PELAKSANAAN PROGRAMPARENTINGDI PAUD TERPADU YAYASAN PUTRA PUTRI GODEAN, SLEMAN, DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Kholisatul Nurjanah NIM 11102241038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO
“Sungguh, tugas orangtua dan guru bukanlah mempersiapkan anak-anak memiliki prestasi akademik yang menajubkan, tugas mereka adalah membimbing
anak-anak agar mencintai ilmu, sehingga dengan kecintaan yang besar itu mereka akan bersemangat dalam belajar”
(Mohammad Fauzil Adhim)
“Tidak ada suatu yang tidak mungkin jika kau menyertakan Allah dan restu orangtua dalam setiap langkah”
PERSEMBAHAN
Atas Karunia Allah Subhaanahu Wata’ala penulis persembahkan karya tulis ini kepada:
Ibu dan Bapak, yang kasih dan cintanya yang tak pernah putus Almamaterku, tempatku menuntut ilmu selama ini
PELAKSANAAN PROGRAM PARENTINGDI PAUD TERPADU YAYASAN PUTRA PUTRI GODEAN, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA Oleh
Kholisatul Nurjanah NIM.11102241038
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) pelaksanaan program parenting, 2) faktor pendukung pelaksanaan program parenting 3) faktor apakah yang menghambat pelaksanaan program parenting yang ada di Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus, dan mengambil lokasi di Jalan Sokonilo, godean, Sleman, Yogyakarta. Subyek dalam penelitian ini adalah Pendidik, tenaga kependidikan dan orangtua siswa Paud terpadu yayasan putra putri godean. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian, yang dibantu dengan pedoman observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik yang digunakan dalam melakukan analisis data adalah reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan.Keabsahan data yang dilakukan untuk menjelaskan data dengan menggunakan triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Proses pelaksanaan program parentingdibagi menjadi dua kelompok yaitu program terencana yang terdiri dari pojok gizi dan kelas parenting, sementara program insidental yaitu konsultasi orangtua dan kunjungan rumah. 2) Faktor pendukung Faktor internal antara lain komitmen pendidik dan tenaga kependidikan dalam menjalakan program didukung dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai serta turut aktifnya orangtua. 3) Faktor penghambat untuk kelas parenting yaitu waktu pelaksanaan yang belum pasti, sehingga sering terjadi kemunduran dari target semula dan kekurangan SDM.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhaanahu
Wa Ta’ala yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pelaksanaan Program
Parenting Di Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean, Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Skripsi ini disusun guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bimbingan, saran, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta atas segala fasilitas dan kemudahan
yang diberikan demi kelancaran studi.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan fasilitas dan kemudahan demi kelancaran studi.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah dan Sekretaris Jurusan, yang sudah
mendukung proses pembuatan skripsi dan pengarahannya.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan.
5. Bapak Dr. Sugito, M.A selaku Dosen Pembimbing, dengan kesabaran dari
beliau yang sungguh berkesan dan banyak menginspirasi untuk penulisan
skripsi ini.
6. Bapak Dr. Sujarwo, M.Pd selaku pendamping akademik selama perkuliahan.
7. Teruntuk keluarga, Bapak Trio Sudianto Sudiman dan Ibu Sulastri yang selalu
mendoakan, mendukung dan berusaha menjadi orang tua terbaik. Semoga
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala senantiasa membalas kebaikan dan kasih sayang
beliau dengan Jannah. Aamiin
semoga Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’ala senantiasa membalas kebaikan
dan kasih sayang, dengan riddho dunia dan Jannah. Aamiin
9. Teruntuk seluruh teman-teman Prodi Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2011,
atas persahabatan dan motivasi yang selalu diberikan.
10. Teruntuk keluarga Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean atas kerjasama
yang baik dan segala kebaikan yang diberikan.
11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi
ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli
terhadap pendidikan terutama Pendidikan Luar Sekolah dan bagi para pembaca
umumnya.
Yogyakarta, 16 Januari 2017
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... .iii
HALAMAN PENGESAHAN... .iv
MOTTO ...v
PERSEMBAHAN ... .vi
ABSTRAK ... .vii
KATA PENGANTAR ... .viii
DAFTAR ISI...x
DAFTAR TABEL... .xiv
DAFTAR LAMPIRAN...xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Identifikasi Masalah...9
C. Pembatasan Masalah ...10
D. Perumusan Masalah ...10
E. Tujuan Penelitian ...10
F. Manfaat Hasil Penelitian...11
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teori ...13
1. Kajian TentangParenting...13
a. Pengertian ProgramParenting...13
b. Macam ProgramParenting...15
c. Tujuan ProgramParenting...25
2. Pembelajaran Pendidikan Orang Dewasa dalamParenting...27
a. Sifat Dasar Orang dewasa dalam belajar...29
b. Ciri Belajar Orang Dewasa...30
d. Prinsip Belajar Orang Dewasa...32
e. Pendekatan Orang Dewasa dalam Belajar...33
f. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajar Orang Dewasa...37
g. Tahapan Proses Belajar Belajar Orang Dewasa ...48
h. Implikasi dalam Praktek Pembelajaran Orang Dewasa...52
i. Fasilitator Pendidikan Orang Dewasa ...56
j. Evaluasi Orang Dewasa...61
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ...62
C. Kerangka Berfikir ...64
D. Pertanyaan Penelitian...67
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ...69
B. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian ...70
C. Setting Penelitian ...71
D. Teknik Pengumpulan Data...72
1. Observasi ...72
2. Wawancara ...74
3. Dokumentasi...75
E. Instrumen Penelitian ...76
F. Teknik Analisis Data...81
1. Reduksi Data ...81
2. Penyajian Data ...82
3. Penarikan Kesimpulan ...82
G. Keabsahan Data...83
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum PAUD Putra Putri Godean ...85
1. Letak Geografis ...85
2. Sejarah Berdirinya PAUD Putra Putri Godean ...86
3. Profil Paud PAUD Putra Putri Godean ...89
4. Visi Misi PAUD Putra Putri Godean ...90
6. Pendidik dan Peserta didik ...94
7. Sarana Prasarana ...97
B. Data Hasil Penelitian ...101
1. Tahap Pelaksanaan ProgramParentingdi PAUD Putra Putri Godean .101 2. Faktor Pendukung Pelaksanaan ProgramParentingdi PAUD Terpadu Yayasan Putra Putri Godean ...132
3. Faktor Penghambat Pelaksanaan ProgramParentingDi PAUD Terpadu Yayasan Putra Putri Godean ...136
C. Pembahasan ...137
1. Tahap Pelaksanaan ProgramParentingdi PAUD Putra Putri Godean .141 2. Faktor Pendukung Pelaksanaan ProgramParentingdi PAUD Terpadu Yayasan Putra Putri Godean ...155
3. Faktor Penghambat Pelaksanaan ProgramParentingDi PAUD Terpadu Yayasan Putra Putri Godean ...158
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...160
B. Saran ...161
DAFTAR PUSTAKA ...162
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Perbedaan Andragogi dan Pedagogi ...27
Tabel 2.1 Staf Pendidik Paud Putra Putri godean ...94
Tabel 2.2 Staf Tenaga Pendidik Paud Putra Putri godean ...95
Tabel 2.3 Jumlah Peserta didik Paud Putra Putri godean...96
Tabel 3. Keadaan Ruang atau gedung...98
Tabel 4.1 Kondisi Alat Bermain Dalam Kelas...99
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1.Pedoman Observasi PAUD Putri Godean ...167
Lampiran 2. Pedoman Observasi orangtua ...168
Lampiran 3. Pedoman Observasi Pendidik dan Pengelola...170
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Pengelola dan pendidik ...173
Lampiran 5. Pedoman Wawancara untuk Orangtua Peserta Didik...175
Lampiran 6. Pedoman Dokumentasi ...177
Lampiran 7. Analisis Data...178
Lampiran 8. Catatan Lapangan ...186
Lampiran 9. Daftar nama anak PAUD Putra Putri Godean ...204
Lampiran 10. Struktur Pengurus PAUD Putra Putri Godean...206
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan dan perkembangan manusia tidak lepas dari
pendidikan. Hal itu sesuai dengan pengertian pendidikan yang tercantum
dalam sistem pendidikan nasional yang berbunyi “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal, dan informal. Ketiga jalur pendidikan
tersebut dapat saling melengkapi dan memperkaya. (UU RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 dan 13)
Pada hakekatnya pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di
luar pendidikan formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang, pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan. Pendidikan non formal dan pendidikan informal adalah upaya
pendukung dalam pendidikan formal. Pendidikan nonformal meliputi
pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan
keseteraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
ranah dalam pendidikan nonformal.( UU RI No. 20 tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional Bab VI pasal 26 yaitu ayat :3)
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar
ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus
dan kasar), kecerdasaan (daya pikir, daya cipta, kecerdasaan emosi,
kecerdasan spiritual), soio emosional (sikap perilaku serta beragama)
bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini(Yuliani N. Sujiono,
2011:6)
Seiring bertambahnya usia anak-anak membutuhkan rangsangan
pendidikan yang lebih lengkap sehingga memerlukan tambahan layanan
pendidikan di luar rumah yang dilakukan oleh lingkungan maupun
lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD). Pada awalnya pendidikan
anak usia dini muncul merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di lakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang dikembangkan di
Kabupaten Sleman untuk mempersiapkan anak masuk ke jenjang
pendidikan dasar selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011,
jumlah siswa 6.755 anak dan 1046 pamong belajar, Taman Penitipan Anak
(TPA) 107 lembaga dengan jumlah anak yang dititipkan 2.739 anak
dengan pamong belajar sebanyak 516 orang. Jumlah PAUD di Kabupaten
Sleman menunjukkan bahwa pihak pemerintah serius dalam menangani
dan melayani pendidikan untuk anak usia dini. Salah satu tujuannya adalah
untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya.
Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan
kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Stimulus dibutuhkan untuk
mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang baik bagi otak, oleh
karena itu perlu adanya pendidikan untuk anak usia dini. Menurut Clark
(dalam Yuliani Nurani Sujono, 2009), pada waktu manusia dilahirkan
kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100 – 200 milyard sel otak yang
siap dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tingkat
perkembangan optimal, tetapi hasil penelitian menyatakan bahwa hanya
5% potensi otak yang terpakai karena kurangnya stimulasi yang berfungsi
untuk mengoptimalkan fungsi otak.
Pendidikan untuk anak usia dini penting, maka perlu adanya
dukungan dari orangtua dalam mengoptimalkan pertumbuhan,
perkembangan dan potensi pada diri anak. Peran orangtua dalam
mensukseskan pertumbuhan, perkembangan dan potensi anak dapat
diwujudkan salah satunya adalah dengan menjukan mendukung dalam
atau tidaknya nilai – nilai yang ditanamkan kepada diri anak baik di
sekolah maupun di rumah.
Menurut Hibana dalam Partini (2010:56), Tugas pendidik
disekolah tidaklah mengambil alih pendidikan dalam keluarga melainkan
membantu orangtua untuk mengembangkan potensi anak. Pendidik utama
untuk anak usia dini tetaplah kedua orangtua dalam keluarga. Orangtua
perlu paham kebutuhan pendidikan anak-anaknya sesuai dengan umur dan
tingkat perkembangan.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Yosephine Nurasih
(1997: 93), orangtua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak,
maka sudah menjadi kewajiban orang tua untuk melakukan pengasuhan
dan pembinaan terhadap anak, agar ia dapat berkembang secara optimal
sehingga menjadi generasi yang berkualitas dari segala aspek. Orangtua
berkewajiban untuk memberi pendidikan kepada anak-anaknya. Anak
selebihnya mengadopsi cara bertindak orangtua, perilaku ataupun
perlakuan orangtua terhadap anak maupun faktor yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan anak.
Pendidikan dari orang tua kepada anak tidak hanya terapkan di
dalam rumah tapi juga disekolah sebagai bentuk dukungan kegiatan
belajar mengajar. Menurut Yasin Musthofa (2007: 53), Pendidikan dalam
keluarga mempunyai makna Keluarga dan anak adalah: keluarga dijadikan
sebagai lembaga pendidikan yang diselengarakan dan ditanggani langsung
emosi terhadap anak, masa kanak-kanak awal atau antara usia 2-6 tahun
agar sang anak dalam tingkah lakunya secara dewasa nanti, akan atau
dapat mencerminkan sikap yang menjadi ciri dari kecerdasan emosi, yakni
pengendalian diri dan empati. Kecerdasan emosi dan pengendalian diri
merupakan nilai-nilai yang bisa ditanamkan dalam keluarga. Banyak aspek
dan nilai-nilai lain yang bisa di tanamkan kepada anak dalam pendidikan
keluarga.
Keluarga juga dapat diartikan sebagai unit sosial terkecil di
masyarakat yang terbentuk atas dasar komitmen untuk mewujudkan fungsi
keluarga (ayah, ibu, anak, nenek, kakek, paman, bibi dan anggota keluarga
lain yang tinggal dalam satu rumah). Keluarga adalah lingkungan terdekat
anak dan pada usia dini keluarga merupakan lingkungan ternyaman,
lingkungan tempat mereka belajar dan lingkungan tempat mereka
mengeksplorasi segala kemampuan. Oleh karena itu kegitan parenting di
lingkungn PAUD perlu di optimalkan agar orangtua dapat
mengoptimalkan tumbuh kembang anak dan bersinergi dengan pendidikan
yang anak peroleh di sekolah.
Pendidikan bagi orangtua penting dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan dalam mendidik anak maka muncullah konsep parenting
pendidikan orang dewasa. Menurut Suprijanto (2005:11), Pendidikan
orang dewsa andragogy berbeda dengan pendidikan anak-anak atau
dan peniruan, sedangkan pendidikan orang dewasa berlangsung dalam
bentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah.
Pendidikan Keorangtuaan dapat diartikan sebagai suatu proses
yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara
berkelanjutan seumur hidup. Urgensi pendekatan dalam pendidikan
keorangtuaan adalah memanusiakan manusia sebagai individu yang bebas
berfikir, berkepribadian. Setiap individu bebas berfikir dan
mengembangkan kemampuan sesuai dengan arah dan tujuan hidupnya.
Jadi konsep pendidikan yang diangkat dari pendidikan orang dewasa
adalah pengembangan potensi yang mereka miliki. “ Bagi Freire, Fitrah
manusia sejati adalah menjadi pelaku atau subyek, bukan penderita atau
obyek.(Agung Prihantoro dan Fuad Arif Fudiyartanto 2002:8)
Parenting adalah salah satu bentuk dari pendidikan keorangtuaan
yang ada di lingkungan PAUD. Dewasa ini kegitan parenting berjalan
dengan dinamika yang cukup tinggi baik secara formal maupun non
formal. Kegiatan parenting umumnya dilakukan oleh suatu lebaga
sekolah, baik SMA, SMP, SD maupun PAUD dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan bagi orangtua peserta didik. Pendidikan
tidak hanya untuk peserta didik namun juga untuk orangtua dari peserta
didik. Berjalannya program parenting diharapkan terbentuk keselarasan
antara pendidikan yang anak peroleh di sekolah dengan pendidikan yang
Menurut Jerome Kagan seorang psikolog perkembangan yang
dikutip Okvina dalam Panduwati(2013) mendefinisikan parenting
Sebagai:
Serangkaian keputusan tentang sosialisasi pada anak, mencakup apa yang harus dilakukan oleh orangtua / pengasuh agar anak mampu bertanggung jawab dan memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat termasuk juga apa yang harus dilakukan orangtua/ pengasuh ketika anak menangis, marah, berbohong, dan tidak melakukan kewajiban dengan baik yang di selengarakan oleh lembaga baik PAUD maupun TK.
Konsep dalam program parenting adalah memadukan pendidikan
yang diperoleh anak di sekolah dengan di rumah. Hal yang seharusnya
menjadi perhatian, utamanya untuk penyelenggara PAUD. Sebagai
lembaga pendidikan anak usia dini seharusnya memfasilitasi lebih jauh
untuk terlaksananya kegiatan parentingsecara keberlanjutan. Kegiatan ini
bertujuan agar orangtua mampu menjalankan tugasnya sebagai pendidik
utama bagi anak dan selaras dengan pendidikan yang diterima anak di
sekolah.
Selaras dengan pernyataan diatas mengenai pentingnya kegiatan
parenting maka Yayasan Putra Putri Godean mewadahi orangtua peserta
didik dalam kegitan parenting. Kegiatan Parenting menjadi wadah
komunikasi antara sekolah dengan orangtua peserta didik. Salah satu
bentuk usaha lembaga bagi orangtua untuk saling berbagi informasi dan
pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan pendidikan anak usia 0-6
tahun dirumah. Perenting yang dilaksanakan oleh Yasayan Putra Putri
Kondisi dari program parenting yang dilaksanakan di Paud
Terpadu Putra Putri Godean telah berkelanjutan selama dua tahun terakhir.
Keunikan dari program parenting yang ada Di Paud Terpadu Putra Putri
Godean adalah setiap program yang ada berjalan berkesinambungan saling
terhubung dan melengkapi antara program satu dan yang lain. Setiap
program melibatkan orangtua untuk berkontribusi baik perencanaan
maupun pelaksanaan.
