• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA SEKOLAH BERDASARKAN PENDEKATAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (TQM) DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Kasus pada Sekolah Menengah Atas di Provinsi Gorontalo).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KINERJA SEKOLAH BERDASARKAN PENDEKATAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (TQM) DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Kasus pada Sekolah Menengah Atas di Provinsi Gorontalo)."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

Kata Pengatar Hal. i

Ucapan Terima Kasih Hal. iii

Daftar Isi Hal. v

Daftar Gambar Hal. vii

Daftar Tabel Hal. ix

Daftar Lampiran Hal. xii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Identifikasi Masalah ………. 5

1.3 Batasan Masalah ………... 5

1.4 Rumusan Masalah ………. 6

1.5 Tujuan Penelitian ……….. 6

1.6 Manfaat Penelitian ………. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Manajemen ………. 9

2.1.2 Teori Manajemen Operasi ……….... 10

2.1.3 Teori Manajemen Mutu Terpadu (TQM) ……… 12

2.1.4 Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dalam Pendidikan ……… 20

2.1.5 Model Manajemen Mutu Terpadu (TQM)……… 24

2.1.6 Penerapan Model Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dalam Lingkungan Sekolah ……….. 49

2.1.7 Hasil Belajar Siswa ………... 59

2.2 Kerangka Pemikiran ………... 61

(2)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2.4 Hipotesis Penelitian ……… 72

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi, objek dan subyek Penelitian……….. 67

3.2 Metode Penelitian ……….. 71

3.3 Definisi Operasional Variabel………. 73

3.4 Instrumen Penelitian……… 78

3.5 Pengembangan Instrumen……… 79

3.6 Teknik Pengumpulan Data……… 81

3.7 Teknik Analisis Data……… 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi profil sekolah………. 84

4.1.2 Gambaran kinerja Sekolah Menengah Atas (SMA) berdasarkan indikator manajemen mutu terpadu (TQM………. 96

4.1.3 Gambaran hasil belajar siswa……….. 142

4.1.4 Pengujian hipotesis………..……… 147

4.1.5 Hubungan karakteristik sekolah dengan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa………..……… 155

4.2 Pembahasan 4.2.1 Analisis kinerja sekolah berdasarkan indikator manajemen mutu terpadu………..……… 166

4.2.2 Analisis hasil belajar siswa………. 176

4.2.3 Analisis pengaruh kinerja TQM sekolah terhadap hasil belajar siswa……… 177

(3)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan……… 179

5.2Saran………. 182

(4)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perhatian terhadap penjaminan mutu telah menjadi isu penting di hampir seluruh organisasi baik organisasi yang berorientasi laba maupun organisasi nirlaba, baik sektor swasta maupun sektor publik, baik organisasi penghasil barang maupun penghasil jasa. Sektor pendidikan yang merupakan sektor publik adalah salah satu lembaga yang dituntut untuk menempatkan mutu sebagai perhatian utama karena pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pula.

(5)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

satuan pendidikan. Semua kegiatan – kegiatan penjaminan mutu ini merujuk pada ketentuan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yakni Standar Nasional Pendidikan. Namun semua kegiatan yang tercakup dalam peraturan menteri tersebut belum mencerminkan sebuah sistim manajemen kualitas menyeluruh yang menyentuh semua sisi penjaminan mutu. Manajemen kualitas mutu yang banyak dikampanyekan adalah penerapan sistim manajemen ISO 9000 yang belum benar – benar menyentuh sisi mutu yang sesungguhnya dan pelaksanaannya masih terbatas pada konsistensi dan kesesuaian dokumen administrasi kegiatan . Pengukuran kinerja dalam sistim manajemen ISO 9000 yang dilakukan lewat audit internal dan audit eksternal belum mampu mengungkap seluruh kelemahan yang menyangkut performansi organisasi dan pada akhirnya belum mampu memenuhi kepuasan pelanggan yang merupakan salah satu dimensi mutu.

Untuk itu diperlukan sebuah usaha untuk mendorong dan memotivasi warga sekolah dan seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk lebih mengenal dan mempelajari konsep mutu dan berbagai pendekatan, teknik dan inovasi yang terkait dengan mutu. Salah satu pendekatan yang banyak digunakan dalam rangka penjaminan mutu adalah pendekatan manajemen mutu terpadu (total quality management / TQM). Pendekatan TQM ini memang lahir dari gerakan – gerakan revolusi terhadap perbaikan kualitas produk di industri barang, namun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan dalam sektor publik seperti bidang pendidikan karena falsafahnya adalah perbaikan secara terus menerus lewat perbaikan budaya, komunikasi dan komitmen dari seluruh komponen organisasi.

(6)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kajian – kajian ilmiah dalam rangka pengukuran dan prediksi tentang kesiapan lembaga pendidikan dalam memanfaatkan teknik ini. Kajian tentang TQM ini juga secara signifikan akan memberikan gambaran tentang perlu tidaknya teknik yang berasal dari dunia korporasi ini diterapkan dalam lingkungan pendidikan yang segala sisi kegiatannya bersifat humanis.

Pembahasan tentang TQM memang tidak pernah terlepas dari pembahasan tentang mutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan, maka pembicaraan tentang TQM dalam lingkungan sekolah adalah pembahasan tentang sejauh mana proses pendidikan sekolah diarahkan untuk mencapai tuntutan pelanggan. Pertanyaan selanjutnya adalah siapa sebenarnya yang layak disebut pelanggan dalam dunia pendidikan. Peserta didik dan orang tuanya, pemerintah daerah maupun pusat adalah pihak yang secara langsung dan tidak langsung mendanai pelaksanaan pendidikan di sekolah sehingga diberbagai sumber tulisan mereka disebut sebagai pelanggan utama pendidikan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa aplikasi TQM dilingkungan sekolah adalah penerapan prinsip – prinsip TQM dalam rangka pencapaian tuntutan para pelanggan tersebut.

