• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian ini membahas tentang Parlemen Eropa yang mengeluarkan Resolusi Sawit terhadap Indonesia dan Malaysia pada tahun 2017. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang terdapat di berbagai negara. Kelapa sawit memiliki banyak manfaat untuk kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu untuk penanamannya sendiri dibutuhkan pembukaan lahan untuk dialih fungsikan sebagai lahan kelapa sawit. Kelapa sawit biasanya tumbuh di negara-negara tropis seperti Nigeria, Malaysia, Indonesia, Brazil, dll. Negara-negara dengan produksi minyak sawit terbesar antara lain, Nigeria dengan luas perkebunan sekitar 2,5 juta ha, Kolombia dengan luas perkebunan 260.000 ha, serta Thailand dengan luas perkebunan sekitar 810.000 ha.1

Selain negara-negara di atas, Indonesia dan Malaysia merupakan salah satu negara penghasil crude palm oil atau minyak sawit terbesar di dunia. Indonesia menempati urutan pertama di dunia dengan luas perkebunan sawit sebesar 11,3 juta ha pada tahun 2015.2 Peningkatan terjadi pada tahun 2017 yang mencapai 12,30

1 IDN TIMES, 5 Negara Penghasil Minyak Kelapa Sawit Terbesar di Dunia, di akses dalam https://www.google.co.id/amp/s/www.idntimes.com/hype/fun-fact/amp/brahm-1/produsen-

minyak-kelapa-sawit-c1c2 (02/02/2022, 14:03 wib)

2 Otoritas Jasa Keuangan, Data Base Sektor Perkebunan Sawit Indonesia, diakses dalam https://www.ojk.go.id/sustainable-finance/id/publikasi/riset-dan-

statistik/Documents/Data%20Base%20Sektor%20Perkebunan%20Kelapa%20Sawit.pdf (02/02/2022, 16.40 wib)

(2)

2 juta ha.3 Saat ini, proporsi terbesar adalah perkebunan rakyat sebesar 53%, diikuti perkebunan swasta 42%, dan perkebunan negara 5%.4 Pada tahun 2017 produksi CPO (Crude Palm Oil) Indonesia diprediksi mencapai 42 juta ton.5 Luas perkebunan sawit pun semakin bertambah setiap tahunnya hingga di tahun 2020 mencapai 14,8 juta hektar.6 Perkebunan kelapa sawit di Indonesia tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia seperti Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, hingga Papua dengan total sebanyak 22 perkebunan.7

Selanjutnya adalah Malaysia dengan luas perkebunan kelapa sawit mencapai 5 juta hektar are pada tahun 2010, kemudian terus meningkat dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2020 luas perkebunan sawitnya mencapai 5.865.297 hektar are.8 Perkebunan kelapa sawit Malaysia pun tersebar luas di berbagai daerah seperti Johor, Kedah, Kelantan, Melaka, Negeri Sembilan, Pahak, Perak, Perlis, Pulau Pinang, Selanggor, dll.9

3 Badan Pusat Statistik, Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2017, diakses dalam https://www.bps.go.id/publication/2018/11/13/b73ff9a5dc9f8d694d74635f/statistik-kelapa-sawit- indonesia-2017.html (02/02/2022, 19.40 wib)

4 Jan Horas V. Purba, Tungkot Sipayung, Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, Masyarakat Indonesia, Vol. 43 No.1, (Juni 2017), Bogor: Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), hal. 82

5 ibid

6 Badan Pusat Statistik, Luas Tanaman Perkebunan Menurut Provinsi (Ribu Hektar)2018-2020, di akses dalam https://www.bps.go.id/indicator/54/131/1/luas-tanaman-perkebunan-menurut- provinsi.html (25/01/2022, 2:10 WIB)

7 Otoritas Jasa Keuangan, Data Base Sektor Perkebunan Sawit di Indonesia, Departmen Penelitian dan Pengaturan Perbankan 2017, diakses dalam https://www.ojk.go.id/sustainable- finance/id/publikasi/riset-dan-

statistik/Documents/Data%20Base%20Sektor%20Perkebunan%20Kelapa%20Sawit.pdf (31/01/2022, 12:58 WIB)

8 Statista, Total planted areas for palm oil in Malaysia from 2011 to 2020, diakses dalam https://www.statista.com/statistics/1198337/malaysia-size-of-areas-planted-for-palm-oil/

(21/07/2022, 21:55 wib)

9 Bahagian Ekonomi dan Pembangunan Industri (BEPI), Oil Palm Planted Area 2020, diakses dalam https://bepi.mpob.gov.my/images/area/2020/Area_summary.pdf (21/07/2022, 22:07 wib)

(3)

3 Kelapa sawit memiliki berbagai macam kegunaan yang biasa digunakan untuk kehidupan sehari-hari seperti dijadikan bahan pangan, campuran biodiesel, kosmetik, bahan pembuatan biofuel, dll.10 Selain itu, dibandingkan jenis minyak nabati yang lain, kelapa sawit adalah tanaman yang tahan akan penyakit dan hama serta harganya yang cenderung lebih murah dibanding minyak nabati yang lainnya.

Dengan demikian, banyak negara yang melakukan impor kelapa sawit dari Indonesia dan Malaysia.

