EKSPLORASI TUMBUHAN OBAT DI HUTAN LINDUNG LUMBAN JULU KECAMATAN LUMBAN JULU KABUPATEN TOBA SAMOSIR
(Exploration of Medicinal Plants in Lumban Julu Protected Forest District Toba Samosir Regency)
Alexander Manurung1, Yunus Afifuddin2, Lamek Marpaung3
1Mahasiswa Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Jln. Tri Dharma Ujung No 1 Kampus USU Medan 20155
(Corresponding author:alex.prime@yahoo.com)
2 Staff Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
3 Kepala Laboratorium Kimia Bahan Alam, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara
Abstract
Lumban Julu protected forest had a huge potential in supply of raw material of medicinal plants. The research was conducted to explore the medicinal plants in the forest. This research aimed to identified species of medicinal plants, analyzed diversity of medicinal plants and analyzed secondary metabolites of medicinal plants. This exploration research of medicinal plants had three stages method. First stage was local knowledge aspect with survey local knowledge. Second stage was biodiversity aspect of medicinal plants with analysis of vegetation data collection. Third stage was phytochemical aspect with detected contain of secondary metabolites. Medicinal plants were obtained as many as eight species with the highest importance value index was Paet-paet (Tithonia diversifolia) at 39.46 and the lowest importance value index was Ciplukan Mini (Physalis minima) at 10.92. Value Shannon- Wiener index of general diversity (H`) at 1.83, this is showed that the diversity of medicinal plant species in Lumban Julu protected forest was medium. Secondary metabolites test showed Ciplukan Mini (Physalis minima) had complex secondary metabolites.
Keyword: Exploration, medicinal plants, secondary metabolite .
PENDAHULUAN
Penggunaan tumbuhan sebagai bahan baku obat-obatan sudah dilakukan oleh manusia sejak dikenalnya proses meramu. Penggunaan tumbuhan obat ini kerap digunakan oleh orang banyak karena relatif memiliki efek samping yang kecil dan lebih murah bila dibandingkan dengan obat-obatan sintetis (Kumalasari, 2006).
Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional juga semakin banyak diminati oleh masyarakat karena telah terbukti bahwa obat yang berasal dari tumbuhan lebih menyehatkan dan tanpa menimbulkan adanya efek samping jika dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari bahan kimia. Namun, yang menjadi permasalahan bagi peminat obat tradisional adalah kurangnya pengetahuan dan informasi memadai mengenai berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang biasa digunakan sebagai obat-obatan tradisional dan bagaimana pemanfaatannya (Arief, 2001).
Masyarakat Desa Lumban Julu yang tinggal di daerah sekitar kawasan hutan tersebut masih memanfaatkan beberapa jenis tumbuhan obat untuk mengobati beberapa jenis penyakit. Oleh karena itu, perlu dilakukan eksplorasi dan identifikasi jenis-jenis tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat desa tersebut, selain berfungsi untuk
mendekatkan masyarakat kepada pemanfaatan tumbuhan obat, juga untuk mengikut sertakan masyarakat di dalam upaya pelestarian sumber daya alam khususnya sumber daya alam bukan kayu.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilaksanakan di hutan lindung Lumban Julu, antara lain:
1. Identifikasi jenis-jenis tumbuhan obat di hutan lindung Lumban Julu dan pemanfaatannya.
2. Analisis keanekaragaman jenis tumbuhan obat di hutan lindung Lumban Julu.
3. Analisis metabolit sekunder dari jenis-jenis tumbuhan obat yang terdapat hutan lindung Lumban Julu.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015. Pengambilan sampel tumbuhan obat di hutan lindung Lumban Julu, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara. Analisis metabolit sekunder tumbuhan obat dilaksanakan di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat tulis, kantung plastik, kertas label, tali rafia, kalkulator, meteran, gelas ukur, beaker glass, tabung reaksi, shaker, kertas saring, oven, penangas air, pipet tetes, saringan, spatula, timbangan analitik dan buku identifikasi tumbuhan obat.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : HCl 2 N, HCl 10%, pereaksi Lieberman- Bouchard, pereaksi Wagner, pereaksi Maeyer, pereaksi Dragendorff, pereaksi Salkowsky, Cerium Sulfat 1%, H2SO4 10%, NaOH 10%, FeCl3 1%, Mg- HCl cair, alkohol, air dan metanol.
