• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Peserta Didik Kelas X SMKN 6 Pangkep Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penerapan Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Peserta Didik Kelas X SMKN 6 Pangkep Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BELAJAR TUNTA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PESERTA DIDIK KELAS X SMKN 6 PANGKEP KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

NURUL HIKMAH NIM: 2010116065

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Hikmah

NIM : 20100116065

Tempat, Tanggal Lahir : Kulambing, 21 November 1997

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Samata, Gowa

Judul : Penerapan Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Peserta Didik Kelas X SMKN 6 Pangkep Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, atau oleh oranglain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata-Gowa, 02 Desember 2022 Penyusun,

Nurul Hikmah NIM. 20100116065

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. seru sekalian alam, shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw., para sahabat, keluarga serta pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa sejak persiapan dan proses penelitian ini terdapat banyak kesulitan dan tantangan yang dihadapi, namun berkat ridha dari Allah swt. dan bimbingan dari berbagai pihak maka segala kesulitan dan tantangan yang dihadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, lewat tulisan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengucapkan permohonan maaf dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda Sinrang dan Fatmawati tercinta yang dengan penuh cinta dan kesabaran serta kasih sayangnya dalam membesarkan serta mendidik penulis serta kepada kakak, adik dan sahabat-sahabat saya tercinta yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Begitu pula penulis sangat mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. H. Hamdan, M.A., Ph.D. selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H.Mardan, M.Ag., selaku Wakil Rektor I, Prof. Dr. H.

Wahyuddin Naro, M.Hum., selaku Wakil Rektor II, Prof. Dr. H.

Darussalam, M.Ag., selaku Wakil Rektor III, Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag., selaku Wakil Rektor IV, yang telah membina dan mempin UIN Alauddin Makassar menjadi tempat bagi peneliti untuk memperoleh ilmu baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

2. Dr. H. Marjuni, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, Dr. M. Shabir U., M.Ag. selaku Wakil Dekan I, Dr. M. Rusdi, M.Ag., selaku Wakil Dekan II, dan Dr. H. Ilyas Ismail,

(6)

vi

M.Pd., M.Si. selaku Wakil Dekan III, yang telah membina penulis selama kuliah.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A. dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I.

selaku Ketua Jurusan dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan arahan, koreksi, pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini serta membimbing penulis sampai ke tahap penyelesaian.

4. Drs. Muh. Yusuf Hidayat, M.Pd. dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I.

selaku Pemimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan bersedia memberi arahan, koreksi, pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini serta membimbing penulis sampai tahap penyelesaian.

5. Dr. Hj. Rosmiaty Azis, M.Pd.I.dan Nur Khalisah L., S.Ag., M.Pd. selaku Penguji I dan II yang telah memberi arahan, koreksi, masukan dan pengetahuan baru dalam perbaikan skripsi ini.

6. Para dosen, karyawan/karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang secara konkrit memberikan bantuannya baik langsung maupun tidak langsung.

7. Kepala sekolah, guru-guru dan para staf pendidik serta adik-adik peserta didik pada kelas X di SMKN 6 Pangkep yang telah membantu dalan memperoleh data.

8. Kepada sahabat-sahabat tercinta Yuliasti, Irma Suryani, Aprilianti Hasan, Nurannisa, dan Selfiana Arsyad yang telah membantu dalam mengolah data serta senantiasa memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada teman-teman PAI 3-4, terima kasih atas bantuan, nasehat dan semangatnya sehingga penulis bisa sampai di titik ini.

(7)

vii

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan sumbangsi kepada penyusun selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

Samata-Gowa, 25 November 2022 Penulis

NURUL HIKMAH

(8)

v DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... PENGESAHAN SKRIPSI... KATA PENGANTAR ... ii

iii iv DAFTAR ISI... v

DATAR TABEL DAN GAMBAR... vi

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Hipotesis Penelitian... ... 7

D. Definisi Operasional Variabel... ... 8

E. Kajian Pustaka... ... 8

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 11

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 13

A. Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas... 14

B. Tinjauan Tentang Hasil Belajar ... 29

C. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 44

A. Jenis dan Lokasi Penelitian... 44

B. Pendekatan Penelitian... 45

C. Populasi dan Sampel ... 46

D. Metode Pengumpulan Data... 48

E. Instrumen Penelitian ... 48

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 56

A. Hasil Penelitian... 56

B. Pembahasan ... 77

BAB V PENUTUP... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Implikasi Penelitian ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(9)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas.... ... 19

Table 3.1 Nonequivalent Control Group Design... 36

Tabel 3.2 Populasi Kelas X SMKN 6 PANGKEP... 37

Tabel 3.3 Sampel Kelas X SMKN 6 PANGKEP ... 38

Tabel 3.4 Kategorisasi Hasil Belajar Kurikulum K13... 44

Tabel 4,1 Data Hasil Belajar Kelas Kontrol... 48

Tabel 4.2 Nilai Hasil Belajar Kelas Kontrol ... 49

Tabel 4.3 Kategorisasi Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol... 50

Tabel 4.4 Kategorisasi Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol ... 51

Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 53

Tabel 4.6 Nilai Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 54

Tabel 4.7 Kategorisasi Hasil Belajar Pretest Kelas Eksperimen ... 55

Tabel 4.8 Kategorisasi Hasil Belajar Posttest Kelas Eksperimen... 56

Tabel 4.9 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 58

Tabel 4.10 Uji Normalitas Kelas Eksperimen... 60

Tabel 4.11 Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol & Eksperimen .... 61

Tabel 4.12 Uji Homigenitas Posttest Kelas Kontrol & Eksperimen.... 62

Tabel 4.13 Uji Paired Samples Test... 64

Tabel 4.14 Lembar Observasi Peserta Didik... 66

Tabel 4.15 Lembar Observasi Pendidik ... 67

(10)

vii ABSTRAK Nama : Nurul Hikmah

NIM : 20100116065

Fak/Jur : Tarbiyah dan Keguruan/ Pendidikan Agama Islam

judul :Penerapan Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Peserta Didik Kelas X SMKN 6 Pangkep Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

Skripsi ini membahas tentang penerapan strategi pembelajaran belajar tuntas dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik pada kelas X di SMKN 6 Pangkep Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui hasil belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik yang diajar tanpa menggunakan strategi pembelajaran belajar tuntas pada kelas X di SMKN 6 Pangkep Kabupaten Pangkajene da Kepulauan, (2) mengetahui hasil belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran belajar tuntas pada kelas X di SMKN 6 Pangkep Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, (3) menganalisis penerapan strategi pembelajaran belajar tuntas berpengaruh terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik pada kelas X di SMKN 6 Pangkep Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian quasi experimental dengan desain penelitian non-equivalent control group design.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan tes.

