MENGGUNAKAN TEKNIK CERITA PERMULAAN DISKUSI
(DISCUSSION STARTER STORY)
(Penelitian Eksperimen Semu pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Bandung
Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
WHISNU PRADANA
0906908
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PENERAPAN TEKNIK CERITA PERMULAAN DISKUSI (DISCUSSION STARTER STORY) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA
PENDEK
(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
oleh Whisnu Pradana
0906908
disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I,
Nenden Lilis Aisyah, M.Pd. NIP 197109262003122001
Pembimbing II,
Yulianeta, M.Pd. NIP 197507132005012002
diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Indonesia
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pembelajaran Menulis Cerita Pendek dengan
Menggunakan Teknik Cerita Permulaan Diskusi (Discussion Starter Story)” ini sepenuhnya
karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang
lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, September 2013 Yang membuat pernyataan,
Pembelajaran Menulis Cerita Pendek
oleh : Whisnu Pradana (NIM 0906908) FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia
Jln. Dr. Setiabudhi 229 Bandung
email : pradanawhisnu@gmail.com
Abstrak : Menulis cerpen merupakan salah satu pembelajaran yang diajarkan pada siswa
SMA kelas X. Menulis cerpen adalah suatu proses kreatif yang memerlukan daya imajinasi dan pengolahan kata-kata sehingga menciptakan jalan cerita yang mampu tergambarkan dengan baik bagi pembaca. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen ketika diberikan perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi. Berdasarkan pada hasil tes awal, kemampuan siswa dalam menulis cerpen rata-rata pada kelas eksperimen adalah 60,24 dan pada kelas kontrol 58,64. Setelah menggunakan Teknik Cerita Permulaan Diskusi di kelas eksperimen, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan menjadi 74,81 dan di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran terlangsung juga mengalami peningkatan menjadi 62,90. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tersebut, Teknik Cerita Permulaan Diskusi terbukti efektif diterapkan pada pembelajaran menulis cerpen di kelas X.
Kata kunci : pembelajaran menulis cerpen, Teknik Cerita Permulaan Diskusi.
Abstract:Writing short stories is one of the lessons taught at the high school student class X.
Writing short story is a creative process and require creative power of imagination and the processing of words, thus creating a storyline that capable reflected properly for the reader. Research conducted is a research experiment with using the control class. This study was conducted to determine the ability of students in writing a short story using Discussion Starter Story Technic. Based on the results of the initial tests, the ability of students in writing a short story on average on an experimental class was 60,24 and on the control class 58,64. After applied a Discussion Starter Story Technic in the experimental class, the average value of students increased up to 74.81 and in control class that uses the usual learning also increased up to 62.90. Based on the research that has been done, the Discussion Starter Story Technic proved to be effective are applied to the learning of writing short stories in class X.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
UCAPAN TERIMA KASIH... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah... 1
1.2Identifikasi Masalah... 4
1.3Batasan Masalah... 4
1.4Rumusan Masalah... 4
1.5Tujuan Penelitian... 5
1.6Manfaat Penelitian... 5
1.7Anggapan Dasar... 6
1.8Hipotesis... 6
1.9Definisi Operasional... 7
BAB 2 TEKNIK CERITA PERMULAAN DISKUSI (DISCUSSION STARTER STORY) DAN PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK 2.1 Teknik Cerita Permulaan Diskusi... 8
2.1.1 Pembelajaran Partisipatif..……... 8
2.1.2 Pengertian Teknik Cerita Permulaan Diskusi... 9
2.1.3 Prinsip Pelaksanaan Teknik Cerita Permulaan Diskusi... 10
2.1.4 Langkah Pembelajaran Teknik Cerita Permulaan Diskusi... 11
2.2.1 Pengertian Pembelajaran ...12
2.2.2 Keterampilan Menulis...13
2.2.2.1 Tujuan Menulis...14
2.2.3 Cerita Pendek...16
2.2.3.1 Struktur Pembangun Cerita Pendek...17
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 20
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 21
3.2.1 Populasi Penelitian…………... 21
3.2.2 Sampel Penelitian………... 21
3.3 Teknik Penelitian... 21
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data... 22
3.3.1.1 Tes Menulis... 22
3.3.1.2 Observasi... 22
3.3.2 Teknik Pengolahan Data... 22
3.3.2.1 Pengolahan Data Hasil Tes Menulis... 23
3.3.2.2 Pengolahan Data Hasil Observasi... 26
3.4 Instrumen Penelitian... 26
3.4.1 Instrumen Perlakuan... 26
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data... 36
3.4.2.1 Soal... 36
3.4.2.2 Lembar Observasi... 37
4.1 Deskripsi Proses Penelitian... 38
4.1.1. Pelaksanaan Tes Awal... 38
4.1.2. Pembelajaran dan Perlakuan... 39
4.1.2.1. Pembelajaran di Kelas Kontrol... 39
4.1.2.2. Perlakuan di Kelas Eksperimen... 41
4.1.3. Pelaksanaan Tes Akhir... 43
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian…..………. 47
4.2.1. Analisis Data Prates dan Postes Kelas Eksperimen...48
(1) Prates Kelas Eksperimen...49
(2) Postes Kelas Eksperimen...63
4.2.2. Analisis Data Prates dan Postes Kelas Kontrol...………...79
(1) Prates Kelas Kontrol...79
(2) Postes Kelas Kontrol...94
4.2.3. Observasi...109
4.3 Uji Reliabilitas Kemampuan Menulis Cerpen………..……....110
4.3.1 Uji reliabilitas Prates Kelas Kontrol dan Eksperimen...111
4.3.2 Uji reliabilitas Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen...117
4.4 Uji Normalitas...124
4.4.1 Uji Normalitas Prates Kelas Kontrol dan Eksperimen...124
4.4.2 Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen...132
4.5 Uji Homogenitas...139
4.6 Uji Hipotesis...139
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian...144
5.1 Simpulan………...148
5.2 Saran……….………....149
DAFTAR PUSTAKA………. ..151
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak hal yang bisa dihasilkan dari proses keterampilan menulis. salah
satunya adalah cerita pendek. Cerita pendek merupakan salah satu jenis karya
sastra yang proses penciptaannya membutuhkan keterampilan menulis dan juga
kreativitas yang baik. Masalah yang kerap terjadi di kalangan peserta didik
sekolah menengah atas adalah tingkat kreativitas mereka yang masih
terkungkung. Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (2011: 118)
mengatakan bahwa apresiasi masyarakat kita terhadap sastra pada umumnya dan
terhadap fiksi pada khususnya, harus ditingkatkan. Selain itu, minat menulis dan
membaca merupakan salah satu faktor penting yang perlu ditingkatkan dan
dikembangkan.