Uni Eropa merupakan salah satu importir CPO (Crude Palm Oil) terbesar kedua di Indonesia setelah India.11 Selain itu, Uni Eropa juga mengimpor kelapa sawit dari Malaysia. Kelapa sawit tersebut biasanya digunakan untuk bahan bakar biofuel, makanan, kosmetik, dll. Dalam praktiknya Uni Eropa sangat membutuhkan sawit terutama untuk bahan bakar biofuelnya hal ini dapat dilihat dari impor sawit yang terus meningkat setiap tahunnya bahkan pada tahun 2016 mencapai 7,2 ton.12 Spanyol dan Belanda merupakan salah satu pengimpor sawit terbesar di Eropa dimana pada tahun 2017 Spanyol mengimpor sebanyak 1,4 juta ton dan diikuti oleh Belanda sebanyak 1,3 juta ton.13 Impor minyak sawit di Eropa meningkat setiap

10 Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, Ini Beragam Manfaat dan Kegunaan Minyak Kelapa Sawit, diakses dalam https://www.bpdp.or.id/Untuk-yang-Belum-Tahu-Ini-Beragam- Manfaat-dan-Kegunaan-Minyak-Kelapa-Sawit

11 Novian Uticha Sally, Sengketa Minyak Sawit Antara Indonesia dan Uni Eropa, Lecturer in English Education Department, International University of Batam, diakses dalam https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/dauliyah/article/view/341/317 (09/02/2022/, 23:24 wib)

12 GAPKI, Supply Demand Minyak Nabati Uni Eropa Apakah Resolusi Sawit Mudah Diimplementasikan, diakses dalam https://gapki.id/news/2491/supply-demand-minyak-nabati-uni- eropa-apakah-resolusi-sawit-mudah-diimplementasikan (06/04/2022, 12.16 wib)

13 Badan Pusat Statistik, Ekspor Minyak Kelapa Sawit Menurit Negara Tujuan Utama, (2012-2020), diakses dalam https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/1026/ekspor-minyak-kelapa-sawit- menurut-negara-tujuan-utama-2012-2020.html (06/04/2022. 12:57 wib)

(4)

4 tahunnya, bahkan tercatat pada tahun 2018, Uni Eropa menggunakan sekitar 65%

minyak kelapa sawit untuk dijadikan bahan baku biofuelnya, dan itu merupakan persentasi tertinggi dari penggunaan minyak kelapa sawit sebelumnya.14

Akan tetapi, pada tahun 2017 Parlemen Uni Eropa mengeluarkan resolusi untuk menghentikan impor kelapa sawit15 sedangkan Uni Eropa masih membutuhkan CPO (Crude Palm Oil) untuk kebutuhan energi, minyak, pangan, dll.

Selain itu, dalam pembuatan Resolusi Sawit ini terdapat proses organisasi didalamnya. Hal ini yang kemudian membuat penulis tertarik untuk meneliti proses pembuatan kebijakan Resolusi Sawit Uni Eropa terhadap Indonesia dan Malaysia pada tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, maka rumusan penelitian yang dapat diambil yaitu “Bagaimana proses pembuatan kebijakan Resolusi Sawit Parlemen Eropa terhadap Indonesia dan Malaysia pada tahun 2017?”

14 Muhammad Aditya Pradhana, Analisis Perubahan Sikap Uni Eropa Terhadap Impor Minyak Kelapa Sawit Indonesia, Journal of International Relations, Volume 6, Nomor 4, (2020), Semarang:

Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, hal. 528

15 Katerina Konecna, Report on Palm Oil Deforestation of Rainforest, European Parliament, diakses dalam https://www.europarl.europa.eu/doceo/document/A-8-2017-0066_EN.html (10/03/2022, 10:29 wib)

(5)

5 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses pembuatan kebijakan Resolusi Sawit (Report on Palm Oil and Deforestation of Rainforest) terhadap Indonesia dan Malaysia pada tahun 2017.

2. Untuk mengetahui unit-unit yang terlibat dalam pembuatan Resolusi Sawit.

3. Untuk mengetahui pandangan dari unit-unit yang terlibat dalam pembuatan Resolusi Sawit.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan peneliti, penelitian ini dibagi menjadi dua manfaat yaitu:

1.4.1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya demi mengembangkan ilmu pengetahuan serta sumbangan akademik mengenai kebijakan yang dibentuk suatu negara untuk mencegah kerusakan lingkungan akibat dari produksi CPO (Crude Palm Oil).

Penelitian ini juga bermanfaat terhadap kajian Kawasan Eropa, dan lingkungan.

(6)

6 1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah untuk menggetahui proses pembuatan Resolusi Sawit oleh Parlemen Eropa dengan Indonesia dan Malaysia ditengah kebutuhan Uni Eropa terhadap kelapa sawit.

1.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian Pertama berjudul Analisis Alasan Resolusi Kelapa Sawit Uni Eropa (Report on Palm Oil and Deforestation of Rain Forest) dalam Persektif Neo – Merkantilisme adalah skripsi yang disusun oleh Andiko Satria Yusticia dari Universitas Muhammadiyah Malang.16 Penelitian ini membahas tentang kebijakan Report on Palm Oil and Deforestation of Rain Forest yang dikeluarkan oleh Uni Eropa. Dimana jika dipandang dari perspektif neo-merkantilisme, kebijakan ini dianggap sebagai bentuk proteksionisme Eropa terhadap perdagangan minyak nabati dalam negerinya. Sehingga negara pengekspor minyak sawit menganggap bahwa kebijakan ini adalah diskriminatif karena kepentingan Uni Eropa tersebut dan negara pengekspor merasa dirugikan oleh hal tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksplanatif dan kualitatif.

Selain itu, peneliti menggunakan teori neo-merkantilisme dan konsep ekonomi politik internasional untuk memandang suatu fenomena yang terjadi dalam

16 Andiko Satria Yusticia, Analisis Alasan Resolusi Kelapa Sawit Uni Eropa (Report on Palm Oil and Deforestation of Rain Forest) dalam Persektif Neo – Merkantilisme, Skripsi, Malang: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang

(7)

7 penelitian tersebut. Adapun persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai kebijakan Resolusi Sawit, namun dengen perspektif berbeda.