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.

Hasil penelitian secara deskriptif diperoleh rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik pada kelas X Akuntansi yang diajar tanpa menggunakan strategi pembelajaran belajar tuntas sebesar 55,34 dan berada pada kategori “sedang” sedangkan rata-rata hasil belajar peserta didik pada kelas X Agribisnis yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran belajar tuntas sebesar 71 dan berada pada kategori “tinggi”. berdasarkan pada hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji hipotesis (uji paried samples test) pengolahan data SPSS versi 20 diperoleh Sig = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima karena sig (2-tailed) < α atau (0,000 < 0,05), dengan demikian kesimpulan akhir penelitian atau hipotesis yang diterima Ha yaitu terdapat pengaruh karna adanya perbedaan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang signifikan anatara kelas yang diajar tanpa menggunakan strategi pembelajaran belajar tuntas dengan kelas yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran belajar tuntas.

Implikasi penelitian ini adalah peneliti berharap strategi pembelajaran belajar tuntas dapat dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif dalam proses belajar mengajar serta hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama mengenai strategi pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan khususnya di SMKN 6 Pangkep

(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan formal di sekolah pada hakikatnya dimaksudkan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Tujuan pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam UU tersebut harus dipahami agar praksis pendidikan yang dilaksanakan mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi manusia, maka pelaksanaannya harus berdasarkan landasan yang telah ditetapkan dan tidak secara sembarangan.1

Dalam Islam, orang yang berilmu bahkan ditinggikan derajatnya oleh Allah swt. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Mujaadilah/58:11.































































1Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Yogyakarta: Bening, 2010), h. 17.

(12)

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:”Berlapang- lapanglah dalam dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:”Berdirilah kamu:”, di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.2

Berdasarkan ayat di atas dapat diketahui betapa pentingnya pendidikan untuk kehidupan kita. Bahwa Allah swt telah menjanjikan derajat yang tinggi untuk orang-orang yang berilmu. Abdurrahman al-Nahlawi dalam Hery Noer Aly memberikan kesimpulan, yaitu:

1. Pendidikan adalah proses yang mempunyai tujuan, sasaran dan target.

2. Pendidikan yang sebenarnya adalah Allah, karena dialah yang menciptakan fitrah dan bakat bagi manusia Dialah yang membuat dan memberlakukan hukum-hukum perkembangan serta bagaimana fitrah dan bakat-bakat itu berinteraksi. Dialah pula yang menggariskan syariat untuk mewujudkan kesempurnaan, kebaikan dan kebahagiaan.

Fungsi pendidikan adalah membimbing anak kearah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Pedidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan pendidikan. Apa yang diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua peserta didik.3

Fungsi dan tujuan pendidikan dapat dicapai melalui penyelenggaraan pendidikan yang ditunjang oleh pelaksanaan pembelajaran yang baik oleh guru dan peserta didik. Sehingga sangat perlu oleh guru memperhatikan proses belajar mengajar (PBM) yang berlangsung di dalam kelas baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta evaluasi pembelajaran. Pada dasarnya PBM adalah interaksi antara manusia, sumber daya, dan lingkunganya.

2Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan dilengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Hadits Sahih (Bandung: PT Sygma,2007), h. 544.

3S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar (Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2003), h. 35.

(13)

didik belajar dan keaktifan guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan menantang. Cara belajar peserta didik aktif dapat berlangsung dengan efektif, bila guru melaksanakan peran dan fungsinya secara aktif dan kreatif, mendorong dan membantu serta berupaya mempengaruhi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Keaktifan guru dilakukan pada tahap-tahap kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut pembelajaran.

Namun, adakalanya walaupun guru aktif dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, masih saja terdapat peserta didik yang memperoleh nilai hasil belajar di bawah KKM utamanya pada mata pelajaran pendidikan agama Islam yang cenderung sulit bagi peserta didik. Salah satu masalah yang ada pada mata pelajaran pendidikan agama Islam yaitu peserta didik belum bisa memahami secara penuh materi atau pokok bahasan tertentu sehingga pembelajaran belum tuntas.

Menurut teori, belajar tuntas peserta didik yang berbeda memerlukan waktu yang berbeda untuk mencapai tingkat yang sama dari penguasaan pembelajaran. Bloom menyarankan bahwa meskipun penggunaan intruksional nontradisional metode, yang paling penting dalam pengaturan sekolah terus menetapkan jumlah waktu tertentu untuk menyelesaikan konten pendidikan dan kemudian menilai peserta didik sesuai dengan derajat penguasaan yang mereka ingin capai. Ketika menerapkan konsep belajar tuntas guru harus membagi kurikulum menjadi unit yang lebih kecil dan menetapkan tujuan untuk setiap unit di awal.4 Guru memegang peranan penting dalam pencapaian hasil belajar peserta didik. Guru merupakan ujung tombak kegiatan di sekolah karena berhadapan langsung dengan peserta didik.

4Chung-Hung Lin, Game-Based Remedial Intruction in Mastery Learing for Upper- Primary School Student, Taiwan:National Central University No. 16 Vo. 2 (2011), h. 273.

(14)

mengelolah proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu, guru dituntut untuk selalu profesional dalam melaksanakan tugasnya. Guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.5

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena secara langsung dapat mempengaruhi, membina, dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan peserta didik. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara atau strategi pembelajaran yang baik dan mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan konsep- konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.

Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar peserta didik khususnya pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Misalnya dengan membimbing peserta didik bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu peserta didik berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya yang akan lebih menguatkan pemahaman pesera didik terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan motivasi dan minat belajar. Tanpa adanya minat menandakan bahwa peserta didik tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi untuk belajar sehingga memiliki hasil belajar yang baik.