Paud Terpadu Putra Putri Godean memiliki beberpa kegitan
parenting yang telah berjalan antara lain kelas parenting, pojok gizi, hari
konsultasi orangtua dan kunjungan rumah. kelas parenting dilakukan
minimal 2 bulan sekali, pojok gizi sepekan sekali tiap hari Jum’at.
Konsultasi orangtua dan kunjungan rumah dilakukan apabila dianggap
perlu melihat kondisi yang ada. Kunjungan rumah dilakukan pihak sekolah
sebagai sarana silaturahmi, menengok anak yang sakit atau ada hal yang
perlu disampaikan secara pribadi kepada pihak keluarga.
Berkaca dari kegitan parenting yang diterapkan di yayasan putra
putri godean layaknya semua lembaga pendidikan anak usia dini
khususnya yang ada di Daerah Istimewa melaksanakan programparenting
secara berkelanjutan. Meski tidak bisa dipungkiri dalam program
parenting di yayasan putra putri godean masih memiliki keterbatasan.
Namun, untuk saat ini belum semua lembaga pendidikan khususnya anak
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
meneliti bagaimana pelaksanaan kegiatan parenting yang ada di Paud
Terpadu Putra Putri Godean. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui
bagaimana faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program
parenting yang dilaksanaak oleh lembaga dan bagaimana keterikatan
antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain. Dari beberapa aspek yang
ingin diamati maka peneliti mengambil judul penelitian “Pelaksanaan
ProgramParentingdi Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dapat disimpulkan
identifikasi masalah yang berhubungan dengan faktor-faktor yang
mempenngaruhi keberhasilan pelaksanaan program parenting yang
diterapkan di paud Terpadu Putra-Putri Godean antara lain:
1. Hingga tahun 2015 belum banyak lembaga Pendidikan anak usia dini
di yogyakarta yang menjalankan program parenting secara
berkelanjutan.
2. Tidak semua pendidik, pendamping maupun pengelola lembaga
memiliki kompetensi di bidang PAUD sehingga perlu adanya
persamaan presepsi dalam menyukseskan program parenting yang
3. Pelaksanaan program parenting yang diselengarakan oleh Yayasan
Putra Putri Godean belum memiliki panduan tertulis dan masih
berbasis kebutuhan.
4. Pelaksanaan Kelas Parenting belum terjadwal dengan baik sehingga
tak jarang mengalami kemunduran jadwal dari minggu yang telah
ditargetkan.
5. Saat terjadi benturan jadwal antara kegiatanparentingdengan kegiatan
pendidik di luar sekolah mengakibatkan kurangnya SDM di sekolah.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah,
terfokus dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena
itu penulis memfokuskan untuk membatasi atas masalah-masalah yang
terjadi pada Pelaksanaan Program (Parenting) di Paud Terpadu Yayasan
Putra Putri Godean, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pelaksanaan program parenting yang ada di Paud
Terpadu Yayasan Putra Putri Godean?
2. Bagaimana faktor pendukung pelaksanaan program parenting yang
3. Faktor – faktor apakah yang menghambat pelaksanaan program
parentingyang ada di Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui proses pelaksanaan program parenting yang ada di Paud
Terpadu Yayasan Putra Putri Godean?
2. Mengetahui apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan
program parenting yang ada di Paud Terpadu Yayasan Putra Putri
Godean?
3. Mengetahuin Faktor-faktor apakah yang menghambat pelaksanaan
program parenting yang ada di Paud Terpadu Yayasan Putra Putri
Godean?
F. Manfaat Penelitian
Setelah disebutkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka
dalam pembahasan ini, peneltli berharap bagi lembaga yang bersangkutan,
khususnya bagi peneliti dan para pembaca pada umumnya, adapun
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan
referensi baru terkait dengan kajian program PAUD terkait dengan
pelaksanaan program parenting yang tepat untuk di terapkan dalam
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
a. Bagi Peneliti dapat sebagai informasi dan menambah ilmu
mengenai pelaksanaan program parenting yang ada di Paud
Terpadu Yayasan Putra Putri Godean.
b. Bagi PAUD Terpadu di Yayasan Putra Putri Godean memperkuat
model pelaksanaanparentingyang telah berjalan di lembaga.
c. Bagi Orangtua murid PAUD Terpadu di Yayasan Putra Putri
Godean menambah pengetahuan mengenai pentingnya dukungan
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori
1. Parenting
a. Pengertian Program Parenting
Anak usia dini berhak memperloleh pendidikan yang sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik di sekolah maupun di
lingkungan rumah. Oleh karena itu pendidikan untuk orangtua atau
dalamparenting mutlak dibutuhkan sebagai penyeimbang pendidikan
yang anak usia dini peroleh di sekolah. Menurut Asolihin (2013),
Pendidikan keorangtuaan adalah upaya pendidikan yang dilaksanakan
oleh keluarga dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia
dalam keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri. Keluarga adalah unit sosial terkecil yang ada di
masyarakat. Keluarga terbentuk atas dasar komitment antar suami dan
istri dalam mewujudkan fungsi sosial, fungsi pendidikan yang harus
benar – benar di optimalkan sebagai mitra dari lembaga penyelengara
pendidikan anak usia dini atau sering kita sebut dengan PAUD.
Pendidikan keorangtuaan atau parenting dalam hal ini program
pendidikan keorangtuaan adalah usaha yang dilakukan lembaga untuk
menyelaraskan program yang sekolah laksanakan dengan pengetahuan
orangtua mengenai pendidikan untuk anak. Selaras dengan pengertian
di atas maka Mukhtar Latif (2013: 206) mengungkapkan bahwa
kepada orangtua dalam rangka untuk mengetahui dan
mengaplikasikan pendidikan yang tepat dalam mendidik anak usia
dini terutama saat anak berada dalam lingkungan keluarga bersama
orangtuanya dirumah. Program parenting digunakan sebagai wadah
komunikasi antar orangtua, juga sebagai sarana komunikasi antara
sekolah dengan orangtua mengenai program program yang akan
diselengarakan dan sebagai sarana untuk mengajak orangtua secara
bersama sama agar memberikan pendidikan dan pengasuhan yang
terbaik untuk anak – anaknya.
Lebih lanjut Chabib Thoha (2013), menyatakan pendidikan
keorangtuaan atau parenting merupakan suatu cara terbaik yang
ditempuh oleh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan
dari rasa tanggung jawab kepada anak. Upaya orangtua dalam
memenuhi tanggung jawab dapat diwujudkan dengan melakukan
penataan lingkungan sosial mulai dari keluarga inti kemudian suasana
psikologis yang orangtua ciptakan saat berinteraksi dengan anak. Hal
ini penting dilakukan mengingat pada masa usia dini waktu anak-anak
lebih banyak dihabiskan bersama orangtua dan kita perlu ingat bahwa
orangtua adalah guru pertama dan utama untuk anak.
Selaras dengan beberapa pengertian di atas mengenai
pendidikan keorangtuaan dalam parenting, Punnik (2010:10), dalam
skripsinya juga memaparkan rangkuman mengenai parenting yaitu
dengan cara yang terbaik. Pada usia pra sekolah khususnya, orangtua
dan keluarga berperan sangat menentukan dalam membentuk fondasi
kepribadian anak.
Kegiatan parenting tidak bisa lepas dari peran orangtua dan
keluarga maka Yosephine Nurasih & Mujinem (1997: 93) dalam
bukunya mengungkapkan bahwa sudah menjadi kewajiban orang tua
untuk melakukan pengasuhan dan pembinaan terhadap anak, agar ia
dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi generasi yang
berkualitas dari segala aspek. Orangtua berkewajiban untuk memberi
pendidikan kepada anak-anaknya. Anak selebihnya mengadopsi cara
bertindak orangtua, perilaku ataupun perlakuan orangtua terhadap
anak maupun faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
anak.
b. Macam – Macam Kegiatan Parenting
Mukhtar Latif (2013: 262) menyatakan bahwa dalam penguatan
PAUD berbasis keluarga ada beberapa program yang dapat
dikembangkan antara lain:
1) Kelas Pertemuan Orangtua (KPO)
KPO adalah wadah komunikasi bagi orangtua untuk salaing
berbagi informasi dan pengetahuan tentang pelaksanaan pendidikan
anak 0-6 tahun di rumah. Termasuk anggota keluarga kakek dan
meningkatkan pengetahuan , sikap dan ketrampilan anggota
melaksanakan PAUD dalam keluarga.
Adapun tujuan KPO yaitu: Meningkatkan pengetahuan, sikap
dan ketrampilan anggota melaksanakan paud dalam keluarganya.
