NILAI BUDAYA ADAT NGAROT KAITANNYA DENGAN CIVIC
CULTURE SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN KEBUDAYAAN
INDONESIA
(Studi kasus masyarakat Lelea Kabupaten Indramayu)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh :
SITI FATIMAH
0900959
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian
Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya dengan Civic Culture Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia
(Studi Kasus Masyarakat Lelea Kabupaten Indramayu)
Oleh
SITI FATIMAH
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© SITI FATIMAH 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak cipta dilindungi undang-undang.
SITI FATIMAH
NILAI BUDAYA ADAT NGAROT KAITANNYA DENGAN CIVIC
CULTURE SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN KEBUDAYAAN
INDONESIA
(Studi kasus Masyarakat Lelea Kabupaten Indramayu)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Dadang Sundawa, M.Pd
19600515 198803 1 002
Pembimbing II
Dr. Kokom Komalasari, M.Pd
19721001 200112 2 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed.
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian
Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
SKRIPSI INI DIUJI PADA :
Hari/Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2013
Tempat : Gedung FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
Panitia Ujian terdiri dari :
1. Ketua :
Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001
3. Penguji : 3.1 Penguji I :
Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 19620316 198803 1 003
3.2 Penguji II :
Drs. Rahmat, M.Si NIP. 19580915 198603 1 003 3.3 Penguji III:
ABSTRAK
Siti Fatimah (0900959). NILAI BUDAYA ADAT NGAROT
KAITANNYA DENGAN “CIVIC CULTURE” SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN KEBUDAYAAN INDONESIA (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu).
Budaya kewarganegaraan (civic culture) merupakan budaya yang mampu menopang masyarakat untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai budaya daerahnya. Nilai-nilai budaya yang menunjang masyarakat tersebut berguna untuk menciptakan karakter dan identitas warganegara. Upacara adat Ngarot adalah salah satu budaya daerah yang masih dilaksanakan tiap tahun oleh masyarakat Lelea Kecamatan lelea kabupaten Indramayu. Dalam tradisi adat Ngarot ini terdapat nilai-nilai budaya yang berkaitan dengan budaya kewarganegaraan (civic
culture) yang mampu menciptakan karakter warganegaranya. Penelitian ini
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian
Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Siti Fatimah (0900959). NGAROT INDIGENOUS CULTURAL VALUES RELATED TO "CIVIC CULTURE" AS A CULTURAL PRESERVATION
form INDONESIA (Lelea the case study village Lelea Lelea District Indramayu Regency).
DAFTAR ISI
C. Budaya Kewarganegaraan Civic Culture ... 29
1. Pengertian Budaya kewarganegaraan Civic Culture ... 29
2.Ciri-ciri Budaya Kewarganegaraan Civic Culture ... 30
3. Elemen Civic Culture ... 31
D. Penelitian Terdahulu ... 34
E. Kerangka Penelitian ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38
1. Lokasi Penelitian ... 38
2. SubjekPenelitian ... 38
B. Pendekatan dan Metode Penelitian... 38
1. Pendekatan Penelitian ... 38
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan
Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
C. Definisi Operasional ... 41
1. Nilai Budaya ... 41
2. Adat Ngarot ... 41
3. Budaya Kewarganegaraan (Civic culture) ... 42
4. Pelestarian Kebudayaan ... 42
D. Teknik Pengumpulan Data ... 42
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 49
1. Reduksi Data (Data Reduction) ... 49
2. Penyajian Data (Data Display)... 50
3. Verifikasi dan Kesimpulan ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. GambaranUmum Lokasi Penelitian ... 52
1. Letak Secara Umum Desa Lelea ... 52
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 57
1. Proses Pelaksanaan Adat Ngarot ... 57
2. Nilai-nilai Budaya yang Terkandung dalam Adat Ngarot Kitannya dengan Civic Culture ... 60
3. Upaya yang dilakukan dalam Melestarikan Nilai Budaya adat Ngarot ... 61
4. Kendala yang ditemui dalam Proses Pelestarian Nilai-nilai Budaya Adat Ngarot ... 64
5. Solusi yang diharapkan untuk Mengatasi Hambatan-hambata dalam Pelestarian Adat Ngarot ... 67
C. Analisis Hasil Penelitian ... 68
1. Proses Pelaksanaan Adat Ngarot ... 68
Ngarot ... 76
4. Kendala yang ditemui dalam Proses Pelestarian Nilai-nilai Budaya Adat Ngarot ... 79
5. Solusi yang diharapkan untuk Mengatasi Hambatan-hambata dalam Pelestarian Adat Ngarot ... 81
D. Pembahsan Hasil Penelitian ... 83
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 92
A.Kesimpulan ... 92
B.Saran ... 94
1. Kepada Pemerintah Desa Lelea ... 94
2. Kepada Tokoh Masyarakat ... 94
3. Kepada masyarakat Lelea ... 95
4. Kepada Orang Tua ... 95
5. Kepada Generasi Muda ... 95
6. Kepada Sekolah ... 95
7. Peneliti Selanjutnya ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
LAMPIRAN
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan
Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Checklist
Undang-Undang
Dokumen Ngarot 2012
Instrumen Wawancara
Hasil Wawancara
Lampiran Lainnya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indramayu merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa
Barat. Kabupaten ini berlokasikan berbatasan dengan kabupaten Cirebon di
Sebelah Tenggara, kemudian berbatasan dengan kabupaten Majalengka,
Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Subang di sebelah barat. Indramayu sendiri
merupakan salah satu kabupaten yang kaya akan sumber daya alam dan
manusianya, disamping itu juga Indramayu memiliki banyak ragam kebudayaan
dan adat istiadat, salah satunya yaitu „Ngarot‟.
