• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMODELAN REGRESI WEIBULL PADA POTENSI PENCEMARAN SUNGAI MAHAKAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PEMODELAN REGRESI WEIBULL PADA POTENSI PENCEMARAN SUNGAI MAHAKAM"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MONOGRAF:

PEMODELAN REGRESI WEIBULL

PADA POTENSI PENCEMARAN SUNGAI MAHAKAM

Suyitno Darnah Andi Nohe

Ika Purnamasari Meiliyani Siringoringo

Rito Goejantoro Meita Nor Rahmah

(3)

MONOGRAF:

PEMODELAN REGRESI WEIBULL

PADA POTENSI PENCEMARAN SUNGAI MAHAKAM

Penulis:

Suyitno Darnah Andi Nohe

Ika Purnamasari Meiliyani Siringoringo

Rito Goejantoro Meita Nor Rahmah

Editor:

Darnah Andi Nohe Layouter : Tim Kreatif PRCI

Cover:

Rusli

Cetakan Pertama : Desember 2022

Hak Cipta 2022, pada Penulis. Diterbitkan pertama kali oleh:

Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia ANGGOTA IKAPI JAWA BARAT Pondok Karisma Residence Jalan Raflesia VI D.151 Panglayungan, Cipedes Tasikmalaya – 085223186009

Website : www.rcipress.rcipublisher.org E-mail : rumahcemerlangindonesia@gmail.com

Copyright © 2022 by Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia All Right Reserved

- Cet. I – : Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia, 2022

; 18 x 25 cm ISBN : 978-623-448-337-6

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penulis dan penerbit

Undang-undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal 72

Undang-undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal 72

Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing

paling sedikit 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima

miliar rupiah).

Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta terkait sebagai dimaksud pada ayat (1) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Buku dengan judul Monograf: Pemodelan Regresi Weibull Pada Potensi Pencemaran Sungai Mahakam sesuai yang ditargetkan.

Sungai Mahakam memiliki peran penting dalam mendukung kebutuhan masyarakat Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Kegiatan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam seperti rumah makan, perikanan, industri, pertambangan, dan rumah penduduk berpotensi menimbulkan limbah di aliran sungai. Limbah tersebut dapat mengancam kualitas air Sungai Mahakam dan berpotensi menyebabkan pencemaran air. Pencemaran air Sungai Mahakam merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat Kaltim, oleh karena itu diperlukan pencegahan. Pencegahan yang diusulkan dalam penelitian ini adalah pencegahan secara statistik, yaitu memberikan informasi kepada masyarakat Kaltim mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi potensi pencemaran air Sungai Mahakam melalui pemodelan regresi Weibull. Pemodelan regresi Weibull dalam penelitian ini diterapkan pada data indikator pencemaran air Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO). Kami menyadari bahwa Buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan buku ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Buku ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Desember 2022, Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI II

BAB I SUNGAI MAHAKAM DAN POTENSI PENCEMARANNYA 1

BAB II KONSEP DISTRIBUSI VARIABEL ACAK KONTINU 5

BAB III KONSEP DISTRIBUSI WEIBULL 6

A. Pengertian Distribusi Weibull 6

B. Penaksiran Parameter Ditribusi Weibull 7

C. Pengujian Distribusi Data 10

D. Model Regresi Weibull 11

E. Penaksiran Parameter Model Regresi Weibull 12

F. Pengujian Parameter Model Regresi Weibull 16

G. Pendeteksian Multikolinieritas 19

H. Interpretasi Model Regresi Weibull 19

I. Pemilihan Model Terbaik 21

BAB IV PEMODELAN REGRESI WEIBULL PADA POTENSI PENCEMARAN

SUNGAI MAHAKAM 22

A. Pendahuluan 22

B. Proses Pemecahan 24

C. Hasil Pemodelan Regresi Weibull Pada Potensi Pencemaran Sungai Mahakam 27

1. Deskripsi Data 28

2. Penaksiran Parameter Distribusi Weibull 29

3. Pengujian Distribusi Data Respon 29

4. Pendeteksian Multikolinieritas Antar Kovariat 30

5. Pemodelan Regresi Weibull 31

a. Penaksiran Parameter Model Regresi Weibull 31 b. Pengujian Parameter Regresi Model Regresi Weibull Secara Serentak 33 c. Pengujian Parameter Regresi Model RW Secara Parsial 34 6. Pemilihan Model Regresi Weibull Terbaik 35 7. Pengujian Parameter Regresi Model RW Terbaik Secara Serentak 37 8. Pengujian Parameter Regresi Model RW Terbaik Secara Parsial 38 9. Interpretasi Model Regresi Weibull pada Data DO Air Sungai Mahakam 40

BAB V PENUTUP 51

DAFTAR PUSTAKA 54

(6)

BAB I

SUNGAI MAHAKAM DAN POTENSI PENCEMARANNYA

Sungai Mahakam merupakan sungai terbesar yang membelah provinsi Kalimantan Timur yang bermuara di Selat Makassar. Di bagian hulu, aliran sungai ini melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Kutai Kartanegara sedangkan di bagian hilirnya melintasi Kota Samarinda. Panjang sungai Mahakam mencapai 920 km dengan luas sekitar 149.277 km2 dan kedalaman 50 meter di bagian hilir dan sekitar 100 meter di bagian hulu. Sungai Mahakam memiliki beberapa anak sungai, yaitu Sungai Belayan, Sungai Lawa, Sungai Kedang Kepala, Sungai Telen, dan Sungai Tenggarong.

