk remaja

5 31 38 40 45 46 47 48 49 50

51 52

53

54

55 56 57 58

(16)

xv

Universitas Sumatera Utara 4.15 Film Dua Garis Biru menambah pengetahuan remaja

4.16 Film Dua Garis Biru bermanfaat untuk remaja 4.17 Film Dua Garis Biru tidak menggurui

59 60 61

(17)

1

Universitas Sumatera Utara BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi mempunyai peran yang penting dalam kehidupan sehari-hari manusia dan akan selalu digunakan ketika berkomunikasi. Saat manusia dilahirkan manusia juga sudah mulai berkomunikasi. Menurut Harold Laswell dalam Mulyana (2010 : 69), ketika manusia sedang melakukan komunikasi dapat dijelaskan dengan unsur-unsur ; “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? ” Atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?. Dalam sehari-hari manusia mampu berkomunikasi dengan mengirim, mendapatkan informasi atau memberikan pesan sesuai dengan apa yang dibutuhkan melalui komunikasi. “Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan untuk memberi tahu, atau untuk merubah sikap, pendapat, prilaku, baik secara langsung maupun tidak langsung” (Effendy, 2005:5).

Perkembangan komunikasi saat ini juga diikuti dengan berkembangnya komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan bagian dari komunikasi yang menggunakan bantuan media. Pada era globalisasi saat ini komunikasi massa merupakan suatu kebutuhan dalam mendukung beberapa kegiatan aktifitas manusia modern dalam mengumpulkan informasi melalui media massa. Dalam era gobalisasi saat ini teknologi yang berkembang seperti media massa, sangat memudahkan masyarakat dalam memperoleh informasi secara cepat. “Media massa juga dapat mengarahkan masyarakat untuk membentuk opini publik, karena komunikasi massa sifatnya bersifat umum yang dengan cepat menyebar di waktu yang sama” (Mulyana, 2002: 75).

Film adalah salah satu bagian dari komunikasi massa. “Film merupakan media komunikasi massa yang efektif, bukan saja untuk hiburan tetapi juga untuk menyebarkan informasi kepada khalayak, dan film juga dapat memperkaya pengalaman hidup” (Sumarno, 1996: 85).

Dewasa ini perfilman di Indonesia sudah jauh berkembang dibandingkan dari masa lalu. Di masa modern seperti sekarang ini, sudah banyak pilihan yang diikut sertakan sebagai peran kecil maupun peran besar di sebuah film. Pilihan

(18)

Universitas Sumatera Utara di sini merupakan bagian yang sangat penting dalam proses di mana sebuah arti dalam film (Hall, 2012).

Perkembangan perfilman di Indonesia mengalami perkembangan yang dibilang cukup sengat pesat, ditandai dengan jumlah produksi jumlah judul film yang meningkat dari tahun ke tahun. Dilansir dari film Indonesia, sejak tahun 2011 tercatat ada 528 film lokal dan kemudian di bagian penonton film lokal juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 saja jumlahnya sudah melebihi dari 40 juta penonton dan jumlah penonton film Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mencapai 230 persen (http://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/jumlah- penonton-film-indonesia-naik-tapi-kenyataan-pahit-cIUy), 06 januari 2020 pukul 14:00)

Perkembangan produksi film Indonesia yang pesat juga didampingi pertumbuhan jumlah layar bioskop. Pada tahun 2012, Indonesia hanya memiliki 145 bioskop dengan 609 layar. Jumlah ini meningkat tajam menjadi 343 bioskop dengan 1861 layar pada Mei 2019. Hingga Desember 2019, Bioskop sudah tersebar di 32 Provinsi di Indonesia (Laporan lembaga Film Indonesia dan Badan Ekonomi Kreatif [Bekraf] Pemandangan Umum Industri Film Indonesia).

Penambahan gedung dan layar bioskop di Indoensia hingga Mei 2019 sudah mencapai 343 gedung bioskop dengan 1861 layar. Dari jumlah itu, Cinema 21 memiliki paling banyak gedung dan layar bioskop di Indonesia dengan di posisi pertama dengan mencapai 188 gedung bioskop dan 1046 layar. Kemudian di posisi kedua ditempati oleh Cinemaxx yang telah memiliki 48 gedung bioskop dan dengan 239 layar. Selain kedua nama bioskop tersebut terdapat juga beberapa bioskop lain seperti New Star Cineplexx, Movimaxx, Dakota Cinema, Flix Cinema, dan Golden Theater yang dapat dipilih masyarakat untuk menghabiskan waktu luang untuk menonton film (Laporan lembaga Film Indonesia dan Badan Ekonomi Kreatif [Bekraf] Pemandangan Umum Industri Film Indonesia).

Meskipun gedung dan layar bioskop di Indonesia semakin meningkat, tetapi persebaran gedung dan layar bioskop di Indonesia masih tetap terpusat di perkotaan dan di pulau Jawa. Daerah yang masih paling banyak mendominasi persebaran gedung dan layar bioskop yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Walaupun di pulau Jawa masih yang paling banyak, namun

(19)

3

Universitas Sumatera Utara penambahan jumlah gedung dan layar bioskop di Indonesia akan terus ditambah, terbukti dengan sekarang makin banyaknya gedung dan layar bioskop yang ditemui oleh masyarakat tersebar di daerah kabupaten/kota luar pulau jawa. Hal ini dapat dilihat dari gambar berikut (Laporan lembaga Film Indonesia dan Badan Ekonomi Kreatif [Bekraf] Pemandangan Umum Industri Film Indonesia).

