• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Pengolahan Hasil Perikanan () 1 udangvaname

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " Modul Pengolahan Hasil Perikanan () 1 udangvaname"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

SAMBUTAN

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahNya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi para penyuluh dan pelaku utama maupun pelaku usaha. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada para penyusun yang telah mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya, sehingga materi ini siap untuk digunakan.

Materi Penyuluhan merupakan salah satu bagian yang penting dalam penyelenggaraan suatu penyuluhan agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik dan tujuan dapat tercapai. Kami berharap materi ini akan memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian tujuan dari Penyelenggaraan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan materi penyuluhan ini masih banyak kekurangan. Kritik, usul, atau saran yang konstruktif sangat kami harapkan sebagai bahan pertimbangan untuk penyempurnaannya di masa mendatang.

Jakarta, Nopember 2011

Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

(2)

ii

PENGANTAR

Materi

penyuluhan

ini

berjudul

Budidaya

Udang

Vaname

(

Littopenaeus vannamei

) yang terdiri dari 5 ruang lingkup yaitu Biologi udang

vaname, Persiapan pemeliharaan, Penebaran benur, Pengelolaan pakan dan

air media pemeliharaan, dan Panen. Disajikan dengan sistematis agar dapat

dengan mudah dipahami oleh para pembaca kususnya pelaku utama dan

atau pelaku usaha/penyuluh perikanan sehingga akan meningkatkan

kompetensi dasar para pembudidaya udang vaname.

Diharapkan dengan meningkatnya kompetensi pelaku utama dan atau

pelaku usaha/penyuluh perikanan maka akan diiringi juga peningkatan

produksi udang sehingga akan berdampak pada meningkatnya kesejahteraan

masyarakat perikanan kususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

(3)

iii

Daftar Isi

Sambutan ... i

Pengantar ... ii

Daftar isi ... iii

Daftar gambar ... v

Daftar table ... vi

Petunjuk penggunaan modul ... vii

Pendahuluan

A. Latar belakang ... 1

B. Deskripsi singkat ... 1

C. Tujuan ... 1

Materi Pokok I

Biologi Udang Vaname ... 3

A. Materi ... 3

1. Klasifikasi dan morfologi ... 3

2. Penyebaran ... 6

3. Daur hidup ... 6

4. Pakan dan kebiasaan makan ... 7

5. Pertumbuhan ... 8

(4)

iv

7. Perkawinan dan pemijahan ... 9

8. Perkembangan embrio ... 11

9. Perkembangan larva ... 12

B. Latihan I ... 13

C. Rangkuman ... 13

D. Evaluasi I ... 14

E. Umpan balik dan tindak lanjut ... 15

Materi Pokok II

Persiapan Pemeliharaan ... 16

A. Materi ... 16

1. Pemilihan lokasi ... 16

2. Pengolahan lahan ... 16

B. Latihan II ... 21

C. Rangkuman ... 21

D. Evaluasi II ... 22

E. Umpan balik dan tindak lanjut ... 22

Materi Pokok III

Penebaran Benur ... 23

A. Materi ... 23

1. Pemilihan benur ... 23

2. Aklimatisasi ... 24

3. Penghitungan SR tebar ... 25

B. Latihan III ... 25

(5)

v

D. Evaluasi III ... 26

E. Umpan balik dan tindak lanjut ... 26

Materi Pokok IV

Pengelolaan Pakan Dan Air Media Pemeliharaan ... 27

A. Materi ... 27

1. Pengelolaan pakan ... 27

2. Pengelolaan air media ... 32

B. Latihan IV ... 38

C. Rangkuman ... 38

D. Evaluasi IV ... 39

E. Umpan balik dan tindak lanjut ... 40

Materi Pokok V

Panen... 41

A. Materi ... 41

1. Penentuan waktu panen ... 41

2. Teknik panen ... 41

B. Latihan V ... 43

C. Rangkuman ... 43

D. Evaluasi V ... 43

E. Umpan balik dan tindak lanjut ... 44

Kunci Jawaban ... 44

Daftar Pustaka ... 50

(6)

vi

Daftar Gambar

Gambar 1. Morfologi udang ...5

Gambar 2. Udang vaname ...6

Gambar 3. Siklus hidup udang ...7

Gambar 4. Induk udang vaname ...11

Gambar 5. Ovarium udang yang berkembang ...11

Gambar 6. Pengeringan tambak plastic ...19

Gambar 7. Pengeringan tambak tanah ...20

Gambar 8. Saringan air masuk ...21

Gambar 9. Proses aklimatisasi benur ...24

Gambar 10. Hapa (

baby box

) ...25

Gambar 11. Penentuan titik sampling jala ...29

Gambar 12. Gudang penyimpanan pakan ...32

Gambar 13. Proses penyiponan ...35

Gambar 14. Proses pembuangan plankton yang mati ...35

(7)

vii

Gambar 16. Penampungan udang saat panen ...42

Daftar Table

Table 1. Perkembangan stadia udang ... 12

Table 2. spesifikasi tambak plastic ... 18

Table 3. Program pakan ... 31

Table 4. Berbagai jenis bakteri pengurai ... 33

Table 5. parameter kualitas air ... 36

(8)

viii

1. Pelajari daftar isi serta skema kedudukan modul dengan cermat dan teliti

karena dalam skema modul akan nampak kedudukan modul yang sedang

Anda pelajari ini antara modul-modul yang lain.

2. Perhatikan langkah-langkah dalam melakukan pekerjaan dengan benar untuk

mempermudah dalam memahami suatu proses pekerjaan, sehingga diperoleh

hasil yang optimal.

3. Pahami setiap teori dasar yang akan menunjang penguasaan materi dengan

membaca secara teliti. Bilamana terdapat evaluasi maka kerjakan evaluasi

tersebut sebagai sarana latihan.

4. Jawablah soal dengan jawaban yang singkat dan jelas serta kerjakan sesuai

dengan kemampuan Anda setelah mempelajari modul ini.

5. Bila terdapat penugasan, kerjakan tugas tersebut dengan baik dan bila

6. perlu konsultasikan hasil penugasan tersebut kepada guru/instruktur.

7. Catatlah semua kesulitan anda dalam mempelajari modul ini untuk ditanyakan

pada guru/instruktur pada saat tatap muka. Bacalah referensi lain yang ada

hubungan dengan materi modul ini agar Anda mendapatkan pengetahuan

(9)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan budidaya udang di Indonesia sudah lama dilakukan oleh masyarakat pembudidaya pada periode 80-an, dari mulai penerapan teknologi yang sangat sederhana hingga penerapan teknologi intensif, berkembangnya penerapan teknologi ini karena permintaan jumlah konsumsi udang yang semakin meningkat dari tahun ke tahun baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri, sehingga menuntut pula produktifitas udang semakin meningkat.

Masyarakat pembudidaya udang telah mempunyai prinsip bahwa budidaya udang mampu menjanjikan hasil yang tinggi tetapi juga sebanding dengan biaya dan resiko yang tinggi pula, sehingga bermunculan perorangan maupun kelompok yang membuka lahan untuk melakukan budidaya udang serta tidak sedikit pula perusahaan yang telah lama bergerak dibidang budidaya udang mengalami gulung tikar.

Timbul tenggelamnya para pembudidaya udang ini dikarenakan adanya berbagai masalah baru yang menjadi momok kegagalan budidaya, tetapi hal ini malah menjadi tantangan bagi para ilmuan baik dilingkup swasta maupun pemerintahan untuk terus melakukan penelitian agar masalah yang kian timbul mampu ditemukan solusi bagi masyarakat pembudidaya. Sehingga pada tanggal 14 Juli 2001 berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP.41/MEN/2001 Indonesia melakukan introduksi udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang berasal dari negeri Paman Sam (Amerika), sebagai solusi adanya serangan WSSV (White spots syndrome virus) terhadap udang asli indonesia yaitu udang windu (Penaeus monodon) yang pada tahun 2000 terjadi gagal panen akibat serangan WSSV, menyebabkan kerugian negara berupa devisa diperkirakan mencapai 2,5 trilyun rupiah per tahun (Ditjen Perikanan Budidaya, 2005).

B. Deskripsi Singkat

Penulisan materi penyuluhan ini adalah sebagai tambahan pengetahuan dan panduan bagi para pelaku utama dan atau pelaku usaha/penyuluh perikanan kususnya udang vaname. Materi penyuluhan ini berjudul Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)yang di dalamnya meliputi biologi udang vaname, pemilihan lokasi budidaya, pemeliharan udang vaname, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, dan panen.

C. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran materi penyuluhan budidaya udang vaname adalah:

(10)

2

b. Pelaku utama dan atau pelaku usaha/penyuluh perikanan dapat melakukan persiapan lahan dengan baik dan benar

c. Pelaku utama dan atau pelaku usaha/penyuluh perikanan dapat memahami sifat biologi udang vaname sebagai pengetahuan dasar dalam melakukan budidaya udang vaname

d. Pelaku utama dan atau pelaku usaha/penyuluh perikanan dapat menentukan atau memilih lokasi yang sesuai untuk budidaya udang vaname

e. Pelaku utama dan atau pelaku usaha/penyuluh perikanan dapat mengelola pakan dengan benar selama proses budidaya udang

f. Pelaku utama dan atau pelaku usaha/penyuluh perikanan dapat melakukan pengelolaan kualitas air pemeliharaan dengan baik

(11)

3

MATERI POKOK I

Biologi Udang Vaname

A. Materi

1. Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi udang vaname adalah sebagai berikut: Phylum : Arthropoda

Kelas : Crustacea Sub-kelas : Malacostraca Series : Eumalacostraca Super order : Eucarida Order : Decapoda

Sub order : Dendrobranchiata Infra order : Penaeidea

Famili : Penaeidae Genus : Penaeus

Sub genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

Setelah mempelajari materi penyuluhan ini pembudidaya atau pelaku utama

dapat memahami dan menjelaskan biologi udang vaname yang meliputi :

(12)

4

Udang penaeid mempunyai ciri khas yaitu: kaki jalan 1,2, & 3 bercapit dan kulit citin.Udang penaeid termasuk crustaceae yang merupakan binatang air memiliki tubuh beruas-ruas, pada setiap ruasnya terdapat sepasang kaki. Udang vaname termasuk salah satu famili penaide termasuk semua jenis udang laut, udang air tawar.

Secara morfologi udang dapat di bedakan menjadi 2 bagian:

- Cephalothorax (bagian.kepala dan badan yang dilindungi carapace) - Abdomen (bagian perut terdiri dari segmen/ruas-ruas)

Bagian kepala

Pada ruas kepala terdapat mata majemuk yang bertangkai. Selain itu, memiliki 2 antena yaitu: antenna I dan antenna II. Antena I dan antenulles mempunyai dua buah flagellata pendek berfungsi sebagai alat peraba atau penciuman. Antena II atau antenae mempunyai dua cabang, exopodite berbentuk pipih disebut prosantema dan endopodite berupa cambuk panjang yang berfungsi sebagai alat perasa dan peraba. Juga, pada bagian kepala terdapat mandibula yang berfungsi untuk menghancurkan makanan yang keras dan dua pasang maxilla yang berfungsi membawa makanan ke mandibula.

Bagain dada (thorax)

Bagian dada terdiri 8 ruas, masing-masing mempunyai sepasang anggota badan disebut thoracopoda. Thoracopoda 1-3 disebut maxiliped berfungsi pelengkap bagian mulut dalam memegang makanan. Thoracopoda 4-8 berfungsi sebagai kaki jalan (periopoda); sedangkan pada periopoda 1-3 mempunyai capit kecil yang merupakan ciri khas udang penaeidae.

Bagian perut (abdomen)

(13)

5

Gambar 1. Morfologi udang Keterangan gambar:

Tanda-tanda anatomi L.vannamei yang penting, antara lain. :

1. Pada rostrum ada 2 gigi disisi ventral, dan 9 gigi disisi atas (dorsal). 2. Pada badan tidak ada rambut-rambut halus (setae)

3. Pada jantan Petasma tumbuh dari ruas coxae kaki renang No:1. yaitu protopodit yang menjulur kearah depan. Panjang petasma kira-kira 12 mm. Lubang pengeluaran sperma ada dua kiri dan kanan terletak pada dasar coxae dari pereopoda (kaki jalan) no.5 .

4. Pada betina thelycum terbuka berupa cekungan yang ditepinya banyak ditumbuhi oleh bulu-bulu halus, terletak dibagian ventral dada/thorax, antara ruas coxae kaki jalan no: 3 dan 4. yang juga disebut “Fertilization chamber”. Lubang pengeluaran telur terletak pada coxae kaki jalan no:3. Coxae ialah ruas no:1 dari kaki jalan dan kaki renang.

1. Carapace 2. Rostrum 3. Mata majemuk 4. Antennules 5. Prosartema 6. Antena 7. Maxilliped 8. Pereopoda 9. Pleopoda 10. Uropoda 11. Telson

(14)

6

Gambar 2. Udang vaname 2. Penyebaran

Daerah penyebaran alami L.vaname ialah pantai Lautan Pasifik sebelah barat Mexiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan dimana suhu air laut sekitar 20o C sepanjang tahun. Sekarang L.vaname telah menyebar, karena diperkenalkan diberbagai belahan dunia karena sifatnya yang relatif mudah dibudidayakan, termasuk di Indonesia.

3. Daur Hidup.

L.vaname adalah binatang catadroma , artinya ketika dewasa ia bertelur dilaut lepas berkadar garam tinggi, sedangkan ketika stadia larva ia migrasi ke daerah estuaria berkadar garam rendah. Pada awalnya udang vaname ditemukan setelah matang kelamin akan melakukan perkawinan di laut dalam sekitar 70 m diwilayah Pasifik lepas pantai (depan) Mexico dan Amerika tengah dan Selatan pada suhu air 26-28oC dan salinitas 35 ppt. Telurnya menyebar dalam air dan menetas menjadi nauplius diperairan laut lepas (off shore) bersifat zooplankton. Selanjutnya dalam perjalanan migrasi kearah estuaria, larva L.vaname mengalami beberapa kali metamorfosa, seperti halnya pada udang P.monodon.

(15)

7

Gambar 3. Siklus hidup udang 4. Pakan dan kebiasaan makan

Semula udang Penaeid dikenal sebagai hewan bersifat omnivorous-scavenger artinya ia pemakan segala bahan makanan dan sekaligus juga pemakan bangkai. Namun penelitian selanjutnya dengan cara memeriksa isi usus, mengindikasikan bahwa udang Penaeid bersifat karnivora yang memangsa berbagai krustasea renik amphipoda, dan polychaeta (cacing).

Oceanic Institute di Hawai membuktikan bahwa bacteria dan algae yang banyak tumbuh di badan (kolom) air kolam yang agak keruh, ternyata berperan penting sebagai makanan udang, menyebabkan udang tumbuh lebih cepat 50% dibanding dengan udang L.vannamei yang dipelihara didalam kolam/bak yang berair sangat bersih. Catatan ini membuktikan bahwa udang tumbuh optimum dikolam karena adanya komunitas microbial (Wyban & Sweeney,1991).

L.vannamei bersifat nocturnal. Sering ditemukan L.vannamei memendamkan diri dalam lumpur/pasir dasar kolam bila siang hari, dan tidak mencari makanan. Akan tetapi pada kolam budidaya jika siang hari diberi pakan maka udang vaname akan bergerak untuk mencarinya, ini berarti sifat nocturnal tidak mutlak

(16)

8

5. Pertumbuhan

Kecepatan tumbuh pada udang dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu frekuensi molting (ganti kulit) dan kenaikan berat tubuh setelah setiap kali ganti kulit.Karena daging tubuh tertutup oleh kulit yang keras, secara periodik kulit keras itu akan lepas dan diganti dengan kulit baru yang semula lunak untuk beberapa jam, memberi kesempatan daging untuk bertambah besar, lalu kulit menjadi keras kembali.

Proses molting dimulai dari lokasi kulit diantara karapas dan intercalary sclerite (garis molting dibelakang karapas) yang retak/ pecah memungkinkan

cephalothorax dan kaki-kaki (appendiges) depan ditarik keluar. Udang dapat lepas sama sekali dari kulit yang lama dengan cara sekali melentikkan ekornya. Semula kulit yang baru itu lunak, lalu mengeras yang lamanya tak sama menurut ukuran/umur udangnya. Udang yang masih kecil, kulitnya yang baru akan mengeras dalam 1-2 jam, pada udang yang besar bisa sampai 1-2 hari.

Kondisi lingkungan dan faktor nutrisi juga mempengaruhi frekuensi molting. Misalnya, suhu semakin tinggi semakin sering molting. Ketika sedang molting, penyerapan oksigen kurang efisien, sehingga seringkali udang mati disebabkan

hypoxia (kurang oksigen). Udang yang menderita stress, dapat melakukan molting secara tiba-tiba, karena itu tehnisi harus waspada dengan keadaan yang menyebabkan stress itu (molting merupakan proses fisiologi). Secara alamiah, udang yang sedang molting membenamkan diri didalam pasir dasar perairan untuk menyembunyikan diri terhadap predator.

6. Pematangan gonad (Maturation).

Istilah maturasi ialah proses perkembangan telur (oogenesis) dalam ovarium udang betina. System reproduksi udang terdiri dari sepasang ovarium, oviduct

(saluran telur), genital aperture (lubang genitalia), dan thelycum. Bakal telur

(oogonia) diproduksi secara pembelahan mitose dari germinal epithelium didalam ovarium yang terjadi sepanjang hidup udang betina. Selanjutnya, oogonia melakukan

meiosis, diferensiasi menjadi oocytes, dan dikelilingi oleh sel-sel follicle. Oosites (telur) lalu menyerap bahan kuning telur (yolk) dari darah induknya melalui sel-sel folikel.

