EFEKTIVITAS METODE PETA PIKIRAN DENGAN MEDIA VIDEO WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENGUBAH
TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI
(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 44 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
Nurul Nur’aeni Hermawati 1104705
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
EFEKTIVITAS METODE PETA PIKIRAN
DENGAN MEDIA VIDEO WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI
(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 44 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
LEMBAR HAK CIPTA
oleh
NURUL NUR’AENI HERMAWATI NIM 1104705
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
© Nurul Nur’aeni Hermawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
EFEKTIVITAS METODE PETA PIKIRAN DENGAN MEDIA VIDEO WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENGUBAH TEKS
WAWANCARA MENJADI NARASI
(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 44 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
Nurul Nur’aeni
1104705
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “Efektivitas Metode Peta Pikiran dengan Media Video Wawancara dalam Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi (Penelitian Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 44 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)” dilatarbelakangi oleh kesulitan siswa dalam mengembangan sebuah ide dalam menulis karangan, khususnya menulis narasi. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode peta pikiran dengan media video wawancara dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi. Metode pembelajaran yang tepat hendaknya digunakan oleh guru agar lebih mudah diimplementasikan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Sample dalam penelitian ini masing-masing berjumlah 30 siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diambil secara pursosive sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi dengan desain
nonoquivalent control group design. Pada desain ini, kelas eksperimen maupun
Nurul Nur’aeni Hermawati, 2015
ABSTRACS
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1... L atar Belakang Penelitian ... 1
1.2... R umusan Masalah Penelitian ... 6
1.3... T ujuan Penelitian ... 6
1.4... M anfaat Penelitian ... 7
1.5... A nggapan Dasar ... 8
1.6... D efinisi Operasional ... 8
Nurul Nur’aeni Hermawati, 2015
BAB II IHWAL METODE PETA PIKIRAN, MEDIA VIDEO DAN MENULIS
NARASI ... 11
2.1... M etode Peta Pikiran ... 11 2.1.1... P
engertian Metode Peta Pikiran ... 11 2.1.2... L
angkah-langkah Metode Peta Pikiran ... 12 2.1.3... K
elebihan Metode Peta Pikiran ... 13 2.1.4... K
ekurangan Metode Peta Pikiran ... 14 2.2... M
edia Video Wawancara ... 16 2.2.1... P
engertian Media Video Wawancara ... 16
2.2.2... K elebihan Media Video ... 16 2.2.3... K
ekurangan Media Video ... 16 2.3... M
enulis Narasi ... 18 2.3.1... P
engertian Narasi ... 18 2.3.2... P
engertian Menulis Narasi ... 18 2.3.3... C
2.3.4... J enis-jenis Karangan Narasi ... 19 2.3.5... M
anfaat Menulis Narasi ... 21 2.4... M
etode Peta Pikiran dengan Media Video Wawancara dalam Pembelajaran
Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi ... 22 2.5... K
erangka Berpikir ... 23 2.6... H
ipotesis Penelitian ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27
3.1 ... M etode Penelitian ... 27 3.2 ... P
rosedur Penelitian ... 29 3.3 ... P
artisipan ... 30 3.4 ... S
umber Data Penelitian ... 31 3.4.1... P
opulasi Penelitian ... 31 3.4.2... S
ample Penelitian ... 32 3.5 ... T
eknik Pengumpulan Data ... 33 3.5.1... I
Nurul Nur’aeni Hermawati, 2015
3.5.2... I nstrumen Observasi ... 38 3.5.3... I
nstrumen Penelitian ... 42 3.6 ... T
eknik Pengolahan Data ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60
4.1 ... D eskripsi dan Analisis Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 60 4.1.1...
Analisis Data Tes Awal Kelas Eksperimen ... 61 4.1.2...
Uji Reliabilitas Tes Awal Kelas Eksperimen ... 67 4.1.3...
Analisis Data Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 70
4.1.4... Uji Reliabilitas Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 78
4.1.5... Indeks Gain Kelas Eksperimen ... 80 4.2 ... D
eskripsi dan Analisis Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Kontrol ... 82 4.2.1...
Analisis Data Tes Awal Kelas Kontrol ... 82 4.2.2...
Uji Reliabilitas Tes Awal Kelas Kontrol ... 88 4.2.3...
Analisis Data Tes Akhir Kelas Kontrol ... 91 4.2.4...
4.2.5...