:

Berdasarkan gambar 1.1, di tahun 2017 persebaran bioskop di Indonesia yaitu 87 % bioskop berada di kota dan 13% berada di kabupaten, kemudian di tahun 2018 persebaran bioskop 80% berada di kota dan 20% di kabupaten. Hanya dalam kurun waktu satu tahun, persentase bioskop di kabupaten naik hingga tujuh persen. Penambahan jumlah bioskop inilah yang dapat memperoleh penonton film Indonesia di luar ibu kota akan semakin meningkat di tahun berikutnya (Laporan lembaga Film Indonesia dan Badan Ekonomi Kreatif [Bekraf] Pemandangan Umum Industri Film Indonesia).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh IDN Times terhadap minat menonton film Indonesia sebagian besar demografi masih terpusat di pulau Jawa, dan yang paling banyak di Jawa Timur dengan 31,4 persen, Jawa Barat menyusul dengan 14,6 persen, DKI Jakarta 14,4 persen, Jawa Tengah 10 persen dan DIY 7,8

Gambar 1.1

Persebaran Bioskop Indonesia Tahun 2017 dan2018

(20)

Universitas Sumatera Utara persen. Meskipun sebagian besar masih di pulau Jawa, namun survei ini juga dilakukan dari Sabang-Marauke. Daerah-daerah lain juga ikut seperti Sumatera Utara sebanyak 3,6 Persen atau juga Sulawesi Selatan sebanyak 1,9 Persen. Hasil survei juga menunjukan sebagian penonton film Indonesia juga didominasi oleh kaum hawa sebanyak 61,6 persen, dan sisanya 38,4 persen pria. Rata-rata jumlah pengunjung bioskop didominasi oleh pelajar dan mahasiwa sebanyak 59,1 persen sedangkan sisanya karyawan swasta, wirausaha, pegawai pemerintah dengan 40,9 persen(https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/hype/entertainment/a mp/stella/infografis-minat-penonton-terhadap-film-indonesia, pada tanggal 03 Januari 2020 pukul 19:00 wib).

Survei yang dilakukan oleh Saiful Muljani Research and Consuling (SMRC) terhadap seberapa sering generasi Z menonton film Indonesia atau asing di bioskop, survei itu dilaksanakan di 103 kabupaten/kota seluruh Indonesia pada 31 Agustus-7 September 2019. Survei ini melibatkan 1.220 orang secara acak dari usia 17 tahun atau lebih dengan metode stratified multistage random sampling.

Survei diadakan untuk membandingkan antara penonton film asing dan penonton film nasional. Hasilnya, selama setahun terakhir, ada 9,3% orang Indonesia yang menonton film nasional, sedangkan 8,2% orang Indonesia menonton film asing.

Di sisi lain, ada 87,4% orang Indonesia yang tidak menonton film nasional, sedangkan 88,4% orang Indonesia tidak menonton film asing. Survei ini juga menunjukkan kebiasaan menonton film di bioskop berdasarkan kelompok usia.

Hasilnya, kelompok usia 17-21 tahun atau yang termasuk generasi Z paling sering menonton film Indonesia dengan 36,4% (dilansir dari https://m.detik.com/news/berita/d-4862189/survei-gen-z-paling-sering-nonton- film-indonesia-di-bioskop, pada tanggal 10 Maret 2020 pukul 14:00 wib).

Industri perfilman Indonesia tumbuh dengan luar biasa. Terbukti dengan film Indonesia memproduksi film yang bagus dan berkualitas . Selama satu tahun, perfilman Indonesia dihiasi dengan ratusan judul baru film yang tayang di berbagai bioskop. Seiring dengan tren positif di produksi film, jumlah penonton domestik turut meningkat berdasarkan data yang dikumpulkan film Indonesia, terdapat lebih dari 51 juta penonton bioskop pada 2019. (dilansir dari https://filmindonesia.or.id, pada tanggal 05 Januari 2020 pukul 16:00 wib).

(21)

5

Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2019 filmindonesia.or.id melaporkan beberapa film terlaris sepanjang tahun. Keberhasilan film ini dinilai dari jumlah penontonnya yang sangat fantastis, berikut film Indonesia dengan peringkat teratas dalam perolehan jumlah penonton pada tahun 2019.

Tabel 1.1

10 film terlaris dan Jumlah Penonton Film tahun 2019

No Judul Penonton

1. Dilan 1991 5.253.411

2. Dua Garis Biru 2.538.473

3. Danur 3 : Sunyanyuri 2.411.036 4. My Stupid Boss 2 1.876.052 5. Perempuan Tanah Jahanam 1.795.068

6. Kuntilanak 2 1.726.570

7. Keluarga cemara 1.701.498

8. Gundala 1.699.433

9. Bumi Manusia 1.316.583

10 Preman Pensiun 1.147.469

Berdasarkan tabel film terlaris dalam tahun 2019 di atas, ada satu film yang menarik yaitu Dua Garis Biru. Film Dua Garis Biru adalah sebuah film drama remaja Indonesia di tahun 2019 yang disutradarai oleh Gina S.Noer dan diproduksi oleh Starvision Plus. Film ini mengangkat tema pergaulan bebas remaja. Film Dua Garis Biru ini memiliki pencapaian yang luar biasa dengan jumlah penonton 2.538.473 penonton dari tanggal penayangan 11 juli 2019-27 agustus 2019. (dilansir dari https://filmindonesia.or.id/movie/viewer , pada tanggal 05 Januari 2020 pukul 16:00 wib).

Film Dua Garis Biru merupakan salah satu film yang berani mengangat isu tabu yang ada di masyarakat tentang edukasi seks untuk remaja yang mengisahkan dua pasangan remaja yang harus memikul beban berat dari hasil

Sumber : filmindonesia.or.id

(22)

Universitas Sumatera Utara pergaulan bebas yaitu seks di luar nikah. Karena tema yang kontroversial ini film ini menimbulkan banyak tanggapan negatif dari sebagian masyarakat.

Walaupun sempat terjadi kontroversi terkait cerita di dalam film, namun film ini telah mendapat tanggapan positif dari beberapa kritikus film. Film ini terbukti sukses dengan tanggapan positif yang diberikan masyarakat yang menonton. Tanggapan tersebut diberikan karena masyarakat semakin sadar dan terbuka seiring dengan perkembangan zaman bahwa edukasi seksualitas masih menjadi isu yang tabu di masyarakat.

Film yang bercerita tentang pergaulan bebas ini yang diperankan oleh Dara (Zara JKT48) dan Bima (Angga Yunanda) yang merupakan sepasang kekasih yang masih menjalani pendidikan di tingkat SMA. Bima lahir dan hidup di keluarga yang damai, sederhana dan saling mendukung, berbeda dengan Dara yang hidup di kelurga yang kedua orang tuanya memiliki kesibukan masing- masing. Walaupun masih jauh dari kata sempurna, hubungan yang mereka jalani dengan saling melengkapi dan mengisi satu sama lain. Keluarga dan sahabat mereka juga mendukung hubungan yang dijalani oleh Dara dan Bima.