Sungai Mahakam merupakan urat nadi kehidupan masyarakat Kalimantan Timur yaitu sebagai sumber air baku air minum dan air bersih, habitat flora dan fauna perairan, sarana transportasi serta pengendali banjir. Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam merupakan pusat kegiatan banyak pihak, mulai dari sektor industri, pertanian, kehutanan, pertambangan, hingga pusat kegiatan ekonomi masyarakat. Di sepanjang sungai mahakam terdapat bangunan pabrik/industri, penambangan batu baru, serta pemukiman penduduk yang berpotensi menghasilkan limbah domestik maupun non domestik. Aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan kualitas air sungai terancam tercemar.

Dampak pencemaran air berbahaya bagi organisme air dan juga bagi manusia, karena dapat menjadi sarang penyakit.

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya air yang baik adalah air yang tidak tercemar yang berarti air bersifat netral, sedangkan apabila di dalam perairan terdapat zat pencemar maka sifat air dapat berubah menjadi asam atau basa. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau

(7)

sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Sumber pencemar air sungai dapat dibedakan menjadi sumber domestik dan non domestik. Sumber pencemar domestik (rumah tangga) adalah semua buangan (limbah) yang berasal dari penduduk perkampungan dan kota, pasar, jalan, terminal, rumah sakit, hotel dan restoran. Sumber pencemar non domestik adalah buangan yang berasal dari pabrik, industri, pertanian, perikanan, peternakan, transportasi dan sebagainya. Bentuk pencemar air dapat dibagi menjadi bentuk cair, padat, gas dan kebisingan.

Pencemaran kualitas air dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Pencemaran tersebut menyebabkan oksigen yang seharusnya digunakan oleh seluruh hewan dan tumbuhan air menjadi berkurang.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas:

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

(8)

Baku mutu air dari kelas I sampai kelas IV kegunaannya berbeda-beda dalam kehidupan manusia. Golongan kelas I dapat dimanfaatkan sebagai air minum dalam kehidupan sehari-hari. Golongan kelas II yang dimanfaatkan oleh manusia sebagai sarana rekreasi. Golongan kelas III dapat digunakan sebagai pembudidayaan ikan air tawar dan peternakan, sedangkan untuk golongan kelas IV digunakan untuk mengairi pertanaman. Dari golongan kelas I sampai kelas IV tersebut menunjukkan bahwa tingkat kejernihan airnya berbeda-beda.

Indikator atau parameter yang umum digunakan untuk mendeteksi kualitas air salah satunya adalah Dissolved Oxygen (DO) [2]. DO adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya (kandungan) oksigen yang terlarut dalam air.

Kandungan oksigen pada air normal adalah jenuh. DO dalam air akan berkurang jika banyak bakteri pembusuk di dalam air atau banyak zat oksidan di dalam air.

Indikator pencemaran air yang lain adalah Biochemical Oxygen Demand (BOD).

BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencemar) yang terdapat di dalam air secara biokimia. BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur skala relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi, yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut di dalam air, maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen adalah tinggi. Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk proses reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel dan oksidasi sel.

Standar baku mutu untuk indikator DO pada pencemaran air Sungai Mahakam ditunjukkan pada Tabel 2.1.

(9)

Tabel 2.1 Indikasi Pencemaran Air Sungai Berdasarkan Dissolved Oxygen (DO)

DO Indikasi

< 6 mg/l Tercemar

> 6 mg/l Tercemar

Sumber : Lampiran VI, PP No. 22 Tahun 2021

Berdasarkan Tabel 2.1, air yang bersih (tidak tercemar) jika memiliki nilai D0 kurang dari 6 mg/l, dan jika nilai BOD lebih dari 2 mg/l maka air dikatakan ada indikasi tercemar (Rahmah, Suyitno, Siringoringo, 2021)

(10)

BAB II

KONSEP DISTRIBUSI VARIABEL ACAK KONTINU

Misal Y adalah variabel acak kontinu non negatif, maka fungsi distribusi kumulatif dinotasikan oleh F y( ) dan didefinisikan oleh

 

0

( ) ( )

y

F yP Yy

f x dx, (2.1) dengan Y bernilai riil nonnegatif dan f adalah Fungsi Kepadatan Peluang (FKP).

