• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum) sebagai Antioksidan dengan Variasi Konsentrasi CMC-Na dan Gliserin Menggunakan Desain Faktorial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum) sebagai Antioksidan dengan Variasi Konsentrasi CMC-Na dan Gliserin Menggunakan Desain Faktorial"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN VARIASI

KONSENTRASI CMC-Na DAN GLISERIN MENGGUNAKAN DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Yobelin Lebang Somalinggi NIM: 188114055

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(2)

ii

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN VARIASI

KONSENTRASI CMC-Na DAN GLISERIN MENGGUNAKAN DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Yobelin Lebang Somalinggi NIM: 188114055

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(3)

Persetujuan Pembimbing

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN VARIASI

KONSENTRASI CMC-Na DAN GLISERIN MENGGUNAKAN DESAIN FAKTORIAL

Skripsi yang diajukan oleh:

Yobelin Lebang Somalinggi NIM: 188114055

telah disetujui oleh

Pembimbing

(Dr. apt. Agatha Budi Susiana Lestari) Tanggal 14 November 2022

iii

(4)

Oleh:

Yobelin Lebang Somalinggi NIM: 188114055

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal: 2 Desember 2022

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

Dr. apt. Dewi Setyaningsih Pengesahan Skripsi Berjudul

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN VARIASI

KONSENTRASI CMC-Na DAN GLISERIN MENGGUNAKAN DESAIN FAKTORIAL

Panitia Penguji: Tanda tangan

1. Dr. apt. Agatha Budi Susiana Lestari ………

2. Dr. apt. Rini Dwiastuti ………

3. Dr. apt. Yustina Sri Hartini ………

iv

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus,

Papa, Mama, Kakak, Adik,

Almamaterku, Universitas Sanata Dharma

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Yogyakarta, 28 Oktober 2022 Penulis,

Yobelin Lebang Somalinggi

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Yobelin Lebang Somalinggi

Nomor Mahasiswa : 188114055

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN VARIASI

KONSENTRASI CMC-Na DAN GLISERIN MENGGUNAKAN DESAIN FAKTORIAL

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 18 Januari 2023 Yang menyatakan

(Yobelin Lebang Somalinggi)

(8)

viii PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum) sebagai Antioksidan dengan Variasi Konsentrasi CMC-Na dan Gliserin menggunakan Desain Faktorial” dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Papa, mama, adik, kakak, dan semua keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan.

2. Ibu Dr. apt. Dewi Setyaningsih, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. apt. Florentinus Dika Octa, selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik Kelas FSMB di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

5. Ibu Dr. apt. Agatha Budi Susiana Lestari, selaku dosen pembimbing yang senantiasa menyempatkan waktu untuk memberikan bimbingan, kritik, dan saran selama proses penyusunan skripsi.

6. Ibu Dr. apt. Rini Dwiastuti, selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran selama proses penyusunan skripsi.

7. Ibu Dr. apt. Yustina Sri Hartini, selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran selama proses penyusunan skripsi.

8. Pak Wagiran, pak Agung, dan pak Bimo selaku laboran Fakultas Farmasi yang secara tidak langsung membantu melancarkan proses penelitian.

9. Stevany Tupamahu sebagai teman satu kos yang selalu menghibur penulis.

10. Risto, Ine, Austin, Putri, Kak Juan, Kak Nike, Kak Rian dan semua teman- teman KBU Choir GKI Gejayan yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan selama penulis berposes dalam perkuliahan.

(9)

ix

11. Ko Ansu, kak Cribs, kak Garry, Bintang, kak Kabes, Kak Yere, Kak Adit, kak Fius, Alfa, Gio, dan rekan-rekan di GKI Gejayan yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk selalu menjadi tempat hiburan bagi peneliti saat sedang down dengan perkuliahan.

12. Sr.Fidelia dan Juvita sebagai rekan satu bimbingan yang senantiasa membantu dan memberikan dukungan selama penelitian.

13. Teman-teman “Semisolid” Tyas, Tata, Claris, Vicha, Tea, Levie, dan Rio yang sudah menemani penulis selama berproses dalam perkuliahan.

14. Teman-teman FSMB atas kebersamaannya selama perkuliahan.

15. Teman-teman angkatan 2018 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

16. Last but not least, terima kasih untuk diri sendiri yang sudah mau berjuang dan menerima setiap kekurangan diri.

Yogyakarta, 28 Oktober 2022 Penulis

Yobelin Lebang Somalinggi

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Keaslian Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tanaman Salam ... 6

1. Deskripsi ... 6

2. Kandungan Kimia ... 6

3. Khasiat... 7

B. Flavonoid ... 7

C. Radikal Bebas... 7

D. Antioksidan dan Uji Antioksidan ... 8

E. Gel ... 9

F. CMC-Na ... 10

G. Gliserin ... 10

H. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan Gel ... 11

1. Uji Organoleptis ... 11

2. Uji Homogenitas ... 11

3. Uji pH ... 11

4. Uji Viskositas ... 11

5. Uji Daya Sebar ... 11

6. Uji Stabilitas Fisik ... 12

I. Desain Faktorial ... 12

J. Landasan Teori ... 13

K. Hipotesis ... 14

BAB III. METODE PENELITIAN... 15

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 15

(11)

xi

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 15

1. Variabel Utama ... 15

2. Variabel Pengacau ... 15

3. Definisi Operasional... 15

C. Bahan... 17

D. Alat ... 17

E. Tata Cara Penelitian ... 17

1. Penyiapan Ekstrak ... 17

2. Uji Antioksidan Ekstrak Etanol daun Salam ... 17

3. Formula ... 18

4. Pembuatan Sediaan Gel... 18

5. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan Gel ... 19

F. Analisis Hasil ... 21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

A. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Salam ... 22

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ... 23

2. Penentuan Operating Time ... 23

3. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum) ... 24

B. Pembuatan Sediaan Gel Ekstrak Daun Salam ... 25

C. Uji Sifat Fisik Sediaan Gel ... 26

1. Uji Organoleptis ... 26

2. Uji Homogenitas ... 27

3. Uji pH ... 27

4. Uji Viskositas ... 30

5. Uji Daya Sebar ... 32

D. Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel ... 35

1. Uji Pergeseran pH ... 36

2. Uji Pergeseran Viskositas ... 37

3. Uji Pergeseran Daya Sebar ... 38

E. Optimasi Formula ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. Kesimpulan... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 46

BIOGRAFI PENULIS ... 65

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan Desain Faktorial ... 12

Tabel II. Formula Acuan Sediaan Gel ... 18

Tabel III. Formula Modifikasi Sediaan Gel... 18

Tabel IV. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum DPPH... 23

Tabel V. Hasil Penentuan Operating Time... 24

Tabel VI. Hasil Perhitungan IC50 ... 25

Tabel VII. Hasil Orientasi Waktu Pencampuran ... 26

Tabel VIII. Hasil Uji pH Gel Ekstrak Etanol Daun Salam... 28

Tabel IX. Nilai Efek CMC-Na, Gliserin, dan Interaksinya Terhadap Respon pH ... 28

Tabel X. Hasil Uji Viskositas Gel Ekstrak Etanol Daun Salam ... 30

Tabel XI. Nilai Efek CMC-Na, Gliserin, dan Interaksinya Terhadap Respon Viskositas ... 31

Tabel XII. Hasil Uji Daya Sebar Gel Ekstrak Etanol Daun Salam ... 33

Tabel XIII. Nilai Efek CMC-Na, Gliserin, dan Interaksinya Terhadap Respon Daya Sebar... 33

Tabel XIV. Pergeseran pH Sediaan ... 36

Tabel XV. Nilai Efek CMC-Na, Gliserin, dan Interaksinya Terhadap Respon Pergeseran pH ... 36

Tabel XVI. Pergeseran Viskositas Sediaan ... 37

Tabel XVII. Nilai Efek CMC-Na, Gliserin, dan Interaksinya Terhadap Respon Pergeseran Viskositas ... 38

Tabel XVIII. Pergeseran Daya Sebar Sediaan ... 38

Tabel XIX. Nilai Efek CMC-Na, Gliserin, dan Interaksinya Terhadap Respon Pergeseran Daya Sebar ... 39

