• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONDISI OBJEKTIF PASAR TEGAL GUBUG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III KONDISI OBJEKTIF PASAR TEGAL GUBUG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

41 BAB III

KONDISI OBJEKTIF PASAR TEGAL GUBUG A. Profil Desa Tegal Gubug

1. Keadaan Geografis dan Demografis

Desa Tegalgubug adalah salah satu desa yang ada di wilayah Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah

± 248.502 ha dan jumlah penduduknya sebanyak 12.012 jiwa sementara jumlah Kepala Keluarga sebanyak 3.735 KK dengan jumlah keluarga miskin (GAKIN) 734 KK.

Secara topografis dan kantur tanah Desa Tegal Gubug umumnya berupa tanah sawah yang luasnya ± 80.554 ha dan tanah daratnya ± 167.948 ha pada ketinggian 8 mdl dengan suhu 25-30 C.

Desa Tegalgubug terdiri dari 5 Dusun/blok 10 rukun warga (RW), 34 Rukun Tetangga (RT). Orbitasi dan waktu tempuh dari Ibu Kota Kecamatan

± 4.5 KM dengan waktu ± 26 menit, sementara jarak tempuh dari Ibu Kota Kabupaten ± 45 menit atau setara dengan ± 31 KM.

Adapun secara administrasi Desa Tegal Gubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon dibatasi oleh:

a. Sebelah Utara : Desa Karang Sambung b. Sebelah Timur : Desa Arjawinangun

c. Sebelah Selatan : Desa Bojong Kulon Susukan d. Sebelah Barat : Desa Rawagatel Arjawinangun.

Berdasarkan jenis kelaminnya penduduk Desa Tegal Gubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon berjumlah sebagai berikut:

Tabel 1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Jumlah Laki-laki 4.922 orang

Jumlah Perempuan 7.090 orang

Jumlah Total 12.012 orang

(2)

42

Sumber : Profil Desa Tegal Gubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2014

Tabel 2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah

Penduduk belum sekolah 176 orang

Penduduk tidak pernah sekolah 23 orang

Drop Out (DO) 153 orang

Tamat SD 3.992 orang

Tamat SMP 4.575 orang

Tamat SMA 2.910 orang

Tamat D1 125 orang

Tamat D2 12 orang

Tamat D3 18 orang

Tamat S1 21 orang

Tamat S2 7 orang

Jumlah 12.012 orang

Sumber : Profil Desa Tegal Gubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2014

2. Mata Pencaharian

Secara geografis desa Tegal Gubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon letaknya sangat strategis, desa ini memiliki Pasar Sandang yang luas dan besar, sehingga bagi para pedagang khususnya dari daerah Jawa dan Jakarta sudah sangat terkenal. Letaknya yang dilalui oleh jalur Pantura menjadikan pasar ini lebih mudah dijangkau oleh para pengunjung dari Pulau Jawa maupun luar Jawa.

Pasar ini menjual semua jenis pakaian sandang seperti baju, tas, kerudung, sarung, jeans dan masih banyak lainnya, disamping pakaian yang sudah jadi di pasar ini juga menjual berbagai jenis kain.

Keadaan demikian menjadikan masyarakat tegalgubug sebagian besar mata pencahariannya sebagai pedagang.Barang yang dijual banyak diproduksi sendiri oleh masyarakat Tegalgubug selain pedagang mata pencaharian lainnya adalah penjahit. Disektor lainnya adalah pertanian, desa Tegalgubug memiliki

(3)

43

sawah yang luas sehingga petani menjadi salah satu mata pencaharian utama selain pedagang. Untuk lebih jelas data mata pencaharian masyarakat Tegalgubug dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 3

Data Mata Pencaharian Pokok

No Mata Pencarian Jumlah

1 Petani 976 orang

2 Buruh Tani 471 orang

3 Buruh Jahit 765 orang

4 Pedagang 1.601 orang

5 PNS 23 orang

6 TNI/POLRI 10 orang

7 Karyawan Swasta 512 orang

8 Wira Usaha Lain 2.259 orang

Sumber : Profil Desa Tegal Gubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2014

3. Sarana Pendidikan

Kebutuhan akan pendidikan yang baik, yang mampu meningkatkan kualitas bangsa, mengembangkan karakter, memberikan keunggulan dan kemampuan berkreasi semakin dirasakan urgensinya. Begitupun di desa Tegal Gubug yang merupakan desa maju sudah sepantasnya sektor pendidikan menjadi prioritas yang utama, berdasarkan data yang diperoleh dari Balai Desa Tegal Gubug dapat dilihat semua tingkat pendidikan dari usia dini sudah ada di desa ini.

Berikut tabel data sarana pendidkan di Desa Tegal Gubug.

Tabel 4

Data Sarana Pendidikan

No Sarana Pendidikan Unit

1 PAUD 2 Unit

2 TK 2 Unit

3 SD 3 Unit

4 MTs 4 Unit

(4)

44

5 MA/SMA/SMK 4 Unit

6 Pondok Pesantren 5 unit

Sumber : Profil Desa Tegal Gubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2014.