Kepercayaan orang-orang sekitar dan gejolak asmara yang sedang memuncak sepertinya membuat mereka berpikir pendek. Mereka melanggar batas pacaran yang menyebabkan Dara hamil, mereka kemudian dihantui dengan rasa takut dan Dara berniat untuk menggugurkan janin dalam kandungannya. Hingga akhrinya mereka memutuskan untuk menikah muda dan Dara dikeluarkan dari sekolah.

Perlakuan teman-teman dan keluarga juga berubah. Mereka harus mempertanggung jawabkan perbuatan mereka di hadapan keluarga masing- masing (dilansir dari http://www.kompasiana.com/amp/vianiagustina/sinopsis- film-dua-garis-biru, pada tanggal 05 januari 2020 pukul 16:00 wib)

Sepanjang jalan cerita film Dua Garis Biru banyak makna atau pesan tersembunyi yang dijelaskan secara detail dan banyak yang tidak menyadarinya ketika menonton film tersebut. Beberapa makna tersebut seperti kerang yang dijadikan stigma tentang kesucian seorang perempuan, poster reproduksi, hadirnya ondel-ondel yang dalam budaya betawi sebagai penolak bala, suara ponsel petunjuk arah yang mengartikan bahwa tidak ada lagi jalan lain yang mereka lakukan selain melakukan pernikahan, poster dengan kata “semangat”

(23)

7

Universitas Sumatera Utara yang merupakan impian Dara untuk pergi ke Korea dan bertemu dengan idolanya, tetapi ketika Dara dinyatakan hamil, poster tersebut diturunkan, diartikan sebagai penanda bahwa seks bebas dapat mengancurkan impian seseorang. Film ini dipenuhi dengan pesan yang sangat mendalam dan sangat bagus untuk ditonton oleh masyarakat sebagai edukasi dan informasi tentang seks bebas (dilansir dari https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/amp/danti/tembus-2juta-penonton-10 makna-terpendam-dari-film-dua-garis-biru, pada tanggal 10 maret 2020 pukul10:00 wib).

Pendidikan seks di Indonesia masih sangat jarang ditemui di masyarakat, karena seks masih sangat dianggap tabu di masyarakat, padahal pendidikan seks harus diajarkan sejak dini oleh orang tua, orang tua lah yang harusnya berperan penting dalam memberikan pembelajaran bahwa seks bebas tidak boleh dilakukan sebelum menikah. Film ini dibuat sebagai pengingat terhadap penonton bahwasanya pendidikan seks harus diajarkan sejak dini, seks bebas itu memiliki dampak yang tidak hanya ditanggung oleh kedua pasangan yang melakukan, tetapi juga memiliki dampak kepada keluarga besar.

Dari sinopsis dan beberapa cerita Film Dua Garis Biru karya Gina S.Noer, banyak kisah, informasi serta edukasi untuk dijadikan pembelajaran di mayarakat, alur cerita yang dijelaskan dalam film juga sangat tersusun rapi dalam menyampaikan pesan kepada penonton atau khalayak dari hal percintaan, kehidupan keluarga dan dunia kedewasaan semuanya dijelaskan dengan pesan yang sangat jelas. Sutradara film juga telah memikirkan dengan sangat baik bagaimana film dapat memberikan wawasan kepada masyarakat yang menonton.

Siswa/i yang menonton pun akan dapat dengan mudah menilai atau memberi pandangan dari film sesuai dengan alur cerita yang mereka tonton.

Persepsi merupakan suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan alat indera. Dalam hal ini, persepsi memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya. Rangsangan yang diterima manusia sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh dari dalam diri individu (Gibson, 1986:54).

Proses terbentuknya persepsi dapat melalui tiga tahapan yang saling terikat, saling mempengaruhi, bersifat kontiniu antara satu dengan yang lainnya.

(24)

Universitas Sumatera Utara Persepsi juga sebagai suatu proses seorang individu memilih, mengorganisasikan dan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambar yang bermakna pengetahuan mengenai suatu objek atau kejadian tertentu dengan menggunakan alat-alat indera sebagai perantaranya (Devitto, 1997 :75).

Persepsi yang dimiliki setiap orang berbeda, karena setiap orang memiliki cara berfikir sendiri yang berbeda dengan orang lain meskipun menerima stimulus yang sama tetapi kemampuan alat indera, pengalaman seseorang serta pengetahuan yang dimiliki dapat menjadi perbedaan dalam persepsi (Solso, 2008:80).

Generasi Z khususnya siswa-sisi SMA Negeri 1 Sunggal pasti memiliki persepsi tersendiri mengenai Film Dua Garis Biru. Jalan cerita yang sangat informatif terkait cerita di dalam filmnya membuat peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai persepsi generasi Z terhadap film Dua Garis Biru. “Generasi Z adalah generasi yang lahir sekitar tahun 1995 sampai dengan tahun 2010. Anak anak yang lahir pada kisaran tahun 1995 sampai dengan 2010 yang saat ini tengah menempuh pendidikan pada jenjang SMA/K maupun MA”

(dilansir dari https://www.tirto.id/selamat-tinggal-generasi-milenial-selamat- datang-generasi-z-cnzX), pada tanggal 10 Maret 2020 pukul 10:33 wib).

Alasan peneliti memilih SMA Negeri 1 Sunggal sebagai lokasi penelitian adalah karena SMA Negeri 1 Sunggal memiliki ekstrakulikuler Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) yang merupakan bagian dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKBBN) yang sangat mendukung Film Dua Garis Biru ini di tayangkan di masyarakat. Sebelum melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Sunggal peneliti juga datang ke kantor BKKBN kemudian mereka merekomendasi SMA Negeri 1 Sunggal untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Persepsi Generasi Z Di Kalangan Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Sunggal Terhadap Film Dua Garis Biru”.

(25)

9

Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan pemaparan latar belakang masalah yang telah peneliti jelaskan di atas , maka peneliti dapat merumuskan masalah dari penelitian ini adalah “ Bagaimanakah persepsi siswa-siswi SMA Negeri 1 Sunggal terhadap Film Dua Garis Biru ?"

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan lebih fokus dan dapat menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti membuat batasan masalah sehingga penelitian menjadi lebih jelas dan terarah.

1. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang akan mengkaji persepsi siswa-siswi terhadap Film Dua Garis Biru

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa-siswi SMA Negeri 1 Sunggal terhadap Film Dua Garis Biru

3. Objek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 Sunggal.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa-siswi SMA Negeri 1 Sunggal terhadap Film Dua Garis Biru.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

Selain itu juga diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk memperkaya pengetahuan maupun referensi dalam bidang Ilmu Komunikasi.

