• Tidak ada hasil yang ditemukan

URGENSI PENANAMAN NILAI-NILAI ISLAM NUSANTARA SEBAGAI KONTROL KARAKTER ANAK BANGSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "URGENSI PENANAMAN NILAI-NILAI ISLAM NUSANTARA SEBAGAI KONTROL KARAKTER ANAK BANGSA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

URGENSI PENANAMAN NILAI-NILAI ISLAM

NUSANTARA SEBAGAI KONTROL KARAKTER ANAK BANGSA

Sampara Palili, Ana Cahayani Fatimah STIT Sunan Giri Bima,

syampara2511@gmail.com, anacahayani@gmail.com

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi nilai-nilai Islam Nusantara, dan karakter anak bangsa.

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kualitatif dengan desain library research. Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan heuristik. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa, Islam Nusantara dalam lingkup indonesia adalah Islam yang berkarakter khusus sebagai hasil dari perpaduan antara nilai-nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi dan budaya masyarakat lokal (local wisdom community), dengan ciri khas

Islam yang mengutamakan

kesinambungan dan kontinuitas dengan budaya lokal, Islam yang mampu menampilkan keragaman-keragaman khasanah budaya lokal, Islam yang melakukan perubahan dan pembaruan (transformasi) dengan mengedepankan perubahan yang terbatas, tidak radikal, ekstrim, menjauhi cara-cara kekerasan dan mencari “jalan tengah” “kompromi”

dan “sintesis”, Islam yang bertransformasi sebagai kekuatan kebangsaan dan kemajuan, Islam yang ditanamkan melalui: pendidikan, pelayanan sosial, kesenian dan budaya serta kegiatan- kegiatan kultural lainnya, Islam toleran (tasamuh) dan menjauhi fanatisme (ta’ashshub) dan kekerasan, Islam yang ramah, terbuka, inklusif dan mampu memberi solusi terhadap masalah- masalah bangsa dan negara. Islam yang dinamis dan bersahabat dengan lingkungan kultur, sub kultur, dan agama yang beragam. Adapun Nialai-nilai Islam

nusantara dapat ditanamkan kepada anak bangsa melalui pendekatan teologis, yaitu menanamkan nilai-nilai Islam nusantara melalui dakwah dan pengajian-pengajian, pendekatan ilmiah, yaitu menanamkan nilai-nilai Islam nusantara melalui sekolah mulai dari tingga dasar hingga tingkat tinggi, pendekatan kelembagaan, yaitu membentuk lembaga khusus yang bertujuan mengontrol aktualisasi penanaman nilai-nilai Islam nusantara di semua lembaga khususnya lembaga pendidikan Islam, pendekatan sosial adalah penanaman nilai-nilai Islam nusantara melalui kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan dan pendekatan kultural yaitu menanamkan nilai-nilai Islam nusantara pada kegiatan-kegiatan kebudayaan.

Kata Kunci: Urgensi, Nilai-nilai Islam nusantara, karakter anak bangsa

Abstract

This article aims to explore the values of Islam Nusantara, and the character of the nation. Method of this research is a qualitative study with library research design. Data was collected by a heuristic approach. Results of the study revealed that, Islam Nusantara in the scope is a unique character of Islam as a result of the synthesis between Islamic theological values with the traditional values and local wisdom community, with the typical Islam that promotes sustainability and continuity with the local culture, Islam is capable of displaying the diversities of the repertoire of the local culture, Islam has made any changes and

(2)

updates (transformation) by prioritizing the limited changes, not radical, extreme, away from violent and searching the win- win solution by compromising "and"

synthesizing", Islam transformed as nationality power and progress, Islam instilled through education, social services, arts and culture as well as the activities of other cultural, tolerant Islam (tasamuh) and avoid the fanaticism (ta'ashshub) and violence, friendly Islam, open, inclusive and able to provide solutions to the problems of the nation and the state, dynamic Islam and care with the environmental culture, sub-cultures, and diversity of religions. Values of Islam Nusantara can be imparted to the nation through theological approach by strengthening the Islamic values of Nusantara through preaching and study, scientific approach like implant the Islamic values of Nusantara through the schools started from preliminary up to high education, approach institutional by forming a special institution to control the actualization of the Islamic values in all institutions particularly in the Islamic educational institutions, social approach is planting the values of Islam Nusantara through social activities of community and cultural approach to instill the Islamic values on cultural activities.

Keywords: urgency, Islamic values, civic youth character

Pendahuluan

Secara konseptual, identitas Islam Nusantara telah ditulis oleh beberapa penulis, antara lain:

Azyumardi Azra (2002) dengan judul Islam Nusantara Jaringan Global dan Lokal.Nor Huda (2013) dengan judul Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, dan Ali Masykur Musa (2014) dengan judul Membumikan Islam Nusantara: Respons Islam Terhadap Isu-Isu Aktual,

Wujud Islam nusantara sebenarnya telah lama teraktualisasi di wilayah Nusantara. Model pemikiran, pemahaman dan aktualisasi ajaran-

ajaran Islam dengan

mempertimbangkan tradisi atau budaya lokal, sehingga dalam hal-hal di

luar substansi, mampu

mengekpresikan model berIslam yang khas Nusantara dan membedakan dengan model berIslam lainnya baik di Timur Tengah, India, Turki dan sebagainya. dalam lingkup geografis, sosial maupun budaya. Sebagai istilah baru, bagi kebanyakan umat Islam Indonesia, Asia Tenggara maupun dunia, subtansi Islam Nusantara perlu mendapatkan penjelasan yang real agar mudah dalam memahaminya.

istilah Islam Nusantara bukanlah istilah baru, melainkan telah dikenal cukup lama, termasuk yang diperkenalkan oleh ketiga penulis tersebut. Hanya saja ketiga penulis menjelaskan Islam Nusantara dari segi tinjauan historis, belum banyak menyentuh tinjauan pendidikan.