Penelitian Kedua berjudul Strategi Pemerintah Indonesia Pada Sektor Kelapa Sawit Dalam Merespon Hambatan Perdagangan CPO Oleh Uni Eropa adalah skripsi yang disusun oleh Aninditya Puji Rahayu dari Universitas Muhammadiyah Malang.17 Penelitian ini membahas tentang upaya yang dilakukan oleh Indonesia dalam menghadapi berbagai hambatan perdagangan yang berkaitan dengan impor CPO oleh Uni Eropa. Upaya yang yang dilakukan seperti melakukan kebijakan kedalam dan keluar negeri untuk meningkatkan kualitas dan keberlanjutan komoditas CPO sehingga mampu mencapai standar yang diharapkan oleh pasar tujuan ekspor CPO, melakukan diplomasi dan perundingan baik secara bilateral dan multilateral agar tercapai kesepakatan yang saling menguntungkan, hingga menggunakan forum perdagangan internasional seperti WTO yang berhasil memenangkan gugatan atas kebijakan yang dilakukan oleh Uni Eropa pada tahun 2016.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Selain itu peneliti menggunakan konsep hambatan perdagangan, pembangunan berkelanjutan,serta diplomasi untuk menjelaskan suatu fenomena yang terjadi dalam penelitiannya tersebut. Adapun persamaan dalam penelitian ini adalah sama- sama membahas masalah impor CPO (Crude Palm Oil) oleh Uni Eropa dan Indonesia.

17 Aninditya Puji Rahayu, Strategi Pemerintah Indonesia Pada Sektor Kelapa Sawit Dalam Merespon Hambatan Perdagangan CPO Oleh Uni Eropa, Skripsi, Malang: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang

(8)

8 Penelitian Ketiga berjudul Analisis Pengambilan Kebijakan Uni Eropa dalam Menerapkan Renewable Energy Directive (RED) adalah Skripsi yang disusun oleh Yuni Trisnawati dari Universitas Muhammadiyah Malang.18 Penelitian ini membahas tentang alasan Eropa menerapkan kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II. Uni Eropa menerapkan kebijakan RED II dikarenakan kurang maksimalnya pengimplementasian dari kebijakan RED I. Oleh karena itu, Eropa merasa pencapaian energi terbarukan di sektor transportasi kurang maksimal, serta adanya pengelolaan bahan baku sumber energi terbarukan yang menyebabkan deforestasi. Selain itu, Kebijakan RED II ini dibentuk dengan tujuan dapat meminimalisir ketergantungan terhadap fossil fuel, mengurangi emisi gas rumah kaca sesuai komitmen terhadap Paris Agreement 2015 atas perubahan iklim global, serta untuk mengembangkan energi terbarukan di kawasan Eropa untuk meningkatkan keamanan pasokan energinya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksplanatif dan kualitatif.

Selain itu, peneliti menggunakan konsepmodel proses organisasi (Organizational Processes Model) serta konsep keamanan energi (Energy Security) untuk menjelaskan suatu fenomena yang terjadi dalam penelitiannya. Adapun persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama membahas kebijakan yang dikeluarkan Uni Eropa demi mencegah kerusakan lingkungan terutama terhadap meningkatnya emisi karbon dan efek gas rumah kaca.

18 Yuni Trisnawati, Analisis Pengambilan Kebijakan Uni Eropa dalam Menerapkan Renewable Energy Directive (RED), Skripsi, Malang: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang

(9)

9 Penelitian Keempat berjudul Kebijakan Sawit Uni Eropa dan Tantangan bagi Diplomasi Ekonomi Indonesia adalah jurnal yang disusun oleh Windratmo Suwarno.19 Penelitian ini membahas kebijakan yang dikeluarkan yaitu resolusi Palm Oil and Deforestation of the Rainforest. Resolusi ini bertujuan untuk melarang impor kelapa sawit yang tidak sesuai dengan pembangunan berkelanjutan serta produk turunannya pada tahun 2020 ke wilayah UE. Oleh karena itu, resolusi tersebut berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit oleh Indonesia serta akan mengganggu ekspor minyak kelapa sawit Indonesia terhadap Uni Eropa yang merupakan salah satu importir minyak kelapa sawit. Oleh karena itu, Indonesia pun melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan ekspor-impor sawit tersebut yakni dengan cara melakukan diplomasi melalui World Trade Organization (WTO).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Selain itu, peneliti menggunakan konsepdiplomasi ekonomi untuk menjelaskan suatu fenomena yang terjadi dalam penelitiannya. Adapun persamaan dalam penelitian ini adalah sama- sama membahas tentang kebijakan yang dikeluarkan Uni Eropa terhadap impor kelapa sawit akan tetapi, lebih fokus terhadap respon dari Indonesia

Penelitian kelima berjudul Dampak Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Terhadap Tingkat Emisi Karbon Dunia adalah skripsi yang disusun oleh Fitrianur dari Universitas Muhammadiyah Malang.20 Penelitian ini membahas

19 Windratmo Suwarno, Kebijakan Sawit Uni Eropa dan Tantangan bagi Diplomasi Ekonomi Indonesia, Jurnal Hubungan Internasional, Vol. 8, (April-September 2019), Jakarta Pusat:

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

20 Fitrianur, Dampak Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Terhadap Tingkat Emisi Karbon Dunia, Skripsi, Malang: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang

(10)

10 tentang dampak-dampak yang terjadi akibat dari perluasan kelapa sawit khususnya terhadap lingkungan. Pada proses pembukaan lahan kelapa sawit dilakukan pembakaran hutan secara sengaja sehingga menimbulkan polisi udara yang menyebabkan tingkat emisi karbon meningkat. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penyumbang emisi karbon terbesar didunia yang diakibatkan oleh pembukaan lahan dengan cara menebang pohon bahkan membakar hutan secara sengaja untuk ekspansi tanaman sawit.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskiptif atau library research dengan konsepdeforestasi hutan dan efek rumah kacauntuk menjelaskan suatu fenomena yang terjadi dalam penelitiannya. Adapun persamaan dalam penelitian ini sama-sama membahas tentang dampak yang ditimbulkan akibat produksi kelapa sawit yang cenderung merusak lingkungan.