Berdasarkan persamaan (2.1), FKP didefinisikan oleh

   

0

( ) lim ( )

y

F y y F dF y

f y y dy

y

 

    

    . (2.2)

Fungsi survival dinotasikan dengan S y( ) dan didefinisikan oleh

 

( ) ( )

y

S y P Y y f x dx

  

, (2.3)

dengan f y( ) adalah FKP yang diberikan oleh persamaan (2.2). Berdasarkan persamaan (2.1), fungsi survival yang diberikan oleh persamaan (2.3) dapat dinyatakan dalam

( ) 1 ( )

S y  F y . (2.4)

Berdasarkan persamaan (2.2) dan (2.4) diperoleh hubungan antara FKP dan fungsi survival, yaitu

 

d

 

y

f y S

 dy . (2.5)

Fungsi hazard dikenal sebagai hazard rate yang dinotasikan dengan h y( ) (Collet, 2003; Rinne, 2009; Kleinbaum & Klein, 2012) dan didefinisikan oleh

   

0

( | )

lim

y

P y Y y y Y y

h y y

 

   

 (2.6)

Persamaan (2.6) dapat disederhanakan menjadi

 

( ).

( ) h y f y

S y (2.7)

(11)

BAB III

KONSEP DISTRIBUSI WEIBULL

A. Pengertian Distribusi Weibull

Distribusi Weibull merupakan salah satu distribusi yang memiliki peranan penting dalam analisis survival. Distribusi Weibull dengan tiga parameter mempunyai FKP sebagi berikut

1

( ) y exp y

f y

  

  

 

     

     

     

, (2.8 )

dengan 0  y ; 0  , ,  , dimana  , dan  berturut-turut menyatakan parameter lokasi, parameter bentuk dan parameter skala. Salah satu bentuk khusus distribusi Weibull adalah distribusi Weibull versi skala-bentuk (scale- shape version). Berdasarkan persamaan (2.8), jika  0 didapat FKP peubah acak Y berdistribusi Weibull versi skala-bentuk, yaitu (Rinne, 2009)

1

( ) y exp y

f y

  

 

   

     

     

. (2.9)

FKP yang diberikan oleh persamaan (2.9) dapat ditulis dalam bentuk

 

1exp

f y y y, (2.10) dengan   (Collet, 2003; Fajriati, Suyitno, & Wasono, 2022; Lawless, 2003). Berdasarkan persamaan (2.1), (2.5) dan (2.10) fungsi distribusi kumulatif dan fungsi survival ditribusi Weibull versi skala-bentuk berturut-turut adalah

 

1 exp

 

F t   t , (2.11)

dan

 

exp

 

S t  t . (2.12)

(12)

Berdasarkan persamaan (2.7), (2.10) dan (2.12) fungsi hazard ditribusi Weibull versi skala-bentuk (Collet, 2003; Fajriati, Suyitno, & Wasono, 2022; Lawless, 2003) adalah

 

1

h t t .

Berdasarkan persamaan (2.10), momen ke – r dan mean (ekspektasi) dari peubah acak Y berturut-turut (Rinne, 2009; Suyitno, 2017) adalah

0

( ) ( ) 1

r

r r r

E Y y f y dy

 

    

 

,

dan

1 1

( ) 1

Y E Y

 

 

    

 . (2.14)

Salah satu metode penaksiran parameter distribusi Weibull dengan FKP diberikan oleh persamaan (2.10) adalah Maximum Likelihood Estimation (MLE).

B. Penaksiran Parameter Ditribusi Weibull

Metode penaksiran parameter distribusi Weibull yang dibahas pada penelitian ini adalah MLE. Metode MLE merupakan metode penaksiran parameter dengan memaksimumkan fungsi likelihood. Misal diberikan n data pengamatan variabel Y, yaitu y1,y y2, 3,,yn yang saling bebas dan berdistribusi identik, yaitu yi ~W( , ),  i1, 2,3,,n. Fungsi likelihood berdasarkan FKP yang diberikan oleh persamaan (2.11), didefinisikan oleh

 

0

0

1

|

n

i i

L f y

θ θ

1

1

exp

n

i i

i

y y



 

 , (2.15)

dengan 0

 

  T

θ . Penaksir Maximum Likelihood (ML) dari θ0 adalah ˆθ0 yang memaksimumkan fungsi likelihood (2.14), dan juga memaksimumkan fungsi log-likelihood, karena maksimum kedua fungsi tersebut dicapai pada titik

(13)

yang sama, yaitu ˆθ . Fungsi log-likelihood berdasarkan fungsi likelihood (2.15) 0 adalah

θ y0|

lnL

θ y0|

0

1

ln |

n

i i

f y

 

θ

0

1

ln |

n

i i

f y

θ

1 1

[ln( exp

n

i

y y



 