5Najib Subhan, Pembangunan Karakter Pada Anak (Surabaya: SIC, 2006), h. 102.

(15)

model pembelajaran agar hasil belajar peserta didik yang rendah akan lebih baik lagi. Peneliti memilih metode pembelajaran ini dengan mengkondisikan peserta didik untuk terbiasa menemukan, mencari, mendiskusikan, sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran.6

Dalam model pembelajaran belajar tuntas peserta didik lebih aktif dalam memecahkan menemukan masalah sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk untuk memecahkan masalah itu.

Melalui model pembelajaran belajar tuntas ini, peserta didik diberi peluang untuk maju sesuai dengan kemampuan dan kecepatan mereka sendiri serta dapat meningkatkan tahap penguasaan pembelajarannya. Konsep model pembelajaran belajar tuntas dilandasi oleh pandangan bahwa semua atau hampir semua peserta didik dapat menguasai apa diajarkan di sekolah, bila pengajaran dilakukan secara sistematis.7

Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan atau keterampilan dengan baik asal diberikan waktu yang sesuai dengan kebutuhannya. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan dan upaya untuk menguasai sesuatu yang dipelajari.

Tahap penguasaan bergantung kepada kualitas pembelajaran yang dialaminya.

Guru perlu memilih model pembelajaran yang tepat agar peserta didik lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Melalui model pembelajaran belajar tuntas, proses belajar dilakukan secara sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada peserta didik berdasarkan kelompok

6Soetomo, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar (Surabaya:Usaha Nasional, 2004), h.

4.

7Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Bru Algensindo, 2014), h. 95.

(16)

terdapat pada peserta didik, dan berguna untuk menciptakan kecepatan belajar.8 Strategi pembelajaran belajar tuntas merupakan suatu model pembelajaran untuk memastikan bahwa semua peserta didik menguasai hasil pembelajaran yang diharapkan dalam suatu unit pembelajaran sebelum berpindah ke unit pembelajaran berikutnya. Model ini membutuhkan waktu yang cukup dan proses pembelajaran yang berkualitas. Dengan menerapkan strategi pembelajaran belajar tuntas diharapkan mampu memperbaiki proses hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kepada salah satu guru PAI yaitu ibu Rostina pada tanggal 22 November 2019 di SMKN 6 Pangkep Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu rendahnya motivasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam disebabkan dua faktor yaitu faktor guru dan faktor peserta didik. Faktor guru yaitu masih menggunakan model pembelajaran konvensional belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif.

Sedangkan faktor peserta didik yaitu peserta didik kurang aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran dan lebih banyak peserta didik yang tidak mampu memecahkan masalah sendiri utamanya dalam penyelesaian tugas di kelas maupun di sekolah.

Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkannya ke dalam sebuah karya ilmiah.

8Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta:

Referensi, 2013), h. 130.

(17)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar pendidikan agama Islam peserta didik yang diajar tanpa menggunakan strategi pembelajaran belajar tuntas pada kelas X di SMKN 6 Pangkep Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan?

2. Bagaimana hasil belajar pendidikan agama Islam peserta didik yang diajar sesudah menggunakan strategi pembelajaran belajar tuntas pada kelas X di SMKN 6 Pangkep Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan?

3. Apakah ada perbedaan hasil belajar Pendidikan agama Islam sebelum penerapan strategi pembelajaran belajar tuntas dan sesudah penerapan strategi pembelajaran belajar tuntas pada peserta didik kelas X di SMKN 6 Pangkep Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan?

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih memerlukan bukti kebenarannya, sedangkan hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar dan mungkin juga salah, dia akan ditolak jika salah dan diterima jika fakta-fakta membenarkan.9

9Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM, 1989), h. 63.

(18)

terdapat peningkatan yang signifikan pada hasil belajar pendidikan agama Islam sesudah penerapan strategi pembelajaran belajar tuntas pada peserta didik kelas X di SMKN 6 Pangkep.

D. Definisi Operasional Variabel

Sebelum membahas lebih jauh, maka terlebih dahulu peneliti memberikan batasan atau definisi operasional variabel dimana bertujuan untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman yang ada pada judul, memudahkan pemahaman serta memberikan persepsi yang sama anatara penulis dan pembaca terhadap judul serta memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka ada beberapa variabel diantaranya:

1. Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas adalah penguasaan peserta didik terhadap seluruh materi yang telah dipelajari atau strategi pembelajaran belajar tuntas adalah strategi pembelajaran yang dapat membantu peserta didik menguasai seluruh materi yang diajarkan dan memperoleh hasil yang maksimal berdasarkan waktu yang disediakan.

2. Hasil belajar peserta didik Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu hasil atau kemapuan yang diperoleh oleh peserta didik dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam yang telah melakukan kegiatan proses belajar mengajar.

E. Kajian Pustaka

Pada bagian ini peneliti akan menguraikan beberapa penelitian terdahulu dan kajian teoretis kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh para peneliti yaitu:

1. Ismail Lassa dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Pendekatan Mastery Learning Pada Sisiwa

(19)

pembelajaran belajar tuntas (mastery learning) pada siswa kelas V SD Negeri Parang Tambung 1 Makassar termasuk termasuk dalam kategori tinggi sebesar 42,5% dengan rata-rata 62,23% dari 73 siswa, sedangkan setelah diterapkan pendekatan mastery learning motivasi belajar siswa meningkat dengan memiliki rata-rata 67,05% dan termasuk dalam kategori tinggi juga sebesar 50,68% dari 73 siswa. 10

Dari hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran belajar tuntas (mastery learning) dapat meningkatkan motivasi hasil belajar pada kelas V SD Negeri Parang Tambung 1 Makassar. Adapun yang membedakan dengan penelitian saya adalah lokasi, sampel, dan materi yang diajarkan serta penerapan strategi belajar tuntas tidak hanya digunakan pada mata pelajaran umum saja. Tetapi, dapat juga digunakan pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.