Islam Nusantara merupakan model ajaran Islam yang tepat diterapkan pada sebuah bangsa yang majemuk. Islam Nusantara adalah ajaran Islam yang menekankan pada prinsip-prinsip ajaran yang terbuka, menghargai perbedaan (toleran) dan saling menghargai satu sama lain, pantang mengklaim pemahaman, pemikiran dan tindakan sendirilah yang benar dan menjastifikasi agama, aliran, golongan orang lainlah yang sesat dan salah, selalu bersatu dalam menjaga dan membina keragaman atau Bhineka Tunggal Ika. Dalam konteks kekinian nilai-nilai Islam Nusantara diamalkan berdasarkan pada Undang- Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 dan ideologi Pancasila dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah berhasil mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia yang sangat majemuk. Islam Nusantara berkontribusi sangat signifikan dalam pembentukan karakrer bangsa Indonesia yang sangar majemuk. Islam Nusantara mampu memposisikan diri

(3)

sebagai kekuatan agama yang

mengintegrasikan dan

mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia dalam bingkai NKRI.

Penerapan nilai-nilai Islam di Nusantara boleh jadi tidak sama. Ada tradisi yang berbeda di setiap tempat yang mengharuskan untuk dilakukan penyesuaian. Islam Nusantara memaknai keberagaman sebagai sebuah kekayaan yang perlu dijaga agar menjadi kekuatan yang membawa manfaat atau maslahat bagi seluruh manusia. Karena itu ketika nilai-nilai Islam tersebut diimplementasikan di ranah lokal, maka akan menampilkan karakter yang memiliki kekhasan tersendiri. Misalnya, perlakuan dan penghormatan terhadap perempuan tidak selalu sama bentuk aktualisasinya antara disatu tempat dengan tempat yang lainnya.

Penyikapan terhadap perbedaan, terutama perbedaan dalam karegori keyakinan, kepercayaan atau akidah sekalipun, dilakukan dengan mengedepankan toleransi (menerima perbedaan). Namun kondisi saat ini mulai nampak ada pergeseran nilai- nilai karakter masyarakat indonesia sebagaimana yang sering kita saksikan secara langsung maupun melihat melalui media-media elektrnonik.

bangsa indonesia mengalami permasalahan yang penulis anggap belum dapat terselesaikan, maraknya ujaran kebencian terhadap pribadi, golongan/aliran tertentu, maraknya tindakan kekerasan, tawuran, penggunaan obat-obat terlarang, turunnya nilai-nilai kejujuran, banyaknya penyimpangan dalam bidang moral, turunnya kepedulian terhadap nilai etika, kenakalan remaja, korupsi, pelecehan seksual dan sebagainya. Hal ini merupakan tontonan keseharian dimedia televisi, facebook, tweeter dan media lainnya hal ini yang penulis anggap terjadi

pergeseran nilai karakter yang dulunya masyarakat indonesia terkenal dengan watak/karakter sopan, santun, jujur, perhatian, cinta damai, menerima perbedaan, menjungjung tinggi harkat dan martabat perempuan dan lainnya.

Istilah karakter (character) atau watak dalam bahasa Indonesia diartikan sifat-sifat hakiki seseorang atau suatu kelompok atau bangsa yang sangat nampak sehingga dapat dikenali dalam berbagai kondisi atau merupakan trade mark orang tersebut.

(Tilaar, H.A.R. 2008:98), (Lickona, 1991:137) merujuk pada konsep good character yang dikemukakan oleh Aris- toteles “... the life of right conduct-right conduct in relation to other persons and in relation to one self ” (karakter diartikan sebagai ke-hidupan berperilaku baik atau penuh kebajikan, kepada Tuhan YME, sesama manusia, alam semesta) dan terhadap dirinya sendiri). Pendidikan Karakter adalah proses pemberian tuntunan peserta/anak didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Peserta didik diharap- kan memiliki karakter yang baik meliputi ke-jujuran, tanggung jawab, cerdas, bersih dan sehat, peduli, dan kreatif. Karakter tersebut diharapkan menjadi kepribadian utuh yang mencerminkan keselarasan dan keharmoni-san dari olah hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.

Penyebab persoalan turunnya nilai-nilai karakter anak bangsa adalah kurangnya keteladanan dari para pemimpin bangsa dalam kehidupan bernegara, kurangnya keteladan orang tua dan guru dalam kehidupan sehari- hari. Disamping itu anak akan membentuk karakternya melalui observasi setiap perilaku orang dewasa dan meniru perilaku tersebut menjadi perilakunya/imitasi. Upaya untuk mengatasi kemerosotan

(4)

pendidikan karakter anak bangsa haruslah diawali oleh keluarga terlebih dahulu, sesudah itu dilanjutkan oleh sekolah dan masyarakat. Tak kalah pentingnya adalah pelibatan negara.

Dengan demikian anak akan diberikan rasa aman, bernilai, dihargai, dipahami dan dicintai. Kendala turunnya nilai- nilai karakter anak bangsa adalah derasnya arus informasi yang begitu pesat dari negara lain yang seolah-olah dunia kita tanpa batas ( globalisasi ), perbedaan persepsi tentang nilai karakter yang berbeda. Orang tua di rumah dan guru di sekolah hendaklah berfungsi sebagai pendamping untuk memberikan arahan kepada anak didik dan juga berfungsi sebagai filter untuk menyaring budaya yang negatif untuk dibuang dan menerima budaya yang positif untuk dikembangkan. Oleh sebab itu keluarga, sekolah dan masyarakat haruslah ada satu visi dan misi dalam mendidik siswa dalam kaitannya Pembangunan Karakter menuju generasi yang berkualitas.