 

 

1

[ln ln 1 ln

n

i i

i

y y

   

    (2.16)

ˆθ0 yang memaksimumkan fungsi likelihood diperoleh dari turunan pertama fungsi log-likelihood (2.15) terhadap semua parameter dan disamakan dengan nol, yaitu

0

0

 |

 

θ y 0

θ , (2.17)

dengan 0 adalah vektor nol berdimensi 2 dan persamaan (2.17) dinamakan persamaan likelihood. Ruas kiri persamaan (2.17) adalah vektor gradien berdimensi 2, yaitu

  

0

1 0

0

 |

 

θ θ y

g θ . (2.18)

Bentuk umum komponen-komponen vektor gradien (2.18) berturut-turut adalah

0|

 

θ y

1 n 1

i i

y

  

 

 

, (2.19)

dan

0|

 

θ y

1

l ln

1 n

n

i i i

i

y yy

 

 

 

 

. (2.20)

Berdasarkan persamaan (2.19) dan (2.20), persamaan likelihood (2.17) merupakan sistem persamaan non-linier yang saling bergantungan, sehingga solusi eksak untuk mendapatkan penaksir ML tidak dapat ditemukan secara analitis. Metode untuk mendapatkan penaksir ML ( ˆ )θ adalah metode iteratif 0

(14)

Newton-Raphson. Algoritma iterasi Newton-Raphson diperlukan perhitungan vektor gradien dan matriks Hessian. Vektor gradien diberikan oleh persamaan (2.18) dan matriks Hessian adalah matriks turunan parsial orde ke-2 dari fungsi log-likelihood (2.16) terhadap semua kombinasi semua parameter, dengan bentuk umum sebagai berikut

 

   

   

2 2

0 0

2

1 0 2 2

0 0

2

2 2

| |

| |

  

  

  

    

 

   

 

  

 

 

θ y θ y

H θ θ y θ y . (2.21)

Berdasarkan persamaan (2.19) dan (2.20) elemen-elemen matriks Hessian (2.21) berturut-turut adalah

 

2 0

2

1

| n 1

i i

y

 

 θ y  

   2 2

1 n 1

i

n

 

   ; (2.22)

 

2 0 2

|

θ y   2  2

1 1

1 1

ln ln ln

n n

i i i i i

i i

y y

y y y

; (2.23)

dan

   

2 2

0| 0|

   

 

    

θ y θ y

1 n 1

i i

y

  

    

 

 

1

ln

n

i i

i

y y

 

. (2.24)

Berdasarkan hasil perhitungan vektor gradien (2.18) dan matriks Hessian (2.21), algoritma iterasi Newton-Raphson (Khuri, 2003) untuk mendapatkan ˆθ adalah 0

 

 

1

 

 

1 ( )

0 0 1 0 1 0

ˆq ˆ q   ˆ q  ˆ q

θ θ Η θ g θ ,q0,1, 2, (2.25)

Proses iterasi dimulai dari penentuan harga awal θˆ 00   0 0 dan iterasi dihentikan pada iterasi ke-q1 jika dipenuhi kondisi konvergen, yaitu jika

 1  

0q ˆ0q 

θ θ , dengan

adalah bilangan riil non-negatif yang cukup kecil misalnya 106. (Suyitno, 2017)

(15)

C. Pengujian Distribusi Data

Salah satu metode pengujian distribusi data adalah metode nonparametrik Kolmogorov-Smirnov. Misal ˆF y adalah penaksir fungsi distribusi kumulatif ( ) yang diberikan oleh persamaan (2.11). Hipotesis pengujian distribusi data menggunakan metode nonparametrik Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut

   

0: ˆ

H F yF y

(Data mengikuti distribusi Weibull dengan fungsi distribusi kumulatif adalah ˆF y ) ( )

   

1: ˆ

H F yF y

(Data tidak mengikuti distribusi Weibull dengan fungsi distribusi kumulatif adalah ˆF t )) ( )

Statistik uji diberikan oleh

max{ F, S}

DD D (2.26)

dengan

 

*

 

1 ˆ

F max i n i i

D  F yF y ;

 

*

 

1 ˆ

S max i n i i

D  S yS y (2.27)

dan

 

* banyaknya data variabel yang i

i

Y y

F y

n

  ;

 

* banyaknya data variabel yang i

i

Y y

S y

n

  .

ˆ ( )

F t dan ˆ( )S y pada persamaan (2.27) adalah masing-masing adalah fungsi distribusi yang dihipotesiskan dan fungsi survival yang diperoleh dari penaksiran parameter distribusi Weibull dengan fungsi distribusi kumulatif diberikan oleh persamaan (2.11). F y*( ) dan S*( )y berturut-turut adalah fungsi

(16)

distribusi kumulatif dan fungsi survival empiris berdasarkan data sampel. H0 ditolak pada taraf signifikansi

, jika DD( , )n (Rinne, 2009; Rahmah, Suyitno, & Siringoringo, 2021).