Berkenan dengan kebudayaan, Koenjoroningrat (2005: 72)
mengemukakan bahwa “Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa,
tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat
yang dijadikan miliknya dengan belajar”. Begitu juga dengan kebudayaan adat
„Ngarot‟, kebudayaan adat ini tidak serta merta timbul tumbuh dan berkembang
dengan sendirinya, melainkan melalui proses penciptaan masyarakat di
lingkungan tersebut, yang di sebabkan oleh proses belajar yang di ikuti dengan
tindakan serta karya yang di hasilkan manusia dalam kehidupan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa kebudayaan merupakan
sesuatu hal yang berharga yang tercipta dari suatu sistem nilai-nilai luhur yang
berkembang di masyarakat. Nilai-nilai luhur inilah yang dijadikan bahan untuk
menciptakan kebudayaan melalui suatu proses belajar. Disamping itu masyarakat
Indramayu juga memiliki nilai kebudayaan yang kuat. Hal ini dapat terlihat
dengan masih dipertahankannya adat-adat dan kegiatan lain yang dipengaruhi oleh
unsur budaya. Hal ini merupakan prinsip sebagai warganegara yang baik, sesuai
dengan apa yang dikemukakan Gultom (Iswandi, 2004:28) sebagai berikut:
2
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Masyarakat dan kebudayaan yang ada di Indramayu memiliki keunikan
tersendiri dibandingkan dengan daerah lain, dimana nilai-nilai budaya
kewarganegaraan (civic culture) ada dalam kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
oleh masyarakat Indramayu seperti gotong royong, kerja sama dan pemecahan
masalah. Hal ini bisa dilihat dalam pelaksanaan tradisi yang leluhur wariskan
kepada generasi berikutnya yang masih dilaksanakan oleh masyarakat dalam
upaya menjaga kebudayaan serta nilai-nilai yang ada di masyarakat. Gotong
royong dan kerja sama bisa dilihat ketika masyarakat ada kegiatan misalnya kerja
bakti, masyarakat langsung ikut mengerjakan bersama-sama hingga terselesaikan
dengan baik. Sedangkan dalam pemecahan masalah terlihat ketika dalam
masyarakat terdapat permasalahan maka diselesaikan secara musyawarah untuk
mencapai kata mufakat.
Budaya kewarganegaraan (civic culture) wajib dipelihara oleh setiap
masyarakat. Hal ini dikarenakan supaya nilai-nilai luhur ini terus ada dan
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga identitas warga negera bisa
tetap terlihat. Selaras dengan yang diungkapkan Winataputra dan Budimansyah
(2012: 233) tentang budaya kewarganegaraan (civic culture) sebagai berikut:
Budaya kewarganegaraan (civic culture) merupakan budaya yang menopang kewarganegaraan yang berisiskan seperangkat ide-ide yang dapat diwujudkan secara efektif dalam representasi kebudayaan untuk tujuan pembentukan identitas warganegara.
Dalam menerapkan nilai-nilai luhur yang ada dalam kebudayaan
Indramayu, masyarakat menyalurkannya dalam bentuk kegiatan yaitu upacara
adat. Upacara adat tersebut merupakan bentuk kegiatan manusia dalam hidup
bermasyarakat yang didasari atas ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Salah satunya yaitu melalui upacara adat atau adat yang dilakukan oleh
masyarakat sebagai bentuk atau wujud rasa syukur masyarakat terhadap karunia
atau nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa.
Adat „Ngarot‟ ini merupakan salah satu adat yang masih dilesatrikan
Lelea kabupaten Indramayu. Adat „Ngarot‟ juga merupakan salah satu adat yang hanya di miliki oleh Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu. „Ngarot‟ sendiri
merupakan salah satu adat istiadat yang dilakukan oleh masyarakat Lelea secara
turun-temurun hingga sekarang denga tidak terputus-putus. Berkenaan dengan hal
tersebut, Samian (2003: 54) mengemukakan bahawa:
„Ngarot‟ berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Ngawurat yang artinya membersihkan diri dari segala dosa akibat kesalahan tingkah laku seserang atau sekelompok orang pada masala lalu. Sedangkan menurut
bahasa Sunda Kuno „Ngarot‟ mempunyai arti minum, yang dilakukan oleh kasinoman (anak muda).
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa „Ngarot‟ bertujuan untuk
mengumpulkan para pemuda-pemudi yang akan diserahi tugas pekerjaan program
pembangunan di bidang peratanian sambil menikamati hiburan kesenian dibalai
desa. Acara pertemuan tersebut penuh keakraban dan saling bermaafan apabila
ada kesalahan diantara mereka. Selain itu „Ngarot‟ juga bertujuan memberikan
peringatan kepada para pemuda-pemudi bahwa tidak lama lagi mereka akan turun
ke sawah, bekerja dan mengolah sawah bersama-sama, gotong royong saling bahu
membahu secara sukarela, dan acara peringatan tersebut dinamakan durugan. Di
samping itu juga „Ngarot‟ bertujuan untuk membina pergaulan yang sehat, agar
para pemuda-pemudi saling mengenal, saling menyesuaikan sikap, kehendak dan
tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai budaya.
Berkenaan dengan nilai Kupperman dalam Mulyana (2001: 9) nilai adalah
patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di
antara cara-cara tindakan alternatif. Berdasarkan uraian tersebut adat „Ngarot‟
merupakan suatu metode atau cara untuk menggalang dan menumpuk rasa
persatuan dan kesatuan dikalangan para pemuda-pemudi khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Upacara adat „Ngarot‟ juga merupakan suatu upaya
untuk mengembangkan dan melestarikan budaya Indonesia. Oleh karena itu
upacara adat „Ngarot‟ tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
4
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pesta kesenian untuk pemuda-pemudi yang dimeriahkan oleh berbagai tontonan
kesenian tradisional seperti topeng, ronggeng ketuk, dan tanjidor. Selain di bidang
budaya kesenian „Ngarot‟ mempunyai manfaat di bidang sosial karena pada
perayaan puncak adat „Ngarot‟ merupakan suatu proses sosialisasi antara generasi
tua yang diwakili oleh kuwu atau kepala desa dan para pemuda yang diwakili oleh
kasinoman (remaja putra dan remaja putri peserta „Ngarot‟). Kemudian „Ngarot‟
juga mempunyai manfaat sebagai upaya generasi muda mempertebal ketaqwaan
kepada Tuhan yang Maha Esa, mempertinggi budi pekerti, berkarya,
berpartisipasi kepada pembangunan, kerjasama, gotong royong, menghargai orang
lain, serta meningkatkan persatuan dan kesatuan sesama warga.
Peserta adat „Ngarot‟ terdiri dari semua remaja putra dan remaja putri yang
belum menikah atau masih perjaka dan gadis. Pakain remaja putra dan remaja
putri ditetapkan corak dan warnanya lewat suatu musyawarah. Peserta jejaka
mengenakan pakaian komboran hitan dan celana pangsit dan peserta gadis
memakai kebaya, kain batik, selendang juwana dan perhiasan emas, kemudian
sebagai tutup kepala dihiasai berbagai jenis bunga-bungaan seperti kenanga,
melati, cempaka, karniyem pudak dan kembang kertas buatan sendiri. Sedangkan
ibu kuwu atau isteri kepala desa berpakaian baju kebaya (bordil atau songket),
kain batik trusmi, selendang, topi buatan majalaya (tutup kepala) dan perhiasan
emas, dan para pamong desa berpakaina seragam batik, juga isteri pamong desa
menggunakan pakaian seragam kebaya, kain batik dan selendang.