2. Amin Otoni Harefah dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas (Mastery Learning) Matematika Peserta Didik SMPS BNKP Simon Kecamatan Sogaeadu Tahun Pelajaran 2013/2014” menyimpulkan Hasil Belajar Matematika baik dengan menerapkan strategi pembelajaran Belajar Tuntas (Mastery Learning) SMPS BNKP Simon tahun 2013/2014. Rata-rata hasil belajar peserta didik pada siklus I adalah 64,02 kategori cukup dan rata-rata hasil belajar peserta didik siklus II adalah 78,13 tergolong baik. 11

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan strategi pembelajaran belajar tuntas dapat meningkatan hasil belajar Matematika Peserta

10Ismail Lassa, “Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Pendekatan Mastery Learning Pada Sisiwa Kelas V SD Negeri Parang Tambung 1 Makassar.”, Skripsi (Makassar:

Fakutas Tarbiyah dan Keguruan).

11Amin Otoni Harefah “Penerapan Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas (Mastery Learning) Matematika Peserta Didik SMPS BNKP Simon Kecamatan Sogaeadu Tahun Pelajaran 2013/2014”, Sripsi (Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam).

(20)

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah lokasi, sampel, dan materi yang diajarkan, serta mata pelajaran yang diajarkan yaitu matematika sedangkan peneliti adalah pendidikan agama Islam. Dalam penelitian Amin Otoni Harefah menggunakan jenis penelitian tindakan kelas sedangkan peneliti menggunakan jenis penelitian eksperimen.

3. Dafid Armawan dalam penelitiannya yang berjudul “Belajar Tuntas (Mastery Learning) sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Peserta didik Kelas XI-2 Jurusan TKR SMKN 1 Seyegan” menyimpulkan bahwa pembelajaran belajar tuntas (mastery learning) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil analisis secara deskriptif dan aspek kualitas pembelajaran diperoleh dengan harga rata-rata (mean) pada siklus I sebesar 2.616, siklus II adalah 4.071, atau terjadi peningkatan presentase sebesar 20,79% dari siklus II, standar deviasi pada siklus I sebesar 1,4832, siklus II sebesar 1.0180; varians pada siklus I sebesar 3.199962, siklus II sebesar 1.036281. hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan kualitas belajar Peserta didik Kelas XI-2 Jurusan TKR SMKN 1 Seyegan.12

Dari penjelasan di atas tentang strategi pembelajaran belajar tuntas walaupun ada persamaan yang mendasar namun, adapun perbedaan penelitian Dafid Armawan dalam penelitiannya dengan peneliti adalah lokasi, sampel materi yang diajarkan, menggunakan jenis penelitian tindakan kelas sedangkan peneliti menggunakan jenis penelitian eksperimen.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini yang berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas dalam Meningkatkan

12Dafid Armawan,“Belajar Tuntas (Matery Learning) Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa Kelas Xi-2 Jurusan Tkr Smkn 1 Seyegan”, Skripsi (Yogyakarta: Fak.

Teknik Univ Negeri Yogyakarta, 2011), h. 7.

(21)

Pangkajene dan Kepulauan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran belajar tuntas dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam peserta didik kelas X SMKN 6 Pangkep.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan memiliki tujuan dan kegunaan yang dapat digunakan baik untuk penulis, pembaca, dan yang terkait dalam penelitian tersebut.

Adapun tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui hasil belajar pendidikan agama Islam peserta didik tanpa menggunakan strategi pembelajaran belajar tuntas pada kelas X di SMKN 6 Pangkep.

b) Untuk mengetahui hasil belajar pendidikan agama Islam peserta didik sesudah menggunakan strategi pembelajaran belajar tuntas pada kelas X di SMKN 6 Pangkep.

c) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar pendidikan agama Islam sebelum penerapan strategi belajar tuntas dan sesudah penerapan strategi belajar tuntas peserta didik pada kelas X di SMKN 6 Pangkep.

(22)

2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, akan melatih mahasiswa sebagai peneliti dalam meningkatkan kreatifitasnya sehingga kelak jika menjadi guru akan terbiasa melakukan penelitian-penelitian yang sangat bermanfaat untuk peningkatan profesionalismenya.

b. Bagi Guru

Diharapkan lebih memahami metode atau model pembelajaran yang diajarkan Apabila dalam melaksanakan suatu pembelajaran khususnya pada mata mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

c. Kegunaan ilmiah

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan dan memberi sumbangsi untuk peningkatan kualitas pendidikan dan hasil belajar peserta didik.

d. Kegunaan Teoretis

Adapun kegunaan teoretis, sebagai berikut:

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk memperluas dunia ilmu pendidikan.

2) Memberikan sumbangan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia.

(23)

Adapun kegunaan praktis, sebagai berikut:

1) Dengan adanya penelitian ini, akan memberikan sumbangsi berupa perbaikan terhadap proses pengajaran guru dengan menerapkan model pembelajaran belajar tuntas dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam.

2) Dapat mempermudah peserta didik untuk memahami materi ajar.

3) Bagi pembaca pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan.

4) Sebagai bahan rujukan referensi untuk melakukan kajian lebih lanjut.

(24)

13 BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Strategi pembelajaran Belajar Tuntas 1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian langkah-langkah kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Strategi pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun peserta didik. Bagi guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi peserta didik, penggunaan strategi pembelajaran dapat mempermudah proses belajar (mempermudah dan mempercepat memahami isi pembelajaran), karena setiap strategi dirancang untuk mempermudah proses belajar peserta didik.

Pengertian pembelajaran menurut Sudjana adalah:

Suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari peserta didik, pendidik dan tenaga lainnya, misalnya laboratorium. Material, meliputi buku- buku, papan tulis, dan spidol, fotografi, slide dan film, audio dan video tape.

Fasilitas dan perlengkapan audio visual, juga computer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.1

Berdasarkan pada kutipan tersebut pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi yang sesuai dengan prosedur yang saling memengaruhi antara peserta didik, pendidik dan tenaga

1Y. Yunie, Model Pembelajaran dengan Pendekatan Psikoanalisis (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 16.