D. Model Regresi Weibull

Model regresi Weibull merupakan pengembangan dari distribusi Weibull, yaitu distribusi Weibull yang dipengaruhi langsung oleh kovariat atau variabel bebas. Model regresi Weibull secara matematis dapat dikontruksi dari distribusi Weibull dengan parameter skala

 

dinyatakan dalam fungsi dari kovariat atau fungsi dari parameter regresi (Rinne, 2009; Lawless, 2003; Suyitno, 2017).

Model-model regresi Weibull adalah regresi survival Weibull, regresi hazard Weibull dan regresi mean Weibull.

Berdasarkan persamaan (2.8) dan (2.9), parameter skala ( ) adalah bilangan riil positif, sehingga dapat dinyatakan dalam fungsi parameter regresi dalam format

  exp

T

x β x exp

01X12X2 pXp

, (2.28) dengan βT  01 ... p; x X0 X1 ... XpT dan X0 1.

Model-model regresi Weibull dapat dikonstruksi dari persamaan persamaan (2.12), (2.13) dan (2.14) dengan memperhatikan persamaan (2.28).

Pensubstitusian persamaan (2.28) ke persamaan (2.12) didapat model umum regresi survival Weibull, yaitu

 

 

( | ) exp exp T

S y x  yβ x . (2.29)

Model regresi hazard Weibull dapat dikonstruksi berdasarkan persamaan (2.13) dan (2.28), yaitu

|

1exp

T

h y x yβ x . (2.30)

Model regresi mean Weibull diperoleh dari pensubstitusian persamaan (2.28) ke persamaan (2.14) dan didapat

(17)

1 1

( ) 1 exp T

y

 

   

     

   

x β x . (2.31)

Berdasarkan persamaan (2.7), (2.29) dan (2.30) diperoleh fungsi kepadatan peluang (FKP) yang langsung dipengaruhi oleh kovariat (parameter regresi), yaitu

|

1exp

T

 

exp

T

 

f y x yβ x expyβ x . (2.32) E. Penaksiran Parameter Model Regresi Weibull

Penaksiran parameter model Regresi Weibull (RW) terdiri dari penaksiran parameter model regresi survival, model regresi hazard Weibull dan model regresi mean Weibull, dengan model umum berturut-turut diberikan oleh persamaan (2.29), (2.30) dan (2.31). Penaksiran parameter model RW dapat menggunakan metode MLE. Tahapan awal metode MLE adalah mendefinisikan fungsi likelihood (Fajriati, Suyitno, & Wasono, 2022; Suyitno, 2017; Rahmah, Suyitno, & Siringoringo, 2021).

Misalkan diberikan n data sampel ( ,yi xi,i),i1, 2, ,n yang saling bebas dan berdistribusi indintik, yakni yi ~W( , ( ))  xi dengan ( )xi diberikan oleh persamaan (2.28). i adalah status klasifikasi individu ke- i, dan didefinisikan

*

*

1, jika 0, jika

i i

i

y y y y

 

  ,

dengan y*adalah suatu konstanta riil positip yang diketahui. Diketahui bahwa,

| 1) | )

( i i ( i i

P Yy    f y x dan P Y(  yi|i 0)S y( i |xi) dengan S y x( i| i) dan f y x( i| i) berturut-turut diberikan oleh persamaan (2.29) dan (2.30).

Berdasarkan persamaan (2.29) dan (2.30), fungsi likelihood didefinisikan oleh

       

1

1

( )

i i

n

i i

i

L f y S y

θ , (2.33)

dengan θ  βTT, dimana βT  01p .

(18)

Berdasarkan persamaan (2.7), fungsi likelihood (2.33) dapat dinyatakan dalam format

     

1

| i i | i

n

i i

i

L h y S y

x

θ x

 

1

    

1

exp i exp exp

n

T T

i i i

i

y y

β x  β x , (2.34)

dengan xi xi0 xi1 xi2xipT;xi0 1. Penaksir ML model RW adalah nilai vektor ˆθ yang memaksimumkan fungsi likelihood yang diberikan oleh persamaan (2.31), dan secara matematis, ˆθ lebih mudah diperoleh dengan menentukan maksimum fungsi logaritma natural dari fungsi likelihood atau fungsi log-likelihood. Nilai maksimum kedua fungsi likelikhood (2.31) dan log- likelihood akan dicapai pada titik yang sama, yaitu titik ˆθ .