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pohon Salam ... 6

Gambar 2. Daun Salam ... 6

Gambar 3. Struktur Umum Flavonoid ... 7

Gambar 4. Reaksi antara Senyawa Antioksidan dan DPPH ... 9

Gambar 5. Struktur CMC-Na ... 10

Gambar 6. Struktur Gliserin ... 10

Gambar 7. (a) (DPPH + Pelarut Etanol) Sebelum Ditambahkan Senyawa Antioksidan, (b) Sesudah Ditambahkan Antioksidan ... 22

Gambar 8. Contour Plot Respon pH ... 29

Gambar 9. Contour Plot Respon Viskositas ... 32

Gambar 10. Contour Plot Respon Daya Sebar ... 34

Gambar 11. Overlaid Contour Plot pH, Daya Sebar, Viskositas, dan Pergeseran Viskositas ... 40

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis Ekstrak Etanol Daun Salam ... 46

Lampiran 2. Data Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Salam ... 47

Lampiran 3. Perhitungan Jumlah Ekstrak Untuk Formulasi ... 54

Lampiran 4. Hasil Pengamatan Organoleptis dan Homogenitas Sediaan ... 55

Lampiran 5. Hasil Pengamatan pH Sediaan... 56

Lampiran 6. Hasil Pengamatan Viskositas Sediaan ... 56

Lampiran 7. Hasil Pengamatan Daya Sebar Sediaan ... 57

Lampiran 8. Faktor Terhadap Respon pH pada Software Minitab 19 ... 57

Lampiran 9. Faktor Terhadap Respon Viskositas pada Software Minitab 19 ... 58

Lampiran 10. Faktor Terhadap Respon Daya Sebar pada Software Minitab 19 ... 59

Lampiran 11. Faktor Terhadap Respon Pergeseran pH pada Software Minitab 19 ... 60

Lampiran 12. Faktor Terhadap Respon Pergeseran Viskositas pada Software Minitab 19 ... 61

Lampiran 13. Faktor Terhadap Respon Pergeseran Daya Sebar pada Software Minitab 19 ... 62

Lampiran 14. Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Salam ... 63

Lampiran 15. Uji Sifat Fisik Sediaan ... 64

(15)

xv ABSTRAK

Ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) yang akan diformulasikan ke dalam sediaan gel diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang disebabkan adanya kandungan senyawa flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi optimum dari kombinasi CMC-Na dan Gliserin dalam formula sediaan gel ekstrak etanol daun salam sehingga menghasilkan suatu sediaan gel yang memenuhi kriteria sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik.

Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun salam dilakukan dengan menggunakan senyawa radikal sintetik DPPH. Optimasi formula dengan kombinasi CMC-Na dan gliserin menggunakan metode desain faktorial dan analisis data menggunakan software Minitab 19. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan gel dilakukan dengan cara evaluasi terhadap sifat fisik sediaan meliputi organoleptis (bentuk, warna, bau), pH, viskositas, serta daya sebar baik sebelum maupun sesudah dilakukan cycling test selama 6 siklus (2 minggu).

Hasil pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun salam dengan perolehan nilai IC50 sebesar 36,197 ppm. Hasil uji sifat fisik dan stabilitas fisik pada keempat formula sediaan gel telah memenuhi kriteria yang ditentukan. Hasil analisis data menggunakan software Minitab 19 menunjukkan bahwa kombinasi CMC-Na dan gliserin pada tiap formula optimum.

Kata kunci : Daun salam, gel, CMC-Na, gliserin, desain faktorial.

(16)

xvi ABSTRACT

The ethanol extract of bay leaf (Syzygium polyanthum) which will be formulated into a gel preparation is known to have an antioxidant activity due to the presece of flavonoid compounds. This study aims to determine the optimum composition of the combination of CMC sodium and glycerin in the formulas of Bay leaf ethanol extract gel preparations to produce a gel preparation that meets the criteria for good physical properties and physical stability.

The antioxidant activity test of the ethanolic extract of bay leaves was carried out using a synthetic radical compound DPPH. Optimization of the formula with a combination of CMC sodium and glycerin using the factorial design method and data analysis using Minitab 19 software. Physical properties and physical stability tests of gel preparations were carried out by evaluating the physical properties of the preparation including organoleptic (shape, color, odor), pH, viscosity, as well as dispersion before and after cycling test for 6 cycles (2 weeks).

The result of testing the antioxidant activity of the ethanol extract of bay leaves showed an IC50 value of 36,197 ppm. The result of the physical properties and physical stability tests on the four gel formulation formulas met the predetermined criteria. The results of data analysis using Minitab 19 software show that the combination of CMC sodium and glycerin in all the formulas are optimum.

Keywords: Bay leaf, gel, CMC sodium, glycerin, factorial design.

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang menyebabkan tanahnya subur sehingga banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh dan beberapa diantaranya berkhasiat sebagai obat, salah satunya daun salam. Daun salam mudah dijumpai pada tiap daerah yang ada di Indonesia. Tanaman ini juga sering digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu dapur. Adanya kandungan zat aktif yang bermanfaat pada daun salam membuat tanaman ini berpotensi untuk dikembangkan dalam pengobatan terutama untuk menangkal radikal bebas.

Radikal bebas terbentuk pada saat molekul yang kehilangan elektron menjadi tidak stabil. Sumber radikal bebas terdiri dari dua yaitu radikal bebas eksogenus (berasal dari luar tubuh) dan endogenus (berasal dari dalam tubuh).

Radikal bebas eksogenus diantaranya sinar ultraviolet (UV), radiasi, asap rokok, senyawa kimia karbon tetraklorida, senyawa hasil pemanggangan, dan zat pewarna, sedangkan radikal bebas endogenus yaitu berasal dari proses respirasi dan metabolisme sel. Radikal bebas dalam jumlah normal bermanfaat bagi kesehatan misalnya, memerangi peradangan, membunuh bakteri dan mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah serta organ-organ dalam tubuh, sementara dalam jumlah berlebih dapat mengakibatkan stress oksidatif (Yuslianti, 2018).

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menangkal radikal bebas.

Secara umum tubuh dapat menghasilkan senyawa antioksidan, namun antioksidan yang dihasilkan tersebut jumlahnya terbatas untuk berkompetisi dengan radikal bebas dari luar yang ditemui setiap hari, sehingga tubuh memerlukan asupan antioksidan dari luar untuk menangkal radikal bebas tersebut (Sani, Subaidah, dan Andayani, 2021). Senyawa antioksidan dapat berupa senyawa alami maupun senyawa sintetik, pada saat ini senyawa antioksidan sintetis sudah mulai ditinggalkan karena memiliki sifat karsinogenik dan antioksidan yang berasal dari

(18)

2

alam mulai memegang peranan penting (Firdiyani, Agustini, Ma’ruf, 2015).

Penggunaan antioksidan sintetis yang dapat membahayakan kesehatan tubuh manusia tersebut mendorong penelitian untuk memanfaatkan tumbuhan yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan seperti daun salam, untuk dikembangkan dalam suatu formula sediaan farmasi.

Aktivitas antioksidan daun salam berasal dari kandungan flavonoid yang bekerja dengan memberikan atom hidrogen secara cepat ke senyawa radikal atau mengubahnya dalam bentuk yang lebih stabil. Flavonoid dapat memberikan efek antioksidan dengan cara mencegah terbentuknya ROS (Reactive Oxygen Species), langsung menangkap ROS, melindungi antioksidan lipofilik dan merangsang terjadinya peningkatan antioksidan enzimatik (Senet, Raharja, Darma, Prastakarini, Dewi, dan Parwata, 2018).

Ekstrak etanol daun salam diformulasikan sebagai zat aktif dalam sediaan semi padat yang tujuannya untuk menangkal radikal bebas pada kulit. Sediaan semi padat digunakan pada kulit berfungsi sebagai pembawa untuk obat-obat topikal, sebagai pelunak kulit atau sebagai pelindung. Sediaan topikal dapat meningkatkan bioavailabilitas obat karena tidak mengalami first pass metabolism di hati dan memberikan penghantaran obat yang konsisten pada jangka waktu yang lama (Nurahmanto, Mahrifah, Azis, dan Rosyidi, 2017). Sediaan antioksidan topikal secara alami dapat menjadi nutrisi untuk melindungi kulit dari efek negatif radikal bebas eksogenus.