Komponen utama dari kuning telur udang ialah lipoglycoprotein, yang disebut

(17)

9

Organ reproduksi utama pada udang jantan ialah sepasang testes, vasa diferensia (saluran air mani), petasma dan appendix masculina. Sperma udang tidak ber-flagella dan tidak bergerak dengan nucleus yang tidak nyata terkumpul. Bagian sel sperma yang telah matang ialah kepala, topi, dasar dan spika.Dalam perjalanan (aliran) sperma sepanjang vas diferensia sperma terkumpul dalam cairan yang kental dan tersimpan didalam spermatopora berbentuk bulat kecil berkulit chitine . Perhatikan petasma dan thelycum terbuka pada induk betina L.vannamei

7. Perkawinan dan Pemijahan

Walaupun proses pematangan telur didalam gonad dilakukan rangsangan , seperti ablasi mata, tetapi perkawinan udang di panti pembenihan dilakukan secara alami didalam bak khusus pemijahan.

Walaupun proses pematangan telur didalam gonad dilakukan rangsangan , seperti ablasi mata, tetapi perkawinan udang di panti pembenihan dilakukan secara alami didalam bak khusus pemijahan.

Perkawinan (mating).

Udang L.vannamei kawin pada awal senja hari. Durasi lamanya perkawinan hanya 3 – 16 detik .Pejantan mendekati betina dengan cara berjalan didasar bak, dari arah belakang si betina. Setelah dekat dengan si betina , jantan akan merangkak mendekatkan kepalanya ke ekor betina. Hal ini dapat menyebabkan betina akan lari terkejut. Betina seringkali belum siap untuk kawin, bila induk betina siap, induk jantan akan terus merangkak dibawah tubuh betina.

Induk betina berenang meliuk sepanjang dinding tegak bak atau berenang kearah tengah bak sejauh 2-3 m. induk jantan menyentuh betina dari bawah dan dalam posisi paralel, terus mengikuti betina. Seekor induk betina mungkin saja didekati oleh 2-3 ekor jantan pada satu saat bersamaan. Betina dengan ovarium yang matang lebih sering didekati induk jantan dari pada yang belum matang gonad.

Pada L.vannamei, proses pendekatan itu seringkali tidak selalu jantan dengan betina melainkan jantan dengan jantan, sebab diduga induk betina yang telah matang gonad mengeluarkan pheromon jenis 1 yang dapat merangsang setiap udang jantan dalam satu bak untuk melakukan proses pengejaran. Diketahui adanya 2 macam hormon sebagai sex attractan (daya tarik sex) yang disebut pheromone yang diproduksi oleh induk betina matang gonad yang merangsang perilaku chasing dan mating . Pheromon 1 merangsang perilaku chasing sifatnya stabil dalam air.

(18)

10

induk betina yang benar-benar sudah matang telur dan benar-benar siap untuk kawin.

Setelah jantan dan betina berkejaran, Pejantan membalikkan tubuhnya sehingga bagian ventral keduanya berhadapan. Jantan memeluk betinanya dengan kaki jalannya. Posisi berhadapan ventral to ventral itu hanya berlangsung 1-2 detik saja dimana saat itu induk jantan mengeluarkan cairan mani (spermatophora) yang kental dari petasma. Spermatophora itu tetap melekat pada thelicum. Kadang- kadang dapat terjadi, spermatophora tidak tersalur, maka segera pejantan berbalik keposisi tertelungkup lagi dan berenang berdampingan dengan betina. Dalam waktu singkat, induk jantan berbalik telentang dengan posisi dibawah betina . Proses itu mungkin berulang 2-3 kali . Biasanya bila betina sudah matang gonad, perkawinan akan selalu berhasil (tidak gagal).

Pada L.vannamei dan L.stylirostris yang ber-thelycum terbuka, spermatophora hanya melekat di sekitar thelycum yang berbentuk cekungan dikelilingi oleh rambut-rambut halus. Perkawinan terjadi saat induk betina dalam keadaan intermolt ( berkulit keras) dimana pematangan gonad sudah sempurna, lalu pemijahan telur terjadi 1-2 jam setelah kawin.

Pemijahan

Yang disebut memijah ialah proses keluarnya telur-telur yang siap dibuahi dari induk betina. Proses pemijahan hanya berlangsung kira-kira 2 menit saja pada

L.vannamei , dimana proses ini terjadi ketika induk betina berenang secara perlahan dalam badan air. Pada proses ini biasanya semua telur matang gonad dikeluarkan sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk betina mencampurkan telur-telur dengan sperma yang sudah menempel di thelycum dengan cara menghentakkan kaki-kaki renangnya (pereopoda). Telur-telur dikeluarkan oleh induk betina melalui lubang genitalia yang terletak pada coxa dari pereopoda ke-tiga, dan mengarah ke depan,sehingga telur-telur terkumpul di dalam rongga yang berada diantara coxa pada pereopoda ke-3 dan ke-4. Ceruk (rongga) itu disebut fertilization chamber. Didalam ceruk ini telur-telur bercampur sperma dan air, sehingga terjadi fertilisasi. Setelah fertilisasi, barulah telur keluar menyebar kedalam air disekitarnya (Wyband & Sweeney,1991).

(19)

11

L.vannamei biasa memijah di malam hari , beberapa jam setelah kawin. Karena interval antara kawin dan mijah sangat pendek, maka perlu dilakukan tindakan tehnis untuk mengamankan (mengendalikan) proses pembuahan , penetasan telur dan pemeliharaan larva, didalam panti pembenihan. Udang harus ditinggalkan dalam keadaan tenang dalam bak agar terjadi perkawinan. Tetapi betina yang telah kawin, harus segera ditangkap sebelum memijahkan telur, untuk dipindahkan ke dalam bak pemijahan yang lebih kecil volumenya.

Gambar 4. Induk vaname yang telah matang gona

Gambar 5. Udang dengan ovarium yang sudah berkembang

8. Perkembangan embrio

(20)

12

setiap telur telah terbentu sempurna dan setelah 16 jam telur mulai menetas. Nauplii yang baru menetas berenang perlahan dan phototaksis positif.

9. Perkembangan larva

Larva akan berkembang sempurna pada kondisi suhu 26-28oC, oksigen terlarut 5-7 mg/liter, salinitas 35 ppt sesuai dengan kondisi dialamnya. Setelah menetas larva akan berkembang menjadi 3 stadia yaitu nauplius, zoea dan mysis. Setiap stadia akan dibedakan menjadi sub stadia sesuai dengan perkembangan morfologinya. Perkembangan stadia terjadi setelah larva mengalami molting. Selama stadia nauplius larva masih memanfaatkannutrisi dari yolk egg yang dibawanya, dan setelah molting menjadi zoea baru mencari makanan dari luar berupa mikroalga. Setelah zoea metamorphosis menjadi mysis, larva berubah dari herbivore menjadi karnivora, yaitu dengan makanan zooplankton. Stadia mysis kemudian berakhir dan menginjak stadia post larva, stadia ini sudah menyerupai udang muda dalam hal makanan maupun tingkah lakunya. Pada stadia larva bersifat planktonik, setelah post larva bersifat bentik. Larva akan berpindah tempat dari laut terbuka bermigrasi kea rah pantai dan estuary sampai menjadi dewasa.

Tabel 1. Perkembangan stadia udang Hari

ke Stadia Karakteristik

1 Naupli-1 Badan berbentuk bulat telur dengan 3 pasang anggota tubuh 2 Naupli-2 Pada ujung antenna pertama terdapat setae yang satu panjang

dan 2 buah yang pendek

3 Naupli-3 Dua buah furctel mulai tampak jelas dengan masing-masing tida duri, tunas maxiliped mulai tampak

4 Naupli-4 Masing-masing furcel terdapat empat buah duri, antenna kedua beruas-ruas

5 Naupli-5 Struktur tojolan pada pangkal maxilliped mulai tampak jelas

(21)

13

7 Zoea-1 Badan pipih dan karapac mulai jelas, mata mulai tampak, namun belum bertangkai, maxilla pertama dan kedua serta alat pencernaan mulai berfungsi

8 Zoea-2 Mata bertangkai, rostrum mulai tampak dan spin suborbital muali bercabang

9 Zoea-3 Sepasang uropoda biramus mulai berkembang dan duri pada ruas-ruas tubuh mulai tampak

10 Mysis-1 Badan berbentuk bengkok seperti udang dewasa 11 Mysis-2 Tunas pleopoda mulai tampak

12 Mysis-3 Tunas pleopoda bertambah panjang dan beruas-ruas

13 Post larva Larva seperti udang dewasa begitu pula cara berenangnya, pada stadia ini udang tidak lagi mengalami perubahan morfologi tubuh Sumber: Subaidah,S., dkk (2006)

B. Latihan 1

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar!

1. Udang vaname termasuk salah satu family penaeidae, apa cirri khas dari family tersebut

2. L.vannamai adalah binatang catadroma. Apa yang dimaksud dengan catadroma, jelaskan!

3. Gambarkan siklus hidup udang penaeid di alam. 4. Jelaskan secara singkat gambar tersebut!

5. Gambarkan morfologi udang vaname beserta keterangannya. C. Rangkuman

Secara morfologi udang dapat di bedakan menjadi 2 bagian: Cephalothorax

(bagian.kepala dan badan yang dilindungi carapace), dan Abdomen (bagian perut terdiri dari segmen/ruas-ruas). Antena berfungsi sebagai alat peraba atau penciuman. Pada bagian kepala terdapat mandibula yang berfungsi untuk menghancurkan makanan yang keras dan dua pasang maxilla yang berfungsi membawa makanan ke mandibula

(22)

14

melakukan perkawinan di laut dalam sekitar 70 m. Semula udang Penaeid dikenal sebagai hewan bersifat omnivorous-scavenger artinya ia pemakan segala bahan makanan dan sekaligus juga pemakan bangkai. Namun penelitian selanjutnya dengan cara memeriksa isi usus, mengindikasikan bahwa udang Penaeid bersifat karnivora yang memangsa berbagai krustasea renik amphipoda, dan polychaeta (cacing). L.vannamei bersifat nocturnal. Sering ditemukan L.vannamei memendamkan diri dalam lumpur/pasir dasar kolam bila siang hari, dan tidak mencari makanan.

Kecepatan tumbuh pada udang dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu frekuensi molting

(ganti kulit) dan kenaikan berat tubuh setelah setiap kali ganti kulit. Kondisi lingkungan dan faktor nutrisi juga mempengaruhi frekuensi molting. Misalnya, suhu semakin tinggi semakin sering molting. Organ reproduksi utama pada udang jantan ialah sepasang testes, vasa diferensia (saluran air mani), petasma dan appendix masculina.

Walaupun proses pematangan telur didalam gonad dilakukan rangsangan , seperti ablasi mata, tetapi perkawinan udang di panti pembenihan dilakukan secara alami didalam bak khusus pemijahan. Pada L.vannamei dan L.stylirostris yang ber-thelycum terbuka,

spermatophora hanya melekat di sekitar thelycum yang berbentuk cekungan. Perkawinan terjadi saat induk betina dalam keadaan intermolt ( berkulit keras) dimana pematangan gonad sudah sempurna, lalu pemijahan telur terjadi 1-2 jam setelah kawin.

D. Evaluasi

Pilihlah salah satu jawaban yang benar dibawah ini dengan memberi tanda silang.

1. Alat kelamin udang vaname jantan disebut….

a. Thelycum b. Petasma c. Appendage d. Antenulles

2. Udang vaname ketika dewasa ia bertelur dilaut lepas berkadar garam tinggi, sedangkan ketika stadia larva ia migrasi ke daerah estuaria berkadar garam rendah. Sifat tersebut dinamakan….

a. Nocturnal b. Katadroma c. Scavenger d. Diurnal

3. Proses keluarnya telur-telur dari induk betina yang siap dibuahi disebut a. Fertilisasi

(23)

15

c. Perkawinan d. Maturasi

4. Secara garis besar udang secara mrfogi dibagi menjadi 2 bagian,yaitu: a. Cepalpthorax dan uropoda

b. Chepalothorax dan abdomen c. Abdomen dan uropoda d. Uropoda dan periopoda

5. Pada awalnya udang penaeid tergolong binatang pemakan segala dan pemakan bangkai, istilah dari definisi tersebut adalah…….

a. Nocturnal

b. Omnivore scavenger c. Herbivore karnivora d. Karnivora

E. Umpan balik dan tindak lanjut

dCocokan jawaban dengan kunci jawaban test formatif yang terdapat diakhir modul ini. Hitung jawaban yang benar, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan saudara terhadap materi ini.

Arti tingkat penguasaan: 90-100%= baik sekali 80-89% = baik 70-79% = cukup < 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan modul selanjutnya. Jika masih dibawah 80% anda harus mengulangi kegiatan belajar tersebut, terutama bagian yang belum dikuasai.

Tingkat penguasaan =

Jumlah jawaban yang benar

Jumlah soal

(24)

16

MATERI POKOK II

Persiapan Pemeliharaan

A. Materi

1. Pemilihan lokasi

Salah satu factor penentu keberhasilan budidaya udang adalah pemilihan lokasi. Lahan budidaya selanjutnya akan berpengaru terhadap tata letak dan konstruksi kolam yang akan dibuat. Lokasi untuk mendirikan lahan budidaya udang ditentukan setelah dilakukan studi dan analisis terhadap data atau informasi tentang topografi tanah, pengairan, ekosistem (hubungan antara flora dan fauna), dan iklim. Usaha budidaya yang ditunjang dengan data tersebut mememungkinkan dibuat desain dan rekayasa perkolaman yang mengarah kepola pengelolaan budidaya udang yang baik.

Lokasi tambak budidaya udang vaname yang dipilih mempunyai persyaratan antara lain:

a. Lahan mendapatkan air pasang surut air laut. Tinggi pasang surut yang ideal adalah 1,5-2,5 meter. Paa lokasi yang pasang surutnya rendah dibawah 1 m, maka pengelolaan air menggunakan pompa.

b. Tersedianya air tawar. Pada musim kemarau salinitas dapat naik terus apalgi jika budidaya udang dilakukan secara intensif dengan system tertutup sehingga air tawar diperlukan untuk menurunkan salinitas.

c. Lokasi yang cocok untuk budidaya udang pada pantai dengan tanah yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir

d. Lokasi ideal terdapat jalur hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan mangrove/bakau dengan panjang minimal 100 m dari garis pantai.

e. Keadaan social ekonomi mendukung untuk kegiatan budidaya udang, seperti: keamanan kondusif, asset jalan cukup baik, lokasi mudah mendapatkan sarana produksi seperti pakan, kapur, obat obatan dan lain-lain.

2. Pengolahan lahan

Setelah mempelajari materi penyuluhan ini pelaku utama dan atau pelaku

usaha/penyuluh perikanan dapat memahami dan menjelaskan persiapan

pemeliharaan udang vaname yang meliputi : pemilihan lokasi dan persiapan

(25)

17

Dalam budidaya udang vaname terdapat dua wadah yang digunakan untuk menampung media budidaya, yaitu: kolam dengan konstruksi tanah dan kolam dengan konstruksi wadah plasti atau beton. Yang jelas keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai wadah pemeliharaan.

a. Persiapan lahan tambak plastic

Secara garis besar operasional budidaya udang dengan konstruksi wadah plastik tidak berbeda jauh dengan kegiatan budidaya udang pada umumnya, hanya terdapat sedikit perbedaan pada tahap persiapan lahan, hal ini dikarenakan perbedaan wadah budidaya.

(26)

18

1) Spesifikasi Tambak

Tambak plastic dibuat karena tambak yang digunakan untuk budidaya udang berukuran kecil (mini), luasannya tidak seluas tambak budidaya udang pada umumnya, seperti halnya yang terdapat disalah satu perusahaan pertambakan udang di beberapa daerah dengan luasan lahan perpetaknya ± 1-2 ha. Adapun spesifikasi tambak plastic adalah sebagai berikut :

Table 2. Spesifikasi tambak plastik

NO URAIAN KETERANGAN

1 Jenis

plastik HDPE 0,5 mm/terpal

2 Luas 500 – 1000 m2

3 Kedalaman 80 – 110 cm

4 System Semi Close System

2) Pengeringan kolam plastik

Lahan tambak yang menggunakan wadah plastic terlebih dahulu dikeringkan, guna keperluan pengukuran luasan petakan sebagai acuan pembuatan plastik (wealding), untuk perbaikan kontruksi tambak, membersihkan tambak dari benda-benda yang dapat merusak plastik dan juga penjemuran tanah dasar tambak agar lebih kering sehingga nanti dapat mempermudah pemasangan plastic/perbaikan plastic yang rusak.

(27)

19

Gambar 6. Pengeringan tambak plastic

b. Persiapan Lahan tanah Pengolahan lahan tanah, meliputi :

- Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. Kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan udang. Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon.

- Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit panyakit karena terkena sinar matahari/ultra violet.

- Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit. Dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing-masing 1 ton/ha.

- Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah, untuk membunuh bibit penyakit.

- Pemupukan. Pemupukan adalah proses pemberian nutrisi atau hara ke dalam petakan kolam untuk menumbuhkan pakan alami. Pupuk dapat dilakukan pada saat pengolahan lahan, yaitu dengan memberikan pupuk dasar dan dapat juga untuk pemupukan air.

Beberapa petambak tidak melakukan pengolahan tanah dasar karena tekstur tanah dasar/pelataran berpasir dan kuat menahan air atau tidak porous, serta dasar tambak dilapisi plastic.

Tujuan pengolahan tanah adalah:

- Mengoksidasi tanah dengan oksigen dari udara

(28)

20

- Menambah suplai O2 pada bakteri aerob untuk merombak dan menguraikan bahan organic melaui proses nitrifikasi

- Memutus siklus penyakit, dan

- Memperbaiki tekstur tanah.

Gambar 7. Pengeringan lahan tanah

c. Pengisian air

Pengisian air dilakukan dapat dilakukan menggunakan pompa atau dengan menggunakan energi gravitasi (beda tinggi air di tandon dengan petakan tambak), air yang digunakan adalah air yang sudah diendapkan kurang lebih 3-7 hari dipetakan tandon, sehingga partikel terlarut sudah mengendap didasar tandon dan tidak ikut masuk ke petakan tambak yang akan diisi air.

Jika menggunakan pompa untuk mengisi air, maka letak dasar pompa diusahakan tidak menyentuh dasar tandon, sehingga partikel yang mengendap tidak tersedot pompa. Bagian ujung paralon diberi saringgan tiga lapis, pertama saringan paralon yang berlubang dengan diameter 0,5 cm, saringan lapis kedua di buat dari waring dengan diameter 0.2 mm dan saringan lapis ketiga dibuat dari waring dengan diameter 0,1 mm, sehingga kotoran yang mungkin tersedot pompa dapat tersaring dan tidak masuk petakan tambak.

(29)

21

Gambar 8. Saringan air masuk

B. Latihan

Jawablah pertanyaan dengan singkat dan jelas

1. Jelaskan criteria lokasi yang ideal untuk budidaya udang vaname!

2. Jelaskan cara pengolahan lahan yang benar untuk budidaya udang vaname! 3. Apa tujuan melakukan pengolahan tanah dalam budidaya udang vaname? C. Rangkuman

Salah satu factor penentu keberhasilan budidaya udang adalah pemilihan lokasi. Lahan budidaya selanjutnya akan berpengaru terhadap tata letak dan konstruksi kolam yang akan dibuat. Secara garis besar operasional budidaya udang dengan konstruksi wadah plastik tidak berbeda jauh dengan kegiatan budidaya udang pada umumnya, hanya terdapat sedikit perbedaan pada tahap persiapan lahan, hal ini dikarenakan perbedaan wadah budidaya.

Criteria lokasi budidaya vaname

- Lahan mendapatkan air pasang surut air laut - Tersedianya air tawar

- Lokasi yang cocok untuk budidaya udang pada pantai dengan tanah yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir

- Lokasi yang cocok untuk budidaya udang pada pantai dengan tanah yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir

- Keadaan social ekonomi mendukung untuk kegiatan budidaya udang

Tujuan pengolahan tanah adalah:

- Mengoksidasi tanah dengan oksigen dari udara

- Menghilangkan gas-gas beracun setelah pemeliharaan

- Menambah suplai O2 pada bakteri aerob untuk merombak dan menguraikan bahan organic melaui proses nitrifikasi

(30)

22

- Memperbaiki tekstur tanah.

D. Evaluasi

Jawablah pertanyaan dengan (B) jika benar dan (S) jika salah.

1. Dalam budidaya udang vaname permilihan lokasi sangat menentukan keberhasilan dan kelancaran operasional budidaya, lokasi yang dekat dengan pelabuhan sangat ideal karena

2. Tambak dengan lapisan dasar plastic sangat membantu dan cocok di l okasi yang tanahnya bersifat porous

3. Salah satu fungsi pengeringan dalam pengolahan tanah adalah menghilangkan gas-gas beracun yang tertinggal selama masa pemeliharaan.

E. Umpan balik dan tindak lanjut

Cocokan jawaban dengan kunci jawaban test formatif yang terdapat diakhir modul ini. Hitung jawaban yang benar, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan saudara terhadap materi ini.

Arti tingkat penguasaan: 90-100%= baik sekali 80-89% = baik 70-79% = cukup < 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan modul selanjutnya. Jika masih dibawah 80% anda harus mengulangi kegiatan belajar tersebut, terutama bagian yang belum dikuasai.

Tingkat penguasaan =

Jumlah jawaban yang benar

Jumlah soal

(31)

23

MATERI POKOK III

Penebaran Benur

F. Materi

1. Penebaran Benur

Ketersediaan benur pada saat jadwal penebaran harus disiapkan jauh hari sebelum tahap persiapan, yaitu dengan cara memesan benur sejumlah yang diinginkan di perusahaan pembenihan udang, sehingga jadwal tebal benur disesuaikan dengan panen naupli dari perusahaan tersebut.

a. Pemilihan Benur

Kualitas benur yang ditebar sangat menentukan keberhasilan budidaya udang, benur yang berkualitas dapat diperoleh dari hatchery yang telah memiliki sertifikat SPF (Spesific pathogen free) sehingga benur yang ditebar dapat tumbuh dengan baik.

Secara morfologi benur yang mempunyai kualitas yang baik adalah dengan criteria sebagai berikut:

1. Umur benur sudah mencapai PL 9 di panti pembenihan

2. Gerakannya lincah dan apabila terjadi perubahan lingkungan yang mendadak maka benur akan melompat

3. Ukuran seragam, pada umur PL 12 panjang telah mencapai > 10 mm

4. Di badan air benur menyebar, tidak menggeromboldan atau menggumpal pada saat transportasi.

5. Responsive terhadap cahaya (fototaxis positif), gerakan atraktif dari sumber cahaya

6. Warna badan dan kaki serta kulit jernih, tidak terdapat penempelan parasit. 7. Hepatopancreas penuh dengan pakan dan berwarna gelap

Setelah mempelajari materi penyuluhan ini pelaku utama dan atau pelaku

usaha/penyuluh perikanan dapat memahami dan menjelaskan cara penebaran

benur yang meliputi pemilihan benur, aklimatisasi dan penebaran benur udang

(32)

24

b. Waktu penebaran benur

Penebaran benur vaname harus segera dilakukan setelah petakan tambak siap untuk pemeliharaan. Waktu penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 08.00 atau pada malam hari atau pada saat kondisi cuaca teduh. Karena pada waktu tersebut kondisi fluktuasi suhu tidak menyolok, parameter air yang lain seperti pH, salinitas tidak benyak berubah. Kondisi lingkungan demikian mengurang tingkat stress pada benih yang akan ditebar.

2. Aklimatisasi

Aklimatisasi yaitu proses penyesuaian terhadap lingkungan yang baru dari biota yang akan dipindahkan ke lingkungan pemeliharaan sehingga tidak menimbulkan stress yang mengakibatkan kematian. Waktu penebaran dilakukan ketika kondisi suhu lingkungan tidak tinggi, penebaran dapat dilakukan pagi, sore atau malam hari sehingga dapat mengurangi tingkat stress, sebelum benih ditebar terlebih dahulu dilakukan pengecekan salinitas air tambak dan salinitas di kantong benur, suhu di tambak dan suhu di kantong benur. Kemudian kantong benur diapung-apungkan disalah satu sudut tambak kurang lebih 30-45 menit, untuk mempermudah proses aklimatisasi dibagian sudut diberi bambu sebagai alat untuk penahan agar kantong benur tidak menyebar keseluruh petakan tambak, tujuan cara ini untuk mempercepat penyesuaian suhu air tambak dengan suhu dikantong benur.

Setelah 45 menit kantong benur dibuka dan secara perlahan ditambahkan air dari tamba, dilakukan secara manual menggunakan tangan atau menggunakan alat bantu gayung sehingga proses aklimatisasi salinitas lebih cepat, volume air yang ditambahkan ke dalam kantong benur disesuaikan (kurang lebih 1/3 dari volume kantong benur), untuk mengetahui kesesuaian salinitas tambak dengan salinitas dikantong benur dilakukan pengukuran menggunakan refraktometer, sebagai indikatornya bisa dicoba mengeluarkan sebagian benur dikantong ke air tambak, jika benur telah keluar dan tidak masuk lagi ke kantong benur maka benur bisa dilepaskan semua.

[image:32.595.245.410.433.499.2]
(33)

25

3. Perhitungan SR Tebar

[image:33.595.255.414.138.206.2]

Data jumlah benur yang ditebar dapat diperoleh dari jumlah benur disetiap kantong benur dikalikan jumlah kantong benur, tetapi data ini kurang akurat karena memungkinkan terjadinya kematian benur saat transportasi, sehingga perlu dilakukan perhitungan kembali setelah benur ditebar ditambak, sehingga data yang diperoleh lebih akurat untuk acuan menentukan jumlah pakan.

Gambar 10. Hapa (baby box) untuk penghitungan SR tebar

Tempat untuk menghitung jumlah benur yang hidup dinamakan di “baby box” yaitu jaring terapung dengan ukuran tertentu yang dipakai untuk menghitung kelulushidupan benur setelah 24 jam setelah ditebar di tambak. Hasil dari perhitungan ini dikalikan dengan jumlah kantong benur yang ditebar, maka akan diperoleh populasi tebar.

B. Latihan

Jawablah pertanyaan dengan singkat dan jelas 4. Jelaskan criteria benur vaname yang berkualitas

5. Apa yang harus dipertimbangkan pada saat akan melakukan penebaran benur? 6. Mengapa penebaran benur dilakukan pada saat cuaca teduh?

C. Rangkuman

Kualitas benur yang ditebar sangat menentukan keberhasilan budidaya udang, benur yang berkualitas dapat diperoleh dari hatchery yang telah memiliki sertifikat SPF

(Spesific pathogen free) sehingga benur yang ditebar dapat tumbuh dengan baik. Aklimatisasi yaitu proses penyesuaian terhadap lingkungan yang baru dari biota yang akan dipindahkan ke lingkungan pemeliharaan sehingga tidak menimbulkan stress yang mengakibatkan kematian.

(34)

26

D. Evaluasi

Jawablah pertanyaan dengan (B) jika benar dan (S) jika salah.

4. Aklimatisasi sangat berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup benih yang ditebar karena aklimatisasi yang tidak benar dapat menyebabkan kematian. 5. Dalam penebaran benur sebaiknya dilakukan pada siang hari atau cuaca terik

karena dengan demikian benur akan terlihat yang hidup dan yang mati.

6. Parameter air yang utama diukur dan disesuaikan dengan air dalam kantong benur pada saat aklimatisasi adalah salinitas dan suhu

7. Salah satu fungsi pengeringan dalam pengolahan tanah adalah menghilangkan gas-gas beracun yang tertinggal selama masa pemeliharaan.

E. Umpan balik dan tindak lanjut

Cocokan jawaban dengan kunci jawaban test formatif yang terdapat diakhir modul ini. Hitung jawaban yang benar, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan saudara terhadap materi ini.

Arti tingkat penguasaan: 90-100%= baik sekali 80-89% = baik 70-79% = cukup < 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan modul selanjutnya. Jika masih dibawah 80% anda harus mengulangi kegiatan belajar tersebut, terutama bagian yang belum dikuasai.

Tingkat penguasaan =

Jumlah jawaban yang benar

Jumlah soal

(35)

27

MATERI POKOK IV

Pengelolaan Pakan Dan Air Media Pemeliharaan

A. Materi

Pakan merupakan komponen penting karena mempengaruhi pertumbuhan udang dan lingkungan budidaya serta memiliki dampak fisiologis dan ekonomis. Pada tambak intensif biaya pakan lebih dari 60% dari keseluruhan biaya operasional. Kelebihan penggunaan pakan akan mengakibatkan bahan organic yang mengendap terlalu banyak sehingga menurunkan kualitas air, demikian juga kekurangan pakan akan berdampak pada pertumbuhan udang yang tidak maksimal dan dapat menyebabkan kanibal, daya tahan tubuh turun dan daya tahan terhadap penyakit menurun. Beberapa pakan yang digunakan di tambak adalah pakan buatan dan pakan alami.

1. Pengelolaan Pakan

a. Menentukan kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan.

Langkah-langkah menentukan kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan dapat diketahui dengan cara :

- Menentukan Food Conversation Rate (FCR), FCR diupayakan antara 1 – 1.5 - Menentukan size panen dan target biomasa

- Menentuntukan Survival Rate (SR) panen Contoh perhitungan :

Jumlah tebar 100.000 ekor, Ditentukan FCR panen 1.3,

Perkiraan size udang ketika panen 60 ekor per kg, Perkiraan SR panen 87 %,

Setelah mempelajari materi IV penyuluhan ini pelaku utama dan atau pelaku

usaha/penyuluh perikanan dapat memahami dan menjelaskan cara

pengelolaan pakan dan air media pemeliharaan pada budidaya udang

(36)

28

Maka diperoleh kebutuhan pakan sebagai berikut : SR 87 % = Jumlah tebar x 0.87

= 100.000 ekor x 0.87 = 87.000 ekor

Hasil panen = SR panen (ekor) / Size udang (ekor/kg) = 87.000 (ekor) / 60 (ekor/kg)

= 1.450 kg

Jumlah pakan = Hasil panen x FCR = 1.450 (kg) x 1.3 = 1.885 kg

Maka diperoleh jumlah pakan yang diperlukan selama proses budidaya udang sebanyak 1.885 kg.

b. Teknik pemberian pakan

Acuan Pemberian pakan udang adalah memberikan pakan secara cukup sesuai kebutuhan nutrisi udang dan jumlah yang dibutuhkan, secara garis besar teknik penentuan dosis pakan yang diberikan dibagi menjadi dua metode penentuan dosis pakan.

Blind feeding

Metode blind feeding maksudnya adalah menentukan dosis pakan udang dengan memperkirakan dosis yang diperlukan tanpa melakukan sampling berat udang. Penentuan pakan yang dibutuhkan selama 1 bulan diperoleh dengan menghitung 5 – 9 % dari total pakan selama prose pemeliharaan, kemudian hasilnya menjadi acuan total pakan selama 1 bulan.

(37)

29

pembagian pakan setiap harinya (feed per day), seiring dengan berjalannya proses pemeliharaan udang, juga dilakukan pemantauan laju pertumbuhan udang untuk mengetahui tingkat efektifitas jumlah pakan yang diberikan, sehingga feed per day

dapat disesuaikan.

Sampling Biomass

[image:37.595.204.455.222.369.2]

Sampling untuk mengetahui biomassa udang dapat dilakukan ketika udang telah berumur 30 hari dengan frekuensi 7 hari sekali. alat yang disarankan untuk sampling adalah jala tebar dengan ukuran mess size disesuaikan dengan besar udang. Waktu Sampling pada pagi atau sore hari, agar udang tidak mengalami tingkat stress yang tinggi, penentuan titik sampling disesuaikan dengan luasan tambak, jumlah titik sampling 2 – 4 titik, titik lokasi sampling berada di sekitar kincir dan di wilayah antar kincir. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 11. Penentuan titik sampling jala dalam menentukan biomass Langkah – langkah sampling jala antara lain :

- Waktu sampling jala dilakukan pada pagi atau sore hari.

- Sampling jala dilakukan sebelum jam pakan, agar sebaran udang merata. - Peralatan sampling yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu,

- Selama sampling kincir dimatikan agar sebaran udang ditambak lebih merata. - Udang yang telah disampling tidak dikembalikan ke tambak.

- Jika akan melakukan sampling ditambak lain, peralatan sampling terlebih dahulu disterilkan, untuk mengantisipasi masuknya patoghen.

Titik sampling

a

Titik sampling Titik

sampling

(38)

30

Contoh perhitungan sampling menggunakan jala tebar

Di ketahui:

Luasan tambak = 1000 m²

Jumlah tebar = 100.000 ekor (atau 100 ekor/ meter) Luas jala = 3 meter (rumus luas lingkaran µr²) Rata-rata bukan jala = rata 75 %

Rata-rata ditiap titik sampling = 210 ekor Berat rata-rata = 3 gram/ekor

Dosis pakan = 4 %

Perhitungan :

1. Mencari rata-rata luasan tebaran jala : = Rata-rata bukaan jala x Luas jala = 0.75 x 3 m

= 2.25 m2

2. Menghitung rata-rata padat tebar per meter :

= Rata-rata jumlah udang yang tertangkap ditiap titik sampling / bukaan jala (m) = 210 ekor / 2.25 m²

= 93 ekor/ m²

3. Menghitung Polulasi

= Rata-rata per meter x luas tambak = 93 ekor/ m² x 1000 m²

= 93.000 ekor

4. Menghitung Survival Rate

(39)

31

= 93.000 ekor / 100.000 ekor x 100 % = 93 %

5. Menghitung Biomassa

= Rata-rata berat udang x Populasi sekarang = 3 gram x 93.000 ekor

= 279.000 gram = 279 kg

6. Menentukan dosis pakan = Biomassa x dosis pakan = 279 kg x 0.04

= 11.2 kg

[image:39.595.193.435.350.564.2]

Sehingga diperoleh jumlah pakan per hari yang diberikan selama 7 hari kedepan sebanyak 11.2 kg. Selain melihat hasil sampling perlu juga diperhatikan kisaran feeding rate pada table 3 di berikut ini :

Table 3. program pakan

Umur (Hr) Feedding Rate (%)

Frekuensi (kali/hr)

31 – 40 5,5 4

41 – 50 4,6 5

51 – 60 3,8 5

61 – 70 3,1 5

71 – 80 2,6 5

81 – 90 2,3 6

(40)

32

> 100 1,9 6

Sumber: Haeru Tb, dkk (2010) c. Penyimpanan Pakan

Prinsip dasar penyimpanan pakan adalah mampu mempertahankan kualitas pakan selama proses budidaya berlangsung, pakan di tumpuk maksimal 6 tumpukan, bagian dasar di beri alas agar sirkulasi udara lancar. Gudang pakan diberi fentilasi, dan penyusunan tumpukan pakan disesuaikan dengan nomor pakan yang terkecil sehingga tidak merepotkan dalam pengambilan pakan atau sering menggunakan

istilah “ FIFO” (First In First Out).

Gambar 12. Gudang penyimpanan pakan

2. Pengelolaan Air Media Pemeliharaan

a. Aplikasi Probiotik

Latar belakang pemberian probiotik ditambak udang intensif adalah adanya keseimbangan lingkungan yang telah terganggu, ditimbulkan karena padat tebar yang tinggi sehingga feses yang dihasilkan meningkat, banyaknya sisa pakan dan plankton yang mati, kondisi ini menyebabkan bakteri pengurai dari alam tidak mampu menguraikan, bila kondisi ini dibiarkan akan merusak kwalitas air serta menyebabkan timbulnya penyakit.

(41)

33

organik di dasar tambak, menstabilkan kualitas air tambak, menjaga kesehatan udang dan diharapkan hasil panen yang sesuai.

Untuk menjaga kesehatan udang perlu dilakukan tindakan sebagai berikut : - Mengurangi endapan organik secara cepat pada masa pemeliharaan.

- Mengurangi gas beracun H2S, NH3, NO2 sampai batas ambang yang diizinkan.

- Mengatur pertumbuhan plankton yang diinginkan udang dengan menyediakan unsur hara yang sesuai.

b. Jenis Bakteri

Prinsip dasar pemilihan jenis bakteri yang dipakai untuk aplikasi di tambak adalah jenis bakteri pengurai ammoniak, antara lain : Bacillus coagulans, Bacillus megateriun, Bacillus plymyxsa, Bacillus flurenzi, Pseudomona:s aurogeunosa. Dan Pengurai Nitrit antara lain: Nitrosomonas sp., Nitrosobacter sp., Nitrosococcus sp., (H2S) antara lain:

Desulfucoccus sp., Desulfotovibrio sp.

[image:41.595.131.327.308.568.2]

Beberapa jenis bakteri dapat hidup pada toleransi kisran pH yang berbeda, secara rinci dapat dilihat pada table di bawah ini :

Table 4. berbagai jenis bakteri pengurai di tambak Jenis bakteri PH

B. subtilis 5,0 – 8,0

B. cereus 4,3 – 5,6

B. brevis 8,0 – 8,6

s. licheniformis 5,0 – 6,5

B. megaterium 4,5 – 6,8

B. polymyxsa >5,5

B. maserans 5,0 – 6,0

B. sphaericus >6,0

B. pasteurii

(42)

34 B.

stearothermofilus

4,8 – 5,8

B. coagulans 4,2 – 4,8

c. Pergantian Air Media

Kualitas air tambak sangat menentukan kesehatan dan pertumbuhan udang, ketika umur udang telah mencapai 20 hari, biasanya mulai adanya plankton mati dan mengumpul disalah satu pojok tambak, dan ketika umur 40 hari kondisi air tambak telah jenuh akibat banyaknya plankton mati, sisa pakan dan bahan organic, sehingga menyebabkan kualitas air tambak mulai menurun yang mengakibatkan udang jarang melakukanm pergantian kulit (moulting) akibatnya pertumbuhan udang terhambat. Jumlah air yang diganti berkisar antara 5 – 20 % tergantung tingkat kejenuhan air tambak. Waktu pergantian dilakukan pada pagi atau sore hari , jika pada saat tersebut ada jadwal pakan maka pergantian air dilakukan satu jam setelah pemberian pakan, kegiatan ini untuk menghindari tingkat stress yang tinggi. Alat yang dipakai untuk pergantian air dapat menggunakan pompa submersible atau dengan system manual. d. Penyiphonan

Masa pemeliharaan setelah mencapai umur 45 hari, biasanya ditemukan endapan lumpur hitam dan berbau. Lokasi mengumpulnya endapan hitam ini tergantung pada letak kincir karena letak kincir menentukan arus air tambak yang mempengaruhi letak mengumpulnya endapan. Jika kincir dipasang besilangan pada sudut uang berbeda maka biasanya endapan lumpur hitam akan mengumpul di bagian tengah tambak, sudut tambak yang berarus kecil, di belakang kincir.

Lumpur hitam ini berasal dari sisa pakan yang tidak termakan oleh udang, akibat dari plankton mati dan hasil buangan udang. Karena kuantitas yang banyak sehingga kemampuan bakteri pengurai terbatas, yang mengakibatkan lumpur hitam berbau menyengat, keadaan ini sangat membahayakan udang, karena jika teraduk diperairan akan menyebabkan racun terhadap udang, sehingga keadaan ini harus dihindari dengan cara membuang endapan lumpur tersebut dengan melakukan siphon, alat siphon yang dapat digunakan antara lain dengan pompa alcon 2 inch, dengan pompa submersible 2 inch atau jika kondisi tambak lebih tinggi dibanding dengan saluran pembuangan maka bisa dilakukan dengan teknik gravitasi.

(43)

35

[image:43.595.242.432.95.197.2]

disambung dengan selang spiral, sehingga panjang selang spiral disesuaikan dengan lokasi mengumpulnya lumpur.

Gambar 13. Proses penyiponan dengan pompa alkon e. Pembuangan Plankton Mati

Pembuangan plankton mati mulai ditemukan setelah udang berumur kurang lebih 20 hari, tetapi jumlahnya plankton yang mati masih relatif sedikit. Pada saat umur udang telah mencapai umur 30 hari merupakan puncak ditemukan adanya plankton mati, disebabkan pertumbuhan plankton yang terus membaik karena ketersediaan unsur hara dari pakan sekaligus menjadi pupuk bagi plankton, kondisi banyaknya plankton mati dalam jumlah banyak harus dibuang keluar dari tambak, karena akan menyebabkan kualitas air tambak menurun.

Solusi dari terjadinya plankton mati dapat melakukan pengenceran air di tambak dengan menambahkan air tawar tiap tiga hari sekali, jumlah volume air yang ditambahkan disesuaikan dengan kondisi air tambak, biasanya sekitar 15 – 20 m³, hingga mencapai umur 40 hari. Kemudian setelah umur 40 hari dapat dilakukan pergantian air setiap 7 hari sekali. Solusi pergantian air ini ternyata lebih efektif untuk mengurangi adanya plankton mati.

[image:43.595.223.433.417.508.2]
(44)

36

f. Parameter Kualitas Air

[image:44.595.138.513.199.349.2]

Untuk perkembangan dan tingkat kelangsungan hidup (sintasan --- SR) udang yang dipelihara parameter kualitas air media harus berada pada kondisi yang optimal. Demikian pula pada kegiatan ujicoba ini dilakukan monitoring dan pengamatan parameter kualitas air media. Pengamatan parameter kualitas air yang dilakukan selama ujicoba berlangsung adalah pH, oksigen terlarut, nitrat, ammonia, bahan organik, suhu, salinitas, dan nitrit (Tabel 3).

Table 5. parameter kualitas air fisika dan kimia pada pemeliharaan udang di tambak.

No Parameter air Kisaran optimum

1 Suhu 28-31oC

2 Salinitas 15-25 ppt

3 Kecerahan 30-40 cm

4 Oksigen terlarut 4-8 mg/l

5 pH 7-8

6 Alkalinitas 100-120 mg/l

7 Karbondioksida < 25 mg/l

8 Amoniak < 0,01 mg/l

9 Nitrit (NO2) < 0,1 mg/l

10 H2S < 0,01 mg/l

Sumber: Farchan (2006

Suhu

Salah satu faktor pembatas yang cukup nyata dalam kehidupan udang ditambak adalah suhu air media pemeliharaan. Seringkali didapatkan udang mengalami stres dan bahkan mati disebabkan oleh perubahan suhu dengan rentang perbedaan yang tinggi. Keadaan seperti ini sering terjadi pada tambak dengan kedalaman kurang dari satu meter. Sebagai contoh musim kemarau dan perbedaan suhu yang sangat mencolok antara siang dan malam hari. Berdasarkan hasil penelitian para ahli, terbukti bahwa pada suhu rendah metabolisme udang menjadi rendah dan secara nyata berpengaruh terhadap nafsu makan udang (Byod, 1989). Sedangkan nilai suhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan udang vaname berkisar antara 28,0 – 31,5 0C

(45)

37

Salinitas (kadar garam) air media pemeliharaan pada umumnya berpengaruh tehadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup udang (Anonim, 1985). Udang vaname dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran salinatas 15 – 25 ppt (Anonim, 1985 dan Ahmad, 1991), bahkan jenis udang windu mempunyai toleransi cukup luas yaitu antara 0 – 50 ppt. Namun apabila salinitas di bawah 5 ppt dan di atas 30 ppt biasanya pertumbuhan udang windu relatif lambat, hal ini terkait dengan proses osmoregulasi dimana akan mengalami gangguan terutama pada saat udang sedang ganti kulit dan proses metabolisme.

pH

Tingkat kesaman (pH) tanah banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor pembentuknya, antara lain bahan organik dan berbagai jenis organisme air yang mengalami pembusukan, logam berat (besi, timah dan bouksit, dll). Biasanya pH tanah dasar tambak yang rendah diikuti tingginya kandungan bahan organik tanah yang terakumulasi dan tidak terjadi oksidasi yang sempurna (Anonim, 1985). pH tanah yang rendah cenderung dipengaruhi oleh kandungan logam berat seperti besi, timah dan logam lainnya. pH tanah yang optimal untuk kegiatan budidaya udang dan ikan berkisar antara 6,5 – 8,0 (Boyd, 1992).

Oksigen terlarut

Jumlah kandungan oksigen (O2) yang terkandung dalam air disebut oksigen terlarut. Satuan kadar oksigen terlarut adalah ppm (part per million). Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya temperatur, salinitas, pH dan bahan organik. Salinitas semakin tinggi, kelarutan oksigen semakin rendah. Kelarutan oksigen untuk kebutuhan minimal pada air media pemeliharaan udang adalah > 3 ppm.

Ammonia (NH3)

Kandungan ammonia dalam air media pemeliharaan merupakan hasil perombakan dari senyawa-senyawa nitrogen organik oleh bakteri atau dampak dari penambahan pupuk yang berlebihan. Senyawa ini sangat beracun bagi organisme perairan walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Konsentrasi amonia yang mampu ditolerir untuk kehidupan udang dewasa < 0,3 ppm (Ahmad, 1991 dan Boyd, 1989), dan ukuran benih < 0,1 ppm.

(46)

38

Kandungan nitrit yang tinggi didalam perairan sangat berbahaya bagi udang dan ikan, karena nitrit dalam darah mengoksidasi haemoglobin menjadi meta-haemoglobin yang tidak mampu mengedarkan oksigen, kandungan nitrit sebaiknya lebih kecil dari 0,3 ppm. Kadar oksigen terlarut dalam air merupakan faktor pembatas dan sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses nitrifikasi. Pada salinitas di atas 20 ppt, batas ambang aman nitrit adalah < .2 ppm

B. Latihan

Jawablah pertanyaan dengan singkat dan jelas

7. Ada 3 cara dalam menentukan jumlah pakan udang sebutkan 8. Apa yang dimaksud pemberian pakan dengan cara blind feeding 9. Jelaskan yang dimaksud probiotik

10. Apa kegunaan probiotik dalam budidaya udang 11. Mengapa sisa plankton yang mati harus dibuang

C. Rangkuman

Pakan merupakan komponen penting karena mempengaruhi pertumbuhan udang dan lingkungan budidaya serta memiliki dampak fisiologis dan ekonomis. Kelebihan penggunaan pakan akan mengakibatkan bahan organic yang mengendap terlalu banyak sehingga menurunkan kualitas air, demikian juga kekurangan pakan akan berdampak pada pertumbuhan udang yang tidak maksimal dan dapat menyebabkan kanibal, daya tahan tubuh turun dan daya tahan terhadap penyakit menurun.

Langkah-langkah menentukan kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan dapat diketahui dengan cara :

- Menentukan Food Conversation Rate (FCR), FCR diupayakan antara 1 – 1.5 - Menentukan size panen dan target biomasa

- Menentuntukan Survival Rate (SR) panen

(47)

39

udang. Sampling untuk mengetahui biomassa udang dapat dilakukan ketika udang telah berumur 30 hari dengan frekuensi 7 hari sekali. alat yang disarankan untuk sampling adalah jala tebar dengan ukuran mess size disesuaikan dengan besar udang. Waktu Sampling pada pagi atau sore hari, agar udang tidak mengalami tingkat stress yang tinggi, penentuan titik sampling disesuaikan dengan luasan tambak, jumlah titik sampling 2 – 4 titik, titik lokasi sampling berada di sekitar kincir dan di wilayah antar kincir.

Probiotik adalah mikroorganisme yang dikembangkan dan diaplikasikan melalui pakan maupun lingkungan yang bertujuan memperkuat daya tahan tubuh udang dan atau memperbaiki kualitas air tambak. Probiotik ini bersifat non patogenik dan dikembangkan secara masal pada media kultur sesuai dengan tujuannya.

Untuk menjaga kesehatan udang perlu dilakukan tindakan sebagai berikut : - Mengurangi endapan organik secara cepat pada masa pemeliharaan.

- Mengurangi gas beracun H2S, NH3, NO2 sampai batas ambang yang diizinkan. - Mengatur pertumbuhan plankton yang diinginkan udang dengan menyediakan

unsur hara yang sesuai.

D. Evaluasi

Jawablah pertanyaan dengan (B) jika benar dan (S) jika salah.

1. Pengaruh pemberian pakan yang berlebih adalah dapat menimbulkan dampak fisiologis maupun ekonomis. Secara fisiologis udang akan menurun daya tahan tubuhnya

2. Penentuan jumlah pakan harian pada pemeliharaan udang yang telah berumur 30 hari lebih hanya dapat dilakukan dengan metode blind feeding

3. Salah satu usaha dalam menjaga kualitas air agar tetap dalam kondisi ideal bagi pertumbuhan udang adalah dengan aplikasi probiotik, yang salah satunya berfungsi sebagai perombak bahan organic.

4. Salinitas yang ideal untuk pertumbuhan udang vaname adalah lebih dari 30 ppt 5. pada suhu rendah metabolisme udang menjadi rendah dan secara nyata

(48)

40

E. Umpan balik dan tindak lanjut

Cocokan jawaban dengan kunci jawaban test formatif yang terdapat diakhir modul ini. Hitung jawaban yang benar, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan saudara terhadap materi ini.

Arti tingkat penguasaan: 90-100%= baik sekali 80-89% = baik 70-79% = cukup < 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan modul selanjutnya. Jika masih dibawah 80% anda harus mengulangi kegiatan belajar tersebut, terutama bagian yang belum dikuasai.

Tingkat penguasaan =

Jumlah jawaban yang benar

Jumlah soal

(49)

41

MATERI POKOK V

Panen

A. Materi

1. Penentuan waktu panen

Pemeliharaan udang vaname pada pertumbuhan normal akan mencapai berat sekitar 17-20 gram setelah berumur 120 hari. Perhitungan saat panen yang tepat adalah dengan memperhitungkan biaya operasional kususnya pakan yang dibutuhkan harus lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan udang

Perencanaan waktu panen sudah ditentukan ketika diawal perencanaan kegiatan budidaya, karena terkait dengan kebutuhan pakan dan disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan udang, jika udang yang dipelihara pertumbuhannya normal, maka waktu panen dapat sesuai dengan perencanaan awal dan disesuiakan dengan harga dipasar, tetapi jika laju pertumbuhan udang sangat terlambat, dan jika diteruskan hanya menambah biaya pakan, maka lebih baik segera dilakukan panen.

Jika pertumbuhan udang sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan perencanaan antara lain :

- Antisipasi banyaknya udang yang mengalami ganti kulit (Moulting), dengan meminimalkan perubahan-perubahan yang ekstrim di air tambak, terkait dengan kualitas air.

- Satu minggu sebelum jadwal panen, dilakukan pengapuran setiap 2 hari sekali , dengan dosis 5-10 ppm tujuannya adalah untuk menjaga kebutuhan kalsium yang diperlukan udang

- Panen dimulai pada malam hari, untuk menjaga kualitas udang, sehingga di pagi hari biasa dilakukan penimbangan.

- Telah disiapkan air bersih, untuk mencuci udang sebelum dimasukan ke air dingin - Telah dipersiapkan air dingin, untuk menjaga kesegaran dan kualitas udang tidak

menurun.

2. Teknik panen

Panen dapat dilakukan secara total maupun selektif, tergantung permintaan pasar.

Setelah mempelajari materi pokok V penyuluhan ini pelaku utama dan atau

pelaku usaha/penyuluh perikanan dapat memahami dan menjelaskan cara

(50)

42

- Panen selektif.

Panen selektif dilakukan apabila hanya sebagian saja yang dipanen. Pada penjualan dalam bnetuk hidup, jumlah yang dibutuhkan terbatas. Apabila secara perhitungan ekonomi telah menguntungkan maka dapat dilakukan panen. Penangkapan dilakukan dengan menggunakan jala tebar. Hasil panen dikumpulkan dalam bak dengan volume minimal 500 liter dan diberi aerasi serta kondisi air adalah dingi dengan suhu 25oC. Selanjutnya udang ditimbang dan dimasukan dalam container mobil yang telah didesain dengan unit aerasi.

- Panen total

Panen total adalah panen secara keseluruhan biomassa di tambak. Alat yang digunakan berupa jarring kantong yang dipasang dipintu pengeluaran atau jala tebar. Untuk tambak yang menggunakan plastic dan tidak mempunyai pintu pengeluaran maka digunakan jarring kantong. Pada tahap pertama petakan dikeringkan secara perlahan-lahan. Setelah mencapai kedalaman 20 cm selanjutnya udang dapat mulai ditangkap. Untuk menjaga udang agar tetap segar, maka selama pengangkutan ditempatkan dalam wadah bak yang telah diberi es.

Gambar 15. Panen udang dengan jarring kantong

(51)

43

B. Latihan

Jawablah pertanyaan dengan singkat dan jelas

12. Pemanenan udang dapat dilakukan dengan beberapa cara sebutkan!

13. Apa yang harus dilakukan saat panen untuk menjaga agar udang selalu dalam kondisi segar dan kualitas tetap terjaga

14. Berapa masa

Gambar

Gambar 5. Udang dengan ovarium yang sudah berkembang
Tabel 1. Perkembangan stadia udang
Table 2. Spesifikasi tambak plastik
Gambar 6. Pengeringan tambak plastic
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa tempat tumbuh yang disukai oleh Pasak bumi pada tanah miring yang tidak tergenang air (rawa).. pH, Jenis, dan

 Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga empat kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 2,10 persen, kelompok

Hadangan dengan motif anyaman tidak hanya akan menyasar petani untuk dipakai, tetapi bisa dijual kepada pendatang sebagai suvenir hasil kerja masyarakat Dolok Surungan..

Disetiap tahunnya saat musim hujan terjadi, banjir semakin meningkat di wilayah-wilayah tertentu di daerah Makassar, salah satu relawan Muhammadiyah Disaster Management

Makalah ini mengusulkan bahwa dengan modal intelektual melalui proses pembelajaran organisasi mampu memperbaharui pengetahuan organisasi, memiliki kemampuan intelektual

Hal ini ditunjukkan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun

Media MS menunjukkan nilai rata-rata tertingi untuk karakter jumlah daun yaitu 28 buah, tinggi tunas 2,25 cm dan bobot basah planlet 0,69 g, sedangkan media pupuk an- organik

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Norma Subjektif,