• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KOMPETENSI PROFESIONAL DALAM MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN : Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI KOMPETENSI PROFESIONAL DALAM MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN : Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 1676/UN.40.2.2/PL/2013

IMPLEMENTASI KOMPETENSI PROFESIONAL DALAM

MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn

(Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

JAMALUDIN AKBAR

0901928

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

IMPLEMENTASI KOMPETENSI PROFESIONAL

DALAM MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PADA PEMBELAJARAN PKn

(Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)

Oleh Jamaludin Akbar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Jamaludin Akbar 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

JAMALUDIN AKBAR

IMPLEMENTASI KOMPETENSI PROFESIONAL DALAM

MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn

(Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M. Pd. NIP. 195907141986011001

Pembimbing II

Dr. H. Dadang Sundawa, M. Pd. NIP. 196005151988031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari, Tanggal : Rabu, 31 Juli 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. H Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001

3. Pengujii : 3.1

Prof. Dr. H. Suwarma Al Muchtar, SH, M.Pd NIP. 19530211 197803 1 002

3.2

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M. Ed NIP. 19410715 196703 1 001

3.3

(5)

Jamaludin Akbar (0901928) “Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Pkn (Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung).”

Kompetensi guru terdiri dari empat bagian, yakni kompetensi sosial, kompetensi padagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. Kompetensi profesional merupakan kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya memiliki fungsi seorang guru yang mengayomi, membimbing, medidik, serta memfasilitasi peserta didik. Dalam hal ini, kompetensi profesional guru dapat berperan sebagai proses untuk meningkatkan berpikir kritis pada siswa. Adapun tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk melihat implementasi kompetensi profesional guru terhadap tingkat berpikir kritis siswa kelas VII di SMP Negeri 15 Bandung. Penelitian ini didasarkan pada empat permasalahan, yaitu: (1) Bagaimana guru merencanakan program pembelajaran PKn yang mengindikasikan sebagai guru yang memiliki kompetensi profesional di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung? (2) Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran PKn yang mengindikasikan kompetensi profesional dalam rangka meningkatkan berfikir kritis siswa di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung? (3) Bagaimana tingkat berpikir kritis siswa dalam pembelajaran PKn di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung? (4) Bagaimana program yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru di SMP Negeri 15 Bandung?. Pendekatan penelitian untuk mengungkap permasalahan tersebut pada dasarnya menggunakan pradigma penelitian kualitatif, tetapi untuk temuan ini dilengkapi dengan data kuantitaif yang diperoleh melalui angket. Peneliti menggunakan penedekatan Mix Design. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data diperoleh melalui teknik wawancara, observasi, angket, studi dokumentasi, dan studi literatur.

(6)

“Implementation Of Professional Competency For Improving Student’s Critical Thinking In Civics Study (The descriptive study of

seventh grade students in SMP Negeri 15 Bandung)”.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TRIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR RUMUS ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 10

2. Manfaat Praktis ... 10

E. Penjelasan Istilah ... 11

1. Kompetensi Profesional ... 11

2. Berpikir Kritis ... 11

F. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 12

1. Pendekatan Penelitian ... 12

2. Metode Penelitan ... 13

3. Teknik Pengumpulan Data ... 14

G. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 16

1. Lokasi Penelitian ... 16

(8)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Kompetensi Profesional Guru ... 17

1. Pengertian Kompetensi ... 17

2. Tujuan dan Fungsi Kompetensi Profesional Guru ... 22

3. Karakteristik Kompetensi Profesional Guru ... 28

4. Strategi Peningkatan Kompetensi Profesional Guru PKn ... 36

B. Pendidikan Kewarganegaraaan ... 42

1. Visi - Misi Pembelajaran PKn ... 42

2. Ruang Lingkup PKn ... 45

3. Kompetensi PKn ... 47

4. Model Pembelajaran PKn... 49

C. Berpikir Kritis Siswa ... 53

1. Hakekat Berpikir Kritis ... 53

2. Tujuan Berpikir Kritis Siswa ... 58

3. Karakteristik Berpikir Kritis ... 60

4. Strategi Peningkatan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Pkn ... 64

D. Kompetensi Profesional Guru PKn Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa ... 67

BAB III METODE PENELITIAN ... 74

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 74

1. Lokasi Penelitian ... 74

2. Subjek Penelitian ... 74

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 77

1. Pendekatan Penelitian ... 77

2. Metode Penelitian... 81

C. Teknik Pengumpulan Data ... 82

1. Observasi ... 82

2. Wawancara ... 85

3. Studi Dokumentasi ... 86

(9)

5. Angket atau Kuesioner ... 88

6. Triangulasi... 90

D. Tahap Penelitian ... 91

1. Persiapan Penelitian ... 91

2. Perizinan Penelitian ... 91

3. Pelaksanaan Penelitian ... 92

4. Pengolahan dan Analisis Data ... 92

5. Penyusunan Laporan ... 93

E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ... 93

1. Penyeleksian dan Pengelompokan Data... 94

2. Penyajian Data ... 95

3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Data ... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 97

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 97

1. Lokasi Penelitian ... 97

2. Visi dan Misi Sekolah ... 98

3. Keadaan Guru dan Siswa ... 99

4. Keadaan Fasilitas dan Perlengkapan Sekolah ... 99

5. Subjek Penelitian ... 100

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 106

1. Deskripsi Hasil Observasi ... 107

2. Deskripsi Hasil Wawancara ... 114

3. Deskripsi Hasil Dokumentasi ... 129

4. Deskripsi Hasil Angket ... 133

C. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 167

(10)

2. Analisis dan pembahasan tentang kompetensi profesional guru dalam proses pembelajaran PKn dalam rangka meningkatkan berpikir kritis

siswa di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung ... 173

3. Analisis dan pembahasan terhadap tingkat berpikir kritis siswa dalam pembelajaran PKn di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung ... 179

4. Analisis dan pembahasan program-program SMP Negeri 15 Bandung dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru ... 186

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 192

A. Kesimpulan ... 192

B. Saran ... 194

DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru harus dapat menanamkan cara berpikir yang lebih kritis pada siswa dalam pembelajaran PKn, pembelajaran yang menyajikan permasalahan agar merangsang siswa untuk berpikir lebih luas dan kritis. Strategi pembelajaran menggunakan masalah yang ada di kehidupan sehari-hari yang nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan untuk memecahkan sebuah masalah dan menemukan jawabannya serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran khususnya pelajaran PKn. Siswa hendaknya dibiasakan untuk dihadapkan pada suatu masalah, karena dengan adanya masalah siswa dituntut untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah tersebut. Akan tetapi, dalam kenyataannya proses pembelajaran di dalam kelas lebih mengarahkan kepada siswa untuk lebih menghafal materinya saja. Siswa beranggapan bahwa mata pelajaran PKn lebih cenderung kepada teori saja tanpa praktek yang mengakibatkan siswa merasa jenuh pada saat mata pelajaran PKn.