(25)

lainnya, dengan melibatkan manusia dalam pembelajaran tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Pembelajaran sebagai sutau proses interkasi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi pendidik dan peserta didik yang saling bertukar informasi harus mengarah kepada pendidikan perilaku, di mana hasil belajar diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Penyelenggaran pendidikan merupakan suatu keseluruhan yang terangkum dalam sebuah system pendidikan nasional.2

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Karena itu baik konseptual maupun operasinal konsep-konsep komunikasi dan perubahan sikap akan selalu melekat pada pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk merancang pengajaran. Isi yang terkandung di dalam model pembelajaran adalah berupa strategi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan intruksional.3

Pembelajaran merupakan suatu acuan, dasar dan pola dalam merencanakan pembelajaran, yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi yang sesuai dengan prosedur yang saling memengaruhi antara peserta didik, pendidik dan tenaga lainnya, dengan melibatkan manusia dalam pembelajaran tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

2Y. Yunie, Model Pembelajaran dengan Pendekatan Psikoanalisis h. 17.

3JS. Husdarta & Yudha M. Saputra, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 39.

(26)

a. Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas

Sistem belajar tuntas merupakan suatu pola pengajaran terstruktur yang bertujuan untuk mengadaptasikan pengajaran kepada kelompok peserta didik yang besar (pengajaran klaksikal) sedemikian rupa, sehingga diberikan perhatian secukupnya pada perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara siswa, khususnya yang menyangkut laju kemajuan atau kecepatan dalam belajar.4

Hakikat strategi pembelajaran belajar tuntas akan dibahas dalam beberapa bagian, yakni pengertian strategi pembelajaran belajar tuntas, ciri-ciri strategi pembelajaran belajar tuntas, kelebihan dan kelemahan strategi pembelajaran belajar tuntas, perbedaan strategi pembelajaran belajar tuntas dengan pembelajaran konvensional, dan langkah-langkah strategi pembelajaran belajar tuntas.

Belajar tuntas menurut S. Nasution dalam Ngalimun bahwa belajar tuntas artinya penguasaan penuh.5 Belajar tuntas adalah terjemahan dari bahasa Inggris

“Mastery Learning” yang digunakan untuk menunjukkan suatu konsep belajar yang menitikberatkan kepada penguasaan penuh. Hal ini menurut konsep Benjamin S. Bloom. Penguasaan penuh atau “mastery” adalah sebuah konsep dalam pendidikan yang berarti menguasai atau memperoleh kecakapan khusus.

Atau “mastery” adalah sebuah pernyataan tentang penguasaan dengan sempurna terhadap tujuan akhir pembelajaran.6

Penguasaan penuh tersebut dapat dicapai apabila peserta didik mampu menguasai materi tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada materi tersebut.

4W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996), h. 412.

5Ngalimun, Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran (Yogyakarta: Parama Ilmu, 2018), h.

271.

6Soleha dan Rada, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 118.

(27)

Sedangkan menurut Oemar Hamalik, strategi pembelajaran belajar tuntas adalah suatu strategi pengajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok (group-based opproach). Pendekatan ini memungkinkan para peserta didik belajar bersama-sama berdasarkan pembatasan bahan pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik, sampai tungkat tertentu, penyediaan waktu belajar yang cukup, dan pemberian bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.7

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran belajar tuntas adalah strategi pembelajaran yang dapat membantu peserta didik menguasai seluruh materi yang diajarkan dan memperoleh hasil yang maksimal berdasarkan waktu yang disediakan. Melalui pembelajaran tuntas ini peserta didik mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya dan meningkatkan kemampuan yang ia miliki.

1. Ciri-ciri Strategi Pembelajran Belajar Tuntas

Secara umum ciri strategi pembelajaran belajar tuntas tercermin dan ciri pelaksanaannya. Bloom, menggambarkan bahwa pembelajaran tuntas mempunyai ciri sebagai berikut:

1) Dalam kondisi belajar optimal, sebagian besar peserta didik dapat menguasai secara tuntas apa yang diajarkan.

2) Tugas pengajar perlu mencari sarana yang memungkinkan peserta didik menguasai secara tuntas suatu mata pelajaran.

7Oemar hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA menuju Profesionalisme Guru dan Tenaga Pendidik (Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset, 2012), h.

85.

(28)

3) Perbedaan bakat terhadap suatu mata pelajaran sesuai dengan jumlah waktu yang diperlukan untuk menguasai secara tuntas mata pelajaran tersebut.

4) Dengan diberikan waktu belajar yang cukup, hampir semua peserta didik dapat mencapai tingkat belajar tuntas.

5) Setiap peserta didik harus memahami sifat tugas yang dipelajari dan prosedur yang diikuti dalam belajar.

6) Akan sangat bermanfaat bila disediakan beberapa media pembelajaran dan kesempatan belajar.

7) Guru hendaknya menyediakan dan memberikan soal-soal evaluasi untuk perbaikan atau membantu peserta didik yang sulit mrmahami pelajaran.

8) Guru harus mencari berbagai cara agar waktu yang disediakan cukup untuk menerapkan metode ini.

9) Proses belajar lebih baik jika bahan ajar menjadi unit-unit kecil, dan memberikan tes tiap akhir pelajaran.8

Jadi, ciri-ciri belajar tuntas di atas bahwa peserta didik akan belajar dengan baik dalam kondisi pengajaran yang tepat. Jika guru memperhatikan faktor kesempatan belajar (kondisi yang dimiliki untuk belajar), bakat yakni dengan memberikan waktu yang cukup kepada peserta didik untuk mempelajari suatu bahan, karena taraf penguasaan setiap peserta didik itu berbeda-beda. Peserta didik harus mempergunakan waktu yang diberikan dengan sebaik-baiknya.

2. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas

Suatu strategi pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Begitu pula dengan strategi belajar tuntas. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari strategi belajar tuntas.

8Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo), h. 99.