(7)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lingkungan sekolah adalah memenuhi kepuasan pelanggan, melalui perbaikan pada proses dan pelibatan pihak terkait secara total, dengan menempatkan siswa sebagai

“klien” utama. Pelaksanaan manajemen mutu dilingkungan sekolah memang sangat

berbeda dengan yang terjadi di dunia industri barang bahkan tetap berbeda bila dibandingkan dengan organisasi penyedia jasa. Manajemen mutu di lingkungan sekolah merupakan hal yang kompleks dan tidak sederhana disebabkan perbedaan yang sangat jelas antara bentuk layanan dan “produk” yang dihasilkan. Menghasilkan manusia – manusia baru yang terdidik tidak dapat disamakan dengan menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas. Untuk itu perlu adanya sebuah usaha pemetaan dan pengukuran tentang bagaimana kondisi kinerja sekolah saat ini jika di lihat dari sudut pandang manajemen mutu terpadu, juga tentang sejauh mana warga sekolah sadar tentang mutu dan teknik – teknik penjaminan mutu serta bagaimana pihak sekolah menjalankan usaha penjaminan mutunya. Hal terpenting dalam usaha pengukuran ini adalah untuk mengetahui efektifitas penerapan falsafah manajemen mutu terpadu dalam lingkungan sekolah. Untuk itu, pengukuran kinerja sekolah dengan manajemen mutu terpadu ini disandingkan dengan pengukuran hasil belajar siswa, karena salah satu tujuan utama dari penerapan manajemen mutu terpadu di lingkungan sekolah adalah untuk meningkatkan kualitas dan daya saing lulusan sekolah dengan salah satu indikatornya berupa hasil belajar siswa.

(8)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dibawah tingkatannya yakni Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Dasar (SD).

1.2 Identifikasi Masalah

Berbagai permasalahan yang terjadi di sekolah sehubungan dengan penjaminan mutu: 1. Bagaimanakah tingkat pemahaman kepala sekolah terhadap konsep penjaminan

mutu secara umum dan penjaminan mutu pendidikan secara khusus?

2. Bagaimanakah tingkat pemahaman warga sekolah lainnya terhadap konsep penjaminan mutu secara umum dan penjaminan mutu pendidikan secara khusus? 3. Bagaimanakah gambaran pelaksanaan penjaminan mutu sekolah yang berjalan

selama ini?

4. Model / pendekatan apa yang digunakan dalam pelaksanaan penjaminan mutu sekolah yang berjalan selama ini?

5. Apakah pelaksanaan penjaminan mutu sekolah berbanding lurus dengan kinerja sekolah?

6. Apakah proses pelaksanaan penjaminan mutu sekolah berbanding lurus dengan kinerja sekolah yang diukur berdasarkan standar nasional pendidikan?

7. Sejauh mana peran Dinas Pendidikan Provinsi dan Kab/Kota dalam menstimulasi pelaksanaan penjaminan mutu di sekolah?

1.3 Batasan Masalah

(9)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

untuk pendalaman penelitian. Untuk itu permasalahan tersebut diatas dapat dibatasi menjadi

1. Gambaran kinerja Sekolah Menengah Atas (SMA) secara keseluruhan di Provinsi Gorontalo berdasarkan indikator pendekatan manajemen mutu terpadu / total quality management (TQM).

2. Gambaran hasil belajar siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) secara keseluruhan di Provinsi Gorontalo berdasarkan indikator nilai Ujian Nasional (UN).

3. Pengaruh kinerja Sekolah Menengah Atas (SMA) di Provinsi Gorontalo berdasarkan indikator pendekatan manajemen mutu terpadu / total quality management (TQM) terhadap hasil belajar siswa.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran kinerja Sekolah Menengah Atas (SMA) secara keseluruhan di Provinsi Gorontalo berdasarkan indikator pendekatan manajemen mutu terpadu / total quality management (TQM)?

2. Bagaimanakah gambaran hasil belajar siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) secara keseluruhan di Provinsi Gorontalo berdasarkan indikator nilai Ujian Nasional (UN)?

3. Bagaimanakah pengaruh kinerja Sekolah Menengah Atas (SMA) di Provinsi Gorontalo berdasarkan indikator pendekatan manajemen mutu terpadu / total quality management (TQM) terhadap hasil belajar siswa?

1.5 Tujuan Penelitian

(10)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Mendapatkan gambaran kinerja Sekolah Menengah Atas (SMA) secara keseluruhan di Provinsi Gorontalo berdasarkan indikator pendekatan manajemen mutu terpadu / total quality management (TQM).

2. Mendapatkan gambaran hasil belajar siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) secara keseluruhan di Provinsi Gorontalo berdasarkan indikator nilai Ujian Nasional (UN)

3. Melihat pengaruh kinerja Sekolah Menengah Atas (SMA) di Provinsi Gorontalo berdasarkan indikator pendekatan manajemen mutu terpadu / total quality management (TQM) terhadap hasil belajar siswa.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain adalah: 1. Untuk SMA yang ada di Gorontalo:

a. Dapat memberikan gambaran tentang kinerja Sekolah mereka berdasarkan indikator pendekatan manajemen mutu terpadu / total quality management (TQM), sehingga dapat menjadi informasi dan pengetahuan tambahan bagi

pihak sekolah tentang peta manajemen mutu mereka serta manajemen mutu terpadu itu sendiri.

b. Dapat menyajikan sudut pandang yang berbeda dengan hasil akreditasi sekolah dalam menilai kinerja sekolah mereka.

c. Dapat memberikan gambaran prediksi tentang kesiapan pihak sekolah dalam menjalankan manajemen mutu terpadu.

2. Untuk pemangku kepentingan pendidikan di Gorontalo :

(11)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(TQM), sehingga dapat menjadi pijakan dalam pengambilan keputusan tentang

kebijakan dan program – program yang menyangkut penjaminan mutu pendidikan.

b. Dapat memberikan gambaran prediksi tentang kesiapan lembaga pendidikan dalam menjalankan manajemen mutu terpadu.

(12)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi, Obyek dan Subyek Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Provinsi Gorontalo dengan unit analisis Sekolah Menengah Atas (SMA) baik yang berstatus SMA Negeri maupun SMA Swasta. Seluruh SMA di Provinsi Gorontalo berjumlah 47 sekolah yang tersebar di enam Kabupaten / Kota yakni :

a. Kota Gorontalo; b. Kabupaten Gorontalo; c. Kabupaten Gorontalo Utara; d. Kabupaten Bone Bolango; e. Kabupaten Boalemo; f. Kabupaten Pohuwato; 3.1.2 Obyek / Variabel Penelitian

Sebagaimana disebutkan oleh Sugiyono (2009) bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, abyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sementara menurut Burhan Bungin (2011), variabel adalah sebuah fenomena (yang berubah - ubah).

(13)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Adapun subvariabel dalam kinerja sekolah berdasarkan indikator manajemen mutu terpadu / TQM adalah Planning / Perencanaan (X1), People / Kerja Tim (X2), Process

/ Proses (X3), Performance / Pengukuran Kinerja (X4), Culture / Budaya (X5),

Communication / Komunikasi (X6), Commitment / Komitmen (X7).

3.1.3 Subyek Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009).

[image:13.595.74.528.175.614.2]

Unit analisis yang akan dipelajari dalam penelitian ini adalah seluruh sekolah menengah atas (SMA) di Provinsi Gorontalo. Jumlah populasi seluruh SMA yang ada di Provinsi Gorontalo adalah 47 sekolah, yang terdiri dari :

Tabel 3.1. Daftar populasi SMA di Provinsi Gorontalo dan sebarannya

No Kabupaten / Kota Jumlah

1 Kota Gorontalo 7

2 Kabupaten Gorontalo 13

3 Kabupaten Gorontalo Utara 8

4 Kabupaten Bone Bolango 7

5 Kabupaten Boalemo 6

6 Kabupaten Pohuwato 6

Jumlah 47

Subyek penelitian yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah: 1) Pengawas sekolah

(14)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009). Populasi seluruh warga sekolah dari seluruh SMA yang ada di Gorontalo tidak memungkinkan untuk diteliti secara keseluruhan sehingga harus ditarik sampel yang dapat mewakili populasi. Penarikan sampel ini dilakukan melalui teknik sampling. Menurut Sugiyono (2009), teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling. Merujuk pada tujuan penelitian ini,

maka peneliti memutuskan untuk menggunakan teknik Probability Sampling. Menurut Sugiyono (2009), probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Probability sampling meliputi Simple Random, Proportionate Stratified Random, Disproportionate Stratified

Random dan Area Random.

Sesuai dengan karakteristik populasi yang ada, maka peneliti mengambil simple random sampling sebagai teknik sampling. Teknik ini dipilih karena

anggota populasi yakni SMA yang ada di Provinsi Gorontalo dianggap homogen. Selanjutnya, besaran jumlah sampel yang akan dijadikan sebagai responden ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu :

= N

(15)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dimana :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d2 = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)

Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, maka jumlah sampel dapat ditentukan sebagai berikut:

= 47

47 (0.1)2+ 1

= 32

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka sampel dari populasi yang akan diteliti adalah sebanyak 32 sekolah. Selanjutnya penyebaran sampel ditentukan dari banyaknya jumlah sekolah per Kabupaten / Kota dengan rumus:

� /� =

ℎ ℎ � /�

ℎ ℎ x ℎ

[image:15.595.77.532.176.709.2]

Dari perhitungan tersebut maka penyebaran sampel di setiap Kabupaten / Kota dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.2. Penyebaran sampel di setiap Kabupaten / Kota

No

Kabupaten / Kota Jumlah Populasi

Jumlah

Sampel

1 Kota Gorontalo 7 5

2 Kabupaten Gorontalo 13 10

3 Kabupaten Gorontalo Utara 8 4

4 Kabupaten Bone Bolango 7 5

(16)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6 Kabupaten Pohuwato 6 5

Jumlah 47 32

[image:16.595.76.532.127.728.2]

Adapun sekolah – sekolah yang menjadi sampel penelitian adalah:

Tabel 3.3. Daftar nama sekolah sampel penelitian

No Kabupaten / Kota Nama Sekolah

1 Kota Gorontalo SMAN 2 Gorontalo SMAN 3 Gorontalo SMAN 4 Gorontalo SMA Muhammadiyah SMA Prasetya

2 Kabupaten Gorontalo SMAN 1 Limboto SMAN 2 Limboto SMAN 1 Limboto Barat SMAN 1 Telaga

2 Kabupaten Gorontalo SMAN 1 Asparaga SMAN 1 Boliyohuto

SMA Muhammadiyah Batudaa SMA 1 Bongomeme

SMA 1 Telaga Biru SMA 1 Tolangohula 3 Kabupaten Gorontalo

Utara

SMAN 1 Kwandang SMAN 2 Kwandang SMAN 1 Anggrek SMAN 1 Atinggola SMA 1 Sumalata 4 Kabupaten Bone

Bolango

SMAN 1 Kabila SMAN 1 Suwaa SMAN 1 Bone

SMA Terpadu Wira Bhakti SMAN 1 Bulango Timur 5 Kabupaten Boalemo SMAN 1 Tilamuta

(17)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No Kabupaten / Kota Nama Sekolah

6 Kabupaten Pohuwato SMAN 1 Paguat SMAN 1 Randangan SMAN 1 Buntulia SMAN 1 Lemito SMAN 1 Popayato

3.2 Metode Penelitian

Menurut Loraine Blaxter et all (2006), sebuah penelitian dapat dikategorikan ke dalam rumpun, pendekatan dan teknik yang digunakan. Sedangkan menurut Sugiyono (2009), sebuah penelitian dapat dibedakan berdasarkan bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi dan waktunya. Penelitian “analisis kinerja sekolah berdasarkan pendekatan manajemen mutu sekolah dan hubungannya dengan hasil belajar siswa” ini didesain

(18)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dapat diamati, dapat dikonsepkan dan dapat diukur sebagai variabel – variabel yang muncul di masyarakat merupakan wilayah penelitian kuantitatif. Seluruh karakteristik penelitian kuantitatif tersebut sesuai dengan tujuan penelitian ini, sehingga peneliti berkesimpulan bahwa penelitian ini dapat dijawab dengan pendekatan kuantitatif.

Adapun penelitian survey Menurut Hutton dalam Loraine Blaxter et all (2006), adalah sebuah metode pengumpulan informasi dengan menanyakan serangkaian pertanyaan yang telah diformulasikan sebelumnya didalam urutan – urutan yang telah ditentukan sebelumnya dalam sebuah kueisioner yang telah terstruktur kepada satu sampel individu – individu yang telah ditarik untuk menjadi wakil dari sebuah populasi yang telah didefinisikan.

Berdasarkan tingkat eksplanasinya, maka penelitian ini menggunakan format deskriptif. Seperti disebutkan oleh Burhan Bungin (2011) bahwa penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi, kemudian mengangkat kepermukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut.

3.3 Definisi Operasional Variabel.

(19)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

(20)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

[image:20.842.115.793.63.485.2]

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.4. Definisi operasional variabel dan sub variabel

Variabel dan

Sub Variabel Definisi Konsep Indikator Definisi Operasional

Kinerja sekolah berdasarkan TQM

Hasil kerja dan kemajuan yang telah dicapai oleh lembaga sekolah yang diukur berdasarkan cara – cara pengaturan untuk peningkatan efektifitas, efisiensi, fleksibilitas dan persaingan. Cara – cara pengaturan tersebut diukur melalui model TQM.

Planning, People, Process, Performance, Culture,

Communication Commitment.

Respon warga Sekolah Menengah Atas (SMA) diantaranya Kepala Sekolah, Pengawas dan Guru yang dinyatakan dengan pernyataan “sangat baik” hingga “sangat tidak baik” tentang pelaksanaan tugas – tugas utamanya yang diukur berdasarkan komponen Planning, People, Process, Performance, Culture, Communication dan Commitment. Semakin baik kualitas dan

kuantitas kegiatan dari tujuah komponen tersebut, maka semakin baik pula kinerja sekolah tersebut berdasarkan TQM.

Planning /

Perencanaan

Sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.

 Pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi,

 Penetapan

partnership dan sumber daya yang sesuai

(21)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Variabel dan

Sub Variabel Definisi Konsep Indikator Definisi Operasional

 Desain mutu. perencanaan sekolah tersebut.

People /

Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan

Pelibatan karyawan adalah suatu proses untuk mengikutsertakan para karyawan pada semua level organisasi dalam pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Sementara pemberdayaan dapat diartikan sebagai pelibatan karyawan yang benar – benar berarti (signifikan).

 Terciptanya kerja tim sebagai pendekatan

terhadap “problem

solving”,

 Kreatifitas dan inovasi

 Pelaksanakan

aktifitas – aktifitas pelatihan, pendidikan dan pembelajaran untuk karyawan.

Respon warga Sekolah Menengah Atas (SMA) diantaranya Kepala Sekolah, Pengawas dan Guru yang dinyatakan dengan pernyataan “sangat baik” hingga “sangat tidak baik” tentang terciptanya kerja tim sebagai pendekatan terhadap “problem solving”, kreatifitas dan inovasi serta pelaksanakan aktifitas –

aktifitas pelatihan, pendidikan dan pembelajaran untuk seluruh komponen sekolah. Semakin baik kuantitas dan kualitas pelaksanaan ketiga komponen tersebut, maka semakin baik pelibatan dan pemberdayaan karyawan di sekolah tersebut.

Process / Proses Proses merupakan sebuah transformasi dari sekumpulan input – bisa berupa tindakan, metode maupun operasi –

 Manajemen proses yang bersifat preventif

 Pembentukan sistim

(22)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Variabel dan

Sub Variabel Definisi Konsep Indikator Definisi Operasional

menjadi output yang diinginkan dalam bentuk produk, informasi, jasa atau secara umum disebut hasil.

manajemen mutu. sistim manajemen mutu. Semakin baik kuantitas dan kualitas pelaksanaan kedua komponen tersebut, maka semakin baik kualitas seluruh proses kegiatan di sekolah tersebut.

Performance /

Pengukuran Kinerja

Pengunpulan data tentang hasil kerja dan kemajuan yang telah dicapai seseorang dalam bidang tugasnya.

 Penetapan sebuah kerangka kerja pengukuran kinerja internal dan eksternal,

 Pelaksanaan pengukuran  benchmarking.

Respon warga Sekolah Menengah Atas (SMA) diantaranya Kepala Sekolah, Pengawas dan Guru yang dinyatakan dengan pernyataan “sangat baik” hingga “sangat tidak baik” tentang penetapan sebuah kerangka kerja pengukuran kinerja internal dan eksternal, pelaksanaan pengukuran dan benchmarking. Semakin baik kuantitas dan kualitas pelaksanaan ketiga komponen tersebut, maka semakin baik pengukuran kinerja di sekolah tersebut.

Culture, /

Budaya

Pola nilai – nilai, keyakinan dan harapan yang tertanam dan berkembang di kalangan anggota organisasi mengenai pekerjaannya untuk

 Penerapan budaya TQM

 Hakikat budaya organisasi.

(23)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Variabel dan

Sub Variabel Definisi Konsep Indikator Definisi Operasional

menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas.

maka semakin baik budaya organisasi di sekolah tersebut.

Communication

/ Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dengan maksud memperoleh pengertian / persepsi yang sama.

Kualitas komunikasi dalam menjalankan  fungsi kendali,  fungsi motivasi,  fungsi pengungkapan

emosi

 fungsi informasi.

Respon warga Sekolah Menengah Atas (SMA) diantaranya Kepala Sekolah, Pengawas dan Guru yang dinyatakan dengan pernyataan “sangat baik” hingga “sangat tidak baik” tentang penerapan komunikasi yang baik dalam menjalankan fungsi kendali, fungsi motivasi, fungsi pengungkapan emosi dan fungsi informasi. Semakin baik kualitas komunikasi dalam pelaksanaan keempat fungsi tersebut, maka semakin baik komunikasi di sekolah tersebut.

Commitment /

Komitmen

Derajat identifikasi individu terhadap organisasi dan keinginan untuk melanjutkan

 Aspek sikap  Aspek kehendak.

(24)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Variabel dan

Sub Variabel Definisi Konsep Indikator Definisi Operasional

pertisipasi aktifnya di dalam organisasi.

kualitas aspek sikap dan aspek kehendak dari warga sekolah. Semakin baik kualitas pelaksanaan kedua aspek tersebut, maka semakin baik komitmen warga sekolah tersebut.

Hasil belajar siswa

Perubahan tingkah laku yang diinginkan dari diri siswa yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris.

(25)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.4 Instrumen Penelitian

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer yakni data tentang kinerja seluruh SMA yang ada di Kota Gorontalo berdasarkan indikator manajemen mutu terpadu. Fenomena kinerja sekolah ini diukur lewat tujuh indikator yakni planning / prencanaan, people / kerja tim, process / proses, performance / pengukuran kinerja, culture / budaya, communication / komunikasi dan commitment / komitmen.

2. Data sekunder yakni data tentang hasil belajar siswa yang diwakili oleh data nilai Ujian Nasional (UN) siswa SMA di Provinsi Gorontalo. Data ini tersedia di masing – masing sekolah.

(26)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, dengan atribut pilihan a, b, c, d dan e, yang diberi bobot 1 sampai dengan 5. 3.5 Pengembangan Instrumen

Sebelum digunakan untuk menjaring data, sebuah instrumen harus diuji cobakan terhadap populasi yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi penelitian. Menurut Arikunto (2003), uji coba instrumen tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas instrumen yang meliputi sekurang – kurangnya “validitas” dan “reliabilitas” instrumen. Selain itu uji coba instrumen juga penting untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan responden untuk menjawab seluruh pertanyaan dalam instrumen dan untuk mengetahui apakah ada hal – hal yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan penelitian yang sebenarnya di lapangan. Dalam penelitian ini, uji coba instrumen dilakukan terhadap 15 orang guru dan 15 orang kepala sekolah dari 15 SMA selain SMA yang menjadi sampel penelitian ini, dengan isi instrumen yang sama.

1. Uji Validitas Instrumen

(27)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Analisis validitas ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor yang ada pada setiap item dengan skor total. Perhitungan validitas ini dilakukan secara komputerisasi dengan program SPSS versi 17 (hasil perhitungan terdapat pada lampiran). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai koefisien korelasi antara setiap item dengan total item (rhitung), kemudian dibandingkan dengan nilai

koefisien korelasi tabel (rtabel). Dengan α sebesar 0.05 dan jumlah sampel uji coba

sebesar 30 orang, diperoleh nilai rtabel sebesar 0,244. Selanjutnya dapat dikatakan

bahwa jika rhitung lebih besar dari rtabel (rhitung ≥ 0,244) maka item pernyataan dalam

instrumen tersebut valid. Selanjutnya, jika rhitung lebih kecil dari rtabel (rhitung < 0,244)

maka item pernyataan dalam instrumen tersebut tidak valid. Hasil perhitungan uji validitas ini memperlihatkan bahwa dari 126 item pernyataan dalam instrumen (untuk variable manajemen mutu terpadu / TQM) terdapat 12 item pernyataan yang tidak valid.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

(28)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Wawancara.

Wawancara yang akan digunakan adalah wawancara semi standar (semistandardized interview), yaitu pewawancara membuat garis besar pokok – pokok pembicaraan, namun dalam pelaksanaannya pewawancara mengajukan pertanyaan secara bebas. Pokok – pokok pertanyaan yang dirumuskan tidak perlu dipertanyakan secara berurutan dan pemilihan kata – katanya juga tidak baku tetapi dimodifikasi pada saat wawancara berdasarkan situasinya.

2. Kuisioner.

Sebagaimana disebutkan oleh Sugiyono (2009), kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pengumpulan data lewat kuisioner ini dipilih dengan alasan efisiensi karena peneliti telah tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan telah tahu pasti apa yang bisa diharapkan dari responden.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

(29)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bagaimana gambaran kinerja sekolah berdasarkan indikator manajemen mutu terpadu dan bagaimana gambaran hasil belajar siswa. Penggunaan statistik deskriptif ini diwakili oleh penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, perhitungan modus, median, mean, perhitungan rata – rata, standar deviasi dan perhitungan persentase.

2. Statistik inferensial, digunakan untuk menganalisis lebih lanjut data sampel yang selanjutnya digunakan untuk menarik kesimpulan. Statistik inferensial ini digunakan untuk menjawab pertanyaan ketiga yakni tentang bagaimana pengaruh kinerja sekolah berdasarkan indikator manajemen mutu terpadu terhadap hasil belajar siswa. Penggunaan statistik inferensial ini diwakili oleh pengolahan data dengan menggunanakan teknik regresi linear sederhana dan regresi berganda.

Teknik pengolahan data dengan regresi linear sederhana dilakukan untuk mencari pengaruh setiap sub variabel kinerja TQM terhadap hasil belajar siswa, yakni:

a. Pengaruh sub variabel perencanaan (X1) terhadap variabel hasil belajar siswa (Y).

b. Pengaruh sub variabel karyawan (X2) terhadap variabel hasil belajar siswa (Y).

c. Pengaruh sub variabel proses kerja (X3) terhadap variabel hasil belajar siswa (Y).

d. Pengaruh sub variabel pengukuran kinerja (X4) terhadap variabel hasil belajar

siswa (Y).

e. Pengaruh sub variabel budaya kerja (X5) terhadap variabel hasil belajar siswa

(Y).

f. Pengaruh sub variabel komunikasi (X6) terhadap variabel hasil belajar siswa (Y).

(30)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Teknik pengolahan data dengan regresi berganda dilakukan untuk mencari pengaruh seluruh sub variabel kinerja TQM tersebut secara simultan terhadap hasil belajar siswa, yakni:

Pengaruh sub variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan X7 secara bersama – sama terhadap

variabel hasil belajar siswa (Y).

Teknik pengolahan data dengan regresi sederhana dan berganda ini didahului dengan uji asumsi. Jika semua uji asumsi ini terpenuhi, maka teknik pengolahan data dengan regresi sederhana dan berganda dapat dilanjutkan. Uji asumsi ini terdiri dari:

a. Uji normalitas, digunakan untuk mengetahui apakah data yang diolah memiliki distribusi normal, dengan menggunakan teknik statistik Shapiro – Wilk.

b. Uji linearitas, digunakan untuk melihat pola linear antara variabel – variabel yang akan dihubungkan.

(31)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan proses analisis data sesuai dengan rumusan masalah, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan

1. Secara keseluruhan, kinerja SMA di Provinsi Gorontalo berdasarkan manajemen mutu terpadu (TQM) termasuk dalam kategori tinggi, dengan pencapaian tertinggi ada pada aspek komunikasi dan komitmen, sedangkan pencapaian terendah ada pada aspek pengukuran kinerja dan proses kerja. Secara parsial pencapaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Aspek perencanaan yang dilakukan di SMA di Provinsi Gorontalo termasuk dalam kategori tinggi. komponen yang paling baik pelaksanaannya terkait dengan aspek perencanaan sekolah ini adalah komponen desain mutu, sedangkan elemen – elemen yang tidak dijalankan dengan baik adalah:

1) Penyusunan rencana kerja sekolah, yang hanya mengadaptasi dari rencana kerja sekolah lain / mengulang dari perencanaan tahun sebelumnya.

2) Partnership, terutama kerjasama dengan perguruan tinggi lokal dan luar daerah.

(32)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Aspek karyawan di SMA di Provinsi Gorontalo termasuk dalam kategori tinggi. Komponen yang paling baik pelaksanaannya terkait dengan aspek karyawan ini adalah komponen pengembangan kapasitas guru, sedangkan elemen – elemen yang tidak dijalankan dengan baik adalah:

1) Kerjasama antar sesama guru melalui program mentoring / coaching.

2) Kreatifitas dan inovasi terkait dengan penggunaan metode dan alat bantu pembelajaran yang bervariasi.

3) Pengembangan kapasitas guru yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah antara lain melalui kegiatan In House Training dan seminar.

c. Aspek proses kerja di SMA di Provinsi Gorontalo termasuk dalam kategori tinggi. Komponen yang paling baik pelaksanaannya terkait dengan aspek proses

kerja ini adalah komponen sistim manajemen mutu, sedangkan elemen – elemen yang tidak dijalankan dengan baik adalah:

1) Kesiapan sarana dan prasarana sekolah.

2) Kegiatan monitoring dan supervisi yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah.

3) Realisasi layanan bimbingan dan konseling bagi siswa.

4) Penyusunan SOP (Standard Operating Procedur) kegiatan dan kesesuaian pelaksanaannya dengan POS yang telah disusun.

d. Aspek pengukuran kinerja di SMA di Provinsi Gorontalo termasuk dalam kategori tinggi. Komponen yang paling baik pencapaiannya terkait dengan aspek pengukuran kinerja ini adalah komponen persepsi tentang evaluasi dari sekolah, sedangkan elemen – elemen yang tidak dijalankan dengan baik adalah:

(33)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2) Penetapan rencana pengukuran kinerja.

3) Penelusuran kepuasan siswa terhadap metode pengajaran yang dilakukan guru.

e. Aspek budaya kerja di SMA di Provinsi Gorontalo termasuk dalam kategori tinggi. Komponen yang paling baik pencapaiannya terkait dengan aspek budaya

kerja ini adalah komponen rasa ikut memiliki organisasi, sedangkan elemen – elemen yang tidak dijalankan dengan baik adalah:

1) Keadilan 2) Penghargaan

3) Pemberian informasi tentang kinerja dan kualitas.

f. Aspek komunikasi di SMA di Provinsi Gorontalo termasuk dalam kategori sangat tinggi. Komponen yang paling baik pencapaiannya terkait dengan aspek

komunikasi ini adalah komponen media komunikasi, sedangkan elemen – elemen yang tidak dijalankan dengan baik adalah:

1) Fungsi komunikasi terkait dengan fungsi pengungkapan emosi. 2) Fungsi komunikasi terkait dengan fungsi kendali.

3) Komunikasi eksternal dengan orang tua siswa.

g. Aspek komitmen kepala sekolah SMA di Provinsi Gorontalo termasuk dalam kategori sangat tinggi. Komponen yang paling baik pencapaiannya terkait dengan aspek komitmen ini adalah komponen kesediaan memajukan organisasi, sedangkan elemen – elemen yang pencapaiannya kurang adalah:

(34)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Hasil belajar siswa SMA di Provinsi Gorontalo berdasarkan nilai ujian nasional (UN) untuk tahun ajaran 2010/2011 termasuk dalam kategori baik, sedangkan hasil belajar siswa SMA di Provinsi Gorontalo berdasarkan nilai ujian akhir sekolah (UAS) untuk tahun ajaran 2010/2011 termasuk dalam kategori sangat baik.

3. Dari perhitungan dan analisis data yang dilakukan, diketahui bahwa aspek – aspek kinerja TQM sekolah, secara simultan, memberikan pengaruh dan kontribusi yang cukup signifikan terhadap hasil belajar siswa. Adapun hubungan antara kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa termasuk dalam kategori “kuat”.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti ingin memberikan beberapa rekomendasi kepada pihak sekolah dan stakeholder pendidikan lainnya, yakni: 1. Sejatinya, seluruh warga sekolah terutama kepala sekolah, perlu membangun

(35)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kontribusinya terhadap hasil belajar siswa. Siswa sebagai pelanggan eksternal pertama dan utama, akan menjadi fokus utama perhatian pelayanan sekolah, sesuai dengan tujuan utama manajemen mutu terpadu, yakni orientasi pelanggan.

2. Aspek perencanaan merupakan hal yang penting dan paling awal dilakukan dalam membentuk sebuah manajemen yang baik. Dari hasil analisis temuan, penulis memberikan beberapa saran untuk mengoptimalkan aspek perencanaan sekolah, yakni:

a. Penyusunan rencana sekolah hendaknya benar – benar dilakukan secara mandiri di setiap tahun oleh para pimpinan sekolah dengan melibatkan para guru dan staf. Penyusunan rencana kerja sekolah hendaknya tidak hanya mengadaptasi dari rencana kerja sekolah lain atau mengulang rencana kerja tahun sebelumnya. Penyusunannya harus memperhatikan hasil – hasil pengukuran kinerja serta kondisi dan situasi sekolah terkini.

(36)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Untuk menjamin konsistensi dan keteraturan pelaksanaan kegiatan – kegiatan sekolah, perlu adanya penyusunan prosedur dan tata kerja atau Standard Operating Procedur (SOP) untuk seluruh kegiatan utama yang terjadi di sekolah,

terutama kegiatan administrasi, monitoring dan supervisi serta kegiatan evaluasi kerja.

3. Aspek karyawan mencakup beberapa unsur unsur pokok TQM yakni team work, pendidikan dan pelatihan serta pelibatan karyawan. Untuk itu aspek karyawan perlu diperkuat dengan beberapa hal berikut:

a. Mengadakan program mentoring / coaching di sekolah sebagai perwujudan kerja sama antar guru. Program ini dapat diterjemahkan sebagai pendampingan atau pembimbingan guru senior atau guru yang memiliki kompetensi lebih terhadap guru lainnya.

b. Memajukan kerja sama antar guru, pengawas dan kepala sekolah. Ketiga unsur tersebut harusnya menjadi partner kerja yang baik, mengutamakan kerja sama dengan saling berdiskusi dan bertukar pengetahuan serta informasi.

c. Menstimulasi sifat kreatif dan inovatif guru terutama dalam hal penggunaan metode dan alat bantu pembelajaran yang bervariasi, untuk mendapatkan pembelajaran yang berkualitas.

(37)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Aspek proses kerja merupakan aspek yang esensial dalam manajemen mutu terpadu, sebab aspek inilah yang membicarakan tentang penjaminan mutu dan sistim manajemen mutu. Aspek proses kerja di SMA di Provinsi Gorontalo termasuk dalam kategori tinggi, namun belum optimal, terutama dalam hal proses penjaminan mutu. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan aspek proses kerja adalah: a. Melengkapi sarana dan prasarana sekolah.

b. Memperhatikan intensitas kegiatan monitoring dan supervisi oleh pengawas dan kepala sekolah, yang harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan monitoring dan supervisi hendaknya tidak hanya dilakukan sebagai kegiatan formalitas semata. Kegiatan ini harus benar – benar dilakukan berlandaskan kerja sama yang baik dilengkapi dengan prosedur kerja yang baik pula. Hasil supervisi kelas hendaknya tercatat dengan baik dan menjadi bahan data / peta kompetensi dan kinerja guru. Hasil supervisi juga hendaknya diserahkan pada guru yang bersangkutan untuk menjadi bahan pembelajaran dan perbaikan.

c. Memperhatikan kesesuaian dan konsistensi pelaksanaan kegiatan dengan Standard Operating Procedur (SOP) yang telah disusun. Hal ini diperlukan untuk

membentuk sistim manajemen mutu sekolah yang baik. Standard Operating Procedur (SOP) tidak perlu menjadikan pelaksanaan kegiatan sekolah menjadi

kaku. Standard Operating Procedur (SOP) diperlukan untuk memudahkan pekerjaan dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Aspek pengukuran kinerja di SMA di Provinsi Gorontalo termasuk dalam kategori tinggi, namun belum optimal, terutama dalam hal penetapan rencana pengukuran

(38)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Membuat perencanaan pengukuran kinerja. Melalui perencanaan yang baik, sekolah dapat melakukan pengukuran kinerja secara efektif dan efisien. Termasuk dalam Perencanaan pengukuran kinerja adalah pengukuran kinerja mana saja yang akan dilaksanakan (Evaluasi Diri Sekolah, Benchmarking, Akreditasi sekolah, Penetapan sekolah standar nasional, Audit ISO, pengukuran eksternal lainnya), mekanisme pelaksanaannya serta tindak lanjut perbaikan.

b. Melaksanakan kegiatan benchmarking. Benchmarking merupakan salah satu elemen penting dalam manajemen mutu terpadu (TQM) yang penerapannya akan sangat bermanfaat bagi institusi pendidikan.

c. Melakukan penelusuran kepuasan siswa terhadap metode pengajaran yang dilakukan guru. Kegiatan ini perlu dilakukan secara berkala untuk mengetahui suasana psikologi dan tingkat pemahaman siswa terkait dengan metode pengajaran yang dilakukan guru. Hal ini sejalan dengan prinsip TQM yakni kepuasan pelanggan.

6. Aspek budaya kerja merupakan salah satu soft component yang turut mempengaruhi terciptanya manajemen mutu terpadu yang baik. Sesuai dengan analisis temuan data, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan aspek budaya kerja, yakni:

a. Mengutamakan asas keadilan. Kepala sekolah hendaknya memperlakukan semua guru dan staf dengan adil serta memastikan bahwa hak – hak mereka terpenuhi. b. Mengutamakan penghargaan. Kepala sekolah dan pengawas hendaknya senantiasa

(39)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Memberikan informasi tentang kinerja dan kualitas. Kepala sekolah dan pengawas hendaknya selalu menginformasikan kepada para guru dan staf tentang kinerja dan kualitas mereka. Penyampaian informasi tersebut perlu dilakukan sebagai bahan refleksi dan perbaikan, dan bukan sebagai bahan untuk mengadili para guru dan staf terkait dengan kinerja dan kualitas mereka. Budaya penyampaian informasi kinerja dan kualitas ini harus didahului dengan pemberian pemahaman kepada para guru dan staf akan pentingnya informasi ini demi perbaikan kinerja dan kualitas mereka. Pemahaman ini penting, agar budaya pemyampaian informasi ini dapat memberikan sebesar – besarnya manfaat bagi peningkatan kualitas guru dan staf. 7. Aspek komunikasi di SMA di Provinsi Gorontalo termasuk dalam kategori sangat

tinggi, namun belum optimal, terutama dalam hal fungsi komunikasi. Beberapa hal

yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan aspek komunikasi adalah:

a. Pimpinan sekolah hendaknya menyediakan sarana yang memungkinkan guru dan staf untuk menyampaikan keluh kesahnya. Pimpinan sekolah dan pengawas juga hendaknya senantiasa mendengarkan keluhan dan harapan para guru dan staf. b. Pimpinan sekolah hendaknya senantiasa menginformasikan pada seluruh guru dan

staf tentang semua aturan yang diberlakukan di sekolah. pimpinan sekolah juga hendaknya senantiasa memberikan teguran pada guru dan staf yang melakukan kesalahan.

(40)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

(41)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Blaxter, L., et all, 2006. How To Research (Seluk Beluk Melakukan Riset) Edisi kedua, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Bungin, B., 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu – ilmu Sosial Lainnya), Kencana Prenada Media Group,

Jakarta.

Ellitan, L., & Anatan, L., 2008. Manajemen Operasi:Konsep dan Aplikasi, PT Refika Aditama, Bandung.

Griffin, R., W., 2004. Manajemen: Edisi 7, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta. Griffin, R., W., 2004. Manajemen: Edisi 7, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kuntjoro, Z. S., 2009. Komitmen Organisasi, http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp, (diunduh pada tanggal 12 Maret 2012)

Mangkunegara A.A.A.P., 2008. Perilaku dan Budaya Organisasi, PT Refika Aditama, Bandung.

Nasution M.N.,2010. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Ghalia Indonesia, Jakarta.

Oakland, J., S., 2000. Total Quality Management Text With Cases (Second Edition), Butterworth-Heinemann, Oxford, Burlington.

Oakland, J., S., 2003. Total Quality Management Text With Cases (Third Edition), Butterworth-Heinemann, Oxford, Burlington.

(42)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Robbins, S. P., and Coulter, M., 2010. Manajemen, Edisi kesepuluh. Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Rochaety, E., dkk, 2008. Sistim Informasi Manajemen Pendidikan, PT Bumi Aksara, Jakarta. Sallis, E., 2010. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan (Peran Strategis Pendidikan di Era

Globalisasi Modern), IRCiSoD, Jogjakarta.

Schermerhorn, J. R. Jr., 2003. Manajemen Buku 1 (Edisi Bahasa Indonesia, Management 5e), Penerbit Andi, Yogyakarta.

Soewarso, H., 2004. Total Quality Management. Penerbit Andi, Jakarta.

Sudjana, N., 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), cv. Alfabeta, Bandung.

Suwarto, F.X., dan Koeshartono, D., 2009. Budaya Organisasi, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Tjiptono, F.,dan Diana, a., 2003. Total Quality Manajemen, Andi Offset, Yogyakarta.

Umiarso, dan Gojali, I., 2011. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, IRCiSoD, Jogjakarta.

Usman, H., 2010. Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan) Edisi 3. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Wahjono, S.I., 2010. Perilaku Organisasi, Graha Ilmu, Jakarta.

(43)

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Yulianie, dkk., 2003. Rasa percaya, Komitmen Organisasi dan Rasa Berdaya Tim (Empowered Team) Pada Karyawan Instansi Pemerintah di Surabaya. Dalam

Jurnal Anima Vol. 18, Surabaya.

Penelitian Kuantitatif, http://id.wikipedia.org/wiki/ Penelitian_kuantitatif, (diunduh pada tanggal 30 maret 2012)

Keputusan Menteri Pendidikan No 60 Tahun 2002 tentang Pedoman pendirian sekolah Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan Indonesia Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi Pendidikan Indonesia

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang Sarana dan prasarana sekolah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 63 Tahun 2009, tentang Sistim Penjaminan Mutu Pendidikan

Gambar

Tabel 3.1.  Daftar populasi SMA di Provinsi Gorontalo dan sebarannya
Tabel 3.2. Penyebaran sampel di setiap Kabupaten / Kota
Tabel 3.3. Daftar nama sekolah sampel penelitian
Tabel 3.4. Definisi operasional variabel dan sub variabel

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan dalam penelitian ini dibatasi pada pengertian perubahan hasil belajar siswa saat sebelum dan sesudah pembelajaran yang melibatkan keterampilan metakognitif

Penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan Kostanjevec (2012), pada anak sekolah di Slovenia, menunjukkan bahwa setelah dilakukan pemberian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas karena penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil dan aktivitas belajar mahasiswa pendidikan matematika yang

• yang memiliki kecakapan, pengetahuan, sikap dan kesiapan agar berhasil dalam bekerja dengan orang lain atau bekerja secara mandiri, yang akan membantu

Setiap pemikiran baru dapat ditambahkan disini, namun harus dilihat apakah pemikiran tersebut langsung berhubungan dengan pusat (ide pokok) atau dengan cabang pada level 1,

Verifikatif Analisis, yaitu menguji dan mendialogkan data yang diperoleh dari hasil di lapangan, karena peneliti ingin mengetahui apakah kriteria memilih calon menantu yang

Varietas Pioneer 22 dan Bisma pada kondisi tercekam NaCl memperlihatkan selisih kadar NH 4 + yang meningkat dibandingkan pada kondisi tanpa cekaman yaitu masing-masing 4.39

pendapatan Bakrieland juga dipengaruhi oleh stabilitas kondisi makro ekonomi. Ketika terjadi gejolak perekonomian seperti peningkatan suku bunga dan inflasi, atau terjadi fluktuasi