• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI BUDAYA ADAT NGAROT KAITANNYA DENGAN “CIVIC CULTURE” SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN KEBUDAYAAN INDONESIA : Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI BUDAYA ADAT NGAROT KAITANNYA DENGAN “CIVIC CULTURE” SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN KEBUDAYAAN INDONESIA : Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI BUDAYA ADAT NGAROT KAITANNYA DENGAN CIVIC

CULTURE SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN KEBUDAYAAN

INDONESIA

(Studi kasus masyarakat Lelea Kabupaten Indramayu)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh :

SITI FATIMAH

0900959

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya dengan Civic Culture Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia

(Studi Kasus Masyarakat Lelea Kabupaten Indramayu)

Oleh

SITI FATIMAH

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© SITI FATIMAH 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang.

(3)

SITI FATIMAH

NILAI BUDAYA ADAT NGAROT KAITANNYA DENGAN CIVIC

CULTURE SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN KEBUDAYAAN

INDONESIA

(Studi kasus Masyarakat Lelea Kabupaten Indramayu)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd

19600515 198803 1 002

Pembimbing II

Dr. Kokom Komalasari, M.Pd

19721001 200112 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed.

(4)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

SKRIPSI INI DIUJI PADA :

Hari/Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2013

Tempat : Gedung FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia

Panitia Ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji : 3.1 Penguji I :

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 19620316 198803 1 003

3.2 Penguji II :

Drs. Rahmat, M.Si NIP. 19580915 198603 1 003 3.3 Penguji III:

(5)

ABSTRAK

Siti Fatimah (0900959). NILAI BUDAYA ADAT NGAROT

KAITANNYA DENGAN “CIVIC CULTURE” SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN KEBUDAYAAN INDONESIA (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu).

Budaya kewarganegaraan (civic culture) merupakan budaya yang mampu menopang masyarakat untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai budaya daerahnya. Nilai-nilai budaya yang menunjang masyarakat tersebut berguna untuk menciptakan karakter dan identitas warganegara. Upacara adat Ngarot adalah salah satu budaya daerah yang masih dilaksanakan tiap tahun oleh masyarakat Lelea Kecamatan lelea kabupaten Indramayu. Dalam tradisi adat Ngarot ini terdapat nilai-nilai budaya yang berkaitan dengan budaya kewarganegaraan (civic

culture) yang mampu menciptakan karakter warganegaranya. Penelitian ini

(6)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Siti Fatimah (0900959). NGAROT INDIGENOUS CULTURAL VALUES RELATED TO "CIVIC CULTURE" AS A CULTURAL PRESERVATION

form INDONESIA (Lelea the case study village Lelea Lelea District Indramayu Regency).

(7)

DAFTAR ISI

C. Budaya Kewarganegaraan Civic Culture ... 29

1. Pengertian Budaya kewarganegaraan Civic Culture ... 29

2.Ciri-ciri Budaya Kewarganegaraan Civic Culture ... 30

3. Elemen Civic Culture ... 31

D. Penelitian Terdahulu ... 34

E. Kerangka Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38

1. Lokasi Penelitian ... 38

2. SubjekPenelitian ... 38

B. Pendekatan dan Metode Penelitian... 38

1. Pendekatan Penelitian ... 38

(8)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan

Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

C. Definisi Operasional ... 41

1. Nilai Budaya ... 41

2. Adat Ngarot ... 41

3. Budaya Kewarganegaraan (Civic culture) ... 42

4. Pelestarian Kebudayaan ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 49

1. Reduksi Data (Data Reduction) ... 49

2. Penyajian Data (Data Display)... 50

3. Verifikasi dan Kesimpulan ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. GambaranUmum Lokasi Penelitian ... 52

1. Letak Secara Umum Desa Lelea ... 52

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 57

1. Proses Pelaksanaan Adat Ngarot ... 57

2. Nilai-nilai Budaya yang Terkandung dalam Adat Ngarot Kitannya dengan Civic Culture ... 60

3. Upaya yang dilakukan dalam Melestarikan Nilai Budaya adat Ngarot ... 61

4. Kendala yang ditemui dalam Proses Pelestarian Nilai-nilai Budaya Adat Ngarot ... 64

5. Solusi yang diharapkan untuk Mengatasi Hambatan-hambata dalam Pelestarian Adat Ngarot ... 67

C. Analisis Hasil Penelitian ... 68

1. Proses Pelaksanaan Adat Ngarot ... 68

(9)

Ngarot ... 76

4. Kendala yang ditemui dalam Proses Pelestarian Nilai-nilai Budaya Adat Ngarot ... 79

5. Solusi yang diharapkan untuk Mengatasi Hambatan-hambata dalam Pelestarian Adat Ngarot ... 81

D. Pembahsan Hasil Penelitian ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 92

A.Kesimpulan ... 92

B.Saran ... 94

1. Kepada Pemerintah Desa Lelea ... 94

2. Kepada Tokoh Masyarakat ... 94

3. Kepada masyarakat Lelea ... 95

4. Kepada Orang Tua ... 95

5. Kepada Generasi Muda ... 95

6. Kepada Sekolah ... 95

7. Peneliti Selanjutnya ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN

(10)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan

Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Checklist

Undang-Undang

Dokumen Ngarot 2012

Instrumen Wawancara

Hasil Wawancara

Lampiran Lainnya

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indramayu merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa

Barat. Kabupaten ini berlokasikan berbatasan dengan kabupaten Cirebon di

Sebelah Tenggara, kemudian berbatasan dengan kabupaten Majalengka,

Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Subang di sebelah barat. Indramayu sendiri

merupakan salah satu kabupaten yang kaya akan sumber daya alam dan

manusianya, disamping itu juga Indramayu memiliki banyak ragam kebudayaan

dan adat istiadat, salah satunya yaitu „Ngarot‟.

Berkenan dengan kebudayaan, Koenjoroningrat (2005: 72)

mengemukakan bahwa “Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa,

tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat

yang dijadikan miliknya dengan belajar”. Begitu juga dengan kebudayaan adat

„Ngarot‟, kebudayaan adat ini tidak serta merta timbul tumbuh dan berkembang

dengan sendirinya, melainkan melalui proses penciptaan masyarakat di

lingkungan tersebut, yang di sebabkan oleh proses belajar yang di ikuti dengan

tindakan serta karya yang di hasilkan manusia dalam kehidupan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa kebudayaan merupakan

sesuatu hal yang berharga yang tercipta dari suatu sistem nilai-nilai luhur yang

berkembang di masyarakat. Nilai-nilai luhur inilah yang dijadikan bahan untuk

menciptakan kebudayaan melalui suatu proses belajar. Disamping itu masyarakat

Indramayu juga memiliki nilai kebudayaan yang kuat. Hal ini dapat terlihat

dengan masih dipertahankannya adat-adat dan kegiatan lain yang dipengaruhi oleh

unsur budaya. Hal ini merupakan prinsip sebagai warganegara yang baik, sesuai

dengan apa yang dikemukakan Gultom (Iswandi, 2004:28) sebagai berikut:

(12)

2

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Masyarakat dan kebudayaan yang ada di Indramayu memiliki keunikan

tersendiri dibandingkan dengan daerah lain, dimana nilai-nilai budaya

kewarganegaraan (civic culture) ada dalam kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan

oleh masyarakat Indramayu seperti gotong royong, kerja sama dan pemecahan

masalah. Hal ini bisa dilihat dalam pelaksanaan tradisi yang leluhur wariskan

kepada generasi berikutnya yang masih dilaksanakan oleh masyarakat dalam

upaya menjaga kebudayaan serta nilai-nilai yang ada di masyarakat. Gotong

royong dan kerja sama bisa dilihat ketika masyarakat ada kegiatan misalnya kerja

bakti, masyarakat langsung ikut mengerjakan bersama-sama hingga terselesaikan

dengan baik. Sedangkan dalam pemecahan masalah terlihat ketika dalam

masyarakat terdapat permasalahan maka diselesaikan secara musyawarah untuk

mencapai kata mufakat.

Budaya kewarganegaraan (civic culture) wajib dipelihara oleh setiap

masyarakat. Hal ini dikarenakan supaya nilai-nilai luhur ini terus ada dan

dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga identitas warga negera bisa

tetap terlihat. Selaras dengan yang diungkapkan Winataputra dan Budimansyah

(2012: 233) tentang budaya kewarganegaraan (civic culture) sebagai berikut:

Budaya kewarganegaraan (civic culture) merupakan budaya yang menopang kewarganegaraan yang berisiskan seperangkat ide-ide yang dapat diwujudkan secara efektif dalam representasi kebudayaan untuk tujuan pembentukan identitas warganegara.

Dalam menerapkan nilai-nilai luhur yang ada dalam kebudayaan

Indramayu, masyarakat menyalurkannya dalam bentuk kegiatan yaitu upacara

adat. Upacara adat tersebut merupakan bentuk kegiatan manusia dalam hidup

bermasyarakat yang didasari atas ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Salah satunya yaitu melalui upacara adat atau adat yang dilakukan oleh

masyarakat sebagai bentuk atau wujud rasa syukur masyarakat terhadap karunia

atau nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa.

Adat „Ngarot‟ ini merupakan salah satu adat yang masih dilesatrikan

(13)

Lelea kabupaten Indramayu. Adat „Ngarot‟ juga merupakan salah satu adat yang hanya di miliki oleh Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu. „Ngarot‟ sendiri

merupakan salah satu adat istiadat yang dilakukan oleh masyarakat Lelea secara

turun-temurun hingga sekarang denga tidak terputus-putus. Berkenaan dengan hal

tersebut, Samian (2003: 54) mengemukakan bahawa:

„Ngarot‟ berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Ngawurat yang artinya membersihkan diri dari segala dosa akibat kesalahan tingkah laku seserang atau sekelompok orang pada masala lalu. Sedangkan menurut

bahasa Sunda Kuno „Ngarot‟ mempunyai arti minum, yang dilakukan oleh kasinoman (anak muda).

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa „Ngarot‟ bertujuan untuk

mengumpulkan para pemuda-pemudi yang akan diserahi tugas pekerjaan program

pembangunan di bidang peratanian sambil menikamati hiburan kesenian dibalai

desa. Acara pertemuan tersebut penuh keakraban dan saling bermaafan apabila

ada kesalahan diantara mereka. Selain itu „Ngarot‟ juga bertujuan memberikan

peringatan kepada para pemuda-pemudi bahwa tidak lama lagi mereka akan turun

ke sawah, bekerja dan mengolah sawah bersama-sama, gotong royong saling bahu

membahu secara sukarela, dan acara peringatan tersebut dinamakan durugan. Di

samping itu juga „Ngarot‟ bertujuan untuk membina pergaulan yang sehat, agar

para pemuda-pemudi saling mengenal, saling menyesuaikan sikap, kehendak dan

tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai budaya.

Berkenaan dengan nilai Kupperman dalam Mulyana (2001: 9) nilai adalah

patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di

antara cara-cara tindakan alternatif. Berdasarkan uraian tersebut adat „Ngarot‟

merupakan suatu metode atau cara untuk menggalang dan menumpuk rasa

persatuan dan kesatuan dikalangan para pemuda-pemudi khususnya dan

masyarakat pada umumnya. Upacara adat „Ngarot‟ juga merupakan suatu upaya

untuk mengembangkan dan melestarikan budaya Indonesia. Oleh karena itu

upacara adat „Ngarot‟ tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

(14)

4

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pesta kesenian untuk pemuda-pemudi yang dimeriahkan oleh berbagai tontonan

kesenian tradisional seperti topeng, ronggeng ketuk, dan tanjidor. Selain di bidang

budaya kesenian „Ngarot‟ mempunyai manfaat di bidang sosial karena pada

perayaan puncak adat „Ngarot‟ merupakan suatu proses sosialisasi antara generasi

tua yang diwakili oleh kuwu atau kepala desa dan para pemuda yang diwakili oleh

kasinoman (remaja putra dan remaja putri peserta „Ngarot‟). Kemudian „Ngarot‟

juga mempunyai manfaat sebagai upaya generasi muda mempertebal ketaqwaan

kepada Tuhan yang Maha Esa, mempertinggi budi pekerti, berkarya,

berpartisipasi kepada pembangunan, kerjasama, gotong royong, menghargai orang

lain, serta meningkatkan persatuan dan kesatuan sesama warga.

Peserta adat „Ngarot‟ terdiri dari semua remaja putra dan remaja putri yang

belum menikah atau masih perjaka dan gadis. Pakain remaja putra dan remaja

putri ditetapkan corak dan warnanya lewat suatu musyawarah. Peserta jejaka

mengenakan pakaian komboran hitan dan celana pangsit dan peserta gadis

memakai kebaya, kain batik, selendang juwana dan perhiasan emas, kemudian

sebagai tutup kepala dihiasai berbagai jenis bunga-bungaan seperti kenanga,

melati, cempaka, karniyem pudak dan kembang kertas buatan sendiri. Sedangkan

ibu kuwu atau isteri kepala desa berpakaian baju kebaya (bordil atau songket),

kain batik trusmi, selendang, topi buatan majalaya (tutup kepala) dan perhiasan

emas, dan para pamong desa berpakaina seragam batik, juga isteri pamong desa

menggunakan pakaian seragam kebaya, kain batik dan selendang.

Waktu pelaksanaan adat „Ngarot‟ secara turun temurun dan jatuh pada hari

rabu wekasan yaitu antara bulan oktober dan November, dilaksanakan satu kali

pada setiap tahunnya selama sehari semalam penuh. Keunikan yang ada dalam

upacara Pesta „Ngarot‟ ini yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat

permasalahan guna dijadikan sebuah penelitian tentang nilai budaya dalam

kaitanya dengan civic culture sebagai wujud pelestarian kebudayaan Indonesia.

Oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji nilai-nilai budaya yang

terdapat dalam upacara adat „Ngarot‟ yang masih dilakukan masyarakat Lelea.

Sebab melihat kondisi masyarakat Indonesia pada sekarang yang sedang menuju

(15)

upacara-upacara seperti pesta adat „Ngarot‟ yang dianggap oleh sebagian orang sudah

kuno. Disamping ingin mengakji nilai-nilai budaya yang terdapat dalam adat ini,

penulis juga ingin meneliti adat „Ngarot‟ ini kaitannya dengan civic culture atau budaya kewarganegaan sebagai wujud pelestarian kebudayaan indonesia. Oleh

karena itu berdasarkan latar belakang diatas, penulis menjadikannya sebuah

masalah yang berjudul “NILAI BUDAYA ADAT NGAROT KAITANNYA

DENGAN CIVIC CULTURE SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN

KEBUDAYAAN INDONESIA (Studi Kasus Masyarakat Lelea Kabupaten

Indramayu)”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan,

maka penulis merasa perlu untuk merumuskan apa yang menjadi fokus

permasalahan secara umum. Masalah yang menjadi inti pembahasan dalam

penelitian ini adalah “mengetahui nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung

dalam budaya adat Ngarot kaitannya dengan civic culture sebagai wujud

pelestarian kebudayaan oleh masayarakat desa Lelea”.

Untuk lebih memudahkan pembahasan hasil penelitian, maka masalah

pokok tersebut penulis jabarkan dalam bentuk sub-sub masalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelaksanaan adat Ngarot?

2. Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam adat Ngarot dalam

kaitanya dengan civic culture?

3. Upaya apa saja yang dilakukan dalam melestarikan nilai-ni;ai budaya

adat Ngarot?

4. Kendala apa saja yang ditemui dalam proses pelestarian nilai-nilai

budaya adat Ngarot?

5. Solusi apa saja yang diharapkan untuk mengatasi kendala-kendala dalam

pelestarian budaya adat „Ngarot‟?

(16)

6

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Secara umum tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui mengapa Adat

„Ngarot‟ ini masih di pertahankan oleh Masyarakat Lelea. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Bagaimana proses pelaksanaan adat Ngarot.

2. Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam adat Ngarot dalam

kaitanya dengan civic culture.

3. Upaya apa saja yang dilakukan dalam melestarikan nilai-ni;ai budaya adat

Ngarot.

4. Kendala apa saja yang ditemui dalam proses pelestarian nilai-nilai budaya

adat Ngarot.

5. Solusi apa saja yang diharapkan untuk mengatasi kendala-kendala dalam

pelestarian budaya adat „Ngarot‟.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian akan lebih bermakna bila bermanfaat baik bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, maupun bagi kehidupan masyarakat. Maka dari

itu, penelitian ini mempunyai manfaat secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

keilmuan bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan

sumbangan konsep-konsep baru, yang diharapkan akan menunjang terhadap

pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan kewarganegaraan, yang

kaitannya dalam mempertahankan nilai-nilai budaya dan budaya

kewarganegaraan (civic culture).

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

a. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini mampu memberikan gambaran

tentang budaya „Ngarot‟, dan kaitannya dalam mempertahankan nilai-nilai

budaya dan budaya kewarganegaraan (civic culture) sebagai wujud

(17)

b. Bagi masyarakat, untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan budaya

daerah yang benar-benar memberikan arah yang positif terhadap

pembangunan sikap dan mental manusia agar berfikir rasional serta dapat

melihat manfaat dari kegiatan upacara adat tersebut yang tidak berlawanan

dengan kaidah dan hukum yang berlaku.

c. Bagi pemerintah daerah, untuk dijadikan bahan referensi tentang adat

daerah, khususnya di daerah Indramayu. Hal ini dilakukan supaya

pemerintah lebih memperhatikan dan mempertahankan tentang kekayaan

budaya yang di miliki masyarakatnya, serta mengingatkan pemerintah

daerah dalam membukukan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan

budaya daerah.

E. Struktur Organisasi Skripsi

1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam BAB I Skripsi ini berisi uraian tentang Pendahuluan yang

berisikan:

a. Latar belakang penelitian : latar belakang ini dimaksudkan untuk

menjelaskan alas an mengapa masalah tersebut di teliti, dan

pendekatan untuk mengatasi masalah tersebut, baik dari segi teoritis

maupun praktis.

b. Identifikasi dan perumusan masalah : bagian ini rumusan dan analisis

masalah sekaligus identifikasi variabel-variabel penelitian beserta

definisi operasionalnya. Rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk

kalimat Tanya setelah di dahului uraian tentang masalah penelitian,

variable-variabel yang di teliti, dan kaitan antara satu variable dengan

variable lainnya.

c. Tujuan penelitian : tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin

dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Oleh sebab itu, rumusan

tujuan harus konsisten dengan rumusan masalah dan mencerminkan

(18)

8

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

d. Metode penelitian : mengenai metode apa yang akan di gunakan dalam

meneliti penelitian yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti

menggunakan metode penelitian kualitatif.

e. Manfaat / Signifikansi Penelitian : mengenai manfaat apa saja yang di

peroleh peneliti maupun pihak yang di teliti dengan adanya penelitian

yang akan dilakukan dilapangan.

f. Stuktur Organisasi Skripsi : mengenai urutan penulisan dari setiap bab

dalam skripsi.

2. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis.

Kajian pustaka berisikan tentang:

a.

Konsep-konsep/teori-teori/dalil-dalil/hukum-hukum/model-model/rumus/rumus utama dan turunannya dalam bidang yang dikaji.

b. Penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti,

termasuk prosedur, subjek, dan temuannya.

3. BAB III Metode Penelitian

Berisikan tentang penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang

akan digunakan dalam penelitian.

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Bab ini terdiri dari dua hal utama, yaitu :

a. Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan

dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, dan tujuan

penelitian.

b. Pembahasan atau analisis temuan.

5. BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan peaknaan peneliti

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu berada di

desa Lelea kecamatan Lelea kabupaten Indramayu provinsi Jawa Barat. Lokasi ini

dipilih karena keberadaan adat Ngarot yang hanya berada di kecamatan Lelea dan

di desa lelea juga sejarah adat Ngarot tersebut dimulai.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi atas

permasalahan yang penulis teliti. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah

sesepuh Ngarot, tokoh agama, aparat desa Lelea, dan Masyarakat Lelea. Sesepuh

Ngarot yang dimaksud adalah seseorang yang dituakan di desa tersebut, yang

mengetahui sejarah Ngarot dan pelestarian adat Ngarot dari tahun ke tahun. Tokoh

agama adalah seseorang yang di anggap paling mengerti mengenai agama di desa

Lelea. Aparat desa adalah kuwu atau kepala desa, sekretaris desa, seksi

pemerintahan, lebe, dan seksi kemasyarakatan. Kemudian masyarakat yang

dulunya perna menjadi peserta Ngarot, maupun yang sekarang anak atau cucunya

diikutsertakan dalam upacara adat Ngarot.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah yang mengandalkan

manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan

analisa data, dan secara induktif mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha

menemukan teori dari dasar. Selain itu, penelitian kualitatif bersifat deskriptif,

lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus,

memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, dan rancangan

penelitiannya bersifat sementara serta hasil penelitiannya disepakati oleh kedua

(20)

39

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pendapat Moleong di atas selaras dengan pendapat Nasution (2003: 9)

yang menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen

penelitian. Peneliti adalah “key instrument” atau alat peneliti utama. Peneliti

mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara sehingga dapat menyelami dan

memahami makna interaksi antar-manusia secara mendalam. Berdasarkan

pengertian yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa pada intinya

dalam penelitian kualitatif yang menjadi alat utama adalah peneliti itu sendiri, hal

ini disebabkan penelitian dapat dilakukan secara akurat dan memperoleh data

secara mendalam.

Peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan

dalam penelitian ini. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif ini karena pertama,

permasalahan yang dikaji dalam penelitian mengenai nilai budaya adat „Ngarot‟

pada masyarakat Lelea ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya

kontekstual dan aktual. Kedua, pendekatan kualitatif menyajikan secara langsung

hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. Melalui penelitian ini,

peneliti ingin mngetahui nilai budaya yang terkait dalam adat „Ngarot‟ ini dan

bagaimana keterkaitannya dengan civic culture secara langsung, kemudian

berinteraksi dan ikut ke dalam kegiatan-kegiatan yang ada pada adat ngarot

melalui pra-penelitian dan disusul dengan penelitian yang sesungguhnya, guna

supaya peneliti lebih mendalami mengenai adat „Ngarot‟ yang akan peneliti amati,

karena sebelumnya peneliti tidak mengetahui sama sekali mengenai adat tersebut.

Hal ini dimaksudkan supaya penelitian akan mudah dilakukan, dengan cara terjun

langsung sehingga hasil penelitian akan maksimal. Ketiga, dalam pendekatan

kualitatif yang menjadi instrument utama adalah peneliti sendiri, maka pendekatan

kualitatif tepat untuk digunakan dalam penelitian ini, karena pendekatan kualitatif

mempunyai adaptasi yang tinggi, sehingga memungkinkan peneliti untuk

menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam

penelitian ini.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berharap dapat

melakukan penelitian secara maksimal dan mendapatkan data yang akurat

(21)

lakukan di lapangan pada waktunya nanti menjadi penelitian yang ilmiah dan

empirik.

2. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.

Menurut Arikunto (1980: 215):

“Ditinjau dari lingkup wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam dan membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun dan mengaflikasikannya dan menginterpretasikannya”

Menurut Danial (2009: 63) metode studi kasus merupakan metode yang

intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi

lingkungan terhadap individu, kelompok, instiusi dan komunitas masyarakat

tertentu. Metode ini akan melahirkan prototipe atau karakteristik tertentu yang

khas dari kajiannya.

Dengan menggunkan metode ini diharapkan peneliti dapat memperoleh

infomasi yang mendalam tentang nilai budaya adat „Ngarot‟ kaitannya dengan

civic culture sebagai wujud pelestarian kebudayaan Indinesia, khusunya di daerah

Indramayu, kecamatan Lelea, desa Lelea. Dalam penelitian ini, penulis merupakan

instrument penting yang berusaha mengungkapkan data secara mendalam dengan

dibantu oleh beberapa teknik pengumpulan data lainnya. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Moleong (2012: 132) bahwa:

Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya.

Selain itu, penelitian ini lebih banyak menggunakan pendekatan antar

personal, artinya selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan

kontak atau berhubungan dengan orang-orang di lingkungan lokasi penelitian,

dengan demikian diharapkan peneliti dapat lebih leluasa mencari informasi dan

mendapatkan data yang lebih terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan

(22)

41

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pandangan dari orang di luar sistem dari subjek penelitian, atau dari pengamat,

untuk menjaga subjektifitas hasil penelitian.

C. Definisi Operasional.

1. Nilai budaya

Nilai budaya merupakan salah satu unsur yang menyangkut penilaian

tentang yang baik dan yang buruk, yang indah dan tidak indah, yang positif dan

negatif, terutama berhubungan dengan kehidupan masyarakat yang bersifat

universal. Kedudukan nilai dalam setiap kebudyaan sangat penting, Sehingga

pemahaman mengenai sistem nilai budaya dan orientasi nilai budaya tersebut juga

perlu diperhatikan dalam konteks pemahaman perilaku suatu masyarakat dan

sistem pendidikan yang digunakan sebagai pewarisan untuk menyampaikan

sistem perilaku dan produk budaya yang dijiwai oleh sistem nilai masyarakat yang

memilikinya. Nilai budaya tersebut seperti nilai kebersamaan, nilai kekeluargaan,

dan nilai gotong royong.

2. Adat Ngarot

Ngarot berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Ngawurat yang artinya

membersihkan diri dari segala dosa akibat kesalahan tingkah laku seserang atau

sekelompok orang pada masala lalu. Sedangkan menurut bahasa Sunda Kuno

„Ngarot‟ mempunyai arti minum, yang dilakukan oleh kasinoman (anak muda).

Ngarot bertujuan untuk mengumpulkan para pemuda-pemudi yang akan di serahi

tugas pekerjaan program pembangunan di bidang peratanian sambil menikamati

hiburan kesenian dibalai desa. Acara pertemuan tersebut penuh keakraban dan

saling bermaafan apabila ada kesalahan diantara mereka. Disamping itu juga

Ngarot merupakan sarana silatirahmi terhadap warga agar terjalinnya rasa

kekeluargaan, gotong royong dan kebersamaan dalam melestarikan kebudayaan

(23)

3. Budaya kewarganegaraan (Civic Culture)

Budaya kewarganegaraan (civic culture) merupakan budaya yang

menopang kewarganegaraan yang berisiskan seperangkat ide-ide yang dapat

diwujudkan secara efektif dalam representasi kebudayaan untuk tujuan

pembentukan identitas warganegara. Bangsa yang baik adalah Bangsa yang setiap

warganegaranya harus memiliki sebuah Identitas, karena dengan identitas, bangsa

memiliki ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. budaya

kewarganegaraan (civic culture) ini lah yang mampu menopang warganegaranya

untuk bisa memunculkan identitas diri sebagai warganegara tersebut. Identitas

warganegara tersebut seperti rasa gotong royong, kebersamaan, dan kekeluargaan.