(26)

Universitas Sumatera Utara 2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan contoh dan menambah wawasan ilmu tentang persepsi terhadap Film Dua Garis Biru

3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta menambah wawasan tentang mahasiswa yang memiliki persepsi berbeda-beda terhadap Film Dua Garis Biru. Penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan berkenaan dengan penelitian ini.

(27)

11

Universitas Sumatera Utara BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan bagian penelitian yang dapat diartikan sebagai seperangkat konsep dan definisi yang saling berhubungan dan mencerminkan suatu pandangan sistematik mengenai fenomena dengan menerangkan hubungan antara variabel, dengan tujuan untuk menerangkan dan meramalkan fenomena. (Siswoyo dalam Mardalis, 2003:42). Penelitian yang bersifat ilmiah memerlukan kejelasan tentang landasan berfikir yang sangat berguna untuk mendukung dan dalam hal pemecahan masalah. Untuk itu sangat diperlukan kerangka teori yang memuat pokok- pokok pikiran yang menggambarkan masalah penelitian tersebut (Nawawi, 2001:39).

Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan beberapa kerangka teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

2.1.1 Komunikasi

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Kata Komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yaitu “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) yang sangat sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata- kata latin lainnya yang mirip, komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dimuat secara sama (Effendy, 2003:3).

Komunikasi terjadi apabila komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan dan pesan yang disampaikan melalui media dapat memberikan pengaruh perubahan sikap seseorang baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif, dalam arti bahwa komunikasi dapat memberikan dampak perubahan sikap seseorang baik individu maupun per kelompok (Effendy, 2005:10).

Definisi singkat yang dikemukakan oleh Harolrd D Laswell tentang bagaimana cara yang singkat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalahharus memiliki unsur“Who Says What In Which Channel To Whom With

(28)

Universitas Sumatera Utara What Effect? ” Atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?. Pengertian komunikasi yang telah dikemukakan oleh Laswell, komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi bisa terjadi kalau ada unsur-unsur komunikasi yaitu (Effendy, 2003: 10) :

1. Who : Komunikator (Source). Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi.

2. Says what : Pesan (message). Pesan yang dimaksud adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima.

3. In which channel : Media (channel). Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada media.

4. To whom : Penerima (communicant/ receiver). Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.

5. With what effect: Pengaruh (effect). Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.

Dari pernyataan-pernyataan diatas, maka kesimpulan dari definisi komunikasi ialah suatu proses yang terjadi antara satu orang dengan orang-orang lainnya yang juga menekankan bahwa kegaiatan komunikasi yang dilakukan tersebut mempunyai tujuan yakni mengubah atau membentuk perilaku orang lain yang menjadi sasaran komunikasi.

Setiap individu yang berkomunikasi memiliki tujuan, secara umum tujuan komunikasi adalah menyampaikan informasi kepada lawan bicara agar mengerti dan memahami maksud yang akan disampaikan dan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun prilaku.

2.1.1.2 Tujuan dan fungsi Komunikasi

Secara umum komunikasi memiliki tujuan yaitu (Effendy, 2003:55) : 1. Perubahan Sosial (sosial change). Seseorang yang komunikasi dengan

orang lain, diharapkan adanya perubahan sosial dalam kehidupannya, seperti halnya kehidupan akan lebih baik dari sebelum berkomunikasi.

(29)

13

Universitas Sumatera Utara 2. Perubahan Sikap (attitude change). Seseorang berkomunikasi juga ingin

mengeluarkan perubahan sikap.

3. Perubahan Pendapat (opinion change). Seseorang dalam berkomunikasi mempunyai harapan untuk mengeluarkan perubahan pendapat.

4. Perubahan Prilaku (behavior change). Seseorang berkomunikasi juga ingin mengeluarkan perubahan prilaku.

Adapun fungsi komunikasi itu sendiri yaitu (Ardianto, 2007 :18) :

1. Menginformasikan (To Inform) berfungsi dalam menyampaikan dan menyebarluaskan informasi yang diketahui kepada penerima pesan.

2. Mendidik (To Educate) berfungsi memberikan informasi kepada penerima dengan pengalihan ilmu pengetahuan, sehingga mengembangkan intelektual dan kemahiran seseorang.

3. Menghibur (To Entertain) berfungsi memberikan informasi dengan memberikan kesenangan untuk mencegah kebosanan untuk penerima informasi.

4. Mempengaruhi (To Influence) berfungsi memberikan informasi yang juga dijadikan sarana untuk mempengaruhi penerima pesan kearah perubahan sikap, pendapat dan prilaku yang diharapkan.

2.1.1.3 Proses Komunikasi

Adapun proses komunikasi menurut Onong terbagi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder (Effendy, 2003:11):

1. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang ini umumnya bahasa (lisan maupun tulisan) tetapi dalam situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang dapat digunakan dapat berupa gerak tubuh, gambar, warna dan sebagainya atau dikenal sebagai pesan nonverbal.

2. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana

(30)

Universitas Sumatera Utara perantara sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

2.1.2 Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, selintas, khususnya media elektronik (Mulyana, 2002 :75).

Komunikasi massa juga dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, dan film (Cangara, 2006:36).

2.1.2.1 Karakteristik Komunikasi Massa

Komunikasi massa digunakan sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasi harus mengetahui karakteristik komunikasi massa. Adapun karakteristik dalam komunikasi massa adalah (Ardianto, 2007: 6-12) :

1. Komunikator dalam komunikasi massa terlembaga, yang berarti komunikator dalam komunikasi massa bukan hanya terdiri atas satu orang tetapi kumpulan orang yang tergabung dalam satu lembaga yang melakukan suatu kegiatan untuk membuat suatu pesan yang akan disebarkan untuk sumber informasi bagi khalayak.

2. Komunikasi bersifat heterogen, komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen, yang berarti komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis klamin, status sosial, dan memiliki kepercayaan yang berbeda pula, komunikator tidak mengenal komunikan karena cara komunikasinya menggunakan media sehingga tidak bertatap muka secara langsung.

3. Pesannya bersifat umum, dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok tertentu. Pesan-pesan

(31)

15

Universitas Sumatera Utara ditunjukkan kepada khalayak yang banyak. Oleh karena itu, pesan yang dimuat didalam media massa tidak boleh bersifat khusus.