Paparan di atas membuat penulis tergerak untuk mencarikan solusi permasalahan karakter anak bangsa dengan berusaha mengkaji makna, karakteristik, dan pendekatan yang telah dilakukan para ulama/wali atau tokoh agama dalam menanamkan nilai-nilai Islam Nusantara yang terbukti telah berhasil membentuk karakter anak bangsa. Penulis berusaha semaksimal mungkin menghadirkan wujud karakter pemikiran, pemahaman dan aktualisasi ajaran-ajaran Islam dengan mempertimbangkan tradisi/budaya lokal yang dianggap telah berhasil mempersatukan 17.000 pulau, 714-an suku bangsa, 500-an bahasa, ribuan tradisi budaya, dan 6 agama serta ratusan kepercayaan lokal hidup harmonis dan damai dalam bingkai satu kesatuan yaitu Indonesia.

Metode Penelitian

Metode penelitian dalam kajian ini adalah studi kualitatif dengan desain library research. Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan heuristik, yaitu pendekatan memperoleh pengetahuan dan informasi dari orang lain. Metode heuristik ini dipromosikan oleh Profesor Amstrong, menurut metode ini penulis sendiri yang harus menemukan fakta ilmu pengetahuan.

Islam Nusantara

Pembahasan Islam Nusantara diawali dengan pemaknaan Islam nusatara itu sendiri secara subtansi dan teori. Islam secara teologis merupakan sistem nilai dan ajaran yang bersifat ilahiah dan transenden.

Adapun dari aspek sosiologis, Islam merupakan fenomena peradaban, kultural, dan realitas sosial dalam kehidupan manusia. Islam memuat nilai dasar dan universal tentang keadilan, kejujuran, persamaan, persaudaraan, amanah, dan musyawarah. Semua norma dasar ini dimaksudkan untuk mewujudkan suatu kata kehidupan sosial kemasyarakatan yang beradab (civilised). (Masykur, Ali., 2014:31).

Islam Nusantara merupakan penamaan lain dari Islam ditinjau dari segi wilayah, yang bisa dibedakan dengan Islam Arab, Islam India, Islam Turki, dan lainnya. (Qomar, Mujamil.

2015:213) Islam Nusantara adalah paham dan aktualisasi nilai-nilai keislaman di tanah Nusantara sebagai hasil perpaduan antara doktrin syariat yang dipadukan dengan aktifitas keseharian masyarakat setempat.

Akhmad Sahal dan (Munawir Aziz, 2015:239). Pengertian serupa, “Islam Nusantara adalah Islam yang memiliki kekhasan tersendiri dalam mengaplikasikan ajaran-ajaran Islam di wilayah Indonesia, gabungan nilai

(5)

Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi masyarakat lokal, budaya dan adat istiadat masyarakat setenpat. (Bizawie, zainul. Dalam Akhmad Sahal dan Munawir Aziz,. 2015:239). Pemaknaan pertama menggambarkan bahwa secara substantif, Islam Nusantara merupakan pemahaman keislam yang implementasinya berlangsung di wilayah Nusantara sebagai akibat aktualisasi ajaran-ajaran keagamaan Islam yang berpadu antara firman Allah SWT. Dengan teradisi budaya masyarakat lokal, (local wisdom).

Definisi kedua merupakan Islam yang bernafaskan Indonesia, perpaduan nilai-nilai Islam teologis dengan nilai- nilai tradisi lokal. Sedangkan defenisi ketiga memberikan gambaran yang sangat jelas bahwa Islam nusantara adalah cara mengaplikasikan nilai-nilai Islam dengan menggunakan pendekatan aktualisasi sosial masyarakat setempat (lokal community). Islam nusantara adalah penamaan Islam bagi masyarakat yang bermukim diwilayah nusantara dengan keunikan tersendiri dalam pengaplikasian nilai-nilai ajaran keagamaan Islan dalam kehidupan keseharian masyarakat dengan tetap patuh pada doktir teologis dan syariat Islam yang telah disampaikan dan diaplikasikan oleh Rasulullah SAW.

(Alma’arif, 2015:288-289).

Islam Nusantara adalah: (1) Islam yang mampu menampilkan bentuk keragaman-keragaman sikap:

(a) Toleran (membiarkan dan menghormati tradisi dan budaya masyarakat atau kelompok lain tanpa saling mengganggu, (b) pembentukan karakter-karakter anak bangsa melalui lembaga pendidikan formal dan non formal seperti: pesantren, pengajian disurau dan lainnya) atau (c) melakukan perubahan pemahaman, pemikiran, dan aplikasi kegiatan yang dianggap bertentangan dengan doktrin

syriat dan agama secara bertahap tanpa melakukan tindakan kekerasan, (2) Islam yang mengutamakan keselarasan antara doktrin agama dengan budaya lokal. Tidak melarang dan menghilangkan budaya lokal yang mengandung unsur kemusyirikan namun merubah tujuan, mantra dan pola pikir masyarakat setempat, (3).

Islam yang senantiasa melakukan pembaruan (transformasi) dan perubahan tanpa menggunakan cara- cara radikal dan ekstrim, melakukan perubahan dengan mencari titi temu, musyawarah, dan penyelarasan pada saat mendapat kendala, (4) Islam yang selalu memberikan dorongan dan kekuatan untuk cinta agama, bangsa dan negara dan memajukan dan menjaga persatuan dan kesatuan, (5) Islam yang dikembangkan melalui Jalur dakwah, pendidikan, pelayanan sosial, kesenian, budaya serta kegiatan lainnya. (6) Islam yang memiliki karakter khas yaitu demokrasi, menerima perbedaan, cinta damai, menjauhi fanatisme dan menyelasaikan masalah dengan musyawarah dan gotong royong.

(Romli, Guntur. 2016:66-68).