Keterampilan menulis sudah tentu harus dimiliki oleh para peserta didik
agar peserta didik terbiasa melakukan kegiatan menulis. Menurut Rusyana (2003:
4) menulis merupakan salah satu kompetensi dalam pembelajaran sastra untuk
beroleh kemampuan berekspresi sastra. Salah satu karya sastra yang bisa menjadi
sarana penyaluran kreativitas siswa yaitu menulis cerita pendek. Cerita pendek
bisa menjadi alternatif bagi peserta didik yang ingin mengasah kemampuan
berimajinasinya. Menulis cerita pendek dapat membuat para peserta didik belajar
untuk memahami kehidupan. Untuk mewujudkan kegiatan tersebut, guru harus
bisa menggiring pemikiran siswa mengenai hal-hal menarik yang bisa ditemukan
dan diciptakan oleh mereka ketika menulis cerpen sebagai salah satu contohnya.
Menurut Kepala Badan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional
Mansyur Ramli (dalam surat kabar elektronik Kompasiana 18 februari 2013)
menyatakan banyak sekolah yang siswanya mendapatkan nilai rendah dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini bisa dilihat hasil ujian sekolah dan ujian
nasional. Hal ini seharusnya menjadi perhatian berbagai pihak, terutama guru dan
bahasa Indonesia yang mengakibatkan para siswa tersebut mendapatkan nilai
yang terbilang rendah. Salah satu masalah siswa dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia adalah materi menulis cerita pendek. Tidak selamanya materi menulis
cerita pendek disenangi peserta didik. Hal ini terjadi karena minat peserta didik
yang rendah terhadap kegiatan menulis cerita pendek. Rendahnya minat peserta
didik terhadap kegiatan menulis cerita pendek terjadi karena beberapa faktor.
Faktor yang kerap menjadi penyebab rendahnya minat siswa dalam melakukan
kegiatan menulis cerita pendek seperti kurang tepatnya teknik yang digunakan
oleh pendidik, peserta didik masih kesulitan mengungkapkan gagasan, dan peserta
didik tidak tahu bagaimana caranya membuat cerita yang menarik.
Selain hal yang telah diungkapkan di atas, hal yang juga menjadi faktor
penyebab rendahnya minat menulis siswa juga terjadi karena motivasi mengajar
guru, kreativitas guru, dan penguasaan materi guru dalam menjelaskan
pembelajaran menulis cerita pendek. Ebo (2005: 9) menjelaskan bahwa motivasi
itu ibarat lokomotif yang akan menggerakkan dan mendorong peneliti untuk
menghasilkan karya tulis. Dalam rangka mengatasi masalah seperti yang telah
dipaparkan, salah satu teknik yang bisa digunakan sebagai alternatif untuk
menciptakan suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan memotivasi yaitu
teknik cerita permulaan diskusi. Tarigan (2011: 119) mengemukakan bahwa
dalam melakukan sesuatu kita tidak bisa asal-asalan, namun kita harus memiliki
kesadaran dan pengetahuan yang cukup. Oleh sebab itu, dasar-dasar seperti
penulisan dan penggunaan kalimat dalam cerita itu hal penting. Siswa terkadang
sulit mengungkapkan apa yang ada di pikirannya dengan kalimat-kalimat yang
menggambarkan cerita kreatif dan sesuai keinginan.
Melalui pendekatan kontekstual, guru disarankan membentuk
kelompok-kelompok belajar (Depdiknas, 2003). Hal tersebut bisa menjadi penguatan bahwa
teknik cerita permulaan diskusi merupakan salah satu teknik pembelajaran
berbasis diskusi yang sangat baik untuk diterapkan pada materi pembelajaran
yang berkaitan dengan keterampilan menulis ataupun keterampilan lainnya.
didik sehingga para peserta didik akan mengenal serta mampu menganalisisnya
secara mendalam untuk mendapatkan alternatif pemecahannya. Bahan belajar
dapat diangkat dari bahan bacaan atau dari pengalaman langsung di lapangan
(Sudjana, 2007: 116). Kaitannya dengan menulis cerita pendek, pendidik akan
memanfaatkan teknik ini untuk menstimulus imajinasi peserta didik setelah
mereka saling bertukar pikiran dengan teman-temannya. Dengan demikian,
kesulitan peserta didik dalam mengungkapkan gagasan, membuat alur yang
menarik, dan membuat ceritanya menarik pula akan teratasi.
Banyak penelitian tentang pembelajaran menulis cerita pendek dengan
berbagai macam teknik, metode, dan media yang berbeda. Salah satu penelitian
yang menjadi rujukan bagi peneliti adalah karya Anggrawati (2010) yang berjudul
“Penerapan Teknik Cerita Permulaan Diskusi (Discussion starter story) dalam
Pembelajaran Menulis Karangan Narasi (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap
Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Cimahi Tahun Pembelajaran 2009/2010)”.
Penelitian yang peneliti lakukan kali ini memiliki tujuan yang sama dengan
penelitian yang dilakukan sebelumnya, yaitu untuk membantu mengatasi kesulitan
yang dialami siswa dalam kegiatan menulis, khususnya menulis cerita pendek.
Selain karya Anggrawati, peneliti menjadikan karya Komarudin sebagai rujukan
lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Komarudin (2012) yang
berjudul“Penerapan Teknik MLM (Melihat Langsung Menulis) Berbasis
Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Menulis Cerita pendek”.
Penelitian sebelumnya yang menggunakan teknik cerita permulaan diskusi
dalam pembelajaran menulis karangan narasi mampu menunjukkan peningkatan
yang signifikan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Tentunya, hal
ini menunjukkan adanya perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan
penelitian yang akan dilakukan. Perbedaannya terletak pada variabel terikat.
Dalam penelitian sebelumnya, variabel terikat yaitu pembelajaran menulis
karangan narasi. Sementara itu, penelitian yang akan dilakukan kali ini
menjadikan pembelajaran menulis cerpen sebagai variabel terikat. Latar belakang
Cerita Permulaan Diskusi dalam pembelajaran menulis cerita pendek di SMA
Negeri 4 Bandung.
Penelitian ini juga dilakukan untuk melengkapi penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Peneliti berharap penelitian yang akan dilakukan kali ini
akan melengkapi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Teknik cerita
permulaan diskusi (discussion starter story) belum pernah digunakan dalam
kegiatan pembelajaran menulis cerita pendek. Penggunaan teknik ini diharapkan
memberikan manfaat bagi pendidik dan peserta didik yang mengalami kesulitan
dalam kegiatan pembelajaran menulis cerita pendek.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi
permasalahan yang muncul dari kegiatan menulis cerita pendek sebagai berikut.
1) Peserta didik memiliki minat menulis yang terbilang masih rendah.
Akibatnya, mereka melakukan kegiatan menulis hanya untuk melaksanakan
kewajiban dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2) Peserta didik merasa bahwa kegiatan menulis cerita pendek masih sulit. Hal
tersebut terjadi karena peserta didik tidak terbiasa dalam mengungkapkan
gagasan dan membuat alur cerita yang runtut dan menarik.
3) Pendidik menyampaikan materi pembelajaran mengenai cerita pendek
dengan cara yang kurang menarik.
1.3 Batasan Masalah
Beragam permasalahan yang dipaparkan akan dibatasi oleh peneliti. Fokus
permasalahan yang akan coba diteliti adalah penggunaan teknik cerita permulaan
diskusi (discussion starter story) dalam menulis cerita pendek.
1.4 Rumusan Masalah
Peneliti merumuskan beberapa masalah dalam bentuk pertanyaan seperti
1) Bagaimanakah kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol di
SMA Negeri 4 Bandung dalam pembelajaran menulis cerpen, sebelum
mendapatkan perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi di kelas
eksperimen dan pembelajaran terlangsung di kelas kontrol?
2) Bagaimanakah kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol di
SMA Negeri 4 Bandung dalam pembelajaran menulis cerpen sesudah
mendapatkan perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi di kelas
eksperimen dan pembelajaran terlangsung di kelas kontrol?
3) Apakah terdapat perbedaan kemampuan siswa kelas eksperimen dan siswa
kelas kontrol dalam menulis cerpen sebelum dan sesudah mendapatkan
perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi di kelas eksperimen dan
pembelajaran terlangsung di kelas kontrol?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal berikut:
1) kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMA Negeri 4
Bandung dalam pembelajaran menulis cerpen sebelum mendapatkan
perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi di kelas eksperimen dan
pembelajaran terlangsung di kelas kontrol;
2) kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMA Negeri 4
Bandung dalam pembelajaran menulis cerpen sesudah mendapatkan
perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi di kelas eksperimen dan
pembelajaran terlangsung di kelas kontrol;
3) signifikansi perbedaan kemampuan siswa kelas eksperimen dan siswa kelas
kontrol dalam menulis cerpen sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan
berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi di kelas eksperimen dan
1.6 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan seorang pastinya akan memberikan
banyak manfaat bagi orang lain termasuk bagi dirinya sendiri. Berkaitan dengan
hal tersebut, manfaat yang bisa didapatkan dari penelitian ini dibagi menjadi dua,
yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai teknik
alternatif yang bisa digunakan dalam kegiatan menulis cerita pendek. Salah satu
teknik yang bisa digunakan dalam kegiatan menulis cerita pendek adalah teknik
cerita permulaan diskusi (discussion starter story).
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
seperti berikut.
1) Pendidik bisa menggunakan teknik cerita permulaan diskusi (discussion
starter story) sebagai teknik alternatif dalam pembelajaran menulis cerita
pendek sehingga pembelajaran akan berlangsung lebih menarik dan inovatif.
2) Penggunaan teknik cerita permulaan diskusi (discussion starter story)
diharapkan bisa lebih mermotivasi peserta didik untuk mengatasi
kesulitannya dalam menulis cerita pendek. Kesulitan yang dialami peserta
didik seperti sulit mengungkapkan ide, membuat alur cerita yang menarik,
dan penggunaan bahasa yang komunikatif.
3) Penelitian ini juga bermanfaat bagi peneliti pribadi karena peneliti sebagai
calon pendidik bahasa dan sastra Indonesia akan lebih memahami teknik
cerita permulaan diskusi (discussion starter story) sebagai teknik alternatif
yang bisa digunakan dalam pembelajaran menulis cerita pendek.
1.7 Anggapan Dasar
1) Hal yang paling penting dari pengajaran menulis adalah kegiatan
pembelajaran aktif yang melibatkan siswa secara langsung.
2) Usaha untuk menumbuhkan motivasi siswa yang mengalami kesulitan
dalam melakukan kegiatan menulis cerita pendek bisa disiasati dengan
menggunakan teknik pembelajaran yang variatif dan tepat.
1.8 Hipotesis
Peneliti merumuskan hipotesis dari penelitian ini bahwa “terdapat
perbedaan yang signifikan pada kemampuan siswa sebelum dan sesudah
menggunakan teknik cerita permulaan diskusi (discussion starter story) dalam
kegiatan menulis cerita pendek” di kelas eksperimen dengan yang tanpa menggunakan teknik cerita permulaan diskusi di kelas kontrol.
H0= Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis
cerita pendek siswa kelas X SMAN 4 Bandung di kelas eksperimen dan kelas kontrol
Ha= Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis cerita
pendek siswa kelas X SMAN 4 Bandung di kelas eksperimen dan kelas kontrol
1.9 Definisi Operasional
Ada beberapa kata kunci yang menjadi variabel penelitian ini. Peneliti
memaparkan variabel-variabel dalam penelitian ini seperti berikut.
1) Pembelajaran menulis cerita pendek adalah pembelajaran menulis salah satu
jenis sastra atau fiksi yang ada di sekolah dan tulisannya terdiri dari satu
konflik dan disusun secara ringkas serta bisa dibaca dalam waktu singkat.
Cerpen yang akan digunakan dalam penelitian adalah jenis cerita pendek
berdasarkan pengalaman pribadi. Cerita pendek berdasarkan pengalaman
pribadi dipilih agar siswa mampu lebih detail dan kreatif dalam menulisnya.
Cerita pendek memanfaatkan pengetahuan dan kreativitas siswa sehingga
siswa bisa dengan bebas menceritakan hal-hal yang ingin disampaikan
2) Teknik pembelajaran Cerita Permulaan Diskusi (Discusion Starter Story)
merupakan salah satu teknik pembelajaran berbasis diskusi yang sangat baik
diterapkan pada materi-materi yang dikemas dalam masalah-masalah nyata
yang banyak terjadi dalam lingkungan siswa. Teknik Cerita Permulaan
Diskusi merupakan salah satu teknik pembelajaran berkelompok yang
melibatkan peserta didik secara langsung karena membutuhkan pikiran
langsung peserta didik yang berkaitan erat dengan keterampilan menulis
peserta didik dalam memecahkan masalah. Dengan teknik cerita permulaan
diskusi ini, peserta didik yang mengalami kesulitan dalam kegiatan menulis
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Metode eksperimen merupakan sebuah metode yang mengujicobakan
suatu cara melalui suatu pengamatan. Penelitian dengan pendekatan percobaan
atau eksperimen dimaksudkan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan
sebab-akibat (causal and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih
kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen (Danim, 2002;
dalam Syamsuddin dan Damaianti, 2011: 150-151).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah two groups
Pretest-posttest control group desain (Sugiyono, 2010:76). Dalam penelitian ini,
peneliti bertujuan untuk menguji efektivitas teknik cerita permulaan diskusi dalam
pembelajaran menulis cerpen pada kelompok eksperimen yang diberi perlakuan
teknik dan yang tidak diberi perlakuan. Berikut merupakan tabel desain two
groups Pretest-posttest control group desain.
Tabel 3.1
Pretest-posttest control group desain
Kelas Pretes Perlakuan Postes
E
K Y1
Keterangan:
E : Kelas eksperimen.
K : Kelas pembanding.
O1 : Pretes (kelas eksperimen).
X1 : Perlakuan pada kelas eksperimen.
Y1 : Pembelajaran terlangsung.
O3 : Pretes (kelas pembanding).
O4 : Postes (kelas pembanding).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini pastinya memiliki populasi dan sampel yang digunakan.
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 4
Bandung tahun pelajaran 2012/2013 semester genap yang berjumlah dua kelas,
terdiri atas kelas X-1 dan kelas X-6.
3.2.2 Sampel Penelitian
Arikunto (1993: 119) mengemukakan bahwa sampel adalah variabel yang
akan diteliti atau diamati yang merupakan bagian dari populasi. Teknik sampling
terdiri dari dua teknik, yaitu probality sampling dan nonprobality sampling.
Teknik sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah probality
sampling dengan model simple random sampling. Penentuan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara simple random sampling, sehingga untuk
mengambil sampel, peneliti mengambil dua kelas tanpa prasangka. Dua kelas
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah kelas X-1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas X-6 sebagai kelas pembanding.
3.3 Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik
pengumpulan data dan teknik pengolahan data. Berikut akan dijabarkan mengenai
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data untuk
memperoleh data atau mengenai hal-hal informasi yang ingin diteliti. Terdapat
beberapa cara teknik pengumpulan data. Mengumpulkan data memang bukan hal
yang mudah, tetapi merupakan sebuah kegiatan yang terbilang melelahkan
melelahkan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah tes
kemampuan menulis cerpen dan observasi.
3.3.1.1Tes Menulis
Tes yang diberikan oleh peneliti terhadap objek penelitian dilakukan
sebanyak dua kali. Hal tersebut dilakukan untuk melihat kemampuan siswa dalam
menulis cerpen. Tes pertama dilakukan pada siswa sebelum mendapatkan
perlakuan. Tes kedua dilakukan kepada siswa setelah siswa mendapatkan
perlakuan. Tes pertama bertujuan untuk melihat kemampuan awal siswa dalam
menulis cerpen, sedangkan tes kedua dilaksanakan untuk melihat perkembangan
dan perubahan kemampuan siswa menulis cerpen setelah diberikan perlakuan.
3.3.1.2Observasi
Observasi yang dilakukan ini adalah dengan mengikutsertakan penulis.
Dalam kegiatan ini penulis memposisikan diri sebagai pengajar dan terlibat
langsung dalam kegiatan pembelajaran. Observasi ini dilakukan untuk melihat
kegiatan pembelajaran menulis siswa dengan teknik cerita permulaan diskusi.
Berbagai situasi pembelajaran yang dialami siswa, seperti semangat, motivasi, dan
ketertarikan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen dapat dilihat secara
langsung.
Dalam penelitian ini, data yang akan diolah terdiri dari data hasil tes
menulis dan hasil observasi.
3.3.2.1Pengolahan Data Hasil Tes Menulis
Langkah-langkah dalam penilaian hasil tes menulis adalah sebagai berikut.
(1) Untuk menilai hasil menulis cerpen sebelum dan sesudah mendapat perlakuan
menggunakan rumus:
Nilai = Skor
(2) Uji reliabilitas antarpenimbang
Uji reliabilitas antarpenimbang bertujuan menghindari subjektivitas dalam
penilaian. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan mencari nilai:
SSt t2 =
SSp p2 =
SStot = –
SSkk 2 = – p2
Keterangan:
SSt t2 : Sumber variansi dari testi.
SSp p2 : Sumber variansi dari penimbang.
SStot : Sumber variansi total.
K : Jumlah penilai.
Dengan menggunakan prinsip ANAVA, data-data tersebut dapat
dimasukkan dalam format ANAVA sebagai berikut.
Tabel 3.2
Format ANAVA
Sumber variansi SS Dk (N-1) Variansi
dari testi SSt t2 N-1 Vt=
dari penimbang SSp p2 k-1 -
dari kekeliruan SSkk 2 (N-1)(k-1) Vkk=
Berdasarkan tabel 3.2, untuk mencari reliabilitas antarpenimbang dapat
digunakan rumus:
r
n=
Keterangan:
Vt : Variansi testi
Vkk : Variansi kekeliruan
Hasil perhitungan reliabilitas yang telah diperoleh disesuaikan dengan
tabel 3.3 Guilford.
Tabel 3.3
Tabel Guilford
Nilai Kualitas Korelasi
0,800 – 1,00 Sangat tinggi
0,600 – 0,800 Tinggi
0,200 – 0,400 Rendah
00,00 – 0,200 Sangat rendah
(Subana dan Sudrajat, 2005:104)
(3) Uji normalitas nilai pretes, postes, dan indeks gain.
Uji normalitas bertujuan mengetahui sebuah data berdistribusi normal atau
tidak normal. Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah:
a. H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Ha : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Dengan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05, dapat disimpulkan bahwa jika
nilai signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan H0 ditolak jika nilai signifikansi <
0,05.
(4) Menghitung indeks gain (normalized gain)
Untuk menghitung nilai indeks gain dapat digunakan rumus sebagai berikut.
Indeks gain =
Kriteria nilai indeks gain :
Indeks gain < 0,30 : Rendah
0,30 ≤ indeks gain ≥ 0,70 : Sedang
Indeks gain > 0,70 : Tinggi
(5) Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes, postes, dan indeks gain
Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes dan postes bertujuan menguji
hipotesis dalam penelitian ini. Jika sebuah data berdistribusi normal, maka uji
statistik yang digunakan adalah uji parametrik. Sebaliknya, jika data tersebut
berdistribusi tidak normal maka uji statistik yang digunakan adalah uji
nonparametrik. Sama halnya dengan uji normalitas, pada uji kesamaan dua
Dengan taraf signifikansi 0,05 dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi
(2-tailed) > (α) = 0,05 maka, H0 diterima, sedangkan jika nilai signifikansi
(2-tailed) < 0,05 maka, H0 ditolak. Jika H0 diterima memberikan arti bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa kelas eksperimen
dan kontrol dalam menulis. Sebaliknya, jika H0 ditolak maka terdapat perbedaan
yang signifikan antara kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas
pembanding.
3.3.2.2Pengolahan Data Hasil Observasi
Rata-rata hasil observasi dapat diketahui dari akumulasi rata-rata nilai
observer dibagi jumlah observer dengan rumus sebagai berikut.
̅
̅ ̅Setelah diketahui hasil rata-rata nilai observasi, selanjutnya nilai tersebut
dapat diketahui termasuk dalam kategori nilai dengan tingkat sangat baik, baik,
cukup, atau kurang seperti pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Skala Penilaian Rata-Rata Observasi
Nilai Rentang Nilai Keterangan
A 4,00 – 3,50 Baik Sekali
B 3,49 – 3,00 Baik
C 2,99 – 2,50 Cukup
D 2,49 – 2,00 Kurang
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini terdiri dari
instrumen perlakuan, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
3.4.1 Instrumen Perlakuan
Pada kelas eksperimen dilakukan dua kali tes, yaitu pretes (O1) sebelum
mendapat perlakuan dan postes (O2) setelah mendapatkan perlakuan
menggunakan teknik cerita permulaan diskusi. Pada kelas pembanding, tes juga
dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pretes O3 dan O4 yang keduanya tanpa
mendapatkan perlakuan.
Pola tes:
(O1) X (O2)
(O3) (O4)
Berikut ini gambaran dari pelaksanaan perlakuan pada kelas eksperimen.
Pelaksanaan Penelitian
Keterangan:
P1 : Perlakuan 1
P2 : Perlakuan 2
Pada bagan 3.1 menunjukan alur pelaksanaan penelitian pada kelas
eksperimen yang dijabarkan seperti berikut ini.
(1) Pada tahap pertama penelitian, siswa dibagi ke dalam beberpaa kelompok
yang terdiri atas 6-7 orang. Peneliti melakukan pretes keterampilan menulis
cerpen.
(2) Pada tahap kedua penelitian, peneliti memberikan perlakuan pertama, yaitu
melaksanakan pembelajaran menulis cerpen dengan teknik cerita permulaan
diskusi menggunakan media audio visual. Siswa dalam kelompok menyimak
pemutaran video tentang persahabatan atau pertemanan yang diputar tanpa
ending. Hal ini dilakukan untuk melatih dan menumbuhkembangkan
kreativitas siswa dalam mengarang akhir dari video yang ditampilkan. Siswa
dalam kelompok menulis beberapa paragraf mengenai kelanjutan cerita dan
menetukan akhir cerita dari video tersebut.
(3) Pada tahap ketiga penelitian, siswa dalam kelompok menceritakan
pengalaman pribadinya pada teman-temannya. Siswa berbagi atau bertukar
pengalaman dengan temannya. Siswa menanggapi pengalaman yang
diceritakan oleh temannya. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan inspirasi
bagi siswa dalam untuk membuat sebuah cerpen berdasarkan pengalaman
pribadinya.
(4) Pada tahap keempat penelitian, penulis melakukan postes menulis cerpen
dengan menggunakan teknik cerita permulaan diskusi. Sama halnya dengan
penugasan pada pretes, siswa ditugaskan untuk menulis cerpen dengan tema
tentang pengalaman pribadi. Pada tahap terakhir ini merupakan pembuktian
dari hasil perlakuan yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Deskripsi perlakuan tersebut tercantum dalam instrumen perlakuan berupa
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Jenjang : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : X/2
Alokasi Waktu : 4x45 menit (2 pertemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI
Menulis : Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam
cerpen
B. KOMPETENSI DASAR
Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku,
peristiwa, latar)
C. INDIKATOR
1. Kognitif Produk
a. Membaca penggalan cerpen yang akan menjadi rujukan dalam menulis
cerpen oleh siswa.
2. Kognitif Proses
a. Menentukan topik yang berhubungan dengan pengalaman pribadi sebagai
langkah awal kegiatan menulis cerita pendek.
b. Menulis cerita pendek dengan memperhatikan kronologi peristiwa dan
waktu.
3. Psikomotor
a. Bertukar cerita dengan teman dalam satu kelompok tentang pengalaman
pribadi
b. Menulis cerita pendek berdasarkan pengalaman diri sendiri.
4. Afektif
a. Karakter
a) Kerjasama
b) Jujur
c) Tanggungjawab
d) Apresiatif
b. Keterampilan Sosial
a) Bertanya dengan bahasa yang baik dan benar.
b) Menyumbang ide.
c) Menjadipendengar yang baik.
d) Membantu teman yang mengalami kesulitan.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kognitif produk
a. Secara mandiri siswa ditugasi untuk mengetahui kronologi peristiwa dan
waktu dalam cerpen.
b. Secara mandiri siswa dapat memahami cara menulis cerita pendek
berdasarkan kehidupan diri sendiri.
a. Secara mandiri siswa dapat membuat kerangka cerita pendek yang akan
dikembangkan menjadi cerita pendek berdasarkan kehidupan diri sendiri.
b. Secara mandiri siswa memahami struktur pembangun di dalam sebuah
cerpen.
3. Psikomotor
a. Siswa dapat membuat kerangka penulisan cerita pendek berdasarkan
kehidupan diri sendiri.
b. Siswa mampu mengembangkan kerangka cerita pendek menjadi sebuah
cerita pendek yang utuh.
4. Afektif
a. Karakter
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan perilaku
seperti kerjasama, jujur, bertanggungjawab, dan apresiatif.
b. KeterampilanSosial
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan kemajuan
dalam keterampilan bertanya dengan bahasa yang baik dan benar,
menyumbang ide, menjadi pendengar yang baik, dan membantu teman
yang mengalami kesulitan.
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian cerita pendek
2. Struktur pembangun cerpen
3. Menulis sebuah cerita pendek yang utuh berdasarkan pengalaman pribadi.
D. METODE PEMBELAJARAN
1. Metode pembelajaran partisipatif
2. Teknik cerita permulaan diskusi
E. SKENARIO PEMBELAJARAN
a. Guru menyapa dan mengecek kesiapan siswa
b. Siswa diberi motivasi belajar dengan ekspresi
sastra
c. Siswa diarahkan pada pemahaman mengenai
materi menulis cerita pendek
d. Siswa dan guru melakukan apersepsi mengenai
materi menulis cerita pendek
Kegiatan Inti
a. Siswa duduk di dalam kelompok yang telah
dibentuk sebelum melaksanakan kegiatan
menulis cerpen
b. Guru menayangkan sebuah video tentang
persahabatan.
c. Guru menghentikan penayangan video
sebelum cerita berakhir
d. Siswa ditugasi oleh guru untuk mereka-reka
ending dari cerita dalam video yang
ditayangkan oleh guru
e. Siswa menuliskannya hanya dalam sebuah
paragraf.
f. Perwakilan siswa mengemukakan hasil
g. Guru memutar kembali video tersebut untuk
mengetahui bagimana ending dari cerita
tersebut.
Kegiatan Penutup
a. Siswa membuat rumusan simpulan terhadap
butir-butir pembelajaran yang sudah mereka
b. Siswa menyampaikan kesan dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar
terhadap pembelajaran yang baru berlangsung
sebagai kegiatan refleksi
c. Guru memberikan penguatan terhadap
simpulan yang diberikan oleh para siswa
d. Guru menugaskan siswa untuk mempersiapkan
pengalaman pribadinya yang berkesan, sebagai
materi pembelajaran pertemuan selanjutnya.
15
menit
Pertemuan 2
Kegiatan Pembuka
a. Guru menyapa dan mengecek kesiapan siswa
b. Siswa diberi motivasi belajar dengan ekspresi
sastra
c. Siswa diarahkan pada pemahaman mengenai
materi menulis cerita pendek
d. Siswa dan guru melakukan apersepsi dan
mengulas materi yang telah disampaikan
b. Siswa setiap kelompok saling bertukar
pengalaman pribadi sebagai langkah awal dan
inspirasi untuk menulis cerpen
c. Siswa setiap kelompok menanggapi cerita
pengalaman pribadi temannya.
d. Setiap siswa menulis sebuah cerita pendek
berdasarkan pengalamn pribadinya
masing-masing, dan menjadikan cerita pengalaman
pribadi temannya sebagai referensi.
e. Beberapa orang siswa maju ke depan kelas
untuk membacakan cerita pendek yang telah
mereka buat
f. Siswa memberikan pendapat, kritik, dan saran
terhadap cerita pendek yang dibuat temannya
g. Guru menilai hasil kerja siswa dan
memberikan hadiah
Kegiatan Penutup
a. Siswa membuat rumusan simpulan terhadap
butir-butir pembelajaran yang sudah mereka
ikuti.
b. Siswa menyampaikan kesan dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar
terhadap pembelajaran yang baru berlangsung
sebagai kegiatan refleksi
c. Guru memberikan penguatan terhadap
simpulan yang diberikan oleh para siswa
60
menit
15
menit
F. SUMBER /BAHAN/ ALAT BELAJAR
1. E.Kosasih. 2010. Bahasa Indonesia Berbasis Pendidikan Karakter
Bangsa. Bandung: Sewu.
2. Thahar, H. E. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa.
Bahan:
Sebuah cerita pendek
Video
Alat:
Spidol
Laptop
Infokus
G. SUMBER PEMBELAJARAN
1. Lembar kerja
2. LP 1= kognitif; produk (individu)
3. LP 2 = kognitif; proses (individu)
4. LP 3 = psikomotor (kelompok)
5. LP 4 = Afektif (individu)
H. PENILAIAN
Penilaian berformasi/penilaian yang dilakukan berdasarkan respon/aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung
Penilaian afektifitas/penilaian tingkah laku atau sikap siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung
Penilaian proyek/penilaian yang diberikan terhadap siswa dengan cara memberikan penilaian pada hasil kerja mereka merujuk pada proses
penulisan kreatif menulis cerita pendek berdasarkan kehidupan diri sendiri
Jenis Tagihan:
kelompok : menggunakan LP2 dan LP3 (ulangan) : lembar kerja
Bentuk Instrumen: uraian bebas jawaban singkat lembar pengamatan
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
soal sebagai instrumen dari tes menulis dan lembar observasi sebagai instrumen
dari observasi.
3.4.2.1Soal
Dalam lembar soal tersebut berisi instruksi yang harus dilakukan dalam
menulis cerpen terlampir. Berikut merupakan soal yang digunakan sebagai
instrumen dari tes menulis. Pedoman penilaian hasil tulisan berupa cerpen
tercantum pada tabel 3.5 (Nurgiyantoro, 2001:296). Diadaptasi dari Burhan
Nurgiyantoro (Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia dan teori menulis cerpen
Tabel 3.5 Soal dan Format Penilaian Cerpen
Soal Tes Menulis Cerpen
38
dimensi tokoh dan latar.
Bobot 4 25 20 15 10
3.4.2.2 Lembar Observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini terdiri dari dua subjek
pengamatan, yaitu pada siswa dan pada guru (peneliti).
Tabel 3.6
Lembar Observasi Aktivitas Guru
No. Hal yang Diamati Penilaian
A B C D
1. Kemampuan membuka pelajaran.
a. Menarik perhatian siswa.
b. Menumbuhkan motivasi.
c. Memberi acuan.
d. Mengadakan apresiasi.
2. Sikap guru dalam proses pembelajaran.
a. Artikulasi suara.
b.Gerakan badan tidak mengganggu perhatian
siswa.
c. Antusias penampilan menarik.
d. Mobilitas posisi tempat.
3. Proses Pembelajaran.
a. Kesesuaian metode dengan pokok bahasan.
b. Kejelasan dalam menerangkan dan
memberikan contoh.
menggunakan respon.
d. Kecermatan dalam pemanfaatan waktu.
4. Kemampuan menggunakan Teknik Cerita
Permulaan Diskusi.
a. Menciptakan suasana berkesan dan cara
mengondisikan kelas.
b. Pemberian materi dengan proses interaksi
dengan siswa.
c. Menyelaraskan kondisi pikiran siswa
terhadap materi pembelarajaran.
d. Membangun antusias serta menanggapi
respon siswa dalam menggunakan teknik
Cerita Permulaan Diskusi.
e. Kemampuan berkomunikasi dengan siswa.
f. Kemampuan membimbing atau mengarahkan
siswa.
g. Penggunaan contoh cerpen dalam
pembelajaran.
h. Penggunaan media video untuk memotivasi
dan menstimulus siswa menulis cerpen.
i. Penggunaan pengalaman pribadi siswa
sebagai langkah stimulus dan inspirator
mengenai menulis cerpen.
j. Pengarahan terhadap siswa dan pengondisian
siswa saat postes.
k. pengarahan mengenai menulis cerpen dan
manfaatnya di masa depan kelak.
5. Evaluasi pembelajaran.
b. Melakukan evaluasi sesuai alokasi waktu
yang direncanakan.
c. melakukan evaluasi sesuai dengan bentuk
dan jenis pembelajaran yang dirancang.
6. Kemampuan menutup pembelajaran.
a. Meninjau kembali.
b. Mengevaluasi.
d. Menginformasikan bahan selanjutnya.
Komentar mengenai aktivitas guru :
Keterangan:
Mengisi lembar observer dengan memberikan tanda centang (√)
Sangat Baik (A) = 4
Baik (B) = 3
Cukup (C) = 2
Kurang (D) = 1
Observer,……….….…..2013
Tabel 3.7
Lembar Observasi Siswa
No. Hal yang Diamati A B C D
1. Antusias dalam menulis cerpen.
a.Mengikuti instruksi guru untuk belajar.
b.Secara tekun dan ikhlas melaksanakan
kegiatan belajar.
penting yang dapat mendukung
keterampilan menulis cerpen.
d. Mencatat hal-hal penting.
2. Inisiatif dalam mengajukan pendapat.
a. Keaktifan bertanya.
b. Keaktifan untuk menjawab.
c. Penyanggahan terhadap sesuatu yang
kurang sependapat.
d. Mampu memberikan alasan atas
pendapat yang diajukan.
3. Kesungguhan mengajar tugas menulis
cerpen.
a. Keseriusan dalam menulis cerpen.
b. Ketekunan dalam menulis cerpen.
c. Kesesuaian cerpen.
d. Kemampuan menulis cerpen secara
sistematis.
4. Memperhatikan penjelasan guru dalam
pembelajaran menulis cerpen.
a. Menyimak penjelasan guru dengan
saksama
b. Tidak membuat kegaduhan saat guru
menjelaskan.
c. Mencatat hal-hal penting dari
penjelasan guru.
d. Memahami contoh cerpen yang
diberikan guru.
Keterangan:
Mengisi lembar observer dengan memberikan tanda centang (√)
Sangat Baik (SB) = 4
Baik (B) = 3
Cukup (C) = 2
Kurang (K) = 1
Observer,……….….…..2013
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang telah dilakukan mengenai
penerapan Teknik Cerita Permulaan Diskusi (Discussion Starter Story) dalam
pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandung,
diperoleh simpulan sebagai berikut.
1)Tahap pertama untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis sebuah
cerpen sebelum diberikan perlakuan adalah dengan tes awal. Nilai nilai
rata-rata siswa kelas eksperimen pada tahap prates adalah sebesar 60,246,
sedangkan nilai rata-rata prates siswa kelas kontrol sebesar 58,642. Siswa kelas
kontrol dan kelas eksperimen di SMA Negeri 4 Bandung merasakan
kebingungan ketika mereka diminta untuk membuat sebuah cerpen. Hal-hal
yang menjadi faktor penghambat bagi mereka ketika akan membuat sebuah
cerpen adalah dari tema yang akan mereka pilih untuk dikembangkan menjadi
sebuah cerpen dan bagaimana mengembangkan cerpen dari tema itu sendiri.
Hal ini menunjukkan bahwa minat siswa kelas kontrol dan eksperimen di SMA
Negeri 4 Bandung terhadap pembelajaran menulis cerpen masih rendah.
Mereka lebih suka membaca sebuah cerpen karya orang lain dibandingkan
dengan membuat sebuah cerpen.
2)Tahap selanjutnya adalah melakukan tes akhir untuk melihat bagaimana
kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam menulis cerpen
setelah mendapatkan perlakuan. Nilai rata-rata prates pada kelas eksperimen
yang sebelumnya mendapatkan nilai 60,246, mengalami peningkatan nilai
rata-rata menjadi 74,814. Siswa kelas kontrol pada saat prates yang mendapatkan
nilai 58,642 mengalami peningkatan menjadi 62,901 pada tahap pascates.
Siswa kelas eksperimen di SMA Negeri 4 Bandung mulai mampu menulis
cerpen setelah mendapatkan perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan
menunjukan, bahwa siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandung lebih termotivasi
dan terbantu untuk menulis cerpen setelah mendapatkan perlakuan berupa
Teknik Cerita Permulaan Diskusi. Hal ini juga berlaku bagi siswa kelas kontrol
di SMA Negeri 4 Bandung yang mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran
terlangsung atau pembelajaran seperti pada umumnya. Perbedaan yang
signifikan terlihat dari nilai yang didapatkan oleh siswa di kelas kontrol dan
kelas eksperimen, pada saat prates dan juga pascates.
3)Terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol dalam menulis cerpen. Hal ini dapat dilihat berdasarkan uji t.
hipotesis, terbukti dengan perolehan nilai (10,181) > (2,006) pada
taraf kepercayaan 95%, sehingga dinyatakan hasil penelitian memiliki
perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah menggunakan Teknik Cerita
Permulaan Diskusi pada siswa kelas eksperimen di SMA Negeri 4 Bandung.
Perbedaan signifikan juga tercermin dari nilai yang diperoleh oleh siswa kelas
eksperimen dan siswa kelas kontrol, yang menunjukkan bahwa siswa kelas
eksperimen mendapatkan nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai yang diperoleh siswa kelas kontrol mulai dari tes awal hingga tes akhir.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di SMA Negeri 4 Bandung yang
diperoleh, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut.
1) Penulis merekomendasikan kepada guru untuk menggunakan Teknik Cerita
Permulaan Diskusi sebagai teknik alternatif dalam pembelajaran menulis
cerpen karena strategi ini terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam pembelajaran menulis cerpen.
2) Pembelajaran menulis, khususnya cerpen harus diawali dengan sesuatu
stategi yang menyenangkan bagi siswa. Dengan menggunakan Teknik Cerita
Permulaan Diskusi diharapkan siswa dapat belajar lebih efektif dan
3) Untuk peneliti selanjutnya, menyarankan penerapan Teknik Cerita Permulaan
Diskusi untuk materi pembelajaran menulis lainnya, selain materi menulis
cerpen. Hal tersebut bertujuan untuk melihat apakah Teknik Cerita Permulaan
Diskusi ini efektif digunakan untuk materi pembelajaran lain selain menulis
Daftar Pustaka
Ahmadi, A & Widodo, S. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Akhadiah, S, dkk. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Aksan, H. 2011. Proses Kreatif Menulis Cerpen. Bandung: Nuansa.
Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2007. Pokoknya Menulis. Bandung: Kiblat Buku Utama.
Anggrawati, V. 2010. “Penerapan Teknik Cerita Permulaan Diskusi (Discussion Starter Story) dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi (Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Cimahi Tahun Pembelajaran 2009/2010)”. Skripsi Sarjana FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.
Lubis, Y. 2012. "Pengaruh Penggunaan Teknik Cerita Permulaan Diskusi
(Discussion Starter Story) Terhadap Kemampuan Menulis Cerpen Siswa
Kelas X MAN 2 Model Medan Tahun Pembelajaran 2012/2013". Tersedia:http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Undergraduate-sk
130167X/26109/ [online] Selasa 2 juli 2013 23.31.
Harahap, R. 2013. "Bahasa Indonesia Momok Menakutkan". Tersedia:
http://m.kompasiana.com/post/bahasa/2013/02/18/bahasa-indonesia-momok-menakutkan/[online] Sabtu, 18 mei 2013 21.47.
Komarudin, A. 2012. “Penerapan Teknik MLM (Melihat Langsung Menulis) Berbasis Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Menulis Cerpen”. Skripsi Sarjana FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Maryani, S. 2011. “Efektivitas Pemanfaatan Media Blog dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerpen (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011)”. Skripsi Sarjana FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Nurgiyantoro, Burhan. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Semi. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung : Angkasa.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
Subana dkk. (2005). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana. H. D. 2005. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung:
Falah Production.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Syamsuddin dan Vismaia S. D. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tarigan, H. G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H. G. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.