Meningkatkan kepedualian orangtua yang mempunyai anak usia
dini untuk mengirimkan anaknya ke lembaga paud. Kemudian
point terahir adalah meningkatkan kesiapan keluarga yang belum
mempunyai anak usia dini untuk melaksanakan pendidikan anak
usia dini dirumah. Anggota keluarga disini yang utama adalah
orangtua (ayah dan ibu) dan juga anggota keluarga lain seperti
kakek nenek, paman, bibi dan lingkungan keluarga lain yang satu
rumah dengan kita.
Kegiatan dalam kelas pertemuan orangtua ada bermacam
macam, menurut Mukhtar (2014: 263-264), beberapa kegiatan yang
bisa dilakukan yaitu: Curah pendapat, Sara sehan, simulasi, temu
wicara, dan belajar ketrampilan tertentu. Beberapa paragraf
dibawah ini akan mendeskripsikan kegiatan KPO.
Curah pendapat mempunyai tujuan mengumpulkan pendapat
dari setiap anggota tanpa tanggapan antar peserta dengan peserta
lain atau antar peserta dengan fasilitator. Kegiatan curah pendapat
ini dilaksanakan tidak memerlukan adanya narasumber. Hasil yang
diharapkan dari curah pendapat adalah daftar pendapat atau
yang dihasilkan kemudian diolah dengan cara menyusun jumlah
pendapat menurut urutan anggota yang menyetujuinya kemudian
dimasukan kedalam hasil curah pendapat.
Kegiatan sarah sehan atau diskusi kemolpok dihadiri oleh
satu atau lebih narasumber, namun antara anggota kelompok dan
narasumber mempunyai kedududukan yangsama dalam
mengemukakan pendapat. Kegiatan seperti ini lebih diharapkan
pada pertukaran pendapat tentang topik bahasan dan tidak menjadi
keharusan diperoleh kesepakatan bersama.
Simulasi umumnya dilaksanakan kelompok ditambah dengan
keterlibatan orangtua dalam bermain peran. Pada ahir kegiatan
kemudian didiskusikan apa saja hal-hal yang dilakukan, dilihat dari
sikap yang dirasakan, pemahaman tentang pengetahuan dan
ketrampilan yang telah diperoleh atau pengetahuan yang masih
perlu diperoleh untuk melaksanakan peran tersebut.
Kegiatan temu wicara adalah diskusi yang lebih terbuka dan
dua arah. Nara sumber disini berperan sebagai fasilitator dan
moderator untuk mendistribusikan kesempatan bicara antar peserta
secara adil dan seimbang. Pada akhir kegiatan temu wicara
narasumber mnyimpulkan hasil diskusi berdasarkan pendapat para
peserta.
Kegitan yang empelajari ketrampilan tertentu oleh orangtua
atau kelompok dengan tujuan peningkatan penguasaan ketrampilan
tertentu. Kegitan ini dapat dilakukan baik melalui belajar bersama
dengan melakukan kesepakatan atau dengan mendatangkan ahli.
2) Keterlibatan Orang tua di Kelompok Kelas Anak (KOK)
Yang dimaksud dengan Keterlibatan Orang tua di Kelompok
Kelas Anak (KOK) adalah kegiatan melibatkan orangtua untuk
membantu pendidik dalam proses pembelajaran di kelompok atau
kelas anaknya. Orang tua dalam hal ini berkedudukan sebagai guru
pendamping bagi guru dilembaga PAUD. Tujuannya untuk
membantu pendidik agar proses pembelajaran lebih optimal dan
meningkatkan pemahaman orangtua terhadap cara membelajarkan
anak usia dini.
Keterlibatan Orang tua di Kelompok Kelas Anak (KOK)
Mukthar dkk (2014:264) menyatakan ada lima tujuan dari KOK
yaitu: (1) Meningkatkan ikatan ikatan sosial dan emosional antara
orangtua pendidik dan anak, (2) Meningkatkan pemahaman
orangtua terhadap cara membelajarkan anak usia dini, (3)
Meningkatkan pemahaman orangtua tentang perilaku anaknya
selama mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat memberikan
dukungan positif terhadap tingkat perkembangan anak, (4)
Membantu pendidik agar proses pembelajaran lebih optimal, (5)
Meningkatkan pemahaman orangtua akan tugas-tugas pendidik
meningkatkan dukungan terhadap program yang dilaksanakan oleh
lembaga.
Orangtua di posisikan sebagai guru pendamping dalam kelas.
Harapannya keterlibatan orangtua dalam proses belajar mengajar
dapat diterapkan atau diadopsi dalam pengasuhan dan penangganan
anak ketika dirumah. Mengingat sebagian besar watu anak usia dini
dihabiskan pada lingkungan keluarga.
Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak juga dapat di
wujudkan dengan bentuk dukungan program atau kerjasama antara
orangtua dengan pihak guru atau lembaga. Lebih lanjut Potter yang
dikutip oleh Partini (2010: 56), menyatakan keterlibatan orangtua
dalam bentuk program dapat diwujudkan dengan menjalin
kerjasama, sedangkan partisi pasi yang lebih merupakan kerjasama
yang luas, misalnya ikut merusmuskan kurikulum, membantu pihak
sekolah mencarikan dana atau tambahan alat alat permainan dan
sebagainya.
Bentuk keterlibatan orangtua dapat dilakukan didalam kelas
agar mengetahuai proses pembelajaran, ataupun keterlibatan yang
lebih luas lagi yaitu memberikan bentuk dukungan sepenuhnya
kepada sekolah untuk mensukseskan suatu program. Kegiatan
semacam ini tentu dapat berkontribusi secara positif baik bagi
sekolah maupun bagi para peserta didik. Salah satu bentuk
pengalaman anak disekolah dan juga menemani anak dalam
mengerjakan tugas dari sekolah.
3) Keterlibatan Orang tua dalam Acara Bersama (KODAB)
Keterlibatan Orang tua dalam Acara Bersama (KODAB)
adalah melibatkan orang tua dalam pelaksanaan kegiatan
penunjang pembelajaran yang dilakukan di kelas. Tujuannya untuk
mendekatkan hubungan antar orangtua, anak dan lembaga
pendidikan. Kegaiatan yang dilakukan yaitu kegiatan di alam out
bond, kegiatan edukasi seperti perayaan hari besar dan kunjungan
ke museum.
Adapun tujuan dari (KODAB) yang dikemukakan oleh
Mukhtar dkk (2014: 265) dalam bukanya yang berjudul Orientasi
baru pendidikan anak usia dini teori dan aplikasi, KODAB
memiliki beberapa tujuan yaitu: mendekatkan hubungan antara
orangtua, anak dan lembaga pendidikan dan meningkatkan peran
orangtua dalam proses pembelajaran
Berikut penjabaran dan contoh tentang (KODAB). Ada dua
jenis kegiatan yang melibatkan orangtua dalam program KODAB
adalah kegiatan di alam dan kegiatan edukasi lain yang sengaja
dirancancang khusus oleh lembaga maupun orangtua. Kegiatan
dialam umumnya dikelola oleh lembaga profesional seperti: tempat
out-bond, kolam renang kebun binatang dan taman safari.
dirancang secara khusus adalah: perayaan hari besar, kunjungan ke
musium, masjid, kereja, kantor pos, dan tempat tempat lain yang
dari kunjungan tersebut memiliki nilai edukasi baik untuk orangtua
maupun peserta didik.
Pada pelaksanaan kegiatan pendidik atau pendamping
menjelaskan tugas orangtua dalama KODAB, selanjutnya
keterlibatan orangtua dilakukan sejak sebelum kegiatansilakukan,
termasuk koordinasi dan kerjasama dengan dengan lembaga
profesional yang akan dikunjungi. Kegitan yang orangtua lakukan
antara lain: (1) membatu pendidik dalam mendampingi anaknya
dan anak anak lain mulai dari lembaga sampai ketempat tujuan
kegiatan. Orangtua juga membantu pendidik untuk mencatat
kejadian-kejadian penting yang muncul dalam kegiatan KODAB.
(2) membantu pendidik dalam mengevalusi kegiatan KODAB yang
telah dilaksanakan. (3) memberi saran tau masukan kepada
pendidik berdasarkan hasil evaluasi dari kegiatan KODAB yang
telah berlangsung.
Lebih lanjut Adhim Fauzil (2004: 8), menyatakan para
orangtua memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupana
anak-anak sejak awal kehidupan mereka, sebagai orangtua kita
dapat memiliki kontak yang sangat akrab dengan anak kita sejak
mereka masih kecil bentuk kontak ini membentuk kepercayaan,
memiliki komitmen terhadap kesejahteraan anaknya dapat
memiliki pengaruh yang sangat positif pada anak-anaknya.
Hubungan dan komunikasi yang baik harus terjalin tidak hanya
antara orangtua dan anak, namun dengan lembaga pendidikan juga.