Waktu pelaksanaan adat „Ngarot‟ secara turun temurun dan jatuh pada hari
rabu wekasan yaitu antara bulan oktober dan November, dilaksanakan satu kali
pada setiap tahunnya selama sehari semalam penuh. Keunikan yang ada dalam
upacara Pesta „Ngarot‟ ini yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan guna dijadikan sebuah penelitian tentang nilai budaya dalam
kaitanya dengan civic culture sebagai wujud pelestarian kebudayaan Indonesia.
Oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji nilai-nilai budaya yang
terdapat dalam upacara adat „Ngarot‟ yang masih dilakukan masyarakat Lelea.
Sebab melihat kondisi masyarakat Indonesia pada sekarang yang sedang menuju
upacara-upacara seperti pesta adat „Ngarot‟ yang dianggap oleh sebagian orang sudah
kuno. Disamping ingin mengakji nilai-nilai budaya yang terdapat dalam adat ini,
penulis juga ingin meneliti adat „Ngarot‟ ini kaitannya dengan civic culture atau budaya kewarganegaan sebagai wujud pelestarian kebudayaan indonesia. Oleh
karena itu berdasarkan latar belakang diatas, penulis menjadikannya sebuah
masalah yang berjudul “NILAI BUDAYA ADAT NGAROT KAITANNYA
DENGAN CIVIC CULTURE SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN
KEBUDAYAAN INDONESIA (Studi Kasus Masyarakat Lelea Kabupaten
Indramayu)”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan,
maka penulis merasa perlu untuk merumuskan apa yang menjadi fokus
permasalahan secara umum. Masalah yang menjadi inti pembahasan dalam
penelitian ini adalah “mengetahui nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung
dalam budaya adat Ngarot kaitannya dengan civic culture sebagai wujud
pelestarian kebudayaan oleh masayarakat desa Lelea”.
Untuk lebih memudahkan pembahasan hasil penelitian, maka masalah
pokok tersebut penulis jabarkan dalam bentuk sub-sub masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pelaksanaan adat Ngarot?
2. Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam adat Ngarot dalam
kaitanya dengan civic culture?
3. Upaya apa saja yang dilakukan dalam melestarikan nilai-ni;ai budaya
adat Ngarot?
4. Kendala apa saja yang ditemui dalam proses pelestarian nilai-nilai
budaya adat Ngarot?
5. Solusi apa saja yang diharapkan untuk mengatasi kendala-kendala dalam
pelestarian budaya adat „Ngarot‟?
6
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Secara umum tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui mengapa Adat
„Ngarot‟ ini masih di pertahankan oleh Masyarakat Lelea. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Bagaimana proses pelaksanaan adat Ngarot.
2. Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam adat Ngarot dalam
kaitanya dengan civic culture.
3. Upaya apa saja yang dilakukan dalam melestarikan nilai-ni;ai budaya adat
Ngarot.
4. Kendala apa saja yang ditemui dalam proses pelestarian nilai-nilai budaya
adat Ngarot.
5. Solusi apa saja yang diharapkan untuk mengatasi kendala-kendala dalam
pelestarian budaya adat „Ngarot‟.
D. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian akan lebih bermakna bila bermanfaat baik bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, maupun bagi kehidupan masyarakat. Maka dari
itu, penelitian ini mempunyai manfaat secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
keilmuan bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan
sumbangan konsep-konsep baru, yang diharapkan akan menunjang terhadap
pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan kewarganegaraan, yang
kaitannya dalam mempertahankan nilai-nilai budaya dan budaya
kewarganegaraan (civic culture).
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
a. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini mampu memberikan gambaran
tentang budaya „Ngarot‟, dan kaitannya dalam mempertahankan nilai-nilai
budaya dan budaya kewarganegaraan (civic culture) sebagai wujud
b. Bagi masyarakat, untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan budaya
daerah yang benar-benar memberikan arah yang positif terhadap
pembangunan sikap dan mental manusia agar berfikir rasional serta dapat
melihat manfaat dari kegiatan upacara adat tersebut yang tidak berlawanan
dengan kaidah dan hukum yang berlaku.
c. Bagi pemerintah daerah, untuk dijadikan bahan referensi tentang adat
daerah, khususnya di daerah Indramayu. Hal ini dilakukan supaya
pemerintah lebih memperhatikan dan mempertahankan tentang kekayaan
budaya yang di miliki masyarakatnya, serta mengingatkan pemerintah
daerah dalam membukukan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan
budaya daerah.
E. Struktur Organisasi Skripsi
1. BAB I PENDAHULUAN
Dalam BAB I Skripsi ini berisi uraian tentang Pendahuluan yang
berisikan:
a. Latar belakang penelitian : latar belakang ini dimaksudkan untuk
menjelaskan alas an mengapa masalah tersebut di teliti, dan
pendekatan untuk mengatasi masalah tersebut, baik dari segi teoritis
maupun praktis.
b. Identifikasi dan perumusan masalah : bagian ini rumusan dan analisis
masalah sekaligus identifikasi variabel-variabel penelitian beserta
definisi operasionalnya. Rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk
kalimat Tanya setelah di dahului uraian tentang masalah penelitian,
variable-variabel yang di teliti, dan kaitan antara satu variable dengan
variable lainnya.
c. Tujuan penelitian : tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin
dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Oleh sebab itu, rumusan
tujuan harus konsisten dengan rumusan masalah dan mencerminkan
8
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
d. Metode penelitian : mengenai metode apa yang akan di gunakan dalam
meneliti penelitian yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif.
e. Manfaat / Signifikansi Penelitian : mengenai manfaat apa saja yang di
peroleh peneliti maupun pihak yang di teliti dengan adanya penelitian
yang akan dilakukan dilapangan.
f. Stuktur Organisasi Skripsi : mengenai urutan penulisan dari setiap bab
dalam skripsi.
2. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis.
Kajian pustaka berisikan tentang:
a.
Konsep-konsep/teori-teori/dalil-dalil/hukum-hukum/model-model/rumus/rumus utama dan turunannya dalam bidang yang dikaji.
b. Penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti,
termasuk prosedur, subjek, dan temuannya.
3. BAB III Metode Penelitian
Berisikan tentang penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang
akan digunakan dalam penelitian.
4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan.
Bab ini terdiri dari dua hal utama, yaitu :
a. Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan
dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, dan tujuan
penelitian.
b. Pembahasan atau analisis temuan.
5. BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan peaknaan peneliti
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu berada di
desa Lelea kecamatan Lelea kabupaten Indramayu provinsi Jawa Barat. Lokasi ini
dipilih karena keberadaan adat Ngarot yang hanya berada di kecamatan Lelea dan
di desa lelea juga sejarah adat Ngarot tersebut dimulai.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi atas
permasalahan yang penulis teliti. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah
sesepuh Ngarot, tokoh agama, aparat desa Lelea, dan Masyarakat Lelea. Sesepuh
Ngarot yang dimaksud adalah seseorang yang dituakan di desa tersebut, yang
mengetahui sejarah Ngarot dan pelestarian adat Ngarot dari tahun ke tahun. Tokoh
agama adalah seseorang yang di anggap paling mengerti mengenai agama di desa
Lelea. Aparat desa adalah kuwu atau kepala desa, sekretaris desa, seksi
pemerintahan, lebe, dan seksi kemasyarakatan. Kemudian masyarakat yang
dulunya perna menjadi peserta Ngarot, maupun yang sekarang anak atau cucunya
diikutsertakan dalam upacara adat Ngarot.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah yang mengandalkan
manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan
analisa data, dan secara induktif mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha
menemukan teori dari dasar. Selain itu, penelitian kualitatif bersifat deskriptif,
lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus,
memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, dan rancangan
penelitiannya bersifat sementara serta hasil penelitiannya disepakati oleh kedua
39
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian
Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pendapat Moleong di atas selaras dengan pendapat Nasution (2003: 9)
yang menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen
penelitian. Peneliti adalah “key instrument” atau alat peneliti utama. Peneliti
mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara sehingga dapat menyelami dan
memahami makna interaksi antar-manusia secara mendalam. Berdasarkan
pengertian yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa pada intinya
dalam penelitian kualitatif yang menjadi alat utama adalah peneliti itu sendiri, hal
ini disebabkan penelitian dapat dilakukan secara akurat dan memperoleh data
secara mendalam.
Peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan
dalam penelitian ini. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif ini karena pertama,
permasalahan yang dikaji dalam penelitian mengenai nilai budaya adat „Ngarot‟
pada masyarakat Lelea ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya
kontekstual dan aktual. Kedua, pendekatan kualitatif menyajikan secara langsung
hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. Melalui penelitian ini,
peneliti ingin mngetahui nilai budaya yang terkait dalam adat „Ngarot‟ ini dan
bagaimana keterkaitannya dengan civic culture secara langsung, kemudian
berinteraksi dan ikut ke dalam kegiatan-kegiatan yang ada pada adat ngarot
melalui pra-penelitian dan disusul dengan penelitian yang sesungguhnya, guna
supaya peneliti lebih mendalami mengenai adat „Ngarot‟ yang akan peneliti amati,
karena sebelumnya peneliti tidak mengetahui sama sekali mengenai adat tersebut.
Hal ini dimaksudkan supaya penelitian akan mudah dilakukan, dengan cara terjun
langsung sehingga hasil penelitian akan maksimal. Ketiga, dalam pendekatan
kualitatif yang menjadi instrument utama adalah peneliti sendiri, maka pendekatan
kualitatif tepat untuk digunakan dalam penelitian ini, karena pendekatan kualitatif
mempunyai adaptasi yang tinggi, sehingga memungkinkan peneliti untuk
menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam
penelitian ini.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berharap dapat
melakukan penelitian secara maksimal dan mendapatkan data yang akurat
lakukan di lapangan pada waktunya nanti menjadi penelitian yang ilmiah dan
empirik.
2. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.
Menurut Arikunto (1980: 215):
“Ditinjau dari lingkup wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam dan membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun dan mengaflikasikannya dan menginterpretasikannya”
Menurut Danial (2009: 63) metode studi kasus merupakan metode yang
intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi
lingkungan terhadap individu, kelompok, instiusi dan komunitas masyarakat
tertentu. Metode ini akan melahirkan prototipe atau karakteristik tertentu yang
khas dari kajiannya.
Dengan menggunkan metode ini diharapkan peneliti dapat memperoleh
infomasi yang mendalam tentang nilai budaya adat „Ngarot‟ kaitannya dengan
civic culture sebagai wujud pelestarian kebudayaan Indinesia, khusunya di daerah
Indramayu, kecamatan Lelea, desa Lelea. Dalam penelitian ini, penulis merupakan
instrument penting yang berusaha mengungkapkan data secara mendalam dengan
dibantu oleh beberapa teknik pengumpulan data lainnya. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Moleong (2012: 132) bahwa:
Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya.
Selain itu, penelitian ini lebih banyak menggunakan pendekatan antar
personal, artinya selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan
kontak atau berhubungan dengan orang-orang di lingkungan lokasi penelitian,
dengan demikian diharapkan peneliti dapat lebih leluasa mencari informasi dan
mendapatkan data yang lebih terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan
41
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian
Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pandangan dari orang di luar sistem dari subjek penelitian, atau dari pengamat,
untuk menjaga subjektifitas hasil penelitian.
C. Definisi Operasional.
1. Nilai budaya
Nilai budaya merupakan salah satu unsur yang menyangkut penilaian
tentang yang baik dan yang buruk, yang indah dan tidak indah, yang positif dan
negatif, terutama berhubungan dengan kehidupan masyarakat yang bersifat
universal. Kedudukan nilai dalam setiap kebudyaan sangat penting, Sehingga
pemahaman mengenai sistem nilai budaya dan orientasi nilai budaya tersebut juga
perlu diperhatikan dalam konteks pemahaman perilaku suatu masyarakat dan
sistem pendidikan yang digunakan sebagai pewarisan untuk menyampaikan
sistem perilaku dan produk budaya yang dijiwai oleh sistem nilai masyarakat yang
memilikinya. Nilai budaya tersebut seperti nilai kebersamaan, nilai kekeluargaan,
dan nilai gotong royong.
2. Adat Ngarot
Ngarot berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Ngawurat yang artinya
membersihkan diri dari segala dosa akibat kesalahan tingkah laku seserang atau
sekelompok orang pada masala lalu. Sedangkan menurut bahasa Sunda Kuno
„Ngarot‟ mempunyai arti minum, yang dilakukan oleh kasinoman (anak muda).
Ngarot bertujuan untuk mengumpulkan para pemuda-pemudi yang akan di serahi
tugas pekerjaan program pembangunan di bidang peratanian sambil menikamati
hiburan kesenian dibalai desa. Acara pertemuan tersebut penuh keakraban dan
saling bermaafan apabila ada kesalahan diantara mereka. Disamping itu juga
Ngarot merupakan sarana silatirahmi terhadap warga agar terjalinnya rasa
kekeluargaan, gotong royong dan kebersamaan dalam melestarikan kebudayaan
3. Budaya kewarganegaraan (Civic Culture)
Budaya kewarganegaraan (civic culture) merupakan budaya yang
menopang kewarganegaraan yang berisiskan seperangkat ide-ide yang dapat
diwujudkan secara efektif dalam representasi kebudayaan untuk tujuan
pembentukan identitas warganegara. Bangsa yang baik adalah Bangsa yang setiap
warganegaranya harus memiliki sebuah Identitas, karena dengan identitas, bangsa
memiliki ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. budaya
kewarganegaraan (civic culture) ini lah yang mampu menopang warganegaranya
untuk bisa memunculkan identitas diri sebagai warganegara tersebut. Identitas
warganegara tersebut seperti rasa gotong royong, kebersamaan, dan kekeluargaan.