Prosedur Penelitian 1. Aspek Pengetahuan Lokal
Pengetahuan lokal diketahui dengan mengunakan metode wawancara tentang tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa Lumban Julu.
2. Aspek Keanekaragaman
Pengumpulan data tumbuhan obat dilakukan dengan menggunakan metode sampling plot dimana penentuan titik awal ditentukan dengan metode purposive sampling (Soetarahardja,1997).
Luas total hutan lindung Lumban Julu, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir adalah 3671 ha. Intensitas sampling yang dibuat dalam penelitian adalah sebesar 0.5 % dari luas total hutan tersebut. Jumlah plot yang dibuat sebanyak 360 plot. Sampling plot yang dibuat adalah berbentuk lingkaran dengan diameter 25.2 m. Pengamatan tumbuhan obat dilakukan secara eksploratif di dalam plot sepanjang jalur pengamatan.
3. Aspek Fitokimia
Aspek fitokimia mengacu kepada pendeteksian kandungan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai bahan obat. Jenis-jenis tumbuhan obat dideteksi kandungan senyawanya yang tergolong metabolit sekunder yaitu senyawa alkaloid, terpen, tanin dan saponin.
HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Pengetahuan Lokal
Survei pengetahuan lokal dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat di sekitar hutan lindung Lumban Julu. Informan kunci yang dipilih untuk diwawancarai dalam penelitian ini adalah seseorang masyarakat desa Lumban Julu yang mengetahui tentang tumbuhan obat dan jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan. Hasil wawancara dengan informan kunci diketahui beberapa jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat desa di sekitar hutan lindung Lumban Julu disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Data Tumbuhan Obat yang Digunakan Oleh Masyarakat Desa Lumban Julu
Nama Lokal dan Nama latin
Famili Fungsi Bagian
yang diguna kan Paet-paet Asteraceae Obat
luka Daun Ikausabi Asteracea Obat
bisul Daun Pegagan Apiaceae Obat
luka
Daun Langge Zingiberaceae Obat
disentri Daun, batang Ompu-
ompu Liliaceae Obat
luka memar
Daun
Cipukan
Mini Solanacea Obat
kanker Semua bagian Pirdot Actinidiaceae Obat
diabetes Daun Rumput
Mutiara Rubiaceae Obat
demam Semua bagian Senduduk Melastomatace Obat
diare Daun dan Batang Sidaguri Malvaceae Obat
rematik Semua bagian Pengetahuan tentang tumbuhan obat dan pemanfaatan tumbuhan obat telah diketahui dari informan kunci yang telah mengetahui tentang pengetahuan tumbuhan obat tersebut secara turun- temurun berdasarkan pengalaman dari masyarakat desa Lumban Julu.
Ciri-ciri jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat desa Lumban Julu dijelaskan oleh informan saat melakukan eksplorasi sehingga jenis tumbuhan obat tersebut dapat dikenali pada saat melakukan eksplorasi. Berdasarkan informasi ini maka tumbuhan tersebut dijadikan sampel pada saat pengeksplorasian di lapangan dan selanjutnya sampel tersebut dilakukan pengujian metabolit sekunder untuk mengetahui kandungan kimia di dalamnya.
Deskripsi Tumbuhan Obat yang Ditemukan di Hutan Lindung Lumban Julu
Jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan dari hasil eksplorasi penelitian di hutan lindung Lumban Julu ada delapan jenis tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan obat yang telah ditemukan dari penelitian yang dilakukan dideskripsikan sebagai berikut.
Tabel 2. Data Tumbuhan Obat yang Ditemukan di Hutan Lindung Lumban Julu
1. Pegagan (Centella asiatica)
Pegagan merupakan tumbuhan tahunan yang tumbuh menjalar dan berbunga di tanah yang datar dengan kondisi agak lembab, terbuka atau agak ternaungi. Tumbuhan ini tidak berbatang, mempunyai rimpang pendek. Helaian daun berbentuk ginjal, tepi daun bergerigi atau beringgit, agak berbulu, daun tunggal, bertangkai panjang, tersusun dalam roset akar yang terdiri dari 2-10 helai daun.