Salah satu bentuk sediaan topikal adalah gel. Sediaan gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan terpenetrasi oleh suatu cairan. Sediaan gel banyak digunakan sebagai sistem penghantaran obat karena sifatnya yang mendinginkan, mudah merata di kulit, serta tidak menimbulkan bekas (Kusuma, Azalea, Dianita, dan Syifa, 2018).

Pada sediaan gel, gliserin berfungsi sebagai humektan yang akan menjaga kestabilan sediaan, sedangkan CMC-Na digunakan sebagai gelling agent. Bagian yang sangat berpengaruh terhadap kualitas fisik dari dari sediaan gel adalah gelling agent dan humektan. Gelling agent akan membentuk jaringan struktural

(19)

yang merupakan faktor yang sangat penting dalam sistem gel, apabila semakin tinggi konsentrasi CMC-Na dalam sebuah sediaan maka viskositas yang dihasilkan akan semakin tinggi dan menyebabkan penurunan daya sebar. Gliserin merupakan humektan yang dapat menjaga kestabilan sediaan gel dengan cara mengabsorbsi lembab dan mengurangi penguapan air dari sediaan. Gliserin yang konsistensinya cair, dapat menurunkan viskositas sediaan gel sehingga daya sebarnya meningkat (Sayuti, 2015).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa komposisi antara CMC-Na dan gliserin sangat mempengaruhi konsistensi dari sediaan gel yang berkaitan dengan viskositas dan daya sebarnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan optimasi komposisi CMC-Na dan gliserin dalam formula sediaan gel ekstrak etanol daun salam sehingga diperoleh sediaan gel dengan sifat fisik dan stabilitas fisik yang diharapkan.

Formulasi sediaan gel ekstrak etanol daun salam dengan variasi konsentrasi CMC-Na dan gliserin menggunakan metode desain faktorial dan analisis data dengan software minitab 19 sehingga menghasilkan sediaan gel yang memenuhi persyaratan sifat fisik (meliputi organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar) serta stabilitas fisik (meliputi rangkaian pengujian sifat fisik gel yang dilakukan sebelum maupun sesudah cycling test) sediaan gel yang baik.

(20)

4

B. Rumusan Masalah

1. Berapa nilai IC50 ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) sebagai antioksidan?

2. Apakah CMC-Na dan gliserin mempengaruhi sifat fisik sediaan gel ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) ?

3. Berapa komposisi optimum CMC-Na dan Gliserin dalam formula sediaan gel ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) yang memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik?

C. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian didasarkan atas beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan, yaitu:

1. Penelitian Hasanah (2015) dengan judul : “Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Salam” dimana pada penelitian tersebut dinyatakan bahwa aktivitas antioksidan daun salam berasal dari kandungan flavonoid.

2. Penelitian Rudiana, Indriatmoko, dan Komariah (2020) dengan judul:

“Aktivitas Antioksidan Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum) dan Daun Kelor (Moringa oleifera)” dimana pada penelitian tersebut ditemukan bahwa hasil pengukuran aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun salam masuk dalam kategori yang sangat kuat.

3. Penelitian Sani, Subaidah, dan Andayani (2021) dengan judul:

“Formulasi dan Evaluasi Karakter Fisik Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum) dimana pada penelitian tersebut ditemukan bahwa formulasi sediaan gel ekstrak etanol daun salam menggunakan CMC-Na dan Gliserin mampu menghasilkan sediaan gel yang memenuhi persyaratan sifat fisik yang baik.

(21)

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan, belum ada penelitian mengenai “Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum) sebagai Antioksidan dengan Variasi Konsentrasi CMC-Na dan Gliserin menggunakan Desain Faktorial”.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui nilai IC50 yang diperoleh dari ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) sebagai antioksidan.

2. Mengetahui pengaruh penggunaan CMC-Na dan Gliserin terhadap sifat dan stabilitas fisik sediaan gel ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum).

3. Mengetahui komposisi optimum CMC-Na dan gliserin dalam formula sediaan gel ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) yang memenuhi persyaratan sifat dan stabilitas fisik yang baik.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna dalam ilmu pengetahuan serta dalam bidang kefarmasian terkait formulasi sediaan gel ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) sebagai antioksidan.

2. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan suatu formula sediaan gel ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) yang digunakan sebagai antioksidan dengan sifat dan stabilitas fisik yang baik.

(22)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Salam

Gambar 1. Pohon Salam Gambar 2. Daun Salam 1. Deskripsi

Pemerian berupa daun warna kecokelatan, bau aromatik lemah, rasa kelat. Daun tunggal bertangkai pendek, panjang tangkai daun 5-10 mm. Helai daun berbentuk jorong memanjang, panjang 7-15 cm, lebar 5-10 cm; ujung dan pangkal daun meruncing, tepi rata; permukaan atas berwarna cokelat kehijauan, licin, mengkilat; permukaan bawah berwarna cokelat tua; tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan bawah, tulang cabang halus (Depkes RI, 2008).

2. Kandungan Kimia

Daun salam mengandung flavonoid total tidak kurang dari 0,40%

dihitung sebagai kuersetin (Depkes RI, 2008). Daun salam diketahui mengandung, selenium, vitamin A, dan E (Bahriul, Rahman, dan Diah, 2014), alkaloid, saponin, triterpenoid (Kilis, Karauwan, Sombou, dan Lengkey, 2020), steroid (Evendi, 2017), serta minyak atsiri yang mengandung sitral, seskuiterpen, lakton, eugenol, tanin, dan polifenol (Winarno dan Wisnuwati, 2020).

(23)

3. Khasiat

Daun salam memiliki kandungan kimia yang berfungsi sebagai antioksidan. Kulit batang, akar dan daun daun dapat digunakan sebagai obat gatal-gatal (Bahriul, Rahman, dan Diah, 2014). Daun salam juga dapat digunakan sebagai antibakteri (Kilis, Karauwan, Sombou, dan Lengkey, 2020), mengobati kencing manis, sakit maag, diare, menurunkan berat badan, menurunkan kolesterol (Sakaganta dan Sukohar, 2021), serta menurunkan asam urat (Yankusuma dan Putri, 2016).

B. Flavonoid

Gambar 3. Struktur Umum Flavonoid (Nugrahani, Andayani, dan Hakim, 2016)

Flavonoid merupakan derivat dari senyawa fenol. Secara umum, flavonoid merupakan senyawa dengan 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga (Gambar 3) (Pambudi, Syaefudin, Noriko, Swandari, dan Azura, 2014). Flavonoid adalah kelompok dengan berat molekul rendah berbasis inti 2-fenil-kromon yang merupakan biosintesis dari turunan asam asetat/fenilalanin dengan menggunakan jalur asam sikimat. Flavonoid merupakan senyawa polar, sehingga flavonoid akan larut dengan baik dalam pelarut pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilformamida, dan lainnya (Arifin dan Ibrahim, 2018).

C. Radikal Bebas

Radikal bebas didefinisikan sebagai atom atau molekul dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan dan bersifat tidak stabil, berumur pendek, dan sangat reaktif terhadap penarikan elektron molekul lain dalam tubuh untuk

(24)

8

mencapai stabilitas yang menyebabkan kerusakan pada biomolekul dengan merusak integritas lipid, protein, dan DNA yang mengarah pada peningkatan stress oksidatif (Putri dan Nuwarda, 2019), yang dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif (Untari, Wahdaningsih, dan Damayanti, 2014), serta mempercepat proses penuaan (Kameliani, Salamah, dan Guntarti, 2020). Stress oksidatif merupakan suatu kondisi dimana pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) melebihi kapasitas sistem pertahanan antioksidan. Hal tersebut terjadi akibat peningkatan produksi ROS, penurunan pertahanan antioksidan, ataupun keduanya. Ketidakseimbangan ini mengakibatkan oksidasi molekul, perubahan struktur, dan fungsi molekul (Layal, 2016).