Penelitian keenam berjudul Analisis Upaya Proteksi Impor Kelapa Sawit Uni Eropa Terhadap Indonesia Pasca Dikeluarkannya Kebijakan Renewable Energy Directive (RED) Tahun 2009-2017 adalah skripsi yang disusun oleh Windy Tyas Setyoningrum dari Universitas Brawijaya.21 Penelitian ini membahas tentang kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan untuk membatasi impor kelapa sawit dan dianggap sebagai bentuk persaingan dagang minyak nabati dalam negerinya dengan kelapa sawit Indonesia. Dimana Renewable Energy Directive 2009 merupakan titik awal munculnya kebijakan standar energi berkelanjutan di Uni

21 Windy Tyas Setyoningrum, Analisis Upaya Proteksi Impor Kelapa Sawit Uni Eropa Terhadap Indonesia Pasca Dikeluarkannya Kebijakan Renewable Energy Directive (RED) Tahun 2009-2017, Skripsi: Malang, Universitas Brawijaya

(11)

11 Eropa. Standar pada kelapa sawit sebagai energi terbarukan dibuktikan dengan munculnya respon dari Uni Eropa dalam bentuk proteksi jenis baru melalui hambatan adminintrasi hambatan kuantitatif, dan hambatan fiskal yang diskriminatif.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan konsep the new protectionism atau mercantilism untuk menjelaskan fenomena yang terjadi didalam penelitiannya. Adapun persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama membahas masalah impor kelapa sawit oleh Uni Eropa di Indonesia namun dengan sudut pandang berbeda.

Penelitian ketujuh berjudul Pemberhentian Impor Kelapa Sawit Indonesia Oleh Uni Eropa Dalam Perspektif Ekonomi Politik adalah jurnal yang disusun oleh Yuni Permatasari dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.22 Penelitian ini membahas tentang kepentingan Uni Eropa memberhentikan impor sawit dalam sudut pandang ekonomi politiknya dimanakepentingan utama dari Uni Eropa yaitu untuk mendapatkan keuntungan dengan melakukan penetrasi pasar dan memproteksi industri domestiknya. .

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan konsep kepentingan nasional (national interest) untuk menjelaskan fenomena yang terjadi dalam penelitiannya. Adapan persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang pemberhentian impor kelapa sawit oleh Uni Eropa dengan Indonesia namun dengan sudut pandang berbeda.

22 Yuni Permatasari, Pemberhentian Impor Kelapa Sawit Indonesia Oleh Uni Eropa Dalam Perspektif Ekonomi Politik, Jurnal Pemerintahan dan Politik, vol 7 no. 1 (1 Januari 2022), Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(12)

12 Penelitian kedelapan berjudul Kebijakan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra Tentang Pembatalan Ekspor Beras ke Indonesia Tahun 2011 adalah skripsi yang disusun oleh Enggar Swastika dari Universitas Muhammadiyah Malang.23 Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang menjadi rasionalitas Yingluck memberhentikan ekspor beras dengan Indonesia, antara lain karena faktor lingkungan dan pengalaman hidup. Selain itu, karena karakter dari Yingluck yang pro-poor akhirnya juga menciptakan kebijakan pembatalam ekspor dengan Indonesia.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian ekplanatif dan kualitatif dengan menggunakan teori rational actor dan pendekatan idiosinkretik untuk menjelaskan suatu fenomena yang terjadi dalam penelitiannya tersebut. Adapun persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang keputusan pemerintah dalam membatalkan kerjasama ekspor maupun impor terhadap negara lain dengan melihat faktor-faktor yang menjadi rasionalitas dalam membuat keputusan tersebut.

Penelitian kesembilan berjudul Dinamika Perdagangan Komoditas Minyak Kelapa Sawit Italia Dengan Indonesia adalah skripsi yang disusun oleh Dorothy Andrea dari Universitas Kristen Indonesia.24 Penelitian ini membahas tentang kebutuhan Italia terhadap minyak sawit sangatlah tinggi sehingga dilakukanlah impor dengan Indonesia, akan tetapi Uni Eropa mengeluarkan kebijakan RED yang melarang penggunaan sawit karna mengancam lingkungan

23 Enggar Swastika, Kebijakan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra Tentang Pembatalan Ekspor Beras ke Indonesia Tahun 2011, Skripsi, Malang: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang

24Dorothy Andrea, Dinamika Perdagangan Komoditas Minyak Kelapa Sawit Italia Dengan Indonesia, Skripsi, Jakarta: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Kristen Indonesia

(13)

13 dan hal tersebut menjadi hambatan Italia untuk melakukan impor kelapa sawit dengan Indonesia. Oleh karena itu, Italia harus mematuhi kebijakan tersebut meskipun masih sangat butuh terhadap sawit.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan teori integrasi dan supranasionalisme untuk menjelaskan suatu fenomena yang terjadi dalam penelitaannya. Adapun persamaan dalam penelitian ini adalah sama- sama membahas isu yang sama yakni impor sawit negara-negara Eropa dengan Indonesia dengan sudut pandang berbeda.

Penelitian kesepuluh berjudul Upaya Greenpeace Dalam Menghadapi Deforestasi di Indonesia Oleh Wilmar International adalah skripsi yang disusun oleh Fauzi Fadhlurrahman dari Universitas Andalas.25 Penelitian ini membahas strategi atau langkah yang dilakukan Greenpeace yang merupakan NGO (Non Govermental Organization) yang berfokus pada lingkungan untuk mencegah deforstasi yang dilakukan oleh salah satu perusahaan sawit terbesar di Indonesia yakni Wilmar International. Upaya yang dilakukan Greenpeace antara lain, lobbying, kampanye dengan melakukan aksi protes, publikasi Peta Kepo Hutan, membentuk Tim Cegah Api Indonesia, dll.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan konsep enviromental Non-Govermental Organization dan MNC (Multi-National Corporation) untuk menjelaskan suatu fenomena yang terjadi

25 Fauzi Fadhlurrahman, Upaya Greenpeace Dalam Menghadapi Deforestasi di Indonesia Oleh Wilmar International, Skripsi, Padang: Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Andalas

(14)

14 dalam penelitiannya. Adapun persamaan dari penelitian ini adalah sama sama membahas isu lingkungan yakni deforestasi yang terjadi akibat produksi sawit.