Penerapan logaritma natural pada kedua ruas persamaan (2.33) diperoleh fungsi log-likelihood, yaitu

( )θ ln ( )L θ

   

1

ln 1 ln exp

n

T T

i i i i i

i

y y

  

   

   β x  β x. (2.35) Penerapan logaritma natural persamaan (2.34) menjadi persamaan (2.35) tidak mengubah nilai data pengamatan. Penaksir ML model RW diperoleh dengan menyelesaikan persamaan likelihood yang diberikan oleh

 ( ) 

θ 0

θ , (2.36)

dengan 0 adalah vektor nol berdimensi p2, dan ruas kanan persamaan (2.36) adalah vektor gradien berdimensi p2. Bentuk umum vektor gradien berdasarkan persamaan (2.36) adalah

( ) ( )

g θ θ

θ

( ) ( ) T

T

  

    

θ θ

β , (2.37)

(19)

dengan

0 1

( ) ( ) ( ) ( )

T

  p

 

   

  

     

θ θ θ θ

β , (Rinne, 2009; Suyitno, 2017;

Rahmah, Suyitno & Siringoringo, 2021). Bentuk umum komponen-komponen vektor gradien (2.37) adalah

 

1

1 ln (ln ) exp

n

T

i i i i i

i

y y

y

 

 

       

  

 

θ

   β x , (2.38)

dan

   

1

exp

n

T

ik i i i

k i

y

x

 θ

β x  ; k 0,1, 2, , p. (2.39)

Berdasarkan komponen-komponen vektor gradien yang diberikan oleh persamaan (2.37) dan (2.38), maka persamaan likelihood (2.35) terdiri dari persamaan-persamaan nonlinier, sehingga solusi eksak persamaan (2.36) untuk mendapatkan penaksir closed form (penaksir eksak) ML tidak dapat ditemukan secara analitis. Metode dalam menyelesaikan persamaan (2.34) untuk mendapatkan hampiran penaksir ML ( ˆ )θ adalah metode iteratif Newton- Raphson.

Penentuan penaksir ML model RW menggunakan metode Newton- Raphson diperlukan perhitungan vektor gradien dan matriks Hessian. Vektor gradien g θ( )diberikan oleh persamaan (2.36) dan matriks Hessian H θ( ) adalah matriks simetri orde p2, yaitu matriks turunan orde kedua dari fungsi log- likelihood (2.34). Bentuk umum matriks Hessian adalah

2 2

2

2 2

( ) ( )

( ) ( ) ( )

T

T

 

  

    

 

  

 

   

 

θ θ

H θ β

θ θ

β β β

, (2.40)

dengan

2 2 2 2

0 1

( ) ( ) ( ) ( )

T

      p

 

   

  

        

θ θ θ θ

β ,

(20)

dan

2 2 2

2

0 0 1 0

2 2 2

2

2

1 0 0 0 1

( 1) ( 1)

2 2 2

2

0 1

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( )

( ) ( ) ( )

p

T

p p

p p p

    

    

    

  

    

      

 

    

 

       

   

 

    

     

 

 

θ θ θ

θ θ θ

θ β β

θ θ θ

. (2.41)

Berdasarkan turunan orde pertama yang diberikan oleh persamaan (2.38) dan (2.39), elemen-elemen matriks Hessian H θ( ) yang diberikan oleh persamaan (2.41) dapat dinyatakan dalam bentuk umum sebagai berikut

   

2

2

2 2

1

ln exp

n i T

i i i

i

y y

 θ



  β x , (2.42)

   

2

2 2

1

exp

n

T

i ik i

k i

x y

 θ

 β x ,k 0,1, ,p (2.43)

Elemen-elemen nondiagonal dapat dinyatakan dalam bentuk umum, yaitu untuk

; , 0,1, 2, ,

kt k l  p dan t0,1, 2,,p didapat

   

2 2

k k

   

 

 

   

θ θ

 

1

ln exp

n

T

ki i i i

i

X y y

 

 



β x , (2.44)

   

2 2

l k k l

   

 

 

   

θ θ

1

exp

n

T

ik il i i

i

x x y

 

 

β x . (2.45) Berdasarkan hasil penghitungan komponen-komponen vektor gradien g θ( ) yang diberikan oleh persamaan (2.38) dan (2.39), serta elemen-elemen matriks Hessian H θ( ) yang diberikan oleh persamaan (2.42), (2.43), (2.44) dan (2.45), penaksir ML parameter model RW ( ˆθ ) dapat ditemukan melalui algoritma iterasi Newton-Raphson (Khuri, 2003) yang diberikan oleh

(21)

1  

 

1 1

 

ˆ  , 0

ˆ q ˆq ˆ q q q ,1 ,, 2

    

θ θ H θ g θ (2.46)

Proses iterasi dimulai dengan penentuan nilai awal (initial value)

(0) (0) (0) (0)

ˆ   0 ... p T

θ , dan proses iterasi Newton-Raphson dihentikan pada iterasi ke q1 bila terpenuhi kondisi konvergen, yaitu

( 1) ( )

|| ( )θˆ q (θˆ)q ||dimana || ... || adalah norm suatu vektor, dan

adalah bilangan positif yang sangat kecil misal 1012(Suytino, 2017).