(29)

1) Kelebihan

Strategi pembelajaran belajar tuntas memiliki beberapa kelebihan antara lain:

a) Pembelajaran ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang berpegang pada prinsip perbedaan individual, belajar kelompok.

b) Pembelajaran ini memungkinkan peserta didik belajar lebih aktif.

c) Dalam pembelajaran ini, guru dan peserta didik diminta bekerja sama secara partisipatif dan persuasive, baik dalam proses belajar maupun dalam proses bimbingan terhadap peserta didik lainnya.

d) Pembelajaran ini beriorientasi kepada peningkatan produktivitas hasil belajar belajar, yakni peserta didik yang menguasai bahan ajar secara tuntas, menyeluruh dan utuh.

e) Pembelajaran tuntas berusaha mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada pembelajaran lainnya, yang berdasarkan pendekatan kelas saja, atau kelompok saja, atau individualisasi saja.9

2) Kelemahan

Strategi pembelajaran belajar tuntas juga memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain:

a) Guru-guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu semester di samping penyusunan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang lengkap dan menyeluruh.

b) Pembelajaran ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan yang memadai.

9Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA Menuju Profesionalisme Guru dan Tenaga Pendidik, h. 86.

(30)

c) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan pembelajaran ini yang relatif lebih sulit dan masih baru.

d) Pembelajaran ini sudah tentu meminta berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana, dan waktu yang cukup besar, sedangkan sekolah-sekolah umumnya masih langkah dalam segi sumber-sumber teknis seperti yang diharapkan.

e) Diberlakukannya sistem ujian UAN yang menuntut penyelenggaraan program bidang studi pada waktu yang telah ditetapkan dan usaha persiapan para peserta didik untuk menempuh ujian, mungkin menjadi salah satu unsur penghambat pelaksanaan belajar tuntas yang diharapkan.10

3. Perbedaan Strategi Pembelajaran Tuntas Dengan Pembelajaran Konvensional Perbedaan strategi pembelajaran belajar tuntas dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari beberapa aspek pembeda sebagai berikut11:

Tabel 2.1 Perbandingan antara Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas dengan Pembelajaran Konvensional.

Langkah Aspek Pembeda

Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas

Pembelajaran Konvensional Persiapan Satuan

pembelajaran

Diukur dari performance peserta didik dalam setiap unit (satuan kompetensi atau kompetensi dasar).

Setiap peserta didik harus

Diukur dari performance peserta didik yang dilakukan secara acak.

10Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA Menuju Profesionalisme Guru dan Tenaga Pendidik, h. 87.

11Ngalimun, Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran (Yogyakarta: Parama Ilmu, 2018), h.

276.

(31)

mencapai nilai 75.

Pelaksanaan pembelajaran

Pandangan terhadap kemampuan peserta didik saat memasuki satuan

pembelajaran tertentu

Dibuat untuk sau minggu pembelajaran dan dipakai sebagai pedoman guru serta diberikan kepada peserta didik.

Dibuat untuk satu minggu pembelajaran

dan hanya

dipakai sebagai pedoman guru.

Bentuk pembelajaran dalam satu unit kompetensi atau kemampuan dasar

Kemampuan hampir sama, namun tetap ada variasi.

Kemampuan peserta didik dianggap sama.

Pelaksanaan Pembelajaran

Bentuk pembelajaran dalam satu unit kompetensi atau kompetensi dasar.

Dilaksanakan melalui pendekatan klasikal, kelompok, dan individual.

Dilaksanakan sepenuhnya melalui pendekatan klasikal.

Cara

pembelajaran setiap standar kompetensi atau kompetensi

Pembelajaran dilakukan melalui penjelasan guru, membaca secara mandiri dan terkontrol, berdiskusi, dan belajar secara

Dilakukan melalui

mendengarkan, tanya jawab, dan membaca (tidak

(32)

dasar. individual. terkontrol).

Orientasi Pembelajaran

Pada terminal performance peserta didik (kompetensi dasar secara individual.

Pada bahan pembelajaran.

Peranan guru Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual.

Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan seluruh peserta didik dalam kelas.

Fokus kegiatan pembelajaran

Ditujukan kepada masing- masing secara individual.

Ditujukan

kepada peserta didik dengan kemampuan menengah.

Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran

Ditentukan oleh peserta didik dengan bantuan guru.

Ditentukan sepenuhnya oleh guru.

Umpan Balik Instrument umpan balik

Menggunakan berbagai jenis tagihan secara berkelanjutan.

Lebih

mengandalkan pada

penggunaan tes objektif untuk

(33)

penggalan waktu.

Cara membantu peserta didik

Menggunakan sistem tutor dalam diskusi kelompok dan tutor dilakukan secara individual.

Dilakukan oleh guru dalam bentuk tanya jawab secara klasikal.

4. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan strategi pembelajaran belajar tuntas antara lain:

1) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai, baik yang umum maupun yang khusus.

2) Menjabarkan materi pelajaran atas sejumlah unit pelajaran yang dirangkaikan, yang masing-masing dapat diselesaikan dalam kurung waktu kurang lebih dua minggu.

3) Memberikan pelajaran secara klasikal, sesuai dengan unit pelajaran yang sedang dipelajari.

4) Memberikan tes kepada peserta didik pada akhir masing-masing unit pelajaran, untuk mengecek kemajuan masing-masing peserta didik dalam mengolah materi pelajaran.

5) Peserta didik yang belum mencapai tingkat penguasaan yang dituntut, perlu diberikan pertolongan khusus , misalnya bantuan dari seorang teman yang bertindak sebagai tutor, mendapat pengajaran dalam kelompok kecil, disuruh mempelajari buku pelajaran lain, mengambil unit pelajaran yang telah diprogramkan dan sebagainya.

(34)

6) Setelah semua peserta didik, paling sedikit hampir semua peserta didik mencapai tingkat penguasaan pada unit pelajaran bersangkutan, barulah guru mulai mengajarkan unit pelajaran berikutnya.

7) Unit pelajaran berikutnya juga diajarkan secara berkelompok, dan diakhiri dengan memberikan tes formatof unit pelajaran bersangkutan.

8) Setelah peserta didik (paling sedikit kebanyakannya) mencapai tingkat keberhasilan yang dituntut, guru memulai mgajarkan unit pelajaran ketiga. Jadi seluruh peserta didik dalam satu kelas memulai mempelajari satu unit pelajaran baru secara bersamaan.

9) Prosedur yang sama diikuti pula dalam mengajarkan unit-unit pelajaran lain, sampai seluruh rangkaian selesai.