Lembaga pendidikan anak usia dini, minimal memiliki program
tiap semester seperti out bound, kegiatan edukasi dialam maupun
perayaan hari besar yang membutuhkan keterlibatan orangtua
dalam mensukseskan acara.
Membentuk lingkungan yang baik pada anak usia dini
dibutuhkan adanya kerja sama antara anak, orangtua, guru dan
lembaga pendidikan. Sejalan dengan Partini (2010:52), bahwa
lingkungan tempat belajar anak perlu di desain sedemikian rupa
agar nyaman dan mengasyikan sehingga anak betah di lingkungan
belajarnya. Salah satu usaha yang dapat ditempuh lembaga untuk
menjalin kedekatan dengan orangtua, guru maupun anak yaitu
dengan kegitan out bound atau saat perayaan hari besar.
4) Hari Konsultasi Orang tua (HKO)
Hari konsultasi orangtua atau yang kita singkat dengan
(HKO) adalah hari hari tertentu yang di jadwalkan oleh lembaga
sebagai hari bertemu antara orang tua dengan pengelola dan atau
ahli yang membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak
serta masalah masalah lain yang dihadapi anak. Meningkatkan
kembang anak usia dini dan meningkatkan kemampuan orangtua
dalam melakukan pendidikan anak usiadini didalam keluarga.
Mukhtar dkk (2014: 266) menyatakan bahwa HKO
mempunyai tujuan sebagai berikut: meningkatkan kesadaran
orangtua tentang pentingnya memperhatikan tumbung dan
kembang anak usia dini dan meningkatkan kemampuan orangtua
dalam melakukan pendidikan anak usia dini didalam keluarga.
Komunikasi yang baik antara orangtua dan lembaga dapat
diprogramkan melalui jadwal konsultasi orangtua. Hal ini
dimaksudkan untuk memantau tumbuh kembang yang dialami oleh
anak usia dini baik perkembangan dari pihak sekolah maupun
laporan perkembangan dari orangtua ke pihak lembaga. Dengan
demikian dapat terjalin komunikasi dua arah antara orangtua
dengan pihak sekolah.
Sekolah atau lembaga dapat menfasilitasi pertemuan rutin
yang mendatangkan ahli di bidangnya sehingga terjalin sharing
yang membangun. Program sharing atau curah pendapat dapat
dijadikan sebagai wajah komunikasi yang baik untuk mengukur
tumbuh dan kembang baik oleh orangtua maupun sekolah. Hari
konsultasi lebih ditekankan pada tanya jawab yang mendalam
tengtang suatu maslah dengan seorang nara sumber. Nara sumber
disini berfunngsi sebagai fasilitator yang menggali hal – hal yang
5) Kunjungan Rumah
Kegiatan silaturahmi antara orangtua atau pengelola /
pendidik kerumah orangtua yang bertujuan untuk mempererat
hubungan , menjenguk, atau dalam rangka memberi / meminta
dukungan tertentu yang dilakukan secara kekeluargaan. Adapun
kegiatan ini memiliki tujuan untuk menjalin silaturahmi antara
keluarga dan lembaga pendidikan anak usia dini, mengali informasi
tentang pola pola pendidikan orangtua dan keluarga dan
menemukan pemecahan msalah secara bersama terhadap masalah
yang dihadapi oleh
Kunjungan rumah dilakukan apabila ada hal – hal yang
bersifat pribadi yang sekolah perlu sampaikan kepada orang tua.
Baik tentang tumbuh kembang anak, atau tentang permasalahan
personal yang membutuhkan penanganan khusus dari pihak
lembaga. Disisi positifnya kunjungan rumah bisa dilakukan misal
anak atau orangtua sedang sakit ada dari pihak sekolah yang
melakukan silaturahmi kerumah. Hal – hal tersebut diharapkan
dapat menjalin hubungan yang baik antara lembaga dan orangtua.
Berbagai macam jenis pendidikan keorangtuaan yang telah
dijabarkan di atas memiliki tujuan untuk mengoptimalkan komunikasi
dua arah antara orangtua dan lembaga. Komunikasi yang baik antara
kembang pada anak. Orangtua dirumah, bisa menerapkan program
yang dijalankan dilembaga.
Keluarga adalah tonggak utama pendidikan anak usia dini.
Selars dengan yang dinyatakan oleh T.O Ihromi (2004: 284), bahwa
keluarga adalah wadah dimana sejak dini para warga masyarakat
dikondisikan dan persiapkan untuk kelak dapat melakukan peran
perannya dalam dunia orang dewasa. Melalui pelaksanaan peranan
peranan itu pelestarian berbagai lembaga dan nilai nilai budayapun
akan dapat tercapai dalam masyarakat bersangkutan. Dapatlah
diibaratkan bahwa keluarga adalah jembatan yang menghubungkan
individu yang berkembang dengan kehidupan sosial dimana ia sebagai
orang dewasa kelak ia harus melakukan perannya.
c. Tujuan Programparenting
Sebagai orangtua kita perlu embangun kesadaran akan
pentingnya mebangun kemandirian pada anak sejak usia dini. Lebih
lanjut Mukhtar dkk (2014: 261), menyatakan bahwa tujuan dari
pendidikan keorangtuaan adalah membangun pikiran orangtua
sehingga dia mampu membangun anaknya. Anak menghabiskan
waktu – waktu disekolah, dirumah dan di lingkungannya. Keberadaan
anak dilingkungnnya mempunyai presentase yang besar yaitu 80%,
sedangkan disekolah atau dilembaga pendidikan hanya 20 % artinya
Kewajiban dari orangtua adalah memberi perlindungan,
memberi kasih sayang dan menjaga agar lingkungan anak tetap positif
sehingga orangtua dapat mengoptimalkan tumbuh kembangnya.
Orantua wajib menciptakan rasa aman dan nyaman bagi anak
danmemberikan stimulus terhadap setiap perkembangan anaknya.
Dengan demikian orang tua akanm membantu proses anak dalam
perkembangnnya menuju dewasa. Megawangi ratna (2007),
menyatakan kunci pembangunan bangsa ternyata terletak pada
bagaimana para orangtua bisa mendidik anaknya dengan baik.
Orangtua dan pendidikan keorangtuaan adalah dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Jean Piaget yang dikutip oleh Teguh imam
perdana (2012) mengatakan bahwa tugas orang dewasa adalah
menyiapkan lingkungan yang memungkinkan potensi potensi anak
bisa berkembang secara optimal, baik potensi nalar (intelegensia), rasa
(emosi), spiritual, maupun ketrampilan motorik. Sebagai orangtua
selayaknya kita perlu menyiapkan lingkungan dan respone yang baik
terhadap tumbuh kembang anak sesui dengan umur dan tingkat
perkembangan masing – masing anak.
Tujuan pendidikan keorangtuaan adalah orangtua untuk dapat
bertanggung jawab secara sosial individu yang produktif tidak hanya
membuat dia atau orangtuannya bangga tetapi junga masyarakat
bangga akan usahanya. Melalui pendidikan keorangtuaan orantua
sekolah. Disini orangtua mencoba untuk mengembangkan potensi
sosial , sedangkan di sekolah anak anak diajarkan secara ilmiah dalam
sebuah rutinitas untuk dapat memfokuskan pada pengembangan
intelektual.
2. Pembelajaran Orangdewasa dalamPerenting
Carr dan Ekmmis (1986: 101), Mengemukakan bahwa Persoalan
pokok pendidikan orang dewasa kritis dan pedagogi kritis adalah
sedikitnya praktek tapi banyak teori – tidak untuk menyatakan bahwa
kebanyakan pengarang jarang membahasnya. Pedagogi kritis dan
pendidikan orang dewasa kritis merupakan wacana mengenai penting dan
perlunya “menjadi kritis”.
Saleh marzuki (2010:168) Tabel matriks perbedaan antara orang
[image:41.595.159.512.469.709.2]dewasa dan anak-anak (andragogi dan pedagogi)
Tabel 1. Perbedaan Andragogi dan Pedagogi
No
Orang Dewasa Anak-anak
1. Orang dewasa memiliki
pengalaman praktis dan
pragmatis yang luas
Anak-anak mempunyai
sedikit pengalaman pragmatis
2. Belajar berpusat pada
pendalaman dan perluasan, dari
pada pengalaman yang lalu, baik
pengetahuan sikap dan
Belajar berpusat pada
pembentukan dasar – dasar
pengertian, nilai – nilai
ketrampilan.