D. Antioksidan dan Uji Antioksidan

Antioksidan adalah kelompok bahan kimia yang melindungi sistem biologis terhadap potensi efek berbahaya dari proses atau reaksi oksidasi dengan berbagai cara (Arifin dan Ibrahim, 2018). Antioksidan termasuk senyawa pendonor elektron yang bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat radikal sehingga aktivitas radikal tersebut dapat terhambat. Ketidakstabilan radikal bebas dapat distabilkan oleh antioksidan dengan melengkapi kekurangan elektron pada senyawa radikal bebas (Syahara dan Vera, 2020).

Pengukuran aktivitas antioksidan dengan menggunakan senyawa radikal sintetik DPPH (1.1-difenil-2-pikrilhidrazil). Prinsip pengukuran aktivitas antioksidan secara kuantitatif menggunakan DPPH yaitu adanya perubahan intensitas warna ungu DPPH yang sebanding dengan konsentrasi larutan DPPH tersebut. Perubahan intensitas warna ungu ini terjadi karena adanya peredaman radikal bebas yang dihasilkan oleh bereaksinya molekul DPPH dengan atom hidrogen yang dilepaskan oleh molekul senyawa sampel. Perubahan warna ini akan memberikan perubahan absorbansi pada panjang gelombang maksimum DPPH saat diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis sehingga akan diketahui nilai aktivitas peredaman radikal bebas yang dinyatakan dengan nilai IC50 (Muthia, Saputri, dan Verawati, 2019).

(25)

Gambar 4. Reaksi antara Senyawa Antioksidan dan DPPH (Wilapangga, Sari, 2018)

Aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya hambatan serapan radikal DPPH melalui perhitungan persentase (%) inhibisi serapan DPPH dengan menggunakan rumus:

%Inhibisi = (𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)

𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 100%

Nilai IC50 masing-masing konsentrasi sampel dihitung dengan menggunakan rumus persamaan regresi linear. Konsentrasi sampel sebagai sumbu x dan % inhibisi sebagai sumbu y. Dari persamaan: Y = bx + a.

Untuk penentuan nilai IC50 dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

IC50 = (𝟓𝟎−𝒂)

𝒃

Keterangan:

Y = % Inhibisi (50)

a = Intercept (perpotongan garis di sumbu Y) b = Slope (kemiringan)

x = Konsentrasi

(Rahmawati, Muflihunna, Sarif, 2015) E. Gel

Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Kemenkes RI, 2020). Gel merupakan sediaan topikal yang mudah diaplikasikan pada kulit serta memiliki penampilan fisik yang menarik dibandingkan sediaan topikal lainnya. Hal ini disebabkan gel memiliki kandungan air yang bersifat mendinginkan, menyejukkan, melembabkan, mudah

(26)

10

penggunaannya, mudah berpenetrasi pada kulit, sehingga memberikan efek penyembuhan yang lebih cepat sesuai dengan basis yang digunakan (Sukartiningsih, Edy, dan Siampa, 2019).

F. CMC-Na

Gambar 5. Struktur CMC-Na (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009) Carboxymethylcellulose Natrium (CMC-Na) atau Carboxymethylcellulose Sodium merupakan bubuk granular berwarna putih hingga hampir putih, tidak berbau, dan tidak berasa. CMC-Na merupakan bahan yang stabil tetapi bersifat higroskopis. Di bawah kondisi kelembaban tinggi, CMC-Na dapat menyerap air dalam jumlah yang besar (>50%). Dalam bentuk larutan stabil pada pH 2-10 dan presipitasi terjadi di bawah pH. Viskositas larutan menurun dengan cepat di atas pH 10. Umumnya, larutan CMC-Na menunjukkan viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9 (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009). Pada sediaan gel, CMC-Na digunakan sebagai gelling agent. Komposisi gelling agent berfungsi sebagai pembentuk jaringan struktural gel (Hastuty, Purba, dan Nurfadillah, 2018).

G. Gliserin

Gambar 6. Struktur Gliserin (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009) Gliserin merupakan cairan yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, kental, serta memiliki rasa manis. Dalam sediaan topikal dan kosmetik, gliserin digunakan sebagai humektan atau emolien dengan konsentrasi ≤ 30%. Gliserin

(27)

bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi oleh udara dengan kondisi penyimpanan biasa, tetapi akan terurai pada pemanasan dengan evolusi akrolein beracun. Gliserin stabil secara kimiawi dengan campuran air, etanol (95%) dan propilen glikol. Gliserin harus disimpan dalam wadah kedap udara serta di tempat sejuk dan kering (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009).

H. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan Gel

1. Uji Organoleptis. Uji organoleptis dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan dengan cara melakukan pengamatan secara visual terhadap bentuk, warna, dan bau dari sediaan yang telah dibuat (Mappa, Edy, dan Kojong, 2013).

2. Uji Homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah bahan-bahan dalam formulasi tersebut tercampur secara merata atau tidak.

Gel harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Mursal, Kusumawati, dan Puspasari, 2019).

3. Uji pH. Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman dan kebasaan sediaan gel untuk menjamin sediaan gel tidak menyebabkan iritasi pada kulit atau membuat kulit bersisik. Nilai pH sediaan topikal yang baik adalah 4,5- 6,5 atau sesuai dengan nilai pH kulit manusia (Lasut, Tiwow, Tumbel, dan Karundeng, 2019).

4. Uji Viskositas. Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir atau kekentalan dari suatu sediaan (Sandi dan Musfirah, 2018). Viskositas sediaan semisolid yang cocok untuk dikeluarkan dari kemasan tube dan selanjutnya untuk memudahkan pemakaiannya adalah sekitar 50 sampai 1000 dPa.s (Nurahmanto, Mahrifah, Azis, dan Rosyidi, 2017).

5. Uji Daya Sebar. Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui seberapa baik sediaan gel menyebar di permukaan kulit, karena dapat mempengaruhi absorbsi obat dan kecepatan pelepasan zat aktif di tempat pemakaiannya.

Daya sebar gel yang baik yaitu antara 3-7 cm (Nurahmanto, Mahrifah, Azis,

(28)

12

dan Rosyidi, 2017).

6. Uji Stabilitas Fisik. Evaluasi stabilitas fisik dilakukan melalui pemeriksaan organoleptis (bentuk,warna,bau), pH, viskositas, serta daya sebar baik sebelum maupun sesudah cycling test. Cycling test merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya pembentukan kristal pada sediaan setelah disimpan pada suhu rendah (4 oC) dan suhu tinggi (40 oC) masing- masing selama 24 jam (1 siklus), dilakukan sebanyak 6 siklus (Febriani, Elya, Jufri, 2016).

I. Desain Faktorial

Desain faktorial adalah desain eksperimen dengan minimal dua variabel independen atau faktor yang dimanipulasi. Faktor tersebut dikombinasikan atau disilangkan dengan faktor lainnya. Tujuan dari desain faktorial adalah mengukur variabel, menentukan variabel yang paling berpengaruh, dan mengukur interaksi antar variabel (Lusia dan Ambarwati, 2020). Faktorial adalah jenis desain yang paling umum untuk perbaikan proses. Dalam penelitian, faktorial digunakan untuk mencari efek dari berbagai kondisi terhadap hasil dari penelitian (Hidayat, Zuhrotun, dan Sopyan, 2021).

Tabel I. Rancangan Desain Faktorial

Formula Faktor 1 Faktor 2

1 - -

a + -

b - +

ab + +

Keterangan:

Formula 1 : Formula dengan faktor 1 level rendah dan faktor 2 level rendah Formula a : Formula dengan faktor 1 level tinggi dan faktor 2 level rendah Formula b : Formula dengan faktor 1 level rendah dan faktor 2 level tinggi Formula ab : Formula dengan faktor 1 level tinggi dan faktor 2 level tinggi

Persamaan desain faktorial dua faktor dan dua level terlihat pada persamaan berikut:

Y = B0 + B1 X1 + B2 X2 +B1 2 X1 X2

(29)

Dimana: Y = respon yang diukur;

X1X2 = level faktor 1 dan faktor 2 B0 = intersep;

B1 B2 = koefisien didapat dari hasil percobaan

(Bolton dan Bon, 2010).

