• Tidak ada hasil yang ditemukan

ENGARUH VARIASI PRODUK TERHADAP VOLUME PENJUALAN PADA RUMAH MAKAN BAKMI JOGJA PAK ROSO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ENGARUH VARIASI PRODUK TERHADAP VOLUME PENJUALAN PADA RUMAH MAKAN BAKMI JOGJA PAK ROSO."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VARIASI PRODUK TERHADAP VOLUME PENJUALAN PADA RUMAH MAKAN BAKMI JOGJA PAK ROSO

(Studi Kasus pada Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso Jl. Panatayuda, Jl. H. Wasid Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata

Wida Rohayati 0707453

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI KATERING FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PENGARUH VARIASI PRODUK TERHADAP VOLUME PENJUALAN

PADA RUMAH MAKAN BAKMI JOGJA PAK ROSO

(Studi Kasus pada Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso Jl.

Panatayuda, Jl. H. Wasid Kota Bandung)

Oleh Wida Rohayati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Program Studi Manajemen Industri Katering Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia Mei 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH VARIASI PRODUK TERHADAP VOLUME PENJUALAN PADA RUMAH MAKAN BAKMI JOGJA PAK ROSO

JL. PANATAYUDA, JL. H. WASID KOTA BANDUNG (Studi Kasus pada Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso)

Skripsi ini Disetujui dan Disahkan oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Drs. Rd. Dian H. Utama, M. Si. Agus Sudono, SE,MM. NIP. 19640823.199302.1.001 NIP.19820508.200812.1.002

Mengetahui,

Ketua Prodi

Manajemen Industri Katering

Agus Sudono, SE,MM. NIP.19820508.200812.1.002

Tanggung Jawab Yuridis Ada Pada Penulis

(4)

ABSTRAK

Wida Rohayati (0707453), Pengaruh Variasi Produk Terhadap Volume Penjualan pada Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso Jl. H. Wasid, Jl. Panatayuda Bandung ( Studi kasus pada Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso Jl. Panatayuda, Jl. H. Wasid Kota Bandung). Dibawah bimbingan Drs. Rd. Dian H. Utama, M. Si dan Agus Sudono, SE.,MM.

Meningkatkan usaha dalam industri kuliner sebagai strategi mendapatkan keuntungan yang menjanjikan, membuat pengusaha menanamkan modal dalam usaha ini. Sehingga antara pengelola rumah makan sebelumnya dengan pembeli merek dapat saling menguntungkan dalam mensejahterakan pemilik beserta karyawan, sering juga dimaksud sebagai usaha jenis waralaba.

Kemudian untuk melihat bagaimana jalan dari usaha tersebut, maka dilakukan penelitian untuk meningkatkan volume penjualan, maka rumusan masalah dan tujuan penelitian ini mengangkat tentang bagaimana pengaruh variasi produk terhadap volume penjualan pada Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso yang bertempat di Jl. Panatayuda, Jl. H. Wasid Kota Bandung. Dimensi variasi produk yang terdiri dari ukuran, harga, tampilan dan kesesuaian menjadi dimensi untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap volume penjualan. Penelitian ini dilakukan pada 100 responden. Menggunakan Teknik Sampling Random dengan pengolahan data yang diolah dengan Analisis Path (Path Analisys). Berdasarkan hasil parsial dari empat sub variasi produk yang kemudian digunakan model trimming untuk mengapus hasil signifikan yang paling terkecil, maka didapat hasil pada pengaruh harga (X1) terhadap volume penjualan sebesar 0.205, pengaruh tampilan (X2) terhadap volume penjualan sebesar 0.232, pengaruh kesesuaian (X3) terhadap volume penjualan sebesar 0.482, serta pengaruh variable lain (ε) sebesar 0.422. Dalam penelitian ini terlihat bahwa variasi produk yang terdiri dari dimensi harga, tampilan dan kesesuaian mempunyai pengaruh yang positif terhadap volume penjualan.

(5)

ABSTRACT

Wida Rohayati (0707453), Effect of Variations in Product Sales Volume Of Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso Jl. H. Wasid, Jl. Panatayuda Bandung

(Case Study of Variations in Product Sales Volume Of Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso Jl. Panatayuda, Jl. H. Wasid Kota Bandung). Supervised by Drs. Rd. Dian H. Utama, M. Si and Agus Sudono, SE.,MM.

Increase efforts in the culinary industry as a promising strategy benefit, makes entrepreneurs to invest in this effort. Thus, between the previous restaurant management and the consumers are able to give benefit both to the owner and the employers, or commonly known as franchise bussines

Then to see how the path of the bussines, then conducted research to increase sales volume, then the formulation of the problem and the purpose of this study raised about the influence of variation in the volume of product sales on Rumag Makan Bakmi Jogja Pak Roso is located at Jl. Panatayuda, Jl. H. Wasid Bandung. Dimensional variations of products consisting of size, price, appearance and suitability are becoming a dimensions to know how much influence on sales volume. This study was conducted on 100 respondents. Using Random Sampling Technique with processed by Path Analysis (Path Analisys). Based on the partial results of the four sub-variations of the product which is then used to delete the model trimming of the most significant results of the smallest, then the results obtained on the effect of price (X1) the volume of sales by 0205, the influence of the display (X2) the volume of sales by 0232, the influence of appropriateness (X3) on volume sales by 0482, as well as the influence of other variables (ε) of 0422.In this research shows that a variety of products which consists of the price dimension, appearance and suitability to have a positive effect on sales volume.

(6)

ABSTRAK……….. i

ABSTRAC………. ii

KATA PENGATAR……… iii

UCAPAN TERIMA KASIH……… iv

DAFTAR ISI……… viii

DAFTAR TABEL……… xii

DAFTAR GAMBAR………... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah……… 1

1.2 Rumusan Masalah………... 11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 11

1.3.1 Tujuan Penelitian………. 11

1.3.2 Manfaat Penelitian……… 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka……… 13

2.1.1 Pengertian Pariwisata………. 13

2.1.2 Pengertian Restoran Waralaba………... 14

2.1.3 Pengertian Pemasaran……… 17

2.1.4 Bauran Pemasaran………. 18

2.1.5 Produk ……….. 22

2.1.5.1 Pengertian Produk ………... 22

2.1.5.2 Tingkatan Produk………. 24

2.1.5.3 Klasifikasi Produk……….. 26

(7)

2.1.7.1 Pengertian Variasi Produk………... 30

2.1.7.2 Fungi Variasi Produk ……….. 34

2.1.7.3 Dimensi Variasi Produk……… 36

2.1.8 Volume Penjualan………. 40

2.1.8.1 Pengertian Volume Penjualan……….. 40

2.1.8.2 Faktor-faktor Volume Penjualan………. 42

2.1.9 Pengaruh Variasi Produk terhadap Volume Penjualan………. 47

2.1.10 Orisionalitas Penelitian……… 49

2.2 Kerangka Pemikiran……… 50

2.3 Hipotesis……….. 56

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ……….... 58

3.2 Metode dan Jenis Penelitian……… 59

3.2.1 Jenis Penelitian ……… 59

3.2.2 Metode yang Digunakan……… 60

3.2.3 Operasional Variabel………. 62

3.2.4 Jenis dan Sumber Data……….. 65

3.2.5 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling……….... 66

3.2.5.1 Populasi………. 66

3.2.5.2Sampel……… 67

3.2.5.3 Teknik Penarikan Sampel……….. 69

3.2.6 Teknik Pengumpulan Data……….... 70

3.2.7 Pengujian Validitas dan Reliabilitas……….. 71

(8)

3.2.8 Rancangan Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis………. 78

3.2.8.1Teknik Analisis Data………. 78

3.2.8.2 Rancangan Analisis Data Deskriptif………. 80

3.2.8.3 Rancangan Analisis Data Verifikatif………. 81

3.2.8.4Rancangan Uji Hipotesis………... 87

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan ………..……….. 90

4.2 Karakteristik dan Pengalaman Responden RM. Bakmi Jogja Pak Roso……… 93

4.2.1 Karakteristik Responden………... 93

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 94

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………. 95

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan………... 97

4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan………. 98

4.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan……….. 100

4.2.7 Pengalaman Konsumen RM. Bakmi Jogja Pak Roso……….. 102

4.2.7.1 Pengalaman Berdasarkan Lama Mengenal……… 102

4.2.7.2 Pengalaman Berdasarkan Kesan Produk………... 103

4.2.7.3 Pengalaman Berdasarkan Seringnya Berkunjung……… 104

4.2.7.4 Pengalaman Berdasarkan Pengerahuan Jenis Produk Bakmi……….. 105

4.2.7.5 Pengalaman Berdasarkan Pengetahuan Jenis Menu Tambahan…………... 106

4.3 Hasil Penelitian……… 107

(9)