4. Sarana Kesehatan

Tabel 5

Data Sarana Kesehatan

No Tempat Pelayanan Kesehatan Unit

1 Rumah Sakit - Unit

2 Puskesmas Pembantu 1 Unit

3 Posyandu 13 Unit

4 Dokter 2 orang

5 Bidan Desa 2 orang

Sumber : Profil Desa Tegal Gubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2014

5. Sarana dan Prasarana Ekonomi

Tabel 6

Data Sarana dan Prasarana Ekonomi

No Prasarana Ekonomi Unit

1 Home Industri 2.378 unit

2 Warung Kelontong 112 unit

3 Toko Material 4 unit

4 Warung Makan 7 unit

5 Penggilingan Tepung 1 unit

Sumber : Profil Desa Tegal Gubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2014

6. Sarana Ibadah

Masyarakat desa Tagal Gubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon dalam melaksanakan ibadah shalat lima waktu lebih banyak yang melakukan jama‟ah di tempat-tempat ibadah dari pada yang melakukan shalat di rumah, dan dalam kegiatan mengembangkan dan memperbanyak ilmu pengetahuan Agama masyarakat.

(5)

45 Wawancara kepada Tokoh Masyarakat:

Peneliti: “Bagaimana kehidupan beragamanya masyarakat Tegal Gubug”.

Tokoh Masyarakat: “Desa Tegal Gubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon tidak sedikit terutama ibu-ibu yang rutin setiap pekannya mendatangi tempat-tempat ibadah seperti pada hari rabu, senin, minggu pengajian di Masjid Jami‟ Tegal Gubug. Berikut tabel tempat ibadah yang ada di Desa Tegal Gubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon, antara lain:1

Tabel 7 Tempat Ibadah

Tempat ibadah Jumlah

Masjid 2

Musholla 25

Majelis Ta‟lim 5

Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) 4

Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) 6

Sumber : Profil Desa Tegal Gubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2014

7. Kehidupan Beragama

Agama sebagai keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat adikator (supranatural) ternyata seakan menyertai manusia dalam ruang lingkup kehidupan yang luas. Agama memiliki nilai bagi kehidupan manusia sebagai orang perorang maupun dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat.

Selain itu agama juga memberi dampak bagi kehidupan sehari-hari. Dengan demikian secara psikologis agama dapat berfungsi sebagai motif intrinsik (dalam diri) dan motif ekstrinsik (luar diri). Dan motif yang didorong keyakinan agama

1Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadz Tosin (Tokoh Masyarakat) dikediaman, pada hari senin,pukul 13.00 WIB tanggal 29 Desember 2014.

(6)

46

dinilai memiliki kekuatan yang mengagumkan dan sulit ditandingi oleh keyakinan nonagama, baik doktrin maupun idiologi yang bersifat profan.2

Wawancara kepada Tokoh Masyarakat:

Peneliti: “Bagaimana tingkat pendidikan masyarakat Tegal Gubug”

Tokoh Masyarakat: “Kebanyakan orang tua di desa ini sangat mementingkan pendidikan agama bagi anak-anaknya, ini terbukti dengan banyak lulusan sekolah dasar (SD) maupun SLTP yang melanjutkan pendidikannya di pesantren. Sehingga sebagian besar warganya sudah menjalankan syariat agama Islam dengan baik yang sesuai dengan ajaran agama yang diperintahkan, hal ini bisa dilihat dari jama‟ah di masjid dan musholla yang tidak sedikit ikut melaksanakan sholat berjama‟ah.3

Wawancara kepada Tokoh Masyarakat:

Peneliti: “Bagaimana keadaan sosial budaya masyarakat Tegal Gubug”.

Tokoh Masyarakat: “Masyrakat di desa ini mayoritas mengikuti ajaran Ahlussunnah Waljama‟ah yang melestarikan ziarah, tahlil, marhabanan dan qunut. Dalam upaya meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah SWT, di desa Tegal Gubug banyak diadakan pengajian untuk bapak-bapak dan ibu-ibu di- musholla dan tempat-tempat yang dijadikan sebagai media dakwah (majlis ta‟lim). Sedangkan untuk anak-anaknya diadakan setiap habis maghrib di musholla dan pesantren yang ada.4

Wawancara kepada Tokoh Masyarakat;

Peneliti: “Apakah masyarakat Tegal Gubug mayoritas hukum Islam”.

Tokoh Masyarakat: “Sebagai desa yang seluruh masyarakatnya beragama Islam dan paham betul ajaran yang ada dalam Islam. Namun, sebagian masyarakat belum sepenuhnya malaksanakan ajaran- ajaran dan aturan-aturan dalam Islam mengenai pelaksanaan

2.Jalaludin,Psikologi Agama, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2010),hlm 317

3Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadz Tosin (Tokoh Masyarakat) dikediaman, pada hari senin, pukul13.00 WIB, tanggal 29 Desember 2014.

4Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadz Tosin (Tokoh Masyarakat) dikediaman, pada hari senin, pukul 13.30 WIB, tanggal 29 Desember 2014.

(7)

47

peribadatan yakni shalat, puasa, haji dan amaliyah lainnya, sehingga hal tersebut menjadi tanggung jawab para pemuka agama antara lain; para Kyai dan Ustazd yang ada di desa Tegal Gubug agar masyarakatnya lebih sadar dalam menjalankan perintah agama.5

B. Sejarah Pasar Tegal Gubug

Matahari masih enggan menampakkan keperkasaannya. Padahal waktu sudah tidak lagi pagi, beranjak siang. Nampak beberapa orang masih menyempatkan waktu untuk shalat dhuha. Belum terlalu ramai, hanya beberapa puluh orang saja yang sudah sampai sejak subuh tadi. Jalan-jalan berdebu sudah tidak tampak lagi. Pasar yang gersang tanpa pepohonan ini mulai menampakkan keteduhan. Hujan kemarin masih membekas di sepanjang jalan pasar. Bau basah tanah mengawali aktifitas perdagangan pada hari Jum‟at ini. Kegersangan berubah menjadi pemandangan yang terlihat kumuh penuh genangan air. Namun aktifitas tetap berjalan seperti biasa. Seolah sudah menjadi terbiasa dengan kondisi pasar yang sebetulnya tidak masuk akal jika dibandingkan dengan perputaran uang yang perminggunya sekitar satu trilyun.6 Sebuah perputaran uang yang tidak sedikit. Di tengah gempuran badai ekonomi dunia, di tengah tingkat kemudahan berbisnis di Indonesia yang masih berada pada tingkat 120 dari Negara lain, bersama kesemrawutannya, pasar tradisional desa Tegal Gubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon ini masih menjanjikan segalanya untuk optimisme perekonomian masyarakat. Pasar yang aneh, tanpa pemberitaan massif di media- media sebagaimana pasar tingkat nasional lainnya, tanpa keterlibatan Pemda apalagi Pemprov atau Pemerintah Pusat sebagaimana pasar tingkat nasional lainnya, dengan keluguannya, pasar Tegal Gubug tetap ramai diburu pengunjung lintas pulau. Puluhan ribu bahkan ratusan ribu orang bergantung mata pencahariannya dari pasar ini.

Awan bergulung-gulung dihempas sang angin. Akan kembali hujan nampaknya. Seolah tak pernah peduli, para pedagang tetap melanjutkan aktifitas seperti biasa. Suara gemuruh mulai mengusik. Angin semakin kencang. Hujan

5Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadz Tosin (Tokoh Masyarakat) dikediaman, pada hari senin, pukul 09.00 WIB, tanggal 19 Januari 2015.

6 Muhammad Khusni, Penulis adalah Pengurus DPD KNPI Kabupaten Cirebon.

(8)

48

pun benar-benar turun kembali. Jalan semakin nampak seperti kolam ikan. Air sudah tidak bisa meresap ke bawah tanah, para pemilik kios berlomba-lomba mengaspal jalan di depannya. Sementara sebagian besar draynase atau saluran air sudah bertahun-tahun tidak berfungsi. Memang masih ada sebagian jalan yang memadai, tapi untuk melalui jalan tanpa genangan itu tetap harus terlebih dahulu menerjang jalan yang becek dan banjir terkadang membuat penghasilan para pedagang menurun. Tapi tetap saja pasar ini bernafas sebagaimana biasanya.

Pasar ini jauh dari kesan yang sebenarnya, pasar yang menjanjikan masa depan perdagangan masyarakat Indonesia.

Pasar ini tidak tampak sebagai salah satu pasar yang mendistribusikan sandang ke hampir seluruh pulau Indonesia. Orang yang belum mengenal mungkin tidak akan pernah melihat potensinya pula, jika semata dilihat dari muka pasarnya yang di pinggir jalan raya seperti pasar tumpah, begitu semrawutnya kondisi pasar terbesar se Asia tenggara ini.7 Kesemrawutan ini sangat tidak berbanding lurus dengan perjalanan roda perniagaan itu sendiri. Para pedagang tetap berbondong bondong datang dari penjuru daerah. Kelangsungan perjalanan pasar ini memang tidak sederhana. Tidak aneh, jika kesemrawutan pasar ini tidak terlalu berdampak drastis terhadap daya tariknya memikat pengunjung. Tokoh masyarakat Tegal-Gubug Bapak Ir. H. Maslani pernah berkata, pasar tidak bisa diciptakan atau dibubarkan selama dua komponen penting antara pedagang dan pembeli belum terpenuhi. Hujan masih turun. Jarum jam masih menunjukkan pukul 10.30 WIB. Para pedagang mulai semakin ramai. Pedagang yang berasal dari Bandung, Jakarta, Semarang, Cikijing, Tasik, Tegal, Pekalongan dan daerah- daerah lain juga mulai berdatangan. Dan sebentar lagi, mereka segera menyempatkan diri untuk shalat Jum‟at.