3. Hambatan – hambatan untuk
mengubang tingkah laku
bersumber dari faktor – faktor
yang ada hubungannya dengan
lingkungan soalnya,
pekerjaannya dan kebutuhan
dirinya untuk kelanjutan
hidupnya
Hambatan untuk berubah
datang dari faktor y – faktor
yang ada, hubungannya
dengan pertumbuhan fisik,
tuntutan sosialisasi dan
persiapan persiapan untuk
kehidupan sosial dan
pekerjaan yang akan datang
4. Kebutuhan belajar dihubungkan
dengan situasi yang akan datang
Kebutuhan belajar
berhubungan dengan
pengembangan pola – pola
untuk pengembangan yang
akan datang
5. Orang dewasa tampak lebih
menggunkan pikiran generalisasi
dan abstrak
Anak-anak akan lebih
menggunakan pemikiran
kongkrit
6. Orang dewasa dapat
mengemukakan kebutuhan
belajarnaya, sehingga dapat
bernegosiasi dengan progremer
dalam perencanaan
Anak-anak tidak dapat
mengemukakan kebutuhan
belajarnya dan karenanya
cenderung ditentukan oleh
ekspert
konsep diri yang mantap
(organized and consintent) yang
memungkinkan untuk
berpartisipasi dan mandiri
terorganisasikan, yang
memandandang diri anak
masih tergantung
8. Orang dewasa ditugasi dan
dibebani tanggungjawab oleh
masyarakat
Belum dibebani tanggung
jawab, dan sedang diharapkan
untuk bertanggung jawab
a. Sifat Dasar Orang dewasa dalam belajar
Menurut Anisah basleman (2011: 16) sifat dasar orang dewasa
dalam belajar adalah belajar kaitannya dengan tahap perkembangan
kedewasaan. Belajar bagi orang dewasa berbasis pada kebutuhan.
Pada usia dewasa kemampuan dan ketrampilan dasar juga
dikembangkan agar makin banyak pegetahuan dari ketrampilan bagu
yang bisa diperoleh sehingga akan lebih mantap dalam menempuh
belajar lebih lanjut. Lebih lanjut Anisah basleman (2011: 16), Pada
hakekatnya semua orang dewasa cenderung memperlihatkan keunikan
gaya belajar di dalam ia melakukan kegiatan belajar. Keunikan itu
berlatar pengalaman belajar yang telah diperolehnya sejak lahir.
Perilaku orang dewasa dalam belajar murupakan hasil pengalaman
b. Ciri Belajar Orang Dewasa
Suprijanto (2007: 44), dalam bukunya yang berjudul
“Pendidikan Orang Dewasa” menyatakan ciri ciri belajar orang
dewasa sebagai berikut:
1) Motivasi belajar dari dalam dirinya sendiri 2) Orang dewasa belajar jika bermanfaat baginya 3) Orang dewasa belajar jika pendapatnya dihormati
4) Perlu adanya saling percaya antara fasilitator dengan peserta didik 5) Suasana belajar yang menyenangkan dan menantang
6) Orang dewasa belajar ingin mengetahui kekurangan dan kelebihan dirinya
7) Orientasi belajar orang dewasa ber orientasi pada kehidupan nyata 8) Sumber bahan ajar orang dewasa ada pada diri mereka sendiri 9) Mengutamakan peran orang dewsa sebagai peserta didik 10) Balajar adalah proses emosional dan internal sekaligus 11) Belajar bagi orang dewasa adalah hasil mengalami sesuatu 12) Belajar adalah hasil kerjasama antara manusia
13) Terjadi proses timbal balik dan pertukaran pendapat 14) Belajar bagi orang dewasa bersifat unik
15) Orang dewasa umumnya mempunyai pendapat, kecerdasan dan cara belajar yang berbeda
16) Belajar bagi orang dewasa kadang kadang merupakan proses yang menyakitkan
17) Belajar adalah proses evolusi
c. Karakteristik Orang dewasa dalam belajar
Karakteristik belajar orang dewasa menurut Anisah basleman
(2011: 27-28) yang dijabarkan pada alenia dibawah ini:
1) Perbedaan orientasi terhadap pendidikan dan belajar
Orintasi anak dalam mengunakan waktunya adalah ditempat
bermain, dirumah atau disekolah berbeda dengan orang dewasa
yang telah mempunai peran, tugas dan tanggung jawab pada
suatu hal. Orang dewasa berpartisipasi dalam pendidikan namun
lain lain. Menurut Kidd dalam Anisah basleman (2011:27)
menyatakan bahwa minat orang dewasa lebih stabil dan
mempunyai presepsi berbeda mengenai waktu. Mereka dapat
menginternalisasi tujuan jangka panjang dan mengerjakan selama
satu jangka waktu.
Kegiatan yang dilakukan orang dewasa bersifat kongkrit dan
janrang yang berorien tasi pada jangka panjang atau dengan kata
lain usaha untuk mencapai cita – citanya. Banyak dari orang
dewasa merasa sudah tua dan tidak mampu lagi ntuk belajar.
Menurut Kidd dalam Anisah basleman (2011:8) intervensi waktu
bagi orang dewasa dalam suatu kegiatan sama pentingnya dengan
keputusan untuk menanam modal atau berusaha. Salah satu yang
membedakan antara orang dewasa dan anak anak dalam belajar
adalah mereka memiliki kehidupan dan pengalaman yang lebih
luas, mereka telah mampu mengidentifikasi sendiri atau dengan
bantuan orang lain apa yang mereka butuhkan dan apa yang
mereka pelajari.
2) Akumulasi Pengalaman
Lebih lanjut Smith dalam Anisah basleman (2011:28)
menyatakan orang dewasa tampaknya mempunyai keuntungan
potensial dan kekurangan atas pengalaman hidup yang silam
dibandingkan dengan anak – anak. Pengalaman pada orang
tanggung jawabnya. Akumulasi pengalaman umumnya mencakup
banyak kejadian yang berkesan pada orang dewasa.
3) Kecenderungan khusus
Menurut smith dalam Anisah basleman, menyatakan bahwa
pertumbuhan idividual yang berkelanjutan, perubahan orientasi,
asumsi dan pola hubungan orang dewasa memiliki fase
perkembangan yang berbeda. Warga belajar dalam hal ini perlu
menyadari bahwa pengalaman merupakan modal potensial dan
potensi untuk belajar. Fasilitator dalam pendidikan orang dewasa
perlu memperhatikan pengalaman dari warga belajar untuk
menyeleksi metode penyampaian agar mampu membantu dalam
mentransformasi pengalaman yang telah diperoleh terdahulu
Semantara karakteristik pembelajar dewasa menurut sudarwan
danim (2010: 139) adalah sebagai berikut:
1) Pembelajar dewasa biasanya memiliki makud yang teridentifikasi 2) Pelajar dewasa biasanya memiliki pengalaman sebelumnya, baik
positif maupun negatif dengan pendidikan yang diselengarakan 3) Pelajar dewasa ingin segera mengambil manfaat dari hasil
belajarnya
4) Pelajar dewasa memiliki konsep diri secara satua arah
d. Prinsip Belajar Orang Dewasa
Menurut Abdul Rahmat (2008: 57-76), prinsip – psinsip belajar
orang dewasa adalah diuraikan sebagai berikut:
1) Mengasah Kemandirian,
a) Tidak terjadi penyeragaman pembelajaran, karena masing masing berbeda dalam pengalaman, pemikiran, konsep, dan afirmasi (pengakuan) terhadap kenyataan
b) Situasi saling mempercayai, bekerjasama dan salaing menghormati
c) Materi yang berkaitan dan berhubungan dengan keduanya. Dengan kata lain materi dibutuhkan dalam kehidupan warga belajar
d) Mereka merumuskan sendiri tujuan belajar yang hendak mereka capai
e) Situasi belajr dialogis
f) Pengalaman mereka itu dijadikan sebagai sumber belajar
Mengingat orang dewasa memiliki perbedaan yang prinsipil
dalam belajar dengan anak anak, dan mereke memiliki prinsip prinsip
belajar yang khas maka dalam rangka mewujudkan pembinaan atau
pengembangan masyarakat yang efektif dan efisien dalam arti berdaya
guna bagi masyarakat yang notabenenya adalah dewsa. Maka tidak
diragukan lagi menerapkan prinsip – prinsip belajar dewasa dalam
kegiatanparenting.
e. Pendekatan Orang Dewasa dalam Belajar
Menurut Irya Srinivasan (1981:38-85) menyatakan bahwa
pendekatan orang dewasa terhadap belajar dibedakan menjadi tiga
pendekatan yaitu:
1) Pendekatan yang berpusat pada masalah
Kurikulum yang berpusat pada masalah mengarahkan
pengalaman belajar pada masalah yang dihadapi warga belajar dalam
kehidupan sehari hari untuk memperlihatkan kepada warga belajar
bahwa pengetahuan yang diperoleh terkain erat dan gunanya dengan
percaya pada kemampuannya sehingga mereka yakin bahwa dapat
menyelesaikan maslah yang sedang dihadapi. Sangat penting untuk
mengunakan metode diskusi dan curah pendapat untuk memancing
pikiran kritis mereka.