J. Landasan Teori

Antioksidan berperan penting dalam melindungi tubuh dari efek negatif radikal bebas. Senyawa antioksidan dapat ditemukan pada beberapa tumbuhan, salah satunya daun salam. Daun salam memiliki aktivitas antioksidan yang diketahui berasal dari kandungan senyawa flavonoid yang berperan dalam mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas. Flavonoid dapat dijumpai pada bagian daun, kulit batang, maupun akar tumbuhan. Aktivitas antioksidan flavonoid disebabkan adanya gugus hidroksil pada struktur molekulnya, terutama gugus prenil (CH3)2C=CH-CH2-. Flavonoid bekerja langsung dalam meredam radikal bebas yang dihasilkan dari reaksi enzim xantin oksidase.

Formula sediaan gel terdiri dari gelling agent dan humektan yang memiliki peranan cukup penting dalam membentuk sifat fisik gel. CMC-Na berperan sebagai gelling agent, dimana semakin tinggi konsentrasi CMC-Na yang digunakan maka viskositas sediaan akan semakin tinggi dan daya sebarnya menurun. Adapun Gliserin sebagai humektan yang berperan dalam menjaga kelembaban kulit dan juga berpengaruh terhadap viskositas sediaan. Apabila konsentrasi gliserin yang digunakan semakin tinggi, maka viskositas sediaan akan semakin rendah dan daya sebarnya meningkat.

Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan mereaksikan ekstrak etanol daun salam sebagai sampel dan senyawa radikal sintetik DPPH (1,1-difenil- 2-pikrilhidrazil) yang diukur absorbansinya menggunakan Spektrofotometer UV- Vis dan dihitung dengan rumus yang ada sehingga diketahui nilai aktivitas peredaman radikal bebas atau yang dinyatakan dengan nilai IC50. Optimasi komposisi CMC-Na dan Gliserin menggunakan metode desain faktorial dengan melihat hubungan antara variabel bebas dalam menentukan efek dari faktor yang

(30)

14

mempengaruhi serta interaksinya secara signifikan.

K. Hipotesis

1. Diperoleh nilai IC50 ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) sebagai antioksidan.

2. CMC-Na dan Gliserin dapat mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan gel ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum).

3. Diperoleh komposisi optimum CMC-Na dan Gliserin dalam formula sediaan gel ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) yang memenuhi persyaratan sifat dan stabilitas fisik yang baik.

(31)

15 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini ialah eksperimental murni dengan menggunakan metode optimasi desain faktorial untuk memperoleh komposisi optimum dari CMC-Na dan Gliserin pada formulasi sediaan gel ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) sehingga diperoleh sediaan gel dengan sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Utama

a) Variabel bebas : Variasi konsentrasi CMC-Na pada level terendah 4,5 g dan level tertinggi 5 g serta Gliserin pada level terendah 6 g dan level tertinggi 8 g.

b) Variabel tergantung : Sifat fisik gel meliputi organoleptis (bentuk, warna, bau), pH, viskositas, daya sebar, dan stabilitas fisik gel (dilihat perubahan sifat fisik gel yang terjadi sesudah Cycling test).

2. Variabel Pengacau

a) Variabel pengacau terkendali: Asal bahan, alat uji, wadah penyimpanan, suhu pada oven, serta lama penyimpanan gel.

b) Variabel pengacau tidak terkendali: Kondisi kelembaban ruang selama proses pembuatan gel.

3. Definisi Operasional

a) Gel merupakan sediaan yang mengandung zat aktif ekstrak etanol daun salam yang dibuat dengan metode seperti yang tertera pada penelitian ini.

b) Flavonoid merupakan senyawa yang terkandung pada daun salam yang

(32)

16

diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan.

c) Gelling agent merupakan bahan tambahan yang digunakan sebagai agen pembentuk gel atau pengental sediaan. Pada penelitian ini, gelling agent yang digunakan ialah CMC-Na dengan level terendah 4,5 g dan level tertinggi 5 g

c) Humektan merupakan bahan tambahan yang berfungsi sebagai pelembab sediaan gel ekstrak etanol daun salam. Pada penelitian ini, humektan yang digunakan ialah gliserin dengan level terendah 6 g dan level tertinggi 8 g.

d) Viskositas merupakan ukuran kekentalan dari sediaan gel ekstrak etanol daun salam yang dibuat dengan kisaran antara 50 sampai 1000 dPa.s e) Daya sebar merupakan kemampuan dari sediaan gel ekstrak etanol daun

salam untuk dapat menyebar pada permukaan kulit saat dioleskan.

Rentang daya sebar sediaan gel yaitu antara 3-7 cm.

f) Stabilitas fisik merupakan bentuk kestabilan dari sediaan gel ekstrak etanol daun salam selama rentang waktu tertentu, dengan melakukan evaluasi terhadap organoleptis (bentuk, warna, bau), homogenitas, pH, viskositas, dan daya sebar sesudah dilakukan cycling test.

g) Cycling test merupakan uji kestabilan sediaan gel ekstrak etanol daun salam yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan secara fisik pada sediaan yang disimpan pada suhu rendah (4⁰C) dan suhu tinggi (40⁰C) selama 6 siklus (2 minggu). Kestabilan sediaan dilihat berdasarkan

%pergeseran pH, viskositas, dan daya sebar dimana sediaan dikatakan stabil apabila %pergeseran <10.

h) Desain faktorial merupakan metode eksperimen yang digunakan untuk memperoleh area komposisi optimum dari CMC-Na sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan pada formula sediaan gel ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum).

(33)

C. Bahan

Ekstrak kental daun salam (Syzygium polyanthum) (dari PT. Eteris Nusantara), pelarut etanol absolut, DPPH (1,1-difenil 2-pikrilhidrazil), CMC-Na (Pharmaceutical grade), metil paraben (Pharmaceutical grade), gliserin (Pharmaceutical grade), dan aquadest.

D. Alat

Alat gelas (Pyrex Iwaki), timbangan analitik (Nagata), labu takar, pipet tetes, pipet volume, aluminium foil, spektrofotometer UV-Vis, oven (Memmert UF 260), kulkas, pH meter, viskometer rion (VT-04), mixer (Han River), kaca bulat berskala, dan wadah gel.

E. Tata Cara Penelitian 1. Penyiapan Ekstrak

Ekstrak kental daun salam diperoleh dari PT. Eteris Nusantara kawasan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang disertai dengan Certificate of Analysis (CoA) (Lampiran 1).

2. Uji Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Salam

Uji antioksidan dilakukan menggunakan instrumen Spektrofotometer UV-Vis. Tahap ini diawali dengan pembuatan larutan DPPH dengan konsentrasi 0,4 mM dan pembuatan larutan stok ekstrak etanol daun salam 100 ppm. Selanjutnya dibuat seri kadar larutan ekstrak etanol daun salam dengan konsentrasi 12 ppm, 16 ppm, 20 ppm, 24 ppm, dan 28 ppm.

Pengukuran diawali dengan penentuan panjang gelombang maksimum dan operating time, dilanjutkan dengan pengukuran absorbansi larutan DPPH sebagai kontrol, serta pengukuran absorbansi larutan ekstrak etanol daun salam sebagai sampel yang direaksikan dengan larutan DPPH untuk menentukan kemampuan penangkapan radikal bebas dari sampel.

(34)

18

3. Formula

Tabel II. Formula Acuan Sediaan Gel

Bahan Jumlah (%b/v)

Ekstrak etanol daun salam 3

CMC-Na 3

Metil paraben 0,2

Gliserin 1

Aquades 100

(Sani, Subaidah, dan Andayani, 2021)

Tabel III. Formula Optimasi Sediaan Gel

Bahan Konsentrasi

F1 (g) Fa (g) Fb (g) Fab (g) Ekstrak etanol daun salam 0,046 0,046 0,046 0,046

CMC-Na 4,5 5 4,5 5

Metil paraben 0,2 0,2 0,2 0,2

Gliserin 6 mL 6 mL 8 mL 8 mL

Aquades 100 mL 100 mL 100 mL 100 mL

4. Pembuatan Sediaan Gel

Sediaan gel dibuat dengan komposisi sesuai tabel III dengan cara sebagai berikut: Metil paraben diteteskan sedikit etanol dan diaduk hingga larut, kemudian dicampur dengan gliserin hingga homogen. Ekstrak etanol daun salam 0,046 gram diteteskan sedikit etanol dan diaduk hingga larut, kemudian ditambahkan ke dalam campuran metil paraben dan gliserin. CMC- Na yang telah dikembangkan dengan aquades selama 24 jam selanjutnya dimixer dan ditambahkan campuran metil paraben, gliserin, dan ekstrak yang telah dibuat, serta aquades. Proses pencampuran menggunakan mixer dilakukan selama 5 menit dengan kecepatan skala 2. Setelah terbentuk massa gel kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sudah disiapkan.