Islam Nusantara merupakan Istilah budaya yang melekat pada aktivitas keislaman masyarakat yang bernaung didataran nusantara, aktualisasi Islam Nusantara merupakan gerakan yang muncul di tengah masyarakat untuk menanamkan kembali nilai-nilai keagamaan dengan menyelaraskan doktin teologis dan syariat Islam tanpa menghilangkan atau menolak aktifitas budaya yang lahir ditengah-tengah masyarakat namun meluruskan dan merubah tujuan, dan manfaat ritual menjadi islami dan bermanfaat bagi masyarakat bangsa dan negara.

(6)

Karakteristik Islam Nusantara

Islam Nusantara memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan Islam Timur Tengah yang merupakan pusat awal berkembangnya ajaran Islam hingga tersebar di berbagai belahan bumi ini. Nusantara memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri yang berbeda dengan kekhasan dan keunikan di daerah dan negeri yang lain, diantaranya keunikan tradisi dan budaya peradaban. (Ghozali, Moqsith.

2015:115) kekhasan dan keunikan ini menjadi pertimbangan para muballik ketika mempromosikan Islam di kepada masyarakat didataran Nusantara. Kekhasan dan keunikan inilah yang menjadi awal mula munculnya wujud nilai-nilai islam yang dikenal dengan Islam nusantara, terbentuklah wujud Islam yang berbeda dengan aktualisasi ajaran keagamaan Islam di Timur Tengah dalam hal muamalah. Islam Nusantara berwujud Islam yang ramah, terbuka, menerima perbedaan, inklusif, demokratis, dinamis dan bersahabat dengan perbedaan kultur, sub kultur, dan agama yang berbeda. Islam yang berwujud rahmatan li al-‘alamin, cinta damai, moderat, toleran, dan menghargai keberagaman, Islam yang merangkul, Islam yang membina, Islam yang mengajak tobat, bukan memukul, bukan menghujat, bukan menghina, bukan memaki-maki, Islam yang memberi pemahaman, bukan memaksakan, dan Islam yang mampu memberi solusi terhadap masalah- masalah yang dihadapi dan akan dihadapi bangsa dan negara tercinta indonesia. (Bizawie, 2015: 240-242, Sucipto, 2007:18, Syfii, Maarif.

2009:304 dan Martin Van Bruinessen dalam Hanneman Samuel & Henk Schulte Nordholt, 2004:61 )

Islam nusantara memiliki misi untuk msenjaga keseimbangan antara dua macam ekstrimitas, khususnya

antara pemikiran, pemahaman dan gerakan Islam fundamental dengan liberal, sebagai dua kutub ekstrimitas yang sulit dipadukan. Maka Islam nusantara berusaha menjaga stabilitas dengan mengambil jalan tengah yaitu memelihara dan mengembangkan kedamaian holistik, yakni kedamaian sesama umat Islam maupun dengan umat-umat lainnya, sehingga Islam nusantara membebaskan masyarakat dari ketakutan. Islam nusantara menawarkan perdamaian melalu musyawarah dalam penyelesaian masalah dan tidak berpijak pada pendekatan kekerasan dan ketergesa- gesaan. Islam nusantara juga merupakan upaya menyelamatkan bangsa dan negara dari konflik atau perang saudara, antar etnis, aliran, dan paham keagamaan seperti kondisi dunia sekarang ini khususnya dibagian timur tengah. (Hilaly, basya. 2007:392 dan Imarah, 2007:443) Peradaban Islam Nusantara dibangun berlandaskan kombinasi antara wahyu, syariat, akal, intuisi, dan keimanan pada dua kitab, yaitu kitab yang tertulis (al Quran dan hadis) dan kitab yang terbuka (fenomena alam semesta). Islam nusantara bergerak secara fleksibel dalam menyelesaikan tantangan dan kendala yang menghambat. Islam Nusantara merespon tradisi dan budaya yang sudah mengakar di masyarakat, Islam nusantara memperhitungkan kondisi/keadaan lokal dalam proses Islamisasi dan pembentukan identitas dan tradisi Islam di Nusantara. Proses Islamisasi di Indonesia terjadi secara bertahap menyebabkan Islam terintegrasi dengan tradisi, norma dan budaya masyarakat lokal. (Azra, Azyumardi. 2002:15 dan huda, Nur.

2013:61) Perjumpaan keduanya menyebabkan terjadinya proses saling mengambil dan memberi (take and give) antara ajaran Islam yang baru

(7)

datang dengan tradisi lokal yang telah lama mengakar di masyarakat.

Akhirnya Islam dan tradisi lokal benar- benar telah menyatu menjadi satu kesatuan, sebagai tradisi baru yang menyerap unsur-unsur dari keduanya.

Gambaran Islam lokal ini terjadi pada masa lampau, dan realitasnya masih terpateri secara jelas hingga sekarang ini. Banyak sekali budaya, tradisi, dan adat istiadat lokal yang diwarnai Islam terus berkembang, dan sebaliknya juga banyak pemahaman serta pengamalan ajaran Islam yang dipengaruhi oleh budaya dan tradisi lokal yang telah berkembang dan mengakar di masyarakat.

Islam hadir dinusantara melalu jalan damai mempengaruhi akulturasi budaya lokal dengan Islam.Tradisi dan budaya senantiasa berkembang terutama melalui peralihan generasi ke generasi. Tiga hal pokok yang menjadi nilai plus Islam bagi masyarakat lokal (1) Islam menerima bahkan mengembangkan tradisi masyarakat yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia; (2) Islam secara tegas tanpa konpromi menolak dan merubah dengan damai tradisi dan unsur-unsur budaya yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam; dan (3) Islam menerima dan membiarkan tradisi dan budaya masyarakat lokal seperti cara berpakaian, bermusyawarah dan cara bermuamalah yang dianggap bermanfaat dan mendukung penyejahteraan masyarakat.

Perkembangan kebudayaan Islam di Indonesia merupakan hasil aktualisasi antara nilai-nilai Islam secara menyeluruh (kappah) dengan budaya dan tradisi kultural masyarakat lokal dari sabang sampai merauke dan lingkup indonesia. (Fuad, yusuf. 2014:1 dan Machasin, 2011:187 dan Madjid, Nurcholish. 1996:92) Islam berdialog

secara damai dengan budaya lokal Nusantara yang berbeda dengan budaya Arab dan ajaran Islam yang telah dipraktekkan di tanah arab.

Nuansa dialog yang damai juga dilakukan Islam dengan agama lokal animisme, dinamisme dan Hindu- Budha yang sudah berkembang terlebih dahulu ditanah nusantara sebelum ajaran agama Islam datang dan dikembangkan di nusantara.

Dialog damai dapat terlaksana dan tercapai dengan baik lantaran dipengaruhi beberapa faktor diantyaranya: faktor pendekatan sufistik dalam menyebarkan ajaran dan paham keIslaman. (Wijaya, Aksin.

2011:179) Pendekatan sufistik dalam melakukan dialog religius tampaknya efektif karena pendekatan ini mampu mencairkan hubungan dan interaksi antar pemeluk agama, sehingga pemeluk Animisme, Dinamisme, Hindu dan Budha bisa cepat merapat pada ajaran Islam sebagai agama baru bagi mereka. Akhirnya sebagian besar mereka melakukan konversi agama menuju pangkuan Islam. Hasil dialog- religius yang interaktif inilah pada gilirannya yang memunculkan Islam Nusantara yang khas. Karena itu, Islam Indonesia memiliki karakter khusus yang berlainan dengan Islam di kawasan lainnya, dalam batas-batas tertentu, disebabkan kondisi geografis.

Islam Nusantara ini merupakan cara melaksanakan Islam melalui pendekatan kultural, sehingga merawat dan mengembangkan budaya (tradisi) lokal yang sesuai dengan ajaran Islam, dan berusaha mewarnai budaya (tradisi) lokal itu dengan nilai- nilai Islam manakala budaya (tradisi) tersebut masih belum senafas dengan Islam. Islam sangat menghargai kreasi- kreasi kebudayaan masyarakat, sejauh tidak menodai prinsip-prinsip kemanusiaan, ia tetap dipertahankan.

Namun, jika budaya (tradisi) itu

(8)

mencederai martabat kemanusiaan, ia harus ditolak. Islam Nusantara tidak menghamba pada tradisi karena tidak kebal terhadap kritik bahkan aktualisasinya banyak menerima masukan. Hanya tradisi yang menghormati nilai-nilai kemanusiaan yang perlu dipertahankan. Mekanisme kerja Islam Nusantara ini melalui pendekatan adaptif-selektif dengan menggunakan filter yang ketat terhadap budaya (tradisi) lokal yang telah mengakar di masyarakat. Dengan pendekatan ini, Islam diharapkan berperan aktif mempengaruhi budaya maupun tradisi lokal tersebut.

Karakteristik Islam nusantara yang telah dipaktekkan masyarakat dibumi nusantara dan dapat disaksikan hingga saat ini diataranya:

(1) Pertama Islam nusantara adalah hasil produk dari dakwah diantara tokohnya adalah wali songo atau wali sembilan, yaitu proses pengislaman dengan jalan damai melalui akulturasi tradisi, budaya dengan ajaran inti Islam ramtanlilalamin. Karenanya Islam berkembang dengan cepat ditanah nusantara ini. Jalan damai yang telah dilakukan para dai dalam mengembangkan ajaran islam dinilai oleh pakar Islam diantaranya Anwar Ibrahim, sebagai sebuah proses pengislaman yang terbaik dan yang paling sesuai dilakukan ditengah keberagaman dan kemajemukan masyarakat suatu bangsa dan negara.

(2) Penganut setia faham Ahlusunnah dengan watak moderat. Sebagai ciri yang menonjol dalam identitras Islam Nusantara. Jika dikaji inilah yang menjadi satu hal yang nampak bertolak belakang dengan cara berpikir masyarakat timur tengah yang dianggap masih kaku dalam aktualisasi ajaran-ajaran Islam. (3) Masyarakat nusantara memilih mazhab dan panutan bukan sembarangan dan asal pilih. Selama ini yang dipilih atau

dijadikan panutan adalah mereka yang mempunyai kemampuan intelektual yang memadai dan teruji dalam sejarah serta mereka yang mempunyai integritas, sosok ulama yang benar- benar independen, sehingga hasil ijtihadnya merupakan hasil dari pengetahuan yang lengkap dan hati yang jernih tanpa diintervensi kepentingan nafsu dan kebutuhan pribadi dan keluarga. Masyarakat Islam nusantara dalam bidang fiqih mengikut salah satu mazhab fiqih yaitu hanafi, maliki, syafi’i dan hanbali.

Namun demikian yang paling populer dan yang diajarkan dan menjadi pilihan faforit adalah mazhab syafi’i, karena sedikit banyaknya banyak yang sejalan dengan kondisi dan keadaan masyarak sehingga wajar jika kitab- kitab literatur fikih didominasikan mazhab syafi’i walaupun tidak membatasi dan mengahalangi masyarakat dominan kesatu mazhab.

(4) Mayoritas masyarakat Islam nusantara adalah pengamal ajaran tasawuf yang didapatkan melalui kajian tarekat didaerah masing-masing karena kajian tarekat dianggap mengantar masyarakat menuju pemahaman hakikat tentang pelaksaan syariat sehing berkembang dengan cepat dikalang masyarakat awan khususnya. Tokoh-tokoh tasawuf yang menjadi panutan antara lain Syaikh Abdul Qadir Jailani, Imam Ghazali, Imam Syazili dan lain sebagainya yang sangat populer dikalangan Islam nusantara. Hal ini yang dianggap menjadi salah satu faktor Islam nusantara berwujud harmoni, toleran, dan menghargai pluralitas sebagaimana yang telah di praktekkan dan diperlihatkan masyarakat di dataran nusantara, (5) Masyarakat Islam nusantara telah mengamalkan sikap toleran atau tasamuh ini sebagia bagian dari landasan ajaran Islam yang memberi kebebasan beragama. Islam

(9)

bukan saja mengecam pemaksaan agama, tetapi lebih dari itu sangat menjunjung tinggi hak-hak non muslim dalam pemerintahan kerajaan Islam, karena hubungan Islam dan non Islam adalah hubungan damai, kecuali jika terjadi perkara-perkara yang yang dianggap dapat meruntuhkan dan menghancurkan benteng akidah, dan pelanggaran-pelanggaran yang krusial dan tidak ada jalan lain selain memerangi atau berperan, (6) Islam nusantara berpandangan kearifan dan kebudayaan lokal tidak dapat dihilangkan namun, perlu dilestarikan sebagai jati diri sebuah bangsa selama tidak bertentangan dengan syariat dan doktrin agama yang ada di dalam al- qur’an dan assunnah dengan dalih bahwa Allah menciptakan manusia dalam berbagai suku (qobail) dan berbangsa- bangsa (syu’uba) lita’taarafu untuk saling ta’aruf (saling pengertian) tentang suku bangsa, tentu juga dengan budaya, (7) Visi Islam rahmatan lil’alamin sebagai misi utama dalam mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan. Dalam hal ini selalu merujuk kepada tugas utama mulia Nabi Muhammad SAW, yaitu tugas yang suci, tugas yang sempurna dan tugas yang meyeluruh dari ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi. Karena itu jelas bahwa risalah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw adalah memberi rahmat sebagaimana firman Allah swt. Dalam Qur’an surat al- anbiya ayat 107 artinya “Tiada kami utus engkau Muhammad melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam”.ayat ini menggambarkan bahwa Rasulullah saw diutus untuk mempersatukan ummat manusia dengan contoh prilaku sebagaimana yang telah dipraktekkan selama hidup di dunia. (8) dalam memahami nash menggunakan pendekatan literal dalam hal yang bersifat Qath’i, seperti wajibnya solat serta tata cara ibadah mahdhah, rukun

Islam, rukun iman, dan sebagainya.

Oleh karena itu pendekatan literal dalam menggunakan nash lebih terfokus pada hal-hal yang bersifat ibadah mahdhah dan persoalan teologi.

Sedangkan dalam kaitan kemasyarakatan lebih menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan ini tidak hanya mengambil makna teks tetapi lebih banyak mengambil substansi atau nilai-nilai yang terkandung dalam nash.

Pengembangan Islam Nusantara Penyebaran Islam di Indonesia tidak terlepas dari peran saudagar muslim, ulama dan mubaligh melalui proses perdagangan, hubungan sosial dan pendidikan. Para ulama Jawa terkenal dengan sebutan wali songo atau wali sembilan. Beberapa sejarawan menyebutkan, bahwa awal masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7, ada pula pendapat lain yang menyatakan pada abad 13. Agama Islam dibawa dan dikembangkan oleh para saudagar muslim dari Gujarat, Arab, dan Persia. Agama ini diterima di Indonesia tidak hanya dikalangan bangsawan tetapi juga tokoh masyarakat kepala suku dan para ketua adat. Agama Islam disebarkan dimulai dari daerah pesisir perkotaan hingga ke daerah yang terletak di daerah terpencil (pedalaman).

Walisongo mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengembangan Islam di pulau jawa.

Bahkan mereka adalah perintis utama dakwah Islam di indonesia. Sekaligus pelopor penyiaran agama Islam di nusantara ini. wali adalah singkatan dari perkataan arab waliyullah dan itu bermaksud “orang yang mencintai dan dicintai Allah swt. sedangkan songo merupakan bahasa jawa yang bermakna sembilan. Jadi walisongo diartikan dengan wali sembilan yakni sembilan orang yang mencintai dan

(10)

dicintai Allah swt. Gelaran yang sedemikian diberikan oleh masyarakat yang bermukim disalah satu bagian terkecil dibumi nusantara yang dikenal dengan pulau jawa. Mereka dianggap penyiar-penyiar agama Islam yang berperanan besar dalam menyebarkan dan mendakwahkan ajaran-ajaran agama Islam di indonesia umumnya dan pulau jawa pada khususnya.

Disamping itu, para wali songo merupakan para intektual, cendekia dan panutan masyarakat karena telah melakukan praktek-praktek keagamaan Islam dengan cara yang unik dan merupakan suatu kebaharauan dalam pandangan masyarakat pada samannya dan bahkan hingga saat ini kesembilan wali ini masih dikenang oleh masyarakat sebagai muballik, pelopor, pembaharu sekaligus tauladan yang dapat diikuti langkah-langkah aktualisasi nilai-nilai keislamannya dalam keseharian.

Adapun kesembilan wali tersebut adalah : Sunan Gresik atau dikenal juga dengan (Syeikh Maulana Malik Ibrahim), Sunan Ampel atau (Raden Rahmat), Sunan Giri atau (Raden Paku), Sunan Bonang atau (Raden Makdum Ibrahim), Sunan Drajat atau (Syeikh Syarifudin), Sunan Kudus atau (Syekh Ja’far Shadiq), Sunan Muria atau (Raden Umar Said), Sunan Gunung Jati atau ( Sayid Syarif Hidayatullah), dan Sunan Kalijaga atau (Raden Mahmud Syahid). Para Wali ini telah berhasil menanamkan nilai-nilai keislaman dengan menggunakan metode, tekhnik dan strategi khusus dan bahkan berbeda satu sama lain walaupun intinya sama-sama mengajak dan mendidik masyarakat bagaimana praktek pengamalan nilai- nilai kepercayaan sebagai masyarakata Islam. Adapun praktek dan berbagai pendekatan yang telah dialakukan diantaranya : (1) Pendekatan Teologis:

Menanamkan dasar-dasar keyakinan

dan pandangan hidup Islami kepada masyarakat atau rakyat kalangan bawah yang pada waktu itu merupakan mayoritas sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan Gresik dan Sunan Ampel, (2) Pendekatan Ilmiah:

Menderikan lembaga pendidikan pesantren, melakukan pelatihan dakwah secara tuntas mulai pemantapan materi, retorika dan penyesuaian kondisi kultur dan budaya masyarakat setempat. Seperti yang dilakukan Sunan Giri membangun pesantren dan melatih da’i untuk dikirim ke daerah-daerah seperti Madura, Bawean sampai Maluku, (3) Pendekatan kelembagaan: Dengan mendirikan pemerintahan atau kerajaan, lembaga peribadatan seperti masjid-masjid, mushallah dan surau atau bangunan lainnya untuk dijadikan tempat penanaman nilai-nilai keagamaan Islam, seperti yang dilakukan oleh Sunan Demak, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati, (4) Pendekatan Sosial: Pembinaan kegiatan sosial dan kualitas muamalah masyarakat sesuai dengan ajaran- ajaran Islam dengan mendatangi masyarakat hingga kepelosok seperti yang telah dilakukan oleh Sunan Muria dan Sunan Drajat yang lebih senang hidup ditengah-tengah rakyat kecil yang jauh dari keramaian, membina dan meningkatkan kualitas keagamaan dan kehidupan sosial masyarakat, (5) Pendektan Kultural: melakukan Islamisasi budaya yaitu budaya masyarakat yang sudah ada di Islamisasikan tanpa menghapus atau menghilangkan tradisi atau budaya masyarakat dengan merubah tujuan, hakikat, dan materi kegiatan yang dianggap masih terdapat penyimpangan dalam pelaksanaan taradisi tersebut sebagaimana yang telah dialakukan Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. (Nadjih, Anis.

2005:135)

(11)

Dalam lingkup Indonesia walisongo sesungguhnya telah memainkan peranan yang penting dalam penyebaran agama Islam di Nusantara khususnya di pulau jawa, yaitu dengan cara berdakwah dan mendirikan lembaga pendidikan seperti pondok pesantren dan lembaga pendidikan lainnya baik formal dan non formal. Para pedagang Islam juga berperan sebagai muballigh yang datang berdagang dan melakukan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berlangsung dimulai dari pesisir, perkotaan hingga pedalaman atau daerah yang terpencil dengan berjalan mendatangi masyarakat dari daerah yang satu kedaerah yang lainnya, pendekatan, metode dan strategi yang digunakan mendapat respon yang positif dari masyarakat setempat karenakan menggunakan pendekatan yang tepat yaitu perpaduan anatara psikologi dan sosial budaya.

Simpulan

Islam Nusantara dalam lingkup indonesia adalah Islam yang berkarakter khusus sebagai hasil dari penyelarasan antara nilai-nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi dan budaya masyarakat lokal (local wisdom community), dengan ciri khas Islam yang mengutamakan kesinambungan dan kontinuitas dengan budaya lokal, Islam yang mampu menampilkan keragaman-keragaman khasanah budaya lokal, Islam yang melakukan perubahan dan pembaruan

(transformasi) dengan

mengedepankan perubahan yang terbatas, tidak radikal, ekstrim, menjauhi cara-cara kekerasan dan mencari jalan tengah, kompromi, dan musyawarah dan menyelesaikan permsalahan, Islam yang bertransformasi sebagai kekuatan kebangsaan dan kemajuan, Islam yang

ditanamkan melalui: pendidikan, pelayanan sosial, kesenian dan budaya serta kegiatan-kegiatan kultural lainnya, Islam toleran (tasamuh) dan menjauhi fanatisme (ta’ashshub) dan kekerasan, Islam yang ramah, terbuka, inklusif dan mampu memberi solusi terhadap masalah-masalah bangsa dan negara. Islam yang dinamis dan bersahabat dengan lingkungan kultur, sub kultur, dan agama yang beragam.

Nialai-nilai Islam nusantara dapat ditanamkan kepada anak bangsa melalui pendekatan teologis, yaitu menanamkan nilai-nilai Islam nusantara melalui dakwah dan pengajian-pengajian, pendekatan ilmiah, yaitu menanamkan nilai-nilai Islam nusantara melalui sekolah mulai dari tingga dasar hingga tingkat tinggi, pendekatan kelembagaan, yaitu membentuk lembaga khusus yang bertujuan mengontrol aktualisasi penanaman nilai-nilai Islam nusantara di semua lembaga khususnya lembaga pendidikan Islam, pendekatan sosial adalah penanaman nilai-nilai Islam nusantara melalui kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan dan pendekatan kultural yaitu menanamkan nilai-nilai Islam nusantara pada kegiatan- kegiatan kebudayaan.

Ucapan terimakasi ditujukan kepada Reflianto dan Mufiqurahman yang telah membantu analisis data dan proof reader artikel ini. Sehingga layak menjadi salah satu bahan referensi terhadap upaya pembentukan atau kontrol karakter anak bangsa dari dampak negatif budaya asing melalui penanaman nilai-nilai Islam Nusantara.

Yaitu: akulturasi antara ajaran doktrin dan syariat agama Islam dengan kearifan budaya lokal.