4. Komunikasi massa berlangsung satu arah, komunikasi dalam komunikasi massa hanya berjalan dalam satu arah. Khalayak tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornya.

5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan, dalam komunikasi massa salah satu ciri komunikasi massa adalah keserempakan proses penyebaran pesannya atau serempak dalam arti lain pesan bisa dinikmati oleh khalayak dalam media massa tersebut hampir secara bersamaan.

6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan yang mencakup pemancar untuk media elektronik. Salah satunya adalah media digital yang memerlukan koneksi internet.

7. Komunikasi massa dikontrol Gatekeeper, Gatekeeper berfungsi menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan-pesan informasi dari media massa.

8. Umpan balik tertunda, umpan balik sebagai respon memiliki faktor penting dalam bentuk komunikasi sering kali didapat dilihat feedback yang disampaikan oleh komunikan.

2.1.2.2 Fungsi komunikasi massa

Komunikasi massa juga memiliki fungsi untuk khalayak. Fungsi komunikasi massa menurut Ardianto (2004: 16) secara umum yaitu :

1. Fungsi Pengawasan (Surveilance)

Fungsi pengawasan merupakan peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol dapat dilakukan untuk aktifitas prefentif untuk mencegah terjadinya kegiatan-kegiatan yang tidak diinginkan.

2. Fungsi Social Learning

Fugsi ini melakukan pendidikan sosial kepada masyarakat dan juga yang memberikan pencerahan- pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi itu berlangsung.

(32)

Universitas Sumatera Utara 3. Fungsi penyampaian Informasi

Fungsi penyampaian informasi adalah fungsi yang menyebarkan informasi dari sebuah sumber kepada publik yang tersampikan kepada masyarakat secara luas dalam tepat waktu

4. Fungsi Penyebaran nilai-nilai (Transmission)

Komunikasi massa menjadi penyebaran nilai nilai tranformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa yang didukung oleh komunikasi massa.

5. Fungsi Hiburan (Entertainment)

Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur yang memiliki tujuan untuk mengurangi ketegangan kepada khalayak, karena dengan media massa dapat merilekskan pikiran dan dengan mudah udah mencari hiburan karena semua telah tersedia didalamnya.

2.1.2.3 Efek Komunikasi Massa

Komunikasi massa memiliki beberapa efek yang dapat mempengaruhi individu, masyarakat, dan bahkan kebudayaan. Komunikasi massa mempunyai efek secara umum yaitu (Liliweri, 2011:39) :

1. Efek kognitif, pesan komunikasi massa mengakibatkan konsumen berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya.

2. Efek afektif, pesan komunikasi massa yang mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Efek ini berhubungan dengan perasaan seperti emosi, sikap, ataupun nilai.

3. Efek konatif, pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada prilaku nyata yang diminati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku

2.1.3 Film

Film merupakan media elektronik paling tua daripada media lainnya, apalagi film telah berhasil mempertunjukkan gambar-gambar hidup yang seolah- olah memindahkan kenyataan ke atas layar lebar. Keberadaan film telah

(33)

17

Universitas Sumatera Utara diciptakan sebagai salah satu media komunikasi massa yang benar-benar disukai bahkan sampai sekarang. Lebih dari 70 tahun terakhir ini film telah memasuki kehidupan umat manusia yang sangat luas lagi beraneka ragam. (liliweri, 1991 : 153).

Film merupakan media komunikasi yang juga memiliki beberapa fungsi dan peran dalam masyarakat yaitu (MCQuail, 1987:91) :

1. Film sebagai sumber pengetahuan yang menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi masyarakat dari berbagai belahan dunia.

2. Film sebagai sarana sosialisasi nilai, norma dan kebudayaan sebagai tempat hiburan yang berpotensi menyebarkan sosialisasi tersebut kepada penontonnya.

3. Film berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan serta pengembangan bentuk seni dan simbol seperti pengemasan mode, gaya hidup dan juga norma-norma kebudayaan.

2.1.3.1 Karakteristik Film

Karakteristik film berbeda jika dibandingkan dengan media massa yang lainnya, Film sebagai penyebar pesan atau komunikator yang dapat dibedakan melalui jenis-jenis karakteristiknya. Maka film dapat dibedakan melalui jenis- jenis film (Ardianto, 2004:34) yaitu :

1. Film Cerita

Film cerita merupakan jenis film yang mengandung suatu cerita yang sering dipertunjukkan digedung-gedung bioskop. Cerita yang diangkat berdasarkan cerita fiktif atau berdasarkan kisah. Biasanya film cerita berdasarkan kisah nyata sehingga banyak pesan moral dan pesan positif yang terkandung.

2. Film Berita

Film berita merupakan film yang didalamnya mengandung banyak fakta dan peristiwa yang menarik untuk di tonton. Film berita juga harus menarik sehingga khalayak yang melihatnya tertarik dan dapat menambah pengetahuan khalayak. Film berita mengandung fakta menarik dan informatif.

(34)

Universitas Sumatera Utara 3. Film Dokumenter

Film Dokumenter adalah film yang bersifat nyata dan memiliki narasumber yang jelas dan tidak asal-asalan. Film dokumenter merupakan film yang berdasarkan pengalaman pribadi seseorang dan dituangkan dalam sebuah film yang bersifat memberikan informasi dan pengetahuan kepada khalayak yang menontonnya..

4. Film kartun

Film kartun adalah film yang mengandung gambar visual yang tidak nyata dan banyak mengandung gambar editan sebuah komputer sehingga gambar yang dihasilkan tidak begitu nyata. Film kartun kebanyakan disukai oleh anak-anak yang mengandung unsur komedi dan lucu-lucu.

2.1.3.2 Genre Film

Selain klasifikasi jenis film berdasarkan sifatnya, ada juga berbagai genre film yang biasa ditayangkan dalam film. Genre film pada era modern seperti sekarang ini banyak berkembang dikarenakan semakin majunya teknologi media digital. Genre bisa dikatakan sebagai jenis konten dalam suatu film. Berikut berbagai genre dalam film (Javandalasta, 2011:3) yaitu :

1. Genre Action

Genre yang biasanya bercerita tentang perjuangan tokoh dalam film yang menghadirkan adegan pertarungan yang memerlukan kekuatan fisik didalamnya atau perjuangan untuk bertahan hidup

2. Genre Komedi

Genre komedi bercerita tentang memiliki tujuan membuat penonton tertawa. Dalam genre komedi terdapat humor lucu yang membuat penonton tertawa saat adegan dalam film.

