Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN, EFIKASI DIRI DAN
LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA
SISWA PADA KELOMPOK BISNIS DAN MANAJEMEN
(Survei Pada Siswa Kelas XII di SMK Negeri di Kota Bandung)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Ekonomi
OLEH :
YULVITRIYANI BR SEBAYANG, S.Pd
1009509
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN, EFIKASI
DIRI DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MINAT
BERWIRAUSAHA SISWA PADA KELOMPOK
BISNIS DAN MANAJEMEN
(Survei Pada Siswa Kelas XII di SMK Negeri di Kota Bandung)
Oleh :
Yulvitriyani Br Sebayang, S.Pd
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
© Yulvitriyani Br Sebayang 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Efikasi Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Pada Kelompok Bisnis dan Manajemen (Survei Pada Siswa Kelas XII di SMK Negeri di Kota Bandung)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini Saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada Saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya Saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya Saya ini.
Bandung, Januari 2014 Yang Membuat Pernyataan
Yulvitriyani Br Sebayang, S.Pd
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 11
A. Kajian Pustaka ... 11
1. Konsep Dasar Minat Berwirausaha (Entrepreneurial Intention) ... 11
a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha ... 13
b. Fungsi Minat Dalam Berwirausaha ... 14
c. Beberapa Kelemahan dan Keuntungan Menjadi Seorang Wirausaha... 16
2. Konsep Dasar Entrepreneurial Intention-based Models... 17
a. Theory of Planned Behavior (TPB) ... 20
b. Theory of Entrepreneurial Event (TEE) ... 22
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
a. Inti dan Hakekat Pembelajaran Kewirausahaan ... 29
4. Konsep Dasar Efikasi Diri ... 32
5. Konsep Dasar Lingkungan Keluarga ... 34
a. Peranan Orang Tua Sesuai Fase Perkembangan Anak ... 38
B. Penelitian Terdahulu ... 40
C. Kerangka Pemikiran ... 43
D. Hipotesis Penelitian ... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 49
A. Objek Penelitian ... 49
B. Metode Penelitian... 49
C. Populasi dan Sampel ... 50
D. Operasional Variabel ... 54
E. Teknik Pengumpulan Data ... 59
F. Teknik Skoring ... 60
G. Pengujian Instrumen Penelitian... 60
1. Tes Validitas... 60
2. Tes Reliabilitas ... 61
H. Teknik Analisis Data ... 62
1. Analisis Deskriptif Variabel ... 63
2. Model Analisis Regresi Linear Berganda ... 63
3. Uji Asumsi Klasik ... 64
a. Uji Normalitas Data ... 64
b. Uji Heteroskedastisitas Data ... 65
c. Uji Multikolinearitas ... 65
4. Uji Hipotesis Penelitian ... 65
a. Uji F Statistik ... 65
b. Uji t Statistik ... 66
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68
A. Hasil Penelitian ... 68
1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 68
2. Hasil Analisis Data ... 69
a. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Yang Diteliti ... 70
1) Tingkat Pengetahuan Kewirausahaan ... 70
a) Tingkat Pengetahuan Tentang Bidang Usaha Yang Akan Dilakukan ... 70
b) Tingkat Pengetahuan Tentang Peran dan Tanggung Jawab... 71
c) Tingkat Pengetahuan Tentang Kepribadian dan Manjemen Diri ... 72
d) Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Dan Organisasi Bisnis ... 73
2) Tingkat Efikasi Diri... 76
a) Tingkat Keyakinan Akan Potensi Diri ... 76
b) Tingkat Keyakinan Akan Kesuksesan Usaha Yang Dirintisnya ... 77
c) Tingkat Keyakinan Akan Tetap Survive Dalam Usahanya ... 78
3) Kondusif Tidaknya Lingkungan Keluarga ... 81
a) Orang Tua Mengajarkan Hidup Mandiri Sejak Dini... 81
b) Adanya Relasi Antar Anggota Keluarga ... 82
c) Keadaan Ekonomi Keluarga Mendukung Kegiatan Berwiausaha ... 83
d) Adanya Perhatian Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak ... 84
e) Latar Belakang Keluarga Mendukung Kegiatan Berwirausaha ... 86
4) Tingkat Minat Berwirausaha ... 88
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
b) Tingkat Keyakinan Akan Adanya Peluang
Untuk Berhasil Menjadi Seorang Wirausaha ... 90
c) Mengikuti Pelatihan-Pelatihan Yang Diperlukan ... 91
d) Memperluas Jaringan Sosial dan Berusaha Untuk Menabung ... 92
b. Uji Asumsi Klasik ... 95
1) Uji Normalitas ... 95
2) Uji Heteroskedastisitas ... 96
3) Uji Multikolinearitas ... 97
c. Analisis Regresi ... 97
d. Pengujian Hipotesis ... 98
1) Pengetahuan Kewirausahaan, Efikasi Diri dan Lingkungan Keluarga Berpengaruh Positif Terhadap Minat Berwirausaha ... 99
2) Pengetahuan Kewirausahaan Berpengaruh Positif Terhadap Minat Berwirausaha ... 99
3) Efikasi Diri Berpengaruh Positif Terhadap Minat Berwirausaha ... 100
4) Lingkungan Keluarga Berpengaruh Positif Terhadap Minat Berwirausaha ... 100
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 101
1. Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Siswa ... 102
2. Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Minat Berwirausaha Siswa ... 104
3. Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Siswa ... 105
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108
A. Kesimpulan ... 108 B. Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Pengangguran masih menjadi permasalahan di Indonesia. Pengangguran terjadi karena perbandingan antara jumlah penawaran kesempatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lulusan atau penawaran tenaga kerja baru di segala level pendidikan Saiman (Aprilianty, 2012:1). Permasalahan diatas dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS, 2012) yang berhubungan dengan Tingkat Pengangguran Terbuka ( TPT) , yaitu : untuk tingkat pendidikan SD kebawah naik 0,19 persen, Sekolah Menengah pertama naik 0,54 persen, dan Sekolah Menengah Kejuruan yang juga mengalami kenaikan sebesar 0,43 persen. Pada Agustus 2011, TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan masih tetap menempati posisi yang tertinggi, yaitu masing-masing sebesar 10,66 persen dan 10,43 persen. Lebih lanjut tabel 1.1. memperlihatkan jumlah TPT dari tahun 2009-2011 :
Tabel 1.1
Jumlah Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Berbagai Provinsi Tahun 2009-2011 (dalam persen)
Sumber : BPS 2012, diolah
NO Tingkat
Pendidikan
2009 2010 2011
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
1 SD ke bawah 4,51 3,78 3,71 3,81 3,37 3,56
2 SMP 9,38 8,37 7,55 7,45 7,83 8,37
3 SMA 12,36 14,50 11,90 11,90 12,17 10,66
4 SMK 15,69 14,59 13,81 11,87 10,00 10,43
5 Diploma I/II/II
15,38 13,66 15,71 12,78 11,59 7,16
6 Universitas 12,94 13,08 14,24 11,92 9,95 8,02
2
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran terbuka yang terbanyak berasal dari lulusan SMA dan SMK dari berbagai provinsi yang ada di Indonesia.
Sementara di wilayah Jawa Barat sendiri tingkat pengangguran terbuka setiap tahunnya bertambah dari berbagai tingkatan pendidikan, seperti tertera dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1.2
Tingkat Pengangguran Terbuka Di Wilayah Jawa Barat Pada Tahun 2010-2012
Provinsi Tahun
Jawa Barat
2010 2011 2012
Februari Agustus Februari Februari
Ribuan % Ribuan % Ribuan % Ribuan %
2031,6 10,57 1951,4 10,33 1982,4 9,84 1987,6 10,23 Sumber:BPS 2012 Diolah
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di jawa barat meningkat setiap tahunnya. Secara spesifik Badan Pusat Statistik Jabar mendeskripsikan hasil penelitian yang dilakukan pada Februari 2012 mengenai jumlah pengangguran terbuka diberbagai tingkat pendidikan di wilayah Jawa Barat didapatkan hasil data sebagai berikut bahwa, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mencapai 14,52 persen (281.345 orang), sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas angkanya sebesar 13,09 persen (Badan Pusat Statistik,2012). Dari penelitian tersebut kenyataan yang didapat bahwa pengangguran terbuka lebih banyak berasal dari lulusan SMK. Oleh sebab itu, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan rendahnya minat berwirausaha lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kotamadya Bandung
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
tersebut merupakan masalah yang sangat serius bagi setiap negara khususnya di daerah Jawa Barat Sendiri. Seperti yang diutarakan oleh Menteri Koperasi dan UKM Syarifuddin Hasan, bahwa untuk memperkuat perekenomian nasional dibutuhkan kemunculan para wirausahawan muda. Karena dari data didapatkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai kurang lebih 238 juta jiwa, sedangkan jumlah wirausaha hanya 0,24% dari jumlah penduduk. Di sisi lain, pernyataan bersumber dari PBB yang menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun perekonomian negara apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah penduduknya. Jadi jika penduduk indonesia kurang lebih 238 juta jiwa maka julah wirausaha di Indonesia harus mencapai kurang lebih 4,76 juta jiwa (Alma,2013:4). Manfaat adanya wirausaha antara lain adalah menambah daya tampung tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran. Oleh sebab itu permasalahan mengenai rendahnya minat berwirausaha siswa sangat perlu diteliti karena jika semakin bertambah jumlah pengangguran akan memperparah keadaan ekonomi suatu daerah dan suatu negara pada umumnya.
Alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan mengenai rendahnya minat berwirausaha lulusan SMK adalah dengan menumbuhkan minat berwirausaha untuk membuka usaha baru dan menjadi wirausaha muda yang sangat dibutuhkan oleh negara pada saat sekarang ini. Wirausaha dalam hal ini dapat dimaknai sebagai kemampuan melihat dan menilai peluang bisnis serta mengoptimalkan sumber daya dan berani dalam mengambil resiko. Seseorang dapat memulai suatu usaha yang baru harus dibekali dengan pengetahuan kewirausahaan dan dorongan dari lingkungan keluarganya. Oleh sebab itu, Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional sejak awal Tahun 2005 mulai mengembangkan kembali peran SMK dan lulusan SMK untuk siap kerja dan siap menjadi wirausaha. Kebijakan ini perlu disambut dengan baik, terutama ditengah ketidakseimbangan antara lapangan kerja, pencari kerja dan pencari kerja yang berkualitas.
4
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
dikemukakan oleh Alma (2013:7) bahwa dorongan atau minat wirausaha seseorang didorong oleh sekolah yang memberikan mata pelajaran kewirausahaan yang praktis dan menarik sehingga dapat meningkatkan minat siswa untuk berwirausaha. Pendapat yang serupa juga dilontarkan oleh Soemanto (2002:78),
mengatakan bahwa „Satu-satunya perjuangan atau cara untuk mewujudkan manusia yang mempunyai moral, sikap dan keterampilan wirausaha adalah dengan pendidikan‟. Tanpa pengetahuan kewirausahaan sangat mustahil seseorang dapat menjadi seorang wirausaha yang sukses. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Suryana, (2006 : 4), “seorang wirausaha tidak akan berhasil apabila tidak
memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kemauan.”
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
untuk berwirausaha. Seperti yang diutarakan oleh Alma (2013:7), ”bahwa lingkungan keluarga juga dapat mendorong dan membentuk minat seseorang untuk berwirausaha, dimana mereka dapat berdiskusi tentang ide dan cara untuk mengatasi masalah. ”Secara spesifik McClelland (Lupiyoadi, 2007:12),
menyatakan bahwa: „Terdapat faktor-faktor khusus dalam pembentukan sifat seorang wirausaha. Faktor tersebut adalah nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga kepada seorang anak, dimana dorongan untuk maju dan berprestasi tanpa tekanan yang berlebihan membentuk sifat wirausahanya. Hal ini menjelaskan bahwa keluarga memiliki peranan yang sangat besar bagi pembentukan sifat
wirausaha seseorang.‟
‘Why entrepreneur behave like entrepreneur? The evidence suggest it is not because they are born that way, but because of special training they get in
the home from parents who set moderately high achievment goals but who are
warm, encouraging and non authoritarian in helping their children reach these goals’ (McClelland, 1966 : 62).
Selanjutnya menurut Lestari dalam jurnalnya (2012:1) mengatakan bahwa
“Minat siswa untuk menjadi seorang wirausaha dipengaruhi oleh faktor intern, maupun faktor ekstern, diantaranya adalah praktik kerja industri, prestasi belajar dan lingkungan keluarga.
Dari uraian pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat wirausaha siswa sangat dipengaruhi oleh pengetahuan kewirausahaan yang didapat di sekolah, efikasi diri dan lingkungan keluarga. Sehingga alternatif yang dapat ditempuh untuk pemecahan masalah mengenai rendahnya minat berwirausaha siswa adalah dengan menggunakan pendekatan Enterpreneurial Intention-based
Models atau model yang dirancang untuk mendeteksi faktor-faktor yang
mempengaruhi minat berwirausaha atau intensi berwirausaha dengan menggunakan pendekatan pendidikan (Iskandar:2012:92). Menurut pendekatan model ini, faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang adalah
6
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
diri) dan Perceived Desirability (Perceived Social Norms) yaitu tekanan dari lingkungan sosial terdekat seseorang, dalam hal ini adalah lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan sosial terdekat dari seorang wirausaha (Lupiyoadi, 2007 :12). Teori diatas juga diamini oleh Zimmermen (1990) dalam teori sosial
kognitif terdapat tiga hal yang mempengaruhi seseorang sehingga melakukan self
regulated learning, yakni individu, perilaku dan lingkungan. Faktor individu
meliputi pengetahuan, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan metakognisi serta efikasi diri. Faktor perilaku meliputi behavior selfreaction, personal self reaction serta environment self reaction. Sedangkan faktor lingkungan dapat berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pergaulan dan lain sebagainya. Salah satu yang dapat mempengaruhi self regulated learning dalam faktor individu adalah efikasi diri dan faktor lingkungan di antaranya adalah dukungan sosial dari keluarga. Dan metode pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti sangat tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Efikasi Diri
dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Pada
Kelompok Bisnis dan Manajemen (Survei Pada Siswa Kelas XII di SMK
Negeri di Kota Bandung).”
B.Identifikasi dan Rumusan Masalah
Pada dasarnya minat wirausaha dipengaruhi oleh banyak faktor seperti yang diutarakan oleh Ajzen (Iskandar,2012:89) dalam Theory of Planned Behavior (TPB) bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi minat terdiri dari Attitude toward
behavior (sikap dalam menilai suatu perilaku), Subjective norms (norma
subjektif), Perceived behavioural control (persepsi tentang suatu perilaku). Selanjutnya, menurut Shapero dan Sokol (Iskandar 2012: 90) dalam Theory of
Enterpreneurial Event (TEE), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat
adalah Perceived desirability (ketertarikan terhadap suatu perilaku) dan perceived
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
dirinya. Selanjutnya, faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap minat seseorang menurut Bygrave (Alma,2013:10-11) dapat dipicu oleh beberapa faktor antara lain: personal, environment, dan sociological”. Dimana faktor personal terdiri atas: keinginan berprestasi, faktor pendidikan, pengalaman, faktor environment terdiri atas peluang dan kreativitas, dan yang terakhir adalah faktor sosiological yaitu adanya dorongan dari lingkungan keluarga, bantuan dari relasi dan orang sekitar.
Dari banyaknya faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha. Peneliti membatasi dengan hanya meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi minat wirausaha yaitu faktor pengetahuan kewirausahaan, efikasi diri dan faktor lingkungan keluarga. Alasan peneliti hanya meneliti tiga faktor tersebut karena didukung oleh Enterpreneurial Intention-Based Models yang dirancang oleh Francisco Linan dan merupakan gabungan dari teori Ajzen (TPB) dan teori Shapero dan Sokol (TEE), bahwa perilaku atau intensi seseorang terhadap wirausaha dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu Enterpreneurial Knowledge (Pengetahuan Kewirausahaan), Self efficacy (Efikasi diri) dan Perceived
Desirability (Perceived Social Norms) yaitu tekanan dari lingkungan sosial
terdekat seseorang, dalam hal ini adalah lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan sosial terdekat dari seorang wirausaha (Lupiyoadi,2007 :12). Teori
Perceived Social Norms diatas juga didukung oleh teori konvergensi Walgito
(Wibowo,2011:3) menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, dimana lingkungan tersebut terdiri dari lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Selanjutnya menurut Walgito (Wibowo,2011:3), bahwa lingkungan sosial yang mempunyai hubungan erat dan yang paling terdekat serta saling mengenal dengan baik adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga akan mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap perkembangan dan perilaku seseorang
8
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
seseorang didorong oleh sekolah yang memberikan mata pelajaran kewirausahaan yang praktis dan menarik sehingga dapat meningkatkan minat siswa untuk berwirausaha, serta adanya dorongan dari orang tua dengan berdiskusi mengenai ide dan dalam hal pemecahan masalah.
Hal serupa juga diutarakan oleh Suryana , (2006 : 4), “seorang wirausaha tidak
akan berhasil apabila tidak memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kemauan.”
Ditambah lagi dengan pendapat dari Lupiyoadi, (2007 :12) yang menyatakan
“keluarga merupakan lingkungan sosial terdekat seorang wirausaha.”
Selanjutnya menurut Lestari dalam jurnalnya (2012:1) mengatakan bahwa
“Minat siswa untuk menjadi seorang wirausaha dipengaruhi oleh faktor intern, maupun faktor ekstern, diantaranya adalah praktik kerja industri, prestasi belajar dan lingkungan keluarga. Tidak hanya itu efikasi juga dianggap mempengaruhi minat seseorang seperti yang diutarakan oleh beberapa pendapat ahli di atas yang telah dibahas sebelumnya yaitu, seperti yang diutarakan Indarti dan Rostiani (2008:23) bahwa efikasi diri terbukti mempengaruhi intensi seseorang. Rendahnya minat berwirausaha seseorang menurut Endi Sarwoko (Andriani, 2013:4-5) dipengaruhi oleh efikasi diri dimana pengaruhnya positif, semakin tinggi dukungan pada mahasiswa semakin tinggi rasa percaya diri dan kematangan mental, maka semakin tinggi pula minat berwirausaha. Hal ini juga sejalan dengan Manda dan Iskandarsyah Madjid (Andriani, 2013:5) bahwa efikasi diri berpengaruh signifikan dengan terhadap intensi atau minat berwirausaha seseorang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya minat seseorang timbul untuk berwirausaha sangat dipengaruhi oleh pengetahuan kewirausahaan, efikasi diri dan lingkungan sosialnya.
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan kewirausahaan, tingkat efikasi diri, kondusif tidaknya lingkungan keluarga dan tingkat minat berwirausaha siswa?
2. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan, efikasi diri dan lingkungan keluarga secara simultan terhadap minat berwirausaha siswa? 3. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap minat
berwirausaha siswa?
4. Bagaimana pengaruh efikasi diri terhadap minat berwirausaha siswa? 5. Bagaimana pengaruh lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha
siswa?
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan kewirausahaan, tingkat efikasi diri, kondusif tidaknya lingkungan keluarga dan tingkat minat berwirausaha siswa kelas XII pada bidang bisnis manajemen di SMK Negeri di kota Bandung.
2. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan kewirausahaan, efikasi diri dan lingkungan keluarga secara simultan terhadap minat berwirausaha siswa. 3. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap minat
berwirausaha siswa kelas XII pada bidang bisnis dan manajemen di SMK Negeri di kota Bandung.
4. Untuk mengetahui pengaruh efikasi diri terhadap minat berwirausaha siswa kelas XII pada bidang bisnis dan manajemen di SMK Negeri di kota Bandung.
5. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha siswa kelas XII pada bidang bisnis dan manajemen di SMK Negeri di kota Bandung.
D.Manfaat Penelitian
10
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan mengenai pengaruh pengetahuan kewirausahaan, efikasi diri dan lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada para pengajar di SMK, masyarakat dan pihak-pihak lainnya yang dapat mengoptimalkan pengetahuan kewirausahaan sehingga dapat menumbuhkan minat berwirausaha siswa.
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pengetahuan kewirausahaan (X1), efikasi diri (X2) dan lingkungan keluarga (X3) sebagai variabel independen. Minat Berwirausaha (Y) sebagai variabel dependen. Unit analisis dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XII kelompok bidang keahlian bisnis dan manajemen SMK Negeri di kota Bandung.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah atau menguji hipotesis. Adapun metode dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode penelitian survei merupakan suatu metode penelitian yang menyoroti adanya hubungan antar variabel dengan menggunakan kerangka pemikiran kemudian dirumuskan suatu hipotesis.
Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok atau suatu daerah, Nazir (2005:56). Selanjutnya menurut Penelitian survei menurut Masri Singarimbun (2008:3) adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.
70
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distributif dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis dan psikologis.
Penelitian ini akan dilakukan di SMK Negeri bidang bisnis dan manajeman di kota Bandung. Terdiri dari SMK negeri 1, SMK Negeri 3 dan SMKN Negeri 11. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada alasan untuk melihat lebih jauh bagaimana pengetahuan kewirausahaan dan lingkungan keluarga dapat mempengaruhi minat berwirausaha.
Pertimbangan lainnya adalah di SMK tersebut siswa diberi mata pelajaran kewirausahaan dari kelas 1 sampai kelas 3. Ditambah lagi, pada kelas 3 praktik kewirausahaan dan praktik produktif lebih banyak dilakukan karena dalam rangka persiapan menghadapi ujian nasional berupa uji kompetensi dan menyiapkan mereka agar dapat terjun langsung berwirausaha setelah mereka lulus nantinya.
Dibawah ini merupakan tabel bidang keahlian SMKN di kota Bandung :
Tabel 3.1
Bidang Keahlian di SMK Negeri di kota Bandung
NO Bidang Keahlian Nama Sekolah (SMKN)
1. Tekhnologi dan Rekayasa 8,4,12,2,5,7,13,14,6 2. Tekhnologi Informasi dan Komunikasi 3,4,11,2,13,10,14 3. Kesehatan dan Pekerja Sosial 15,7 4. Seni, Kerajinan dan Pariwisata 3,15,1,9,10,14 5. Bisnis dan Manajemen 3,1,11
(Sumber : datapokok.ditpsmk.net)
C. Populasi dan Sampel
Menurut Nazir (2005: 271), “populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas
serta ciri yang ditetapkan.” Serta menurut Sugiyono (2008:80) “populasi adalah
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII yang terdapat di SMKN 1, SMKN 3 dan SMKN 11. Selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 3.2
Jumlah Siswa Kelas XII Bidang Bisnis dan Manajemen
SMKN Di Kota Bandung. Tahun Ajaran 2012/2013
No Nama
Sekolah
Rumpun Jumlah
Siswa
Total
1 SMKN 1 Administrasi Perkantoran Akuntansi
2 SMKN 3 Administrasi Perkantoran Akuntansi
3 SMKN 11 Administrasi Perkantoran Akuntansi karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010:118). Selanjutnya
menurut Nazir (2005:271) “Sampel adalah bagian dari populasi.” Survei sampel adalah
72
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
diperoleh sampel yang benar-benar mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Kriteria sampel diambil dari keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi dari populasi.
Dalam hal ini teknik sampling yang digunakan adalah simple random
sampling, pengambilan sampel responden peserta didik SMK dari tiap sekolah di
kota Bandung menggunakan teknik secara acak dan berstrata secara proporsional (proportional stratified random sampling), hal ini dilakukan karena kondisi populasi penelitian terdiri dari beberapa kelompok individu dengan karakteristik yang berbeda-beda yaitu peserta didik kelas XII dengan kompetensi keahlian akutansi, perkantoran, dan pemasaran. Karena populasinya telah diketahui, lebih dari 100, maka peneliti mengambil sampel sebesar 20% dari jumlah populasi, Arikunto (Erlina, 2011:3-4) mengatakan bahwa “untuk sekedar ancer -ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20 - 25% atau lebih”. Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil, berikut rumus yang digunakan:
� = 20% X N Arikunto (Erlina, 2011:4) Dimana :
� = Jumlah Sampel Minimum N = Jumlah Populasi
Dengan menggunakan rumus diatas, maka jumlah sampel yang mewakili dari jumlah populasi diatas dapat dihitung seperti yang di bawah ini :
� = 20% X 1.374
� = 274,8
Dari perhitungan diatas sampel yang mewakili sebanyak 275 orang setelah dibulatkan. Untuk mengetahui sampel proporsional dari masing-masing sekolah maka digunakan rumus sebagai berikut :
xn
Ni
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
Dimana :
ni : ukuran sampel
n : ukuran sampel keseluruhan Ni : ukuran populasi stratum N : ukuran populasi
Dengan menggunakan rumus diatas maka dapat dihitung jumlah sampel siswa dari masing-masing bidang keahlian. Dan perhitungannya disajikan dalam bentuk tabel seperti di bawah ini :
Berdasarkan perhitungan di atas, disajikan sebaran sampel penelitian pada setiap program keahlian sebagai berikut :
74
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
Dari 1374 siswa akan diambil sampel sebanyak 275 orang dengan cara random proporsional yang terbagi beberapa siswa SMKN di kota Bandung yang dijadikan objek penelitian.
D. Operasional Variabel
Untuk memudahkan dalam pengukuran serta pengumpulan data, maka perlu dikemukakan batas-batas mengenai variabel atau hal-hal yang berhubungan dengan variabel tersebut.
Adapun batasan pengertian masing-masing variabel dan pengukuran adalah sebagai berikut :
Pengetahuan kewirausahaan (variabel X1) adalah suatu ingatan, kompetensi, tanggapan yang dimiliki oleh seseorang dalam melihat dan memanfaatkan peluang untuk menghasilkan sesuatu barang atau jasa yang dapat memberi manfaat, keuntungan dan kesuksesan terhadap dirinya dan lingkungannya. Erlina( 2011 :13).
Dalam penelitian ini yang menjadi indikator untuk mengukur seberapa jauh tingkat pengetahuan kewirausahaan siswa adalah dengan menggunakan indikator yang diutarakan oleh Suryana (Yunita, 2012:14) ialah sebagai beikut :
1. Pengetahuan mengenai usaha yang akan dirintis dan lingkungan usaha yang ada di sekitarnya
2. Pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab 3. Pengetahuan tentang kepribadian dan manajemen diri 4. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
Efikasi Diri (variabel X2) menurut Bandura (Iskandar, 2012:145) mengatakan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan seseorang tentang sebarapa jauh seseorang mampu melakukan suatu perilaku dalam situasi tertentu.
Selanjutnya menurut Francisco Linan (Iskandar, 2012:109) ada enam indikator yang bisa mendeteksi efikasi diri seseorang untuk berwirausaha. Keenam indikator tersebut adalah : a) probability of survival if firm created, b) probability of success if
firm created, c) qualified to be an entrepreneur. d) difficult to be an entrepreneur, e)
sufficiently .trained to be an entrepreneur, dan f) number of training needs to be an
entrepreneur.
Lingkungan Keluarga (variabel X3) adalah lingkungan yang mencakup segenap stimulis interaksi dan kondisi dalam hubungannya dengan terselenggaranya upaya pembelajaran dan pengaruhnya terhadap minat dan perilaku anak. (Slameto, 2010:68). Oleh sebab itu, lingkungan keluarga juga berpengaruh terhadap minat berwirausaha anak, dengan adanya dorongan atau support dari keluarga (Alma, 2013:8).
Dalam penelitian ini, indikator-indikator untuk mengukur variabel lingkunga keluarga tehadap minat berwirausaha mengikuti indikator yang digunakan oleh Indarti (Yuniarti, 2012:26) yaitu : a) orang tua mengajarkan hidup mandiri sejak dini, b) adanya relasi antara anggota keluarga, c) keadaan ekonomi keluarga mendukung kegiatan berwirausaha, e) tingginya perhatian orang tua terhadap anak, f) latar belakang keluarga mendukung kegiatan berwirausaha.
Minat Berwirausaha (varibel Y) dimensi subjektif seseorang yang menunjukkan keinginan atau tekad yang kuat untuk menjadi seorang pewirausaha Francisco Linan (Iskandar, 2012:146) .
76
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
dengan beberapa penambahan. Indikator tersebut meliputi : 1) tekad yang kuat untuk memilih karir menjadi seorang wirausaha, 2) keyakinan akan adanya peluang untuk berhasil menjadi seorang wirausaha, 3) mengikuti pelatihan-pelatihan yang diperlukan, 4) memperluas jaringan sosial dan berupaya untuk menabung, Iskandar (2012:98).
Mengacu pada teori-teori yang telah dipaparkan dimuka, maka dapat dirumuskan operasional seluruh variabel penelitian sebagaimana tercantum dalam tabel-tabel dibawah ini :
Tabel 3.4 Operasional Variabel
Variabel Indikator Ukuran Skala
Pengetahuan
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014 potensi dirinya untuk menjadi pewirausaha yang berhasil
- Tingkat keyakinan terhadap kemampuan dirinya untuk menjadi seorang wirausaha yang berhasil
- Tingkat keyakinan terhadap bakatnya dalam berbisnis - Tingkat keyakinan terhadap
kesesuaian karakter dirinya dengan profesi wirausaha. - Tingkat keyakinan terhadap
kesuksesan usaha yang akan dirintisnya.
- Tingkat keyakinan terhadap kemampuannya dalam mengatasi kesulitan yang mungkin timbul.
- Tingkat keyakinan terhadap kemampuannya bersaing dengan pesaing yang ada. - Tingkat keyakinan terhadap
kemampuannya
mendapatkan kepercayaan dari pemodal.
- Tingkat keyakinan terhadap kelangsungan hidup usaha yang dirintisnya.
- Tingkat keyakinan bahwa usahanya akan berkembang dalamiklim usaha saat ini.
78 saling mendukung antar anggota keluarga
- Memberikan apresiasi jika anak berprestasi
- Latar belakang profesi atau pekerjaan orang tua
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
- Latar belakang pendidikan orang tua terhadap pernyataan bahwa ia berketetapan hati untuk menjadi seorang wirausaha - Tingkat kesetujuan
terhadap pernyataan bahwa ia akan lebih memilih karir sebagai pewirausaha dibanding sebagai karyawan
- Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa ia akan mencari peluang dan informasi yang baru untuk menjadi seorang wirausaha
- Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa ia tidak akan takut gagal dalam berwirausaha
- Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa ia berusaha untuk mengikuti seminar-seminar dan pelatihan-pelatihan termasuk bila harusmembayar dan diadakan ditempat yang jauh
- Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa ia berusaha berkenalan dan berteman dengan sebanyak mungkin wirausahawan supaya bisa belajar dari mereka
80
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
- Tingkat kesetujuan pernyataan bahwa ia berusaha untuk mencari informasi tentang bagaimana memperoleh dana dari pihak ketiga (bank,pemerintah,pemodal, dll)
- Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa ia berusaha untuk menabung sebagai bekalpersiapan untuk merintis usaha sendiri
Sumber : Diadaptasi dari Iskandar(2012) dan Yunita (2012) dan disesuaikan dengan teori-teori yang relevan dan disertai dengan beberapa tambahan dan modifikasi
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara:
1. Angket, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi sampel dalam penelitian.
2. Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data dengan memperoleh data-data dari buku-buku, laporan ilmiah, media cetak dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
F. Teknik Skoring
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Dengan demikian bentuk rating scale lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap gejala, fenomena dan lainnya.
Responden diminta memberi penilaian, pada rentang jawaban yang negatif sampai positi atau skor 1 sampai dengan 7, yang sesuai dengan dirinya terhadap pernyataan-pernyataan pada kuesioner. Responden yang memberi penilaian dengan angka 7 berarti persepsi responden terhadap pernyataan tertentu sangat positif. Sedangkan, jika responden memberi penilaian dengan angka 4 berarti persepsi responden terhadap pernyataan tertentu netral dan jika penilaian dengan angka 1 berarti subjek terhadap pernyataan tertentu sangat negatif.
G. Pengujian Instrumen Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai pengetahuan kewirausahaan, efikasi diri dan lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha siswa dengan menyebarkan angket ataupun dengan studi literatur.
Agar instrumen penelitian akurat dan tidak bias maka dilakukan 2 macam tes yaitu tes validitas dan tes reliabel.
1. Tes Validitas
82
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
n = jumlah responden x = skor tiap item
y = skor keseluruhan item responden
Dengan menggunakan taraf signifikan
=0,05 koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan diperbandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n – 2), dimana n menyatakan jumlah banyaknya responden.Jika rhitung > r 0,05 = Valid
Sebaliknya jika r hitung r 0,05= Tidak valid
Berdasarkan hasil uji validitas (Lampiran 1), maka terlihat seluruh item valid sehingga jumlah pernyataan berjumlah 49 item.
2. Tes Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah pengujian yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui apakah alat pengumpul data yang digunakan menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan, dan konsistensi dalam mengungkapkan gejala dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Pengujian reliabilitas instrumen dianalisis dengan rumus Alpha Cronbach yaitu sebagai berikut :
[ ] [ ] (Kusnendi, 2008:97)
Dimana :
k = Jumlah item
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
= Varians skor total
Koefisien alpha Cronbach merupakan statistik uji yang paling umum digunakan para peneliti untuk menguji realibilitas suatu instrumen penelitian. Menurut statistika alpha Croncbach, suatu instrumen penelitian diindikasikan memiliki realibilitas yang memadai jika koefisien alpha Croncbach lebih besar atau sama dengan 0,70. Adapun hasil pengujian reliabilitas instrument penelitian dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel Nilai alpha
Cronbach
Jumlah Item Soal
Keterangan
Pengetahuan Kewirausahaan (X1) 0,904 17 Reliabel Efikasi Diri (X2) 0,948 10 Reliabel Lingkungan Keluarga (X3) 0,752 12 Reliabel Minat Berwirausaha (Y) 0,948 10 Reliabel
Sumber : Hasil penelitian
H. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data interval untuk variabel independen. Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan analisis data dalam penelitian ini adalah:
1. Menyusun data
84
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014 2. Tabulasi data
Tabulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah memberi skor pada setiap item dan menyusun ranking skor pada setiap variabel penelitian
3. Menganalisis data
Merupakan proses pengolahan data dengan menggunakan rumus-rumus statistik, menginterpretasikan data agar diperoleh suatu kesimpulan
1. Analisis Deskriptif Variabel
Teknik analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan Pengetahuan Kewirausahaan (X1), Efikasi Diri (X2), Lingkungan Keluarga (X3), dan Minat Berwirausaha (Y) dengan menggunakan garis kontinum, dengan cara menghitung:
a. Nilai indeks maksimum = Skor maksimum x Jumlah pertanyaan x N b. Nilai indeks minimum = Skor minimum x jumlah pertanyaan x N c. Jarak Interval = (Nilai maksimum – Nilai minimum) : Banyak Interval d. Nilai tiap interval = 5
e. N = Jumlah sampel
Dari hasil perhitungan tersebut, bila digambarkan dalam garis kontinum maka akan diperoleh kriteria masing-masing variabel sesuai skor perolehan pada garis kontinum yakni sebagai berikut :
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Nilai Min Nilai Max
Gambar 3.1
Garis Kontinum Variabel
2. Model Analisis Regresi Linear Berganda
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
dan pengujian asumsi klasik terpenuhi. Model regresi linear berganda yang digunakan adalah model regresi linear berganda tiga prediktor sebagai berikut:
Dimana :
Y = Minat Berwirausaha Mahasiswa X1 = Pengetahuan Kewirausahaan
X2 = Efikasi Diri
X3 = Lingkungan Keluarga
e = error
3. Uji Asumsi Klasik
Syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas Data
Bertujuan untuk mengetahui apakah penyebaran kedua populasi berdistribusi secara normal atau tidak. Untuk mengetahuinya peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan software SPSS versi 17 for
windows. Uji normalitas menggunakan SPSS tersebut menghasilkan tiga jenis
keluaran, untuk keperluan penelitian cukup perhatikan tabel Test of Normality. Lihat hasil keluaran berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk menetapkan data yang telah dianalisis normal atau tidak, maka ditetapkan krtiteria sebagai berikut:
1) Tentukan taraf signifikansi uji (α = 0.05)
2) Bandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikansi yang diperoleh. 3) Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh > α, maka sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
86
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Heteroskedastisitas Data
Uji heteroskedasititas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS versi 17 for windows. Jika probabilitas signifikan diatas tingkat kepercayaan 5% (0,05) dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas (Situmorang, et. al 2008:73).
c. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Uji Multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS versi 17 for windows. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:
1) VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinearitas.
2) Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas
4. Uji Hipotesis Penelitian
Pengujian hopotesi dalam penelitian ini terdiri dari pengujian hipotesis simultan dan hipotesis parsial.
a. Uji F Statistik
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
jika Fhitung> Ftabel dan H0 diterima jika Fhitung< Ftabel, sedangkan untuk uji hipotesis
hubungan parsial H0 ditolak jika thitung> ttabel dan H0 diterima jika thitung< ttabel.
Dengan tingkat kesalahan atau error sebesar 0,05 atau 5% atau tingkat signifikansi sebesar 95%.
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan digunakan uji F dengan rumus (J. Supranto,2005:160) :
⁄
Setelah diperoleh F hitung atau F statistik, selanjutnya bandingkan dengan F
tabel dengan α disesuaikan. Adapun cara mencari F tabel dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
Kriteria:
Jika Fhitung> Ftabel maka Ho ditolak
Jika Fhitung< Ftabel maka Ho diterima.
Artinya apabila Fhitung < Ftabel maka koefisien korelasi ganda yang diuji adalah
tidak signifikan, tetapi sebaliknya jika Fhitung > Ftabel maka koefisien korelasi
ganda yang diuji adalah signifikan dan dapat dijadikan sebagai dasar prediksi serta menunjukkan adanya pengaruh secara simultan, dan ini dapat diberlakukan untuk seluruh populasi.
b. Uji t Statistik
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut, menurut (J. Supranto, 2005:160)
88
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
Setelah diperoleh t hitung atau t statistik, selanjutnya bandingkan dengan t tabel
dengan α disesuaikan. Adapun cara mencari t tabel dapat digunakan rumus sebagai berikut:
ttabel = n-k
Kriteria :
Jika thitung> ttabel maka Ho ditolak
Jika thitung< ttabel maka Ho diterima
Artinya, apabila thitung > ttabel maka koefisien korelasi parsial tersebut
signifikan dan menunjukkan adanya pengaruh secara parsial antara variabel terikat (dependent) dengan variabel bebas (independent), atau sebaliknya jika thitung < ttabel maka koefisien korelasi parsial tersebut tidak signifikan dam
menunjukkan tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel terikat (dependent) dengan variabel bebas (independent).
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) merupakan koefisien yang digunakan untuk
mengukur proporsi (bagian) atau presentase total variasi dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi. Dua sifat R2 diantaranya:
1) R2merupakan besaran non negatif
2) Batasnya adalah 0 ≤ R2 ≤ 1 Suatu R2 sebesar 1 berarti suatu kecocokan
sempurna, sedangkan R2 yang bernilai nol berarti tidak ada hubungan
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut :
1. Hasil analisis yang dipersepsikan dari jawaban responden menunjukkan bahwa tingkat Pengetahuan kewirausahaan Siswa Kelas XII pada Kelompok Bisnis dan Manajemen SMK Negeri di Kota Bandung tergolong tinggi, tingkat efikasi diri Siswa Kelas XII pada Kelompok Bisnis dan Manajemen SMK Negeri di Kota Bandung tergolong tinggi, Lingkungan Keluarga Siswa Kelas XII pada Kelompok Bisnis dan Manajemen SMK Negeri di Kota Bandung tergolong tinggi/kondusif dan tingkat Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII pada Kelompok Bisnis dan Manajemen SMK Negeri di Kota Bandung tergolong tinggi.
2. Terdapat pengaruh positif dari pengetahuan kewirausahaan, efikasi diri dan lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha siswa. Artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan, efikasi diri dan lingkungan keluarga, maka semakin tinggi pula minat berwirausaha siswa.
3. Pengetahuan Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha siswa. Artinya semakin tinggi pengetahuan kewirausahaan maka semakin tinggi pula minat berwirausaha siswa.
124
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
5. Lingkungan keluarga berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha siswa. Artinya semakin tinggi/kondusif lingkungan keluarga maka semakin tinggi pula minat berwirausaha siswa.
B. Saran
1. Tingkat pengetahuan kewirausahaan tergolong tinggi, tetapi kontribusi terhadap minat berwirausaha masih tergolong kurang. Hal ini terlihat dari hasil regresi dalam pengolahan data. Kontribusi pengetahuan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha siswa tergolong kecil. Oleh sebab itu, upaya meningkatkan minat berwirausaha siswa diperlukan faktor penarik berupa kesempatan berwirausaha yang difasilitasi oleh sekolah. Sehingga pengetahuan kewirausahaan yang diperoleh siswa dapat diaplikasikan dengan adanya kesempatan untuk berwirausaha.
2. Lingkungan keluarga merupakan faktor dominan yang mempengaruhi minat berwirausaha siswa. Oleh sebab itu, diharapakan kepada orang tua dan pihak sekolah mempertahankan dan mengoptimalkan motivasi dan dorongan terhadap anak/siswa.
3. Bagi guru-guru dan pihak sekolah hendaknya lebih mendukung kegiatan berwirausaha dengan menyediakan fasilitas yang lengkap dan menyediakan kesempatan berwirausaha yang difasilitasi oleh sekolah sehingga minat berwirausaha siswa bisa muncul.
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (1997). Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Jakarta:Penerbit Rineka Cipta.
(2010). Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta
Ahmad Najmudin (2009), Implementasi Model Pembelajaran
BerbasisPengalaman Untuk Meningkatkan Minat Wirausaha Siswa.
Tesis.Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia
Ajzen, Icek., 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior
and Human Decision Process, 50, 179-211
Alma, Buchari.(2009). Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum.
Bandung: Alfabeta.
Alma, Buchari.(2011). Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum.
Bandung: Alfabeta
Alma, Buchari. (2013). Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung; Alfabeta
Andriani, Ria. 2013. Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Efikasi Diri
Terhadap Intensi Berwirausaha. Survey Pada Mahasiswa FPEB UPI.
repository.upi.edu
Anwar. (2004) Pendidikan Kecakapan Hidup( Life skill Education) Konsep
dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta
Aprilianty, Eka.2012. Pengaruh Kepribadian Wirausaha, Pengetahuan
Kewirausahaan dan Lingkungan Terhadap Minat Berwirausaha Siswa SMK.
Jurnal Pendidikan Vokasi.Vol 2/No.3.
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian.Yogyakarta: Rineka Cipta Badan Pusat Statistik.(2012). Berita Resmi Statistik No.74/II/Th XIV
Bandura, A. 1997. Self-efficacy: The exercise of control. New York: W.H.
Freeman.
DEPDIKNAS.(2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka Djaali. (2008). Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
Vokasional Terhadap Minat Berwirausaha (Survey pada SMK Bidang Bisanis dan Manajemen di Kabupaten Bangka), Tesis, Bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia
Fitriani,Harnani,dkk (2012) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha
Pada Siswa Kelas XII SMK Negeri Semarang. Semarang. Universitas Negeri
Semarang. http;//journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj.
Hasan, Hamid.(1995). Pendidikan Ilmu Sosial. Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Jakarta: Tidak Diterbitkan.
Haryani, Yunita. (2012). Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Lingkungan
Sekolah dan Pengalaman Praktek Kerja Industri Terhadap Intensi Berwirausaha. Universitas Pendidikan Indonesia
Indarti, dan Rostiani. (2008). Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi
Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia. Jurnal
Ekonomika
dan Bisnis Indonesia, Vol. 23, No. 4, Oktober 2008.
Indriyanto, B. (2004). Model Layanan Profesional Pemelajaran Kewirausahaan:
Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. Balitbang Puskur Depdiknas
Iskandar. (2012). Efektifitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan
Intensi Kewirausahaan Mahasiswa studi tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi intensi kewirausahaan berdasarkan pendekatan
“Entrepreneurial Intention-based Models pada Mahasiswa Perguruan Tinggi
di Wilayah Cirebon.
Kusnendi.(2008). Analisis Faktor Komfirmatori Uji Validitas Dan
Reliabilitas Model Pengukuran Dengan Amos. Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan
Lestari dan Harnani. (2012). Pengaruh Prakerin, Prestasi Belajar, Lingkungan
Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Siswa. Universitas Negeri
Semarang. http;//journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj.
Linan, F. 2004. Entrepreneurial Intention Model On A Two Country Sample.
Research Paper. Universitat Autonoma de Barcelona, Spain
Lupyoadi Rambat, (2007). Entrepreneurship from mindset to strategy. Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
Pratisto. Arief.(2009). Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17.Jakarta: Alex Media Komputindo
Rahmanto, dan Lutfiadi (2011) Analisis Peran Pendidikan Kewirausahaan,
Kepribadian, dan Lingkungan Terhadap Minat Siswa SMK untuk Berwirausaha Di Kota Bekasi, Jurnal Agribisnis dan Pengembangan
Wilayah Vol 3 No.1 Desember 2011
Riduwan.(2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta
Ruseffendi.H.E.T(1998). Statistik Dasar untukPenelitian Pendidikan Bandung. IKIP Bandung Press
Shapero, A. & Sokol, L. 1982. Social Dimensions of Entrepreneurship. In C. Kent, D. Sexton and K. Vespers (Eds), The Encyclopedia of Entrepreneurship. Prentice-Hall: Englewood Cliffs, NJ 72-90.
Singarimbun,M dan Sofyan,E.(1995). Metode Penelitian Survei. Edisi Revisi.Yogyakarta:LP3ES
Slameto.(2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :Rineka Cipta
Soelaeman,M,I.(1995). Pendidikan dan Keluarga. Bandung:Alfabeta
Soemanto, Wasty (2002), Pendidikan Wiraswasta, Jakarta : Bumi Aksara. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2009). Statisika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumarni. (2006). Pengaruh konsep diri, prestasi belajar, dan lingkungan
terhadap minat berwirausaha pada siswa SMK Negeri 2 Semarang.
Laporan Penelitian. Semarang: Fakultas Ekonomi UNS
Suryana. (2001). Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju
Sukses. Jakarta: Salemba Empat
Suryana. (2006). Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju
Sukses. Jakarta: Salemba Empat
Suryana. (2008). Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju
Yulvitriyani Br Sebayang, 2014
Walgito, Bimo, (2004). Teori Konvergensi. Jogyakarta Peneribit Fakultas Psikologi UGM
Wibowo,Muladi.2011. Pembelajaran Kewirausahaan dan Minat Wirausaha
Siswa Lulusan SMK. Jurnal Eksplanasi Vol 6 No.2.
http://www.muladiwibowo.blogspot.com
Widiyatnoto, Efrikas (2013) Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan Budaya Keluarga
terhadap Minat Berwirausaha pada Siswa SMKN 1 Wonosari dan SMKN 2 Wonosari di Kabupaten Gunung Kidul. Yogyakarta. Jurnal Tehnik Mesin,
Universitas Negeri Yogyakarta
Winkel, W.S. (2004). Psikologi pengajaran. (Terjemahan Toni Setiawan). Jakarta: Media Abadi.
Yekti Prasetyani.(2008). Pengaruh kreativitas, kemandirian siswa, dan
lingkungan tempat tinggal terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI program keahlian Akutansi SMK Muhamadiyah 2 Wonogiri. Laporan
Penelitian UNY.
Zimmerman, B.J. (1990). Self Regulated Learning and Academic Achievement:An
Overview. Educational Psychologist. 25(1), 3-17. Lawrence Erlbaum Associates.
http://jabar.tribunnews.com/2012/05/07/tingkat-pengangguran-smk-lebih-tinggi-dibanding-sma diakses tanggal 4/8/2012