4. Pelestarian Kebudayaan.
Pelestarian merupakan upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan
budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan
memanfaatkannya. Pelestarian kebudayaan merupakan upaya mempertahankan
dan melestarikan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu wilayah atau negara yang
mempunyai kebudayaan tersebut. Oleh karena itu pelestarian kebudayaan
Indonesia merupakan upaya melindungi, mengembangkan dan mempertahankan
kebudayaan yang ada di Indonesia sesuai dengan nilai-nilai budaya dan rasa
memiliki budaya tersebut. Kemudian kita sebagai penerus bangsa wajib ikut serta
dalam melestarikan budaya-budaya bangsa yang sudah ada sejak dulu, dengan
cara, mengenal, mempelajari dan mengembangkan dan memperkenalkan budaya
Indonesia agar tetap ada dan mampu dikenal penerus bangsa.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengambilan langsung yang dilakukan
peneliti terhadap subyek yang diteliti dengan melihat, mengamati dan ikut terlibat
dalam lingkungan dan kondisi lapangan untuk mengumpulkan dalam studi sebagai
43
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian
Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2011: 145)
bahwa “Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.” Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan observasi dengan cara mengamati langsung kegiatan adat
„ngarot‟ yang berlokasi di desa Lelea kecamatan Lelea kabupaten Indramayu.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dalam bentuk tanya jawab antara peneliti dengan
responden sesuai dengan pedoman wawancara, wawancara dilakukan dengan
berbicara dan berhadapan dengan responden serta mengajukan pertanyaan dalam
memperoleh data. Hal ini sesuai dengan pendapat Danial (2009: 71) sebagai
berikut:
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara atau interview dilakukan dimana saja selama dialog ini dapat dilakukan, misalnya sambil berjalan, duduk santai di suatu tempat, di lapangan, di kantor, di bengkel, di kebun, atau dimana saja.
Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu
pada pelaksanaan upacara adat „Ngarot‟ untuk melihat perwujudan nilai-nilai
budaya yang ada pada upacara adat „Ngarot‟ khususnya yang berkaitan dengan
budaya kewarganegaraan (civic culture) di desa Lelea.
Wawancara yang dilakukan peneliti ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Bagaimana proses pelaksanaan adat Ngarot?
2. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam adat Ngarot dalam kaitanya
dengan civic culture?
3. Upaya apa saja yang dilakukan dalam melestarikan nilai-ni;ai budaya
adat Ngarot?
4. Kendala apa saja yang ditemui dalam proses pelestarian nilai-nilai
budaya adat Ngarot?
5. Solusi apa saja yang diharapkan untuk mengatasi kendala-kendala dalam
Menurut Sugiyono (2011: 231) mengemukakan bahwa “Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.”
Berdasarkan pendapat diatas maka untuk melakukan wawancara yang lebih
mendalam dan lebih akurat, peneliti harus memperhatikan pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan untuk responden agar sesuai dengan apa yang peneliti
harapkan. Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan
dengan dua cara. Pertama, wawancara sebagai strategi dalam mengumpulkan
data, pada konteks ini catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkrip
wawancara. Kedua, wawancara sebagai penunjang teknik lain dalam
mengumpulkan data, seperti analisis dokumen dan studi literatur. Dalam hal ini
peneliti harus bertanya secara rinci kepada responden dan menghindari
pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan responden hanya menjawab “ya”
atau “tidak” dan berusaha menghubungkan keseluruhan hasil wawancara melalui persiapan pertanyaan penelitian yang direncanakan ini diharapkan dalam
merespon pertanyaan responden lebih bebas dan terbuka, sehingga pertanyaan/
proses tanya jawab mengalir seperti pada percakapan sehari-hari.
3. Studi Literature
Menurut Danial, Endang (2009: 80) “Studi literature adalah teknik penelitian
yang dilakukan oleh penelitian dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku,
majalah, liflet yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian.” Berkaitan dengan studi literature dalam penelitian ini penulis membaca, mempelajari dan
mengkaji literature-literature yang berhubungan dengan Nilai budaya adat
„Ngarot‟ kaitannya dengan civic culture. Studi literature dimaksudkan untuk
memperoleh data teoritis sehingga dapat mendukung kebenaran data yang
diperoleh melalui penelitian.
Tujuan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah untuk
mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang
45
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian
Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengkaji literatur-literatur
yang berhubungan dengan pelaksanaan upacara adat „Ngarot‟.
4. Studi Dokumentasi
Danial (2009: 79) mengemukakan bahwa “Studi dokumentasi adalah
mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi
sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama
pegawai, data siswa, data penduduk, grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.”
Data yang diperoleh dari studi dokumen dapat menjadi narasumber bagi peneliti
selain wawancara dan observasi. Studi dokumentasi yang diambil oleh penulis
yaitu berupa gambar atau foto kegiatan upacara adat „Ngarot‟ dan keadaan desa
Lelea, kemudian gambar atau foto ketika peneliti mengadakan wawancara dengan
responden.
E. Validitas Data
Hasil penelitian kualitatif seringkali diragukan karena dianggap tidak
memenuhi syarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh
tingkat kepercayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas
(validitas internal). Menurut Nasution (1996: 114-118) cara yang dapat dilakukan
untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu antara
lain:
1. Memperpanjang masa observasi
Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul
mengenal suatu lingkungan, oleh sebab itu peneliti berusaha memperpanjang
waktu penelitian dengan cara mengadakan hubungan baik dengan orang-orang
disana, dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran
informasi guna memperoleh data dan informasi yang valid yang diperlukan dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pendekatan dimulia dengan
2. Pengamatan yang terus menerus
Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinu
peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam.
Melalui pengamatan yang kontinu peneliti akan dapat memberikan deskripsi yang
cermat dan terinci mengenai apa yang sedang diamatinya, yang berkaitan dengan
nilai budaya adat ngarot kaitanya dengan civic culture sebagai wujud kebudayaan
Indonesia.
3. Membicarakan dengan orang lain (peer debriefing)
Pembicaraan ini antara lain bertujuan untuk memperoleh kritik,
pertanyaan-pertanyaan tajam, yang menantang tingkat kepercayaan akan
kebenaran penelitian. Selain itu pembicaraan ini memberi petunjuk tentang
langkah-langkah yang akan dilakukan selanjutnya.
4. Menggunakan bahan referensi
Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran
data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara
dengan subjek penelitian atau bahan dokumentasi yang diambil dengan cara tidak
mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang
didapatkan memiliki validitas yang tinggi.
5. Mengadakan member check
Salah satu cara yang sangat penting ialah melakukan member chek pada
akhir wawancara dengan menyebutkan garis besarnya dengan maksud agar
responden memperbaiki bila ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang masih
kurang. Tujuan member chek ialah agar informasi yang penulis peroleh dan
gunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh
informan.
F. Prosedur Penelitian
Pengumpulan data merupakan hal pokok dalam mengadakan suatu
penelitian, sehingga untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti maka harus
melakukan prosedur penelitian yang sudah ditentukan. Adapaun langkah-langkah
47
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian
Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
1. Tahap Pra Penelitian
Tahap pra penelitian yang dilakukan yaitu:
a. Memilih masalah, yaitu merupakan suatu langkah awal dari suatu kegiatan
penelitian.
b. Melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran awal
mengenai subjek yang akan diteliti.
c. Merumuskan masalah penelitian.
d. Menentukan judul dan lokasi penelitian.
e. Menyusun proposal penelitian.
f. Mengajukan surat permohonan ijin pra penelitian kepada jurusan
pendidikan kewarganegaraan dan fakultas ilmu pengetahuan sosial.
Kemudian pada tahap ini, peneliti menyusun rancangan penelitian dengan
terlebih dahulu melakukan pra penelitian ke desa Lelea kecamatan Lelea
kabupaten Indramayu pada bulan November 2012. Tujuannya adalah untuk
mengetahui kondisi secara umum dari desa Lelea terutama yang berkaitan dengan
pelaksanaan upacara adat Ngarot di desa tersebut, disamping itu juga pada tanggal
28 November dilaksanakannya uacara adat Ngarot. Oleh karena itu peneliti
menggunakan pra penelitian untuk mengikuti berjalannya upacara adat tersebut.
Hal ini dilakukan guna mendapatkan data tentang bagaimana nilai-nilai budaya
yang terkandung dalam upacara adat Ngarot dan seperti apa proses
pelaksanaannya.
Setelah mengadakan pra penelitian selanjutnya peneliti mengajukan
rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah, permasalahan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, pendekatan dan metode penelitian, teknik
pengumpulan data, lokasi dan subjek penelitian. Kemudian peneliti memilih dan
menentukan lokasi yang dijadikan sebagai sumber data atau lokasi penelitian yang
disesuaikan dengan keperluan dan kepentingan fokus penelitian. Setelah lokasi
penelitian ditetapkan, selanjutnya penulis mengupayakan perizinan dari instansi
yang tekait, prosedur perizinan yang penulis tempuh adalah sebagai berikut :
a. Peneliti mengajukan surat permohonan untuk melakukan penelitian kepada
b. Mengajukan surat rekomendasi permohonan izin untuk mengadakan
penelitian, dari Dekan FPIPS UPI Bandung c.q Pembantu Dekan I untuk
disampaikan kepada Rektor UPI Bandung.
c. Rektor UPI Bandung c.q Pembantu Rektor I mengeluarkan surat permohonan
izin untuk disampaikan kepada kepala Kesbang dan Polinmas kabupaten
Indramayu
d. Kepala Kesbang dan Polinmas kabupaten Indramayu mengeluarkan surat
permohonan izin untuk disampaikan kepada kepala kecamatan Lelea
kabupaten Indramayu.
e. Kepala Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu mengeluarkan surat
permohonan izin untuk disampaikan kepada kepala desa Lelea.
f. Kepala desa Lelea memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah selesai tahap persiapan penelitian, dan persiapan-persiapan yang
menunjang telah lengkap, maka peneliti langsung terjun ke lapangan untuk
melaksanakan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menekankan
bahwa instrumen yang utama adalah peneliti sendiri (key instrument). Peneliti
sebagai instrumen utama dibantu oleh pedoman observasi dan pedoman
wawancara antara peneliti dengan responden. Pedoman wawancara yang penulis
persiapkan untuk sesepuh Ngarot, tokoh agama, pemerintah desa, jajaka dan gadis
yang telah di Ngarotkan baik akan di Ngarotkan dan masyarakat Lelea.
Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan agar dapat menjawab permasalahan penelitian yang tidak dapat penulis
ketahui. Setiap selesai melakukan penelitian di lapangan, peneliti menuliskan
kembali data-data yang terkumpul kedalam catatan lapangan, dengan tujuan
49
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian
Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
G. Teknik Pengolahan dan Analisi Data
Pengolahan dan analisis data merupakan langkah penting dalam penelitian,
karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti.
Menurut Sugiyono (2006: 244) mengemukakan bahwa:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Jadi proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber yang telah digunkan oleh peneliti. Dalam penelitian
kualitatif, analisis data dilakukan dari awal proses penelitian sampai pada akhir
penelitian. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Nasution (Sugiyono, 2011: 245)
bahwa “Analisis data telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian”. Ada beberapa tahapan dalam analisis data, menurut Sugiyono (2011:246) bahwa “Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/ verification.” Ketiga jenis aktivitas dalam
analisis data tersebut merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti harus siap
bergerak diantara tiga sumbu kumparan itu selama pengumpulan data, setelah itu
bergerak pada kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi.
Untuk lebih jelas alur kegiatannya, akan dilihat pada gambar berikut.
Gambar. 3.1 Komponen dalam analisis data (interactive model)
(Sugiyono, 2011: 247)
1. Reduksi Data (Data Reduction) Data
Data
Conclusions: drawing/
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya. Peneliti dalam mereduksi data memfokuskan pada
pandangan masyarakat dan aparat desa mengenai nilai budaya yang terkait di
dalam tradisi adat Ngarot, kemudian adakah kaitanya dengan civic culture?.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah peneliti memahami data yang telah terkumpul dan
hasil catatan lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasikan sesuai
masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Menurut Sugiyono (2011: 249) mengemukakan bahwa “Dalam penelitian
kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.” Dengan mendisplay data
maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Penyajian data diawali dari hasil pengumpulan data yang terperinci dan
menyeluruh kemudian dicari pola hubungannya dengan rumusan masalah
sehingga dapat diambil kesimpulan yang tetap. Penyajian data selanjutnya disusun
dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.