3. Genre Horor

Genre horor merupakan jenis film yang bertujuan untuk membuat penontonya takut. Film horor biasanya mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan mistis dan dunia ghaib yang di buat dalam film.

(35)

19

Universitas Sumatera Utara 4. Genre Thriller

Genre ini merupakan jenis film yang menghadirkan unsur ketegangan yang bisa memacu adrenalin penonton sepanjang durasi fim dari awal mula sampai akhir film.

5. Genre Ilmiah

Genre ilmiah adalah jenis film yang berhubunggan dengan teknologi dan pengetahuan sebagai fokus didalamnya. Biasanya film ilmiah berkaitan dengan kehidupan di masa depan.

6. Genre Drama

Genre drama merupakan genre fim yang paling sering ditemui. Genre ini menghadirkan konflik dari beberapa tokoh atau pemeran didalamnya. Drama memiliki tema tertentu seperti konflik keluarga, percintaan dan sebagainya.

7. Genre Romantis

Genre romantis merupakan genre yang berfokus pada kisah cinta tokoh didalam film. Umumnya film romantis menampilkan konflik seputar asmara dan percintaan tokoh utamanya.

2.1.3.3 Unsur-Unsur Dalam Film

Film yang baik harus memiliki unsur-unsur didalamnya agar film itu dapat dengan mudah dipahami oleh penonton yang menonton film tersebut.

(Nurgiyantoro, 2009 : 23) menyebutkan unsur-unsur dalam film terbagi menjadi dua yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Unsur intrinsik adalah unsur yang berasal dari karya itu sendiri. Berikut unsur instrinsik pada film yaitu (Nurgiyantoro, 2009 : 70) :

1. Tema, tema merupakan hal yang paling dasar dari sebuah film. Tema juga disebut sebagai ide utama dalam pembuatan film, dengan tema ini dapat dikembangkan dalam film. Tema juga merupakan makna keseluruhan yang tersembunyi yang mendukung cerita dalam film tersebut.

(36)

Universitas Sumatera Utara 2. Alur cerita/Plot, alur merupakan jalan cerita antar peristiwa yang terjadi didalam film yang bersifat secara kronologis yang memiliki sebab akibat.

3. Pesan dalam film, merupakan unsur isi dalam film yang mengacu pada nilai-nilai, sikap, tingkah laku, dan sopan santun didalamnya. Pesan dalam film juga yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita, baik tersirat maupun tersurat.

4. Tokoh dalam film, tokoh adalah orang yang memerankan suatu tokoh dalam film sehingga dapat diketahui karakter atau sifat para tokoh yang memerankan dalam film.

5. Gaya Bahasa, gaya bahasa merupakan jenis bahasa yang dipakai dalam film atau merupakan sarana pengungkapan yang komunikatif dalam film.

Unsur ekstrinsik dalam film adalah unsur yang berada di luar film yang mempengaruhi lahirnya film yang dibuat pengarang certia film tentang sikap, keyakinan, dan pandangan hidup atau dapat dikatakan diluar dari bagian dalam karya film itu sendiri (Nurgiyanto, 2009 : 23).

Film yang bagus juga harus memiliki beberapa unsur-unsur didalamnya.

Unsur-unsur yang harus ada dalam film yaitu sebagai berikut : 1. Film harus memiliki daya tarik.

Daya tarik dalam film sangat penting, untuk menarik perhatian penonton film harus dibuat dengan semenarik mungkin, sehingga bisa meyakini bahwa film tersebut menarik untuk ditonton.

2. Film harus bagus.

Maksudnya didalam sebuah film harus memiliki nilai-nilai dan informasi yang berguna pada penonton dan memiliki makna tersendiri dalam film.

3. Mudah dimengerti

Dalam sebuah film jalan cerita dalam film harus jelas dan mudah untuk dimengerti oleh penonton dan tidak membuat penonton bingung dengan jalan cerita yang ada agar mudah memahami mengartikan, menginterpreasikan informasi dalam film.

(37)

21

Universitas Sumatera Utara 4. Sesuai

Film harus sesuai dengan tema agar pandangan terhadap pemenuhan kebutuhan sesuai informasi dalam film.

5. Bermanfaat

Film harus bermaanfaat, berguna atau berarti, ketika menonton film mendapatkan guna faedah yang menyebabkan perubahan terhadap suatu informasi dalam film tersebut.

6. Tidak menggurui

Film yang baik adalah yang tidak menggurui, maksudnya film yang ditayangkan harus dengan proses yang menyenangkan dan tidak boleh menggurui agar pesan-pesan dan nillai-nilai yang disampaikan dalam film mudah untuk diterima dan teresepsi tanpa disadari akan merubah prilaku yang menonton itu sendiri.

Ketentuan ketentuan yang dapat digunakan untuk menentukan karakteristik sebuah film berkualitas atau bagus (Effendy, 2003 : 226) yaitu :

1. Memenuhi tri fungsi film, film yang berkulitas pada dasarnya harus mempunyai fungsi pokok didalamnya yaitu menghibur, mendidik, dan menerangkan.

2. Konsrtruktif, maksudnya adalah sebuah film yang menonjolkan peran tokoh serba posiif, sehingga hal itu mudah untuk ditiru oleh penonton terutama dikalangan remaja.

3. Artistik, etis, dan logis, dalam sebuah film harus mempunyai nilai artistik dibandingkan dengan karya seni yang lainnya. Oleh karena itu unsur kelogisan sangat penting dalam film untuk memberikan wacana positif kepada masyarakat.

4. Persuasif, maksudnya adalah film yang menggandung ajakan secara halus, dalam hal ini adalah ajakan yang membangun penonoton agar dapat meniru perbuatan yang dapat ditiru dalam film

.

(38)

Universitas Sumatera Utara 2.1.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Film

Film dapat dijadikan sebagai media pembelajaran atau media untuk menyampaikan pesan yang cukup efektif, seperti jenis media massa lainnya, film juga memiliki kelebihan serta kekurangan didalamnya yaitu Riyana (2006:6) : Kelebihan film sebagai media pembelajaran :

1. Film dapat menggambarkan suatu proses, misalnya proses pembuatan suatu keterampilan tangan dan sebagainya.

2. Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu.