4.3.1.2 Tanggapan Responden terhadap Harga Bakmi Jogja Pak Roso………….. 112

4.3.1.3 Tanggapan Responden terhadap Tampilan Bakmi Jogja Pak Roso……… 117

4.3.1.4 Tanggapan Responden terhadap Kesesuaian Bakmi Jogja Pak Roso……. 124

4.3.2 Gambaran Volume Penjualan Berdasarkan Responden………. 133

4.3.3 Pengaruh Variasi Produk terhadap Volume Penjualan pada RM. Bakmi Jogja

Pak Roso ……… 135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……… 156

5.2 Saran ………. 157

DAFTAR PUSTAKA………. 159

(10)

No. Judul Tabel Hal Tabel

1.1 Peringkat Daya Saing Pariwisata Negara ASEN………. 2

1.2 Rekapitulasi dan Daftar Nama Potensi Restoran dan Rumah Makan Berijin di Kota Bandung 2011………. 4

1.3 Perkembangan Volume Penjualan dalam 1 TahunTerakhir pada RM. Bakmi Jogja Pak Roso………. 7

1.4 Rekapitulasi Hasil Pra Penelitian kepada 30 Responden (konsumen) pada RM. Bakmi Jogja Pak Roso……… 9

2.1 Pengertian Pariwisata……….. 13

2.2 Definisi Variasi Produk dari Sumber Jurnal……… 33

2.3 Orisionalitas Penelitian……… 49

3.1 Operasional Variabel……… 63

3.2 Jenis dan Sumber Data……… 66

3.3 Hasil Uji Validitas pada Variabel Variasi Produk (X)……… 75

3.4 Hasil Uji Validitas pada Variabel Volume Penjulan (Y)………… 76

3.5 Hasil Uji Pengaruh Variasi Produk (X) terhadap Volume Penjualan pada RM. Bakmi Jogja Pak Roso………. 78

3.6 Skor Sistem Pernyataan……… 79

3.7 Kriteria Intrepretasi Skor………. 81

4.1 Karakteristik Konsumen RM. Bakmi Jogja Pak Roso Berdasarkan Jenis Kelamin……… 94

(11)

Pendidikan……… 97

4.4 Karakteristik Konsumen RM. Bakmi Jogja Pak Roso Berdasarkan

Pekerjaan……….. 99

4.5 Karakteristik Konsumen RM. Bakmi Jogja Pak Roso Berdasarkan

Pendapatan……….. 100

4.6 Informasi Mengenai Lama Mengenal RM. Bakmi Jogja Pak Roso 103

4.7 Pengalaman Berdasarkan Kesan Produk pada RM. Bakmi Jogja

Pak Roso……….. 103

4.8 Pengalaman Berdasarkan Kunjungan pada RM. Bakmi Jogja Pak

Roso……… 104

4.9 Pengalaman Berdasarkan Pengetahuan Jenis Bakmi pada RM. Bakmi

Jogja Pak Roso……… 105

4.10 Pengalaman Berdasarkan jenis Menu Tambahan pada RM. Bakmi Jogja

Pak Roso………. 106

4.11 Tanggapan Responden terhadap Daya Tarik Variasi Ukuran dari setiap

Menu……… 108

4.12 Tanggapan Responden terhadap Variasi Menu dari Setiap Menu… 109

4.13 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Mengenai Ukuran…….. 110

4.14 Tanggapan Responden terhadap Keterjangkauan Harga dari Setiap

Menu……… 113

4.15 Tanggapan Responden pada Kesesuaian Harga terhadap Kualitas

Menu Makanan……… 114

(12)

4.18 Tanggapan Responden terhadap Variasi Garnish (hiasan makanan)

dari Setiap Menu……….. 119

4.19 Tanggapan Responden terhadap Daya Tarik Tampilan

(Penyajian Manakan)……… 120

4.20 Tanggapan Responden terhadap Variasi Bahan Baku Makanan…. 121

4.21 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Mengenai Tampilan….. 122

4.22 Tanggapan Responden terhadap Kesesuaian Ukuran terhadap

Harga……….. 124

4.23 Tanggapan Responden pada Kualitas Bahan Baku terhadap Harga 125

4.24 Tanggapan Responden terhadap Variasi Menu Tambahan (menu lain)

terhadap Daya Tarik Pembelian……… 127

4.25 Tanggapan Responden terhadap Kesesuaian Garnish (hiasan makanan)

pada Setiap Menu Makanan……….. 128

4.26 Tanggapan Responden terhadap Kesesuaian Warna pada Tampilan

Makanan……… 129

4.27 Tanggapan Responden terhadap Kesesuaian Menu Makanan telah

Memenuhi Keinginan……… 131

4.28 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Mengenai Kesesuaian… 132

4.29 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Mengenai Variabel Volume

Penjualan………. 134

4.30 Matriks Korelasi Intrepretasi Sub Variabel Variasi Produk terhadap

Volume Penjualan……… 136

(13)

Jogja Pak Roso……… 138

4.32 Pengujian Hipotesis Secara Simultan……….. 141

4.33 Hasil Pengujian Koefisien Jalur... 142

4.34 Matriks Korelasi antar Sub Variabel dengan Volume Penjualan

dengan Menggunakan Model Trimming……….. 147

4.35 Pengujian Hipotesis Secara Simultan……….. 153

4.36 Hasil Pengujian Koefisien Jalur... 154

4.37 Hasil Pengujian Koefisien Jalur serta Pengaruh Langsung dan

Tidak Langsung dari Variasi Produk yang Diperoleh Konsumen RM.

(14)

No. Judul Gambar Hal Gambar

1.1 Fluktuasi Volume Penjualan dalam 1 Tahun Terakhir pada

RM. Bakmi Jogja Pak Roso ……… 8

2.1 Bauran Pemasaran……… 21

2.2 Alur Produk………. 23

2.3 Tingkatan Produk……… 25

2.4 Kerangka Pemikiran………..……….. 55

2.5 Kerangka Penelitian Pengaruh Variasi Produk terhadap Voluma Penjualan……… 56

3.1 Macam-macam Statistik……….. 60

3.2 Struktur Hubungan Kausal antara X dan Y……… 82

3.3 Diagram Jalur Hipotesis……….. 83

3.4 Diagram Jalur Sub Hipotesis Utama……… 84

4.1 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 95

4.2 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Usia………. 96

4.3 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendidikan……….. 98

4.4 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pekerjaan………. 99

4.5 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendapatan……….. 101

4.6 Struktur Hubungan Kausal antara X dan Y………. 136

4.7 Diagram Jalur Pengujian Hipotesis Utama……….. 143

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik

perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, serta dorongan orang untuk melakukan

perjalanan, cara berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Hal tersebut

sesuai dengan definisi pariwisata menurut MC. Intosh dan Goeldner dalam

Sulastiyono (1994:4) adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik

secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah Negara sendiri atau di

Negara lain dengan menggunakan sarana, jasa dan faktor lainnya yang diadakan

oleh pemerintah atau masyarakat, agar dapat terwujud keinginan wisatawan.

Sejak tahun 2007, World Economic Forum mengeluarkan The Travel and

Tourism Competitive Indek (TTCI) yang merupakan alat ukur atas elemen-elemen

yang mendorong daya saing pengembangan sektor pariwisata di berbagai negara

di dunia.

Pada tahun 2009, Indonesia tercatat menempati posisi ke 81 dari 133

negara. Posisi masih di bawah Malaysia (32), Singapura (10) dan Thailand (39).

Apabila dibandingkan peringkat tahun 2009 peringkat Indonesia mengalami

penurunan. Namun di tahun 2011 terjadi peningkatan peringkat daya saing

pariwisata, dengan menempatkan Indonesia menduduki peringkat ke-74 dari 139

negara, meskipun posisi tersebut masih di bawah Malaysia (35), Singapura (10),

(16)

diperkirakan masih di bawah Vietnam (6.54%), Myanmar (7.19% dan 12.52%).