10) Setelah seluruh rangkaian unit pelajaran selesai, peserta didik mengerjakan tes yang mencakup seluruh rangkaian/seri unit. Tes akhir ini bersifar sumatif, yaitu bertujuan mengevaluasi taraf keberhasilan masing-masing peserta didik terhadap semua tujuan-tujuan pengajaran khusus.12

5. Strategi Belajar Tuntas

Strategi belajar tuntas adalah suatu strategi pengajaran yang di individualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok. Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas terutama dalam hal-hal berikut13:

1) Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh umpan balik terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan.

12Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 159.

13Ngalimun, Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran (Yogyakarta: Parama Ilmu, 2018), h.

278.

(35)

2) Peserta didik dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar- benar menguasai bahan pelajaran sebelumnya sesuai dengan patokan yang ditetapkan.

3) Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran korektif, yang menurut Morrison dalam Ngalimun merupakan pengajaran kembali, pengajaran tutorial, restrukturasi kegiatan belajar dan pengajaran kembali kebiasaan-kebiasaan belajar peserta didik, sesuai dengan waktu yang diperlukan masing-masing.

Apabila pembelajaran tuntas dilakukan dalam kondisi yang tepat maka semua peserta didik namun belajar sangat baik dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil yang maksimal, pembelajaran tuntas harus dilakukan dengan sistematis.14

Supaya pembelajaran terstruktur dalam Ngalimun menyarankan sebagai berikut:

1) Tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai di tetapkan secara tegas.

Semua tujuan dirangkaikan dan materi pelajaran dibagi-bagi atas unit-unit pelajaran yang diurutkan, sesuai dengan rangkaian semua tujuan pembelajaran.

2) Peserta didik dituntut supaya mencapai tujuan pembelajaran lebih dahulu, sebelum peserta didik diperbolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi, peserta didik dilarang untuk mempelajari pokok bahasan berikutnya sebelum peserta didik tersebut memahami pokok bahasan sebelumnya.

3) Ditingkatkan motivasi belajar peserta didik dan efektivitas usaha belajar peserta didik, dengan memonitor proses belajar peserta didik melalui testing

14Ngalimun, Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran, h. 279.

(36)

berkala dan kontinyu, serta memberikan umpan balik kepada peserta didik mengenai keberhasilan atau kegagalannya pada saat itu juga.

4) Memberikan bantuan atau pertolongan kepada peserta didik yang masih mengalami kesulitan.15

Bagi penulis strategi pembelajaran tuntas ini lebih menekankan pada peran atau tanggungjawab seorang guru dalam mendorong keberhasilan peserta didik secara individual agar peserta didik tersebut lebih mengembangkan lagi potensi yang ia miliki secara optimal.

6. Faktor-faktor yang memengaruhi belajar Tuntas

Hal-hal yang perlu diperhatikan yang merupakan variabel yang menentukan bagi belajar tuntas:

1. Bakat

Setiap anak merupakan individu yang sedang berkembang dan mempunyai bakat, minat dan taraf/kecepatan berkembang yang berbeda satu dengan lainnya.

Tidak ada dua anak persis sama diciptakan oleh Allah Saw. dalam hubungan ini peserta didik yang berbakat pada suatu bidang pengajaran akan memperoleh hasil belajar yang tinggi. Artinya peserta didik yang berbakat dapat menguasai bahan pelajaran yang dari suatu bidang pengajaran lebih mudah dan lebih cepat dari mereka yang tidak berbakat dalam bidang tersebut.16

Ada korelasi yang tinggi antara bakat dengan hasil belajar. Hanya siswa yang berbakat saja yang dapat menguasai bahan pelajaran yang sulit, sedangkan siswa yang tidak berbakat hanya dianggap mampu menguasai bahan pelajaran dari bidang pengajaran tersebut bagian yang mudahnya saja.17Adanya perbedaan bakat

15Ngalimun, Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran, h. 280.

16Patoni Achmad, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), h.

165.

17Usman, dkk., Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 98.

(37)

dari setiap indiviudu tidak menentukan tingkatan penguasaan bahan yang dipelajari, karena bakat merupakan perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk menguasai sesuatu. Tidak ada bukti bahwa yang dianggap bakat bersifat tetap.

Masih ada kemungkinan bahwa bakat itu mengalami perubahan atas pengaruh lingkungan. Jadi yang diharapkan ialah memperbaiki kondisi belajar sehingga dapat dikurangi waktu belajar untuk mencapai penguasaan penuh atas bahan pelajaran.

2. Kualitas pengajaran

Kualitas pengajaran turut menentukan berhasil tidaknya penggunaan belajar tuntas ini. Kualitas pengajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan dan pengaturan tugas-tugas sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta didik menyerapnya baik secara individual maupun klasikal.

Hal perlu diperhatikan ialah mengembangkan metode-metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.18

Ini sangat menentukan keberhasilan dalam mengajar, karena guru yang baik harus mampu membimbing peserta didik secara individual sehingga peserta didik menguasai bahan pelajaran sepenuhnya.

3. Kesanggupan Memahami Pengajaran

Kemampuan menyerap pelajaran sangat berhubungan dengan kemampuan peserta didik mengerti bahasa lisan dan tulisan. Dalam mengetahui hubungan ini guru harus mengetahui sampai dimana kemampuan bahasa para peserta didiknya, sehingga guru dapat menyelesaikan bahasan dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh peserta didik, dengan kata lain guru harus bertitik tolak pada kebutuhan peserta didik yaitu pengajaran diberikan sesuai dengan kemampuan peserta didik.

18Patoni Achmad, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), h.

166.

(38)

Kemampuan untuk mengerti bahasa lisan bertalian erat dengan prestasi guru, sedangkan kemampuan untuk mengerti bahasa tulisan (kemampuan membaca) banyak ditentukan oleh cara penyusunan buku teks. Kesanggupan belajar siswa terkait erat dengan intelegensi.

Salah satu definisi intelegensi antara lain menyebutkan bahwa intelegensi adalah ability to learn (kemampuan untuk belajar). Artinya, intelegensi yang tinggi diharapkan akan dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula begitu juga yang terjadi sebaliknya.19 Intelegensi merupakan bakal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan performansi yang optimal.

B. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah mencari ilmu pengetahuan. Menurut Gagne dalam Pudyo Susanto, belajar adalah penerimaan, pemrosesan, dan peyimpanan informasi di dalam otak serta pengorekan kembali bila respons untuk menanggapi informasi perlu dijalankan. Belajar menurut Slameto ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.20

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Gagne dalam Ratna Wilis Dahar bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.21

19Saifudin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 163.

20Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 2.

21Gagne dalam Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta:

Rineka Cipta, 2013), h. 2.

(39)

Dari pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa taraf atau tingkat keberhasilan belajar dapat dimanfaatkan berbagai upaya, salah satunya adalah sehubungan dengan kelangsungan pembelajaran itu sendiri, adanya perubahan tingkah laku dari peserta didik dari negatif ke positif.

Proses belajar terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti. Salah satu pertandanya bahwa seorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).22

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil peristiwa belajar dapat muncul dalam berbagai jenis perubahan atau pembuktian tingkah laku seseorang.23

Adapun menurut Nazhar, hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri adalah suatu proses dalam diri seseorang yang berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan suatu tingkah yang relatif menetap. Perubahan tingkah laku dalam belajar sudah ditentukan terlebih dahulu, sedangkan hasil belajar ditentukan berdasarkan kemampuan peserta didik.24

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah bagaimana cara pendidik setelah memberikan materi pelajaran mampu mengubah tingkah laku peserta didik,

22Hanung Haryono, Media Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 2.

23Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 22.

24Nazhar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran (Jakarta:Delia Press, 2004), h. 77.

(40)

mengetahui apa yang tidak diketahui sebelumnya, menambah wawasan pengetahuan berdasarkan pengalaman sehingga akan mendapatkan hasil yang memuaskan dan tujuan dapat tercapai.

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yakni perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang menyangkut seluruh aspek tingka laku.25

Pengertian belajar memang selalu berkaitan dengan perubahan, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku individu maupun yang hanya terjadi pada beberapa aspek dari kepribadian kehidupan individu. Pada referensi yang lain menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan yang bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.26

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, tujuan belajar telah ditetapkan terlebih dahulu oleh guru, anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan intruksional. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktir utama, yaitu dari lingkungan dan faktor yang datang dari diri siswa, terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan peserta didik besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai, seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil

25Nurwanita, Psikologi Pendidikan (Makassar: Yayasan Pendidikan Makassar, 2003), h.

60.

26Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 36.

(41)

belajar di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% oleh lingkungan.27

Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Jadi tugas utama guru adalah merancang instrument yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai suatu system, pembelajaran akan dipengaruhi oleh beberapa unsur yang membentuknya.

Beberapa unsur yang dapat mempengaruhi kegiatan proses diantaranya guru, peserta didik, sarana, alat dan media, dan lingkungan.28

Bloom membedakan hasil belajar ke dalam tiga ranah/domain, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan pengetahuan/kemampuan inteletual.

Kemampuan ini meliputi ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2) Ranah Afektif

Ranah ini meliputi perasaan, nada, emosi, dan variasi tingkatan penerimaandan penolakan terhadap sesuatu.

3) Ranah Psikomotor

Ranah ini berkaitan dengan gerakan-gerakan otot, misalnya pengucapan lafal bahasa.29

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan pengertian belajar, karenanya ada banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dimana penulis

27M. Hosnan, Pendekatan Sintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, h. 158.

28Muh. Rapi, Pengantar Strategi Pembelajaran (Pendekatan Standar Proses) (Bandung:Remaja Rosdakarya,2005), h. 3.

29Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 3.

(42)

dapat menarik suatu kesimpulan dari beberapa pengertian yang telah diungkapkan di atas yaitu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil dari belajar.

Dengan demikian hasil belajar dapat dikatakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki peserta didik dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Adapun Adapun faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar menurut Munadi meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu:

1) Faktor Internal

Berikut ini adalah bagian dari faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:

a) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat memengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.

b) Faktor Psikologis

Setiap individu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut memengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi inteligensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, kognitif dan daya nalar peserta didik.

2) Faktor Eksternal

Berikut ini adalah bagian dari faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:

(43)

a) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan dapat memengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari diruang yang memiliki ventilasi udara yang kurang tentuya akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dan di ruang yang cukup mendukung untuk bernafas lega.

b) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan dapat berfungsi sebagai saran untuk tercapainyaa tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan, faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan pendidik.30

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, serta mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci al-Quran dan al-Hadist, dengan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta dapat merealisasikan dalam pengalaman hidup. Serta dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubugannya dengan kerukunan beragama dalam masyarakat sehingga dapat terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Kurikulum PAI).31

30Rusman, Pembalajaran Tematik Terpadu (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2016), h.

67.

31Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 11.

Referensi

Dokumen terkait

menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong

informasi tentang operasi kontrol tidak memberikan subtansi yang dapat digunakan manajemen untuk mengevaluasi efektivitas kontrol suatu perusahaan Variabel Dependen (Y)

Tabulasi Silang Hubungan Kualitas Tidur dengan Fungsi Kognitif pada Orang Lanjut Usia di Panti Werdha Griya Usia Lanjut St.. Yosef

Menurut wilkinson, selain terapi keluarga dan terapi kelompok, meningkatnya tingkat depresi pada lansia di panti wredha atau penampungan-penampungan yang bersifat

Jobdiscribtion : Pemilik saham terbesar, sebagai dewan Pengawasan dan Evaluasi seluruh rumah makan PTM. Serta menjadi atasan para pimpinan RM PTM setiap cabang

Simulasi program dengan pemberian satu pola error di semua posisi bit sandi seperti yang terlihat pada Tabel 2.7, dapat dilakukan dengan baik. Posisi error

berdampak negatifnya suara bising ini terhadap kinerja karyawan maka karyawan dapat bekerja dengan lebih baik dan jika karyawan bekerja dengan semangat akan mendorong karyawan

Pada tahun 2015 nilai DPR sama seperti tahun 2014, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2014 pada tanggal 31 Maret 2015, pemegang saham menyetujui tidak