• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SOAL CERITA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SDLB SLB A PERWARI KABUPATEN KUNINGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SOAL CERITA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SDLB SLB A PERWARI KABUPATEN KUNINGAN."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SOAL CERITA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL

PADA SISWA KELAS V SDLB SLB A PERWARI

KABUPATEN KUNINGAN

.

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Khusus FIP UPI

Oleh

DWI WIDI ANDRIYANA

NIM. 0909521

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DWI WIDI ANDRIYANA

NIM. 0909521

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM

PEMBELAJARAN SOAL CERITA MATEMATIKA MELALUI

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

PADA SISWA KELAS V SDLB SLB A PERWARI

KABUPATEN KUNINGAN

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed NIP. 195904141985031005

Pembimbing II

Drs. Zulkifli Sidiq, M.Pd NIP. 196010151987101001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SOAL CERITA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL

PADA SISWA KELAS V SDLB SLB A PERWARI

KABUPATEN KUNINGAN

Oleh

Dwi Widi Andriyana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Program studi Pendidikan Khusus

© Dwi Widi Andriyana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual pada siswa tunanetra kelas V SDLB SLB A Perwari Kabupaten Kuningan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas dan dilakukan secara timbal balik membentuk spiral: rencana, tindakan, pengamatan dan refleksi. Dari hasil penelitiannya adalah bahwa hasil belajar siswa dalam soal cerita matematika mengalami peningkatan, begitu pun dengan motivasi siswa terlihat meningkat. Siswa secara antusias dan sungguh-sungguh belajar matematika dengan penuh perhatian. Adapun rekomendasi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika dan tercapainya keberhasilan dalam pembelajaran matematika di SDLB SLB A, hendaknya guru berupaya untuk menciptakan dan mengembangkan proses pembelajaran matematika, yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap matematika, salah satu diantaranya dengan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual

Kata Kunci: motivasi, hasil belajar, pembelajaran kontekstual

ABSTRACT

This research studied students' motivation and learning outcomes in math word problems using contextual learning strategies to students with visual impairments SLB A class V SDLB Perwari Kuningan regency . The research method used was action research methods class and performed reciprocal spirals : a plan , action , observation and reflection . From the results of his research is that student learning outcomes in math word problems has increased , so too with the visible increase student motivation . Students are enthusiastic and earnest study mathematics with interest . As for the recommendation to improve the quality of mathematics learning and achievement of success in learning mathematics in SDLB SLB A , teachers should strive to create and develop the mathematics learning process , which can improve student learning outcomes and can increase students' positive attitudes towards mathematics , one of them by using contextual learning strategies

(5)

KATA PENGANTAR... i A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Sasaran Tindakan... 4

C. Rumusan Masalah... 4

D. Hipotesis Tindakan... 5

E. Tujuan Penelitian... 5

F. Kegunaan Penelitian... 6

BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA SISWA TUNANETRA A. Tunanetra... 7

1. Definisi Anak Tunanetra... 7

2. Teknik Pembelajaran Siswa Tunanetra... 10

B. Hasil Belajar... 13

1. Definisi Hasil Belajar... 13

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 13

3. Pengukuran Hasil Belajar... 14

C. Strategi Pembelajaran Kontekstual... 15

1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual... 15

2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual... 17

3. Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika di Tingkat Dasar... 18

4. Teori yang Melandasi Strategi Pembelajaran Kontekstual... 20

D. Soal Cerita Matematika... 23

E. Hasil Penelitian yang Relevan... 25

F. Kerangka Pemikiran... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 29

B. Setting Penelitian... 31

C. Siklus Tindakan... 32

D. Variabel Penelitian... 34

E. Instrumen Pengumpulan Data... 36

F. Teknik Pengolahan... 37

(6)

A. Kesimpulan... 64

B. Rekomendasi... 64

DAFTAR PUSTAKA... 67

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 68

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan bergulirnya era globalisasi dalam segala bidang banyak hal berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan termasuk pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu ujung tombak di dalam menopang pembangunan sumber daya manusia. Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu, kiranya perlu diambil tindakan konkrit, salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan, mengingat sumber daya manusia adalah komoditi yang harus diprioritaskan.