Tabel 1.1 Posisi Penelitian NO Nama Peneliti dan

Judul Penelitian

Jenis Penelitian dan Alat Analisa

Hasil Peneltian

1 “Analisis Alasan Resolusi Kelapa Sawit Uni Eropa (Report on

Palm Oil and

Deforestation of Rain Forest) dalam Persektif Neo – Merkantilisme”

oleh Andiko Satria Yusticia

Jenis Penelitian:

Eksplanatif - Kualitatif

Konsep/Teori:

Neo-

Merkantilis dan Ekonomi Politik Internasional

Kebijakan Report on Palm Oil and Deforestation of Rain Forest adalah kebijaka yang dikeluarkan oleh Uni Eropa. Dimana jika dipandang dari perspektif neo- merkantilisme,

kebijakan ini dianggap sebagai bentuk proteksionisme Eropa terhadap perdagangan minyak nabati dalam negerinya. Sehingga negara pengekspor

minyak sawit

menganggap bahwa kebijakan ini adalah diskriminatif karena kepentingan Uni Eropa tersebut dan negara pengekspor merasa dirugikan oleh hal tersebut.

2 “Strategi

Pemerintah Indonesia Pada Sektor Kelapa Sawit Dalam Merespon Hambatan Perdagangan CPO Oleh Uni Eropa”

oleh Aninditya Puji Rahayu

Jenis Penelitian:

Kualitatif- Deskriptif

Konsep/Teori:

Hambatan Perdagangan, Pembangunan

Berkelanjutan, dan Diplomasi

Upaya yang yang dilakukan seperti melakukan kebijakan kedalam dan keluar

negeri untuk

meningkatkan kualitas dan keberlanjutan

komoditas CPO

sehingga mampu mencapai standar yang

(15)

15

diharapkan oleh pasar tujuan ekspor CPO, melakukan diplomasi dan perundingan baik secara bilateral dan multilateral agar tercapai kesepakatan

yang saling

menguntungkan, hingga menggunakan forum perdagangan

internasional seperti WTO yang berhasil memenangkan gugatan atas kebijakan yang dilakukan oleh Uni Eropa pada tahun 2016.

3 “Analisis

Pengambilan Kebijakan Uni Eropa dalam Menerapkan Renewable Energy Directive (RED)” oleh Yuni Trisnawati

Jenis Penelitian:

Eksplanatif – Kualitatif

Konsep/Teori:

Model proses organisasi,

(Organizational Processes Model) serta Konsep keamanan energi (Energy Security)

Uni Eropa

menerapkan kebijakan RED II dikarenakan kurang maksimalnya pengimplementasian dari kebijakan RED I.

Oleh karena itu, Eropa merasa pencapaian energi terbarukan di sektor transportasi kurang maksimal, serta adanya pengelolaan bahan baku sumber energi terbarukan yang menyebabkan

deforestasi. Selain itu, Kebijakan RED II ini dibentuk dengan tujuan dapat meminimalisir ketergantungan terhadap fossil fuel, mengurangi emisi gas rumah kaca sesuai komitmen terhadap Paris Agreement 2015 atas perubahan iklim global,

serta untuk

mengembangkan energi terbarukan di kawasan

(16)

16

Eropa untuk

meningkatkan

keamanan pasokan energinya.

4 “Kebijakan

Sawit Uni Eropa dan Tantangan bagi Diplomasi Ekonomi Indonesia” oleh Windratmo Suwarno

Jenis Penelitian:

Kualitatif Konsep/Teori Diplomasi Ekonomi

UE

mengeluarkan kebijakan resolusi Palm Oil and Deforestation of the Rainforest. Resolusi ini bertujuan untuk melarang impor kelapa sawit yang tidak sesuai dengan pembangunan berkelanjutan serta produk turunannya pada tahun 2020 ke wilayah UE. Oleh karena itu, resolusi tersebut berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit oleh Indonesia serta akan mengganggu ekspor minyak kelapa sawit Indonesia terhadap Uni Eropa yang merupakan salah satu importir minyak kelapa sawit. Oleh karena itu,

Indonesia pun

melakukan berbagai

upaya untuk

mempertahankan

ekspor-impor sawit tersebut yakni dengan cara melakukan diplomasi melalui

World Trade

Organization (WTO).

5 “Dampak

Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Terhadap Tingkat Emisi Karbon Dunia” oleh Fitrianur

Jenis Penelitian:

Deskriptif - Library Research

Konsep/Teori:

Pada proses pembukaan lahan kelapa sawit dilakukan pembakaran hutan secara sengaja sehingga menimbulkan polisi

(17)

17 Deforestasi

Hutan, Efek Rumah Kaca

udara yang

menyebabkan tingkat emisi karbon meningkat.

Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penyumbang emisi karbon terbesar

didunia yang

diakibatkan oleh pembukaan lahan dengan cara menebang

pohon bahkan

membakar hutan secara sengaja untuk ekspansi tanaman sawit.

6. “Analisis Upaya Proteksi Impor Kelapa Sawit Uni Eropa Terhadap Indonesia Pasca Dikeluarkannya Kebijakan Renewable Energy Directive (RED) Tahun 2009-2017” oleh

Windy Tyas

Setyoningrum

Jenis

Penelitian: Deskriptif Konsep:

The New

Protectionism

Kebijakan yang dikeluarkan untuk membatasi impor kelapa sawit dan dianggap sebagai bentuk persaingan dagang minyak nabati dalam negerinya dengan kelapa sawit Indonesia. Dimana Renewable Energy Directive 2009 merupakan titik awal munculnya kebijakan standar energi berkelanjutan di Uni Eropa. Standar pada kelapa sawit sebagai energi terbarukan dibuktikan dengan munculnya respon dari Uni Eropa dalam bentuk proteksi jenis baru melalui hambatan adminintrasi hambatan kuantitatif, dan hambatan fiskal yang diskriminatif.