Aspek historis tidak bisa lepas dari bagaimana kuatnya daya tahan pasar Tegal-Gubug. Sejarah berdirinya pasar Tegal-Gubug tidak berangkat dari program pemerintah, pasar Tegal-Gubug mengawali sejarahnya bersama warga. Saat penulis berkunjung ke rumah Bapak Ir. H. Maslani (49), beliau menjelaskan, sejarah pasar Tegal-Gubug dimulai sekitar tahun 1914. Tanpa menyebutkan lebih detail tanggal dan bulan permulaannya, beliau melanjutkan bahwa saat itu warga

7http://sahabatalam3.blogspot.com/2011/12/pasar-induk-sandang-tegal gubug- cirebon.html diakses pada jum‟at 30 januari 2015

(9)

49

setempat memiliki keahlian menjahit membuat kemben dan tutup wadah air panas sejenis termos berbahan dari serabut kulit kelapa yang dibalut dengan kain.

Kemben adalah perlengkapan perempuan pada masa itu. Para pembeli kemben dan tutup termos itu berasal dari luar wilayah cirebon. Pasar ini telah berusia seabad rupanya. Singkat cerita, aktifitas perdagangan yang sudah berjalan itu belum dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Karenanya sekitar pada masa kemerdekaan, orde lama, di mana situasi negara semakin aman kaum lelaki di desa tersebut memutuskan untuk berbondong-bondong merantau ke Bandung dan Jakarta untuk menjadi tukang becak. Sampai pada waktu berketepatan dengan dimulainya sejarah orde baru tahun 1966 di mana kebijakan industri mulai dikedepankan, pabrik-pabrik tekstil di Bandung membuang sisa- sisa kain yang tidak mereka gunakan.

Wawancara kepada penjual/Tokoh Masyarakat:

Peneliti: “Bagaimana awal mula masyarakat Tegal Gubug mendapatkan kain”.

Penjual: “Para tukang becak yang berasal dari Tegal Gubug mengambil sisa-sisa kain tersebut dan membawanya pulang. Kemudian sisa-sisa kain tersebut diolah lebih lanjut lagi oleh keluarga mereka di rumah menjadi pakaian”.8

Langkah para tukang becak itu memang tepat. Pakaian hasil jahitan dari kain potongan pabrik, sangat laku dijual di pasar Tegal Gubug. Permintaan demi permintaan dari pembeli pun terus meningkat hingga akhirnya mereka tak lagi bias, hanya mengandalkan dari sisa-sisa kain pabrik, melainkan juga membeli secara utuh. Berikutnya warga Tegal Gubug mulai memfokuskan rutinitasnya dengan berdagang. Lebih-lebih setelah mendapatkan sentuhan dari tokoh inspiratif kuwu Munaji. Sekitar tahun 1975, dengan mentalitas enterprenernya, kuwu Munaji sanggup memberi vitamin dalam menggeliatkan etos, karena letak teritorialnya yang strategis di sisi jalur utama pantura penghubung Jakarta dan Jateng, pasar Tegal Gubug pun mudah dikenal. Letak yang sangat mudah untuk dijangkau dari berbagai daerah ini tentu menjadi perhatian tersendiri dari para pengendara yang kebetulan lewat dari arah Jakarta dan Jawa tengah.

8 Wawancara dengan Bapak H. Maslani pada pukul 9.30 WIB, hari senin, 5 Januari 2015 dikediaman.

(10)

50

Pasar Tegal Gubug pertama kali terletak masuk ke jalan desa Tegal Gubug dan berjejer di pinggir jalan raya bersatu dengan rumah-rumah penduduk.

Sekitar tahun 1996 menjelang masa reformasi, pasar Tegal Gubug pindah ke tempat khusus yang lebih luas tanpa menyatu dengan rumah-rumah penduduk.

Sebagaimana tradisi keagamaan warga Tergal Gubug yaitu: Tahlilan, Marhabanan, Mewarnai peresmian masing masing los, Kios yang dilakukan oleh pemiliknya. Pasar Tegal-Gubug yang baru pertama kali hanya dibangun blok A, B, C, D. Kemudian tahun-tahun berikutnya dibangun blok E, F, G. Dan terakhir blok H dan I. Pasar lama kini dikhususkan menjadi pasar sayur yang berpusat di samping balai Desa Tegal-Gubug. Pasar Tegal Gubug keseluruhan teridiri dari blok A, B, C, D, E, F, G, H, I dengan model bangunan tidak bertingkat. Di luar pasar induknya, ada pihak pengembang baru sekitar tahun 2011 mendirikan tempat-tempat baru yang berlokasi berseberangan dengan pasar induknya.

Tempat-tempat baru ini dibangun dengan lebih tertata dan nyaman sebagaimana pasar-pasar yang lebih modern.

Dari uraian historis di atas dapat disimpulkan bahwa sejarah pasar Tegal Gubug dibagi dua:

1. Masa Pra Kemerdekaan

Masa pra kemerdekaan dimulai pada tahun 1914 ditandai dengan keahlian penduduk Tegal Gubug dalam membuat kemben dan lainnya sehingga mengundang banyak pembeli dari luar.