3. Penggambarannya bersifat 3 dimensi.

4. Lebih realitis, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan.

5. Memberikan kesan mendalam dan dapat mempengaruhi sikap khalayak yang menontonnya.

6. Suara yang dihasilkan dalam film dapat menimbulkan realita dalam bentuk ekspresi murni.

Sementara kekurangan dalam film diantaranya yaitu : 1. Harga produksiya cukup mahal.

2. Pembuatannya memerlukan banyak waktu dan tenaga.

3. Memerlukan operator khusus untuk mengoprasikannya.

4. Memerlukan penggelapan ruangan.

2.1.4 Persepsi

Secara etimologi, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perceptio, dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (DeVito,1997:75).

Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi akan menentukan manusia memilih suatu pesan dan

(39)

23

Universitas Sumatera Utara mengabaikan pesan lain. Semakin tinggi derajat kesamaan individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2010:180).

Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2005:167-168 ).

2.1.4.1 Sifat-Sifat Persepsi

Beberapa sifat penting mengenai persepsi yang menjadi pembenaran persepsi dikemukakan oleh Mulyana (2007:3) :

1. Persepsi berdasarkan pengalaman

Pengalaman menjadi pembanding untuk mempersepsikan suatu makna.

untuk memahami suatu makna tersebut, hal tersebut harus diinterpretasikan dengan pengalaman masa lalu yang dilalui.

2. Persepsi bersifat selektif

Untuk melakukan persepsi pada hal yang diinginkan saja atas dasar sikap, nilai dan keyakinan atau nilai yang dimiliki.

3. Persepsi bersifat dugaan

Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari sudut pandang manapun. Oleh karena itu informasi yang lengkap lewat pengindraan itu.

4. Persepsi bersifat evaluatif

Tidak ada persepsi yang bersifat objektif. Karena ketika kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman pribadi, seseorang cenderung mengingat hal-hal yang memiliki nilai tertentu bagi diri seseorang.

sementara yang biasa-biasa cenderung dilupakan dan tidak bisa diingat dengan baik.

(40)

Universitas Sumatera Utara 5. Persepsi bersifat kontekstual

Proses terbentuknya persepsi yang terjadi pada seorang individu dipengaruhi oleh tanggapan terhadap stimulus yang diterima oleh panca indera atau sudut pandang seorang individu pada sebuah objek.

2.1.4.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut David Krech dan Ricard Crutcliffield dalam Rahkmat (2007:51), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang berbeda antara satu dengan yang lainnya adalah :

1. Faktor Fungsional

Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari pengalaman masa lalu, jenis klamin, dan hal-hal lain. Dalam faktor fungsional yang akan menentukan persepsi adalah objek dan tujuan individu dalam melakukan persepsi.

2. Faktor Struktural

Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu.

Adapun secara umum dapat dituliskan faktor yang mempengaruhi persepsi menurut (Toha, 2003:154), antara lain:

1. Faktor internal yaitu dari perilaku persepsi yang meliputi faktor biologis/ jasmani dan faktor psikologis. Faktor psikologis meliputi perhatian, sikap motif, minat, pengalaman dan pendidikan.

2. Faktor eksternal yaitu dari luar individu/pelaku persepsi yang meliputi objek sasaran dan situasi / lingkungan di mana persepsi berlangsung.

Melalui persepsi syarat individu mengadakan atau menyadari tentang persepsi dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya.

Persepsi dimulai dari pengindraan, yaitu dengan diterimanya stimulus oleh reseptor dan diakhirnya individu menyadari tentang apa yang dipersepsikan.

Syarat-syarat terjadinya persepsi yaitu (Sunaryo, 2004:94) :

(41)

25

Universitas Sumatera Utara 1. Adanya objek yang dipersepsi

2. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama untuk memulai perhatian

3. Adanya alat indera sebagai resptor penerima stimulus pesan

4. Syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak yang kemudian sebagai alat untuk merespon objek yang telah di persepsi.

2.1.4.3 Proses terjadinya persepsi

Individu mengenali suatu objek dari luar dan ditangkap melalui inderanya.

Individu menyadari, mengerti, dan mengevaluasi merupakan suatu proses terjadinya persepsi. Proses terjadinya persepsi terhadap seseorang didasari beberapa tahapan (Thoha, 2003:15) :

1. Stimulus dan Rangsang

Terjadinya persepsi diawali ketika sesorang dihadapkan pada suatu stimulus atau rangsangan yang hadir dari lingkungannya.

2. Registrasi

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa pengindraan dan saraf seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya.

3. Interpretasi

Merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yan sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi terantung pada cara pendalamannya, motivasi dan kepribadian seseorang.

4. Umpan Balik (feed back)

Setelah melalui proses interpretasi informasi yang sudah diterima di persepsikan oleh sesorang dalam bentuk umpan balik terhadap stimulus.

Sementara itu proses persepsi terdapat tiga komponen utama yang dikemukakan oleh Sobur (2003:447) yaitu:

1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi adalah proses mengorganisasikan informasi sehingga

(42)

Universitas Sumatera Utara mempunyai arti bagi seseorang.

3. Reaksi adalah persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

2.1.4.4 Gangguan dalam persepsi

Persepsi juga dapat menggalami kekeliruan dan kegagalan dalam melakukan persepsi. Gangguan dalam persepsi adalah kesalahan (dispersepsi).

Macam-macam bentuk kekeliruan persepsi adalah (Mulyana, 2007:230) : 1. Kesalahan atribusi

Kesalahan atribusi merupakan proses internal dalam diri untuk memahami penyebab prilaku orang lain. Kesalahan atribusi biasanya sering terjadi ketika salah menaksir makna dalam pesan atau maksud dari pembicara yang didengar.

2. Efek Halo

Kesalahan persepsi yang disebut efek halo merujuk pada fakta bahwa membentuk suatu kesan menyeluruh mengenai sesorang. Kesan inilah yang akan menimbulkan efek yang sangat kuat atas penilaian akan sifat-sifat yang spesifik.

3. Stereotipe

Sterotipe merupakan menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi yang membentuk asumsi mengenai seseorang berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok atau proses menempatkan objek pada kategori-kategori yang dianggap berdasarkan karakteristik individual.

4. Prasangka

Kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, sesuatu konsep yang sangat dekat dengan sterotipe. Prasangka bermacam-macam jenisnya seperti prasangka rasial, prasangka kesukuan, prasangka gender dan prasangka agama. Wujud prasangka adalah diskriminasi yaitu pembatasan atas peluang atau akses kelompok orang terhadap sumber daya semata-mata keanggotaan mereka dalam kelompok.