7. “Pemberhentian Impor Kelapa Sawit Indonesia Oleh Uni

Jenis Penelitian:

Kuantitatif

kepentingan Uni Eropa memberhentikan impor sawit dalam sudut

(18)

18 Eropa Dalam Perspektif

Ekonomi Politik”

disusun oleh Yuni Permatasari

Konsep/Teori:

Kepentingan Nasional

pandang ekonomi politiknya dimana kepentingan utama dari Uni Eropa yaitu untuk mendapatkan

keuntungan dengan melakukan penetrasi pasar dan memproteksi industri domestiknya.

8. “Kebijakan

Perdana Menteri Yingluck Shinawatra Tentang Pembatalan Ekspor Beras ke Indonesia Tahun 2011”

yang disusun oleh Enggar Swastika

Jenis Penelitian:

Eksplanatif Kualitatif Konsep/Teori:

Rational Actor

Pendekatan Idiosinkretik

Faktor-faktor

yang menjadi

rasionalitas Yingluck memberhentikan ekspor beras dengan Indonesia, antara lain karena faktor lingkungan dan pengalaman hidup.

Selain itu, karena karakter dari Yingluck yang pro-poor akhirnya juga menciptakan kebijakan pembatalam ekspor dengan Indonesia

9. “Dinamika

Perdagangan Komoditas Minyak Kelapa Sawit Italia Dengan Indonesia”

oleh Dorothy Andrea

Jenis Penelitian:

Kualitatif

Konsep/Teori:

Teori Integritas

Supranasionalisme

Kebutuhan Italia terhadap minyak sawit sangatlah tinggi sehingga dilakukanlah impor dengan Indonesia, akan tetapi Uni Eropa mengeluarkan kebijakan RED yang melarang penggunaan sawit karna mengancam lingkungan dan hal tersebut menjadi hambatan Italia untuk melakukan impor kelapa sawit dengan Indonesia.

Oleh karena itu, Italia harus mematuhi kebijakan tersebut meskipun masih sangat butuh terhadap sawit.

(19)

19

10. “Upaya

Greenpeace Dalam Menghadapi Deforestasi di Indonesia Oleh Wilmar International”

oleh Fauzi

Fadhlurrahman

Jenis Penelitian:

Deskriptif Kualitatif Konsep/Teori:

Enviromental Non-

Govermental Organization Multi-

National Corporation (MNC)

Strategi atau langkah yang dilakukan Greenpeace yang merupakan NGO (Non Govermental

Organization) yang

berfokus pada

lingkungan untuk mencegah deforstasi yang dilakukan oleh salah satu perusahaan sawit terbesar di Indonesia yakni Wilmar International. Upaya yang dilakukan Greenpeace antara lain, lobbying, kampanye dengan melakukan aksi protes, publikasi Peta

Kepo Hutan,

membentuk Tim Cegah Api Indonesia, dll.

11. “Analisa Proses Pembuatan Kebijakan Resolusi Sawit oleh Parlemen Eropa Terhadap Indonesia dan Malayasia pada Tahun 2017” Oleh Faridattul Khatimah

Jenis Penelitian:

Eksplanatif- Kualitatif

Konsep/Teori:

Proses Organisasi Model

Berdasarkan

rumusan masalah diatas, penulis berargumen

bahwa proses

pembuatan kebijakan Resolusi Sawit Uni Eropa terhadap Indonesia dan Malaysia adalah karena adanya laporan dari Komite Lingkungan, Kesehatan Masyarakat dan Keamanan Pangan yang menyebutkan bahwa kelapa sawit dianggap merusak lingkungan terutama deforestasi hutan. Dalam proses pembuatan Resolusi Sawit, Parlemen Eropa bekerja sama dengan unit-unit didalamnya

yakni Komite

Lingkungan, Kesehatan

(20)

20

Masyarakat dan Keamanan Pangan, Komite Pembangunan, Komite Perdagangan Internasional, dan Komite Pertanian dan Pembangunan Pedesaan.

Dimana komite-komite tersebut memiliki kapabilitas masing- masing dan sesuai untuk pembuatan Resolusi

Sawit. Proses

pembuatan juga dilakukan berdasarkan

SOP (Standart

Operating Procedure) yang telah ditetapkan.

1.6 Landasan Teori dan Konseptual

1.6.1 Organizational Process Model (Proses Organisasi Model)

Graham T. Allison berpendapat bahwa kebijakan luar negeri dapat diambil dengan tiga model pendekatan antara lain: Model I: The Rational Actor, Model II: Organizational Process, dan Model Ill: Bureucratic Politic.26 Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan organizational process model atau proses organisasi model. Dalam model kebijakan luar negeri ini merupakan hasil kerja proses organisasi besar dimana pembuatan keputusan tidak hanya melihat proses intelektual, akan tetapi melihat pula proses mekanismenya.27

26 Steve Smith, Amelia Hadfield, dan Tim Dunne (eds), Foreign Policy: Theories, Actor, Cases.

Oxford: Oxford University Press, 2016. hal 283

27 Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional:Disiplin dan Metodologi, Jakarta :LP3ES, 1990, h. 276

(21)

21 Proses organisasi model ini membuat proses kerja rutin organisasi sebagai proses pembuatan kebijakan dimana pemerintah akan menggabungkan berbagai macam usulan analisa pada tiap satuan kerja yang mempunyai standar perilaku.

Oleh karena itu, pemerintah tidak dapat menolak berbagai tambahan informasi eksternal yang akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan demi mencapai suatu keputusan yang paling signifikan. Prosedur-prosedur tersebut merupakan mekanisme atau cara berjalannya organisasi yang telah diatur dalam Standar Operating Procedure (SOP) yang ada dalam suatu sistem tertentu. Akan tetapi Standar Operating Procedure (SOP) dalam suatu sistem cenderung tidak berubah dengan mengikuti panduan dari aturan serta pengalaman sebelumnya.28 Hal ini menggambarkan bahwa terdapat catatan dari semua organisasi pemerintahan terkait perilaku di masa lalu yang dapat dilihat kembali. Organisasi itu pada umumnya memiliki sifat konservatif. Selain itu, organisasi lebih cenderung memiliki pedoman, buku petunjuk, dll yang berisi terkait bagaimana organisasi tersebut seharusnya menyelesaikan permasalahan.29

Organisasi pemerintahan tersebut tersusun atas unit-unit kerja dengan tanggung jawabnya masing-masing dan kemudian bekerja dengan serentak demi menciptakan keputusan terbaik. Menurut Allison, terdapat tiga proposisi dalam organizational process model, antara lain:30

A. Pemerintahan terdiri dari sekumpulan organisasi yang secara longgar bersekutu dalam struktur hubungan yang mirip struktur feodal.

28 Graham T. Allison, 1971, Essence of Decission ; Explaining the Cuban Missile Crisis, Canada : Little, Brown and Company Limited, hal. 67-68

29 Op. Cit, Mohtar Mas’oed, hal 277

30 Ibid, hal 277-278

(22)

22 B. Keputusan dan perilaku pemerintah bukan hasil dari proses penetapan pilihan secara rasional, tetapi sebagai output atau hasil kerja organisasi- organisasi besar yang bekerja menurut suatu pola perilaku baku.

C. Setiap organisasi yang memiliki prosedur kerja baku dan program serta bekerja secara rutin, umumnya akan berperilaku sama seperti perilakunya dimasa sebelumnya.

Studi politik luar negeri menurut model ini harus diarahkan untuk menelaah unit analisa berupa output organisasi-pemerintahan. Untuk menjelaskan perilaku politik luar negeri suatu negara menurut model ini, diharuskan mengidentifikasi lembaga- lembaga pemerintah mana yang terlibat dan menunjukkan pola-pola perilaku organisasional yang melahirkan tindakan politik luar negeri.

Teori organizational process model ini digunakan penulis untuk menganalisis proses pembuatan resolusi sawit atau Report on Palm Oil and Deforestation of Rainforest terhadap Indonesia dan Malaysia. Uni Eropa merupakan organisasi suprarasional yang terdiri dari 27 negara anggota yang ada di Eropa. Uni Eropa memiliki tiga lembaga yang terlibat dalam pengambilan keputusan antara lain Komisi Eropa, Parlemen Eropa, dan Dewan Eropa yang memiliki perannya masing.

Dalam penelitian ini, proses pembuatan resolusi sawit oleh Uni Eropa dapat dikatakan sebagai proses organisasi model.

Hal ini diawali dari laporan Komite Lingkungan, Kesehatan Publik, dan Keamanan Pangan Eropa pada tahun 2016 yang mengklaim bahwa produksi sawit Indonesia dan Malaysia menyebabkan kerusakan lingkungan terutama deforestasi.

Hal tersebut pun direspon oleh Parlemen Uni Eropa dengan mengeluarkan resolusi

(23)

23 sawit atau Report on Palm Oil and Deforestation of Rainforest. Dalam resolusi tersebut terdapat beberapa isi poin pembahasan antara lain Motion for a European Parliament Resolution, Explanatory Statement, Opinion of the Committee on Development, Opinion of the Committee on International Trade, Opinion of the Committee on Agriculture and Rural Development, Result of Final Vote in Committee Responsible, dan Final Vote By Roll Call in Committee Responsible.

Proses pembuatan resolusi sawit ini juga sesuai dengan Standart Operational Procedur (SOP) dari Uni Eropa. Untuk pengambilan keputusannya yakni dilakukan final vote dimana 640 suara mendukung laporan dari Komite Lingkungan, Kesehatan Publik, dan Keamanan Pangan, 18 tidak setuju, dan 28 abstain. Tujuan Parlemen Eropa mengesahkan Report on Palm Oil and Deforestation of Rainforest ini adalah agar pemerintah Eropa dapat menghentikan atau membatasi impor penggunaan kelapa sawit karena dianggap merus lingkungan. Oleh karena itu, Parlemen meminta Komisi untuk mengambil langkah-langkah untuk menghapus penggunaan minyak nabati yang mendorong deforestasi, termasuk minyak sawit, sebagai komponen bahan bakar nabati, seperti minyak sawit.

(24)

24 (Gambar 1.6 Kerangka berpikir teori Proses Organisasi Model)

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Level Analisis dan Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, (variable dependent) adalah kebijakan resolusi sawit, sedangkan unit eksplanasinya (variable independent) adalah proses organisasi Parlemen Eropa, dimana model level analisa dalam penelitian ini adalah Korelasionis yakni unit eksplanasinya setara dengan unit analisa.

1.7.2 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah eksplanatif. Penelitian ekplanatif bertujuan untuk menguji hipotesis yang STRUKTUR UNIT-UNIT YANG

TERLIBAT DALAM PEMBUATAN RESOLUSI

SAWIT

PARLEMEN EROPA KOMISI EROPA PRESIDEN PARLEMEN

EROPA KOMITE-KOMITE PARLEMEN EROPA MEMBER OF EUROPEAN

PARLIAMENT

OUTPUT MOTION, EXPLANATORY

STATEMENT, OPINION, VOTING, ADOPTION

SOP (STANDART OPERATING PROCEDURE)

EUROPEAN PARLIAMENT RULES OF PROCEDURE 2017 (RULE 45,

46, 52, 54, 133)

(25)

25 menyatakan sebab-akibat terhadap dua variabel atau lebih.31 Karena penelitian ini eksplanatif maka penulis akan menjawab alasan atau faktor Parlemen Eropa mengeluarkan kebijakan pemberhentian impor kelapa sawit.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data studi literatur atau studi pustaka. Data-data tersebut di dapatkan melalui jurnal, buku, artikel ilmiah, serta sumber dari internet yang tervalidasi dan berkaitan dengan permasalahan dan fokus terhadap penelitian.

1.7.4 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif yang bertujuan agar obyek dapat dipahami dengan teliti dan mendalam.32 Selain itu, teknik analisis kualitatif ini dapat membantu peneliti dalam mendapatkan jawaban dari fakta dan realita serta masalah dari suatu gejala yang diteliti oleh peneliti.33 1.7.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.7.5.1 Batasan Waktu Penelitian

Adapun batasan waktu dalam penelitian ini adalah 2017, karena pada tahun tersebut dikarenakan pada jangka waktu tahun tersebut dimana parlemen Uni Eropa mengeluarkan laporan resolusi sawit dan dilakukannya voting oleh anggota parlemen untuk menentang penggunaan sawit karena menyebabkan deforestasi.

31 Sukandarrumidi, 2012, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Bagi Pemula, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, hal, 105

32 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Universitas Negeri Malang, diakses dalam http://fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/3_Metpen-Kualitatif.pdf (04/03/2022, 14:15 wib)

33 Raco, J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya. Jakarta:

PT. Grasindo.

(26)

26 1.7.5.2 Batasan Materi

Batasan materi dalam penelitian ini adalah penulis ingin berfokus melihat alasan atau faktor uni Eropa mengeluarkan keputusan untuk memberhentikan impor sawit ditengah kebutuhan Uni Eropa terhadap sawit dalam sudut pandang lingkungan.

1.8 Hipotesa

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis berargumen bahwa Proses Pembuatan Kebijakan Resolusi Sawit Uni Eropa (Report on Palm Oil and Deforestation of Rainforest) terhadap Indonesia dan Malaysia ini adalah karena adanya laporan dari Komite Lingkungan, Kesehatan Masyarakat dan Keamanan Pangan yang menyebutkan bahwa kelapa sawit dianggap merusak lingkungan terutama deforestasi hutan. Dalam proses pembuatan Resolusi Sawit, Parlemen Eropa bekerja sama dengan unit-unit didalamnya yakni Komite Lingkungan, Kesehatan Masyarakat dan Keamanan Pangan, Komite Pembangunan, Komite Perdagangan Internasional, dan Komite Pertanian dan Pembangunan Pedesaan.

Dimana komite-komite tersebut memiliki kapabilitas masing-masing dan sesuai untuk pembuatan Resolusi Sawit. Proses pembuatan juga dilakukan berdasarkan SOP (Standart Operating Procedure) yang telah ditetapkan.

(27)

27 1.9 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis 1.4.2 Manfaat Praktis 1.5 Penelitian Terdahulu

1.6 Landasan Teori dan Konseptual 1.6.1 Teori Proses Organisasi Model 1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Level Analisis dan Variabel Penelitian

1.7.2 Jenis Penelitian

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data 1.7.4 Teknik Analisis Data 1.7.5 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.5.1 Batasan Waktu

1.7.5.2 Batasan Materi 1.8 Argumentasi Dasar 1.9 Sistematika Penulisan

BAB II Gambaran Isu Kelapa Sawit di Uni Eropa

2.1 Komoditas Kelapa Sawit Indonesia dan Malaysia di Eropa

2.2 Dampak Lingkungan dari Produksi Kelapa Sawit

2.3 Pandangan Uni Eropa Terhadap Kelapa Sawit

2.3.1 Pandangan dari Lembaga Swadaya Masyarakat

2.3 Report Palm Oil and Deforestation of Rainforest

BAB III

Analisis Proses Organisasi dalam Pembuatan Resolusi Sawit

3.1 Struktur Unit-unit yang Terlibat dalam Pembuatan Resolusi Sawit

3.1.1 Presiden Parlemen

3.1.2 Enviroment, Public Health, and Food Safety Commites (Komite Lingkungan, Kesehatan Masyarakat, dan Keamanan Pangan

3.1.3 Development Commite (Komite Pembangunan

3.1.4 International Trade Commite (Komite Perdagangan Internasional

(28)

28

3.1.5 Agricultural and Rural Development Commite (Komite Pertanian dan Pembangunan Desa)

3.1.6 Member of European Parliament (MEP) 3.1.7 Komite Uni Eropa

3.2 Output dari Unit-unit Pembuatan Resolusi Sawit

3.2.1 Presiden Parlemen

3.2.2 Enviroment, Public Health, and Food Safety Commites (Komite Lingkungan, Kesehatan Masyarakat, dan Keamanan Pangan

3.2.3 Development Commite (Komite Pembangunan

3.2.4 International Trade Commite (Komite Perdagangan Internasional

3.2.5 Agricultural and Rural Development Commite (Komite Pertanian dan Pembangunan Desa)

3.2.6 Komite Eropa

3.2.7 Member of Parliament (MEP)

3.3 Keputusan Parlemen Mengeluarkan Resolusi Sawit

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Referensi

Dokumen terkait

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara

Trafo Arus ( Current Transformer-CT ) yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran besaran arus pada intalasi tenaga listrik di sisi primer (TET, TT dan TM)

Rizki Maulana Bahari yang bertujuan agar para pengrajin/pembuat kapal kayu tradisional di kabupaten Batang memiliki ketrampilan untuk menggambar bentuk badan kapal dalam

Setiap mahasiswa diminta untuk membuat sebuah paper dengan panjang maksimal 500 kata yang berisi rangkuman dan refleksi kritis atas tulisan Abraham van de Beek. yang berjudul

Yang dimaksud dengan ahliyyah , yaitu kelaya- kan atau kecakapan atau kemampuan seseorang untuk memiliki hak-hak yang ditetapkan baginya atau untuk menunaikan kewajiban

memperhatikan berbagai hal dalam membuat keputusan perencanaan serta dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan yang dilakukan warga masyarakat di luar wilayah

Sebagai langkah pemanfaatan yang berkelanjutan maka dirumuskan potensi perairan sesuai dengan kemampuan lahan di wilayah calon kawasan konservasi perairan daerah Kabupaten

2 Pelaksanaan program penelitian (dosen dan mahasiswa) dalam lingkup teknologi kendaraan efisien yang berdasar pada roadmap penelitian Program Studi, skenario