Kandungan kimia pada Pegagan yang terkandung pada daun adalah senyawa golongan terpen (Tabel 4).
2. Paet-paet (Tithonia diversifolia)
Paet-paet merupakan tumbuhan semak tahunan yang tumbuh liar di tempat yang landai atau curam dengan kondisi tempat terang dan banyak sinar matahari langsung. Batang tegak, bulat, berkayu warna hijau. Daunnya tunggal, berseling, ujung dan pangkal runcing, pertulangan daun menjari serta berwarna hijau.
Kandungan kimia Paet-paet yang terdapat pada daunnya adalah senyawa golongan terpen, senyawa golongan flavonoid dan senyawa golongan alkaloid (Tabel 4)
3. Ompu-ompu (Crinum asiaticum)
Ompu-ompu adalah tumbuhan tahunan yang tumbuh di tempat yang datar dengan kondisi tanah yang lembab dan gembur. Batang semu pada ujung umbi dengan tunas samping lunak dan berwarna putih kehijauan serta mempunyai umbi lapis yang besar. Daun Tunggal, roset akar, bentuk garis atau pita, tebal, ujung runcing, pangkal rata, tepi rata, pertulangan sejajar dan permukaan licin
Kandungan kimia terdapat pada daun Ompu- ompu adalah senyawa golongan terpen dan senyawa golongan alkaloid (Tabel 4).
4. Ikausabi (Crassocephalum crepidioides)
Ikausabi merupakan tumbuhan semak tahunan yang tumbuh di tempat datar atau cukup landai dengan kondisi tanah lembap dan tempat terbuka.
Batang tegak sedikit berair, halus, bergaris dan bercabang. Daunnya tersusun secara spiral dan menyirip, tidak memiliki stipula, letak tersebar, helai daun berbentuk elips hingga lonjong dengan tepi daun bergerigi dan berbulu halus.
Kandungan kimia pada daun Ikausabi adalah senyawa golongan terpen, senyawa golongan alkaloid dan senyawa golongan saponin (Tabel 4) 5. Pirdot (Saurauia vulcani)
Pirdot merupakan suatu jenis tumbuhan yang tumbuh di hutan dekat aliran air atau di tempat yang lembab pada kemiringan landai atau curam. Batang berkayu berbentuk bulat, tegak, permukaan kayu kasar dan terdapat bercak putih, bercabang banyak dengan arah cabang mendatar. Daun tunggal, berukuran lebar, tulang daun menyirip, bagian atas daun runcing, bagian bawah daun membulat, tepi daun bergerigi.
Kandungan kimia yang terdapat pada daun Pirdot adalah senyawa golongan terpen, senyawa golongan flavonoid dan senyawa golongan alkaloid (Tabel 4).
6. Ciplukan Mini (Physalis minima)
Ciplukan Mini merupakan tumbuhan liar yang tumbuh di tempat datar dengan kondisi tanah yang gembur, cukup lembab dan tidak tergenang air.
Batang bercabangan melebar kesamping dan sebagian mendatar hingga menyentuh tanah. Daun berwarna hijau, permukaan berbulu, bentuk meruncing, berurat jelas, tulang daun menyirip, daun bergerigi pada bagian tepinya, ujung daun
Nama Lokal dan Nama latin Famili Kegunaan Bagian yang digunakan
Paet-paet
(Tithonia diversifolia) Asteraceae Obat luka dan obat
malaria Daun
Ikausabi
(Crassocephalum crepidioides) Asteracea Obat bisul dan obat
jerawat Daun
Pegagan
(Centella asiatica) Apiaceae Obat luka Daun
Langge
(Zingiber zerumbet) Zingiberaceae Obat disentri Daun, batang dan akar Ompu-ompu
(Crinum asiaticum)
Liliaceae Obat luka memar Daun
Cipukan Mini
(Physalis minima) Solanacea Obat kanker dan obat
diabetes Semua bagian
Pirdot
(Saurauia vulcani)
Actinidiaceae Obat diabetes Daun
Rumput Mutiara
(Hedyotis Corymbosa) Rubiaceae Obat demam Semua bagian
meruncing, pangkal daun runcing dan daun berwarna hijau
Kandungan kimia pada daun Ciplukan Mini adalah senyawa golongan flavonoid, senyawa golongan terpen, senyawa golongan alkaloid dan senyawa golongan saponin (Tabel 4).
7. Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa)
Rumput Mutiara merupakan tumbuhan perdu musiman yang tumbuh di tempat datar dengan tanah kering dan banyak cahaya. Batang bersegi empat dengan sisik atau bulu sangat pendek dan bercabang. Daunnya relatif kecil, letak berhadapan bersilangan, bertangkai pendek, helaian daun berbentuk lanset dengan pangkal dan ujung daun runcing, tepi daun rata dengan sedikit sisik atau bulu, tulang daun satu di tengah dan daun berwarna hijau.
Kandungan kimia Rumput Mutiara yang terkandung pada daunnya adalah senyawa golongan terpen, senyawa golongan alkaloid dan senyawa golongan saponin (Tabel 4)
8. Langge (Zingiber zerumbet)
Langge merupakan tumbuhan semak semusim yang tumbuh di tempat datar atau cukup landai dengan tanah yang lembab dan agak ternaungi serta dapat ditemukan pada dataran dengan ketinggian hingga 1200 mdpl. Batang tegak, berdaging, semu berupa kumpulan pelepah daun yang berseling, beberapa batang berkoloni dan membentuk rimpang.
Daun tunggal, berbentuk lanset, berselingan, tepi daun rata, ujung dan pangkal daun runcing, permukaan licin, berambut di permukaan atas, berwarna hijau muda dan pelepah berbentuk talang.
Kandungan kimia pada Langge adalah senyawa golongan terpen, senyawa golongan alkaloid dan senyawa golongan flavonoid (Tabel 4).
Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Lumban Julu
Tumbuhan obat yang ditemukan dari eksplorasi penelitian di hutan lindung Lumban Julu sebanyak delapan jenis tumbuhan. Data analisis tumbuhan obat tersebut ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Nilai Kerapatan Relatif (KR) tertinggi ditunjukkan pada Tabel 3 adalah jenis Paet-paet dengan nilai sebesar 24.17% sedangkan nilai Kerapatan Relatif (KR) terendah yang ditunjukkan Tabel 3 adalah jenis Ciplukan Minindengan nilai sebesar 2.68%.
Nilai Indeks Nilai Penting (INP) yang tertinggi pada Tabel 3 adalah jenis Paet-paetnsebesar 39.46 sedangkan nilai Indeks Nilai Penting (INP) terendah adalah jenis Ciplukan Mini sebesar 10.92.
Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon- Winner (H`) tumbuhan obat di Hutan Lindung Lumban Julu yang ditunjukkan pada Tabel 3 adalah sebesar 1.83. Berdasarkan data nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Winner (H`) tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman delapan spesies tumbuhan obat yang ditemukan di hutan Lindung Lumban Julu sedang melimpah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indriyanto (2006) yang menyatakan bahwa jika nilai H’ berada diantara 1 <
H’ < 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek sedang melimpah.
Pengujian Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Lumban Julu
Kandungan senyawa metabolit sekunder yang diuji pada tumbuhan sebagai indikator adanya kandungan senyawa yang dapat dijadikan obat pada tumbuhan. Data hasil pengujian metabolit sekunder tumbuhan obat ditunjukkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3. Data Analisis Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Lumban Julu
Jenis Tumbuhan K KR F FR INP H'
(ind/ha) (%) (%)
Paet-paet
(Tithonia diversifolia) 452 24.17 0.13 15.29 39.46
Ikausabi
(Crassocephalum crepidioides) 362 19.36 0.13 15.29 34.65
Pegagan
(Centella asiatica) 404 21.60 0.15 17.65 39.25
Langge
(Zingiber zerumbet) 306 16.36 0.10 11.77 28.13 1.83
Rumput Mutiara
(Hedyotis Corymbosa) 172 9.20 0.06 7.06 16.26
Ompu-ompu
(Crinum asiaticum) 66 3.53 0.08 9.41 12.94
Cipukan Mini
(Physalis minima) 50 2.68 0.07 8.24 10.92
Pirdot
(Saurauia vulcani) 58 3.10 0.13 15.29 18.39
Total 1870 100.00 0.85 100.00 200.00
Pengujian dilakukan pada masing-masing spesies tumbuhan obat. Tumbuhan obat yang mengandung senyawa tersebut, ditandai dengan adanya minimal dua pereaksi yang bernilai positif.