(43)

27

Universitas Sumatera Utara 5. Geger Budaya

Geger budaya disebabkan karena kecemasan, akhirnya sulit untuk menyesuaikan atau ketidakmampuan diri yang merupakan suatu reaksi individu yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru

2.1.5 Generasi Z

Generasi adalah orang yang memiliki kesamaan lahir, umur, lokasi dan juga pengalaman historis atau kejadian-kejadian dalam individu tersbut yang memiliki pengaruh signifikan dalam fase pertumbuhan mereka. Jadi, dapat dikatakan pula bahwa generasi adalah sekelompok individu yang mengalami peristiwa-peristiwa yang sama dalam kurun waktu yang sama pula (Kupperschmidt 2000 dalam putra, 2016).

Pada teori generasi dari awal keberadaannya dikenal oleh masyarakat sampai saat ini ada sebanyak lima generasi (Graeme Codringto & Sue Grant Marshall, 2004) yaitu:

1. Generasi Baby Boomer, generasi ini merupakan orang-orang yang lahir pada kurun waktu sejak tahun 1946 sampai dengan tahun 1964.

2. Generasi X, generasi ini merupakan orang-orang yang lahir pada kurun waktu sejak tahun 1965 sampai dengan tahun 1980.

3. Generasi Y generasi ini merupakan orang-orang yang lahir pada kurun waktu sejak tahun 1981 sampai dengan tahun 1995.

4. Generasi Z, generasi ini merupakan orang-orang yang lahir pada kurun waktu sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2010.

5. Generasi Alpha, generasi ini merupakan orang - orang yang lahir pada kurun waktu sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025.

Generasi Z disebut dengan I Generation, generasi net atau generasi internet adalah generasi yang lahir setelah tahun 1995 atau lebih tepatnya setelah tahun 2000 dan mereka yang hidup di zaman modern yang sudah diisi dengan kemajuan teknlogi digital dan internet mulai masuk dan menjadi kebutuhan untuk manusia (Elizabeth, 2015:23). Sedangkan pengertian generasi Z yang dikemukan oleh (Hellen, 2012:35) generasi Z yang dikenal dengan generasi digital adalah

(44)

Universitas Sumatera Utara generasi baru yang tumbuh dan berkembang dengan ketergantungan yang besar pada teknolgi digital. (http://www.silabus.web.id/karakter-generasi-z/amp, dilanisir pada tanggal 15 maret 2020, pukul 08:00wib)

Orang-orang yang termasuk dalam generasi Z sejak dini sudah mengenal atau mungkin bisa juga diperkenalkan dan terbiasa dengan berbagai macam dan bentuk gadgets serta aplikasi yang canggih tersebut. Hal ini baik secara langsung atau tidak langsung sangat berpengaruh terhadap perkembangan perilaku, kepribadian, bahkan pada pendidikan dan hasil belajarnya pula bagi mereka yang masih berstatus sebagai siswa, disamping keunggulan anak-anak generasi Z terdapat kelemahan, misalnya mereka biasanya kurang terampil dalam komunikasi verbal. Generasi Z kurang menyukai proses, mereka pada umumnya kurang sabar dan menyukai hal-hal yang serba instan (http://www.silabus.web.id/karakter-generasi-z/amp, dilanisir pada tanggal 15 maret 2020, pukul 08:00wib)

Dilansir dari New York Post, David Stillman, salah satu penulis “Gen Z

@Work : How Next Generation is Transforming the Workplace”, mengatakan, jumlah populasi generasi Z pada saat ini sudah mencapai lebih 72,8 juta orang.

Sedangkan di Indonesia genersi Z yang dikutip dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2019 jumlah laki-laki generasi Z sebanyak 34.207.900 orang sedangkan perempuan 32.737.000 orang dengan total generasi Z sebanyak 66.944.900 orang atau sama dengan 24,9 persen dari 256 juta jumlah penduduk di Indonesia dan jumlah ini akan semakin meningkat.

2.1.5.1 Karakteristik Generasi Z

Generasi Z memiliki ciri yang sangat umum, tersendiri dan sangat berbeda dengan sikap prilaku dan kepribadian jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Ciri dari generasi Z yaitu (Stilman, 2018:18):

1. Figital

Generasi Z merupakan generasi yang menganggap dunia nyata sebagai dunia virtual. Generasi Z hidup dimana kemajuan teknologi yang sangat pesat. Generasi Z sangat cepat untuk memulai adaptasi dengan perkembangan digital terbaru saat ini. Meskipun serba figital orang-

(45)

29

Universitas Sumatera Utara orang generasi Z tidak akan lupa dengan nilai dan etika mereka karena mereka juga bertemu orang dengan tatap muka langsung.

2. Hiper-Kustomisasi

Remaja generasi Z sangat berupaya dengan keras agar mereka dapat dikenal oleh dunia sebagai individu yang berbeda menarik dan unik daripada yang lainnya. Kemampuan dengan hasil usaha kerja keras mereka menimbulkan ekspektasi bahwa perilaku mereka sangat dengan mudah dipahami.

3. Realitis

Generasi Z cenderung sangat praktis dalam berkarir. Generasi Z hanya menginginkan dan menjalankan sesuatu dengan keinginan, kebutuhan,dan kemampuan yang mereka miliki.

4. FOMO (Fear Of Missing Out)

Generasi Z merupakan generasi yang takut akan tertingalnya informasi melalui media sosial, mereka takut tidak update atau ketingalan isu terbaru di kalangan temen – teman mereka, oleh karena itu generasi Z mereka akan sangat tertantang dan selalu ingin memastikan mereka tidak akan ketinggalan oleh teman – teman mereka.

5. Weconomist

Generasi Z adalah generasi yang juga tumbuh dalam generasi semangat ekonomi, dari munculnya sart up dan bisnis sosial. Oleh karena itu generasi Z selalu mencari jalan untuk memanfaatkan sumber daya bersama tanpa harus melakukan investasi besar-besaran.

6. DIY (Do it yourself)

Generasi Z tumbuh menjadi generasi yang percaya diri dan bisa untuk melakukan segala sesuatu dengan sendiri. Generasi Z sangat mandiri dan akan berbenturan dengan budaya kolektif yang sebelumnya diperjuangkan oleh generasi milenial.

Referensi

Dokumen terkait