ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran mengenai jenis motivasi prososial yang dominan pada anggota muda SAR Wanadri di Kota Bandung, berikut faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan teori Motivasi Prososial dari Janusz Reykowski.
Sampel penelitian berjumlah 20 orang. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skenario motivasi prososial bersifat semi proyektif yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori motivasi prososial Janusz Reykowsky. Alat ukur divalidasi menggunakan content validity. Alat ukur terdiri dari 10 item yang menggambarkan tipe motivasi prososial. Data yang dijaring diolah menggunakan teknik content analysis dan dipaparkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang.
Berdasarkan pengolahan data ditemukan bahwa 65% dari anggota muda Wanadri memiliki tipe motivasi prososial dominan Intrinsic Motivation. Sisanya sebesar 35% anggota memiliki tipe motivasi prososial dominan Endocentric Prosocial Motivation. Aspek yang paling menonjol pada anggota muda Wanadri SAR Intrinsic Prosocial Motivation ialah aspek keadaan yang menghalangi yaitu 60%.. Sedangkan aspek paling menonjol pada anggota muda Wanadri SAR Endocentric Motivation ialah aspek keadaan yang mendahului dan kualitas tindakan yaitu 30%.
iv Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
This research was conducted in order to describe the dominant prosocial motivation within SAR Wanadri Bandung members along with the influencing factors. This research was based on Janusz Reykowski’s theory of Prosocial Motivation.
Samples in this amounted to 20 respondents. The sampling method utilized in this research is purposive sampling. The instrument in this research is a Prosocial Motivation Scenario having semi-projective characteristics. The instrument was created by researcher according to Janusz Reykowski’s theory of Prosocial Motivation. The instrument was validated by content validity. The instrument was consisted of 10 items which indicated Prosocial Motivation Type. The data obtained was processed using content analysis and delivered in the form of frequency distribution and cross tabulations.
Based on the data analysis, it was found that 65% of SAR Wanadri Bandung members having a dominant Intrinsic Motivation type of Prosocial Motivation. The rest of SAR Wanadri Bandung members amounted to 35% having a dominant Endocentric Prosocial Motivation type. The most dominant aspect within SAR Wanadri Bandung members with the former type is Inhibitory Conditions amounted to 60%, whereas the latter group most dominant aspect is qualitative characteristics of an act amounted to 30%.
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL……… i
LEMBAR PENGESAHAN………. ii
ABSTRACT………. iii
ABSTRAK……….. iv
KATA PENGANTAR……….. v
DAFTAR ISI………... vi
DAFTAR TABEL………. vii
DAFTAR BAGAN……… viii
DAFTAR LAMPIRAN………. viiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1
1.2 Identifikasi Masalah………... 6
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………... 6
1.3.1 Maksud Penelitian……….. 6
1.3.2 Tujuan Penelitian………... 7
1.4 Kegunaan Penelitian……….. 7
1.4.1 Kegunaan Teoritis……….. 7
1.4.2 Kegunaan Praktis………... 7
1.5 Kerangka Pikir……… 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Motivasi Prososial……… 18
2.1.1 Definsi Tingkah Laku dan Motivasi Prososial………... 18
2.1.2 pengertian Motivas Prososial………. 19
2.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pembentukan Motivasi Prososial…… 19
2.1.4 Proses Motivasi Prososial………. 20
2.1.5 Macam-Macam Motivasi Prososial……….. 23
2.1.6 Faktor-Faktor Yang Dapat Menmpengaruhi Motivasi Prososial………. 25
2.2 Karateristik Perkembangan Pada Masa Dewasa ………. 30
2.2.1.Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal……… 30
2.2.2.Karateristik Kognitif Pada Masa Dewasa Awal ……….. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian………... 32
3.2 Bagan Rancangan Penelitian……… 32
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….. 33
3.3.1 Variabel Penelitian ………. 33
3.3.2 Definisi Operasional ……….. 33
3.4 Alat Ukur ………. 35
3.4.1 Alat Ukur Motivasi Prososial ………... 35
3.4.2 Sistem Pemberian Nilai…. ……….. 38
3.4.4 Validitas Alat Ukur……… 39
3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling………. 40
3.5.1 Populasi Sasaran ………... 40
3.5.2 Karateristik Sampel ……….. 40
3.6 Teknik Analisis Data ……….. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden……… 41
4.2 Hasil Penelitian……….. 42
4.2.1 Motivasi Prososial Anggota Muda SAR Wanadri... 42
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian……….. 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 55
5.2 Saran……… 56
5.2.1 Saran Untuk Pengembangan Penelitian………... 56
5.2.2 Saran Guna..………. 56
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RUJUKAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi alat ukur
Tabel 4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2.1 Hasil Penelitian Jenis Motivasi Pada Pengurus
Tabel 4.3.1 Tabulasi Silang Jenis Motivasi pada Aspek Kondisi Awal
Tabel 4.3.2 Tabulasi Silang Jenis Motivasi pada Aspek Kondisi Yang Diharapkan
Tabel 4.3.3 Tabulasi Silang Jenis Motivasi pada Aspek Keadaan yang Memfasilitasi
Tabel 4.3.4 Tabulasi Silang Jenis Motivasi pada Aspek Keadaan yang Menghalangi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Pikir ………... 20
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I : KUESIONER MOTIVASI PROSOSIAL
LAMPIRAN II : KUESIONER DATA PENUNJANG
LAMPIRAN III : PROFIL WANADRI
LAMPIRAN IV : DATA PRIMER
LAMPIRAN V : DATA PENUNJANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Seringkali mendapatkan
panggilan zamrud khatulistiwa. Meskipun demikian, Indonesia juga pernah terkena bencana
alam yang menghebohkan dunia. Seperti tsunami yang melanda Daerah Istimewa Aceh di
tahun 2004. Korban jiwa yang tercatat terdapat sekitar 280 ribu jiwa (Zakiya, 2012). Selain
tsunami, Indonesia juga pernah mengalami letusan gunung berapi yang besar. Di tahun 2014,
gunung Kelud meledak untuk kesekian kalinya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) memastikan korban tewas letusan gunung Kelud berjumlah 4 orang. Pernyataan itu
disampaikan menyusul dengan adanya laporan yang menyebutkan bahwa korban dampak
letusan Kelud mencapai 7 orang (Hakim, 2014). Meskipun bila kedua bencana alam
dibandingkan dari segi korban jiwa, letusan Gunung Kelud tidak memakan jumlah korban
jiwa yang banyak. Letusan ini menyebabkan hujan abu di berbagai daerah Indonesia, terlebih
pada pulau Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Ketika terjadi bencana-bencana alam seperti itu, seringkali terjadi adanya orang yang
hilang. Dalam situasi demikian, terdapat organisasi yang bergerak di bidang pencinta alam
yang berkecimpung juga dalam pencarian orang hilang yang diakibatkan oleh bencana alam
di pelosok nusantara. Lembaga ini bernama Wanadri SAR. Pada awal tahun 1964, Wanadri
SAR sudah berdiri, namun saat tahun 1970 lembaga ini mulai dikenal banyak pihak. Pada 13
Mei 2012, terjadi bencana pesawat sukhoi di gunung salak bogor. Soma Suparsa yang
mengirim bebrapa anggota muda dan senior untuk melakukan pencarian korban pesawat
Sukhoi.
Individu yang ingin bergabung dengan Wanadri SAR harus menjalani beberapa tes
sebelum resmi diterima oleh Wanadri SAR. Tes-tes tersebut adalah tes medis, fisik,
pengetahuan umum, dan psikotes standar TNI. Setelah individu menjalani seluruh tes dan
diterima, setiap anggota diseleksi kembali dalam pendidikan dasar selama 1 bulan yang
mencakup dasar pendidikan SAR dan kemasyarakatan, pendidikan fisik, memelajari alam dan
lingkungan, dan keahlian teknis lainnya. Hingga saat ini, anggota aktif Wanadri di seluruh
Indonesia berdasarkan daftar keanggotaan resmi terdapat lebih dari 1000 orang.
Wanadri SAR di sekretariat Bandung sendiri terdiri dari tenaga ahli, pelindung,
pejabat, penasihat, dan anggota muda. Tenaga ahli, pelindung, pejabat dan penasihat adalah
staff administrasi dan logistik yang bekerja di balik meja sekretariat Wanadri SAR. Staff
administrasi Wanadri SAR umumnya sudah memiliki pekerjaan sebagai sumber nafkah
utama. Anggota Wanadri SAR yang terjun ke lapangan untuk menangani serta membantu
korban bencana alam adalah anggota muda Wanadri SAR. Anggota muda ini sebagian besar
terdiri dari mahasiswa.
Pada dasarnya, Wanadri adalah kumpulan sekelompok orang yang mencintai
kehidupan di alam bebas. Organisasi Wanadri adalah organisasi yang memiliki aturan dan
norma yang khas, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang senantiasa berlaku dan dihormati
anggotanya. Secara umum, visi Wanadri adalah menjadi sebuah organisasi pendidikan untuk
mendidik manusia, khususnya anggotanya, agar mempunyai nilai-nilai yang terkandung
dalam janji dan hakikat Wanadri. Salah satu poin yang terdapat dalam janji dan hakikat
Wanadri yaitu bertindak sopan dan hormat sesama manusia dan sanggup menolong sesama
Menurut Soma Suparsa sebagai koordinator SAR, tugas utama anggota Wanadri SAR
yaitu menemukan para korban. Selama menjalani tugas, anggota Wanadri SAR tidak banyak
mengalami hambatan dalam proses pencarian korban. Hambatan yang didapatkan oleh
anggota adalah salah pengertian antara Wanadri dengan pihak lain yang bersangkutan dengan
bencana alam, seperti BNPB, TNI dan warga sekitar. Selain itu juga terdapat masalah
internal, seperti ego dari masing-masing anggota yang tidak mau di tempatkan dengan suatu
tim karena memiliki masalah pribadi dengan rekan dalam tim.
Lebih lanjut lagi, menurut Soma Suparna, anggota SAR Wanadri disaat terjadinya
bencana alam, lebih banyak yang berinisiatif untuk mengajukan diri berpartisipasi dalam
bencana alam dibandingkan dipilih oleh koordinasi lapangan. Anggota SAR Wanadri
mendapatkan motivasi lebih dari keluarga korban yang meminta langsung kepada mereka
agar dapat menolong atau menyelamatkan anggota keluarganya yang menjadi korban
bencana.
Proses dalam evakuasi korban dalam suatu bencana alam, diawali dengan
pembentukan tim yang dikoordinasi oleh koordinator lapangan. Kemudian meninjau lokasi
bencana alam, memungkinkan atau tidak untuk menjangkau dengan menggunakan fasilitas
yang tersedia. Setelah memastikan lokasi, pihak Wanadri bekerjasama dengan BNPB atau
institusi terkait lainya seperti TNI mengenai apa yag bisa dilakukan dan lokasi bencana mana
saja yang diizinkan untuk anggota Wanadri telusuri, yang hingga akhirnya evakuasi korban
tercapai sesuai tujuan awal melakukan evakuasi, dimana korban bencana dapat ditemukan
dan dikembalika kepada keluarga korban.
Disetiap bencana alam, akan ada harapan dari keluarga korban untuk dapat
mendapatkan jenazahnya apabila korban bencana alam tersebut meninggal disaat bencana
alam terjadi dan anggota Wanadri membantu evakuasi, bagi pihak institusi yang
memang sudah berpengalaman dalam membantu evakuasi korban bencana alam. Anggota
Wanadri sendiri mendapatkan pengalaman disaat terjun langsung mengevakuasi korban
bencana alam.
Dari hasil survey awal menunjukan bahwa anggota muda Wanadri SAR di sekretariat
Bandung yang berjumlah sebanyak 131 orang. Sebanyak 105 (80,15%) anggota muda
berstatus sebagai mahasiswa dan sisanya sudah memiliki pekerjaan. Berdasarkan wawancara
dengan 15 anggota muda Wanadri SAR, sebanyak 15 dari 15 orang (100%) adalah
mahasiswa. Sebanyak 14 dari 15 orang (93,33%) menyatakan bahwa mereka mulai terjun ke
Wanadri SAR dengan tujuan untuk membantu korban bencana alam dikarenakan sejalan
dengan minat mereka untuk berkegiatan sosial di universitas. Sebanyak 1 dari 15 orang
(6,67%) menyatakan bahwa dirinya bergabung dengan Wanadri SAR dikarenakan ajakan dari
teman-temannya dan merasa bahwa kegiatan yang dilakukan bersama Wanadri SAR
merupakan suatu kegiatan yang baik.
Berdasarkan hasil survey awal juga ditemukan bahwa sebanyak 12 dari 15 anggota
muda Wanadri SAR (80%) menilai bahwa dengan bergabung di Wanadri SAR akan
memberikan kesan yang baik pada bagian pengalaman berorganisasi. Sisanya sebanyak 3 dari
15 anggota muda Wanadri SAR (20%) menilai bahwa bergabung dengan Wanadri SAR
merupakan panggilan hidupnya dan salah satu sarana untuk menjalankan keinginannya dalam
membantu individu lain yang mengalami masalah.
Sebagai anggota muda Wanadri SAR yang turun ke lapangan, diwajibkan untuk
memiliki rasa kemanusiaan dan itikad membantu sesamanya guna menunjang dirinya dalam
menjalani tugasnya.Berdasarkan wawancara dengan 15 anggota muda Wanadri SAR,
ditemukan sebanyak 3 dari 15 (20%) anggota muda Wanadri SAR sebagian besar bergabung
dengan Wanadri SAR karena minatnya untuk berkegiatan sosial. Hasil wawancara
ternyata memiliki tujuan juga untuk mendapatkan kesan yang baik untuk pengalaman
berorganisasi.
Usia anggota muda wanadri SAR rata-rata usia mahasiswa 18-23 tahun. Santrock
membagi tahap perkembangan pada masa dewasa menjadi tiga, yaitu dewasa awal, madya
dan akhir. Masa dewasa awal dimulai pada umur awal 20 tahun hingga akhir 30 tahun. Masa
dewasa madya dimulai dari umur 40 tahun hingga 60 tahun sedangkan pembimbing dengan
usia 60 tahun ke atas dikatakan telah berada pada tahap perkembangan dewasa akhir
(Santrock, 2004).
Tugas perkembangan pada masa dewasa awal menurut Santrock antara lain; mencapai
kemandirian pribadi dan ekonomi, memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan
(perkambangan karir), memilih pasangan, membentuk hubungan yang lebih intim dengan
seseorang/memilih teman hidup, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, bersiap utnuk
pernikahan dan kehidupan keluarga, serta mengasuh dan membesarkan anak.
Dalam menjalani tugas-tugas sosial yang berhubungan erat dengan kemanusiaan,
diharapkan dapat tulus dalam melaksanakannya tanpa mengharapkan imbalan seperti pujian
atau gaji. Ketulusan ini dapat disebut dengan istilah motivasi prososial. Eisenberg (1982)
menyatakan bahwa motivasi prososial adalah tingkah laku yang secara nyata dimaksudkan
untuk menguntungkan orang lain tanpa memperhatikan motif pribadi. Motivasi prososial
merupakan suatu proses yang dimulai dengan kondisi yang mendahului, kondisi yang
memfasilitasi, kondisi yang menghalangi, perkiraan hasil yang diharapkan, dan berakhir pada
kualitas tindakan yang dilakukan. Kelima proses ini dipengaruhi oleh dua jenis sistem
kognitif yang terdapat pada individu yaitu standards of well-being dan standards of social
behavior.
Kedua jenis sistem kognitif ini menghasilkan tiga macam motivasi prososial. Ketiga
endocentric motivation, dan intrinsic prosocial motivation. Ipsocentric motivation adalah kondisi yang memunculkan motivasi prososial disebabkan adanya harapan akan reward dari
lingkungan (berupa pujian, keuntungan materi, atau sebagainya), atau untuk menghindari
kerugian.
Endocentric motivation mengarah pada kondisi penyebab motivasi prososial yang merupakan aktualisasi dari norma yang berkaitan dengan self-esteem dirinya (Eisenberg,
1982). Intrinsic prosocial motivation adalah kondisi penyebab motivasi prososial yang
muncul karena persepsi terhadap kebutuhan akan pertolongan dari orang lain. Pada anggota
muda Wanadri SAR, diharapkan yang muncul adalah tipe motivasi prososial yang bertipe
intrinsic prosocial motivation. Hal ini dikarenakan janji dan hakikatWanadri yang mencoba untuk menolong korban bencana alam.
Dengan demikian, bila motivasi prososial yang ada pada anggota muda Wanadri SAR
merupakan tipe ipsocentric motivation, maka kinerjanya dapat menurun bila tidak terdapat
kompensasi yang dinilai setimpal dengan usaha yang dikerahkan oleh para anggota Wanadri
SAR. Berdasarkan pemaparan-pemaparan sebelumnya, peneliti memutuskan untuk membuat
penelitian mengenai tipe motivasi prososial pada anggota muda Wanadri SAR Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah utama penelitian ini adalah mencoba untuk mencari tahu tipe
motivasi prososial apa yang terdapat pada anggota muda Wanadri SAR Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tipe motivasi prososial
yang terdapat pada anggota Wanadri SAR Bandung berdasarkan proses yang terjadi
menghalangi, perkiraan hasil yang diharapkan dan kualitas tindakan yang dilakukan
oleh anggota Wanadri SAR Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran jenis motivasi prososial
yang terdapat pada anggota muda Wanadari SAR Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan pada ilmu Psikologi
khususnya dalam bidang Psikologi Sosial guna memperkaya pembahasan
mengenai motivasi prososial.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan penelitian lain agar dapat
menambahkan informasi dalam penelitian lainnya.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan oleh pimpinan
Wanadri SAR guna mengetahui motvasi prososial yang dominan pada anggota
mudaWanadri SAR.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi anggota muda
Wanadri SAR mengenai tipe motivasi prososial yang mereka miliki sehingga
dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik lagi sejalan dengan visi dan misi
1.5 Kerangka Pikir
Anggota muda Wanadri SAR adalah individu yang bertugas untuk
menghadapi bencana alam. Tugas ini beresiko karena dapat membahayakan
keselamatan pribadi. Meskipun berbahaya, anggota muda Wanadri SAR tetap
berupaya menunaikan tugasnya untuk menyelamatkan korban bencana. Menurut
Santrock (2004), anggota muda Wanadri SAR termasuk pada tahap dewasa awal yang
dimulai pada umur 20 tahun hingga akhir 30 tahun. Santrock mengemukakan
beberapa tugas perkembangan pada masa dewasa awal, yaitu mencapai kemandirian
pribadi dan ekonomi, memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan
(perkambangan karir).
Menurut Reykowski (1982), tingkah laku prososial meliputi fenomena yang
luas seperti menolong, membagi, mengorbankan diri sendiri dan menghormati norma
yang berlaku, atau dapat dikatakan, bahwa tingkah laku seseorang tersebut
berorientasi pada perlindungan, meningkatkan pemeliharaan atau kesejahteraan dari
obyek sosial yang eksternal, yaitu orang tertentu, suatu kelompok, suatu masyarakat
sebagai kesatuan, suatu institusi sosial, atau sesuatu yang bersifat simbolik seperti
ideologi, sistem atau moralitas (Reykowski dalam Eisenberg, 1982).
Tindakan menolong yang dilakukan oleh para anggota muda yang tergabung
dalam Wanadri SAR untuk menghadapi bencana alam yang beresiko karena dapat
membahayakan keselamatan pribadinya dapat disebut sebagai tingkah laku prososial.
Perilaku prososial yang dilakukan oleh Anggota muda Wanadri SAR yang bertujuan
menyelamatkan individu lain merupakan salah satu bentuk tindakan yang dihasilkan
karena motivasi prososial. Motivasi prososial sendiri memiliki arti dorongan,
keinginan, hasrat dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri yang
mencapai tujuan yaitu memberi perlindungan, perawatan dan meningkatkan
kesejahteraan dari objek sosial eksternal baik itu manusia secara perorangan,
kelompok, atau suatu perkumpulan secara keseluruhan, institusi sosial atau sesuatu
yang menjadi simbol, seperti contohnya adalah ideologi atau sistem moral.
(Reykowski, dalam Eisenberg, 1982)
Anggota muda Wanadri SAR memiliki dorongan, keinginan, atau hasrat
dalam dirinya untuk mencapai tujuan sebagai anggota Wanadri SAR yaitu
menyelamatkan korban bencana alam dan mencari jenazah. Menurut Eisenberg
(1982) terdapat lima proses yang terjadi hingga muncul motivasi prososial. Lima
proses tersebut adalah kondisi yang mendahului, perkiraan hasil yang diharapkan,
kondisi yang memfasilitasi, kondisi yang menghalangi, kualitas tindakan.
Kondisi yang mendahului adalah kondisi individu untuk melakukan tindakan
prososial atau alasan individu dalam melakukan tindakan prososial (Eisenberg, 1982).
Perkiraan hasil yang diharapkan adalah perkiraan konsekuensi awal yang diterima
karena melakukan tindakan prososial. Kondisi yang memfasilitasi adalah kondisi yang
mendukung untuk melakukan tindakan prososial.Kondisi yang menghalangi adalah
kondisi yang menghambat seseorang untuk melakukan tindakan prososial. Kualitas
tindakan adalah ciri khas orientasi minat tindakan prososial pada individu.
Kelima proses ini akan menghasilkan salah satu dari tiga tipe motivasi
prososial yaitu Ipsocentric Motivation, Endocentric Motivation, dan Intrinsic
Prosocial Motivation (Eisenberg, 1982). Setiap tipe motivasi prososial memiliki kelima proses, namun proses ini berbeda dari segi kualitasnya (Eisenberg, 1982).
Pengarahan dan pengerahan motivasi prososial yang ada dalam ketiga tipe motivasi
motivasi prososial oleh Eisenberg (1982) disebut sebagai struktur kognitif. Struktur
kognitif ini memiliki standar-standar, posisinya di dalam sistem, dan nilai-nilai afeksi.
Menurut Reykowski (1982), dari tiga jenis motivasi, yaitu Ipsocentric
Motivation, Endocentric Motivation, dan Intrinsic Prosocial Motivation dipengaruhi oleh dua jenis standar dalam sistem kognitif yaitu Standards of Well-being dan
Standards of Social Behavior. Standards of Well-being pada umumnya memiliki nilai mencari keuntungan pribadi atau untuk kesejahteraan diri sendiri atau untuk
menghindari hilangnya keuntungan pribadi. Standards of Social Behavior pada
umumnya diarahkan untuk mempertahankan keadaan normal orang lain secara
eksternal dan keinginan untuk memerbaiki kondisi individu lain.
Demikian juga halnya struktur kognitif yang ada pada anggota muda Wanadri
SAR, dapat terbagi menjadi dua jenis standar. Anggota muda Wanadri SAR dengan
struktur kognitif Standards of Well-being pikirannya berpusat mengenai keuntungan
pribadi atau kesejahteraan dirinya sendiriatau untuk menghindari hilangnya
keuntungan pribadi dari segi materi maupun bukan materi seperti hadiah uang,
pujian, rasa dihormati maupun menghindari rasa malu akibat cemoohan lingkungan
atau anggota lainnya. Selain itu, anggota muda Wanadri SAR yang pikirannya
berpusatoleh standards of well-being dalam melaksanakan perilaku prososial akan
dikontrol oleh antisipasi terhadap perubahan yang dapat terjadi pada self-esteem
tergantung pada norma sosial mengenai tingkah laku yang pantas untuk dilakukan.
Di sisi lain, anggota muda Wanadri SAR dengan struktur kognitif Standards of
Social Behavior akan diwarnai dengan kesejahteraan orang lain. Anggota muda Wanadri SAR akan menunjukkan perilaku prososial yang diarahkan untuk
mempertahankan keadaan normal orang lain dan keinginan untuk memerbaiki kondisi
membantu keadaan individu yang membutuhkan. Oleh sebab itu, anggota muda
Wanadri SAR membantu para korban menghadapi bencana alam dengan cara
langsung terjun ke daerah bencana. Bantuan yang dilakukan untuk memerbaiki
kondisi orang lain seperti mencari korban hilang, membantu korban untuk
menemukan keluarga yang hilang, dan lain sebagainya. Untuk anggota yang
berhalangan tidak bisa membantu secara langsung,sebagian besar membantu di kantor
Wanadri untuk memberi info dan mengirim logistik yang diperlukan untuk anggota
yang terjun langsung ke lokasi bencana alam ataupun untuk para korban.
Bila dikaitkan dengan ketiga tipe motivasi prososial yang ada Reykowski
(dalam Eisenberg, 1982) berpendapat bahwa ipsocentric motivation dan endocentric
motivation merupakan bagian dari Standards of Well-being. Hal ini disebabkan fokus utama motivasi prososial yang ada pada individu selalu mengarah pada kesejahteraan
diri pribadi. Sedangkan intrinsic prosocial motivation merupakan bagian dari
Standards of Social Behavior. Hal ini disebabkan karena pola pikir maupun pusat perhatian motivasi prososial terkait selalu mengarah pada keinginan untuk
memperbaiki atau menolong kondisi individu yang membutuhkan.
Menurut Janusz Reykowski, bila individu mengembangkan salah satu
mekanisme perilaku prososial maka hal tersebut akan mengakibatkan terhambatnya
perkembangan mekanisme lainnya (Janusz Reykowski dalam Eisenberg, 1982).
Dalam diri individu pada dasarnya terdapat ketiga jenis motivasi prososial, namun
pada diri individu hanya terdapat satu jenis motivasi prososial yang paling dominan.
Jadi, apabila individu melakukan perilaku prososial dengan ipsocentric motivation,
akan menghambat individu tersebut untuk melakukan perilaku prososial dengan
Pada Ipsocentric Motivation, tahap awal yaitu kondisi awal yang mendahului
yang memunculkan tingkah laku prososial adalah adanya harapan akan hadiah dari
lingkungan, atau untuk menghindari kerugian. Bila ditinjau pada anggota muda
Wanadri SAR, kondisi awal pada anggota yang memiliki tipe ipsocentric motivation
dimulai dari penilaian ada atau tidaknya keuntungan materi yang dapat diperoleh,
seperti mengharapkan adanya hadiah dari keluarga korban yang ditolong. Selain
keuntungan, anggota muda Wanadri SAR juga dapat menilai bahwa kondisi yang
menyebabkan tingkah laku prososial merupakan upaya untuk terhindar dari hukuman
seperti tidak ditugaskan kembali dilapangan ataupun diganti dengan tim lain dari
atasan maupun rekan sejawatnya. Pada tahap kondisi yang menghalangi, anggota
muda Wanadri SARakan lebih condong mengantisipasi kepastian menerima
keuntungan pribadi akibat bertindak prososial seperti dipuji oleh warga atau rekan
sejawat. Selanjutnya pada proses kondisi yang memfasilitasi, anggota muda Wanadri
SAR menilai ada atau tidaknya peningkatan hadiah yang diterima seperti kenaikan
tingkat keanggotaan ataupun menjadi sosok pahlawan bagi warga. Pada proses
perkiraan hasil yang diharapkan, anggota muda Wanadri SAR mempertimbangkan
kerugian-kerugian yang dapat diperolehnya bila bertindak prososial seperti
mengalami cedera fisik saat bertugas. Keempat proses sebelumnya berujung pada
kualitas tindakan, pada proses terakhir ini anggota muda Wanadri SAR menunjukkan
kecenderungan bertindak prososial dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang
dapat diterima oleh dirinya dibandingkan kebutuhan yang diperlukan orang lain.
Proses dalam endocentric motivation berfokus pada kondisi yang
memunculkan tingkah laku prososial tersebut adalah aktualisasi dari norma yang
berkaitan (Eisenberg, 1982). Anggota muda Wanadri SAR dengan tipe endocentric
kewajiban yang harus dijalani karena bekerja sebagai anggota Wanadri SAR.
Selanjutnya dalam proses kondisi yang menghalangi, anggota muda Wanadri SAR
memperkirakan rasa bangga yang didapatkan setelah bertindak prososial atau
memperkirakan akan terhindar dari rasa malu karena gagal menjalankan tugasnya
sebagaimana yang tercantum pada aturan-aturan Wanadri SAR. Proses kondisi yang
memfasilitasi anggota muda Wanadri SAR berpusat pada kesesuaian aturan
lingkungan dengan aturan yang dimiliki dirinya sebelum bertindak prososial seperti
menjaga kondisi fisik tetap prima (aturan lingkungan) agar mampu memberikan
kinerja lebih baik dari pada rekannya (aturan pribadi). Proses pada perkiraan hasil
yang diharapkan mengarah pada ketidaksesuaian lingkungan dengan pribadi anggota
muda Wanadri SAR sehingga menghambat munculnya tindakan prososial seperti saat
berlibur, dirinya tidak mau diganggu meskipun terdapat bencana alam besar. Seluruh
proses sebelumnya mengarahkan minat anggota muda Wanadri SAR dalam proses
kualitas tindakanyang berkecenderungan untuk bertindak prososial semata-mata bila
sesuai dengan dirinya atau guna terhindar dari rasa malu karena gagal memenuhi
ketentutan yang ada dalam dirinya. Dengan demikian, anggota muda Wanadri SAR
akan menolong individu lain sebagaimana anggota tersebut anggap pantas tanpa
mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya dari individu terkait.
Pada Intrinsic Prosocial Motivation, hasil yang ingin dicapai atau diperkirakan
oleh seseorang adalah bahwa orang yang dibantu tersebut telah mendapatkan
pertolongan (Eisenberg, 1982). Anggota muda Wanadri SAR yang memiliki tipe
intrinsic prosocial motivation akan memiliki proses kondisi yang mendahului dengan menilai tindakan prososial disebabkan adanya individu lain yang kesulitan sehingga
anggota muda Wanadri SAR akan menolong individu terkait. Dalam proses kondisi
individu yang dinilai mengalami masalah akan menjadi lebih baik lagi seperti pada
saat bencana terjadi anggota muda Wanadri SAR berupaya tidak hanya
menyelamatkan korban namun juga berusaha memastikan korban tercukupi
kebutuhan dasarnya. Selanjutnya dalam proses kondisi yang memfasilitasi, anggota
muda Wanadri SAR berpikir bahwa kebutuhan untuk bertindak prososial merupakan
kebutuhan yang muncul dari pihak korban kebakaran. Di sisi lain, dalam proses
perkiraan hasil yang diharapkan, anggota muda Wanadri SAR dapat mengurungkan
niat bertindak prososial bilamana ada suatu keinginan prbadi yang bukan merupakan
kebutuhan korban bencana seperti korban menuntut anggota muda Wanadri SAR
mencari bendaberharga milik korban tanpa peduli anggota muda Wanadri SAR perlu
menyelamatkan atau mencari jenazah korban bencana lainnya. Seluruh proses
sebelumnya mengarahkan anggota muda Wanadri SAR dalam proses kualitas
tindakan berkecenderungan melakukan tindakan prososial dengan memperhatikan
kebutuhan individu yang menjadi sasaran bantuan. Hal ini juga menyebabkan
ketepatan dari segi kualitas bantuan yang diberikan anggota muda Wanadri SAR
terhadap korban kebakaran yang dibantu oleh anggota terkait.
Motivasi prososial individu juga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari pola asuh dalam keluarga
dan lingkungan sosial. Dilihat dari pola asuh dalam keluarga, Ronald Cohen (1972)
mengatakan bahwa sosialisasi dalam keluarga mengenai perilaku prososial dapat
mendukung perkembangan dari salah satu jenis motivasi prososial dan menghambat
perkembangan jenis motivasi yang lain. Tingkah laku prososial akan berkembang
melalui respon yang diberikan oleh orangtuanya yang akan mempengaruhi kualitas
perilaku prososialnya. Seseorang yang diajarkan mengenai tindakan prososial dengan
reward), akan menimbulkan ipsocentric motivation. Disisi lain, individu yang diberikan informasi mengenai efek sosial dari tindakan mereka, meskipun tanpa
adanya external material reward, intrinsic prosocial motivation akan berkembang.
Selanjutnya, motivasi inilah yang dapat terus berkembang pada diri individu (Janusz
Reykowski dalam Eisenberg, 1982).
Faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi prososial lainnya, adalah
lingkungan sosial memiliki pengaruh dengan adanya kontak yang dilakukan
berkali-kali dan respon dari lingkungan sosial mengenai akibat dari perilaku individu yang
akan mengakibatkan intrinsic prososial motivation menjadi berkembang pada diri
individu. Adanya kontak yang dilakukan berkali-kali akan menghasilkan peningkatan
kesukaan pada obyek tersebut. Dengan kata lain, interaksi dengan lingkungan sosial
menghasilkan emosi positif. Emosi positif ini merupakan bukti dari perkembangan
kognitif sehingga individu yang melakukan kontak berkali-kali dan feedback
berkesempatan untuk memiliki perkembangan kognitif yang lebih baik tentang orang
lain yang akan membuat individu memiliki pengetahuan informasi yang cukup untuk
mengenali kebutuhan orang yang dibantu (Janusz Reykowski dalam Eisenberg, 1982).
Faktor internal yang dapat memengaruhi perkembangan motivasi prososial
pada individu mencakup jenis kelamin dan usia (terutama mengenai perkembangan
kognitif dan moral) dalam diri individu itu sendiri. Mengenai jenis kelamin,
terdapatnya signifikansi pada laki-laki dan perempuan dalam generousity (suka
memberi, penyayang, pengasih, suka menolong dan suka beramal) dan perilaku
helpfulness &comforting (suka menolong, memberikan bantuan dan memberikan ketenangan atau penghiburan) dan menemukan bahwa perempuan lebih generousity,
lebih helpfulness & lebih comforting dibandingkan laki-laki. Ditemukan juga
&helpfulness, dimana tingkat atau level moral judgment yang tinggi ini akan merujuk
kepada intrinsic prosocial motivation yaitu perilaku menolong untuk memberikan
kondisi yang positif kepada obyek sosial. Keterangan diatas menunjukkan bahwa
jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap motivasi prososial (Darlev & Latane dalam
Eisenberg 1982).
Seluruh pemaparan ini dapat dirangkum dalam skema sebagai berikut:
Motivasi prososial
1.6 Asumsi
1. Tindakan anggota muda Wanadri SAR dilandasi motivasi prososial
2. Motivasi prososial dapat dibedakan ke dalam tiga jenis motivasi, yaitu
- Ipsocentric Motivation dipengaruhi oleh adanya reward atau keuntungan personal; - Endocentric Motivation dipengaruhi oleh adanya norma-norma dan aturan-aturan,
dan ;
- Intrinsic Prosocial Motivationdipengaruhi oleh adanya empati dalam diri seseorang terhadap penderitaan obyek sosial eksternal.
3. Setiap anggota muda memiliki ketiga jenis Prosocial Motivation dalam dirinya,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil yang diperoleh maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebanyak 65% anggota muda SAR Wanadri di kota Bandung memiliki Intrinsic
Prosocial Motivation, dan 35% anggota memiliki Endocentric Motivation. Yang artinya, anggota muda SAR Wanadri menolong secara sukarela.
2. Aspek yang paling menonjol pada anggota muda Wanadri SAR Intrinsic
Prosocial Motivation ialah aspek keadaan yang menghalangi yaitu 60%. Yang artinya anggota muda SAR Wanadri memiliki ketertarikan akan kebutuhan yang sebenarnya dari
orang yang dibantu.
3. Aspek yang paling menonjol pada anggota muda Wanadri SAR Endocentric
Motivation ialah aspek keadaan yang mendahului dan kualitas tindakan yaitu 30%. Yang artinya anggota muda SAR Wanadri memiliki tindakan untuk peningkatan self-esteem
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka peneliti mengajukan
beberapa saran, yaitu :
5.2.1 Saran untuk Pengembangan Penelitian
1. Untuk referensi tentang pengaruh aspek-aspek motivasi prososial pada motivasi
prososial.
2. Untuk referensi penelitian mengenai keterkaitan motivasi prososial tentang motivasi
prososial dengan faktor-faktor penunjang. Salah satunya yaitu pola asuh orang tua.
5.2.2 Saran Guna
1. Bagi anggota muda Wanadri, hasil penelitian ini bisa menjadi informasi untuk
mengetahui motivasi menolong orang lain melalui aspek-aspek motivasi prososial
sehingga dapat menolong dengan tepat
2. Bagi organisasi Wanadri, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk program
ANGGOTA MUDA WANADRI SAR DI KOTA BANDUNG
Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha Bandung
Disusun Oleh :
Anggara Destariksawan
0733052
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
Puji syukur dan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa
untuk segala berkat, penyertaan, dan kasih karunia selama ini, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian yang berjudul ”Studi Deskriptif Mengenai Jenis Motivasi
Prososial Pada Anggota Muda Wanadri di Kota Bandung” sebagai tugas akhir untuk
memenuhi syarat menempuh sidang sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Maranatha.
Peneliti sangat menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna,
mengingat keterbatasan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, peneliti bersedia
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar peneliti dapat memperbaiki
penelitiannya, menjadikan penelitian ini lebih baik dan lengkap lagi.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan,
dukungan, bimbingan serta dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini peneliti ingin menguncapkan terima kasih kepada:
Bapak / Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan pelajaran
berharga selama peneliti menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi
Kristen Maranatha.
Drs. R. Sanusi Soesanto, Psik selaku wali peneliti selama menempuh
pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha,
yang telah gigih berjuang, bahu-membahu bersama peneliti dalam mencapai
gelar sarjana.
Rekan-rekan Wanadri Pusat, yang telah memberikan masukan dan tambahan
referensi selama penyusunan penelitian ini.
Kawan-kawan terkasih Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha:
Albertus Ferdian, Riza Hamsal, Hardy Wantus, Bayu Aditya, Albert Candra,
SS Zwageri, Andreas Noverdi, Andreas Girsang, Budiharto, Matinez, Tommi,
Ghea Laraswati, Audy Vondra, Heidy Kristikanti, Stephanus Tumpal, dan
kawan-kawan lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Ibu Windu Wulansari selaku pembimbing pendamping, yang telah
meluangkan banyak waktu untuk membimbing serta memberikan kritik,
saran, masukan, dukungan, dll selama penyusunan penelitian ini.
Ibu Jacqueline selaku pembimbing utama, yang dengan sabar, tabah, dan
Hizqiel, yang telah memberikan banyak kasih sayang juga doa selama ini.
Sahabat yang selalu menyemangati dan menemani penulis untuk tetap kuliah
dan mengerjakan mata kuliah usulan penelitian : Nadya Vegi, Putri Anissa,
David Ivri, Adri Aditya, Rani Dwi, Rissa Rahmawati dan Nessia Listiani.
Terima kasih atas doa dan dukunganya.
Sahabat setia, yang menemani bertahun-tahun berpetualang di Indonesia :
Arief Arianto, Hendri Sugito, Chaidar Malisi, Yusuf Anshori, Fery Fifiandy.
Deka Utama, M. Ulzi, Tansha Tidan, Harmoko, Nassera, Zaenal, Abay,
Syahrul, M. Rizcky fakhreza, Rizki Danisa, Deiji, Dion dan sahabat-sahabat
lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk semua cerita
dan pengalamanya kawan.
Keluarga besar R. Soemirat yang telah memberikan perhatian, doa dan
semangatnya kepada penulis sebagai salah satu anggota keluarga.
Lady Tri Pakar dan Zaira Artalya Dyfa yang selalu menemani dan
memberikan semangat kepada penulis agar terus mengerjakan dan
menyelesaikan penulisan ini dengan baik.
Dan terakhir untuk nenek tercinta Ibu Sutarmi, terima kasih atas doa dan
semangatnya, serta senyuman yang selalu menyemangati saya sebagai cucu
kemajuan pendidikan dalam bidang Psikologi di Indonesia. Tuhan
memberkati.
Bandung, Januari 2016
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, John W. 1964. An Introduction To Motivation. Canada: D. Van Nostrand Company.
Eisenberg, Nancy. 1982. The Development of Prosocial Behavior. New York: Academic Press.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Santrock, John W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi 5, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
DAFTAR RUJUKAN
Bencana Tsunami Aceh
(http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/11/pengalaman-tsunami-aceh-nias-jadi-pembelajaran-negara-lain)
Bencana Gunung Kelud
(http://regional.kompas.com/read/2014/02/20132342403/gunung.Kelud.meletus)
Wanadri (Wanadri.or.id)
Susanto. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Prososial Pada Pembimbing Pendalaman Alkitab Di Persekutuan “X” Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristenn Maranatha.