3. Verifikasi dan Kesimpulan
Kesimpulan merupakan upaya yang memungkinkan dapat menjawab
rumusan masalah. Upaya yang dilakukan ini dengan cara mencari pola, tema,
hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya. Jadi
kesimpulan harus senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Kesimpulan dalam penelitian ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat tentang
jawaban dari rumusan masalah mengenai nilai budaya adat Ngarot kaitanya
51
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian
Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Dengan demikian, proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data
lapangan (data mentah), kemudian direduksi dalam bentuk unifikasi data. Setelah
data yang terkumpul direduksi, selanjutnya data dianalisis, diverifikasi dan
diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan di lapangan yang telah dianalisis oleh peneliti
dan dikaji dengan berbagai pendapat para ahli yang relevan, dapat ditarik
kesimpulan yaitu:
1. Pelaksanaan adat Ngarot jatuh pada hari rabu wekasan yaitu antara bulan
oktober dan November, dilaksanakan satu kali pada setiap tahunnya selama
sehari semalam penuh. Upacara adat Ngarot pada intinya merupakan pesta
atau upacara penanda bahwa musim menanam padi sudah dimulai. Tahapan
proses pelasanaan adat Ngarot yaitu: a). dilakukan rapat sebanyak dua kali,
yang intinya penetapan waktu dan kepanitiaan dilaksanakannya Ngarot.
b).pada saat pelaksanaan adat Ngarot yang pertama dilakukan adalah pawai
atau arak-arakan yang dimulai dari rumah kepala desa, keliling desa melalu
tanah sawah adat Ki Buyut Kapol kemudian terakhir singgah di balai Desa.
c).acara inti yaitu penyerahan seperangkat alat pertanian secara simbolis oleh
aparat desa kepada perwakilan remaja putra dan putri Ngarot. d). upacara adat
Ngarot seleai pada malam hari sekitar jam Sembilan sampai sepuluh malam
setelah upacara penutupan. Kemudian Upacara adat Ngarot dilakukan oleh
seluruh masyarakat desa Lelea. Yaitu mulai dari remaja sebagai peserta
Ngarot, pamong desa beserta karang taruna sebagai panitia adat Ngarot dan
selurh masyarakat Lelea sebagai pengikut upacara adat Ngarot.
2. Dalam tradisi adat Ngarot terdapat nilai budaya yang berkaitan dengan
budaya kewarganegaraan (civic culture) yaitu nilai kebersamaan, nilai
kekeluargaan dan nilai gotong royong yang tercermin dalam kegiatan
durugan, pembuatan tenda dan rajeg (pagea), dan dalam kegiatan pembuatan
93
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian
Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
generasi ke generasi berikutnya dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat Lelea.
3. Upaya yang dilakukan untuk melestarikan nilai budaya adat Ngarot dilakukan
oleh orang tua di keluarga, masyarakat, dan lembaga pemerintah Desa Lelea
serta pemerintah daerah Indramayu. Upaya yang dilakukan orang tua yaitu
dengan memberikan pengetahuan kepada anak tentang perjuangan
tokoh-tokoh yang telah berjasa dan nilai-nilai luhur yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut.
Upaya yang dilakukan masyarakat yaitu dengan berpartisipasi setiap individu
terhadap pelaksanaan adat Ngarot, baik partisipasi materil maupun moril dan
upaya yang dilakukan lembaga pemerintah desa dan pemerintah daerah yaitu
dengan mengupayakan pelaksanaan adat Ngarot ini ada setiap tahun, dengan
cara memberikan dana serta ijin melaksanakan adat Ngarot.
4. Kendala-kendala yang di peroleh dalam pelestarian nilai-nilai budaya adat
Ngarot ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
kurang pahamnya generasi penerus terhadap makna yang sesungguhnya dari
adat Ngarot itu sendiri dan kurangnya kesadaran orang tua untuk
menanamkan nilai-nilai budaya adat Ngarot kepada anaknya. Sedangkan
faktor eksternal yaitu adanya pengaruh budaya luar, dalam bentuk
tayangan-tayangan di televisi, pergaulan hidup sehari-hari dan akses internet yang
mudah dan bebas.
5. Solusi dalam mengatasi kendala pelestarian nilai budaya adat Ngarot sebgai
wujud pelestarian kebudayaan Indonesia, yaitu dengan menyatukan kembali
perayaan adat Ngarot di desa Lelea sebelum adanya Pengembangan desa.
Dan pemerintah Lelea maupun pemerintah kabupaten Indramayu lebih
mengenalkan lagi budaya adat Ngarot ke seluruh Nusantara supaya seluruh
Nusantara Mengetahui jika budaya adat Ngarot merupakan salah saru budaya
Indonesia yang perlu dilestarikan. Selain itu juga pemerintah pusat dan desa
bekerjasama membangun sebuah kampung adat agar setiap kegiatan adat di
desa Lelea ini bisa lebih terorganisir dengan baik.kemudian untuk lembaga
pendidikan hendaknya menjadikan budaya adat Ngarot ini menjadi salah satu
budya, maupun muatan lokal. Karena pengenalan budaya adat Ngarot melalui
sekolah sangat bagus, karena sekolah merupakan sarana yang bagus untuk
mengetahui dan mengenalkan nilai budaya adat Ngarot ke generasi muda
(siswa).
B. Saran
Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan
mempertimbangkan hasil penelitian baik dilapangan maupun secara teoritis, maka
beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi atau saran adalah sebagai
berikut
1. Kepada pemerintah desa Lelea, yaitu:
a. Agar lebih meningkatkan daya tarik terhadap pelaksanaan upacara adat
Ngarot dalam rangka meningkatkan kepariwisataan sehingga adat Ngarot
ini bisa diketahui oleh seluruh Nusantara, jika di Indonesia terdaat
budaya yang patut dilestarikan yaitu budaya adat Ngarot. Salah satunya
dengan mempromosikan budaya adat Ngarot ini baik melalui media
masa, media eltronik, maupun pameran-pameran budaya.
b. Aparat desa juga harus lebih meningkatkan ketertiban pada saat
berlangsungnya upacara adat Ngarot sehingga tidak menimbulkan
keributan demi kenyamanan masyarakat, dengan melibatkan komponen
keamanan yang ada seperti kepolisian, TNI, dan aparat keamanan Desa.
2. Kepada tokoh masyarakat, yaitu:
a. Hendaknya dapat memberikan bimbingan bagi masyarakat dalam
melaksanakan tradisi adat Ngarot yang sesuai dengan nilai-nilai budaya
daerah.
b. Khusus kepada tokoh agama, hendaknya dapat memberikan pemahaman
kepada masyarakat agar dalam melaksanakan budaya adat Ngarot dapat
95
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian
Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 3. Kepada masyarakat Lelea, yaitu:
a. Dengan dilaksanakannya budaya adat Ngarot, hendaknya dapat lebih
meningkatkan rasa kebersamaan, rasa kekeluargaan, dan rasa gotong
royong sehingga dapat lebih mempererat tali silaturahmi.
b. Dengan dilaksanakannya budaya adat Ngarot, hendaknya masyarakat
mengamalkan nilai-nilai budaya adat Ngarot dalam kehidupan sehari-hari
misalnya kerja bakti secara gotong royong.
4. Kepada orang tua, yaitu
a. Memberikan pengarahan dan pemahan mengenai budaya adat Ngarot ini
bukan hanya mengenai tuah yang akan di terima terhadap anak-anaknya
saja, yaitu mengenai “bunga yang dikenakan di kepala si gadis akan layu jika sudah tidak perawan lagi”, melainkan nilai-nilai yang terkandung di dalam budaya adat Ngarot itu sendiri.
b. Orang tua memberikan ijin dan membujuk anak-anaknya supaya
mengikuti upacara adat Ngarot ini, supaya budaya adat Ngarot ini tetap
dilestarikan dan akan tetap ada.
5. Kepada generasi muda, yaitu:
a. Hendaknya dapat menyaring pengaruh budaya luar yang merugikan yang
masuk dalam pergaulan hidup sehari-hari.
b. Dengan dilaksanakannya budaya adat Ngarot, hendaknya generasi muda
lebih memahami nilai-nilai budaya adat Ngarot dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
6. Kepada Sekolah (Lembaga pendidikan).
Hendaknya menjadikan nilai budaya adat Ngarot ini menjadi salah satu
materi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, seperti dalam pembelajaran
seni dan budaya atau muatan lokal. Karena sekolah merupakan sarana yang
bagus untuk mengenalkan dan melestarikan nilai budaya adat Ngarot
kegenerasi muda (siswa), khususnya di kabupaten Indramayu.
7. Peneliti Selanjutnya.
Untuk penelitian selanjutnya dalam meneliti adat Ngarot, hendaknya
penelitian selanjutnya itu diketahui berapa banyak responden yang
menginginkan budaya ini tetap ada dan berapa banyak yang sudah tidak
perduli dalam melestarikan budaya adat Ngarot tersebut. Kemudian berapa
banyak masyarakat yang mengetahui nilai budaya yang terkandung
didalamnya, dan berapa banyak yang hanya ikut berpartisipasi meramaikan
97
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian
Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
1. SUMBER BUKU
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Budimansyah, Dasim, et. Al. 2004. Dinamika Masyarakat Indonesia. Bandung: PT. Genesindo
Danial, Endang. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.
Danial, Endang dan Wasriah. (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn Universitas Pendidika Indonesia
Darwis Ranidar. (2008). Hukum Adat. Bandung: Labolatorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.
Djahiri, A. Kosasih. (1996). Menelusuri Dunia Afektif. Bandung: Labolatorium Pengajaran Jurusan Pendidikan Moral Pancasila dan Kewarganegaraan Negara FPIPS IKIP Bandung.
Kalidjernih, Freddy K. (2010). Kamus Studi Kewarganegaraan: Perspektif
Sosiologikal dan Politikal. Bandung: Widya Aksara Press.
(2009). Puspa Ragam Konsep dan Isu Kewarganegaraan Bandung: Widya Aksara Press.
Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
(1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
(1994). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia
Mulyana, Rahmat. (2001). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta
Marzali, Amri. (2005). Antropologi dan Pembangungan Indonesia. Jakarta: PT Kencana.
Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Sami’an. (2003). Buku Sejarah Desa Lelea. Indramayu: Tidak diterbitkan.
Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajawali Pers.
(2003). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
(1983). Pribadi dan masyarakat . Bandung: Offset Alumni
(2010). Ilmu Sosial Dasar: suatu teori. Bandung: PT Refika Aditama
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Winataputra Udin dan Dasim Budimansyah. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional: Konteks, Teori, dan Profile Pembelajaran. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI.
2. SKRIPSI/TESIS TERDAHULU
Anggraeni, R.venny (2010). Kajian Tentang Nilai-Nilai Budaya Pelaksanaan
Tradisiupacara Tolak Bala Di Desanagrak Kabupaten Sumedang.
Bandung: Tidak diterbitkan
Al-Rakhman, Riza (2008). Pengembangan Budaya Kewarganegaraan Civic
Culture Indonesia melalui pendidikan Kewarganegaraan PKn di Lingkungan Paguyuban Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan.
As’ary, Denis (2011). Suatu Kajian Tentang Nilai Budaya Pesta Pecung Di Masyarakat Kasugengan Kidul Kabupaten Cirebon Ditinjau Dari Civic Culture.Bandung: Tidak diterbitkan
99
Siti Fatimah, 2013
Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian
Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Iswandi, Haris. (2004). Membentuk Karakter Warga Negara Melalui Lingkungan
Seni dan Budaya Daerah di Kampus. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak
diterbitkan
3. SUMBER INTERNET
Abubakar, Azmi. (2010). Nilai Kebersamaan Untuk Para Generasi. [Online]. Tersedia:http://www.theglobejournal.com/kategori/politik/nilaikebersamaa n-untuk-para-generasi.php [9 Juli 2010].
Arifin, Masyuri. (2009). Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://www.anakkendari.co.cc/2009/03/pengertian-kebudayaan-menurut-para-ahli/ [29 Maret 2009].
Carsidiawan, Didi. (2009). Budaya Nusantara. [Online]. Tersedia: http://www.wiziq.com/tutorial/41378-Budaya-Nusantara [2009].
Catatan Artikel Seni dan Budaya (2012). Definisi Upacara Adat [Online]. Tersedia: http://www.catatanartikelsenidanbudaya.htm
Gunari, Muhamad. (2010). Menakar Nilai Gotong Royong. [Online]. Tersedia: http://www.harian.global.com/index.php?option=com_content&view=artic le&id=30001%3Amenakar-nilai-gotong-royong&Itemid=55 [27 Januari 2010].
Muslikhatun. (2010). Pewarisan Budaya. [Online]. Tersedia: http://muslikhatun-antropologi.blogspot.com/2010/11/pewarisan-budaya.html [21 November 2010].
Supriyanto. (2010). Pewarisan Budaya. [Online]. Tersedia: http://gurumuda.com/bse/pewarisan-budaya [2010].
Wikipedian Indonesia. (2013). Pengertian budaya Indonesia [online]. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia [14 april 2013]
4. SUMBER LAIN
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
Undang-Undang Nomor 28 Tentang Bangunan Gedung