(35)

5. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan Gel

a. Uji Organoleptis. Sediaan gel diamati secara visual meliputi bentuk, warna, dan bau yang dihasilkan.

b. Uji Homogenitas. 3 bagian dari gel yaitu atas, tengah, dan bawah dioleskan pada kaca transparan kemudian diamati pada tempat yang bercahaya. Sediaan dinyatakan homogen apabila tidak terlihat adanya butiran kasar (Mursal, Kusumawati, dan Puspasari, 2019).

c. Uji pH. Sediaan gel sebanyak 1 g dilarutkan dalam 10 mL aquades. Alat pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi dicelupkan ke dalam sediaan gel dan dicatat angka yang muncul sebagai nilai pH. Sediaan gel memiliki kisaran pH yang baik antara 4,5-6,5 (Lasut, Tiwow, Tumbel, dan Karundeng, 2019).

d. Uji Viskositas. Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer Rion (VT-04) dengan ukuran spindle yang digunakan no 2.

Sejumlah sampel dimasukkan pada wadah kemudian spindel dicelupkan ke dalam wadah hingga tanda batas. Hasil pengukuran dicatat sebagai nilai viskositas. Sediaan gel memiliki viskositas baik antara 50 sampai 1000 dPa.s (Nurahmanto, Mahrifah, Azis, dan Rosyidi, 2017).

e. Uji Daya Sebar. Sebanyak 0,5 g sampel gel diletakkan di atas kaca bulat berskala, kaca lainnya diletakkan di atasnya dan ditambahkan beban 150 g. Didiamkan selama 1 menit, kemudian dihitung diameter penyebaran yang terbentuk. Daya sebar sediaan gel yang baik yaitu antara 3-7 cm (Nurahmanto, Mahrifah, Azis, dan Rosyidi, 2017).

f. Uji Stabilitas Fisik Sediaan. Dilakukan evaluasi terhadap perubahan karakteristik fisik meliputi organoleptis (warna, bentuk, bau), homogenitas, pH, viskositas, serta daya sebar sesudah cycling test.

Cycling test dilakukan dengan cara sediaan gel disimpan pada suhu 4⁰ ± 2⁰C selama 24 jam, dilanjutkan dengan pemindahan ke dalam oven yang bersuhu 40⁰ ± 2⁰C selama 24 jam (satu siklus). Pengujian ini dilakukan sebanyak 6 siklus (selama 12 hari) (Shabrina, Pratiwi, Murrukmihadi,

(36)

20

2020). Kestabilan sediaan dilihat berdasarkan %pergeseran pH, viskositas, dan daya sebar dimana sediaan dikatakan stabil apabila

%pergeseran <10 (Nurdianti, Rosiana, dan Aji, 2018).

(37)

F. Analisis Hasil

Data yang dihasilkan berupa uji sifat fisik meliputi organoleptis (bentuk, warna, bau), pH, viskositas dan daya sebar serta stabilitas fisik gel. Analisis data menggunakan software Minitab 19 untuk dapat menentukan faktor yang memiliki efek signifikan dalam mempengaruhi efek atau respon yang diamati. Daerah optimum diperoleh dengan penggabungan contour plot dari hasil data yang signifikan pada uji sifat fisik dan stabilitas fisik sehingga diperoleh overlaid plots yang merupakan area optimum dalam penelitian ini.

(38)

22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Salam

Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.

Pada metode ini dilakukan pengukuran penangkapan radikal bebas menggunakan reagen DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Senyawa DPPH sangat sensitif terhadap cahaya, sehingga pada pengerjaannya setiap alat gelas yang digunakan harus dilapisi dengan aluminium foil untuk mencegah kontak dengan cahaya (Nahat, Muljati, Nurcholis, 2017). DPPH merupakan suatu molekul radikal bebas berwarna ungu yang dapat berubah menjadi senyawa yang stabil, ditandai dengan perubahan warna menjadi kuning oleh reaksi dengan antioksidan, dimana antioksidan memberikan satu elektronnya pada DPPH sehingga terjadi peredaman radikal bebas (Yuliani, Sambara, Mau, 2016). Hasil reaksi antara senyawa antioksidan ekstrak daun salam dengan DPPH ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 7. (a) Sebelum ditambahkan ekstrak etanol daun salam (b) Sesudah Ditambahkan ekstrak etanol daun salam

(a) (b)

(39)

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penentuan panjang gelombang maksimum bertujuan untuk mengetahui daerah yang memberikan serapan maksimum pada analit yang akan dianalisis sehingga memberikan kepekaan yang maksimum pula (Mangiwa, Futwembun, Awak, 2015). Panjang gelombang maksimum ditentukan menggunakan larutan kontrol DPPH yang dilarutkan ke dalam etanol absolut dan dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Pengukuran dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan rentang λ 400-800 nm. Hasil pengukuran panjang gelombang maksimum dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum DPPH Replikasi absorbansi λ maks.

hasil pengukuran

λ maks.

rata- rata

1 0,674 516 nm 516 nm

2 0,676 516 nm

3 0,555 516 nm

Berdasarkan tabel IV hasil pengukuran panjang gelombang maksimum larutan DPPH dari 3 kali replikasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis, diperoleh nilai rata-rata 516 nm. Panjang gelombang maksimum DPPH secara teoritis ialah pada rentang 515-520 nm (Indrawati, Baharuddin, Kahar, 2022), sehingga hasil yang diperoleh sudah sesuai dan dapat digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan selanjutnya.

2. Penentuan Operating Time

Penentuan operating time dilakukan untuk menentukan waktu yang tepat dimana senyawa antioksidan dapat meredam radikal bebas DPPH dengan baik. Penentuan operating time dilakukan dengan mengambil 3 seri konsentrasi larutan yang digunakan yaitu pada konsentrasi rendah 12 ppm, konsentrasi medium 20 ppm, dan konsentrasi tinggi 28 ppm. Penentuan operating time dilakukan dengan cara mengukur absorbansi ekstrak daun salam yang direaksikan dengan larutan DPPH menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh yaitu 516 nm dengan rentang waktu 10 menit sampai 60 menit.

(40)

24

Hasil penentuan operating time dapat dilihat pada tabel V.

Tabel V. Hasil Penentuan Operating Time Konsentrasi Waktu (menit) Absorbansi

Rendah 12 ppm

10 389

20 339

30 344

40 343

50 342

60 327

Medium 20 ppm

10 448

20 463

30 439

40 439

50 429

60 416

Tinggi 28 ppm

10 472

20 452

30 469

40 469

50 455

60 430

Berdasarkan tabel V, hasil penentuan operating time menunjukkan bahwa pada menit ke 30-40 memperlihatkan hasil pengukuran absorbansi yang konstan. Pembacaan yang konstan tersebut menunjukkan bahwa reaksi penangkapan radikal bebas oleh ekstrak daun salam telah terjadi secara sempurna, sehingga rentang waktu dari 30-40 menit selanjutnya akan digunakan sebagai operating time untuk pengujian aktivitas antioksidan dari ekstrak daun salam.

3. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum)

Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) yang direaksikan dengan senyawa radikal bebas sintetik DPPH. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali replikasi dengan konsentrasi 12 ppm, 16 ppm, 20 ppm, 24 ppm, dan 28 ppm pada panjang gelombang 516 nm. Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai IC50, yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50%

(41)

radikal bebas DPPH (Jusmiati, Rusli, Rijai, 2015). Hasil perhitungan IC50

pada ketiga replikasi dapat dilihat pada tabel VI.