Senada dengan Hamruni (110: 2012) menjabarkan beberapa
tahapan dalam strategi pembelajaran berbasih maslah (problem
solving) yang dicetuskan oleh jhon dewey yang dinamakan dnegan
metode pemecahan maslah yaitu: (1) Merumusakan maslah, dan
menentukan mslah yang akan di pecahkan, (2) Menganalisis
masalah, yaitu langkah siswa atau warga belajar meninjau masalah
secara kritis dari berbagai sudut pandang, (3) Merumuskan hipotesis,
warga belajar merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai
dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, (4)
Mengumpulkan data yaitu mencarai dan mengambarkan informasi
yang diperlukan untuk pemecahan masalah, (5) Menguji hipotesis,
mengambil atau merumuskan kesimpulan berdasarkan kemungkinan
yang telah diajukan. (6) Merumuskan rekomendasi pemecahan
maslah, yaitu langkah warga belajar mengambarkan rekomendasi
yang dapat dilakukan sesuai dengan rumusan hipotesis kemudian
ditarik kesimpulan.
Senada dengan Paul Eggen dan Don Kauchak (2012: 310)
yang mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis maslah ada dua
menggunakan model ini. Pertama siswa sebatas memecahkan suatu
masalah dan memahami materi yang diwampaikan. Kedua siswa
harus mengembangkan kemampuan pemecahan maslah dan menjadi
murid yang mandiri. Fasilitator mengarahkan agar diskusi yang
tercipta mengerucut kepada permasalahan umum yang dihadapi para
orang dewasa dilingkungannya. Mulai dari masalah – masalah kecil
yang biasa dihadapi oleh orang dewasa.
2) Pendekatan proyektif
Awal mula pendekatan pyoyektif digunakan secara ekstensif
pada pilot kementrian pendidikan turki. Mempunyai format
kurikulum sebagai berikut: Perencanaan kurikulum menjabarkan
mata pelajaran dalam kurikulum yang kemudian dijadikan satu
pelajaran yang kecil. Masing masing dipisah menjadi suatu maslah
atau konsep. Kemudian secara tidak langsung maslah dijabarkan
dalam bentuk peristiwa yang dramatis. Sehingga fasilitator
mengarahkan peserta didik atau orang dewasa untuk berani berfikir
kritis. Ilustrasi mengandung rangsangan dan kata kunci yang
berkaitan dengan maslah atau konsep. Format lepas memungkinkan
warga belajar ntuk melengkapi buku bacaan dengan menambahkan
selembar atau dua lembar pada bagian tertentu.
3) Pendekatan aktualisasi diri
Pendekatan aktualisasi diri adalah istilah yang digunakan oleh
pertumbuhan, dan pendidikan mewujudkan diri sebaiknya dialami
oleh diri sendiri. Empat ciri pendekatan aktualisasi diri sebagai
berikut:
a) Proses berpusat pada warga belajar dan proses digerakan oleh
warga belajar
Pendekatan ini mirip dengan pendekatan yang di kembangkan oleh
Carl Rogers yang berpusat pada klien. Pendekatan aktualisasi diri
lebih menekankan pada kepercayaan yang kuat akan kemampuan
individu dalam mengatur kehidupannya sendiri.
b) Belajar sejawat (belajar antar teman sekelompokpeer learning)
Proses mewujudkan diri dimulai dengan membina hubungan saling
percaya antara fasilitator dengan warga belajar. Rasa saling percaya
merupakan syarat utama untuk memajukan proses pertumbuhan
dalam kelompok. Fasilitator hendaknya memposisikan warga
belajar sebagai teman sejawat dan berusaha membina iklim saling
menghargai dan saling menerima sepangjang pertemuan belajar.
Harus ada rasa ikhlas dalam bergaul dan tetap konsisten dalam
upaya membantu warga belajar memainkan perannya yang
dominan.
c) Belajar memudahkan menciptakan konsep diri yang positif
Dalam pendekatan aktualisasi diri, faktor kunci yang
mempengaruhi pemilihan suatu bagian ialah konsep diri, yaitu cara
yang ada. Peendekatan aktualisasi diri berpendirian bahwa
perubahan akan sangat efektif bila dimulai dari diri sendiri,
mengandalkan kemampuan diri secara lebih positif yakni lebih
percaya akan kemampuan diri sendiri. Oleh dalam proses belajar
fasilitator harus memberikan rangsangan yang mendorong prakarsa
dari warga belajar.
d) Daya kyayal yang berdaya cipta (inovasi yang kreatif)
Dalam memecahkan suatu masalah perlu sebuah inovasi untuk
menghasilkan hasil yang diatas rata – rata. Tujuan dari strategi ini
adalah untuk merubah warga beljar dari penerima pesan menjadi
komunikator dan pembuat keputusan yang aktif.
Menurut Maslow yang dikutip oleh Anisah (2011: 27),
menyatakan bahwa seseorang yang pertumbuhannya termotifasi dapat
menyelesaikan masalah dan konfliknya dengan usaha sendiri bukan
bantuan dari luar.
f. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajar Orang Dewasa
Anisah basleman (2011: 29), menyatakan bahwa secara umum
faktor yang mempengaruhi pembelajaran orang dewasa adalah
internal dan eksternal. Faktor internal adalah yang bersumber dari
warga belajar sendiri, sementara faktor eksternal adalah yang
bersumber dari pengaruh luar warga belajar. Berikut urain rinci
mengenai faktor faktor yang mempengaruhi interaksi tau proses
1) Faktor Fisiologis
Metode atau strategi penyampaian apapun yang digunakan
oleh fasilitator peran pendengaran dan penglihatan sangat penting
dalam proses belajar. Oleh karena itu fasilitator perlu memiliki
pengetahuan yang memadai mengenai penglihatan dan
pendengaran agar strategi belajar dan membelajarkan yang dipilih
dapat secara optimal membantu proses interaksi belajar sehingga
hasilnya dapat lebih efektif dan efisien. Berikut beberapa faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar orang dewasa:
pendengaran dan penglihatan.
Pendengarann pendengaran dapat dikelompokan menjadi
kejelasan pendengaran dan deskripsi nada. Kejelasan pendengan
akan makin berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Pada
usia 20-an tahun dapat mendengar pada jarak antara 8-10 meter
sementara sesudah usia 40-an tahun akan berkurang menjadi
5meter yang terkadang dibantu dengan melihat gerakan mulut
penutur. Deskripsi nada adalah kemampuan seseorang untuk
membedakan nada rendah dengan nada tinggi. Sama seperti pada
kejelasan pendengaran, deskripsi nadapun akan semakin
berkurang pada skala waktu 20-an tahun dan sesudah 40-an tahun.
Kecepatan kata yang dibutuhkan dan dapat dicerna oleh warga
Intensitas penglihatan atau kemampuan seseorang untuk
melihat seiring bertambahnya usia akan semakain menurun. Jarak
penglihatan dan kemampuan membedakan warna akan makan
berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Begitupun dengan
ketelitian penglihatan, orangdewasa dengan umur 20 tahun masih
bisa mengalihkan tatapanya dengan jarak satu spasi antara baris
satu dan baris selanjutnta berbeda dengan orang dewasa diatas
40-an tahun minimal jarak 40-antar baris 1,5 – 2 spasi. Kondisi
penglihatan orag dewasa dipengaruhi oleh kondisi fisiologis, yaitu
kesegaran jasmanai, kurangtidur atau sakit yang diderita. Dengan
kata lain kondisi fisiologis mempengaruhi proses interaksi belajar.
Oleh karena itu strategi dan metode pembelajaran perlu
diperhatikan untuk mengoptimalkan kegiatan belajar. Jika
kegiatan dilaksanakan siang atau sore hari maka kita bisa
menyikapinya dengan sesuatu yng lebih komunikatif dan
melibatkan warga belajar secara langsung.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi proses interaksi
belajar pada warga belajar pada garis besarnya dikelompokan atas
aspek kecerdasan atau bakat, motivasi, perhatian, berfikir, ingatan
atau lupa dan sebagainya.
Kecerdasan atau bakat adalah salah satu faktor yang
pembelajaran. Tugas fasilitator adalah mengoptimalkan
kecerdasan dan bakat yang dimili oleh warga belajar. Daya
kecerdasan seorang meningkat secara tajam sejak lahir hingga
usia 20-an tahun, lalu mulai menurun pada usia 35-60 tahun,
kemudian menurun tajam sejalan dengan menurunnya kesehatan
seorang di usia tua.