Pengujian saponin hanya digunakan satu pereaksi.
1. Alkaloid
Hasil dari pengujian metabolit sekunder didapatkan bahwa jenis tumbuhan obat yang mengandung alkaloid adalah Langge (Zingiber zerumbet), Paet-paet (Tithonia diversifolia), Pirdot (Saurauia vulcani), Ompu-ompu (Crinum asiaticum), Ikausabi (Crassocephalum crepidioides), Ciplukan Mini (Physalis minima) dan Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa).
2. Flavonoid
Hasil dari pengujian metabolit sekunder didapatkan bahwa jenis tumbuhan obat yang mengandung flavonoid adalah Ompu-ompu (Tithonia diversifolia), Pirdot (Saurauia vulcani), Ciplukan Mini (Physalis minima) dan Langge (Zingiber zerumbet).
3. Saponin
Hasil dari pengujian metabolit sekunder bahwa jenis tumbuhan obat yang mengandung saponin adalah Ikausabi (Crassocephalum crepidioides) dan Ciplukan Mini (Physalis minima).
4. Terpen
Hasil dari pengujian metabolit sekunder jenis tumbuhan obat yang mengandung terpen adalah Pegagan (Centella asiatica), Paet-paet (Tithonia diversifolia), Ompu-ompu (Crinum asiaticum),
Ikausabi (Crassocephalum crepidioides), Pirdot (Saurauia vulcani), Ciplukan Mini (Physalis minima), Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa) dan Langge (Zingiber zerumbet).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Tumbuhan obat yang ditemukan di hutan lindung Lumban Julu sebanyak delapan jenis tumbuhan obat. Jenis tumbuhan obat yang mendominasi adalah Paet-paet (Tithonia diversifolia) sedangkan jenis tumbuhan yang paling sedikit adalah Ciplukan Mini (Physalis minima).
2. Nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon-Winner (H`) adalah sebesar 1.83.
Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan obat di hutan lindung Lumban Julu kategori sedang.
3. Pengujian metabolit sekunder jenis tumbuhan obat Ciplukan Mini (Physalis minima) memiliki kandungan metabolit sekunder yang kompleks karena mengandung keempat senyawa metabolit sekunder, yaitu: senyawa golongan flavonoid, senyawa golongan terpen, senyawa golongan alkaloid dan senyawa golongan saponin.
Tabel 4. Data Hasil Uji Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Lumban Julu
Jenis Tumbuhan Flavonoid Terpen Alkaloid Saponin
FeCl3 CeSo4 Boucha-
rdart Wagner Meyer Dragen- dorf Paet-paet
(Tithonia diversifolia) + +++ - - - + -
Ikausabi
(Crassocephalum crepidioides) - +++ - - - +++ +
Pegagan
(Centella asiatica) - ++ - - - - -
Langge
(Zingiber zerumbet) +++ +++ - - - +++ -
Rumput Mutiara
(Hedyotis Corymbosa) - +++ - - - + +
Ompu-ompu
(Crinum asiaticum) - ++++ - - - +++ -
Cipukan Mini
(Physalis minima) + +++ - - - +++ +++
Pirdot
(Saurauia vulcani) + ++++ - - - +++ -
Keterangan:
- : Tidak bereaksi terhadap pereaksi + : Sedikit reaktif terhadap pereaksi ++ : Cukup reaktif terhadap pereaksi +++ : Reaktif terhadap pereaksi ++++ : Sangat reaktif terhadap pereaksi
Saran
Diharapkan pengembangan pemanfaatan jenis- jenis tumbuhan obat yang diteliti terutama tumbuhan obat yang memiliki kandungan metabolit sekunder yang kompleks sebagai bahan industri obat-obatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius.
Yogyakarta. Kawasan Taman Hutan Rakyat Bukit Barisan Desa Tongkoh Kabupaten Karo.
Departemen Kehutanan USU. Medan.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Penerbit PT Bumi Aksara. Jakarta.
Kumalasari, LOR. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanan. Universitas Indonesia. Depok.
Soetarahardja, S. 1997. Inventarisasi Hutan. IPB Press. Bogor.