DAFTAR RUJUKAN

Alma’arif,. 2015. ISLAM NUSANTARA:

Studi Epistemologis Dan Kritis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

(12)

ANALISIS: Jurnal Studi KeIslaman, Volume 15, Nomor 2, Desember.

Azra, Azyumardi,. 2002. Islam Nusantara Jaringan Global dan Lokal, Bandung: Mizan.

Basya, M. Hilaly,. 2007. Islam Moderat di Asia Tenggara. Dalam Hery Sucipto (Eds.), Islam Madzhab Tengah Persembahan 70 Tahun Tarmizi Taher. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu

Bizawie, Zainul Milal,. 2015. Islam Nusantara Sebagai Subjek dalam Islamic Studies: Lintas Diskursus dan Metodologis. Dalam Akhmad Sahal dan Munawir Aziz (Eds.), Islam Nusantara dari Ushul Fiqh hingga Paham Kebangsaan.

Bandung: Mizan.

Bruinessen, Martin Van,. 2004. Post- Soeharto Muslim Engegement with Civil Society and Democratization. Dalam Hanneman Samuel & Henk Schulte Nordholt (Eds.), Indonesia in Transition Rethinking ‘Civil Society’,

‘Region’, and ‘Crisis’. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Ghozali, Abdul Moqsith,. 2015.

Metodologi Islam Nusantara.

Dalam Akhmad Sahal dan Munawir Aziz (Eds.), Islam Nusantara dari Ushul Fiqh hingga Paham Kebangsaan.

Bandung: Mizan.

Huda, Nor,. 2013. Islam Nusantara Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia. Yogyakarta: Arruzz Media.

Imarah, Muhammad. 2007. Islam Moderat Sebagai Penyelamat Peradaban Dunia. Dalam Hery Sucipto (Eds.), Islam Madzhab Tengah Persembahan 70 Tahun Tarmizi Taher. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.

Khalil, Ahmad,. 2008. Islam Jawa Sufisme dalam Etika & Tradisi Jawa. Malang: UIN Malang Press.

Lickona, T,. 1991. Education for Character: How Our School can

Teach Respect and

Responsibility. New York:

Bantam Books.

Maarif, Ahmad Syafii,. 2009. Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan Sebuah Refleksi Sejarah. Bandung:

Mizan Bekerjasama dengan Maarif Institute.

Machasin,. 2011. Islam Dinamis Islam Harmonis Lokalitas, Pluralisme, Terorisme. Yogyakarta: LkiS.

Madjid, Nurcholish. 1996. In Search of Islamic Roots for Modern Pluralism: The Indonesian Experiences. Dalam Mark R.

Woodward (Eds.), Toward A New Paradigm Recent Developments in Indonesian Islamic Thought. Arizona:

Arizona State University.

Musa, Ali Masykur., 2014.

Membumikan Islam Nusantara:

Respons Islam Terhadap Isu-Isu Aktual, Jakarta: PT SERAMBI ILMU SEMESTA.

Nadjih, Afif. Anies,. 2005. Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman, Jakarta: Lantabora Press.

Qomar, Mujamil,. 2012. Fajar baru Islam Indonesia? Kajian komprehensif Atas Arah Sejarah dan Dinamika Intelektual Islam Nusantara. Bandung: Mizan.

...,. 2015. ISLAM NUSANTARA: Sebuah Alternatif Model Pemikiran, Pemahaman, dan Pengamalan Islam, IAIN Tulungagung: jurnal: el Harakah Vol.17 No.2.

Romli, Mohamad Guntur., 2016. Islam Kita Islam Nusantara Lima Nilai Dasar Islam Nusantara, Cet. 1

(13)

Tangerang Selatan: CIPUTAT School.

Sahal, Akhmad dan Aziz, Munawir, 2015. Islam Nusantara dari Ushul Fiqh hingga Paham Kebangsaan. Bandung: Mizan.

Sucipto, Hery (Eds.). 2007. Islam Madzhab Tengah Persembahan 70 Tahun Tarmizi Taher.

Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.

Tilaar, H.A.R,. 2008. Karakteristik Bangsa dalam Perspe-ktif Pedagogik Kontemporer, dalam Saifudin dan Karim, Refleksi

Karakter Bangsa. Jakarta:

Forum Kajian Antropologi Indonesia.

Wijaya, Aksin. 2011. Menusantarakan Islam Menelusuri Jejak Pergumulan Islam Yang Tak Kunjung Usai di Nusantara.

Ponorogo: STAIN Po Press.

Yusuf, Choirul Fuad dan Haris,. 2014.

Tawalinuddin (Eds), Inskripsi Islam Nusantara Jawa dan Sumatera. Jakarta:

Puslitbang Lektur dan khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil karakterisasi kulit batang lantung terlapis pati talas yang direndam dalam air secara umum menunjukan hasil yang sama dengan hasil uji tarik sampel yang tanpa

Menurut Assauri (1999:4) mendefinisikan pemasaran: “Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu

Tindakan pembedahan telah berhasil dilakukan dengan anestesi umum dengan memfokuskan pada prinsip-prinsip yang berlaku untuk pasien usia lanjut dan sesuai dengan

Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dan Timbulnya Caries Dentis dari 126 sampel tercatat 49 responden dari 66 responden perokok aktif mengalami caries dentis dengan rincian yang

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ostroff (2012) mengemukakan bahwa kepuasan kerja mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja,

Kajian yang dijalankan ini adalah untuk mengenalpasti kehadiran DNA khinzir daripada air tangki, perut, kulit dan isi ikan menggunakan masa nyata tindak balas polimerisasi

yang memenuhi ketentuan indikator penilaian kinerja unit penyelenggara layanan publik sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Untuk itu diperlukan media untuk berbagi data dan penyimpanan data yang dapat digunakan kapanpun dan dimanapun dengan kapasitas yang besar serta gratis, Salah