Agar kualitas pendidikan dapat meningkat ke arah yang lebih baik diperlukan kemampuan dan kreativitas guru dalam mensetting dan mengelola proses belajar mengajar di kelas sehingga pembelajaran lebih menarik dan menantang siswa untuk berfikir kritis, kreatif, dan logis. Oleh karena itu hendaknya pembelajaran Matematika di sekolah dasar mempertimbangkan penggunaan model atau metoda pembelajaran yang menciptakan kedekatan siswa dengan apa yang sedang dipelajari, misalnya kegiatan yang dikaitkan dengan gejala alam dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan pembelajaran dapat dimulai dari yang sederhana dan konkrit kemudian secara bertahap dikenalkan ke konsep yang lebih abstrak.

Secara empiris, rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan

karena proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional.

Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung “teacher-centered” sehingga

siswa menjadi pasif. Meskipun demikian guru lebih suka menerapkan model

tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktek, cukup menjelaskan

konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Dalam hal ini

siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana

belajar, berpikir dan memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak dijumpai

(8)

menerapkan strategi belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami

materi ajar dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Satu hal lagi bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

sebagai hasil pembaharuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tersebut

juga menghendaki, bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya

mempelajari tentang konsep, teori dan fakta tapi juga aplikasi dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi pembelajaran tidak hanya

tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi

juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi

dan sintesis. Untuk itu, guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model

yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif

agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti pada siswa kelas V SDLB SLB A Perwari Kabupaten Kuningan terlihat bahwa proses kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada guru (teacher centered), guru menyampaikan materi masih menggunakan metode atau pendekatan yang bersifat konvensional, seperti metode ceramah tanpa dipadukan dengan metode-metode yang lain. Akibat dari cara mengajar seperti itu menyebabkan rendahnya penguasan konsep siswa pada pembelajaran soal cerita matematika, hal ini ditunjukkan oleh hasil belajar siswa diperoleh rata-rata sebesar 5,50. Selain itu guru juga tidak memperhatikan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa, di mana diketahui bahwa pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.

(9)

konstruktivisme dengan model learning cycle dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan:

1. Pembelajaran lebih melibatkan pengetahuan awal siswa yang dibawa dari luar lingkungan sekolah.

2. Memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri dalam membentuk pola penalaran baru dan telah terbukti cukup efektif bagi pembentukan penalaran pada tingkat berfikir konkrit maupun formal.

(10)

dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda. Implementasi teori Piaget dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep . Unsur-unsur teori belajar Piaget (asimilasi, akomodasi, dan organisasi) mempunyai korespondensi dengan fase-fase dalam strategi pembelajaran kontekstual.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti menganggap penting untuk mengadakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika pada pembelajaran soal cerita melalui strategi pembelajaran kontekstual di kelas V SDLB SLB A Perwari Kabupaten Kuningan.

B. Sasaran Tindakan

Sasaran tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SDLB SLB A Perwari Kabupaten Kuningan, dengan jumlah siswa sebanyak 4 (empat) orang yang terdiri dari 2 orang siswa dan 2 orang siswi.

Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai dasar peneliti memilih siswa kelas V SDLB sebagai subjek penelitian, antara lain :

1 Pada saat menemukan permasalahan pembelajaran tersebut, peneliti sedang bertugas mengajar matematika di kelas. sehingga peneliti memahami permasalahan yang ada di dalam kelas.