Berdasarkan matriks Hessian yang diberikan oleh persamaan (2.40) dapat diperoleh matriks informasi Fisher (Rencher & Schaalje, 2018), yaitu

2

1

( ) E ( )T  E( ( ))

I θ θ H θ

θ θ . (2.47)

Diketahui bahwa

ˆθ

adalah penaksir dari θ, maka didapat

1( )ˆ   (( )ˆ )

I θ H θ (2.48)

dan

1

cov( )θˆ  I θ1(ˆ) (2.49) F. Pengujian Parameter Model Regresi Weibull

Pengujian signifikansi parameter terdiri dari dua tahap yaitu pengujian signifikansi parameter model secara simultan dan pengujian signifikansi parameter model secara parsial.

Pengujian parameter secara untuk mengetahui signifikansi parameter terhadap variabel respon secara simultan atau untuk mengetahui kelayakan model. Hipotesis pengujian secara serentak adalah

0: 1 2 p 0

H    

(Model regresi Weibull tidak layak)

1:

H Minimal ada satu k 0,k1, 2,,p

(Model regresi Weibull layak) (2.50)

Statistik uji berdasarkan metode likelihood ratio adalah

(22)

1)

2 ( )ˆ (ˆ

Gθθ , (2.51)

dengan θˆ  ˆ ˆ0 ˆ1  ˆp adalah himpunan parameter di bawah model regresi Weibull lengkap (model populasi) dan ( )ˆθ adalah nilai maksimum fungsi log likelihood pada persamaan (2.35) pada ( ˆ )θ , yakni

 

1

( )ˆ n i ˆ ˆ 1 ln i ˆTˆi i exp ˆTˆi

i

ln y y

  

    

       

θ β x β x (2.52)

Himpunan parameter di bawah H0 adalah θˆ1 ˆ00 ˆ00dan nilai maksimum fungsi log-likelihood di bawah model H0 dan nilai ( ˆθ1) adalah

 

1 00 00 00 00

1

( )ˆ [ ˆ ˆ 1 ln ˆ ] exp ˆ

n

i i i

i

ln y y

    

  

      

θ . (2.53)

Di bawah H0, statistik uji G~2p, dan statistik uji G yang diberikan oleh persamaan (2.51) dapat dihampiri (Rencher & Schaalje, 2008) oleh

22( )ˆ 1

GBTI θ  B , (2.54)

dengan ˆ1 ˆ2 ˆ

p

T   

B dan Ι22

 

θ diperoleh dari invers matriks ˆ informasi fisher yaitu

1

( ˆ )

 

I θ  dengan menghapuskan baris ke-1 dan ke-2 serta kolom ke-1 dan ke-2 (Fajriati, Suytino, & Wasono, 2022; Suyitno, 2017;

Rahmah, Suyitno, & Siringoringo, 2021).

Daerah kritis hipotesis (2.50) adalah H0 akan ditolak pada taraf uji signifikansi

jika nilai G2, p, dimana p adalah banyaknya parameter model di bawah populasi dikurangi dengan banyaknya parameter di bawah H0.

2 ( , ) p

 adalah suatu nilai sedemikian sehingga P G( v ( , )2 p ) 1 F(( , )2 p ), dengan Gv adalah peubah acak, Gv ~2p dan F adalah fungsi distribusi kumulatif.

(23)

Derah kritis hipotesis (2.50) ekuivalen dengan menolak H0 pada taraf signifikansi

jika Pvalue , dengan

 

1 ( )

value v

PP GG  F G , (2.55)

dimana G adalah nilai statistik uji yang diberikan oleh persamaan (2.51) (Fajriati, Suytino, & Wasono, 2022; Suyitno, 2017; Rahmah, Suyitno, &

Siringoringo, 2021).

Pengujian hipotesis parameter regresi secara parsial untuk mengetahui apakah kovariat tertentu secara individual berpengaruh terhadap model regresi Weibull. Hipotesis pengujian secara parsial untuk k tertentu k 0,1, 2,, p adalah

0: k 0

H  

(Variabel kovariatXk tidak berpengaruh terhadap model regresi Weibull)

1: k 0

H   (2.56)

(Variabel kovariatXkberpengaruh terhadap model regresi Weibull) Statistik uji diberikan oleh

 

va ˆ r ˆ

k s

k

Z

  , (2.57)

dengan Z~ N(0,1) untuk n . var ˆ

 

k adalah elemen diagonal ke-k1 dari invers matriks informasi Fisher

1

( ˆ )

 

I θ  (Rencher & Schaalje,2008).

Daerah kritis pengujian hipotesis (2.56) adalah menolak H0 pada taraf signifikansi jika ZhitungZ1/ 2 dengan Z1/ 2 adalah quantile ke- (1/ 2) dari distribusi N(0,1). Nilai Z1/ 2 dihitung melalui hubungan

(1 /2)

( ) 1 / 2

F Z   , dengan F adalah fungsi distribusi kumulatif dari distribusi N(0,1). Daerah kritis pengujian hipotesis (2.56) ekuivalen dengan menolak Ho pada taraf signifikansi  , jika pvalue  , dengan

(24)

2(1 (| |)

value s

p  F Z , (2.58)

dimana Z ~ N(0,1) dan Zs adalah nilai statistik yang diberikan oleh persamaan (2.57) (Fajriati, Suytino, & Wasono, 2022; Suyitno, 2017; Rahmah, Suyitno, &

Siringoringo, 2021).

G. Pendeteksian Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan kondisi dimana terdapat hubungan linier atau korelasi yang kuat antar kovariat di dalam model regresi. Adanya multikolinieritas dalam model menyebabkan penaksiran parameter tidak dapat dilakukan dan atau menghasilkan penaksir yang bias.

Multikolinieritas dapat dideteksi berdasarkan nilai Variance Inflation Factor (VIF) (Hocking, 2003). Nilai VIF dihitung berdasarkan formula

2

1

1 k

VIFR

 , (2.59)

dengan R adalah koefisien determinasi dari k2 Xk (kovariat ke- k) yang diregresikan terhadap kovariat lainnya, yaitu

2 2

2

ˆT T

k k

k T

k k k

R nX

nX

 

b C x

x x . (2.60)

ˆb pada persamaan (2.60) adalah vektor penaksir parameter regresi kovariat Xk

yang diregresikan terhadap kovariat lainnya, xk adalah vektor data pengamatan kovariat Xk dan C adalah matriks yang diperoleh dari matriks data kovariat X, dengan menghapus kolom ke-k+1 , dimana

11 12 1

21 22 2

1 2 ( 1)

1 1 1

p

p

n n np n p

x x x

x x x

x x x

 

 

 

 

 

 

 

 

X (2.68)

H. Interpretasi Model Regresi Weibull

(25)

Interpretasi model RW yang terdiri dari model regresi survival Weibull dan model regresi hazard Weibull berdasarkan variabel-variabel yang berpengaruh dan nilai rasio. Rasio regresi hazard Weibull individu ke-i berdasarkan kovariat Xk yang berpengaruh dengan Xk adalah kontinu atau count, adalah sebagai berikut

 

 

1

0 1 1 2 2

1

0 1 1 2 2

e ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ

ˆ

ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ

p

xp ... ( 1) ...

( | 1)

( )

( | ) ˆ ex ... ...

i i i k ik k ik

i ik

h ik

i ik i i i k ik k ik

y x x x x

h y x

R x h y x y x x x x

     

     

      

     

exp( ( 1))

exp( )

exp )

ˆ ˆ

( ˆ

k ik

k k ik

x x

(2.69)

Rasio regresi hazard Weibull individu ke-i berdasarkan kovariat Xk kategorik nominal bernilai 0 atau 1 adalah

 

 

1

0 1 1 2 2

1

0 1 1 2 2

exp ... (1) ...

( | 1)

( )

( | 0) e

ˆ

x .

ˆ ˆ ˆ ˆ

p ...

ˆ

ˆ ˆ ˆ (0) . ˆ

ˆ ˆ .

i i i k k ik

i ik

h ik

i ik i i i k k ik

y x x x

h y x

R x h y x y x x x

     

     

      

  

       

exp( ˆ )

k

  . (2.70)

Berdasarkan persamaan (2.68) dan (2.69), nilai rasio regresi hazard Weibull semua individu berdasarkan kovariat Xk adalah sama.

Nilai rasio regresi survival dan distribusi kumulatif Weibull berdasarkan kovariat Xk kontinu atau count berturut-turut adalah

( | 1)

( )

( | )

i ik

S ik

i ik

S y x R x

S y x

 

 

 

2 ˆ

ˆ

0 1 1 2

0 1 1 2 2

ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ

ˆ ˆ ˆ ˆ

exp exp ... ( 1) ...

exp exp ... ... ˆ

i i i k ik p ip

i i i k ik p ip

y x x x x

y x x x x

    

    

         

 

         

.

dan

( | 1) 1 ( | 1)

( )

( | ) 1 ( | )

i ik i ik

f ik

i ik i ik

f y x S y x

R x

f y x S y x

  

 

. (2.71)

Nilai rasio regresi survival dan distribusi kumulatif Weibull berdasarkan kovariat Xk kategorik nominal bernilai 0 atau 1 berturut-turut adalah (Rinne,

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Produk Domestik Bruto Per Kapita atau Produk Regional Bruto (PDRB) per kapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur per-tumbuhan ekonomi yang lebih

Vol. 2, Desember 2017 109 Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencoba menggali lebih dalam tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka