• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Jenis Motivasi Prososial pada Anggota Muda Wanadri SAR di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Jenis Motivasi Prososial pada Anggota Muda Wanadri SAR di Kota Bandung."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran mengenai jenis motivasi prososial yang dominan pada anggota muda SAR Wanadri di Kota Bandung, berikut faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan teori Motivasi Prososial dari Janusz Reykowski.

Sampel penelitian berjumlah 20 orang. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skenario motivasi prososial bersifat semi proyektif yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori motivasi prososial Janusz Reykowsky. Alat ukur divalidasi menggunakan content validity. Alat ukur terdiri dari 10 item yang menggambarkan tipe motivasi prososial. Data yang dijaring diolah menggunakan teknik content analysis dan dipaparkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang.

Berdasarkan pengolahan data ditemukan bahwa 65% dari anggota muda Wanadri memiliki tipe motivasi prososial dominan Intrinsic Motivation. Sisanya sebesar 35% anggota memiliki tipe motivasi prososial dominan Endocentric Prosocial Motivation. Aspek yang paling menonjol pada anggota muda Wanadri SAR Intrinsic Prosocial Motivation ialah aspek keadaan yang menghalangi yaitu 60%.. Sedangkan aspek paling menonjol pada anggota muda Wanadri SAR Endocentric Motivation ialah aspek keadaan yang mendahului dan kualitas tindakan yaitu 30%.

(2)

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This research was conducted in order to describe the dominant prosocial motivation within SAR Wanadri Bandung members along with the influencing factors. This research was based on Janusz Reykowski’s theory of Prosocial Motivation.

Samples in this amounted to 20 respondents. The sampling method utilized in this research is purposive sampling. The instrument in this research is a Prosocial Motivation Scenario having semi-projective characteristics. The instrument was created by researcher according to Janusz Reykowski’s theory of Prosocial Motivation. The instrument was validated by content validity. The instrument was consisted of 10 items which indicated Prosocial Motivation Type. The data obtained was processed using content analysis and delivered in the form of frequency distribution and cross tabulations.

Based on the data analysis, it was found that 65% of SAR Wanadri Bandung members having a dominant Intrinsic Motivation type of Prosocial Motivation. The rest of SAR Wanadri Bandung members amounted to 35% having a dominant Endocentric Prosocial Motivation type. The most dominant aspect within SAR Wanadri Bandung members with the former type is Inhibitory Conditions amounted to 60%, whereas the latter group most dominant aspect is qualitative characteristics of an act amounted to 30%.

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL……… i

LEMBAR PENGESAHAN………. ii

ABSTRACT………. iii

ABSTRAK……….. iv

KATA PENGANTAR……….. v

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL………. vii

DAFTAR BAGAN……… viii

DAFTAR LAMPIRAN………. viiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Identifikasi Masalah………... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………... 6

1.3.1 Maksud Penelitian……….. 6

1.3.2 Tujuan Penelitian………... 7

1.4 Kegunaan Penelitian……….. 7

1.4.1 Kegunaan Teoritis……….. 7

1.4.2 Kegunaan Praktis………... 7

1.5 Kerangka Pikir……… 8

(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Motivasi Prososial……… 18

2.1.1 Definsi Tingkah Laku dan Motivasi Prososial………... 18

2.1.2 pengertian Motivas Prososial………. 19

2.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pembentukan Motivasi Prososial…… 19

2.1.4 Proses Motivasi Prososial………. 20

2.1.5 Macam-Macam Motivasi Prososial……….. 23

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Dapat Menmpengaruhi Motivasi Prososial………. 25

2.2 Karateristik Perkembangan Pada Masa Dewasa ………. 30

2.2.1.Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal……… 30

2.2.2.Karateristik Kognitif Pada Masa Dewasa Awal ……….. 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian………... 32

3.2 Bagan Rancangan Penelitian……… 32

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….. 33

3.3.1 Variabel Penelitian ………. 33

3.3.2 Definisi Operasional ……….. 33

3.4 Alat Ukur ………. 35

3.4.1 Alat Ukur Motivasi Prososial ………... 35

3.4.2 Sistem Pemberian Nilai…. ……….. 38

(5)

3.4.4 Validitas Alat Ukur……… 39

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling………. 40

3.5.1 Populasi Sasaran ………... 40

3.5.2 Karateristik Sampel ……….. 40

3.6 Teknik Analisis Data ……….. 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden……… 41

4.2 Hasil Penelitian……….. 42

4.2.1 Motivasi Prososial Anggota Muda SAR Wanadri... 42

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian……….. 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 55

5.2 Saran……… 56

5.2.1 Saran Untuk Pengembangan Penelitian………... 56

5.2.2 Saran Guna..………. 56

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RUJUKAN

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi alat ukur

Tabel 4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2.1 Hasil Penelitian Jenis Motivasi Pada Pengurus

Tabel 4.3.1 Tabulasi Silang Jenis Motivasi pada Aspek Kondisi Awal

Tabel 4.3.2 Tabulasi Silang Jenis Motivasi pada Aspek Kondisi Yang Diharapkan

Tabel 4.3.3 Tabulasi Silang Jenis Motivasi pada Aspek Keadaan yang Memfasilitasi

Tabel 4.3.4 Tabulasi Silang Jenis Motivasi pada Aspek Keadaan yang Menghalangi

(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir ………... 20

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : KUESIONER MOTIVASI PROSOSIAL

LAMPIRAN II : KUESIONER DATA PENUNJANG

LAMPIRAN III : PROFIL WANADRI

LAMPIRAN IV : DATA PRIMER

LAMPIRAN V : DATA PENUNJANG

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Seringkali mendapatkan

panggilan zamrud khatulistiwa. Meskipun demikian, Indonesia juga pernah terkena bencana

alam yang menghebohkan dunia. Seperti tsunami yang melanda Daerah Istimewa Aceh di

tahun 2004. Korban jiwa yang tercatat terdapat sekitar 280 ribu jiwa (Zakiya, 2012). Selain

tsunami, Indonesia juga pernah mengalami letusan gunung berapi yang besar. Di tahun 2014,

gunung Kelud meledak untuk kesekian kalinya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB) memastikan korban tewas letusan gunung Kelud berjumlah 4 orang. Pernyataan itu

disampaikan menyusul dengan adanya laporan yang menyebutkan bahwa korban dampak

letusan Kelud mencapai 7 orang (Hakim, 2014). Meskipun bila kedua bencana alam

dibandingkan dari segi korban jiwa, letusan Gunung Kelud tidak memakan jumlah korban

jiwa yang banyak. Letusan ini menyebabkan hujan abu di berbagai daerah Indonesia, terlebih

pada pulau Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Ketika terjadi bencana-bencana alam seperti itu, seringkali terjadi adanya orang yang

hilang. Dalam situasi demikian, terdapat organisasi yang bergerak di bidang pencinta alam

yang berkecimpung juga dalam pencarian orang hilang yang diakibatkan oleh bencana alam

di pelosok nusantara. Lembaga ini bernama Wanadri SAR. Pada awal tahun 1964, Wanadri

SAR sudah berdiri, namun saat tahun 1970 lembaga ini mulai dikenal banyak pihak. Pada 13

Mei 2012, terjadi bencana pesawat sukhoi di gunung salak bogor. Soma Suparsa yang

(10)

mengirim bebrapa anggota muda dan senior untuk melakukan pencarian korban pesawat

Sukhoi.

Individu yang ingin bergabung dengan Wanadri SAR harus menjalani beberapa tes

sebelum resmi diterima oleh Wanadri SAR. Tes-tes tersebut adalah tes medis, fisik,

pengetahuan umum, dan psikotes standar TNI. Setelah individu menjalani seluruh tes dan

diterima, setiap anggota diseleksi kembali dalam pendidikan dasar selama 1 bulan yang

mencakup dasar pendidikan SAR dan kemasyarakatan, pendidikan fisik, memelajari alam dan

lingkungan, dan keahlian teknis lainnya. Hingga saat ini, anggota aktif Wanadri di seluruh

Indonesia berdasarkan daftar keanggotaan resmi terdapat lebih dari 1000 orang.

Wanadri SAR di sekretariat Bandung sendiri terdiri dari tenaga ahli, pelindung,

pejabat, penasihat, dan anggota muda. Tenaga ahli, pelindung, pejabat dan penasihat adalah

staff administrasi dan logistik yang bekerja di balik meja sekretariat Wanadri SAR. Staff

administrasi Wanadri SAR umumnya sudah memiliki pekerjaan sebagai sumber nafkah

utama. Anggota Wanadri SAR yang terjun ke lapangan untuk menangani serta membantu

korban bencana alam adalah anggota muda Wanadri SAR. Anggota muda ini sebagian besar

terdiri dari mahasiswa.

Pada dasarnya, Wanadri adalah kumpulan sekelompok orang yang mencintai

kehidupan di alam bebas. Organisasi Wanadri adalah organisasi yang memiliki aturan dan

norma yang khas, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang senantiasa berlaku dan dihormati

anggotanya. Secara umum, visi Wanadri adalah menjadi sebuah organisasi pendidikan untuk

mendidik manusia, khususnya anggotanya, agar mempunyai nilai-nilai yang terkandung

dalam janji dan hakikat Wanadri. Salah satu poin yang terdapat dalam janji dan hakikat

Wanadri yaitu bertindak sopan dan hormat sesama manusia dan sanggup menolong sesama

(11)

Menurut Soma Suparsa sebagai koordinator SAR, tugas utama anggota Wanadri SAR

yaitu menemukan para korban. Selama menjalani tugas, anggota Wanadri SAR tidak banyak

mengalami hambatan dalam proses pencarian korban. Hambatan yang didapatkan oleh

anggota adalah salah pengertian antara Wanadri dengan pihak lain yang bersangkutan dengan

bencana alam, seperti BNPB, TNI dan warga sekitar. Selain itu juga terdapat masalah

internal, seperti ego dari masing-masing anggota yang tidak mau di tempatkan dengan suatu

tim karena memiliki masalah pribadi dengan rekan dalam tim.

Lebih lanjut lagi, menurut Soma Suparna, anggota SAR Wanadri disaat terjadinya

bencana alam, lebih banyak yang berinisiatif untuk mengajukan diri berpartisipasi dalam

bencana alam dibandingkan dipilih oleh koordinasi lapangan. Anggota SAR Wanadri

mendapatkan motivasi lebih dari keluarga korban yang meminta langsung kepada mereka

agar dapat menolong atau menyelamatkan anggota keluarganya yang menjadi korban

bencana.