Tabel VI. Hasil Perhitungan IC50

Replikasi Nilai IC50 (ppm) Rata-rata ± SD

1 36,196

36,197±1,759

2 37,957

3 34,438

Hasil perhitungan nilai IC50 seperti yang tertera pada tabel VI diatas, bahwa dari ketiga replikasi diperoleh rata-rata nilai IC50 ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) sebesar 36,197 ppm.

B. Pembuatan Sediaan Gel Ekstrak Daun Salam

Pembuatan sediaan gel pada penelitian ini menggunakan zat aktif ekstrak etanol daun salam yang sudah diuji aktivitas antioksidannya. Berdasarkan hasil perhitungan yang tertera pada lampiran 3, bahwa komposisi ekstrak daun salam yang akan digunakan pada formula sebesar 0,046 gram.

Penelitian ini membuat 4 formula dengan perbandingan komposisi yang berbeda antara CMC-Na sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan.

Tujuan pembuatan keempat formula ini ialah untuk memperoleh komposisi optimum melalui perhitungan desain faktorial. Pada pembuatan gel ini ditambahkan metil paraben sebagai pengawet untuk mencegah rusaknya sediaan akibat mikroba. Pengawet diperlukan dalam formulasi gel karena gel memiliki kandungan air yang tinggi sehingga dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi mikroba (Ardana, Aeyni, dan Ibrahim, 2015).

Pembuatan sediaan gel awali dengan melakukan orientasi komposisi CMC-Na dan gliserin pada formula dan diperoleh level terendah CMC-Na yang akan digunakan yaitu 4,5 g dan level tertinggi 5 g, sedangkan gliserin dengan level terendah 6 mL dan level tertinggi 8 mL. Selanjutnya dilakukan pula orientasi waktu pencampuran dan kecepatan putar mixer sebagai alat yang akan digunakan untuk membuat sediaan gel. Orientasi dilakukan dengan waktu pencampuran 5 menit dan 10 menit dengan kecepatan putar mixer skala 1 dan skala 2, masing- masing terhadap formula 1 yang merupakan formula dengan konsentrasi terendah

(42)

26

CMC-Na dan gliserin serta formula 4 yang merupakan formula dengan konsentrasi tertinggi CMC-Na dan gliserin, kemudian diamati respon terhadap daya sebar dan viskositas yang dihasilkan. Hasil orientasi waktu pencampuran dapat dilihat pada tabel VII.

Tabel VII. Hasil Orientasi Waktu Pencampuran

Formula F1 F4

Skala 1 2 1 2

Waktu

(menit) 5 10 5 10 5 10 5 10 Daya Sebar

(cm)

3,85 3,9 4,05 4,2 3,5 3,55 3,57 3,63 Viskositas

(dpa.s)

455 453 448 440 615 610 608 600 Berdasarkan tabel VII, hasil pengukuran daya sebar dan viskositas masuk pada rentang yang diinginkan, dimana rentang daya sebar berkisar antara 3-7 cm dan viskositas berkisar antara 50-1000 dPa.s. Kecepatan putar dan waktu pencampuran yang dipilih untuk selanjutnya digunakan pada pembuatan sediaan gel yang akan diuji yaitu pada kecepatan skala 2 dengan waktu pencampuran selama 5 menit, hal ini karena sediaan gel yang dibuat dengan skala kecepatan dan waktu pencampuran tersebut menghasilkan konsistensi gel yang diinginkan oleh peneliti.

C. Uji Sifat Fisik Sediaan Gel

Uji sifat fisik sediaan gel ekstrak etanol daun salam meliputi uji organoleptis (bentuk, warna, dan bau), uji homogenitas, uji pH, uji viskositas, serta uji daya sebar. Pengujian terhadap sifat fisik dari sediaan gel ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk melihat kualitas dari sediaan serta menjamin bahwa sediaan yang dibuat tersebut memiliki karakteristik yang sesuai dengan yang telah ditentukan.

1. Uji Organoleptis

Uji organoleptis merupakan pengujian yang dilakukan dengan mengamati secara langsung untuk mendeskripsikan bentuk, warna, serta bau dari sediaan. Hasil pengamatan dapat dilihat pada lampiran 4, dimana keempat formula sediaan gel ekstrak etanol daun salam memiliki bentuk

(43)

setengah padat, berwarna cokelat keruh, serta berbau khas ekstrak daun salam yang menyengat. Warna cokelat keruh yang dihasilkan ini disebabkan oleh jumlah ekstrak yang ditambahkan, dimana semakin sedikit jumlah ekstrak maka warna dari sediaan akan semakin pudar atau cerah. Sebaliknya, apabila semakin banyak jumlah ekstrak yang ditambahkan maka warna dari sediaan akan semakin gelap.

Hasil pengamatan setelah cycling test menunjukkan tidak adanya perubahan bentuk, warna, serta bau pada keempat formula sediaan sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan stabil selama penyimpanan 2 minggu.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan pengujian yang dilakukan dengan mengamati secara langsung apakah setiap bahan yang ditambahkan pada sediaan telah tercampur secara merata atau homogen. Susunan gel dikatakan homogen bila terdapat persamaan warna yang merata dan tidak ditemukan adanya gumpalan atau partikel kasar (Sayuti, 2015). Hasil pengamatan dapat dilihat pada lampiran 4, dimana keempat formula sediaan gel ekstrak etanol daun salam yang memiliki homogenitas yang baik karena sesuai dengan yang dipersyaratkan. Setelah dilakukan cycling test, tidak terlihat adanya perubahan homogenitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat formula stabil selama penyimpanan 2 minggu.

3. Uji pH

Pengujian pH sediaan dilakukan untuk melihat tingkat keasaman dan kebasaan sediaan gel. pH gel yang baik adalah pH yang hampir sama atau mendekati pH kulit yang berkisar antara 4,5-6,5. Apabila sediaan gel terlalu asam dari pH kulit dikhawatirkan akan mengiritasi kulit tetapi apabila terlalu basa maka kulit dikhawatirkan akan kering (Sayuti, 2015). Uji pH sediaan gel ekstrak etanol daun salam dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

Hasil pengukuran dari tiap formula ditunjukkan pada tabel VIII.

(44)

28

Tabel VIII. Hasil Uji pH Gel Ekstrak Etanol Daun Salam Siklus 0

Formula pH

Rerata ± SD

1 6,167 ± 0,057

a 6,333 ± 0,057

b 6,233 ± 0,057

ab 6,367 ± 0,057

* Hasil rerata ± SD dari 3 kali replikasi pada tiap formula

Berdasarkan tabel VIII, hasil pengukuran pH pada tiap sediaan gel menunjukkan bahwa keempat formula sediaan gel ekstrak etanol daun salam memiliki pH yang sudah sesuai karena berada pada rentang pH kulit, yaitu berkisar antara 4,5-6,5 sehingga aman digunakan. Selanjutnya dilakukan analisis hasil menggunakan software Minitab 19 untuk melihat pengaruh jumlah CMC-Na dan Gliserin terhadap respon pH yang dihasilkan pada sediaan. Efek dari CMC-Na, gliserin, serta interaksinya dapat dilihat pada tabel IX.

Tabel IX. Nilai Efek CMC-Na, Gliserin, dan Interaksinya Terhadap Respon pH

Faktor Efek p-value p-value

model R-sq

CMC-Na 0,1500 4,50

0,010 73,98%

Gliserin 0,0500 1,50

Interaksi -0,0167 -0,50

Berdasarkan tabel IX, nilai efek CMC-Na memiliki nilai koefisien positif yang paling tinggi yang menandakan bahwa faktor ini memberikan efek paling besar dalam meningkatkan pH sediaan, sedangkan gliserin dengan nilai koefisien positif yang lebih kecil dibanding CMC-Na, yang menandakan bahwa gliserin juga dapat meningkatkan pH sediaan tetapi pengaruhnya tidak lebih dominan dibandingkan CMC-Na. Tingginya konsentrasi CMC-Na pada sediaan menyebabkan nilai pH meningkat dikarenakan CMC-Na merupakan hidrokoloid yang mengandung gugus karboksil dan ketika direaksikan dengan aquades menyebabkan adanya proses hidrolisis dan menyebabkan

(45)

peningkatan pH (Suyit, Supriyadi, dan Nilawati, 2022).

Hasil analisis ANOVA menggunakan Minitab 19 sesuai yang tertera pada tabel IX, diperoleh nilai R2 yang menunjukkan bahwa sebanyak 73,98%

konsentrasi CMC-Na dan gliserin mempengaruhi respon pH dan 26,02%

dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai p-value model yang dihasilkan sebesar 0,010 (<0,05) yang menandakan bahwa data yang diperoleh signifikan sehingga model persamaan ini dapat digunakan untuk mencari overlaid plot dalam penentuan formula optimum. Berikut persamaan yang diperoleh dari hasil uji pH.

Y = 3,57 + 0,533 (A) + 0,183 (B) – 0,0333 (A)(B)……….……....(1) Keterangan: Y = respon pH; A = CMC-Na; B = gliserin; AB = Interaksi antara CMC-Na dan gliserin.

Persamaan (1) digunakan untuk memprediksi contour plot respon pH. Profil respon pH terhadap konsentrasi CMC-Na dan gliserin ditunjukkan pada gambar 8.

Gambar 8. Contour Plot Respon pH

Gambar 8 menunjukkan efek penambahan CMC-Na dan gliserin terhadap respon pH. Grafik yang diperoleh menunjukkan bahwa warna akan

(g)

(g)

(46)

30

semakin terang apabila penambahan jumlah faktor menurunkan respon pH, sebaliknya warna akan semakin gelap apabila penambahan jumlah faktor menaikkan respon pH. Hal ini menandakan bahwa semakin rendah konsentrasi CMC-Na dan gliserin yang digunakan maka pH sediaan yang dihasilkan akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin tinggi konsentrasi CMC- Na dan gliserin yang digunakan maka pH sediaan yang dihasilkan akan semakin besar.

4. Uji Viskositas

Viskositas dari suatu sediaan merupakan salah satu parameter yang penting untuk mengetahui apakah gel yang dibuat telah optimal. Gel yang memiliki viskositas sangat rendah dapat menyebabkan waktu kontak sediaan dengan kulit tidak optimal sehingga akan mempengaruhi aktivitas zat aktif yang terkandung, sedangkan viskositas yang terlalu besar akan meningkatkan waktu retensi dan juga menurunkan daya sebar dari sediaan (Haryono, Noval, Nugraha, 2021). Uji viskositas yang dilakukan menggunakan alat viskometer Rion dengan spindle no 2, dimana hasil pengukuran pada tiap formula ditunjukkan pada tabel X sebagai berikut.

Tabel X. Hasil Uji Viskositas Gel Ekstrak Etanol Daun Salam Siklus 0

Formula Viskositas (dPa.s) Rerata ± SD

1 441,667 ± 2,89

a 523,333 ± 2,89

b 436,667 ± 2,89

ab 515 ± 0

* Hasil rerata ± SD dari 3 kali replikasi pada tiap formula

Tabel X menunjukkan bahwa viskositas dari tiap sediaan gel berada pada rentang 400-600 dPa.s. Secara teoritis, viskositas sediaan semisolid berkisar antara 50 sampai 1000 dPa.s (Nurahmanto, Mahrifah, Azis, dan Rosyidi, 2017) sehingga viskositas dari tiap sediaan gel yang dibuat sudah

(47)

sesuai karena masuk pada rentang viskositas yang dipersyaratkan.

Selanjutnya dilakukan analisis hasil menggunakan software Minitab 19 untuk melihat pengaruh jumlah CMC-Na dan Gliserin terhadap respon viskositas yang dihasilkan pada sediaan. Efek CMC-Na, gliserin, serta interaksinya dapat dilihat pada tabel XI.

Tabel XI. Nilai Efek CMC-Na, Gliserin, dan Interaksinya Terhadap Respon Viskositas

Faktor Efek p-value p-value

model R-sq

CMC-Na 80,000 0,000

0,000 99,74%

Gliserin -6,667 0,002

Interaksi -1,667 0,282

Tabel XI menunjukkan bahwa CMC-Na memiliki nilai koefisien positif yang menandakan bahwa CMC-Na berpengaruh dalam meningkatkan viskositas sediaan, sedangkan gliserin memiliki nilai koefisien negatif yang menandakan bahwa gliserin berpengaruh dalam menurunkan viskositas sediaan.

Hasil analisis ANOVA menggunakan Minitab 19 sesuai yang tertera pada tabel XI, diperoleh nilai R2 yang menunjukkan bahwa sebanyak 99,74%

konsentrasi CMC-Na dan gliserin mempengaruhi respon viskositas dan 0,26% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai p-value model yang dihasilkan sebesar 0,000 (<0,50) yang menandakan bahwa data yang diperoleh signifikan sehingga model persamaannya dapat digunakan untuk mencari overlaid plot dalam penentuan formula optimum. Berikut persamaan yang diperoleh dari hasil uji viskositas.

Y = -368,3 + 183,3 (A) + 12,5 (B)- 3,33 (A)(B)………(2) Keterangan: Y = respon viskositas; A = CMC-Na; B = gliserin; AB = Interaksi antara CMC-Na dan gliserin.

Persamaan (2) digunakan untuk memprediksi contour plot respon viskositas. Profil respon viskositas terhadap konsentrasi CMC-Na dan gliserin ditunjukkan pada gambar 9.

(48)

32

Gambar 9. Contour Plot Respon Viskositas

Gambar 9 menunjukkan efek penambahan CMC-Na dan gliserin terhadap respon viskositas. Grafik yang diperoleh menunjukkan bahwa warna akan semakin terang apabila penambahan jumlah faktor menurunkan respon viskositas, sebaliknya warna akan semakin gelap apabila penambahan jumlah faktor menaikkan respon viskositas. Hal ini menandakan bahwa semakin rendah konsentrasi CMC-Na yang digunakan maka viskositas sediaan akan semakin kecil. Sebaliknya, apabila semakin tinggi konsentrasi CMC-Na yang digunakan maka viskositas sediaan akan semakin besar. Hal tersebut dapat terjadi karena CMC-Na sebagai gelling agent ketika dimasukkan ke dalam air, akan melepaskan Na+ dan digantikan dengan ion H+ sehingga membentuk HCMC yang akan meningkatkan viskositas (Mardiana, Sunarni, dan Murukmihadi, 2019), sedangkan gliserin memiliki konsistensi yang cair sehingga dapat menurunkan viskositas sediaan (Sayuti, 2015).

5. Uji Daya Sebar

Pengujian daya sebar bertujuan untuk menunjukkan kemampuan suatu sediaan untuk menyebar ketika dioleskan di kulit tanpa adanya tekanan yang berlebihan ketika dioleskan (Haryono, Noval, Nugraha, 2021). Semakin mudah dioleskan pada kulit maka luas permukaan kontak zat berkhasiat

(g)

(g)

Referensi

Dokumen terkait

Studi pustaka berguna untuk mencari data guna menunjang dalam pembuatan aplikasi yang digunakan, misalnya buku yang berkaitan dengan PHP dan MySQL dan juga data data lainnya

Visi yaitu tujuan yang akan dicapai perusahaan, misi adalah apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan nilai adalah pedo- man perilaku dalam menjalankan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif. Penelitian dengan metode yuridis normatif,

Serbuk hasil kalsinasi lalu dicetak dan dipres dalam cetakan berbentuk tabung pipa baja tahan karat, hasil cetakan dilepas dari cetakan kemudian dilakukan proses sintering

hasil kajian mendapati teks ini menyentuh aspek kepimpinan seperti pemimpin keluarga, remaja, agama, belia dan kampung.. semua peristiwa yang dilalui oleh manusia menyerlahkan

Kurva TGA Sekam Padi yang telah dicuci menggunakan HCl dan pemanasan (sampel 2) dengan laju pemanasan 1 ◦ C/menit diolah dengan menggunakan persmaan 8 untuk mendapatkan

Ketahanan susu kuda sumbawa selama penyimpanan lima hari dalam suhu ruang semakin menurun, susu yang disimpan mengalami peningkatan total asam (P&lt;0,01).

Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat kepada perusahaan yang