4. Pelestarian Kebudayaan.

Pelestarian merupakan upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan

budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan

memanfaatkannya. Pelestarian kebudayaan merupakan upaya mempertahankan

dan melestarikan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu wilayah atau negara yang

mempunyai kebudayaan tersebut. Oleh karena itu pelestarian kebudayaan

Indonesia merupakan upaya melindungi, mengembangkan dan mempertahankan

kebudayaan yang ada di Indonesia sesuai dengan nilai-nilai budaya dan rasa

memiliki budaya tersebut. Kemudian kita sebagai penerus bangsa wajib ikut serta

dalam melestarikan budaya-budaya bangsa yang sudah ada sejak dulu, dengan

cara, mengenal, mempelajari dan mengembangkan dan memperkenalkan budaya

Indonesia agar tetap ada dan mampu dikenal penerus bangsa.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengambilan langsung yang dilakukan

peneliti terhadap subyek yang diteliti dengan melihat, mengamati dan ikut terlibat

dalam lingkungan dan kondisi lapangan untuk mengumpulkan dalam studi sebagai

(24)

43

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2011: 145)

bahwa “Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.” Dalam penelitian ini,

peneliti melakukan observasi dengan cara mengamati langsung kegiatan adat

„ngarot‟ yang berlokasi di desa Lelea kecamatan Lelea kabupaten Indramayu.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dalam bentuk tanya jawab antara peneliti dengan

responden sesuai dengan pedoman wawancara, wawancara dilakukan dengan

berbicara dan berhadapan dengan responden serta mengajukan pertanyaan dalam

memperoleh data. Hal ini sesuai dengan pendapat Danial (2009: 71) sebagai

berikut:

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara atau interview dilakukan dimana saja selama dialog ini dapat dilakukan, misalnya sambil berjalan, duduk santai di suatu tempat, di lapangan, di kantor, di bengkel, di kebun, atau dimana saja.

Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu

pada pelaksanaan upacara adat „Ngarot‟ untuk melihat perwujudan nilai-nilai

budaya yang ada pada upacara adat „Ngarot‟ khususnya yang berkaitan dengan

budaya kewarganegaraan (civic culture) di desa Lelea.

Wawancara yang dilakukan peneliti ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Bagaimana proses pelaksanaan adat Ngarot?

2. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam adat Ngarot dalam kaitanya

dengan civic culture?

3. Upaya apa saja yang dilakukan dalam melestarikan nilai-ni;ai budaya

adat Ngarot?

4. Kendala apa saja yang ditemui dalam proses pelestarian nilai-nilai

budaya adat Ngarot?

5. Solusi apa saja yang diharapkan untuk mengatasi kendala-kendala dalam

(25)

Menurut Sugiyono (2011: 231) mengemukakan bahwa “Wawancara

digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan

studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.”

Berdasarkan pendapat diatas maka untuk melakukan wawancara yang lebih

mendalam dan lebih akurat, peneliti harus memperhatikan pertanyaan-pertanyaan

yang akan diajukan untuk responden agar sesuai dengan apa yang peneliti

harapkan. Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan

dengan dua cara. Pertama, wawancara sebagai strategi dalam mengumpulkan

data, pada konteks ini catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkrip

wawancara. Kedua, wawancara sebagai penunjang teknik lain dalam

mengumpulkan data, seperti analisis dokumen dan studi literatur. Dalam hal ini

peneliti harus bertanya secara rinci kepada responden dan menghindari

pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan responden hanya menjawab “ya”

atau “tidak” dan berusaha menghubungkan keseluruhan hasil wawancara melalui persiapan pertanyaan penelitian yang direncanakan ini diharapkan dalam

merespon pertanyaan responden lebih bebas dan terbuka, sehingga pertanyaan/

proses tanya jawab mengalir seperti pada percakapan sehari-hari.

3. Studi Literature

Menurut Danial, Endang (2009: 80) “Studi literature adalah teknik penelitian

yang dilakukan oleh penelitian dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku,

majalah, liflet yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian.” Berkaitan dengan studi literature dalam penelitian ini penulis membaca, mempelajari dan

mengkaji literature-literature yang berhubungan dengan Nilai budaya adat

„Ngarot‟ kaitannya dengan civic culture. Studi literature dimaksudkan untuk

memperoleh data teoritis sehingga dapat mendukung kebenaran data yang

diperoleh melalui penelitian.

Tujuan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah untuk

mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang

(26)

45

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengkaji literatur-literatur

yang berhubungan dengan pelaksanaan upacara adat „Ngarot‟.

4. Studi Dokumentasi

Danial (2009: 79) mengemukakan bahwa “Studi dokumentasi adalah

mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi

sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama

pegawai, data siswa, data penduduk, grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.”

Data yang diperoleh dari studi dokumen dapat menjadi narasumber bagi peneliti

selain wawancara dan observasi. Studi dokumentasi yang diambil oleh penulis

yaitu berupa gambar atau foto kegiatan upacara adat „Ngarot‟ dan keadaan desa

Lelea, kemudian gambar atau foto ketika peneliti mengadakan wawancara dengan

responden.

E. Validitas Data

Hasil penelitian kualitatif seringkali diragukan karena dianggap tidak

memenuhi syarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh

tingkat kepercayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas

(validitas internal). Menurut Nasution (1996: 114-118) cara yang dapat dilakukan

untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu antara

lain:

1. Memperpanjang masa observasi

Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul

mengenal suatu lingkungan, oleh sebab itu peneliti berusaha memperpanjang

waktu penelitian dengan cara mengadakan hubungan baik dengan orang-orang

disana, dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran

informasi guna memperoleh data dan informasi yang valid yang diperlukan dalam

penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pendekatan dimulia dengan

(27)

2. Pengamatan yang terus menerus

Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinu

peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam.

Melalui pengamatan yang kontinu peneliti akan dapat memberikan deskripsi yang

cermat dan terinci mengenai apa yang sedang diamatinya, yang berkaitan dengan

nilai budaya adat ngarot kaitanya dengan civic culture sebagai wujud kebudayaan

Indonesia.

3. Membicarakan dengan orang lain (peer debriefing)

Pembicaraan ini antara lain bertujuan untuk memperoleh kritik,

pertanyaan-pertanyaan tajam, yang menantang tingkat kepercayaan akan

kebenaran penelitian. Selain itu pembicaraan ini memberi petunjuk tentang

langkah-langkah yang akan dilakukan selanjutnya.

4. Menggunakan bahan referensi

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran

data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara

dengan subjek penelitian atau bahan dokumentasi yang diambil dengan cara tidak

mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang

didapatkan memiliki validitas yang tinggi.

5. Mengadakan member check

Salah satu cara yang sangat penting ialah melakukan member chek pada

akhir wawancara dengan menyebutkan garis besarnya dengan maksud agar

responden memperbaiki bila ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang masih

kurang. Tujuan member chek ialah agar informasi yang penulis peroleh dan

gunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh

informan.

F. Prosedur Penelitian

Pengumpulan data merupakan hal pokok dalam mengadakan suatu

penelitian, sehingga untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti maka harus

melakukan prosedur penelitian yang sudah ditentukan. Adapaun langkah-langkah

(28)

47

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Tahap Pra Penelitian

Tahap pra penelitian yang dilakukan yaitu:

a. Memilih masalah, yaitu merupakan suatu langkah awal dari suatu kegiatan

penelitian.

b. Melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran awal

mengenai subjek yang akan diteliti.

c. Merumuskan masalah penelitian.

d. Menentukan judul dan lokasi penelitian.

e. Menyusun proposal penelitian.

f. Mengajukan surat permohonan ijin pra penelitian kepada jurusan

pendidikan kewarganegaraan dan fakultas ilmu pengetahuan sosial.

Kemudian pada tahap ini, peneliti menyusun rancangan penelitian dengan

terlebih dahulu melakukan pra penelitian ke desa Lelea kecamatan Lelea

kabupaten Indramayu pada bulan November 2012. Tujuannya adalah untuk

mengetahui kondisi secara umum dari desa Lelea terutama yang berkaitan dengan

pelaksanaan upacara adat Ngarot di desa tersebut, disamping itu juga pada tanggal

28 November dilaksanakannya uacara adat Ngarot. Oleh karena itu peneliti

menggunakan pra penelitian untuk mengikuti berjalannya upacara adat tersebut.

Hal ini dilakukan guna mendapatkan data tentang bagaimana nilai-nilai budaya

yang terkandung dalam upacara adat Ngarot dan seperti apa proses

pelaksanaannya.

Setelah mengadakan pra penelitian selanjutnya peneliti mengajukan

rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah, permasalahan, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, pendekatan dan metode penelitian, teknik

pengumpulan data, lokasi dan subjek penelitian. Kemudian peneliti memilih dan

menentukan lokasi yang dijadikan sebagai sumber data atau lokasi penelitian yang

disesuaikan dengan keperluan dan kepentingan fokus penelitian. Setelah lokasi

penelitian ditetapkan, selanjutnya penulis mengupayakan perizinan dari instansi

yang tekait, prosedur perizinan yang penulis tempuh adalah sebagai berikut :

a. Peneliti mengajukan surat permohonan untuk melakukan penelitian kepada

(29)

b. Mengajukan surat rekomendasi permohonan izin untuk mengadakan

penelitian, dari Dekan FPIPS UPI Bandung c.q Pembantu Dekan I untuk

disampaikan kepada Rektor UPI Bandung.

c. Rektor UPI Bandung c.q Pembantu Rektor I mengeluarkan surat permohonan

izin untuk disampaikan kepada kepala Kesbang dan Polinmas kabupaten

Indramayu

d. Kepala Kesbang dan Polinmas kabupaten Indramayu mengeluarkan surat

permohonan izin untuk disampaikan kepada kepala kecamatan Lelea

kabupaten Indramayu.

e. Kepala Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu mengeluarkan surat

permohonan izin untuk disampaikan kepada kepala desa Lelea.

f. Kepala desa Lelea memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan

penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah selesai tahap persiapan penelitian, dan persiapan-persiapan yang

menunjang telah lengkap, maka peneliti langsung terjun ke lapangan untuk

melaksanakan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menekankan

bahwa instrumen yang utama adalah peneliti sendiri (key instrument). Peneliti

sebagai instrumen utama dibantu oleh pedoman observasi dan pedoman

wawancara antara peneliti dengan responden. Pedoman wawancara yang penulis

persiapkan untuk sesepuh Ngarot, tokoh agama, pemerintah desa, jajaka dan gadis

yang telah di Ngarotkan baik akan di Ngarotkan dan masyarakat Lelea.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang

diperlukan agar dapat menjawab permasalahan penelitian yang tidak dapat penulis

ketahui. Setiap selesai melakukan penelitian di lapangan, peneliti menuliskan

kembali data-data yang terkumpul kedalam catatan lapangan, dengan tujuan

(30)

49

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

G. Teknik Pengolahan dan Analisi Data

Pengolahan dan analisis data merupakan langkah penting dalam penelitian,

karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti.

Menurut Sugiyono (2006: 244) mengemukakan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Jadi proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber yang telah digunkan oleh peneliti. Dalam penelitian

kualitatif, analisis data dilakukan dari awal proses penelitian sampai pada akhir

penelitian. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Nasution (Sugiyono, 2011: 245)

bahwa “Analisis data telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,

sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil

penelitian”. Ada beberapa tahapan dalam analisis data, menurut Sugiyono (2011:246) bahwa “Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/ verification.” Ketiga jenis aktivitas dalam

analisis data tersebut merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti harus siap

bergerak diantara tiga sumbu kumparan itu selama pengumpulan data, setelah itu

bergerak pada kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi.

Untuk lebih jelas alur kegiatannya, akan dilihat pada gambar berikut.

Gambar. 3.1 Komponen dalam analisis data (interactive model)

(Sugiyono, 2011: 247)

1. Reduksi Data (Data Reduction) Data

Data

Conclusions: drawing/

(31)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya. Peneliti dalam mereduksi data memfokuskan pada

pandangan masyarakat dan aparat desa mengenai nilai budaya yang terkait di

dalam tradisi adat Ngarot, kemudian adakah kaitanya dengan civic culture?.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas dan mempermudah peneliti memahami data yang telah terkumpul dan

hasil catatan lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasikan sesuai

masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Menurut Sugiyono (2011: 249) mengemukakan bahwa “Dalam penelitian

kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.” Dengan mendisplay data

maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

Penyajian data diawali dari hasil pengumpulan data yang terperinci dan

menyeluruh kemudian dicari pola hubungannya dengan rumusan masalah

sehingga dapat diambil kesimpulan yang tetap. Penyajian data selanjutnya disusun

dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.

3. Verifikasi dan Kesimpulan

Kesimpulan merupakan upaya yang memungkinkan dapat menjawab

rumusan masalah. Upaya yang dilakukan ini dengan cara mencari pola, tema,

hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya. Jadi

kesimpulan harus senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Kesimpulan dalam penelitian ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat tentang

jawaban dari rumusan masalah mengenai nilai budaya adat Ngarot kaitanya

(32)

51

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Dengan demikian, proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data

lapangan (data mentah), kemudian direduksi dalam bentuk unifikasi data. Setelah

data yang terkumpul direduksi, selanjutnya data dianalisis, diverifikasi dan

diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik.

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan di lapangan yang telah dianalisis oleh peneliti

dan dikaji dengan berbagai pendapat para ahli yang relevan, dapat ditarik

kesimpulan yaitu:

1. Pelaksanaan adat Ngarot jatuh pada hari rabu wekasan yaitu antara bulan

oktober dan November, dilaksanakan satu kali pada setiap tahunnya selama

sehari semalam penuh. Upacara adat Ngarot pada intinya merupakan pesta

atau upacara penanda bahwa musim menanam padi sudah dimulai. Tahapan

proses pelasanaan adat Ngarot yaitu: a). dilakukan rapat sebanyak dua kali,

yang intinya penetapan waktu dan kepanitiaan dilaksanakannya Ngarot.

b).pada saat pelaksanaan adat Ngarot yang pertama dilakukan adalah pawai

atau arak-arakan yang dimulai dari rumah kepala desa, keliling desa melalu

tanah sawah adat Ki Buyut Kapol kemudian terakhir singgah di balai Desa.

c).acara inti yaitu penyerahan seperangkat alat pertanian secara simbolis oleh

aparat desa kepada perwakilan remaja putra dan putri Ngarot. d). upacara adat

Ngarot seleai pada malam hari sekitar jam Sembilan sampai sepuluh malam

setelah upacara penutupan. Kemudian Upacara adat Ngarot dilakukan oleh

seluruh masyarakat desa Lelea. Yaitu mulai dari remaja sebagai peserta

Ngarot, pamong desa beserta karang taruna sebagai panitia adat Ngarot dan

selurh masyarakat Lelea sebagai pengikut upacara adat Ngarot.

2. Dalam tradisi adat Ngarot terdapat nilai budaya yang berkaitan dengan

budaya kewarganegaraan (civic culture) yaitu nilai kebersamaan, nilai

kekeluargaan dan nilai gotong royong yang tercermin dalam kegiatan

durugan, pembuatan tenda dan rajeg (pagea), dan dalam kegiatan pembuatan

(34)

93

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

generasi ke generasi berikutnya dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah

dan masyarakat Lelea.

3. Upaya yang dilakukan untuk melestarikan nilai budaya adat Ngarot dilakukan

oleh orang tua di keluarga, masyarakat, dan lembaga pemerintah Desa Lelea

serta pemerintah daerah Indramayu. Upaya yang dilakukan orang tua yaitu

dengan memberikan pengetahuan kepada anak tentang perjuangan

tokoh-tokoh yang telah berjasa dan nilai-nilai luhur yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut.

Upaya yang dilakukan masyarakat yaitu dengan berpartisipasi setiap individu

terhadap pelaksanaan adat Ngarot, baik partisipasi materil maupun moril dan

upaya yang dilakukan lembaga pemerintah desa dan pemerintah daerah yaitu

dengan mengupayakan pelaksanaan adat Ngarot ini ada setiap tahun, dengan

cara memberikan dana serta ijin melaksanakan adat Ngarot.

4. Kendala-kendala yang di peroleh dalam pelestarian nilai-nilai budaya adat

Ngarot ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu

kurang pahamnya generasi penerus terhadap makna yang sesungguhnya dari

adat Ngarot itu sendiri dan kurangnya kesadaran orang tua untuk

menanamkan nilai-nilai budaya adat Ngarot kepada anaknya. Sedangkan

faktor eksternal yaitu adanya pengaruh budaya luar, dalam bentuk

tayangan-tayangan di televisi, pergaulan hidup sehari-hari dan akses internet yang

mudah dan bebas.

5. Solusi dalam mengatasi kendala pelestarian nilai budaya adat Ngarot sebgai

wujud pelestarian kebudayaan Indonesia, yaitu dengan menyatukan kembali

perayaan adat Ngarot di desa Lelea sebelum adanya Pengembangan desa.

Dan pemerintah Lelea maupun pemerintah kabupaten Indramayu lebih

mengenalkan lagi budaya adat Ngarot ke seluruh Nusantara supaya seluruh

Nusantara Mengetahui jika budaya adat Ngarot merupakan salah saru budaya

Indonesia yang perlu dilestarikan. Selain itu juga pemerintah pusat dan desa

bekerjasama membangun sebuah kampung adat agar setiap kegiatan adat di

desa Lelea ini bisa lebih terorganisir dengan baik.kemudian untuk lembaga

pendidikan hendaknya menjadikan budaya adat Ngarot ini menjadi salah satu

(35)

budya, maupun muatan lokal. Karena pengenalan budaya adat Ngarot melalui

sekolah sangat bagus, karena sekolah merupakan sarana yang bagus untuk

mengetahui dan mengenalkan nilai budaya adat Ngarot ke generasi muda

(siswa).

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan

mempertimbangkan hasil penelitian baik dilapangan maupun secara teoritis, maka

beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi atau saran adalah sebagai

berikut

1. Kepada pemerintah desa Lelea, yaitu:

a. Agar lebih meningkatkan daya tarik terhadap pelaksanaan upacara adat

Ngarot dalam rangka meningkatkan kepariwisataan sehingga adat Ngarot

ini bisa diketahui oleh seluruh Nusantara, jika di Indonesia terdaat

budaya yang patut dilestarikan yaitu budaya adat Ngarot. Salah satunya

dengan mempromosikan budaya adat Ngarot ini baik melalui media

masa, media eltronik, maupun pameran-pameran budaya.

b. Aparat desa juga harus lebih meningkatkan ketertiban pada saat

berlangsungnya upacara adat Ngarot sehingga tidak menimbulkan

keributan demi kenyamanan masyarakat, dengan melibatkan komponen

keamanan yang ada seperti kepolisian, TNI, dan aparat keamanan Desa.

2. Kepada tokoh masyarakat, yaitu:

a. Hendaknya dapat memberikan bimbingan bagi masyarakat dalam

melaksanakan tradisi adat Ngarot yang sesuai dengan nilai-nilai budaya

daerah.

b. Khusus kepada tokoh agama, hendaknya dapat memberikan pemahaman

kepada masyarakat agar dalam melaksanakan budaya adat Ngarot dapat

(36)

95

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 3. Kepada masyarakat Lelea, yaitu:

a. Dengan dilaksanakannya budaya adat Ngarot, hendaknya dapat lebih

meningkatkan rasa kebersamaan, rasa kekeluargaan, dan rasa gotong

royong sehingga dapat lebih mempererat tali silaturahmi.

b. Dengan dilaksanakannya budaya adat Ngarot, hendaknya masyarakat

mengamalkan nilai-nilai budaya adat Ngarot dalam kehidupan sehari-hari

misalnya kerja bakti secara gotong royong.

4. Kepada orang tua, yaitu

a. Memberikan pengarahan dan pemahan mengenai budaya adat Ngarot ini

bukan hanya mengenai tuah yang akan di terima terhadap anak-anaknya

saja, yaitu mengenai “bunga yang dikenakan di kepala si gadis akan layu jika sudah tidak perawan lagi”, melainkan nilai-nilai yang terkandung di dalam budaya adat Ngarot itu sendiri.

b. Orang tua memberikan ijin dan membujuk anak-anaknya supaya

mengikuti upacara adat Ngarot ini, supaya budaya adat Ngarot ini tetap

dilestarikan dan akan tetap ada.

5. Kepada generasi muda, yaitu:

a. Hendaknya dapat menyaring pengaruh budaya luar yang merugikan yang

masuk dalam pergaulan hidup sehari-hari.

b. Dengan dilaksanakannya budaya adat Ngarot, hendaknya generasi muda

lebih memahami nilai-nilai budaya adat Ngarot dan mengamalkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

6. Kepada Sekolah (Lembaga pendidikan).

Hendaknya menjadikan nilai budaya adat Ngarot ini menjadi salah satu

materi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, seperti dalam pembelajaran

seni dan budaya atau muatan lokal. Karena sekolah merupakan sarana yang

bagus untuk mengenalkan dan melestarikan nilai budaya adat Ngarot

kegenerasi muda (siswa), khususnya di kabupaten Indramayu.

7. Peneliti Selanjutnya.

Untuk penelitian selanjutnya dalam meneliti adat Ngarot, hendaknya

(37)

penelitian selanjutnya itu diketahui berapa banyak responden yang

menginginkan budaya ini tetap ada dan berapa banyak yang sudah tidak

perduli dalam melestarikan budaya adat Ngarot tersebut. Kemudian berapa

banyak masyarakat yang mengetahui nilai budaya yang terkandung

didalamnya, dan berapa banyak yang hanya ikut berpartisipasi meramaikan

(38)

97

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

1. SUMBER BUKU

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Budimansyah, Dasim, et. Al. 2004. Dinamika Masyarakat Indonesia. Bandung: PT. Genesindo

Danial, Endang. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Danial, Endang dan Wasriah. (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn Universitas Pendidika Indonesia

Darwis Ranidar. (2008). Hukum Adat. Bandung: Labolatorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.

Djahiri, A. Kosasih. (1996). Menelusuri Dunia Afektif. Bandung: Labolatorium Pengajaran Jurusan Pendidikan Moral Pancasila dan Kewarganegaraan Negara FPIPS IKIP Bandung.

Kalidjernih, Freddy K. (2010). Kamus Studi Kewarganegaraan: Perspektif

Sosiologikal dan Politikal. Bandung: Widya Aksara Press.

(2009). Puspa Ragam Konsep dan Isu Kewarganegaraan Bandung: Widya Aksara Press.

Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

(1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

(1994). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia

Mulyana, Rahmat. (2001). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta

Marzali, Amri. (2005). Antropologi dan Pembangungan Indonesia. Jakarta: PT Kencana.

(39)

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Sami’an. (2003). Buku Sejarah Desa Lelea. Indramayu: Tidak diterbitkan.

Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajawali Pers.

(2003). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

(1983). Pribadi dan masyarakat . Bandung: Offset Alumni

(2010). Ilmu Sosial Dasar: suatu teori. Bandung: PT Refika Aditama

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Winataputra Udin dan Dasim Budimansyah. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional: Konteks, Teori, dan Profile Pembelajaran. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI.

2. SKRIPSI/TESIS TERDAHULU

Anggraeni, R.venny (2010). Kajian Tentang Nilai-Nilai Budaya Pelaksanaan

Tradisiupacara Tolak Bala Di Desanagrak Kabupaten Sumedang.

Bandung: Tidak diterbitkan

Al-Rakhman, Riza (2008). Pengembangan Budaya Kewarganegaraan Civic

Culture Indonesia melalui pendidikan Kewarganegaraan PKn di Lingkungan Paguyuban Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan.

As’ary, Denis (2011). Suatu Kajian Tentang Nilai Budaya Pesta Pecung Di Masyarakat Kasugengan Kidul Kabupaten Cirebon Ditinjau Dari Civic Culture.Bandung: Tidak diterbitkan

(40)

99

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Iswandi, Haris. (2004). Membentuk Karakter Warga Negara Melalui Lingkungan

Seni dan Budaya Daerah di Kampus. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

3. SUMBER INTERNET

Abubakar, Azmi. (2010). Nilai Kebersamaan Untuk Para Generasi. [Online]. Tersedia:http://www.theglobejournal.com/kategori/politik/nilaikebersamaa n-untuk-para-generasi.php [9 Juli 2010].

Arifin, Masyuri. (2009). Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://www.anakkendari.co.cc/2009/03/pengertian-kebudayaan-menurut-para-ahli/ [29 Maret 2009].

Carsidiawan, Didi. (2009). Budaya Nusantara. [Online]. Tersedia: http://www.wiziq.com/tutorial/41378-Budaya-Nusantara [2009].

Catatan Artikel Seni dan Budaya (2012). Definisi Upacara Adat [Online]. Tersedia: http://www.catatanartikelsenidanbudaya.htm

Gunari, Muhamad. (2010). Menakar Nilai Gotong Royong. [Online]. Tersedia: http://www.harian.global.com/index.php?option=com_content&view=artic le&id=30001%3Amenakar-nilai-gotong-royong&Itemid=55 [27 Januari 2010].

Muslikhatun. (2010). Pewarisan Budaya. [Online]. Tersedia: http://muslikhatun-antropologi.blogspot.com/2010/11/pewarisan-budaya.html [21 November 2010].

Supriyanto. (2010). Pewarisan Budaya. [Online]. Tersedia: http://gurumuda.com/bse/pewarisan-budaya [2010].

Wikipedian Indonesia. (2013). Pengertian budaya Indonesia [online]. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia [14 april 2013]

4. SUMBER LAIN

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

Undang-Undang Nomor 28 Tentang Bangunan Gedung

Gambar

Gambar. 3.1 Komponen dalam analisis data (interactive model)

Referensi

Dokumen terkait

Penguatan Economic Civic Dalam Membentuk Kemandirian Santri Sebagai Wujud Good Governance (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq Kecamatan Rancabali

Wujud peran Desa Adat Kuta dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia antara lain dengan mengadakan Festival Seni Budaya Desa serta pengelolaan aset-aset desa adat sehingga

PERGESERAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA SUKU BONAI SEBAGAI CIVIC CULTURE DI KECAMATAN BONAI DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU

Pola Pewarisan Nilai-Nilai Sosial dan Budaya Dalam Upacara Adat Seren Taun.. (Studi Kasus Pada Masyarakat Kecamatan Cigugur Kabupaten

Peranan Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Kominfo Kota Samarinda dalam pelaksanaan pelestarian budaya dayak kenyah di kawasan budaya Pampang dilihat dari indikator

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa kolaborasi ataupun kerja sama Dinas Kebudayaan dengan masyarakat adat dalam pelestarian kebudayaan baik,

“Budaya Pesta Laut Nadran Sebagai Upaya Melestarikan Kearifan Lokal Dalam Mengembangkan Civic Culture” (Studi Deskriptif di Desa Eretan Wetan Kabupaten

Pelestarian Nilai-Nilai Civic Culture dalam Memperkuat Identitas Budaya Masyarakat: Makna Simbolik Ulos dalam Pelaksanaan Perkawinan Masyarakat Batak Toba di Sitorang.. Hukum Waris Adat