Proses dalam evakuasi korban dalam suatu bencana alam, diawali dengan

pembentukan tim yang dikoordinasi oleh koordinator lapangan. Kemudian meninjau lokasi

bencana alam, memungkinkan atau tidak untuk menjangkau dengan menggunakan fasilitas

yang tersedia. Setelah memastikan lokasi, pihak Wanadri bekerjasama dengan BNPB atau

institusi terkait lainya seperti TNI mengenai apa yag bisa dilakukan dan lokasi bencana mana

saja yang diizinkan untuk anggota Wanadri telusuri, yang hingga akhirnya evakuasi korban

tercapai sesuai tujuan awal melakukan evakuasi, dimana korban bencana dapat ditemukan

dan dikembalika kepada keluarga korban.

Disetiap bencana alam, akan ada harapan dari keluarga korban untuk dapat

mendapatkan jenazahnya apabila korban bencana alam tersebut meninggal disaat bencana

alam terjadi dan anggota Wanadri membantu evakuasi, bagi pihak institusi yang

(12)

memang sudah berpengalaman dalam membantu evakuasi korban bencana alam. Anggota

Wanadri sendiri mendapatkan pengalaman disaat terjun langsung mengevakuasi korban

bencana alam.

Dari hasil survey awal menunjukan bahwa anggota muda Wanadri SAR di sekretariat

Bandung yang berjumlah sebanyak 131 orang. Sebanyak 105 (80,15%) anggota muda

berstatus sebagai mahasiswa dan sisanya sudah memiliki pekerjaan. Berdasarkan wawancara

dengan 15 anggota muda Wanadri SAR, sebanyak 15 dari 15 orang (100%) adalah

mahasiswa. Sebanyak 14 dari 15 orang (93,33%) menyatakan bahwa mereka mulai terjun ke

Wanadri SAR dengan tujuan untuk membantu korban bencana alam dikarenakan sejalan

dengan minat mereka untuk berkegiatan sosial di universitas. Sebanyak 1 dari 15 orang

(6,67%) menyatakan bahwa dirinya bergabung dengan Wanadri SAR dikarenakan ajakan dari

teman-temannya dan merasa bahwa kegiatan yang dilakukan bersama Wanadri SAR

merupakan suatu kegiatan yang baik.

Berdasarkan hasil survey awal juga ditemukan bahwa sebanyak 12 dari 15 anggota

muda Wanadri SAR (80%) menilai bahwa dengan bergabung di Wanadri SAR akan

memberikan kesan yang baik pada bagian pengalaman berorganisasi. Sisanya sebanyak 3 dari

15 anggota muda Wanadri SAR (20%) menilai bahwa bergabung dengan Wanadri SAR

merupakan panggilan hidupnya dan salah satu sarana untuk menjalankan keinginannya dalam

membantu individu lain yang mengalami masalah.

Sebagai anggota muda Wanadri SAR yang turun ke lapangan, diwajibkan untuk

memiliki rasa kemanusiaan dan itikad membantu sesamanya guna menunjang dirinya dalam

menjalani tugasnya.Berdasarkan wawancara dengan 15 anggota muda Wanadri SAR,

ditemukan sebanyak 3 dari 15 (20%) anggota muda Wanadri SAR sebagian besar bergabung

dengan Wanadri SAR karena minatnya untuk berkegiatan sosial. Hasil wawancara

(13)

ternyata memiliki tujuan juga untuk mendapatkan kesan yang baik untuk pengalaman

berorganisasi.

Usia anggota muda wanadri SAR rata-rata usia mahasiswa 18-23 tahun. Santrock

membagi tahap perkembangan pada masa dewasa menjadi tiga, yaitu dewasa awal, madya

dan akhir. Masa dewasa awal dimulai pada umur awal 20 tahun hingga akhir 30 tahun. Masa

dewasa madya dimulai dari umur 40 tahun hingga 60 tahun sedangkan pembimbing dengan

usia 60 tahun ke atas dikatakan telah berada pada tahap perkembangan dewasa akhir

(Santrock, 2004).

Tugas perkembangan pada masa dewasa awal menurut Santrock antara lain; mencapai

kemandirian pribadi dan ekonomi, memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan

(perkambangan karir), memilih pasangan, membentuk hubungan yang lebih intim dengan

seseorang/memilih teman hidup, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, bersiap utnuk

pernikahan dan kehidupan keluarga, serta mengasuh dan membesarkan anak.

Dalam menjalani tugas-tugas sosial yang berhubungan erat dengan kemanusiaan,

diharapkan dapat tulus dalam melaksanakannya tanpa mengharapkan imbalan seperti pujian

atau gaji. Ketulusan ini dapat disebut dengan istilah motivasi prososial. Eisenberg (1982)

menyatakan bahwa motivasi prososial adalah tingkah laku yang secara nyata dimaksudkan

untuk menguntungkan orang lain tanpa memperhatikan motif pribadi. Motivasi prososial

merupakan suatu proses yang dimulai dengan kondisi yang mendahului, kondisi yang

memfasilitasi, kondisi yang menghalangi, perkiraan hasil yang diharapkan, dan berakhir pada

kualitas tindakan yang dilakukan. Kelima proses ini dipengaruhi oleh dua jenis sistem

kognitif yang terdapat pada individu yaitu standards of well-being dan standards of social

behavior.

Kedua jenis sistem kognitif ini menghasilkan tiga macam motivasi prososial. Ketiga

(14)

endocentric motivation, dan intrinsic prosocial motivation. Ipsocentric motivation adalah kondisi yang memunculkan motivasi prososial disebabkan adanya harapan akan reward dari

lingkungan (berupa pujian, keuntungan materi, atau sebagainya), atau untuk menghindari

kerugian.

Endocentric motivation mengarah pada kondisi penyebab motivasi prososial yang merupakan aktualisasi dari norma yang berkaitan dengan self-esteem dirinya (Eisenberg,

1982). Intrinsic prosocial motivation adalah kondisi penyebab motivasi prososial yang

muncul karena persepsi terhadap kebutuhan akan pertolongan dari orang lain. Pada anggota

muda Wanadri SAR, diharapkan yang muncul adalah tipe motivasi prososial yang bertipe

intrinsic prosocial motivation. Hal ini dikarenakan janji dan hakikatWanadri yang mencoba untuk menolong korban bencana alam.

Dengan demikian, bila motivasi prososial yang ada pada anggota muda Wanadri SAR

merupakan tipe ipsocentric motivation, maka kinerjanya dapat menurun bila tidak terdapat

kompensasi yang dinilai setimpal dengan usaha yang dikerahkan oleh para anggota Wanadri

SAR. Berdasarkan pemaparan-pemaparan sebelumnya, peneliti memutuskan untuk membuat

penelitian mengenai tipe motivasi prososial pada anggota muda Wanadri SAR Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah utama penelitian ini adalah mencoba untuk mencari tahu tipe

motivasi prososial apa yang terdapat pada anggota muda Wanadri SAR Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tipe motivasi prososial

yang terdapat pada anggota Wanadri SAR Bandung berdasarkan proses yang terjadi

(15)

menghalangi, perkiraan hasil yang diharapkan dan kualitas tindakan yang dilakukan

oleh anggota Wanadri SAR Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran jenis motivasi prososial

yang terdapat pada anggota muda Wanadari SAR Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan pada ilmu Psikologi

khususnya dalam bidang Psikologi Sosial guna memperkaya pembahasan

mengenai motivasi prososial.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan penelitian lain agar dapat

menambahkan informasi dalam penelitian lainnya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan oleh pimpinan

Wanadri SAR guna mengetahui motvasi prososial yang dominan pada anggota

mudaWanadri SAR.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi anggota muda

Wanadri SAR mengenai tipe motivasi prososial yang mereka miliki sehingga

dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik lagi sejalan dengan visi dan misi

(16)

1.5 Kerangka Pikir

Anggota muda Wanadri SAR adalah individu yang bertugas untuk

menghadapi bencana alam. Tugas ini beresiko karena dapat membahayakan

keselamatan pribadi. Meskipun berbahaya, anggota muda Wanadri SAR tetap

berupaya menunaikan tugasnya untuk menyelamatkan korban bencana. Menurut

Santrock (2004), anggota muda Wanadri SAR termasuk pada tahap dewasa awal yang

dimulai pada umur 20 tahun hingga akhir 30 tahun. Santrock mengemukakan

beberapa tugas perkembangan pada masa dewasa awal, yaitu mencapai kemandirian

pribadi dan ekonomi, memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan

(perkambangan karir).

Menurut Reykowski (1982), tingkah laku prososial meliputi fenomena yang

luas seperti menolong, membagi, mengorbankan diri sendiri dan menghormati norma

yang berlaku, atau dapat dikatakan, bahwa tingkah laku seseorang tersebut

berorientasi pada perlindungan, meningkatkan pemeliharaan atau kesejahteraan dari

obyek sosial yang eksternal, yaitu orang tertentu, suatu kelompok, suatu masyarakat

sebagai kesatuan, suatu institusi sosial, atau sesuatu yang bersifat simbolik seperti

ideologi, sistem atau moralitas (Reykowski dalam Eisenberg, 1982).

Tindakan menolong yang dilakukan oleh para anggota muda yang tergabung

dalam Wanadri SAR untuk menghadapi bencana alam yang beresiko karena dapat

membahayakan keselamatan pribadinya dapat disebut sebagai tingkah laku prososial.

Perilaku prososial yang dilakukan oleh Anggota muda Wanadri SAR yang bertujuan

menyelamatkan individu lain merupakan salah satu bentuk tindakan yang dihasilkan

karena motivasi prososial. Motivasi prososial sendiri memiliki arti dorongan,

keinginan, hasrat dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri yang

(17)

mencapai tujuan yaitu memberi perlindungan, perawatan dan meningkatkan

kesejahteraan dari objek sosial eksternal baik itu manusia secara perorangan,

kelompok, atau suatu perkumpulan secara keseluruhan, institusi sosial atau sesuatu

yang menjadi simbol, seperti contohnya adalah ideologi atau sistem moral.

(Reykowski, dalam Eisenberg, 1982)

Anggota muda Wanadri SAR memiliki dorongan, keinginan, atau hasrat

dalam dirinya untuk mencapai tujuan sebagai anggota Wanadri SAR yaitu

menyelamatkan korban bencana alam dan mencari jenazah. Menurut Eisenberg

(1982) terdapat lima proses yang terjadi hingga muncul motivasi prososial. Lima

proses tersebut adalah kondisi yang mendahului, perkiraan hasil yang diharapkan,

kondisi yang memfasilitasi, kondisi yang menghalangi, kualitas tindakan.

Kondisi yang mendahului adalah kondisi individu untuk melakukan tindakan

prososial atau alasan individu dalam melakukan tindakan prososial (Eisenberg, 1982).

Perkiraan hasil yang diharapkan adalah perkiraan konsekuensi awal yang diterima

karena melakukan tindakan prososial. Kondisi yang memfasilitasi adalah kondisi yang

mendukung untuk melakukan tindakan prososial.Kondisi yang menghalangi adalah

kondisi yang menghambat seseorang untuk melakukan tindakan prososial. Kualitas

tindakan adalah ciri khas orientasi minat tindakan prososial pada individu.

Kelima proses ini akan menghasilkan salah satu dari tiga tipe motivasi

prososial yaitu Ipsocentric Motivation, Endocentric Motivation, dan Intrinsic

Prosocial Motivation (Eisenberg, 1982). Setiap tipe motivasi prososial memiliki kelima proses, namun proses ini berbeda dari segi kualitasnya (Eisenberg, 1982).

Pengarahan dan pengerahan motivasi prososial yang ada dalam ketiga tipe motivasi

(18)

motivasi prososial oleh Eisenberg (1982) disebut sebagai struktur kognitif. Struktur

kognitif ini memiliki standar-standar, posisinya di dalam sistem, dan nilai-nilai afeksi.

Menurut Reykowski (1982), dari tiga jenis motivasi, yaitu Ipsocentric

Motivation, Endocentric Motivation, dan Intrinsic Prosocial Motivation dipengaruhi oleh dua jenis standar dalam sistem kognitif yaitu Standards of Well-being dan

Standards of Social Behavior. Standards of Well-being pada umumnya memiliki nilai mencari keuntungan pribadi atau untuk kesejahteraan diri sendiri atau untuk

menghindari hilangnya keuntungan pribadi. Standards of Social Behavior pada

umumnya diarahkan untuk mempertahankan keadaan normal orang lain secara

eksternal dan keinginan untuk memerbaiki kondisi individu lain.

Demikian juga halnya struktur kognitif yang ada pada anggota muda Wanadri

SAR, dapat terbagi menjadi dua jenis standar. Anggota muda Wanadri SAR dengan

struktur kognitif Standards of Well-being pikirannya berpusat mengenai keuntungan

pribadi atau kesejahteraan dirinya sendiriatau untuk menghindari hilangnya

keuntungan pribadi dari segi materi maupun bukan materi seperti hadiah uang,

pujian, rasa dihormati maupun menghindari rasa malu akibat cemoohan lingkungan

atau anggota lainnya. Selain itu, anggota muda Wanadri SAR yang pikirannya

berpusatoleh standards of well-being dalam melaksanakan perilaku prososial akan

dikontrol oleh antisipasi terhadap perubahan yang dapat terjadi pada self-esteem

tergantung pada norma sosial mengenai tingkah laku yang pantas untuk dilakukan.

Di sisi lain, anggota muda Wanadri SAR dengan struktur kognitif Standards of

Social Behavior akan diwarnai dengan kesejahteraan orang lain. Anggota muda Wanadri SAR akan menunjukkan perilaku prososial yang diarahkan untuk

mempertahankan keadaan normal orang lain dan keinginan untuk memerbaiki kondisi

(19)

membantu keadaan individu yang membutuhkan. Oleh sebab itu, anggota muda

Wanadri SAR membantu para korban menghadapi bencana alam dengan cara

langsung terjun ke daerah bencana. Bantuan yang dilakukan untuk memerbaiki

kondisi orang lain seperti mencari korban hilang, membantu korban untuk

menemukan keluarga yang hilang, dan lain sebagainya. Untuk anggota yang

berhalangan tidak bisa membantu secara langsung,sebagian besar membantu di kantor

Wanadri untuk memberi info dan mengirim logistik yang diperlukan untuk anggota

yang terjun langsung ke lokasi bencana alam ataupun untuk para korban.

Bila dikaitkan dengan ketiga tipe motivasi prososial yang ada Reykowski

(dalam Eisenberg, 1982) berpendapat bahwa ipsocentric motivation dan endocentric

motivation merupakan bagian dari Standards of Well-being. Hal ini disebabkan fokus utama motivasi prososial yang ada pada individu selalu mengarah pada kesejahteraan

diri pribadi. Sedangkan intrinsic prosocial motivation merupakan bagian dari

Standards of Social Behavior. Hal ini disebabkan karena pola pikir maupun pusat perhatian motivasi prososial terkait selalu mengarah pada keinginan untuk

memperbaiki atau menolong kondisi individu yang membutuhkan.

Menurut Janusz Reykowski, bila individu mengembangkan salah satu

mekanisme perilaku prososial maka hal tersebut akan mengakibatkan terhambatnya

perkembangan mekanisme lainnya (Janusz Reykowski dalam Eisenberg, 1982).

Dalam diri individu pada dasarnya terdapat ketiga jenis motivasi prososial, namun

pada diri individu hanya terdapat satu jenis motivasi prososial yang paling dominan.

Jadi, apabila individu melakukan perilaku prososial dengan ipsocentric motivation,

akan menghambat individu tersebut untuk melakukan perilaku prososial dengan

(20)

Pada Ipsocentric Motivation, tahap awal yaitu kondisi awal yang mendahului

yang memunculkan tingkah laku prososial adalah adanya harapan akan hadiah dari

lingkungan, atau untuk menghindari kerugian. Bila ditinjau pada anggota muda

Wanadri SAR, kondisi awal pada anggota yang memiliki tipe ipsocentric motivation

dimulai dari penilaian ada atau tidaknya keuntungan materi yang dapat diperoleh,

seperti mengharapkan adanya hadiah dari keluarga korban yang ditolong. Selain

keuntungan, anggota muda Wanadri SAR juga dapat menilai bahwa kondisi yang

menyebabkan tingkah laku prososial merupakan upaya untuk terhindar dari hukuman

seperti tidak ditugaskan kembali dilapangan ataupun diganti dengan tim lain dari

atasan maupun rekan sejawatnya. Pada tahap kondisi yang menghalangi, anggota

muda Wanadri SARakan lebih condong mengantisipasi kepastian menerima

keuntungan pribadi akibat bertindak prososial seperti dipuji oleh warga atau rekan

sejawat. Selanjutnya pada proses kondisi yang memfasilitasi, anggota muda Wanadri

SAR menilai ada atau tidaknya peningkatan hadiah yang diterima seperti kenaikan

tingkat keanggotaan ataupun menjadi sosok pahlawan bagi warga. Pada proses

perkiraan hasil yang diharapkan, anggota muda Wanadri SAR mempertimbangkan

kerugian-kerugian yang dapat diperolehnya bila bertindak prososial seperti

mengalami cedera fisik saat bertugas. Keempat proses sebelumnya berujung pada

kualitas tindakan, pada proses terakhir ini anggota muda Wanadri SAR menunjukkan

kecenderungan bertindak prososial dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang

dapat diterima oleh dirinya dibandingkan kebutuhan yang diperlukan orang lain.

Proses dalam endocentric motivation berfokus pada kondisi yang

memunculkan tingkah laku prososial tersebut adalah aktualisasi dari norma yang

berkaitan (Eisenberg, 1982). Anggota muda Wanadri SAR dengan tipe endocentric

(21)

kewajiban yang harus dijalani karena bekerja sebagai anggota Wanadri SAR.

Selanjutnya dalam proses kondisi yang menghalangi, anggota muda Wanadri SAR

memperkirakan rasa bangga yang didapatkan setelah bertindak prososial atau

memperkirakan akan terhindar dari rasa malu karena gagal menjalankan tugasnya

sebagaimana yang tercantum pada aturan-aturan Wanadri SAR. Proses kondisi yang

memfasilitasi anggota muda Wanadri SAR berpusat pada kesesuaian aturan

lingkungan dengan aturan yang dimiliki dirinya sebelum bertindak prososial seperti

menjaga kondisi fisik tetap prima (aturan lingkungan) agar mampu memberikan

kinerja lebih baik dari pada rekannya (aturan pribadi). Proses pada perkiraan hasil

yang diharapkan mengarah pada ketidaksesuaian lingkungan dengan pribadi anggota

muda Wanadri SAR sehingga menghambat munculnya tindakan prososial seperti saat

berlibur, dirinya tidak mau diganggu meskipun terdapat bencana alam besar. Seluruh

proses sebelumnya mengarahkan minat anggota muda Wanadri SAR dalam proses

kualitas tindakanyang berkecenderungan untuk bertindak prososial semata-mata bila

sesuai dengan dirinya atau guna terhindar dari rasa malu karena gagal memenuhi

ketentutan yang ada dalam dirinya. Dengan demikian, anggota muda Wanadri SAR

akan menolong individu lain sebagaimana anggota tersebut anggap pantas tanpa

mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya dari individu terkait.

Pada Intrinsic Prosocial Motivation, hasil yang ingin dicapai atau diperkirakan

oleh seseorang adalah bahwa orang yang dibantu tersebut telah mendapatkan

pertolongan (Eisenberg, 1982). Anggota muda Wanadri SAR yang memiliki tipe

intrinsic prosocial motivation akan memiliki proses kondisi yang mendahului dengan menilai tindakan prososial disebabkan adanya individu lain yang kesulitan sehingga

anggota muda Wanadri SAR akan menolong individu terkait. Dalam proses kondisi

(22)

individu yang dinilai mengalami masalah akan menjadi lebih baik lagi seperti pada

saat bencana terjadi anggota muda Wanadri SAR berupaya tidak hanya

menyelamatkan korban namun juga berusaha memastikan korban tercukupi

kebutuhan dasarnya. Selanjutnya dalam proses kondisi yang memfasilitasi, anggota

muda Wanadri SAR berpikir bahwa kebutuhan untuk bertindak prososial merupakan

kebutuhan yang muncul dari pihak korban kebakaran. Di sisi lain, dalam proses

perkiraan hasil yang diharapkan, anggota muda Wanadri SAR dapat mengurungkan

niat bertindak prososial bilamana ada suatu keinginan prbadi yang bukan merupakan

kebutuhan korban bencana seperti korban menuntut anggota muda Wanadri SAR

mencari bendaberharga milik korban tanpa peduli anggota muda Wanadri SAR perlu

menyelamatkan atau mencari jenazah korban bencana lainnya. Seluruh proses

sebelumnya mengarahkan anggota muda Wanadri SAR dalam proses kualitas

tindakan berkecenderungan melakukan tindakan prososial dengan memperhatikan

kebutuhan individu yang menjadi sasaran bantuan. Hal ini juga menyebabkan

ketepatan dari segi kualitas bantuan yang diberikan anggota muda Wanadri SAR

terhadap korban kebakaran yang dibantu oleh anggota terkait.

Motivasi prososial individu juga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari pola asuh dalam keluarga

dan lingkungan sosial. Dilihat dari pola asuh dalam keluarga, Ronald Cohen (1972)

mengatakan bahwa sosialisasi dalam keluarga mengenai perilaku prososial dapat

mendukung perkembangan dari salah satu jenis motivasi prososial dan menghambat

perkembangan jenis motivasi yang lain. Tingkah laku prososial akan berkembang

melalui respon yang diberikan oleh orangtuanya yang akan mempengaruhi kualitas

perilaku prososialnya. Seseorang yang diajarkan mengenai tindakan prososial dengan

(23)

reward), akan menimbulkan ipsocentric motivation. Disisi lain, individu yang diberikan informasi mengenai efek sosial dari tindakan mereka, meskipun tanpa

adanya external material reward, intrinsic prosocial motivation akan berkembang.

Selanjutnya, motivasi inilah yang dapat terus berkembang pada diri individu (Janusz

Reykowski dalam Eisenberg, 1982).

Faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi prososial lainnya, adalah

lingkungan sosial memiliki pengaruh dengan adanya kontak yang dilakukan

berkali-kali dan respon dari lingkungan sosial mengenai akibat dari perilaku individu yang

akan mengakibatkan intrinsic prososial motivation menjadi berkembang pada diri

individu. Adanya kontak yang dilakukan berkali-kali akan menghasilkan peningkatan

kesukaan pada obyek tersebut. Dengan kata lain, interaksi dengan lingkungan sosial

menghasilkan emosi positif. Emosi positif ini merupakan bukti dari perkembangan

kognitif sehingga individu yang melakukan kontak berkali-kali dan feedback

berkesempatan untuk memiliki perkembangan kognitif yang lebih baik tentang orang

lain yang akan membuat individu memiliki pengetahuan informasi yang cukup untuk

mengenali kebutuhan orang yang dibantu (Janusz Reykowski dalam Eisenberg, 1982).

Faktor internal yang dapat memengaruhi perkembangan motivasi prososial

pada individu mencakup jenis kelamin dan usia (terutama mengenai perkembangan

kognitif dan moral) dalam diri individu itu sendiri. Mengenai jenis kelamin,

terdapatnya signifikansi pada laki-laki dan perempuan dalam generousity (suka

memberi, penyayang, pengasih, suka menolong dan suka beramal) dan perilaku

helpfulness &comforting (suka menolong, memberikan bantuan dan memberikan ketenangan atau penghiburan) dan menemukan bahwa perempuan lebih generousity,

lebih helpfulness & lebih comforting dibandingkan laki-laki. Ditemukan juga

(24)

&helpfulness, dimana tingkat atau level moral judgment yang tinggi ini akan merujuk

kepada intrinsic prosocial motivation yaitu perilaku menolong untuk memberikan

kondisi yang positif kepada obyek sosial. Keterangan diatas menunjukkan bahwa

jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap motivasi prososial (Darlev & Latane dalam

Eisenberg 1982).

Seluruh pemaparan ini dapat dirangkum dalam skema sebagai berikut:

Motivasi prososial

(25)

1.6 Asumsi

1. Tindakan anggota muda Wanadri SAR dilandasi motivasi prososial

2. Motivasi prososial dapat dibedakan ke dalam tiga jenis motivasi, yaitu

- Ipsocentric Motivation dipengaruhi oleh adanya reward atau keuntungan personal; - Endocentric Motivation dipengaruhi oleh adanya norma-norma dan aturan-aturan,

dan ;

- Intrinsic Prosocial Motivationdipengaruhi oleh adanya empati dalam diri seseorang terhadap penderitaan obyek sosial eksternal.

3. Setiap anggota muda memiliki ketiga jenis Prosocial Motivation dalam dirinya,

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil yang diperoleh maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebanyak 65% anggota muda SAR Wanadri di kota Bandung memiliki Intrinsic

Prosocial Motivation, dan 35% anggota memiliki Endocentric Motivation. Yang artinya, anggota muda SAR Wanadri menolong secara sukarela.

2. Aspek yang paling menonjol pada anggota muda Wanadri SAR Intrinsic

Prosocial Motivation ialah aspek keadaan yang menghalangi yaitu 60%. Yang artinya anggota muda SAR Wanadri memiliki ketertarikan akan kebutuhan yang sebenarnya dari

orang yang dibantu.

3. Aspek yang paling menonjol pada anggota muda Wanadri SAR Endocentric

Motivation ialah aspek keadaan yang mendahului dan kualitas tindakan yaitu 30%. Yang artinya anggota muda SAR Wanadri memiliki tindakan untuk peningkatan self-esteem

(27)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka peneliti mengajukan

beberapa saran, yaitu :

5.2.1 Saran untuk Pengembangan Penelitian

1. Untuk referensi tentang pengaruh aspek-aspek motivasi prososial pada motivasi

prososial.

2. Untuk referensi penelitian mengenai keterkaitan motivasi prososial tentang motivasi

prososial dengan faktor-faktor penunjang. Salah satunya yaitu pola asuh orang tua.

5.2.2 Saran Guna

1. Bagi anggota muda Wanadri, hasil penelitian ini bisa menjadi informasi untuk

mengetahui motivasi menolong orang lain melalui aspek-aspek motivasi prososial

sehingga dapat menolong dengan tepat

2. Bagi organisasi Wanadri, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk program

(28)

ANGGOTA MUDA WANADRI SAR DI KOTA BANDUNG

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha Bandung

Disusun Oleh :

Anggara Destariksawan

0733052

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(29)
(30)
(31)

Puji syukur dan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa

untuk segala berkat, penyertaan, dan kasih karunia selama ini, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penelitian yang berjudul ”Studi Deskriptif Mengenai Jenis Motivasi

Prososial Pada Anggota Muda Wanadri di Kota Bandung” sebagai tugas akhir untuk

memenuhi syarat menempuh sidang sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Maranatha.

Peneliti sangat menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna,

mengingat keterbatasan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, peneliti bersedia

menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar peneliti dapat memperbaiki

penelitiannya, menjadikan penelitian ini lebih baik dan lengkap lagi.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan,

dukungan, bimbingan serta dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan

ini peneliti ingin menguncapkan terima kasih kepada:

 Bapak / Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang

tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan pelajaran

berharga selama peneliti menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi

(32)

Kristen Maranatha.

 Drs. R. Sanusi Soesanto, Psik selaku wali peneliti selama menempuh

pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

 Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha,

yang telah gigih berjuang, bahu-membahu bersama peneliti dalam mencapai

gelar sarjana.

 Rekan-rekan Wanadri Pusat, yang telah memberikan masukan dan tambahan

referensi selama penyusunan penelitian ini.

 Kawan-kawan terkasih Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha:

Albertus Ferdian, Riza Hamsal, Hardy Wantus, Bayu Aditya, Albert Candra,

SS Zwageri, Andreas Noverdi, Andreas Girsang, Budiharto, Matinez, Tommi,

Ghea Laraswati, Audy Vondra, Heidy Kristikanti, Stephanus Tumpal, dan

kawan-kawan lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

 Ibu Windu Wulansari selaku pembimbing pendamping, yang telah

meluangkan banyak waktu untuk membimbing serta memberikan kritik,

saran, masukan, dukungan, dll selama penyusunan penelitian ini.

 Ibu Jacqueline selaku pembimbing utama, yang dengan sabar, tabah, dan

(33)

Hizqiel, yang telah memberikan banyak kasih sayang juga doa selama ini.

 Sahabat yang selalu menyemangati dan menemani penulis untuk tetap kuliah

dan mengerjakan mata kuliah usulan penelitian : Nadya Vegi, Putri Anissa,

David Ivri, Adri Aditya, Rani Dwi, Rissa Rahmawati dan Nessia Listiani.

Terima kasih atas doa dan dukunganya.

 Sahabat setia, yang menemani bertahun-tahun berpetualang di Indonesia :

Arief Arianto, Hendri Sugito, Chaidar Malisi, Yusuf Anshori, Fery Fifiandy.

Deka Utama, M. Ulzi, Tansha Tidan, Harmoko, Nassera, Zaenal, Abay,

Syahrul, M. Rizcky fakhreza, Rizki Danisa, Deiji, Dion dan sahabat-sahabat

lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk semua cerita

dan pengalamanya kawan.

 Keluarga besar R. Soemirat yang telah memberikan perhatian, doa dan

semangatnya kepada penulis sebagai salah satu anggota keluarga.

 Lady Tri Pakar dan Zaira Artalya Dyfa yang selalu menemani dan

memberikan semangat kepada penulis agar terus mengerjakan dan

menyelesaikan penulisan ini dengan baik.

 Dan terakhir untuk nenek tercinta Ibu Sutarmi, terima kasih atas doa dan

semangatnya, serta senyuman yang selalu menyemangati saya sebagai cucu

(34)

kemajuan pendidikan dalam bidang Psikologi di Indonesia. Tuhan

memberkati.

Bandung, Januari 2016

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, John W. 1964. An Introduction To Motivation. Canada: D. Van Nostrand Company.

Eisenberg, Nancy. 1982. The Development of Prosocial Behavior. New York: Academic Press.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Santrock, John W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi 5, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

(36)

DAFTAR RUJUKAN

Bencana Tsunami Aceh

(http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/11/pengalaman-tsunami-aceh-nias-jadi-pembelajaran-negara-lain)

Bencana Gunung Kelud

(http://regional.kompas.com/read/2014/02/20132342403/gunung.Kelud.meletus)

Wanadri (Wanadri.or.id)

Susanto. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Prososial Pada Pembimbing Pendalaman Alkitab Di Persekutuan “X” Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristenn Maranatha.

Gambar

Tabel 4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia

Referensi

Dokumen terkait

L Jelaskan bagaimana cara kerja wawancara mendalam dan wawancara terstrukrur dalam penelitian

Islam terhadap model hipotetik konseling kesehatan mental.. berdasarkan teori transformasi ruhani Ibn. Qayyim al-Jauziyah. menunjukan bahwa model yang dikembangkan

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana

Waktu migrasi yang diperoleh dari log adalah 41 menit 55 detik dengan hasil sukses migrasi, namun video ini mengalami error sehingga hasil render tersebut

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam tugas akhir ini adalah menganalisis dan merancang sistem informasi peminjaman dan pengembalian buku pada perpustakaan SMP

Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan cross check terhadap pertanyaan persepsian melalui pertanyaan terbuka seperti berapa jumlah alat transaksi yang digunakan,

Perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang teknologi informasi dan komunikasi mampu menghilangkan batas ruang, waktu dan tempat. Setiap orang bisa berpindah tempat

[r]