2. Masa Kemerdekaan (Orde Lama dan Orde Baru)

Masa kemerdekaan diawali dengan merantaunya warga Tegal Gubug secara massif khususnya ke Bandung pada zaman orde lama. Hingga pada orde baru didirikanlah banyak pabrik di Bandung. Ampas kain yang dibuang oleh pabrik dikumpulkan oleh para tukang becak dari Tegal Gubug, melalui tangan istrinya di rumah, ampas kain ini menjadi barang yang lebih bernilai dan membuat dagangan warga Tegal Gubug makin banyak, sehingga peminatnya dari luar juga makin banyak. Hal ini menjadikan rumah penduduk semakin padat dikunjungi pembeli, dengan sendirinya rumah-rumah penduduk ini berubah menjadi lapak pasar, pasar pun semakin ramai, hingga pemerintah desa membuat sentral pasar di samping Balai Desa, pesat sekali perkembangannya,

(11)

51

lapak pasar juga menjalar sampai di pinggir-pinggir jalan by pass, situasi ini berjalan sampai pada tahun 1995, masa reformasi dimulai dari menjelang masa reformasi pada tahun 1996 ditandai dengan dibangunnya pasar Tegal Gubug secara permanen. Lokasinya pun berpindah dari yang dulunya menyatu dengan rumah penduduk kini dibangun di lahan khusus untuk pasar seluas sekitar 30 H dibangun secara bertahap. Tahap pertama blok A, B, C, D, kemudian tahap kedua E, F, G dan terakhir H, dan I, letak yang strategis semata tidak cukup untuk menjadikan atau mempertahankan pasar agar lebih maju dan ramai lagi pengunjungnya. Letak memang sangat membantu dalam mengenalkan pasar.

“Namun untuk membuatnya lebih hidup lagi dan bertahan sampai satu abad ini, dibutuhkan aspek sosio-historis yang sangat luhur, yang didalamnya terkandung nilai-nilai esensi untuk terjadinya sebuah transaksi perniagaan antara pedagang dan pembeli,” ucapnya Bapak Ir. H. Maslani ketika mencoba mengkomparasikan beberapa pasar yang juga sengaja didirikan di sepanjang jalan strategis yang sama namun tetap sepi pengunjung. Sekitar 3 KM dari pasar Tegal Gubug di jalur strategis yang sama memang telah berdiri pasar yang lebih nyaman dan teratur dengan manajemen pengolaan yang matang.

Namun, tetap saja hal itu tidak sedikitpun mampu menarik para pengunjung.

Jelas, ini bukan persoalan letak semata yang dibutuhkan, namun aspek sosio- historis yang luhur pula penting untuk ditanamkan, Nilai tentang bagaimana menjaga kejujuran, keramahan, kekeluargaan, dan nilai luhur lainnya.

Di luar nilai sosial tadi, ada aspek penting yang memang selalu dibangun di pasar Tegal Gubug hingga membuatnya bertahan dan selalu diburu pengunjung. Harga yang murah dan kelengkapan sandang dengan partai grosir menjadi sesuatu yang tidak bisa dilepaskan juga bagi pasar Tegal Gubug, tentu dengan tetap menjaga kualitasnya. Awalnya pasar Tegal Gubug hanya beroperasi pada Sabtu dan Selasa pagi saja sampai siang, sekalipun dari sejak dimulainya pasar, para pembeli berdatangan pada malam hari dengan menggunakan pedati, tapi tetap pasarnya beroperasi secara serempak pada Sabtu dan Selasa pagi sampai siang. Namun seiring berjalannya waktu, pasar Tegal Gubug buka mulai dari Jum‟at pagi sampai Sabtu siang dan Senin sore sampai Selasa siang. Jadi, sekarang aktifitas pasar Tegal Gubug dengan sendirinya empat hari dalam satu

(12)

52

minggu. Biasanya hari Jum‟at khusus diperuntukkan para pedagang dari berbagai daerah yang sebagian besarnya hanya menjual grosir. Pada hari jum‟at ini lah puncak sesungguhnya pasar Tegal Gubug bergeliat. Pada hari jum‟at pula ribuan para pembeli dari berbagai pulau datang. Meski kondisi pasar semrawut, mereka tetap menyerbu pasar Tegal Gubug. Ada yang datang dari Sumatera, Sulawesi, NTT, NTB, Irian Jaya bahkan dari Luar Negeri. Denyut keramaian pada hari Sabtu, Senin dan Selasa tidak sebesar pada hari Jum‟at. Bisa dikatakan secara sederhana, bahwa dewasa ini inti dari pasar Tegal Gubug adalah pada hari Jum‟at.

Karena selain hari Jum‟at, omset yang didapat mungkin bagi beberapa pedagang khusus grosir tidak ada seperempat dari yang didapat pada hari jum‟at. Jika pada hari jum‟at penjual dan pembelinya dari berbagai penjuru pulau, maka selain hari Jum‟at pembelinya hanya dari sekitar Wilayah Tiga Cirebon saja, yakni Kabupaten Inderamayu, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka.

Kalaupun ada di luar tiga Wilayah Cirebon tadi, tentu jumlah hanya sedikit, bahkan, banyak di antara para penjual sendiri yang dari Cicalengka, Bandung dan daerah lainnya hanya tahu bahwa pasar Tegal Gubug itu bukannya hari jum‟at, mereka sudah terbiasa dengan kesemrawutan pasar Tegal Gubug. Harga yang tentunya murah, model busana yang terkini, pilihan fashion yang bervariasi, bahan-bahan dasar busana yang lengkap, kain-kain berbagai pilihan dan dengan dilengkapi sentuhan niali-nilai yang dijaga, seolah sanggup melupakan para pembeli akan kondisi pasar yang minim keteraturan. Para pedagang juga sama, mereka mungkin juga punya kios, los ataupun lapak selain di pasar Tegal Gubug yang lebih nyaman dari pasar Tegal Gubug. Namun omset yang didapat dari penjualan di pasar Tegal Gubug akan melupakan kondisi pasar Tegal Gubug yang sistem manajerial pasar sendiri terkesan seadanya, sangat jauh dari pasar-pasar besar lainnya.

Namun menurut sebagian orang berkata, mungkin karena kesemrawutan inilah yang membesarkan pasar ini hingga dikenal oleh para pedagang Nasional.

Tentu asumsi semacam ini perlu ditinjau kembali keabsahannya. Karena bagaimanapun para pembeli dan penjual tentu lebih menghendaki kenyamanan

(13)

53

dan keteraturan daripada kesemrawutan. Pasar ini memang pasar yang sangat menjanjikan dan sangat prospektif.9

Salah seorang tokoh masyarakat setempat, Bapak Ir H Maslani Samad (49), menjelaskan, sejarah Pasar Tegal Gubug dimulai sekitar tahun 1914. Saat itu, warga setempat menggantungkan hidupnya dengan membuat dan menjual kemben, yakni perlengkapan kebaya kaum perempuan pada masa itu. Pasarnya, kaum perempuan di Tegal Gubug memang mahir dalam menjahit. Para pembeli kemben itu berasal dari luar Wilayah Cirebon.10 Mereka berdatangan dengan menggunakan pedati pada malam hari. Karena itulah, hingga kini, aktivitas perdagangan di Pasar Tegal Gubug telah dimulai sejak malam hari sebelum „hari pasaran‟ tiba.

Seiring berlalunya waktu, aktivitas perdagangan di Pasar Tegal Gubug pun terus berjalan. Namun, aktivitas perdagangan itu belum dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Karenanya, kaum lelaki di desa tersebut lantas merantau ke Bandung untuk menjadi tukang becak. Tahun 1960-an, di Bandung mulai menjamur industri tekstil. Seringkali, pabrik-pabrik tekstil itu membuang sisa-sisa kain yang tidak mereka gunakan.

„‟Melihat hal itu, para tukang becak yang berasal dari Tegal Gubug memungut sisa-sisa kain tersebut dan membawanya pulang. Mereka yakin kain- kain itu dapat dimanfaatkan bila diolah lebih lanjut oleh istri mereka yang memang pandai menjahit. Keyakinan para tukang becak itu memang tidak keliru.

Kain-kain sisa yang telah dijahit menjadi pakaian jadi itu, sangat laku dijual di Pasar Tegal Gubug. Bahkan, permintaan pun terus meningkat hingga akhirnya mereka tak lagi hanya menggunakan kain sisa untuk dijahit menjadi pakaian jadi, melainkan juga membeli kain secara utuh.

Melalui informasi dari mulut ke mulut, keberadaan Pasar Tegal Gubug pun semakin dikenal. Apalagi, lokasinya yang terletak di sisi jalur utama pantura penghubung Jakarta dan Jateng, menjadikan Pasar Tegal Gubug sangat mudah untuk dijangkau oleh para pembeli yang datang dari berbagai daerah. Tercatat, ada

9 Refleksi Perjalanan Satu Abad Pasar Tegal Gubug, Muhammad Khusni, Penulis adalah Pengurus DPD KNPI Kabupaten Cirebon.

10http://id.wikipedia.org/wiki/Tegal Gubug,_Arjawinangun,_Cirebon diakses pada Jum‟at 30 januari 2015.