Sejalan dengan Mouli yang dikutip oleh Anisah basleman
(2011: 34), perbedaan individual dapat ditunjukan oleh tingkat
kecerdasan dan usia seseorang, perbedaan baik yang memiliki IQ
tinggi maupun memiliki IQ rendah cenderung makin bertambah
sejalan dengan bertambahnya usia. Oleh karena itu fasilitator,
tenaga kependidikan maupun dari pihak lembaga harus lebih peka
terhadap kondisi dari masing masing warga belajar.
Motifasi berasal dari dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk bertindak melakukan suatu kegiatan dalam
mencapai tujuan. Tujuan dari motifasi sendiri adalah:
memberikan semnagat kerja atau belajar untuk meningkatkan
kemampuan kerja atau belajar, meningkatkan salaing pengertian
dan interaksi antara subyek dan obyek didik, meningkatkan
efektifitas dalam mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi
seseorang sangat ditentukan oleh kuat lemahnya intensitas
Senada dengan Dimyanti dan Mudjiono (2006: 109),
menyatakan bahwa motivasi perlu dihidupkan terus dalam diri
siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dan dijadikan
dampak pengiring, yang selanjutnya menimbulkan belajar
sepanjang hayat, sebagai perwujudan emansipasi kemandirian
tersebut terwujud dalam cita cita atau aspirasi, kemampuan dan
kondisi warga belajar untuk mengatasi kondisi lingkungan yang
negatif begitu pula dalam menghadapi dinamika belajar ataupun
dinamika hidup.
Motivasi memiliki fungsi memberikan kekuatan semnagat
(energize) kepada seseorang dalam melakukan kegiatan belajar,
mengarahkan (direct) diri pada kegiatan yang memerlukan
motovasi, minat serta waktu agar individu lebih fokus dalam
mencapai tujuannya, dapat memilih atau menekan tikah laku yang
mendorong atau tidak hubungnnya dengan tujuan yang akan
dicapai. Senada dengan pendapat Abdul Aziz Wahab (2012: 26),
tentang bagaimana fasilitator mempengaruhi motivasi eksternal
siswa sehingga diharapkan siswa akan bertindak sesuai yang
diharapkan. Fungsi dari motivasi berjalan secara berkelanjutan.
Awalnya motivasi memberikan semangat belajar kepa warga
belajar, mengarahkan untuk melakukan kegiatan belajar atau
pengalaman, kemuniatan menyusun tindakan untuk mencapai
Bentuk dari motivasi ada dua yaitu internal dan eksternal.
Daya tahan dan intensitas motivasi ekstenal agak kurang
dibandingkan dengan motivasi internal. Tetapi pada kenyataanya
banyak orang yang kurang memiliki motivasi internal dalam diri.
Oleh karena itu fasilitator hendaknya berusaha membantu
menimbulkan motivasi internal dalam diri warga belajar.
Motivasi dalam diri seseorang perlu dibina. Menumbuhkan
dan mengembangkan minat dalam bidang garapannya bisa
dimulai dengan diskusi dan aspirasi nilai nilai profesional yang
diperoleh bidang yang digeluti. Mengelola situasi belajar melalui
permainan dan metode belajar yang mengarah pda pengembangan
motivasi warga belajar. Membagi tujuan jangka panjang atas
tujuan-tujuan belajar (jangka pendek, menengah dan jangka
panjang).
Anisah basleman (2011: 36), mengemukakan perhatian
dapat diartikan sebagai pemusatan energi praktis, yang dilakukan
secara sadar terhadap sesuatau (object atau materi pembelajaran).
Perhatian memeliki beberapa jenis yaitu: perhatian yang disengaja
dan timbul karena di programkan, perhatian spontal yang timbul
tiba – tiba tanpa direncanakan, perhatian intensif berkait dengan
kebutuhan dan kegemaran warga belajar, perhatian memusat
terjadi karena obyek yang dipelajari membutuhkan ketelitian dan
ini terjadi karena banyak obyek yang butuh untuk diperhatiakan
dan merupakan tuntutan kegiatan.
Dalam menarik perhatian warga belajar fasilitator perlu
banyak inovasi dalam pembelajaran, mengunakan alat dan media
secara variataif, kegaitan belajar sesuai dengan kebutuhan warga
belajar dan diakanya perlombaan antar individu atau kelompok
kecil agar lebih menghidupkan suasana.
Lebih lanjut Anisah basleman (2011: 37), menyatakan
berfikir adalah kegiatan mental yang berupaya melukiskan
gagasan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dengan
mempertimbangkan hubungan sebab akibat dan dirangkaikan
secara logis dan rasional. Proses berfikir diawali dengan
pembenukan pengertian inti sebagai titik tolak pengertian lebih
lanjut. Pemahan dan identifikasi malasalah perlu dipikirkan,
penyususan argumen untuk pembentukan pendapat kemudian
diahiri dengan penarikan kesimpulan. Pembinaan dalam berfikir
perlu dilakukan mengkaji masalah dan menemukan gagasan
kemudian memberiikan argumen atas pengertian kuci yang telah
dipelajari.
Kemudian Anisah basleman (2011: 38), menjabarkan
ingatan atau memori adalah kegiatan kognitif yang
memungkinkan seseorang dapat menemukakan kembali
yaitu fiksasi, retensi dan evokasi. Fiksasi adalah kegiatan
mencamkan mencantumkan sesuatu yang berkesan kemudian
menghubungkan dengan pengalaman yang dimiliki. Retensi
adalah upaya penyimpanan kesan tanpa disadari dan akan muncul
ketika meminta atau diperlukan. Evokasi atau reproduksi adalah
aktualisasi atau penyadaran kembali kesan yang tersimpan.
Sejalan Mietzel yang dikutip oleh Anisah basleman (2011:
39), menyatakan seorang yang talah mempelajari unit pelajaran
tertentu beberapa waktu kemudian tidak dapat lagi mengingat
seluruh apa yang dipelajarinya. Oleh karena itu dalam belajar
seseorang perlu mencatat karne dengan mencactat akan
membantu seseorang dalam mengingat suatu saat ketika
dibutuhkan.
Resitasi kembali dipaparan oleh Anisah basleman (2011:
41), menyatakan bahwa cara belajar untuk memproduksi
pelajaran yang aktif baik dalam bentuk lisan maupun dalam
bentuk tulisan. Dengan riviu atau resitasi warga belajar berusaha
merangkum yang telah dipelajarinya, mengecek terhadap bahan
pelajaran yg sedang dipelajari kemudian berusaha memusatkan
3) Lingkungan belajar
Menurut abdul aziz wahab (2012: 26), sebelum siswa atau
warga belajar menirima suasana kelas yang mendukung, maka
fasilitator pelu menciptakan suasana tersebut. Fasilitator perlu
bersikap fleksibel terhadap warga belajar, memposisikan sebagai
teman dan tidak mengurui. Lingkungan belajar ada dua yaitu
lingkungan dalam kampus dan lingkungan luar kampus.
Lingkungan belajar dalam kampus adalah semua hal yang ada di
lingkungan pendidikan (kampus atau sekolah) yang mendukung
proses terjadinya belajar. Sehingga terjalin hubungan timbal balik
yang baik antara warga belajar, sumber belajar dan fasilitator.
Dari kondisi ini merangsang terwujudnya masyarakat yang gemar
belajar. Lingkungan luar kampus mencakup topografi, flora,
fauna serta serta penduduk dan jenis mata pencaharian penduduk
disekitar kampus bisa menjadi sumber bahan ajar dan inspirasi
bagi fasilitator dan warga belajar untuk menunjang proses belajar
mengajar yang menyenangkan.
4) Penyajian
Sistem pembelajaran orang dewasa dapat mempengaruhi
interaksi belajar antara lain: kurikulum, bahan ajar dan metode
penyajian. Struktur kurikulum dalam kurikulum inti turut
menentukan stategi belajar dan membelajarkan suatau mata
program pembelajaran dapat diketahui format belajar pada setiap
pokok bahasan dan setiap mata pelajaran. Untuk setiap pokok
bahasan telah dijabarkan jumlah jam pertemuan dan setiap jenis
pengalaman belajar, teori, praktik, dan pengalaman lapangan.
Bahan belajar yang dipilih akan mempengaruhi jenis stategi
belajar dan membelajaran yang akan digunakan. Bahan belajar
yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut: ranah tingkah
laku yaitu ditujukan untuk mengembangkan konsep, prinsip, teori
pemecahan masalah, sikap serta ketrampilan. Derajar kesukaran
bahan mencakup bahan yang sukan dapat disajikan lebih lama,
cara penyajian yang berfariasi serta contoh yang lebih banyak.
Jenis bahan yaitu bagaimana kita menentukan bahan yang
bermakna atau ya