(12)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 15 Bandung, terdapat permasalahan yang ditemukan yaitu transisi pola pikir dari pendidikan dasar menuju pendidikan menengah pertama, beragamnya persepsi siswa tentang pembelajaran PKn khususnya kinerja guru dalam proses pembelajaran, kurangnya keseriusan siswa terhadap mata pelajaran PKn yang berakibatkan kurangnya memahami dan mengetahui materi yang diajarkan oleh guru, yang menuntut mereka berpersepsi bahwa mata pelajaran PKn lebih mengharuskan mereka untuk menghafal teori saja dan metode yang digunakan saat pembelajaran masih terpaku pada metode ceramah yang menjadikan mereka merasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.

Tenaga pengajar di SMP Negeri 15 Bandung khususnya pada mata pelajaran PKn telah mengikuti sertifikasi keguruan, serta aktif dalam mengikuti seminar serta workshop pelatihan keguruan dimana para tenaga pengajar telah memiliki kompetensi profesional guru. Namun, dalam kenyataanya guru masih mengalami kesulitan dalam mengelola kelas sehingga kondisi kelas menjadi tidak kondusif. Dilihat dalam kegiatan diskusi dari 36 siswa hanya 27% atau 10 orang siswa saja yang aktif bertanya, menjawab dan menanggapi atau mengemukakan pendapatnya.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, padagogik, sosial dan profesional. Hal itu diperkuat dengan lahirnya permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, yang menjelaskan Empat jenis kompetensi guru beserta subkompetensi dan indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut:

a. Kompetensi kepribadian

(13)

b. Kompetensi padagogik

Kompetensi padagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

c. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua/wali siswa, serta masyarakat sekitar.

d. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional merupakan penguasaan dari empat kompetensi guru, yakni penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam dengan penguasaan SK dan KD yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaunginya, penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuaanya dengan mengkreatifkan pembelajaran dengan tujuan menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, memanfaatkan teknologi dan informasi serta mengaplikasikannya dalam pembelajaran dan pengembangan keprofesionalan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang menunjang untuk selalu berusaha meningkatkan keprofesionalannya.

(14)

Hal ini diperkuat dengan Krisna (2010,a) yang menjelaskan

“pemanfaatan teknolgi dan informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh guru dalam rangka untuk pengembangan diri dianggap masih kurang maksimal”. Dalam perkembangan zaman, tenaga pendidik dituntut menguasai pengetahuan dibidang ilmu yang diampunya sesuai dengan SK dan KD, mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, teknologi, budaya, serta diwajibkan untuk selalu mengembangkan keprofesianya secara berkelanjutan peneliti juga menemukan belum maksimalnya guru PKn SMP Negeri 15 Bandung dalam pemanfaatan teknologi dan informasi.

Lebih lanjut Kusdinarsah (2011,a) menyimpulkan “terdapat bentuk peningkatan kualitas mengajar guru PKn setelah mengikuti sertifikasi dan terdapat kontribusi guru yang lulus sertifikasi terhadap peningkatan prestasi

belajar siswa”. Oleh karena itu, kompetensi guru harus bisa diimplementasikan dan jangan hanya sebuah angin lalu tanpa ada penerapan. Kompetensi guru itu sendiri terdiri dari kompetensi padagogik, kepribadian, sosial dan profesional, dalam penelitian ini peneliti mengambil kompetensi profesional guru. Kompetensi profesional merupakan sebuah proses untuk mewujudkan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut yang merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh tenaga pengajar yang bertujuan untuk mencapai cita-cita atau tujuan yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan proses pembelajaran serta penilaian di dalam kelas.

(15)

dengan silabus dan bagaimana proses pembelajaran tersebut dituangkan di dalam proses pembelajaran di kelas yang kreatif serta menarik yang dapat menunjang keberhasilan tujuan pembelajaran secara optimal dan kondusif sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 tentang Guru pada pasal

45 ayat 2 yang menegaskan bahwa “guru memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan di tingkat satuan pendidikan”.

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran adalah dengan cara memperbaiki pola pembelajaran PKn di SMP Negeri 15 Bandung. Guru harus mampu menerapkan pola pembelajaran yang demokratis, supaya mata pelajaran PKn lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Kompetensi profesional memuat bagaimana guru merancang dan melaksanakan pembelajaran di dalam kelas, dari perencanaan dan proses pelaksanaannya/persiapan apa yang guru laksanakan untuk menunjang pada proses pembelajaran, model pembelajaran apa yang digunakan supaya terciptanya motivasi belajar pada siswa serta mencetak siswa-siswa yang berprestasi, kritis dan menjadikan manusia yang berakhlak mulia, berkualitas serta menjadikan warga negara yang baik sesuai dengan tujuan dalam pendidikan kewarganegaraan.

Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sesuai dengan isi paragraf kedua dari pendahuluan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, menyatakan :

(16)

Melihat penyataan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa proses pembelajaran berperan penting dalam menentukan keberhasilan pendidik dalam mendidik siswanya, yang implikasinya dapat dilihat dari segi pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke pembelajaran. Dimana pendidik menjadi fasilitator dalam pembelajaran.

Jhonson (Sapriya, 2008:115) merumuskan istilah “berpikir kritis” (critical thinking) secara etimologis, menyatakan bahwa kata “critic” dan

critical” berasal dari “krinein”, yang berarti menaksir nilai sesuatu. Dan

memberikan pengertian berpikir kritis adalah “perbuatan seseorang yang mempertimbangkan, menghargai dan menaksir nilai sesuatu hal”.

Lebih lanjut Swartz dan Perkins (Hassoubah, 2008:86-87) memandang berpikir kritis merupakan sebuah pemikiran yang logis, sebagaimana yang dikemukakannya bahwa berpikir kritis adalah:

Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan yang logis, memaknai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan, menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut.

Sementara itu Ennis (Sapriya, 2008:115) menjelaskan pengertian berpikir kritis lebih memfokuskan kepada lima kunci unsur berpikir kritis, yakni “praktis, reflektif, rasional, terpercaya dan berupa tindakan”. Menelaah pengertian berpikir kritis di atas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis lebih memandang pada bagaimana membuat keputusan atau pertimbangan-pertimbangan.

Perlunya mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk para siswa di sekolah merupakan suatu tindakan kontribusi yang besar untuk guru dalam mengajar pembelajaran di kelas. Herman (Sapriya, 2008:116) menyatakan bahwa :

(17)

Paul (Hassoubah, 2008:84) seorang pakar psikologi mengatakan bahwa dalam berpikir secara kritis terhadap anak-anak dalam sebuah pembelajaran terdiri dari bahasa, informasi dan prasangka, seperti yang diungkapkannya :

Hanya ketika kita mengembangkan anak-anak untuk berpikir secara kritis terhadap materi pelajaran, penggunaan bahasa, informasi yang mereka terima keadaan lingkungan, dan prasangka yang dianggap sebagai suatu kebenaran, menguji kebenaran ilmu pngetahuan dengan pengalaman dengan tujuan menjadi manusia yang bermoral dan bertanggung jawab dan melalui komitmen meraka dapat tercipta masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral.

Dasar pemikiran yang melandasi pemilihan dari kompetensi profesional guru dalam rangka meningkatkan berpikir kritis siswa sesuai dengan isi dari UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2007 tetang Standar Kompetensi guru mata pelajaran pendidikan dasar sampai menengah, yang dijadikan indikator dalam kompetensi profesional guru adalah :

a. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang di ampu

b. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif

c. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

d. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri

(18)

saat pembelajaran). Transisi pola pikir dari pendidikan Sekolah Dasar menjadikan pemikiran mereka masih terfokus pada materi, sehingga beranggapan bahwa pelajaran PKn menuntut mereka untuk lebih menghafalkan teori dan membuat mereka merasa jenuh, hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa fakta sebagai berikut:

1. Beragamnya persepsi siswa terhadap pembelajaran PKn

2. Siswa kurang memberikan respon pada saat pembelajaran PKn berlangsung.

3. Dari pemantauan hasil observasi di dalam kelas, kurang dari 37% siswa yang aktif memberikan pertanyaan maupun tanggapan. 4. Siswa lebih aktif ketika guru mengaplikasikan media dan model

pada proses pembelajaran.

5. Siswa merasa jenuh ketika guru hanya berdiskusi dan hanya menggunakan metode ceramah saja.

Rohmah (2008,a) menjelaskan bahwa keterampilan berpikir kritis

merupakan “keterampilan dengan tidak hanya berpikir tetapi berpikir untuk memperbaiki hasil mpemikiran sehingga didapat hasil pemikiran yanjg lebih baik”. Dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, peniliti bermaksud mengetahui sejauh mana implementasi kompetensi profesional pada pembelajaran PKn di SMP Negeri 15 Bandung dengan harapan memberikan hasil positif terhadap pembelajaran PKn dalam meningkatkan berpikir kritis pada siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian yang berjudul Implementasi Kompetensi Profesional Guru

Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Pkn

(19)

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini dapat bermuara pada pencapaian tujuan yang diharapkan, maka penulis merasa perlu merumuskan apa yang menjadi permasalahannya. Secara umum, yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah: “Apakah implementasi kompetensi profesional guru

mampu meningkatkan berpikir kritis siswa di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung?”

Dari rumusan masalah pokok di atas, penulis merinci kembali menjadi empat sub permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana guru merencanakan program pembelajaran PKn yang mengindikasikan sebagai guru yang memiliki kompetensi profesional di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung?

2. Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran PKn yang mengindikasikan kompetensi profesional dalam rangka meningkatkan berpikir kritis siswa di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung?

3. Bagaimana tingkat berpikir kritis siswa dalam pembelajaran PKn di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung?

4. Bagaimana program yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru di SMP Negeri 15 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan dan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian dirumuskan :

1. Mengidentifikasi kontribusi kompetensi profesional guru dalam meningkatkan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran PKn. 2. Mengkaji perencanaan guru dalam merancangkan pembelajaran

PKn yang memiliki kompetensi profesional.

(20)

4. Menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran PKn.

5. Menganalisis tingkat berpikir kritis siswa dengan menngukur persepsi siswa dalam pembelajaran PKn.

6. Mengkaji peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PKn.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Manfaat kompetensi profesional ini secara pengembangan keilmuan yaitu dapat menjadikan acuan dalam peningkatan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran PKn dan dalam pengembangan pemikiran bahwa masalah berpikir kritis siswa dapat di atasi melalui implementasi kompetensi profesional guru yaitu mendorong para guru untuk menjadi tenaga pengajar yang berkualitas dan profesional agar terciptanya siswa yang mandiri, cerdas, dan berbakti pada nusa dan bangsa, serta meningkatkan dan memperdayakan siswa kritis dalam membangun pengetahuan dan keterampilannya secara mandiri dalam pembelajaran PKn.

2. Manfaat Praktis.

(21)

sekolah selain memiliki peta prestasi profesional guru dalam pelaksanakan pembelajaran, sekolah juga akan memiliki peta hasil belajar siswa yang berguna untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan penerapan kurikulum sekolah dan pengadaan sarana dan perasarana pendukung.

E. Penjelasan Istilah

Dalam bagian ini akan dijelaskan istilah-istilah oprasional yang digunakan. Untuk menghindari kekeliruan mengenai maksud dan tujuan yang ingin dicapai, istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi Profesional

Dalam UU No 14 Tahun 2005 tenatang guru dan dosen bahwa kompetensi profesional diartikan :

Seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh tenaga pendidik dalam proses pembelajaran dimana indikator dari kompetensi profesional itu sendiri terdiri (1) Menguasai Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang di ampu (2) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif (3) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif (4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

2. Berpikir Kritis

Swartz dan Perkins (Hassoubah, 2008: 86-87) memandang berpikir krtis merupakan sebuah pmikiran yang logis, sebagaimana yang dikemukakannya bahwa berpikir Kritis adalah:

(22)

F. Pendekatan dan Metode penelitian.

1. Pendekatan Penelitian

Keberhasilan suatu penelitian salah satunya ditentukan oleh pendekatan yang digunakan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2012:9) penelitian kualitatif adalah

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Berdasarkan pendapat di atas, alasan peneliti mengguanakan pendekatan kualitatif ialah untuk menjelaskan dan menerangkan peristiwa alamiah yang dialami subjek penelitian dalam hal ini menjelaskan dan menerangkan bagaimana proses perubahan kemampuan berpikir kritis siswa dalam kegiatan belajar mengajar dari hasil implementasi kompetensi profesional guru dengan bentuk uraian kata-kata yang sifatnya deskriptif.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna menurut Sugiyono (2012:9) adalah “data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna (transferbility)”.

(23)

kompetensi profesional guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis di SMP Negeri 15 Bandung.

Mengingat dalam proses pengumpulan data penelitian tidak hanya wawancara, peneliti juga menggunakan angket dalam pengumpulan data. Oleh karena itu, disamping menggunakan penedakatan kualitatif, peneliti juga menggunakan pendekatan kuantitatif atau mix design.

Sugiyono (2012: 7) menjelaskan pendekatan kuantitatif merupakan

“data kuantitatif berbentuk angka-angka dan analisis menggunakan

statistik”. Lebih lanjut Creswell (2012: 348) menjelaskan metode penelitian campuran (mix design) merupakan “sebuah pendekatan untuk menyelidiki suatu objek dengan mengkombinasikan atau menghubungkan

bentuk penelitian kulaitatif dan bentuk penelitian kuantitatif”.

Lebih lajut Sugiyono (2012: 27) mejelaskan bahwa metode mix design atau kualitatif dengan kuantitatif bisa digabungkan. Seperti yang diungkapkannya bahwa:

dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis.

Penggunaan pendekatan kuantitatif sifatnya hanya statistik sederhana yang mana digunakan untuk mempresentasekan hasil persepsi siswa terhadap kinerja guru yang memiliki kompetensi profesional dan lembar pedoman observasi dengan fokus penelitian siswa yang digunakan untuk melihat persepsi siswa terhadap pembelajaran Pkn di SMP Negeri 15 Bandung.

2. Metode Penelitian

(24)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

Menurut Winanryo. S (1985 : 40) penelitian deskriptif ini memiliki ciri-ciri berikut :

Memusatkan diri pada pemecehan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang pada masala-masalah yang aktual, dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (karena itu metode ini disebut metode analitik).

Dipilihnya metode deskriptif ini dikarenakan sesuai dengan fokus permasalahan peneliti yakni pada observasi awal ditemukan tenaga pendidik yang telah mengikuti sertifikasi keguruan, dan melihat sejauhmana implementasi kompetensi profesional guru dalam meningkatkan berpikir kritis siswa pada pembelajaran PKn khususnya pada kelas VII dikatakan beragam. Selain itu, untuk menggambarkan mengenai situasi atau kejadian yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi sekarang.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memudahkan dalam memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, seperti observasi, wawancara, angket, studi dokumentasi, dan catatan lapangan.

1. Observasi

(25)

Peneliti menggunakan Observasi Partisifatif. Menurut Sugiyono (2012: 227) Observasi partisifatif adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang di amati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

2. Interview (Wawancara)

Menurut Moleong (2007:150) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara dalam penelitian ini ditunjukan kepada guru mata pelajaran PKn, siswa dan Kepala SMP Negeri 15 Bandung

3. Kuesioner (Angket)

Sugiyono (2012: 142) menjelaskan bahwa kuesioner

merupakan “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Penggunaan angket ini dimaksudkan untuk memperoelh data yang berakitan dengan hal penelitian ini dan sumber informasinya dari subjek penelitian yang tidak lain siswa kelas VII SMP Negeri 15 Bandung. Penggunaan angket dimaksudkan untuk memperoleh data berupa keadaan atau data diri, pngalaman, pengetahuan, sikap, pendapat serta untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran PKn.

4. Studi Dokumentasi

(26)

5. Catatan Lapangan

Catatan yang digunakan oleh peneliti berupan tulisan tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data terhadap data penelitian kualitatif.

G. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat melakukan penelitian guna memperoleh data penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 15 Bandung, yang terletak dijalan Setiabudi No. 89, Telp 2034914 Kota Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah:

a. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada observasi awal terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemberian argumentasi pada saat pembelajaran PKn yang beragam.

b. Tenaga pendidik khusunya dalam pembelajaran PKn telah mengikuti sertifikasi guru, peneliti beranggapan bahwa kondisi tersbut sesuai dengan konsep penelitian yang akan dilaksanakan.

c. Adanya keterbukaan dari pihak sekolah terutama guru mata pelajaran PKn terhadap penelitianyang akan dilaksanakan.

2. Subjek Penelitian

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat melakukan penelitian guna memperoleh data penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 15 Bandung, yang terletak dijalan Setiabudi No. 89, Telp 2034914 Kota Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah:

a. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada observasi awal terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemberian argumentasi pada saat pembelajaran PKn berlangsung masih rendah.

b. Tenaga pendidik khusunya dalam pembelajaran PKn telah mengikuti sertifikasi guru, peneliti beranggapan bahwa kondisi tersbut sesuai dengan konsep penelitian yang akan dilaksanakan.

c. Adanya keterbukaan dari pihak sekolah terutama guru mata pelajaran PKn terhadap penelitianyang akan dilaksanakan.

2. Subjek Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 15 Bandung dengan subjek penelitiannya sebagai sumber data adalah guru PKn (3 Nara sumber), kepala sekolah dan siswa/siswi kelas VII SMP Negeri 15 Bandung.

Subjek penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 215) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,

(28)

yang ingin difahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya.

Sedangkan subjek penelitian yang menjadi sampel penelitiannya seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 32) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara "purposive" bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut "snowball sampling" yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Peneliti dapat menyimpulkan subjek penelitian kualitatif adalah sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Oleh karena itu, subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan peneliti. Akan tetapi, ada juga subjek yang ditentukan secara khusus dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk dijadikan sample penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sample purposive, sehingga besarnya jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi. Dalam pengumpulan data, responden di dasarkan pada ketentuan atau kejenuhan data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang dimintai keterangan diperoleh informasi yang sama, maka itu sudah dianggap cukup untuk proses pengumpulan data yang diperlukan sehingga tidak perlu meminta keterangan dari responden berikutnya.

(29)

saja dikarenakan terdapat transisi pola pikir dari pendidikan dasar menuju pendidikan menengah pertama, beragamanya persepsi siswa tentang pembelajaran PKn khususnya kinerja guru dalam proses pembelajaran. kurangnya keseriusan siswa terhadap mata pelajaran PKn, yang berakibatkan kurangnya memahami dan mengetahui materi yang diajarkan oleh guru, yang menuntut mereka berpersepsi bahwa mata pelajaran PKn lebih mengharuskan mereka untuk menghafal teori saja dan metode yang digunakan saat pembelajaran masih terpaku pada metode ceramah yang menjadikan mereka merasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.

Kelas VII terdiri dari delapan kelas, dalam hal ini peneliti mengambil delapan nara sumber siswa, yakni satu orang mewakili satu kelas hal ini diharapakan pengumpulan data menajdi lebih kuat, penentuan unit sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf

(30)

B.Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Keberhasilan suatu penelitian salah satunya ditentukan oleh penedekatan yang digunakan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2012: 9) penelitian kualitatif adalah,

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Berdasarkan pendapat di atas, alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif ialah untuk menjelaskan dan menerangkan peristiwa alamiah yang dialami subjek penelitian dalam hal ini menjelaskan dan menerangkan bagaimana proses perubahan kemampuan berpikir kritis siswa dalam kegiatan belajar mengajar dari hasil implementasi kompetensi profesional guru dengan bentuk uraian kata-kata yang sifatnya deskriptif.

Pendekatan ini dipilih berdasarkan dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru dalam meningkatkan berpikir kritis ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar belakang alamiahnya. Di samping itu, metode kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan penulis untuk senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

(31)

penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna (transferbility)”.

Pemilihan pendekatan kualitatif yang dilakukan peneliti dikarenakan pada observasi awal peneliti menemukan permasalahan yakni adanya ketidakseimbangan antara siswa yang aktif dan pasif dengan persepsi yang berbeda-beda dalam menilai pembelajaarn PKn dan masih ditemukannya tingkat keberagaman kemampuan berpikir krtitis siswa dikelas VII SMP Negeri 15 Bandung dalam pemberian argumentasi pada saat pembelajaran PKn berlangsung. Serta masih pasifnya guru dalam menentukan model atau metode pembelajaran untuk menciptakan suasana kelas yang kreatif dan menyenangkan. Oleh karena itu, dengan pendekatan kualitatif peneliti memperoleh gambaran dari permasalahan yang terjadi secara rinci, baik itu berupa kata-kata, gambar, maupun prilaku, mengenai persepsi siswa terhadap kompetensi profesional guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis di SMP Negeri 15 Bandung.

Dengan penelitian kualitatif, peneliti sendiri dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Sugioyo (2012: 222) juga menyatakan, bahwa:

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi mendapatkan fokus penelitian, memilih informasi sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

(32)

Sugiyono (2012: 7) menjelaskan pendekatan kuantitatif merupakan

“data kuantitatif berbentuk angka-angka dan analisis menggunakan

statistik”. Penggunaan pendekatan kuantitatif sifatnya hanya statistik sederhana yang mana digunakan untuk mengetahui tingkat persentasi persepsi siswa dan lembar pedoman observasi dengan fokus penelitian siswa yang digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyikapi kinerja guru yang memiliki kompetensi profesional melalui angket.

Dalam penelitian kuantitatif sering dikenal dengan pengumpulan data dilakukan pada objek tertentu baik yang berbentuk populasi maupun sampel. Sugiyono (2012: 80) menjelaskan bahwa populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudain ditarik kesimpulannya”. Adapun populasi yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII yang berjumlah 288 orang.

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Lebih jauh Sugiyono (2012: 81)

menegaskan “untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul

-betul representatif (mewakili)”. Adapun pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling yakni dengan teknik sampling sistematis.

Menurut Sugiyono (2012: 84) teknik sampling sistematis adalah

“teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut, ganjil, genap ataupun kelipatan dari bilangan

tertentu”. Peneliti mengambil sampel dengan mengambil nomor dari

(33)

bila dipersentasekan peneliti mengambil 25% dari populasi subjek penelitian dari 288 menjadi 72 orang.

Creswell (2012: 348) menjelaskan metode penelitian campuran (mix design) merupakan “sebuah pendekatan untuk menyelidiki suatu objek dengan mengkombinasikan atau menghubungkan bentuk penelitian kualitatif dan bentuk penelitian kuantitatif”. Mix design merupakan suatu pendekatan integratif agar mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik.

Lebih lajut Sugiyono (2012: 27) mejelaskan bahwa metode mix design atau kualitatif dengan kuantitatif bisa digabungkan. Seperti yang diungkapkannya bahwa:

dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis.

Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan strategi eksplanatori sekuensial. Strategi eksplanatori sekuensial, yang menurut Creswell (2012: 355) adalah metode penelitian campuran melibatkan fase pertama pengumpulan dan analisis data kualitatif yang kemudian diikuti dengan pengumpulan dan anlisis data kuantitatif pada fase kedua, yang akan menghasilkan temuan dalam sebuah penelitian.

(34)

2. Metode Penelitian.

Menurut Sugiyono (2012: 2) “metodologi merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dalam suatu penelitian, metode digunakan untuk memecahkan masalah yang akan dan sedang diteliti. Metode penelitian adalah suatu cara untuk mencari kebenaran secara ilmiah berdasarkan data yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Berdasarkan pendapat di atas, keberhasilan suatu penelitian salah satu penunjang oleh metode penelitian yang tepat dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, metode penelitian sangat dibutuhkan dalam suatu penelitian, karena dalam metodologi penelitian ditemukan cara-cara bagaimana objek penelitian hendak diketahui dan diamati sehingga menghasilkan data-data yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, kejelian seorang peneliti dalam menentukan suatu metode penelitian mutlak harus dimiliki. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah dekriptif.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang, serta memusatkan pada masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nazir (1988: 63) yakni sebagai berikut,

Metode deskriptif ialah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini ialah untuk membuat deskriptif akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.

(35)

persepsi siswa kelas VII SMP Negeri 15 Bandung tentang kompetensi profesional guru dalam meningkatkan berpikir kritis.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan proses yang penting dalam mendukung suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2012: 224) teknik pengumpulan data adalah,

Langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diterapkan.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam sebuah penelitian, karena tujuan dari penelitian itu sendiri adalah menemukan dan mendapatkan data. Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa sumber data yang langsung memberikan data kepada peneliti, berupa keterangan-keterangan yang langsung dicatat oleh peneliti yang bersumber dari tenaga pendidik sekolah, kepala sekolah dan masyarakat setempat yang mungkin mengetahui secara rinci tentang masalah yang diteliti. Sedangkan data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti yang berupa catatan yang bersember dari rekaman atau dokumen-dokumen sebagai pelengkap data.

Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi menurut Sugiyono (2012: 145) yaitu “observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala

alam, dan responden yang diamati tidak terlalu besar”.

(36)

Observasi ini memberikan kemudahan terutama dalam hal memperoleh data di lapangan.

Adapun manfaat pengamatan observasi menurut Patton (Nasution 2003: 59) ialah:

a. Dengan berada dilapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi. b. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti

menggunakan pendekatan induktif.

c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati orang lain.

d. Peneliti daapt menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena berifat sensitif.

e. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar pesepsi responden.

f. Dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kessan pribadi.

Peneliti memperoleh data penelitian dalam hal bagaimana proses kerja guru yang memiliki kompetensi profesional. Lebih

lanjut Sugiyono (2012: 145) menjelaskan “teknik pengumpulan

data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan

dengan prilaku manusia, proses kerja...”.

(37)

Tiga elemen utama tersebut, dapat diperluas, sehingga peneliti mendapatkan data lebih luas, diantaranya:

a. Space atau ruang dalam aspek fisiknya. peneliti mendapatkan data observasi bertempatkan di sekolah SMPN 15 Bandung, kelas yang di gunakan untk belajar siswa, serta ruangan yang menunjang digunakan untuk pengumpulan data lain.

b. Actor atau orang yang terlibat dalam situasi sosial tersebut, yakni guru dan siswa yang diteliti.

c. Activity atau seperangkat kegiatan yang dilakukan oleh objek penelitian, yakni bagaimana guru mengaplikasikan kompetensi profesional dalam kegiatan pembelajaran pada siswa.

d. Object atau benda-benda yang terdapat di tempat tersebut, dalam hal ini berupa keadaan kelas tersebut dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran.

e. Act atau perbuatan atau tindakan-tindakan tertentu. Melihat bagaimana guru mempersiapkan materi yang akan diajarkan, bagaiaman guru mengoleh materi tersebut, dari kegiatan awal, inti samapi akhir pembelajaran.

(38)

g. Time atau urutan kegaiatan. Seperti halnya aktivitas dalam hal ini peneliti mengamati urutan ketika proses pembelajaran, baik deri segi guru mengajar dan fedd back yang diberikan oleh siswa seperti bagaimana siswa berargumen, bertanya serta proses lainya.

h. Goal atau tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini peneliti ingin tahu sejauhmana guru PKn dalam mengapliaksiakn kompetensi profesionalnya, baik dalam penguasaan materi, mengembangkan pembelajaran secara kreatif baik dengan metode ataupun model pembelajaran baiak dengan media gambar, cetak, maupun elektronik.

i. Feeling atau emosi yang dirasakan dan diekpresikan oleh objek peneliti. Dalam hal ini peneliti melihat hasilnya yaitu tingkat berpikir kritis siwa. Seperti bagaimana siswa berpendapat, bertanya, serta partisipasi mereka dalam pembelajaran.

2. Wawancara

(39)

Adapun tujuan mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Nasution (2003: 73) yaitu:

Tujuan wawancara ialah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi. Setiap kali kita mengadakan wawancara, kita harus menjelaskan apa

tujuan kita wawancara...”

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dengan menggunakan wawancara dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam dan objektif tentang fokus masalah yang sedang diteliti.

Adapun narasumber siswa kelas VII yang diwawancarai yakni KR (VII A), SA (VII B), JA (VII C), NA (VII D), FH (VII E), TP (VII F), AF (VII G), dan EF (VII H). Kemudian data juga diperoleh dari nara sumber pendidik PKn itu sendiri yang terdiri dari tiga orang nara sumber yakni Herry Hermawan SH (HH) sebagai tenaga pengajar pelajaran PKn, Hj. Sri Mulyani M,Pd (SM) sebagai tenaga pengajar pelajaran PKn, dan Hj.Yuli Nurhayati, M.Pd (YN) sebagai kepala sekolah serta pengajar pelajaran PKn di SMP Negeri 15 Bandung. Penentuan unit sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf

redundancy‟ atau datanya telah jenuh tahap ada informasi yang baru.

3. Studi Dokumentasi

(40)

Berkaitan dengan hal tersebut Danial (2009: 79) menjelaskan bahwa:

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penuduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.

Data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini dapat dipandang sebagai narasumber yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian. Seperti data keadaan tanaga pengajar SMP Negeri 15 Bandung, data fasilitas serta sarana dan prasarana sekolah, data keadaan siswa SMP Negeri 15 Bandung khusunya pada kelas VII, pengolahan data yang diolah oleh peneliti, gambar-gamabar penunjang dalam penelitian serta data-data lain yang menunjang dalam penelitian ini yang akan di dokumentasikan baik data tabel, gambar ataupun foto.

4. Studi Literatur

Studi literatur adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengkaji buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh data atau sumber-sumber informasi teoritis tentang masalah yang diteliti. Teknik ini memperkuat landasan peneliti serta melengkapi hasil penelitian yang peneliti lakukan.

(41)

5. Angket atau Kuesioner (Questionnaires)

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan selain wawancara dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui angket. Untuk mendukung akurasi data dan hasil penelitian, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner sebagai pengumpul data. Angket dalam penelitian ini disebarkan kepada siswa/siswi kelas VII di SMPN 15 Bandung untuk memperoleh data mengenai tingkat berpikir kritis siswa terhadap kompetensi profesional guru di SMP Negeri 15 Bandung. Adapun populasi yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII yang berjumlah 288 orang.

Lebih jauh Sugiyono (2012: 81) menegaskan “untuk itu

sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif

(mewakili)”. Adapun pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling yakni dengan teknik sampling sistematis.

Menurut Sugiyono (2012: 84) teknik sampling sistematis

adalah “teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari

anggota populasi yang telah diberi nomor urut, ganjil, genap

ataupun kelipatan dari bilangan tertentu”. Peneliti mengambil

(42)

Kuesioner menurut Sugiyono (2012: 142) adalah

“merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya”. Adapun peneliti menggunakan sekala pengukuran Rating Scale atau sekala bertingkat.

Arikunto (2010: 195) menjelaskan bahwa Rating scale, (skala bertingkat), yaitu “sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju”. Lebih lanjut Sugiyono

(2012: 97) menuturkan bahwa “...dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam

pengertian kualitatif”. Tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tatapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainya, khusunya persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru dalam meningkatkan berpikir kritis.

Tabel 3.1

Jumlah pengisian Angket Pada Siswa Kelas VII dengan Teknik

Sampling Sistematis

Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2013

Kelas No. Urut Responden Responden

Pengisian Angket Tiap Kelas

Persentase

VII A 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 % VII B 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 % VII C 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 % VII D 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 % VII E 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 % VII F 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 % VII G 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 % VII H 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 %

(43)

6. Triangulasi

Triangulasi menurut Sugioyono (2012: 241) adalah

“teknik pengumpulan data yang bersifat mengabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada”.

Lebih lanjut Sugiyono (2012: 241) membagi triangulasi atas dua jenis yakni sebagai berikut.

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Tujuan penelitian kualitaif lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya. Nilai dari teknik pengumpulan data dengan trianggulasi data adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontardiksi. Oleh karena itu, dengan menggunakan teknik trianggulasi dalam pengumpulan data, maka data ynag diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti

Gambar 3.2

Triangulasi Teknik Pengumpulan Data (Bermacam-Macam Cara Pada Sumber Yang Sama)

Sumber: Sugiyono (2012: 242)

Observatif partisipatif

Dokumentasi

Wawancara mendalam

(44)

Gambar 3.3

Triangulasi dengan Tiga Sumber

Sumber: Gambar. Diolah peneliti tahun 2013

Untuk mendukung lebih meningkatkan kekuatan data, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sebagai pengumpul data. Adapun triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teknik.

D.Tahap Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Dalam tahap ini, peneliti mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian di antaranya fokus permasalahan dan objek penelitian. Selanjutnya peneliti mengajukan judul dan proposal skripsi sesuai dengan apa yang akan diteliti. Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing skripsi maka peneliti melakukan pra penelitian sebagai upaya menggali gambaran awal dari subjek dan lokasi penelitian.

2. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat dengan mudah melakukan penelitian sesuai dengan objek serta subjek penelitian.

Adapun perizinan tersebut ditempuh dan dikeluarkan oleh:

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasi untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.

b. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Pembantu Dekan 1 atas nama Dekan FPIPS

Guru

Kepala Sekolah

(45)

UPI untuk mendapat surat rekomendasi untuk disampaikan kepada Rektor UPI.

c. Dengan membawa surat rekomendasi dari UPI, peneliti meminta izin penelitian kepada Kepala Kepala Sekolah SMP Negeri 15 Bandung.

d. Setelah mendapatkan izin Kepala Sekolah SMP Negeri 15 Bandung, kemudian peneliti melakukan penelitian di tempat yang telah ditentukan, yaitu SMP Negeri 15 Bandung.

3. Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan, peneliti mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk memecahkan fokus masalah.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh penelitian adalah sebagai berikut.

a. Menghubungi Kepala Sekolah dan Wakasek Kesiswaan SMP Negeri 15 Bandung untuk meminta informasi dan meminta izin melaksanakan penelitian.

b. Menghubungi tenaga pengajar PKn yang akan diwawancarai. c. Mengadakan wawancara dengan tenaga pengajar PKn. d. Menghubungi kepala sekolah yang akan diwawancarai. e. Mengadakan wawancara dengan Kepala Sekolah.

f. Menghubungi siswa sebagai subjek penelitian untuk diwawancarai.

g. Membuat catatan yang diperlukan dan dianggap penting yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

4. Pengolahan dan Analisis Data

(46)

5. Penyusunan Laporan

Tahap ini peneliti menggabungkan seluruh bagian/bab penelitian yang telah telah ditulis penelitian, untuk dipertanggungjawabkan peneliti dalam sebuah sidang ujian skripsi.

E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Setelah keseluruhan proses penelitian telah diselesaikan maka selanjutnya peneliti mulai melakukan pengolahan data damn analisis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, studi literatur. Sedangkan analisis dan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang berarti agar dapat mengungkapkan permasalahan yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2012: 244) mengatakan bahwa analisis data adalah,

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Pengelolan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian, karena memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, pengelolaan dan analisis data akan dilakukan melalui proses menyusun, mengkategorikan, mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya dan disesuaikan dengan kajian penelitian.

(47)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti apa yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono 2012: 246), bahwa terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Berikut adalah bagan mengenai komponen-komponen analisis data menurut Miles dan Huberman:

Gambar 3.4

Komponen-komponen Analisis Data

Sumber: Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012: 247).

Dengan mengacu pendapat di atas, maka proses analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Penyeleksian dan Pengelompokan Data

Data yang sudah terkumpul lalu diseleksi kemudian dirangkum dan disesuaikan dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan. Kemudian data dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu untuk dicari tema dan polanya berdasarkan rumusan masalah yang dibuat.

Untuk memperjelas data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi yang ditujukan kepada pembina paskibra, pelatih paskibra, dan siswa yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakulikuler paskibra. Dengan kata lain, reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara

Pengumpulan data

Reduksi data

Kesimpulan: Penarikan/verifikas

i Penyajian

(48)

merangkum, mengklasifikasikan sesuai masalah dan aspek-aspek permasalahan yang dapat diteliti.

2. Penyajian Data

Penyajian data atau display data adalah sekumpulan informasi yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain, menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.

Penyajian data merupakan hasil dari wawancara dengan guru PKn, siswa kelas VII, dan kepala sekolah SMP Negeri 15 Bandung, hasil dari observasi lapangan, dan dokumentasi. Dari keseluruhan data yang telah didapat tersebut, dipahami satu persatu, kemudian disatukan dan diinterpretasikan sesuai dengan rumusan masalah.

3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Data

Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat tentang bagaimana persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru dengan mengacu kepada tujuan penelitian.

Dengan demikian, secara umum proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian ditulis kembali dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data, setelah data dirangkum, direduksi, dan disesuaikan dengan fokus masalah penelitian. Akan tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

(49)

Rumus 3.1

Menentukan Persentase

Sumber: Ali (Kusmiati, 2004: 81) Keterangan:

P = Persentase Jawaban

F = Frekuensi jawaban Responden N = Jumlah Seluruh Responden 100% = Bilangan Tetap

Untuk proses penyimpulan dari data kuantitatif seperti hasil pre test, post test, dan pedoman observasi dengan fokus penelitian siswa yang mana hasil dari semuanya adalah angka-angka, maka untuk menentukan penilaian terhadap data kuantitaif yang diperoleh, diterapkan kriteria penilaian sebagai berikut.

Rumus 3. 2

Penafsiran Persentase

0% = Ditafsirkan tidak ada 1% - 24 % = Ditafsirkan sebagian kecil 25% - 49% = Ditafsirkan hampir setengahnya 50% - 74% = Ditafsirkan sebagian besar 75% - 99% = Ditafsirkan hampir seluruhnya 100% = Ditafsirkan seluruhnya.

Sumber: Suryadi (Kusmiati, 2004: 81)

Demikian prosedur pengolahan dan analisis data yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Dalam tahap ini, peneliti memperoleh data secara lengkap dan yang memenuhi keabsahan data sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku.

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti pada siswa, guru PKn serta Kepala SMP Negeri 15 Bandung tentang kompetensi profesional guru dalam meningkatkan berpikir krtitis siswa, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan dari setiap pertanyaan dan fakta-fakta penelitian. Di samping itu, peneliti mengungkapkan beberapa saran yang kiranya dapat membangun dalam meningkatkan kinerja guru dan berpikir kritis pada siswa.

A. Kesimpulan

Secara keseluruhan diketahui bahwa kompetensi profesioanl guru PKn berperan positif dalam upaya meningkatkan berpikir kritis siswa kelas VII khususnya, dan siswa SMP Negeri 15 Bandung pada umumnya. Hal ini dapat diketahui sebagai berikut.

(51)

2. Pelaksanaan proses pembelajaran PKn oleh guru yang memiliki kompetensi profesional dalam meningkatkan berpikir kritis siswa yaitu guru telah menguasai standar proses pembelajaran PKn di dalam kelas, mampu mengembangkan materi pembelajaran PKn secara kreatif, mampu memanajemen kelas dalam pembelajaran PKn, dan guru sudah menguasai standar penilaian pendidikan dalam pembelajaran PKn. Berdasarkan hasil temuan di lapangan penerapan metode pembelajaran dengan menggunakan media sebagai model pembelajaran secara kreatif mampu memberikan stimulus positif dalam meningkatkan berpikir kritis siswa, peneliti menemukan belum maksimalnya penguasaan media pembelajaran oleh guru, hal itu ditemukan masih terfokus pada media gambar berupa poster. Kurangnya penguasaan guru dalam pemanfaatan teknologi dan informasi, itu dibuktikan dengan jarangnya guru memberikan tugas melalui media sosial network serta guru masih kurang mengetahui cara memperoleh data sebagai penunjang dalam proses pembelajaran melalui web internet. 3. Kemampuan berpikir kritis pada siswa dalam pembelajaran PKn yaitu

(52)

4. Program-program sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru diantaranya sekolah telah mengembangkan kompetensi profesional guru dengan mengikutsertakan para guru mengikuti sertifikasi guru, mengikuti sertifikasi kepala sekolah, sekolah mengadakan pembinaan dan pelayanan terhadap guru PKn dengan menjadi supervisi penilaian terhadap kinerja guru PKn, mengumpulkan administrasi pembelajaran oleh guru PKn kepada sekolah, mengadakan pelatihan dengan mengadakan acara pembinaan disekolah, mengikutsertakan guru PKn pada pelatihan-pelatihan yang menunjang untuk meningkatkan kompetensi profesional guru. Serta mengikutsertakan guru PKn dalam kegiatan PPDKB di sekolah. Dalam hal ini, peneliti belum menemukan program yang menerapkan program pelatihan komputerisasi bagi para guru, reward kepada guru yang berprestasi, tidak adanya ruangan khusus dalam menunjang pembelajaran PKn.

A. SARAN

1. Bagi Guru

a. Mempertahankan partisipasi guru dalam mengikuti pelatihan workshop yang diadakan oleh pihak sekolah.

b. Masih kurangnya guru dalam memahami karakter setiap peserta didiknya, diharapakan guru mengadakan pertemuan dengan siswa (minimal seminggu satu kali pertemuan). Interaksi yang lebih personal akan membangun kepercayaan antara guru dan siswa. dengan begitu guru bisa melihat keadaan psikis dan psikologi setiap peserta didik, baik sifat maupun sikap/ karakter setiap peserta didik.

(53)

pembelajaran berbasis masalah dengan strategi pembelajaran kooperatif sehingga mampu mengembangkan berpikir kritis pada siswa.

d. Sehubungan rendahnya guru dalam menguasai serta memanfaatkan teknologi dan informasi, maka guru diharapkan mengikuti acara-acara pelatihan yang bertemakan komputerisasi ataupun web informasi, mengadakan pertemuan guru-guru PKn dalam mencari solusi untuk meningkatkan kompetensi ilmu komunikasi, teknologi dan informasi yang akan diaplikasikan dalam proses pembelajaran, memahami situs-situs dunia pendidikan dalam rangka mempermudah guru untuk mendapatkan informasi melalui web internet seperti bagaimana mencari situs atau blog pendidikan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, bagaimana mendowload video yang akan dijadikan sebagai sumber belajar, serta mengikuti kursus komputer dalam meningkatkan skill penguasaan koputerisasinya seperti penguasaan MO Power Point, MO word yang selalu mengalami perubahan (2007-2010), MO Excel yang digunakan dalam membuat LHBS.

Gambar

grafik, gambar,surat-surat, foto, akte, dsb. Adapun dokumentasi yang
Gambar 3.1 Strategi Eksplanatoris Sekuensial (b)
gambar secara aktual dan faktual terhadap gejala sosial, dalam arti bahwa
gambar, cetak, maupun elektronik.
+5

Referensi

Dokumen terkait

”The Intersection Graph of SUbtrees in Tress are Exactly the Chordal Graphs”.. Journal of

Dari penelitian yang dilakukan, sistem yang dirancang memiliki spesifikasi yaitu: ukuran LCD 16 x 12 karakter, securiti yang digunakan berupa fingerprint dan pin, catu

[r]

2.3.6 Untuk Menumbuhkembangkan Prestasi Olahraga di Lembaga Pendidikan, Pada Setiap Jalur Pendidikan Dapat Dibentuk Unit Kegiatan Olahraga, Kelas Olahraga, Pusat

Pemanfaatan polimer terkonjugasi dari turunan poly ethylene glycol sebagai matrix dan zeolit aktif sebagai filler dapat berfungsi sebagai komposit penyerapan.. Kemajuan dalam

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi Petani dalam berusaha tani ubi kayu di daerah penelitian. •

Hasil: Berdasarkan uji hipotesis dengan metode Mc Nemar didapati nilai p sebesar 0,021 (CI 95%) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kejadian limfadenitis TB pada

Apabila besar sudut H lebih besar 15º maka bentuk profil wajah adalah cembung, sedangkan bila lebih kecil dari 7º maka bentuk profil wajah adalah cekung karena letak Pog’ lebih