2 Adanya kesesuaian antara kurikulum dengan materi pelajaran yang dijadikan sebagai sasaran dari penelitian.

3 Mendapat dukungan dari pihak sekolah baik kepala sekolah maupun guru-guru SDLB SLB A Perwari Kabupaten Kuningan.

C. Rumusan Masalah

(11)

Harapannya hasil belajar peserta didik tunanetra kelas V tersebut minimal mencapai nilai rerata 8.0 kenyataannya nilai rerata tersebut belum pernah tercapai, paling tidak dalam satu tahun terakhir. Untuk memecahkan masalah tersebut akan dipilih tindakan berupa penerapan strategi pembelajaran kontekstual

Oleh karena itu masalah penelitian tindakan kelas ini dirumuskan sebagai berikut: ”Apakah Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Soal Cerita

Matematika pada Siswa Kelas V SDLB SLB A Perwari Kabupaten

Kuningan?”

D. Hipotesis Tindakan

Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam dua siklus, setiap siklus direncanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan minat dan hasil belajar siswa. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

”Penerapan strategi pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran soal cerita matematika pada siswa Kelas V

SDLB SLB A Perwari Kabupaten Kuningan ?”.

E. Tujuan Penelitian

(12)

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dalam ini, dijabarkan sebagai berikut: 1. Untuk Siswa

a. Dapat membangkitkan sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika, sehingga persepsi yang membosankan tidak terjadi lagi. b. Dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal

cerita matematika untuk penguasaan materi di tingkat selanjutnya melalui interaktivitas pembelajaran matematika selanjutnya.

c. Dapat menimbulkan kembali minat belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual.

2. Untuk Guru

a. Memberikan pembekalan yang bermakna terhadap siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dalam kehidupannya.

b. Meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas melalui interaktivitas dengan cara menggunakan strategi pembelajaran kontekstual untuk memaksimalkan potensi siswa dalam memahami

pembelajaran matematika yang diberikan.

3. Untuk Sekolah

(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). PTK adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau untuk meningkatan kemampuan atau profesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan guru dapat memperbaiki praktik pembelajaran menjadi lebih efektif.

Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian dari Kurt Lewin dengan teknik penelitian tindakan kelas kolaboratif. Penelitian tindakan kelas kolaboratif menurut Kemmis dan Mc Taggart (Madya, 2007: 51) adalah: “The approach is only action research when it is collaborative, though it is

important to realize that the action research of the group is achieved through

the critically examined action of individual group members [empbasis in

original].”

Dari pernyataan ini diperoleh penegasan tentang dua hal. Pertama, penelitian tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama. Kedua, penelitian kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok perorangan yang diperiksa secara kritis melalui refleksi demokratik dan dialogis. Kolaborasi atau kerjasama dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini dilakukan bersama-sama dengan guru kelas V SDLB dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum sebagai teman sejawat yang bertindak sebagai observer.

(14)

Gambar 3.1

DESAIN PENELITIAN MODEL KURT LEWIN

Model Kurt Lewin ini merupakan suatu rangkaian lengkap ( a spiralof steps ) yang terdiri dari 4 komponen, yaitu :

1. Perencanaan (planning) yaitu merupakan tindakan yang tersusun, dan dari segi definisi harus mengarah pada tindakan, yaitu bahwa rencana itu harus memandang ke depan. Beberapa hal yang direncanakan sebagai berikut:

a. Membuat skenario pembelajaran yang berisi langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran di samping bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan.

b. Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan.

c. Mempersiapkan instrumen penelitian. d. Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan.

2. Tindakan (acting) yaitu pelaksanaan tindakan perbaikan merupakan tindakan pokok dalam siklus penelitian tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana serta mengandung pembaharuan.

Observasi Awal

Observasi I Pelaksanaan

Tindakan I

Refleksi I

Rencana Tindakan I

Observasi II

Refleksi II Pelaksanaan

Tindakan II

Rencana Tindakan II

(15)

3. Pengamatan (Observing) berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait bersama prosesnya dan berorientasi kemasa yang akan datang untuk refleksi selanjutnya.

4. Refleksi (Reflecting) adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan yang telah dicatat dalam observasi, berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan srtategi melalui diskusi antara peneliti, observer, dan pembimbing skripsi.

B. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai bulan Pebruari sampai dengan April 2013 di SLB A Yayasan Pendidikan Anak-anak Luar Biasa (YPALB) Perwari Jalan Mohammad Toha No. 04 Desa Kasturi Kec. Kuningan Kabupaten Kuningan pada kelas V (lima) tingkat SDLB. Jumlah siswa kelas V SDLB sebanyak 4 (empat) orang dengan rincian 2 (dua) orang perempuan dan 2 (dua) orang laki-laki. Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapat data: 1) semua siswa kelas V SDLB adalah buta total. 2) usia mental berada pada tahap operasional konkrit, dengan cirinya: dapat berpikir dengan

model “kemungkinan” dalam melakukan kegiatan tertentu, telah memiliki

kecakapan berpikir logis dengan benda-benda konkrit, telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan, pengaturan masalah, dan dapat membandingkan pendapat orang lain, walaupun tergantung pada masalah yang konkrit. 3) kemampuan awal peserta didik telah tuntas dalam materi pembelajaran sebelumnya sebagai dasar untuk mengikuti materi pembelajaran soal cerita matematika.

(16)

ruang, ruang belajar 9 ruang. Satuan pendidikan yang dilaksanakan SDLB dan SMLB dengan status bangunan milik sendiri.

C. Siklus Tindakan

Prosedur PTK ini didesain untuk 2 (dua) siklus, dimana tiap-tiap siklus dilaksanakan dalam 1 (satu) kali tatap muka. Rencana tindakan pada masing-masing siklus dalam PTK ini dibagi dalam 4 (empat) kegiatan yaitu: (1) Perencanaan, (2) Implementasi Tindakan, (3) Observasi dan Evaluasi, serta (4) Analisis dan Refleksi.

1) Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan berupa persiapan-pesiapan yang terdiri dari:

a . menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

b. menetapkan materi bahan ajar. Banyaknya bahan ajar yang harus disusun adalah untuk satu kali pertemuan.

c . menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual.

d. menyusun alat evaluasi berupa test untuk mengetahui respon dan hasil unjuk kerja atau hasil belajar peserta didik.

e . menyiapkan instrumen observasi untuk pelaksanaan pengamatan dalam perbaikan pembelajaran bagi siswa dan guru.

f . menyiapkan angket untuk memperoleh tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran yang diaplikasikan dalam PTK.

2) Tahap Implementasi Tindakan

Deskripsi tindakan yang dilakukan sesuai dengan judul PTK ini adalah menerapkan strategi pembelajaran kontekstual, dimana skenario kerja tindakan meliputi:

a. Guru menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

b. Guru menunjuk beberapa peserta didik mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan belajar mengajar.

(17)

d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.

e. Memanggil para peserta didik untuk melakukan skenario yang sudah dipersiapkan.

f. Masing-masing peserta didik duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan, mengamati skenario yang sedang diperagakan. g. Setelah selesai dipentaskan, masing masing peserta didik diberikan

kertas sebagai lembar kerja untuk membahas hasil pementasan. h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. i. Guru memberikan komentar dan kesimpulan secara umum j. Evaluasi

k. Penutup

3) Tahap Observasi dan Evaluasi.

Kegiatan observasi dilakukan oleh observer yaitu guru kelas V SDLB dan wakil kepala sekolah yang menjadi mitra kerja dalam PTK ini. Observasi dilakukan pada setiap akhir pertemuan setiap siklus atau sebanyak 2 (dua kali) selama PTK berlangsung. Variabel yang diobservasi dengan menggunakan lembar observasi meliputi kualitas tentang:

a. perhatian peserta didik dalam mengikuti sajian bahan ajar dari awal hingga akhir pelajaran.

b. pemahaman peserta didik terhadap tujuan dan manfaat materi bahan ajar yang disajikan dan tugas-tugas yang harus diselesaikan selama pembelajaran.

c. ingatan materi prasyarat yang menghubungkan antara pengetahuan yang lama dengan pengetahuan yang baru yang akan dipelajari.

d. persepsi terhadap materi pelajaran yang berupa pokok-pokok materi bahan ajar yang penting dan bersifat kunci.

e. kesulitan belajar dan hambatan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi yang ditetapkan.

(18)

a. respon peserta didik sebagai tampilan unjuk kerja yang menggambarkan apakah peserta didik telah mencapai penguasaan kompetensi pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.

b. hasil belajar peserta didik setelah mengikuti kegiatan utuh satu siklus. 4) Analisis dan Refleksi.

Hasil kegiatan observasi dan evaluasi di atas selanjutnya dianalisis dengan menggunakan poly sebagai berikut:

a. Hasil observasi dan evaluasi pada masing-masing siklus dipandang sebagai "akibat".

b. Dari akibat tersebut kemudian dianalisis faktor "sebab". c. Dari sebab tersebut selanjutnya ditelusuri "akar sebab".

Hasil analisis di atas menjadi dasar dalam penyusunan refleksi yaitu memikirkan upaya apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi akar sebab yang ditemukan. Hasil refleksi ini akan menjadi asar dalam merencanakan tindakan yang akan diterapkan untuk siklus selanjutnya.

D. Variabel Penelitian

(19)

mereka temukan pada saat berbelanja. (b) di dalam kelas siswa mendiskusikan, melaporkan hasil diskusi, dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. (c) kegiatan penutup dengan cara menyimpulkan pembelajaran dan menugaskan siswa untuk membuat soal berita matematika.

Variabel terikat yaitu fenomena yang menjadi objek studi dan investigasi yang dipengaruhi atau variabel akibat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran soal cerita matematika dalam topik pengerjaan hitungan campuran. Hasil belajar soal cerita matematika adalah menunjukkan kepada sesuatu proses perubahan perilaku atau pribadi siswa berdasarkan praktik atau pengalaman berupa perlakuan penggunakan strategi pembelajaran kontekstual dengan soal cerita matematika dengan aspek perubahannya peningkatan kualitas pengetahuan, sikap, dan unjuk kerja, yang diukur dengan instrumen tes dimana semakin tinggi jawaban benar semakin tinggi pula hasil belajar yang dimaksud. Hasil belajar yang dimaksud merupakan pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi (pencampuran yang harmonis) dan akomodasi (penyesuaian diri) yang bermuara pada pemutakiran struktur kognitifnya. Pemberian makna terhadap objek dan pengalaman oleh individu tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui interaksi dalam jaringan sosial yang unik yang terbentuk dalam budaya kelas maupun di luar kelas. Ciri perubahan perilaku belajar adalah intensional, dalam arti pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukannya dan bukan dengan kebetulan, positif, dalam arti sesuai seperti yang diharapkan (normative) atau criteria keberhasilan (criteria of success), efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna tertentu bagi

(20)

E. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan tiga cara instrumen pengumpulan data untuk dapat menjawab permasalahan penelitian yang dirumuskan. Ketiga cara untuk mengumpulkan data tersebut meliputi: tes, observasi, dan angket.

1. Tes

Tes adalah serangkaian, sekumpulan pertanyaan yang diberikan kepada anak atau orang yang di tes dan jawabannya mutlak benar atau salah. Hal ini sesuai pendapat dari Arikunto (2005: 53): “tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Tujuan dari pemberian tes terhadap peserta didik dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi, baik materi yang akan dipelajari ataupun materi yang sudah dipelajari. Dalam hal ini tes diberikan kepada peserta didik dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan mempergunakan bentuk tes uraian.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah cara pengumpulan data yang dilakukan terhadap suatu objek untuk mengetahui tentang kejadian atau tingkah laku yang di gambarkan akan terjadi terhadap objek yang diamati. Observasi dilakukan terhadap peserta didik dan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung, observasi terhadap peserta didik dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman observasi yang telah ditentukan. Observasi terhadap guru selaku peneliti dilakukan oleh observer dengan menggunakan lembar pengamatan observasi yang telah ditentukan.

3. Angket

(21)

tujuan untuk mengumpulkan data, mencatat data atau informasi, sikap dan pemahaman siswa yang dijawab secara tertulis.

F. Teknik Pengolahan

Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif berasal dari hasil tes, sedangkan data kualitatif berasal dari hasil angket dan observasi. Adapun pengolahannya adalah sebagai berikut :

a. Data Hasil Tes

Data tes berupa jawaban siswa, terhadap jenis soal uraian dengan patokan jawaban yang benar. Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam soal cerita matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual digunakan rumus :

Peneliti menetapkan ketuntasan belajar siswa jika siswa telah mampu mencapai kemampuan 80% atau lebih.

b. Data Hasil Angket

Derajat penilaian siswa terhadap suatu pernyataan dalam angket dibagi ke dalam lima pilihan jawaban yang berbeda yaitu terdiri dari: selalu, sering, kadang-kadang, jarang, tidak pernah. Untuk selanjutnya data kualitatif itu ditransfer ke data kuantitatif

Untuk mengukur data itu digunakan rumus :

Dengan : p = persentase jawaban

f = frekuensi jawaban n = banyak respon

Presentase Kemampuan = Skor yang diperoleh x 100% Skor Ideal

P = n

f

(22)

Setelah dianalisis, dilakukan interprestasi data dengan menggunakan kategori persentase, sebagai berikut:

Tabel 3.1

Klasifikasi interprestasi perhitungan presentasi

Besar Presentase Interprestasi

0% Tidak ada

0% - 25% Sebagian kecil

26% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51%-75% Sebagian besar

76%-99% Pada umumnya

100% Seluruhnya

c. Observasi

Observasi dianalisis dengan cara mengelompokkan data hasil observasi sehingga diperoleh kesimpulan selanjutnya diinterprestasikan secara deskriptif.

Adapun untuk melihat adanya peningkatan penguasaan konsep siswa adalah dengan melihat gain (selisih) dari hasil tes penguasaan konsep pada pre tes dan post tes setiap siklusnya. Adapun rumus untuk mencari gain adalah sebagai berikut:

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang penerapan strategi pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran Matematika di SDLB SLB A Perwari Kabupaten kuningan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan motivasi belajar siswa (mencapai persentase sebesar 88.83% yang termasuk kategori sebagian besar mencapai tinggi) setelah penerapan strategi pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran matematika pada proses pembelajaran siklus I, namun belum sepenuhnya dapat meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar siswa, indikator yang dapat disimak antara lain: (a) proses pembelajaran yang diukur melalui lembar observasi siswa baru mencapai 61.5%, sedang hasil observasi kepada guru baru mencapai 64.3% dapat mencapai kategori tuntas, (b) dampak lanjutan adalah nilai rerata hasil belajar pada siklus I baru mencapai 50% dengan kata lain apabila dihubungkan dengan kriteria keberhasilan, belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

2. Terbukti terdapat peningkatan ketuntasan belajar, motivasi dan hasil belajar yang signifikan setelah penerapan strategi pembelajaran kontekstual pada siklus II. Ketuntasan belajar menjadi 100%, hasil belajar 95%, dan motivasi belajar meningkat menjadi 94.33%. Hal ini mengandung makna bahwa penelitian tindakan kelas dapat dinyatakan berhasil. Keberhasilan ini ditunjukkan oleh indikator: (a) siswa berhasil mencapai kategori tuntas belajar 100%, (b) hasil belajar mencapai rerata 95%, melebihi kriteria yang ditetapkan yaitu rerata 80%, (c) motivasi belajar mencapai rerata sangat tinggi 94.33%.

B. Rekomendasi

(24)

1. Dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan strategi pembelajaran kontekstual sebaiknya lebih menekankan kepada upaya pengembangan kemampuan memecahkan masalah melalui kegiatan aktif siswa dalam situasi yang nyata, dengan cara berdiskusi dan pencairan informasi di luar pembelajaran dengan tahap-tahap pembelajaran yang terdapat dalam strategi pembelajaran kontekstual.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Darhim, (2004). Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual Terhadap Hasil Belajar dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Kelas Awal dalam Matematika. Disertasi pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1996). Matematika 5 Mari Berhitung, Petunjuk Guru Sekolah Dasar Kelas 5. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional, (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas.

Ekawarna. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press Hudoyo, H (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika, Malang: IKIP Malang Johnson, EB. (2011). CTL (Contextual Teaching & Learning), Bandung: Mizan

Media Utama.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontektual Konsep dan Aplikasi, Bandung: PT Refika Aditama.

Kunandar (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada (Rajawali Pers).

Madya, S (2007). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan, Bandung: CV Alfabeta. MKPBM, TIM (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,

FPMIPA. Bandung: UPI

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung. PT Remaja Rosda Karya

Munthe, B. (2009). Desain Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Ruseffendi, ET (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, Bandung: Tarsito.

(26)

Soepeno, B (2002). Statistik Terapan, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sosilo, Herawati el. al (2009). Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru, Malang: Bayumedia Publishing.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta. Kanisus Yogyakarta.

Tarsidi, D (2011). Definisi Tunanetra. [online]. Tersedia:// http://www.d-tarsidi.blogspot.com/ [1 November 2011]

Trianto, (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group.

Wibawa, B (2003). Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendasmen Direktorat Tenaga Kependidikan.

(27)

Arikunto, S (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Darhim, (2004). Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual Terhadap Hasil Belajar dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Kelas Awal dalam Matematika. Disertasi pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1996). Matematika 5 Mari Berhitung, Petunjuk Guru Sekolah Dasar Kelas 5. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional, (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas.

Ekawarna. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press Hudoyo, H (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika, Malang: IKIP Malang

Johnson, EB. (2011). CTL (Contextual Teaching & Learning), Bandung: Mizan Media Utama.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontektual Konsep dan Aplikasi, Bandung: PT Refika Aditama.

Kunandar (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada (Rajawali Pers).

Madya, S (2007). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan, Bandung: CV Alfabeta.

MKPBM, TIM (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, FPMIPA. Bandung: UPI

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung. PT Remaja Rosda Karya

Munthe, B. (2009). Desain Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Ruseffendi, ET (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, Bandung: Tarsito.

Sanjaya, W (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group.

Soepeno, B (2002). Statistik Terapan, Jakarta: PT Rineka Cipta.

(28)

Tarsidi, D (2011). Definisi Tunanetra. [online]. Tersedia://http://www.d-tarsidi.blogspot.com/

[1 November 2011]

Trianto, (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group.

Wibawa, B (2003). Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendasmen Direktorat Tenaga Kependidikan.

Gambar

Gambar 3.1 DESAIN PENELITIAN MODEL KURT LEWIN
Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Lukas Suwarso, et al., Mengelola Kebebasan Pers, Jakarta: Dewan Pers, 2008 Masduki, Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik, Yogyakarta: UII Press, 2003.. Mogens Schimdt, et al.,

Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Diploma 3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku

1. Menghasilkan produk performance task assessment sub design an experiment pada materi pokok gerak harmonik yang layak untuk melatih keterampilan proses sains

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan berkah, rahmat, dan ridho-Nya sehingga kami dapat menjalankan Program

Peraturan Mendikbud Republik lndonesia Nomor 30 Tahun 2012 tentang Organisasidan Tata Kerja Universitas Negeri Malang (Berita Negara Republik lndonesia Tahun ZOt Z

Tujuan penelitian untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap warung makan indomie di wilayah Mrican dari aspek: 1) produk, 2) harga, 3) tempat, 4) promosi,

Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah melakukan analisis serta identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi minat investor di Kota Serang

Pengaruh cukup dalam diartikan bahwa orang tua tetap mengawasi dan menegur apabila melakukan tindakan merokok di rumah, namun apabila sudah di luar rumah kontrol