Padahal di sisi lain, Indonesia lebih kaya dan beraneka ragam alam dan

budayanya.

Setelah melakukan berbagai penilaian pada berbagai variabel yang

bersangkutan dengan dunia pariwisata, maka hasil akhirnya dapat dilihat

berdasarkan penilaian peringkat daya saing Pariwisata Negara ASEAN seperti di

pada table 1.1 berikut:

Tabel 1.1

Peringkat Daya Saing Pariwisata Negara ASEAN

Sumber: The Travel and Tourism Competitiveness Report 2011 (World Economic Forum)

Namun, sektor pariwisata di Indonesia saat ini menjadi salah satu sektor

unggulan bagi pemerintah Republik Indonesia dalam mendapatkan devisa negara.

Pariwisata mempunyai peranan penting untuk memperluas dan memeratakan

kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah,

memperbesar nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat serta memupuk rasa cinta tanah air, memperkaya kebudayaan

nasional dan memantapkan pembinaannya dalam rangka memperkukuh jati diri

bangsa dan mempererat persahabatan antar bangsa.

Negara/ tahun 2008 2009 2011

Indonesia 80 81 74

Kamboja 112 108 109

Malaysia 32 32 35

Filipina 81 86 94

Singapura 16 10 10

Thailand 42 39 41

(17)

Faktor-faktor penunjang lainnya yang mendukung sektor pariwisata, yaitu

bidang yang bergerak dalam usaha pariwisata. Usaha pariwisata menurut UU no.

9 Tahun 1990 yaitu kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata

atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana

pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. Beberapa bidang yang

bergerak di usaha jasa pariwisata adalah usaha dalam travel, hotel, dan restoran.

Untuk meningkatkan jumlah kunjungan pariwisata ke Indonesia

khususnya ke Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencanangkan

program Visit West Java 2008. Program ini dijadikan sebagai upaya untuk

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Propinsi Jawa Barat dan juga

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan sektor pariwisata.

Dilihat dari aspek geografis dan demografis provinsi Jawa Barat terletak pada

5°50’-7°50°’ Lintang Selatan dan 104°48’-108°-48’ Bujur Timur, serta termasuk

dalam daerah tropis.

Sehingga banyak wisatawan domestik, khususnya juga wisatawan

mancanegara sangat menyukai daerah tropis tersebut. Karena bagi wisatawan

mancanegara, mereka lebih mengutamakan daerah tropis untuk mencari tambahan

sinar matahari, sehingga banyak wisatawan asing yang melakukan kegiatan

wisatawan ke daerah Indonesia terutama ke daerah Jawa Barat.

Pada tahun 2010, Provinsi Jawa Barat secara administratif terdiri dari 17

kabupaten dan 9 kota, yaitu: Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten

Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut,

(18)

Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu,

Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten

Bekasi, serta Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota

Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar.

Dari beberapa kabupaten dan kota di Jawa Barat, salah satunya Kota

Bandung dapat dijadikan sarana atau tempat yang strategis untuk menjalankan

usaha dalam bidang kuliner. Kesiapan dari seorang pembisnis bidang kuliner

tersebut dapat dimulai dengan memberikan sumber pelayanan untuk wisatawan,

karena usaha ini bisa menjanjikan dan berbagai faktor yang menunjang dalam

bisnis kuliner dapat memberikan keuntungan yang relatif besar jika dijalankan

dengan sebaik mungkin. Banyaknya usaha yang sejenis mengakibatkan

persaingan yang dapat terlihat jelas dan nyata, seperti yang terlihat pada tabel 1.2:

Tabel 1.2

Rekapitulasi dan Daftar Nama Potensi Restoran dan Rumah Makan Berijin di Kota Bandung Tahun 2011

No Klasifikasi Jumlah Potensi

1 Restoran Talam Kencana 0

2 Restoran Talam Salaka 15

3 Restoran Talam Gangsa 125

4 Restoran WaraLaba 40

5 Bar 12

6 Rumah Makan A 21

7 Rumah Makan B 103

8 Rumah Makan C 144

Jumlah 416

Sumber: Data diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Di dalam UUD Pariwisata Pasal 16 menyatakan bahwa penggolongan

(19)

Kencana (Emas), merupakan kelas tertinggi yang dinyatakan dengan piagam

bertanda sendok garpu berwarna Emas. Kelas B disebut Talam Salaka (Perak)

merupakan kelas menengah yang dinyatakan dengan piagam bertanda sendok

garpu berwarna perak, dan kelas tertendah yaitu kelas C yang disebut dengan

Talam Gangsa (Perunggu) dinyatakan dengan piagam bertanda sendok garpu

berwarna perunggu.

Terlihat juga dalam perbedaan pemungutan pajak yang dikenakan

berdasarkan klasifikasi restoran tersebut di Kota Bandung, yakni:

a. Talam Kencana (tingkat tinggi)

Restoran jenis talam kencana merupakan restoran yang dikenakan pajak Rp.

3.000.000/ tahun

b. Talam Salaka (tingkat sedang)

Restoran jenis talam salaka merupakan restoran yang dikenakan pajak Rp.

2.500.000/ tahun

c. Talam Gangsa (tingkat rendah)

Restoran jenis talam gangsa merupakan restoran yang dikenakan pajak Rp.

2.000.000/ tahun

d. Waralaba (pengertianya udah)

Restoran jenis waralaba merupakan restoran yang dikenakan pajak Rp.

1.500.000/ tahun

e. Bar

Bar dikenakan pajak Rp. 1.500.000/tahun.

f. Rumah Makan

- Rumah Makan tipe A dikenakan pajak Rp. 1.500.000/tahun

- Rumah Makan tipe B dikenakan pajak Rp. 1.000.000/tahun

- Rumah Makan tipe C dikenakan pajak Rp. 500.000/tahun

(20)

Jika melihat dari uraian dan pajak yang dikenakan pada 3 jenis restoran di

atas, restoran tradional maupun restoran modern, dapat termasuk ke dalam ke tiga

klasifikasi tersebut. Namun, harus dinilai dari pada beberapa kriteria khusus yang

harus dimiliki oleh restoran untuk dapat masuk ke dalam kelas mana, setelah

mencapai persyaratan yang ditentukan oleh UUD Pariwisata Pasal 16.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa Kota Bandung merupakan

daerah yang sangat kaya akan kulinernya. Dari jumlah di atas dapat dilihat bahwa

dari tahun ke tahun berikutnya akan semakin meningkat, hal ini disebabkan oleh

keadaan pariwisata yang semakin baik yang menyebabkan wisatawan domestik

maupun mancanegara yang datang ke Bandung, yang menjadikan industri ini

memiliki potensi yang sangat baik.

Seorang pembisnis kuliner, misalnya yang berjalan pada bisnis jenis

waralaba (franchise) menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

Republik Indonesa No. 259/MPR/7/1997 Tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba, yaitu waralaba adalah perikatan

dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau

menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha

yang dimiliki oleh pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang

ditetapkan dalam rangka yang ditetapkan dalam rangka menyediakan dan atau

penjualan barang dan jasa. Salah satu usaha pengembangan industri waralaba di

Bandung.

Restoran waralaba yang terdapat di Bandung, salah satunya yaitu Rumah

(21)

memulai Pra penelitian dengan menyebarkan 30 kuesioner kepada responden

(konsumen) yang datang ke Rumah Makan ini. Berikut Data Rekapitulasi

Responden terhadap Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso Jl. H. Wasid, Jl.

Panatayuda Kota Bandung.

Tabel 1.3

Perkembangan Volume Penjualan Dalam 1 Tahun Terakhir Pada Bakmi Jogja Pak Roso Jl. H. Wasid, Jl. Panatayuda Bandung

BULAN Volume Penjualan Target Penjualan Persentase Kinerja (%)

Sep'10 51,972,000 70,000,000 74.24

Okt'10 71,593,000 90,000,000 79.56

Nov'10 63,811,000 90,000,000 70.90

Des'10 70,415,000 90,000,000 78.24

Jan'11 82,041,000 90,000,000 91.16

Feb'11 73,167,000 90,000,000 81.29

Maret'11 74,568,000 90,000,000 82.85

Apr'11 75,114,000 90,000,000 83.46

Mei'11 75,383,000 90,000,000 83.76

Juni'11 71,222,000 90,000,000 79.14

Juli'11 79,515,000 90,000,000 88.35

Agust'11 48,027,000 90,000,000 53.36

Rata-rata 78.75

(22)

Gambar 1.1

Fluktuasi Volume Penjualan dalam 1 Tahun Terakhir pada RM Bakmi Jogja Pak Roso

Dari data di atas menunjukkan bahwa jumlah volume penjualan di RM.

Bakmi Jogja Pak Roso yang mengalami fluktuasi dari periode bulan September

2010 – Agustus 2011. Perusahaan waralaba ini, belum dapat memenuhi target

penjualan yang di inginkan oleh pembisnis. Sehingga masih banyak di setiap

bulannya volume penjualan mengalami naik turun yang masih relatife rendah dari

target penjualan. Persentase kinerja pun otomatis mengalami keadaan yang sama

sejalan dengan situasi volume penjualan yang masih di bawah harapan pembisnis

usaha ini.

Dilihat dari hasil target penjualan, persentasi terbesar terdapat pada bulan

Januari 2011, karena di bulan tersebut adalah dimana banyaknya pengunjung yang

datang, beberapa faktor banyaknya pengunjung dikarenakan termasuk hari libur

anak sekolah, iklim atau cuaca yang baik untuk berpariwisata, penghujung awal

tahun bagi orang-orang untuk dapat menikmati hari libur serta beberapa faktor

(23)

Kemudian untuk bulan Agustus 2011, volume penjualan mengalami penurunan

yang drastis, dikarenakan beberapa faktor penyebab yakni: masuk pada bulan

Ramadhan (bulan puasa) dan 3 hari sebelum dan seminggu setelah Hari Raya Idul

Fitri Rumah Makan Bakmi Jogja tutup dahulu (cuti bersama). Namun setelah itu,

beberapa bulan selanjutnya, volume penjualan mengalami fluktusi yang kembali

normal.

Setelah mengetahui bahwa volume penjualan di Rumah Makan ini belum

dapat mencapai target, maka peneliti mencoba untuk mengetahui faktor, yang

terdapat pada Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso dengan melakukan

penyebaran kuesioner pada 30 responden. Maka hasil yang didapatkan dapat

dilihat dari table 1.4

Tabel 1.4

Rekapitulasi hasil Pra Penelitian kepada 30 Responden (konsumen) No Indikator Pernyataan Sangat

Setuju ( SS )

Setuju ( S )

Ragu-ragu ( R )

Tidak Setuju ( TS )

Sangat Tidak Setuju ( STS )

Persentase (%)

1 Kelezatan (rasa) memenuhi keinginan selera Anda

4 24 2 0,97

2 Menurut Anda tampilan dari Bakmi Jogja Pak Roso yang

ditawarkan menarik

19 9 2 0,78

3 Kebersihan makanan sesuai dengan harapan saya

2 22 6 0,9

4 Kualitas produk yang

dihasilkan sesuai dengan harapan saya

3 24 3 0,95

5 Variasi makanan yang

ditawarkan RM. Bakmi Jogja menarik

11 18 1 0,67

6 Porsi yang disajikan pas atau cukup

4 20 6 0,9

7 Harga yang ditawarkan

sesuai dengan harapan saya

3 22 2 3 0,87

8 Lokasi atau tempat strategis bagi saya

4 20 2 3 1 0,83

(24)

No Indikator Pernyataan Sangat Setuju

( SS )

Setuju ( S )

Ragu-ragu ( R )

Tidak Setuju

( TS )

Sangat Tidak Setuju ( STS )

Persentase (%)

10 Ketepanan penyajian

pesanan makanan sesuai dengan harapan saya

1 22 7 0,88

11 Keramahan dan kesopanan dalam pemberian pelayanan

memuaskan

9 18 3 0,95

12 Seberapa besar daya beli untuk dapat berkunjung kembali ke Rumah Makan

Bakmi Jojga Pak Roso ini

4 21 5 0,92

Sumber: Pra Penelitian RM. Bakmi Jogja Pak Roso Jl. Panatayuda, Jl. H. Wasid Bandung (16-17 Januari 2012)

Setelah melihat hasil dari rekapitulasi yang telah dilaksanakan, tepatnya

pada tanggal 16 – 17 Januari 2012 dapat disimpulkan bahwa variasi produk yang

termasuk di didalamnya yaitu tampilan produk memiliki nilai yang paling rendah

persentasenya. Maka dari itu, diduga merupakan faktor yang kurang signifikan

dan penyebab terjadinya penurunan volume penjulan yang belum dapat memenuhi

atau mencapai target penjualannya dengan baik.

Jika dihubungkan dengan faktor sebelumnya, maka dapat disimpulkan

secara jelas bahwa perusahaan waralaba ini, kemungkinan target penjualan tidak

dapat dicapai karena faktor variasi menu dan indikatornya yaitu tampilan produk

makanan yang kurang menarik konsumen. Oleh karena itu, dari uraian masalah

tersebut di atas, maka dalam skripsi ini penulis mengambil judul “ Pengaruh

Variasi Produk terhadap Volume Penjualan ”. (Studi Kasus Pada Rumah Makan

(25)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang ada, maka rumusan masalah

yang diajukan, diantaranya adalah:

1. Bagaimana gambaran variasi produk (ukuran/ banyaknya porsi, harga,

tampilan, dan kesesuaian terhadap kepuasan konsumen) pada Rumah

Makan Bakmi Jogja Pak Roso Jl. Panatayuda, Jl. H. Wasid Kota

Bandung?

2. Bagaimana gambaran volume penjualan pada Rumah Makan Bakmi Jogja

Pak Roso Jl. Panatayuda, Jl. H. Wasid Kota Bandung?

3. Seberapa besar pengaruh variasi produk (ukuran/ banyaknya porsi (X1),

harga (X2), tampilan (X3), dan kesesuaian (X4) terhadap kepuasan

konsumen) terhadap volume penjualan pada Rumah Makan Bakmi Jogja

Pak Roso Jl. Panatayuda, Jl. H. Wasid Kota Bandung?

1.3TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk memperoleh hasil mengenai:

1. Untuk mengetahui gambaran variasi produk pada Rumah Makan Bakmi

Jogja Pak Roso Jl. Panatayuda, Jl. H. Wasid Kota Bandung

2. Untuk mengetahui gambaran volume penjualan pada Rumah Makan

Bakmi Jogja Pak Roso Jl. Panatayuda, Jl. H. Wasid Kota Bandung

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variasi produk (ukuran/

(26)

terhadap kepuasan konsumen) pada Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso

Jl. H. Wasid, Jl. Panatayuda Kota Bandung

1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian teoritis

yang mendukung peneliti lebih lanjut dan bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan, khususnya tentang pengaruh variasi produk terhadap

volume penjualan dalam suatu perusahaan.

2. Manfaat Praktis

Secara menyeluruh dapat memberikan masukkan kepada pihak

perusahaan kuliner waralaba Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso Jl.

Panatayuda, Jl. H. Wasid Kota Bandung dalam hal penyajian makanan

atau minuman pada faktor variasi menu produk, agar lebih meningkatkan

volume penjualan dan dapat mencapai target penjualan yang diharapkan.

Manfaat bagi peneliti dapat memperoleh pengetahuan yang lebih

dari kualitas produk yang dapat mempengaruhi volume penjualan pada

suatu perusahaan dalam bidang kuliner, khususnya yang terjadi pada

Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso Jl. Panatayuda, Jl. H. Wasid Kota

(27)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisa mengenai pengaruh Variasi Produk terhadap

Volume Penjualan pada Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso Jl. H. Wasid, Jl,

Panatayuda Kota Bandung. Variabel bebas (independent variabel) atau variabel

eksogen yang diteliti yaitu variasi produk (X). Sedangkan (dependent variabel)

atau variabel endogen yang diteliti yaitu Volume Penjualan (Y) yang terdiri dari

kualitas barang, selera konsumen, servis (pelayanan) dan persaingan menurunkan

harga jual.

Objek penelitian yang dijadikan populasi penelitian ini adalah konsumen

Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso di Jl. H. Wasid, Jl. Panatayuda Kota

Bandung dengan asumsi bahwa setiap konsumen yang berkunjung ke tempat yang

dijadikan penelitian dapat memberikan jawaban mengenai penting tidaknya

variasi produk Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso di Jl. H. Wasid, Jl.

Panatayuda Kota Bandung dengan angka penjualan yang ada. Berdasarkan objek

penelitian tersebut, maka akan dianalisis mengenai pengaruh variasi produk

terhadap volume penjualan pembelian produk Bakmi Jogja Survei pada konsumen

Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso di Jl. H. Wasid, Jl. Panatayuda Kota

(28)

3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Jenis Penelitian

Menurut Soekanto yang dikutip oleh Dhohiri (2004:17) mengatakan bahwa:

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilandaskan pada analisis dan kontruksi, yang dilakukan secara metodologi, sistematis, dan konsisten yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran yang sebagai salah satu manifestasi hasrat manusia untuk mengetahui apa yang sedang dihadapi.

Jenis penelitian menurut Dhohiri (2004:19) penelitian dipandang dari cara

pembahasannya dibedakan menjadi 2 yaitu penelitian deskriptif dan Inferensial.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang hanya melukiskan, memaparkan,

dan melaporkan suatu keadaan, suatu objek atau suatu peristiwa fakta apa adanya

dan berupa penyingkapan fakta. Statistik inferensial adalah statistik yang

digunaka untuk menganalisis data sampel, dan hasilnya akan digeneralisasikan

(didiferensikan) untuk populasi di mana sampel diambil. Terdapat dua macam

statistik inferensial yaitu: statistik parametris dan non paramentris. Statistik

parametris digunakan untuk manganalisa data interval atau rasio, yang diambil

dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan statistik non parametris,

digunakan untuk menganalisis data nimonal dan ordinal dari populasi yang bebas

distribusi. Jadi tidak harus normal. Dalam teknik Korelasi dan regresi dapat

berperan sebagai statistik Inferensial. Bermacam-macam statistik dapat

(29)

Gambar 3.1 Macam-macam Statistik

Berdasarkan tingkat penjelasan dan bidang penelitian, maka jenis penelitian

ini adalah penelitian deskriptif (description research) dan verifikatif (verificative

research). Menutur Sugiyono (2008:53), “Penelitian deskriptif adalah penelitian

yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu varibel atau

lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain”.

Penelitian deskriptif ini mempunyai tujuan untuk mengetahui gambaran

secara keseluruhan mengenai variasi produk dalam meningkatkan volume

penjualan yang terdiri dari produk keuntungan dari penjuala, jumlah produk yang

terjual, efektifitas penjualan dan ketercapaian target penjualan.

Adapun jenis penelitian verifikatif menurut Arikunto (2006:8), “Pada

dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui

pengumpulan data di lapangan”.

3.2.2 Metode yang Digunakan

Berdasarkan jenis penelitian di atas, yaitu penelitian deskriptif (descriptive

research) data verifikatif (analytical research) yang dilaksanakan melalui

pengumpulan data di lapangan, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode explanatory survey, Sugiyono (2009:11) mengemukakan pendapat Statistik

Deskriptif

Inferensial

Paramentris

(30)

Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi penelitian melakukan perlakukan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya.

Menurut Natsir yang dikutip oleh Dhohiri (2004:27) mengungkapkan bahwa

secara umum metode penelitian dapat dikelompokkan menjadi lima bagian yaitu:

a. Metode penelitian sejarah b. Metode deskriptif/ survey c. Metode eksperimental d. Metode grounded research e. Metode penelitian tindakan

Sugiyono (2008:2) berpendapat bahwa, “Secara umum metode penelitian

diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu”.

Penelitian dilakukan atas dasar pada ciri-ciri keilmuan sehingga diharapkan

hasil penelitain yang diperoleh dapat digunakan untuk kepentingan selanjutnya.

Dhohiri (2004:28) mengungkapkan bahwa “metode survey adalah

penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang

ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi,

sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok atau daerah”. Singarimbun

(1991:3) mengatakan bahwa “penelitian survey adalah penelitian yang mengambil

sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan

data yang pokok”.

Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, maka

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional method.

(31)

“Metode penelitain ini, informasi dari sebagaian populasi dikumpulkan langsung

di tempat kejadian secara empirik dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari

sebagaian populasi terhadap objek yang sedang diteliti di lapangan”.

3.2.3 Operasional Variabel

Sejalan dengan penjelasan yang telah dikemukan di dalam objek penelitian,

variabel yang akan diteliti dari 2 variabel, yaitu variabel eksogen dan variabel

endogen. Adapun yang menjadi variabel eksogen adalah variasi produk (X) yang

meliputi ukuran/bentuk (X1), harga (X2), tampilan (X3), kesesuaian (X4),

Sedangkan yang menjadi variabel endogen yaitu volume penjualan (Y) yang

terdiri dari kualitas barang, selera konsumen, servis (pelayanan) dan persaingan

menurunkan harga jual.

Hermawan (2006:118) berpendapat bahwa, “Operasionalisasi variabel adalah

bagaimana caranya kita mengukur suatu variabel”. Dalam hal ini, operasionalisasi

variabel menjabarkan ke dalam konsep variabel, indikator, ukuran dan skala

sehingga memungkinkan bagi suatu variabel untuk diukur.

Penjabaran operasionalisasi dari varibel-variabel yang akan diteliti dapat

(32)
[image:32.595.62.563.192.747.2]

Tabel 3.1 Opeasional Variabel Variabel/ Sub Variabel Konsep Teoritis

Konsep Konsep Empiris Analitik

Skala Pengukuan

No Item

Variasi Produk (X)

Variasi Produk sebagai unit tersendiri dalam suatu merek atau lini produk yang dapat dibedakan berdasarkan ukuran, harga, penampilan, atau ciri lain (Philip Kotler 2005:72)

Ukuran/ Bentuk (X1)

Ukuran/ Bentuk

 Daya tarik yang ditimbulkan variasi produk Menu pada RM. Bakmi Jogja Pak Roso

 Tingkat daya tarik dari bentuk setiap menu makanan

 Tingkat variasi dari menu makanan

Interval

Interval

1

2

Harga (X2) Harga

 Kesesuaian harga kriteria pada RM. Makan bakmi Jogja seperti rasa, kualitas, dan ukuran dari Menu RM. Bakmi Joja Pak Roso  Tingkat keterjangkuan harga menu makanan  Tingkat kesesuaian harga terhadap kualitas menu makanan Interval Interval 3 4

Tampilan (X3)

Tampilan

 Daya tarik variasi tampilan (penyajian) Menu pada RM. Bakmi Jogja Pak Roso

 Tingkat variasi dari warna tampilan

 Tingkat variasi garnish dari setiap menu makanan

 Daya tarik tampilan (penyajian)

 Tingkat variasi bahan baku

(33)

Variabel/ Sub Variabel

Konsep Teoritis

Konsep Konsep Empiris Analitik

Skala Pengukuan

No Item

Kesesuaian (X4)

Volume Penjualan (Y)

Kesesuaian

 Kesesuaian variasi makanan seperti pada ukuran sajian (porsi), kualitas bahan baku, menu sajian tambahan, garnish (hiasan makanan), dan tampilan warna

 Kualitas barang

 Selera konsumen

 Servis (pelayanan)

 Tingkat kesesuaian variasi ukuran (porsi) terhadap harga  Tingkat kualitas bahan baku terhadap harga  Tingkat variasi menu tambahan terhadap daya tarik pembeli

 Tingkat

(34)

Sumber: Pengolahan Data 2012

3.2.4 Jenis dan Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. berdasarkan jenis dan

sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

Menurut Umar (2008:42) yang dimaksud dengan data primer dan data sekunder

adalah:

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara

empirik kepada pelaku langsung atau yang terlibat langsung dengan

menggunakan teknik pengumpulan data tertentu, dengan kata lain data primer

diperoleh secara langsung.

2. Data sekundar adalah data yang diperoleh dari pihak lain atau hasil penelitian

pihak lain atau data yang sudah tersedia sebelumnya yang diperoleh dari

pihak lain yang berasal dari buku-buku, artikel dan jurnal ilmiah.

Table 3.2 di bawah ini menyajikan sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini. Variabel/ Sub

Variabel

Konsep Teoritis

Konsep Konsep Empiris Analitik

Skala Pengukuan

No Item

 Persaingan menurunkan harga jual

 Daya tertarik membeli Mie Jogja karena harga yang ditawarkan dapat bersaing dengan Rumah Makan yang lain

[image:34.595.91.539.119.642.2]
(35)
[image:35.595.115.533.157.618.2]

Tabel 3.2

Jenis dan Sumber Data

No Data Jenis Data Sumber Data

1 Tingkat daya saing Pariwista Negara ASEAN

Sekunder The Travel and Tourism

Competitiveness Report 2011 (Word Economic Forum)

2 Pertumbuhan sektor industry makanan di Bandung 2011

Sekunder Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Bandung 2011

3 Rekapitulasi dan Daftar Nama Potensi Restoran dan Rumah Makan Berijin di Kota Bandung Tahun 2011

Sekunder Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Bandung 2011

4 Rekapitulasi Hasil Pra Penelitian RM. Bakmi Jogja Pak Roso

Primer Pra Penelitian 2012

5 Faktor yang mempengaruhi tingkat Penjualan RM. Bakmi Jogja Pak Roso

Primer Pra Penelitian 2012

6 Variasi Produk pada RM. Bakmi Jogja Pak Roso

Primer Reponden RM. Bakmi

Jogja Pak Roso 2012

7 Tingkat Penjualan pada RM. Bakmi Jogja Pak Roso

Primer Pra Penelitian 2012

Sumber: Berdasarkan hasil pengolahan data 2012

3.2.5 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 3.2.5.1Populasi

Sebuah penelitian digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa suatu

data, menentukan populasi merupakan langkah yang penting. Menurut Arikunto

(2006:130), “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan

Sugiyono (2008:115) mengemukakan bahwa, “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri dari atas objek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan”.

Riduwan dan Koncoro (2009:37) berpendapat bahwa “Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau objek yang menjadi kuantitas dan

(36)

ditarik kesimpulannya”. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek

itu, melainkan meliputi karakteristik atau sifat yang dimiliki objek atau subjek

tersebut.

Penentuan populasi harus dimulai dengan penentuan secara jelas mengenai

populasi yang menjadi sasaran penelitiannya yang disebut populasi sasaran, yaitu

populasi yang akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian. Jadi, apabila sebuah

penelitian dikeluarkan kesimpulan, maka menurut etika penelitian kesimpulan

tersebut hanya berlaku untuk populasi sasaran yang telah ditentukan.

Populasi dalam penelitian ini adalah Konsumen Rumah Makan Bakmi

Jogja Pak Roso Jl. Panatayuda, Jl. H. Wasid Kota Bandung, yang secara perhari

konsumen tersebut dapat berkunjung rata-rata ±20 konsumen, maka dalam satu

bulan konsumen yang berkunjung rata-rata ± 600 konsumen.

3.2.5.2Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Sampel menurut Sugiono (2008:116) yaitu, “Bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi”. Sedangkan Arikunto (2009:131) berpendapat

bahwa, “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.

Populasi dalam penelitian ini tidak mungkin dapat penulis teliti. Hal ini

disebabkan beberapa faktor, yaitu:

1 Keterbatasan waktu

2. Keterbatasn tenaga

3. Keterbatasan waktu yang tersedia

Yang diungkapkan pula oleh Singarimbun (2006:149), “Bahwa tidak perlu

(37)

sangat besar juga membutuhkan waktu yang lama, dan dengan meneliti sebagian

populasi kita mengharapkan hasil yang di dapat akan mampu menggambarkan

hasil populasi yang bersangkutan”.

Berdasakan pertimbangan di atas, maka peneliti diperkenankan mengambil

sebagian dari objek populasi yang ditentukan, dengan catatan bagian yang diambil

tersebut mewakili yang lain tidak diteliti. Sugiyono (2008:73) berpendat bahwa:

Bila populasi besar dan data penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasn dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari daari sampel itu kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi, untuk itu sampel dari populasi harus benar-benar repsentatif.

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur sampel, digunakan rumus

Slovin (Umar, 2008:141) dengan asumsi harus berdistribusi normal dan

homogeny serta populasi sudah diketahui (Riduwan dan Koncoro, 2008:44).

Keterangan:

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat

ditolerir (e = 0,1)

Dalam mndapatkan populasi populasi (N), maka dilakukan perhitungan

dengan menggunakan rata-rata. Berdasarkan rumus Slovin, maka ukuran sampel

(38)

85,714 ≈ 86

Berdasarkan perhitungan di atas sebesar 86 sampel minimal, untuk lebih

memperkuat hasil penelitian maka peneliti membulatkan hasil perhitungan sampel

minimal dengan menyebarkan kuesioner kepada menariknya 100 responden untuk

disebarkan kepada responden.

3.2.5.3Teknik Penarikan Sampel

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk

menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Peneliti menggunakan

teknik Sistematic Random Sampling dalam penelitian ini untuk populasi yang

bergerak. Hal ini senada dengan pendapat Sugiyono (2007:73), bahwa teknik

sampling adalah teknik pengumpulan sampel. Metode pengambilan acak

sistematis dengan jarak tertentu dari suatu kerangka sampel yang telah diurutkan”.

Dengan demikian, tersedianya suatu populasi sasaran yang tersusun (ordered

population target) merupakan prasyarat penting bagi dimungkinkan pelaksanaan

pengambilan sampel dengan metode acak sistematis.

Populasi dalam penelitian ini adalah populasi bergerak. Menurut

Al-Rasyid (1994:66) cara sistematik memiliki kelebihan yaitu bisa dilakukan

meskipun tidak ada kerangka sampling. Adapun langkah-langkah yang dilakukan

(39)

1. Menentukan populasi dengan menarik konsumen dari Rumah Makan Bakmi

Jogja Pak Roso

2. Menentukan tempat yang akan digunakan sebagai checkpoint adalah Rumah

Makan Bakmi Jogja Pak Roso

3. Menentuakan waktu yang akan digunakan untuk menentukan sampling. Dalam

penelitian ini waktu kongkrit yang digunakan untuk penelitian adalah pukul

11:00 – 17:00 WIB (hari Senin s/d Jum’at) dan pukul 11:00 – 16: 00 WIB

(hari Sabtu s/d Minggu)

1. Melaksanakan Menentukan orientasi lapangan yang akan digunakan untuk

menentukan sampling. Orientasi ini akan dijadikan dasar untuk menentukan

interval pemilihan pertama atau dasar kepadatan pengunjung. Menentukan

ukuran sampel dari besarnya populasi, yaitu sebesar 86 responden yang

kemudian ditambah menjadi 100 untuk menambah keakuratan.

4. Berdasarkan survey yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui rata-rata

konsumen Rumah Makan Bakmi Jogja Pak Roso adalah 600 orang. (hasil

perhitungan menggunakan rumus Slovin)

5. Menghitung besarnya populasi pada sampel yang terpilih.

3.2.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data untuk

keperluan penelitian dimana data yang terkumpul adalah untuk menguji hipotesis

yang telah dirumuskan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini didapatkan

(40)

1. Studi Literatur merupakan usaha pengumpulan informasi yang

berhubungan dengan teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah dan

variabel yang diteliti. Studi literatur tersebut diperoleh dari 1)

perpustakaan, 2) skripsi angkatan terdahulu dan tesis, 3) jurnal manajemen

bisnis dan kuliner, dan 4) media elektronik (internet).

2. Kuesiouner/ angket merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. (Sugiyono: 2008:199)

3. Wawancara dilakukan sebagai teknik komunikasi langsung tatap muka,

wawancara ini dilakukan kepada pemiliki perusahaan RM. Bakmi Jogja

Pak Roso yang terletak di Jl. Panatayuda, Jl. H. Wasid Kota Bandung.

4. Observasi, yaitu pengalaman dan peninjauan langsung terhadap objek

yang sedang diteliti yaitu pembeli Bakmi Jogja (Survei pada Pembeli RM.

Bakmi Jogja Pak Roso yang terletak di Jl. Panatayuda, Jl. H. Wasid Kota

Bandung).

3.2.7 Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Data mempunyai kedudukan paling tinggi dalam penelitian karena data

merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan fungsinya sebagai

pembentukan hipotesis. Oleh karena itu, benar tidaknya data sangat menentukan

mutu hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data tergantung dari baik

tidaknya instrumen pengumpulan data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua

(41)

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur, Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan

data yang sama. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam

pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan

reliabel (Sugiyono, 2010:173).

Penelitian ini menggunakan dalam penelitian ini menggunakan skala

semantic differential. Skala pengukuran ini dikembangkan oleh Osgood dan

digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun

checklist.

3.2.7.1Hasil Pengujian Validitas

Validitas merupakan instrumen yang dapat mengukur kebenaran sesuatu yang

diperlukan. Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro berpendapat bahwa, “Uji

validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang

diukur benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur”.

Arikuntoro (2006:168) mengemukakan pengertian validitas sebagai berikut:

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat – tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrument yang valid atau sahih

mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid

berarti memiliki validitas yang rendah.

Instrumen yang valid berpengaruh terhadap hasil penelitian. Hasil penelitian

yang valid menurut Sugiyono (2008:172), yaitu:

(42)

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid, Valid berarti intrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.

Adapun untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari nilai korelasi

antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara

mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah

setiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus korelasi

Pearson Product Moment seperti berikut:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }

Sumber:

Keterangan:

r

xy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = Skor yang diperoleh subjek seluruh item

Y = Skor total

∑ = Jumlah skor dalam distribusi X ∑ = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑ = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X ∑ = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y n = Banyaknya responden

Keputusan pengujian validitas responden dengan ketentuan sebagi berikut:

1. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan valid jika

r

hitung ≥

r

tabel

2. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan tidak valid jika

(43)

Selanjutnya perlu diuji apakah validnya instrument yang ditemukan dengan

sampel 30 itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 100 konsumen,

maka perlu dihitung dengan uji-t dengan rumus sebagai berikut:

81)

Keterangan :

t

hitung = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi

=Kuadrat koefisien korelasi

n = Banyaknya responden

Keputusan pengujian validitas menggunakan taraf signifiksai dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Nilai t dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = n–2 dan taraf signifikasi

α = 0,1

2. Jika thitung ≥ ttabel maka item pertanyaan dikatakan valid

3. Jika thitung < ttabel maka item pertanyaan dikatakan tidak valid

Berdasarkan uji validitas yang dilakukan dengan bantuan program SPSS

(Statistical Product for Service Solution) 19.00 dan Ms. Office Excel 2007,

didapat hasil pengujian yang dicantumkan pada Tabel 3.3 di bawah ini:

(44)
[image:44.595.122.509.138.643.2]

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas pada Variabel Variasi Produk (X)

No Item Pernyataan r hitung r tabel Sig Keterangan

Ukuran (X1)

1 Pernyataan 1 0,379 0,361 0,019 Valid 2 Pernyataan 2 0,387 0,361 0,017 Valid

Harga (X2)

3 Pernyataan 1 0,432 0,361 0,009 Valid 4 Pernyataan 1 0,627 0,361 0,000 Valid

Tampilan (X3)

5 Pernyataan 1 0,398 0,361 0,015 Valid 6 Pernyataan 2 0,369 0,361 0,022 Valid 7 Pernyataan 3 0,471 0,361 0,004 Valid 8 Pernyataan 4 0,597 0,361 0,000 Valid

Kesesuaian (X4)

9 Pernyataan 1 0,563 0,361 0,001 Valid 10 Pernyataan 2 0,560 0,361 0,001 Valid 11 Pernyataan 3 0,372 0,361 0,021 Valid 12 Pernyataan 4 0,378 0,361 0,020 Valid 13 Pernyataan 5 0,363 0,361 0,024 Valid 14 Pernyataan 6 0,619 0,361 0,000 Valid Sumber: Pengolahan data 2012

Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditujukan pasa table 3.3 terlihat

bahwa item-item pernyataan dari setiap variabel X yaitu variasi produk, yang

memiliki sub variabel dimensi ukuran, harga, tampilan dan kesesuaian

dinyatakan valid. Hal ini dikarenakan hasil r hitung dari setiap item pernyataan

pada kuesioner lebih besar dari r tabel. Bila nilai koefisien dari setiap item

pernyataan diintrepretasikan nilai hubungannya rata-rata memiliki nilai

hubungan yang kuat dan sangat kuat, hanya sekitar 8 item pernyataan yang

(45)

Untuk variabel y yaitu volume penjualan, hasil uji validitas dengan

bantuan program SPSS 19.00 dan Ms. Excel 2010, didapat hasil pengujian

[image:45.595.117.513.238.612.2]

yang dicantumkan pada Tabel 3.4 di bawah ini:

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas pada Variabel Volume Penjualan (Y)

No Item Pernyataan r hitung r tabel Sig Keterangan

Volume Penjualan (Y)

1 Pernyataan 1 0,755 0,361 0,000 Valid 2 Pernyataan 2 0,760 0,361 0,000 Valid 3 Pernyataan 3 0,722 0,361 0,000 Valid 4 Pernyataan 4 0,783 0,361 0,000 Valid Sumber : Pengolan data 2012

Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditunjukan pada tabel 3.4 terlihat

bahwa item-item pernyataan dari variabel volume penjualan (Y) dinyatakan

valid karena hasil r hitung dari setiap item pernyataan pada kuesioner lebih dari

r tabel. Bila nilai koefisien dari setiap item pernyataan diintrepretasikan nilai

hubungannya rata-rata memiliki nilai hubungan yang sangat kuat.

3.2.7.2Hasil Pengujian Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2010:173), “Instrumen yang reliabel adalah instrument

yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama”.

Arikunto (2006:178) mengemukakan pernyataan tentang reliabilitas sebagai

berikut:

(46)

Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian dengan rentang skor antara 1-7

untuk sampel biasa dapat digunakann rumus Cronbach alpha, yaitu:

[

] [

]

(Suharsimi Arikunto, 2006:196)

Keterangan:

r

11 = relibilitas butir pertanyaan

k = banyaknya butir pertanyaa

Jumlah varian butir dapat dicari dengan cara mencari nilai varians tiap item,

kemudian jumlahkan, Rumus untuk mencari varians tiap item dan varians total,

seperti berikut ini.

∑ – ∑

(Arikunto, 2006:184)

Keterangan:

n = Jumlah Sampel

Nilai skor yang dipilih

Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika koefisian internal seluruh item (r11) ≥

r

tabel dengan α = 10% dan
(47)

2. Jika koefisian internal seluruh item (r11) <

r

tabel dengan α = 10% dan

derajat kebebasan (dk = n-2) maka item pertanyaan dikatakan tidak

reliable

Dengan menggunakan alat antu software computer program SPSS

(Statistical Product for Service Solution) 19.00, diketahui bahwa semua variabel

reliable, hal ini dikarenakan nilai C masing-masing variabel lebih besar

dibandingkan dengan koefisien alpha cronbach yang skornya bukan 1 dan 0,

[image:47.595.112.511.239.610.2]

berikut tabel 3.5 uji reabilitas instrument penelitian.

Tabel 3.5

Hasil uji reabilitas Pengaruh Variasi Produk (X) terhadap Volume Penjualan

Variabel r hitung r tabel Keterangan

Ukuran (X1) 0,495 0,361 Reliabel Harga (X2) 0,655 0,361 Reliabel Tampilan (X3) 0,738 0,361 Reliabel Kesesuaian (X4) 0,695 0,361 Reliabel Volume Penjualan (Y) 0,801 0,361 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan data 2012

3.2.8 Rancangan Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.2.8.1Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, digunakan jenis analisi yaitu analisi deskriptif

khususnya bagi variabel yang bersifat kualitatif dan analisis kuantitatif berupa

pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik. Analisis deskriptif

digunakan untuk melihat faktor penyebab sedangkan analisis kuantitatif menitik

beratkan dalam pengungkapan perilaku variabel penelitian, dengan menggunakan

(48)

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

(kuesioner). Angket ini disusun oleh penulis berdasarkan variabel yang terdapat

dalam variasi produk terhadap volume penjualan pada Rumah Makan Bakmi

Jogja Pak Roso Jl. H. Wasid, Jl. Panatayuda Kota Bandung. Setiap variabel yang

dinilai oleh pembeli, diklasifikasikan simpel random sampling yang berpoint dari

[image:48.595.108.548.245.616.2]

1-7

Table 3.6 Skor Sistem Pernyataan

No Pernyataan Tanggapan Responden

Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 Keterangan Sangat Menarik Sangat tidak Menarik Sangat Bervariasi Sangat tidak Bervariasi Sangat Terjangkau Sangat tidak Terjangkau Sangat Sesuai Sangat tidak Sesuai

Sangat Berkualitas Sangat tidak Berkualitas Sangat Tertarik Sangat tidak Tertarik

Sumber: Modifikasi 2012

Analisis data dalam penelitian kuantitatif dilakukan setelah seluruh data

responden terkumpul. Kegiatan analisis data dalam penelitian dilakukan melalui

tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menyusun data

Mengecek nama dan kelengkapan tertentu identitas responden serta

mengecek kelengkapan data yang di isi responden untuk mengetahui

karakteristik responden.

2. Menyeleksi dan untuk memeriksa kesempurnaan dan kebenaran data

(49)

3. Tabulasi Data

Tabulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a. Memberi skor pada setiap item

b. Menjumlahkan skor pada setiap item

c. Menyusun ranking skor pada setiap variabel penelitian

4. Menganalisis dan menafsirkan hasil perhitungan berdasarkan

angka-angka yang diperoleh dan perhitungan statistik. Adapun metode analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan

verifikatif.

3.2.8.2Rancangan Analisis Data Deskriptif

Analisis deskriptif, bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah

dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Analisis deskriptif dapat

digunakan untuk mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis

korelasi dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data

sampel atau populasi tanpa perlu diuji signifikasinya (Sugiyono, 2007:144)

Melalui analisis-analisis deskriptif, maka dapat diketahui:

1. Analisis deskriptif tanggapan responden terhadap ukuran/ bentuk pada RM.

Bakmi Jogja Pak Roso

2. Analisis deskriptif tanggapan responden terhadap harga pada RM. Bakmi

Jogja Pak Roso

3. Analisis deskriptif tanggapan responden terhadap tampilan pada RM. Bakmi

(50)

4. Analisis deskriptif tanggapan responden terhadap kesesuaian pada RM.

Bakmi Jogja Pak Roso

5. Analisis deskriptif tanggapan responden terhadap Volume penjualan yang

terdiri dari kualitas barang, selera konsumen, servis (pelayanan) dan

persaingan menurunkan harga jual.

6. Analisis deskriptif tanggapan responden tentang pengaruh variasi produk

[image:50.595.117.509.243.505.2]

terhadap volume penjualan.

Tabel 3.7

Kriteria Interpretasi Skor

Sumber: Riduwan & Kuncoro (2008: 22)

Untuk menafsirkan sejumlah mana pengaruh variasi produk terhadap volume

penjualan digunakan criteria interpretasi skor dalam tabel. Nilai koefisien penentu

berada di antara 0-100%. Jika nilai koefisien semakin mendekati 100% berarti

semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin

mendekati 0 berarti semakin lemah pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen.

3.2.8.3Rancangan Analisis Data Verifikatif

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Setiap

pendapat responden atas pernyataan dalam angket penelitian ini dapat memilih Kriteria Penafsiran Keterangan

0%-20% Sangat Lemah

21%-40% Lemah

41%-60% Cukup

61%-80% Kuat

(51)

sesuai nilai dari kepuasan responden yang dimulai dari angka 1 sebagai awal nilai

terendah sampai dengan 7 yang dinilai sebagai kepuasan yang sangat tinggi.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian kuantitaif ini adalah

metode analisis verifikatif, maka dilakukan analisis jalur (path analysis). Untuk

memenuhi persyaratan digunakannya metode analisis jalur maka

sekurang-kurangnya data yang diperoleh adalah data interval.

Path Analysis (Analisis Jalur)

Teknik analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh variasi

produk (X) yang terdiri dari ukuran/bentuk, harga, tampilan dan kesesuaian

terhadap volume penjualan (Y) Bakmi Jogja Pak Roso adalah metode analisis

verifikatif, maka dilakukan analisi jalur (Path Analysis).

Dalam hal ini analisis jalur digunakan untuk menentukan besarnya

pengaruh variabel independen (X) terhadap volume penjualan (Y) baik secara

langsung maupun tidak langsung. Adapun untuk pengolahan data dapat dilakukan

dengan bantuan program SPSS 19.0 for windows, langkah-langkahnya bisa dilihat

pada lampiran.

Pada hipotesis dilakukan dengan menggambarkan suatu hipotesis di bawah

ini.

ε

X Y

[image:51.595.112.513.235.759.2]
(52)

Keterangan:

X = Variasi Produk Y = Volume Penjualan ε = epsilon (Variabel Lain) = Hubungan Kausalitas

Gambar 3.2 di atas menggambarkan struktur hubungan antara variabel

eksogen. Struktur hubungan di atas menggambarkan bahwa variasi produk

berhubungan dengan volume penjualan, selain itu terdapat faktor-faktor lain yang

mempunyai hubungan antara X dan Y yaitu variabel residu yang dilambangkan

dengan ε.

Struktur hubungan antara X dan Y diuji melalui analisis jalur dengan

hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh yang signifikan antara variasi produk

yang terdiri atas Ukuran (X1), Harga (X2), Tampilan (X3) dan Kesesuaian (X4)

terhadap Volume Penjualan (Y).

Pengujian hipotesis dilambangkan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

ε

X1

X2

X3 Y

[image:52.595.114.512.245.666.2]

X4

Gambar 3.3 Diagram Jalur Hipotesis

Selanjutnya diagram hipotesis diatas diterjemahkan kedalam beberapa

(53)

dominan terhadap variabel dependen X1, X2, X3, dan X4. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 3.4 berikut:

ε

X1

ρ

yx1

r

x1.x3

r

x1.x2

X2

ρ

yx2

r

x1.4

r

x2.x3 Y

ρ

yx3

r

x2.x4 X3

r

x3 x4

ρ

yx4 [image:53.595.115.509.180.753.2]

X4

Gambar 3.4

Diagram Jalur Sub Hipotesis Utama Keterangan:

X1 = Sub variabel Ukuran X2 = Sub variabel Harga X3 = Sub variabel Tampilan X4 = Sub variabel Kesesuian Y = variabel Volume Penjualan

 = epsilon

a. Pengujian hipotesis dilakukan dengan langkah-langkah s

Gambar

Tabel
Tabel 1.2 Rekapitulasi dan Daftar Nama Potensi Restoran dan Rumah Makan
Tabel 1.3 Perkembangan Volume Penjualan Dalam 1 Tahun Terakhir Pada Bakmi
Gambar 1.1  Fluktuasi Volume Penjualan dalam 1 Tahun Terakhir pada RM Bakmi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun perusahaan-perusahaan multinasional tersebut memang menyediakan sejumlah modal, namun dalam kenyataannya mereka bisa saja justru menurunkan tingkat bunga maupun

Dari uaraian di atas dapat dipahami bahwa dalam proses belajar mengajar, guru khususnya guru SKI harus mampu memberikan motivasi belajar kepada siswa, karena keberadaan

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham PT Indocement Tunggal Prakartsa (INTP), harga saham PT Holcim Indonesia (SMCB) dan harga saham

Penanaman nilai-nilai keberagaman sejak sekolah dasar yang telah dibahas sebelumnya, membuat peneliti tertarik untuk mendalaminya, khususnya penanaman nilai-nilai

khusus untuk penyedia berbentuk badan usaha, memperoleh paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik

instrumental, pokoknya bisa membuat enjoy dan rileks...”18 Pendapat Hisnul Mahmudi juga dalam sebuah wawancara: “saya senang mengikuti pelajaran ibu Dwi Retno Yuli Utami, karena

Tanggung jawab Pabrik Gula Trangkil terhadap petani tebu ialah harus menghabiskan dan mengolah tebu milik petani tebu yang bermitra dengan Pabrik Gula Trangkil,

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan memahami pengalaman hidup mantan pekerja seks komersial yang menjalani pembinaan di Panti Pelayanan Sosial Wanita