(14)

54

sekitar 6.000 pedagang dari berbagai kota yang kini berjualan di Pasar Tegal Gubug. mereka datang dari Tasikmalaya, Tegal, Solo, Pekalongan, Jogja, Indramayu, dan berbagai Kota lainnya.11

Pasar Tegal Gubug jelas menjanjikan prospek yang sangat baik. Kita tentu optimis bahwa perekonomian Indonesia akan terus maju. Dan tingkat kemudahan berbisnis yang masih kalah jauh dari Malaysia, Singapura dan Negara Asia lainnya, ini akan semakin membaik. Sehingga dapat memberi kemudahan juga buat para pelaku bisnis, khususnya di pasar Tegal Gubug untuk semakin lebih berkembang lagi. Dan akan selalu ada harapan untuk berbenah dalam menjadikan Pasar Tegal Gubug sebagai Pasar yang lebih nyaman, bersih, teratur dan memiliki visi yang maju serta layak untuk dijadikan sebagai lokasi Wisata

“Pasar Sandang Tegal Gubug” di Cirebon untuk para wisatawan.

Berdasarkan surat dari Kepala Disperindag melalui Kepala Bidang Pengelolaan Pasar, data fisik Pasar Induk Sandang Desa Tegal Gubug sebagai berikut:12

a. Luas Tanah : 99 Ha.

b. Luas Bangunan : 41.031 M2

c. Jumlah Kios : 637

d. Jumlah Los : 1.960

e. Jumlah Blok : 9 dari A-I

f. Jumlah Pedangan di dalam pasar : 4530 orang g. Jumlah Pedagang di bahu di jalan raya : 477 orang

h. Jumlah Masjid : 1 buah

i. Jumlah MCK : 9 Unit

Jumlah kios dan los berdasarkan masing-masing Blok:13

No Jumlah Kios Los

1 BLOK A 104 118

2 BLOK B 102 120

3 BLOK C 142 168

11 http://tgbcirebon.blogspot.com diakses pada senin, 2 februari 2015

12 Data fisik pasar Desa Tegal Gubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon.

13 Data Los dan Kios Pasar Induk Sandang Tegal Gubug Periode 2014

(15)

55

4 BLOK D 101 172

5 BLOK E 64 162

6 BLOK F 44 154

7 BLOK G 20 202

8 BLOK H 40 538

9 BLOK I 20 326

JUMLAH 637 1.960

2.597

Data Los dan Kios Pasar Induk Sandang Tegal Gubug Periode 2014 Tipe kios dan luas bangunan

No Tipe kios Jenis Jumlah Luas

1 3M x 4M Bangunan Lama 164 1.968 M2

2 3M x 5M Bangunan Depan 552 9.963 M2

3 3M x 6M Bangunan Baru 50 900 M2

4 3M x 3M Bangunan Lama 580 7.650 M2

5 3M x 5M Bangunan Lama

Depan

182 17,730 M2

6 3M x 3M Bangunan Baru 62 930 M2

7 3M x 3M Bangunan Baru 48 432 M2

JUMLAH 1638 39.573 M2

Data Los dan Kios Pasar Induk Sandang Tegal Gubug Periode 2014 C. Proses Jual Beli di Pasar Tegal Gubug

Tegal Gubug terkenal dengan Pasar Sandang Tegal Gubugnya, yang merupakan pasar sandang terbesar di Asia Tenggara. Pasar Tegal Gubug ini terdiri dari lapak-lapak seluas 11 Hektar. Pada tahun 2011 sudah mulai berkembang ke area seberangnya dengan kawasan yang lebih tertata rapi yaitu berupa ruko-ruko dan kios-kios dengan nama Sentra Niaga Tegal Gubug dan Pusat Grosir Tegal Gubug.

Melalui informasi dari mulut ke mulut, Pasar Tegal Gubug pun semakin dikenal. Apalagi, lokasinya di sisi jalur utama pantura penghubung Jakarta dan Jateng, menjadikan Pasar Tegal Gubug sangat mudah untuk dijangkau.

(16)

56

Warga di dua desa yang bertetangga itu justru menunjukkan sisi kehidupannya yang lain. Remaja putra dan putri berpakaian muslim rapi berbondong-bondong pergi ke Masjid dan Musholla yang banyak berdiri di dua desa tersebut. Nuansa religius yang tampak dalam kehidupan warga di kampung santri itu, memang tak lepas dari pengaruh keberadaan Pondok Pesantren yang juga banyak berdiri sejak puluhan tahun silam.

Tak hanya itu, aktivitas warga di kedua desa tersebut tak berhenti sebatas pelaksanaan ibadah ritual semata. Nilai Islam yang mengajarkan agar setiap muslim harus menjadi kuat dalam segala hal, termasuk bidang perekonomian, benar-benar mereka laksanakan. Melalui kegiatan perdagangan, mereka berupaya menjemput rezeki dari Sang Maha Pemberi Kekayaan. Bidang perdagangan yang mereka lakukan itu berupa penjualan bahan-bahan sandang yang dipusatkan di Pasar Tegal Gubug, yang berjarak kurang lebih 500 meter dari desa mereka. Tak hanya pakaian jadi, namun barang-barang lain yang mereka jual adalah bahan dasar pakaian, kerudung, taplak meja, gorden, seprei, maupun bahan sandang lainnya. Barang-barang yang dijual di Pasar Tegal Gubug itu asli buatan tangan mereka sendiri.

Setiap hari, denyut kehidupan warga di dua desa itu seolah tak pernah mati. Deru mesin jahit dan hamparan kain yang akan dibuat menjadi barang sandang siap pakai, akan mudah ditemui dalam keseharian sekitar 6.000 warga di Desa Tegal Gubug dan 8.124 warga di Desa Tegal Gubug Lor. Proses pembuatan barang-barang sandang tersebut dilakukan di rumah masing-masing warga.

Aktivitas itu dengan sendirinya telah menjadikan kedua desa tersebut sebagai kawasan home industri.

Desa Tegal Gubug terbagi menjadi lima blok, yakni blok satu sampai blok lima . Setiap blok itu masing-masing memiliki produk keunggulan. Untuk Blok Satu, produk yang diunggulkan berupa pakaian jadi, Blok Dua unggul dalam produk kelambu tempat tidur dan taplak meja. Blok Tiga unggul dalam produk kerudung maupun pakaian jadi. Blok Empat unggul dalam penjualan bahan dasar pakaian, dan blok lima unggul dalam produk seprei dan sarung bantal, taplak meja, maupun celana panjang.

(17)

57

Seluruh produk yang mereka buat itu selalu disesuaikan dengan tren yang sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat, atau yang sering dikenakan para artis sinetron terkenal yang sedang naik daun. Bahkan, mereka pun menamakan produknya sesuai dengan nama artis atau tokoh yang mengenakan model pakaian tersebut. Karenanya, jangan heran jika menemukan ada kerudung

„Benazir‟ (Bhuto), kerudung „Teh Ninih‟, baju „A Rafiq‟, baju „Talita‟ (sinetron Cahaya), ataupun baju „Azizah‟ (sinetron Azizah).

Saat itu, warga setempat menggantungkan hidupnya dengan membuat dan menjual kemben, yakni perlengkapan kebaya kaum perempuan pada masa itu.

Pasarnya, kaum perempuan di Tegal Gubug memang mahir dalam menjahit. Para pembeli kemben itu berasal dari luar wilayah Cirebon . Mereka berdatangan dengan menggunakan pedati pada malam hari. Karena itulah, hingga kini, aktivitas perdagangan di Pasar Tegal Gubug telah dimulai sejak malam hari sebelum „hari pasaran‟ tiba.

Barang-barang sandang yang telah mereka produksi itu lantas dijual di Pasar Tegal Gubug. Namun, keberadaan pasar itu tidak berlangsung setiap hari, hanya Selasa dan Sabtu yang menjadi hari „pasaran‟ di pasar tersebut. Karenanya, setiap Senin dan Jum‟at sore, ribuan warga di dua desa itu akan berduyun-duyun mengangkut barang dagangan yang telah mereka produksi ke pasar tersebut, baik dengan menggunakan mobil bak terbuka ataupun becak.

Wawancara kepada pihak Pasar:

Peneliti: “kapan mulai aktivitas perdagangan di Pasar Tegal Gubug”.

Peihak pasar: “Aktivitas perdagangan di Pasar Tegal Gubug biasa dimulai selepas shalat Isya hingga keesokan harinya sekitar pukul 14.00 WIB. Para pembeli yang datang ke pasar tersebut tak hanya berasal dari wilayah Cirebon , melainkan juga berasal dari berbagai daerah lainnya di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi , Nusa Tenggara, hingga Negeri Jiran Malaysia”.14

14 Hasil wawancara dengan petugas pasar (Bapak Ahid) di pasar pada hari Jum‟at tanggal 30 Januari 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Justeru, para penyelia dan pengetua kolej serta pihak Hal Ehwal Pelajar perlu memainkan peranan mereka dengan lebih aktif demi untuk mengenal pasti pemikiran yang salah dan

JDPEXW GL 5DZD 3HQLQJ VDQJDW WLQJJL PHQFDSDL VDPSDL .JP DWDX VDPSDLWRQ+D6LWWDGHZL 3HQJJXQDDQ JDPEXW XQWXN PHGLD DWDX SXSXN SDGD SHPELELWDQ WDQDPDQ ELDVDQ\D GLODNXNDQ GHQJDQ

Dengan menggunakan peraga pembagian manipulatif kegiatan pembagian dapat dilakukan dalam bentuk konkret dan langsung diamati sehingga lebih mudah untuk dipahami dan

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2000 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak, serta Peraturan

Ibu merencanakan melahirkan di Puskesmas Manumean, penolong yang diinginkan adalah bidan, pendamping yang diinginkan ibu saat melahirkan adalah suami dan kader

Tekanan parsial O2 pada orang-orang yang tinggal di tempat tinggi hanya 40 mmHg, tetapi karena jumlah haemoglobinnya lebih banyak, maka jumlah oksigen dalam darah

Dengan memahami arti dari kedua kata yang ada dalam istilah hukum Islam ini, dapatlah dipahami bahwa hukum Islam merupakan seperangkat norma atau peraturan yang

Meningkatnya sampah plastik di Indonesia mengilhami Unilever untuk membuat suatu program lingkungan, yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya