Pengertian Perusahaan
Pasal 1 Huruf b UU No 3 th 1982
“Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba”
PENGERTIAN PERUSAHAAN
Molengraaff (1966) merumuskan pengertian perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus- menerus, bertindak keluar, untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian perdagangan
Sedangkan Polak (1935) memandang perusahaan dari sudut komersial, jadi dapat dikatakan perusahaan apabila diperlukan perhitungan laba dan rugi yang dapat diperkirakan dan dicatat dalam pembukuan. Polak menambahkan unsur “pembukuan”
1. Badan Usaha
2. Kegiatan Dalam Bidang Ekonomi
3. Terus Menerus
4. Terang-terangan
5. Keuntungan dan/atau laba
6. Pembukuan
Badan Usaha yang menjalankan kegiatan dalam bidang ekonomi, mempunyai bentuk tertentu, seperti perusahaan dagang, firma, persekutuan comanditer, PT, Perum,Koperasi.
Bagi perusahaan yang tidak mempunyai akta pendiriandapat diketahui melalui izin Usaha.
Objek dalam bidang ekonomi : Harta kekayaan
Tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba
Kegiatannya meliputi perdagangan, pelayanan dan industri
Segi hukum : harus halal, tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, tidak bertentangan
dengan kesusilaan dan tidak melawan hukum
• Molengraaff, Polak dan Pembentuk undang- undang mengartikan dilakukan secara terus menerus, artinya tidak terputus-putus, tidak insidential, bukan sambilan, jangka waktu lama yang ditentukan dalam akta pendirian perusahaan atau surat izin usaha.
• Segi hukum : kegiatan dijalankan untuk jangka waktu lama, yang ditetapkan oleh Akta Pendirian atau Surat Izin Usaha :
merupakan Legalitas berjalannya Perusahaan selama jangka waktu yang ditetapkan
Molengraaf : bertindak keluar, yang berhubungan dengan pihak lain (pihak ketiga)
Segi hukum : pengakuan dan pembenaran dilakukan oleh pemerintah melalui
perbuatan hukum pengesahan anggaran dasar dalam akta pendirian, penerbitan surat ijin tempat usaha dan penerbitan sertifikat pendaftaran perusahaan
Molengraaff : menggunakan istilah
penghasilan , Polak menggunakan istilah laba dan pembentuk undang-undang menggunakan istilah keuntungan dan atau laba
Segi hukum : keuntungan atau laba harus diperoleh berdasarkan legalitas dan
ketentuan uu, tidak diperoleh secara melawan hukum
Molengraaff : tidak menyinggung unsur pembukuan
Polak : menggunakan unsur pembukuan sebagai pencatatan dan keuntungan atau laba yang diperoleh dapat diketahui dari pembukuan , dasar perhitungan pajak
Segi hukum : menitik beratkan pada
kebenaran isi pembukuan dan kebenaran alat bukti
“Hukum yang secara Khusus Mengatur tentang bentuk-bentuk perusahaan serta segala
aktifitas atau kegiatan yang berkaitan dengan jalannya suatu perusahaan.”
• Lex Generalis : KUHD dan KUHPerdata
• Lex Spesialist :
▫ Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing;
▫ Undang-undang Nomor 5 tahun 1968 tentang Konvesi Washington Mengenai Sengketa Modal Asing di Indonesia;
▫ Undang-undang Nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negara (PMDN);
▫ Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara
▫ Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.
▫ Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal;
▫ Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
▫ Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan;
▫ Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan;
▫ Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen;
▫ Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
▫ Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
▫ Peraturan Perundang-undangan yang diterbitkan dalam berbagai bentuk peraturan, misalnya Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, dsb.
• Pendapat para ahli hukum
Macam-macam Perusahaan
Berdasarkan Kepemilikan Suatu Perusahaan dibedakan menjadi :
• Perusahaan Negara
• Perusahaan Swasta
• Perusahaan Negara :
Perusahaan yang modalnya dimiliki oleh Negara dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) berupa Perusahaan Daerah (PD) atau juga Perseroan Terbatas.
• Menurut Undang-undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 Perusahaan Negara
Semua perusahaan dalam bentuk apapun yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan Negara RI, kecuali ditentukan lain berdasarkan undang-undang.
Perusahaan Negara dibedakan antara lain:
Perusahaan Jawatan (PERJAN);
Perusahaan Umum (PERUM), dan
Perusahaan Perseroan (PERSERO) yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
Perusahaan Swasta, yang modalnya dimiliki oleh swasta, umumnya berbentuk Perseroan Terbatas atau salah satu dari bentuk-bentuk usaha yang ada berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Selain pembedaan antara Perusahaan
Negara dan Perusahaan Swasta, Pembagian juga dibedakan sebagai berikut:
Perusahaan Nasional, yaitu perusahaan yang
sekurang-kurangnya 51% (lima puluh satu persen) dari modal dalam negeri yang ditanam didalamnya dimiliki oleh Negara dan atau Swasta Nasional.
Kepemilikannya bisa oleh Negara atau oleh Swasta
Perusahaan Asing, adalah perusahaan yang tidak memenuhi ketentuan untuk persyaratan
Perusahaan nasional (kepemilikan kurang dari
51%). Selanjutnya Perusahaan Asing tersebut bisa berupa Perusahaan Patungan (Joint Venture
Company) dan Perusahaan Murni Asing (100%)
Perusahaan Multi Nasional (PMN) :
Umumnya merupakan perusahaan swasta yang
berbentuk Perseroan dan mempunyai usaha di banyak negara. Para pemegang saham perusahaan ini adalah para pemegang saham dari berbagai Negara,
perusahaan ini biasanya sangat besar, memiliki kantor- kantor, pabrik, dan kantor cabang di banyak negara.
Biasanya memiliki sebuah kantor pusat dimana
mereka mengkoordinasi manajemen global. Memiliki pengaruh kuat dalam politik global karena pengaruh ekonomi yang sangat besar dan sumber finansial yang sangat kuat untuk relasi masyarakat dan melobi
politik.
Contoh : Coca-cola Company, The World Disney Company, Google, McDonald, Nokia, Nintendo, Microsoft, dan lain-lain.
Perusahaan Jawatan (PERJAN)
Perusahaan Umum (PERUM)
Perusahaan Perseroan (PERSERO)
Perusahaan Jawatan atau PERJAN adalah Perusahaan Negara yang didirikan dan diatur menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
Indonesiche Bedrijvenwet (IBW, Staatsblad 1927 : 419) Ciri-ciri PERJAN :
Menjalankan usaha “public service” artinya pengabdian serta pelayanan kepada masyarakat. Dalam menjalankan usaha dan memberikan pelayanan tersebut, syarat-syarat efisiensi dan efektifitas dipegang teguh.
Disusun sebagai suatu bagian dari Departemen/ Direktorat Jenderal/
Direktorat/ Pemerintah Daerah.
PERJAN yang pernah ada di Indonesia adalah Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) dan Perusahaan Jawatan Pegadaian. Namun sejak tahun 1994 bentuk PERJAN sudah tidak ada lagi. PJKA berubah menjadi PERUMKA
kemudian tahun 1998 menjadi PT. KAI,
sedangkan Pegadaian menjadi Perusahaan Umum.
Perusahaan Umum atau PERUM merupakan salah satu bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia N0.13 Tahun 1998 tanggal 17 Januari 1998 dan Undang- undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Bentuk- bentuk Usaha Negara.
• Modal PERUM seluruhnya dimiliki oleh Negara yaitu berupa kekayaan negara yang dipisahkan. Berbeda halnya dengan Perseroan Terbatas yang seluruh
modalnya terbagi atas saham, namun modal PERUM tidak terbagi atas saham.
• Maksud dan Tujuan PERUM adalah
menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum (Public Utility) berupa
penyediaan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus memupuk keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Sebagai badan usaha, perum diupayakan untuk tetap mandiri dan untuk itu PERUM harus
mendapat laba agar bisa hidup berkelanjutan.
PERUM berstatus badan hukum yang
pendiriannya dilakukan dengan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 13 Tahun 1998, yaitu Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pendirian PERUM sekaligus menetapkan
keputusan untuk melakukan penyertaan modal negara ke dalam PERUM.
PERUM memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dengan kekayaan negara. Di dalam PERUM tidak ada penyertaan modal swasta baik nasional
maupun asing. Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Organ PERUM terdiri dari Direksi dan Dewan Pengawas yang anggotanya diangkat dan
diberhentikan oleh Menteri Keuangan berdasarkan usulan Menteri Departemen teknis terkait.
Direksi bertanggung jawab penuh atas
kepengurusan PERUM untuk kepentingan dan tujuan PERUM serta mewakili PERUM baik di dalam maupum diluar Pengadilan.
Walaupun kebijakan manajemen berada di pihak Direksi, namun rencana kerja jangka panjang, rencana kerja dan anggaran
sebagai penjabaran rencana kerja jangka panjang harus mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan.
Perusahaan Perseroan (PERSERO) adalah
perusahaan milik Negara yang diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969
tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara.
Selanjutnya pelaksanaannya diatur
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan
Perseroan yang diundangkan pada tanggal 17 Januari 1998.
Dalam PERSERO berlaku prinsip-prinsip Perseroan Terbatas, sehingga dalam PERSERO pun memiliki Organ PERSERO, yaitu :
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Direksi, dan
Dewan Komisaris
A. Perseroan Sebagai Badan Hukum Lahir dari Proses Hukum
• Pasal 1 angka 1 UUPT 2007, berbunyi sebagai berikut :
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut
Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasar perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang
ini serta peraturan pelaksanaannya.
Syarat-syarat Perseroan Sebagai Rechtspersoon
Merupakan Persekutuan Modal
Didirikan Berdasarkan Perjanjian
Melakukan Kegiatan Usaha
Lahirnya Perseroan Melalui Proses Hukum dalam
Bentuk Pengesahan Pemerintah
Modal Dasar (Authorized Capital)
Terbagi atas saham (aandelen, share, stock)
Yang dibayar oleh Para Pemegang Saham (Sekutu PS)kepada
Perseroan
Berdasarkan
Pasal 32 ayat (1) UUPT 2007 :
Modal Dasar Perseroan paling sedikit Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
Berdasarkan
Pasal 31 ayat (1) UUPT 2007 :
Modal Perseroan Terdiri atas seluruh
“nilai nominal ” saham
Perseroan lahir akibat perjanjian
Ditinjau dari segi hukum perjanjian (KUH Perdata), pendirian Perseroan sebagi badan hukum, bersifat “kontraktual” (contractual, by contract) dan “konsensual” ( consensuel, consensual), yaitu adanya kesepakatan
untuk mengikat perjanjian mendirikan Perseroan
Perseroan sebagai badan
hukum didirikan berdasarkan perjanjian sebagaimana
ditegaskan dalam
Pasal 1 angka 1 UUPT 2007
Sahnya perjanjian
pendirian Perseroan (UU)
Pasal 7 ayat (1) UUPT 2007
Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau
lebih
Pasal 2 UUPT 2007 :
Suatu Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang- undangan, ketertiban umum dan/ atau
kesusilaan
Pasal 18 UUPT 2007 mene gaskan, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha itu, harus dicantumkan dalam
Anggaran Dasar Perseroan
“Kegiatan usaha” merupakan
“kegiatan yang dijalankan”
oleh Perseroan dalam rangka mencapai maksud dan
tujuannya. Kegiatan usaha harus dirinci secara jelas
dalam AD dan rincian tersebut tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang.
Lahirnya Perseroan Melalui Proses Hukum dalam Bentuk Pengesahan
Pemerintah
Perseroan lahir sebagai badan
hukum merupakan artificial person (manusia buatan), yang dicipta Negara melalui proses hukum yang harus
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan peraturan perundang-undangan. Jika
persyaratan tidak terpenuhi Perseroan yang bersangkutan tidak diberikan
keputusan Pengesahan untuk berstatus
sebagai badan hukum oleh Pemerintah
melalui MENHUK & HAM.
• Pasal 7 ayat (4) UUPT 2007 yang berbunyi : Perseroan memperoleh status badan hukum
pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum
Perseroan.
• Tidak bisa dipenjarakan, akan tetapi dapat menjadi subjek perdata maupun tuntutan pidana dalam bentuk hukuman “denda”.
• Utang Perseroan menjadi tanggung jawab dan kewajiban Perseroan, dalam kedudukan dan kapasitasnya sebagai badan hukum atau entitas yang terpisah (
separate entity
) dan independent dari tanggung jawab pemegang saham.
Perseroan Tertutup
• Perseroan Publik
• Perseroan Terbuka (Tbk)
• Perseroan Grup
• Pemegang sahamnya “terbatas” dan “tertutup” (
besloten, close
). Hanya terbatas pada orang-orang yang masih kenal- mengenal atau pemegang sahamnya hanya terbatas diantara mereka yang masih ada ikatan keluarga, dan tertutup bagi orang luar;
• Saham Perseroan yang ditetapkan dalam AD, hanya sedikit jumlahnya, dan dalam AD sudah ditentukan dengan tegas siapa yang boleh menjadi pemegang saham;
• Sahamnya juga hanya atas nama (
aandeel op nam,
registered share
) atas orang-orang tertentu secara terbatas. Ketentuan Pasal 1 angka 8 UUPT 2007 yang berbunyi :
Perseroan Publik adalah Perseroan yang telah memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal disetor
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
Sebagai rujukan ketentuan Pasal 1 angka 8 UUPT 2007 adalah Pasal 1 angka 22 Undang-undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya UUPM)
• Saham Perseroan yang bersangkutan telah
memiliki sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) pemegang saham
• Memiliki modal disetor (paid up capital) sekurang-kurangnya Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah)
• Atau suatu jumlah apemegang saham dengan modal disetor yang ditetapkan Peraturan
Pemerintah
Ketentuan Pasal 1 angka 7 UUPT 2007 menyatakan :
Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau Perseroan yang melakukan Penawaran Umum saham, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
Perseroan Terbuka
Ketentuan Pasal 1 angka
22 UUPM Public Offering
di Bursa Efek
Emiten yang telah daftar ke
BAPEPAM
• Dalam rangka melaksanakan limited liability, suatu Perseroan dapat mendirikan Perseroan Anak
• Dengan prinsip separate entity (prinsip
keterpisahan ) Kerugian potensial (potential loses) yang dialami oleh salah satu
diantaranya menjadi “terisolasi”
Berdasarkan Pasal Penjelasan 29 UUPT 1995, yang
dimaksud dengan Perusahaan Anak adalah perusahaan yang mempunyai hubungan khusus dengan Perseeroan lainnya, yang dapat terjadi karena :
a. Lebih dari 50% sahamnya dimiliki Induk Perusahaan (Holding Company)
b. Lebih dari 50 % suara dalam RUPS, dikuasai oleh induk perusahaannya
c. Kontrol atas jalannya Perseroan, pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris sangat
dipengaruhi oleh induk perusahaan .
Ketentuan Pasal 2 UUPT 2007 mengatakan :
Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan,
ketertiban umum, dan atau kesusilaan
Berdasar keteentuan ini
Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha yang jelas dan tegas
Perseroan yang tidak
mencantumkan dengan jelas dan tegas apa maksud dan tujuan serta kegiatan
usahanya, dianggap “cacat hukum” (
legal defect
)Pencantuman Maksud dan Tujuan Dalam AD Perseroan, bersifat Imperatif (memaksa)
(dwingenrecht, mandatory rule)
Bersamaan pada saat pembuatan Akta Pendirian Perseroan
Pasal 8 ayat (1) UUPT 2007
Pasal 9 ayat (1) huruf c :
Untuk memperoleh Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan , Perseroan harus mengajukan permohonan kepada Menteri
Landasan Hukum (Legal Foundation) bagi pengurus Perseroan (Direksi)
Direksi dalam melaksanakan pengurusan dan pengelolaan kegiatn usaha Perseroan
dilarang menyimpang, keluar atau melampaui dari maksud dan tujuan Perseroan
Tujuan Utama pencantuman maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan adalah :
Untuk melindungi pemegang saham sebagai investor dalam Perseroan.
Pemegang saham sebagai investor bakan yakin, Direksi tidak akan melakukan kontrak atau
transaksi yang bersifat spekulatif
Direksi tidak melakukan transaksi yang berada diluar kapasitas maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha dalam AD yang bersifat ultra vires
Perubahan disetujui RUPS sesuai dengan ketentuan Pasal 88 ayat (1) UUPT 2007 dengan syarat :
•RUPS dihadiri atau diwakili paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara
•Keputusan sah jika disetujui paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan kecuali AD menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan pengambilan keputusan yang lebih besar
Apabila kuorum tidak tercapai dapat
diselenggarakan RUPS kedua dengan acuan penerapan sesuai dengan ketentuan Pasal 88 ayat (3) UUPT 2007
Tindakan yang tidak sesuai dengan kapasitas Perseroan
berkaitan dengan doktrin ultra
vires (ultra vires doctrine)
Merriam Webster’s Dictionary of Law :
“Beyond the Powers or means, beyond the scope or in execess of legal power or authority”
Ultra vires dihubungkan dengan Perseroan, merupakan permasalahn yang menyangkut transaksi atau kontrak oleh Direksi dengan pihak ketiga.
Kontrak atau transaksi yang mengandung ultra vires adalah batal.
Dictionary of English Law :
“Beyond the Powers”
Tindakan diluar kekuasaannya
• Tindakan Direksi sebagai pengurus Perseroan dibatasi oleh tujuan Perseroan, Kapasitas Perseroan mengadakan kontrak atau transaksi maupun sebagai donasi, hanya sebatas maksud dan tujuan yang ditentukan dalam AD.
• Tindakan diluar kapasitas Perseroan dikategorikan ultra vires dan batal karena hukum
• Sesuai dengan doktrin ultra vires :
- Perseroan tidak dapat dituntut atas kontrak atau transaksi yang ultra vires
- Perseroan juga tidak dapat mengukuhkan dan melaksanakannya
- Juga RUPS tidak dapat mensahkan atau menyetujui tindakan Direksi yang mengandung ultar vires
• Apabila pengurus atau Direksi perseroan
melakukan ultra vires, atau Direksi melakukan tindakan yang melampaui batas kewenangan dan kapasitas Perseroan dalam AD, undang-undang memberikan hak kepada setiap (tanpa syarat tertentu) pemegang saham untuk mengajukan
gugatan terhadap Perseroan ke Pengadilan Negeri, ditegaskan dalam Pasal 61 ayat (1) UUPT 2007.
• Gugatan diajukan memuat permohonan atau
tuntutan agar Perseroan menghentikan tindakan yang merugikan tersebut.
• Ketentuan Pasal 3 ayat (1) UUPT 2007 menyatakan :
“Pemegang saham Perseroan tidak
bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimilikinya”
Hal ini yang dinamakan konsep atau prinsip tanggung jawab terbatas (separate entity) pada Perseroan.
Perseroan (PT) sebagai badan hukum (rechtsperson, legal entity) mrpk organisasi bisnis yang mempunyai entitas atau wujud hukum yang terpisah dari
pemiliknya, dalam hal ini para pemegang saham (shareholder).
Hukum Perseroan seperti yang dirumuskan pada Pasal 3 ayat (1) UUPT 2007, secara imajiner
membentangkan tembok pemisah antara Perseroan dengan pemegang saham untuk melindungi
pemegang saham dari segala tindakan, perbuatan dan kegiatan Perseroan.
Menurut hukum terjadi pemisahan (separate) dan perbedaan (distinct) antara Perseroan dengan
pemilik atau pemegang saham terhitung sejak Perseroan mendapat keputusan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM yang digariskan Pasal 9 ayat (1) UUPT 2007.
Tanggung jawab terbatas pemegang saham
Perseroan merupakan salah satu konsep/prinsip yang mendasar di dalam hukum Perseroan, dimana :
• Pemegang Saham (shareholder) Perseroan diberi sertifikat saham sebagai bukti, bahwa yang
bersangkutan adalah pemilik sebagian dari Perseroan tersebut;
• Akan tetapi, dikarenakan Perseroan merupakan wujud terpisah (separate entity) dari pemegang
saham sebagai pemilik, maka pemegang saham tidak boleh menuntut aset Perseroan;
• Kekayaan Perseroan tetap milik Perseroan, oleh karena itu pemegang saham tidak mempunyai hak untuk mengalihkan kekayaan Perseroan kepada dirinya maupun kepada orang lain.
Salah satu keuntungan yang paling besar diperoleh dan dinikmati pemegang saham, adalah tanggung jawab terbatas (limited liability)
Nama dan tempat kedudukan Perseroan merupakan salah satu prinsip umum Perseroan sebagaimana diatur dalam UUPT 2007 : 1. AD harus menentukan nama dan tempat kedudukan Perseroan di
wilayah Negara Republik Indonesia (Pasal 5 ayat (1)).
(1) Perseroan tidak boleh memakai nama yang:
a. telah dipakai secara sah oleh Perseroan lain atau sama pada pokoknya dengan nama Perseroan lain;
b. bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
c. sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari yang bersangkutan;
d. tidak sesuai dengan maksud dan tujuan, serta kegiatan usaha, atau menunjukkan maksud dan tujuan Perseroan saja tanpa nama diri;
e. terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf yang tidak membentuk kata;
atau f. mempunyai arti sebagai Perseroan, badan hukum, atau persekutuan perdata.
(2) Nama Perseroan harus didahului dengan frase "Perseroan Terbatas" atau disingkat "PT".
(3) Dalam hal Perseroan Terbuka selain berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pada akhir nama Perseroan ditambah kata singkatan "Tbk".
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemakaian nama Perseroan diatur dengan Peraturan Pemerintah
(Ps. 16 UUPT)