Indeks Gain Kelas Eksperimen ... 100
4.2.6... Deskripsi Data Hasil Observasi ... 101
4.2.7... Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 104
4.2.8... Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 115
4.2.9... Uji Hipotesis ... 118
4.3 ... Pembahasan Hasil Penelitian ... 121
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 126
5.1 Simpulan ... 126
Nurul Nur’aeni Hermawati, 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pretest dan Posttest Nonequivalent Control Grup Design ... 28
Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas VII SMP Negeri 44 Bandung ... 32
Tabel 3.3 Sample Penelitian ... 33
Tabel 3.4 Pedoman Penilaian ... 35
Tabel 3.5 Kategori Penilaian ... 38
Tabel 3.6 Format Observasi Aktivitas Guru ... 39
Tabel 3.7 Format Observasi Aktivitas Siswa ... 40
Tabel 3.8 Tingkat Korelasi Gultford ... 58
Tabel 3.9 Kriteria Indeks Gain ... 58
Tabel 4.1 Daftar Nilai Tes Awal Kelas Eksperimen ... 61
Tabel 4.2 Tabel Guilford ... 67
Tabel 4.3 Uji Reliabilitas Test Awal Kelas Eksperimen ... 68
Tabel 4.4 Tabel ANAVA Tes Awal Kelas Eksperimen ... 70
Tabel 4.5 Daftar Nilai Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 71
Tabel 4.6 Uji Reliabilitas Test Akhir Kelas Eksperimen ... 77
Tabel 4.7 Tabel ANAVA Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 79
Tabel 4.8 Indeks Gain Kelas Eksperimen ... 80
Tabel 4.10 Daftar Nilai Tes Awal Kelas Kontrol ... 82
Tabel 4.11 Uji Reliabilitas Test Awal Kelas Kontrol ... 88
Tabel 4.12 Tabel ANAVA Tes Awal Kelas Kontrol ... 91
Tabel 4.13 Daftar Nilai Tes Akhir Kelas Kontrol ... 91
Tabel 4.14 Uji Reliabilitas Test Akhir Kelas Kontrol ... 97
Tabel 4.15 Tabel ANAVA Tes Awal Kelas Kontrol ... 99
Tabel 4.16 Indeks Gain Kelas Kontrol ... 100
Tabel 4.17 Peningkatan Hasil Belajar Kelas Kontrol ... 101
Tabel 4.18 Distribusi Mean Tes Awal Kelas Eksperimen ... 102
Tabel 4.19 Uji Normalitas Tes Awal Kelas Eksperimen ... 104
Tabel 4.20 Distribusi Mean Test Akhir Kelas Eksperimen ... 105
Tabel 4.21 Uji Normalitas Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 106
Tabel 4.22 Distribusi Mean Tes Awal Kelas Kontrol ... 108
Tabel 4.23 Uji Normalitas Tes Awal Kelas Kontrol ... 109
Tabel 4.24 Distribusi Mean Test Akhir Kelas Kontrol ... 111
Tabel 4.25 Uji Normalitas Tes Akhir Kelas Kontrol ... 112
Tabel 4.26 Nilai Varians Terbesar dan Terkecil Kelas Eksperimen ... 114
Tabel 4.27 Nilai Varians Terbesar dan Terkecil Kelas Kontrol ... 115
Nurul Nur’aeni Hermawati, 2015
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa. Dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa diberikan empat keterampilan bahasa, di antaranya keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut sangat berkaitan dengan keterampilan yang lainnya. Tarigan (2008: 2) mengemukakan bahwa mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Anggapan di atas menunjukan bahwa dalam
memeroleh keempat keterampilan tersebut tidaklah bersamaan dan harus melalui beberapa proses agar keterampilan yang akan dikuasai berjalan secara maksimal.
Menurut pendapat Tarigan dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan keterampilan terakhir yang dipelajari dalam proses pembelajaran.
Menulis merupakan kegiatan yang produktif, yaitu menghasilkan suatu tulisan yang dikembangkan melalui proses berpikir. Menurut Tarigan (2008: 1) setiap keterampilan erat pula berhubungan dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktik dan banyak pelatihan. Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama Wahono, dkk (2013) menjelaskan bahwa salah satu kompetensi inti dari mata pelajaran sekolah menengah pertama adalah berkaitan dengan pengembangan keterampilan, dan salah satunya adalah keterampialan menulis. Tarigan (2008: 4) menjelaskan bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Oleh karena itu, sudah sangat jelas bahwa siswa tingkat pertama membutuhkan pembelajaran menulis agar bisa mengembangkan dan mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Pembelajaran ini berguna agar siswa mampu menyusun teks sesuai dengan karakteristik yang akan dibuat baik secara
lisan maupun tulisan. Dan secara tulisan berarti siswa harus mampu menuangkan ataupun menyimpulkan ide pikirannya melalui pembelajaran menulis.
Dalam pembelajaran menulis di sekolah, terdapat beberapa teks yang dipelajari, salah satunya adalah mengubah teks wawancara menjadi teks narasi. Mengubah teks wawancara menjadi teks narasi merupakan pembelajaran yang perlu diberikan kepada siswa menengah pertama. Pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran yang diberikan pendidik untuk melatih siswa dalam aspek menulis. Pada kurikulum 2006 pembelajaran menarasikan teks wawancara terdapat pada Standar Kompetesi yaitu mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan dengan Kompetensi Dasar mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung. Maka dari itu, sudah sangat jelas bahwa siswa harus bisa menariskan teks wawancara karena hal tersebut sesuai dengan yang ditetapkan di dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang menyebutkan bahwa siswa kelas harus memelajari pembelajaran tersebut.
Anindyarini dan Ningsih (2008: 110) menjelaskan bahwa mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi dapat diartikan suatu kegiatan memaparkan suatu dialog dalam bentuk tulisan. Berdasarkan pendapat di atas dapat
terlatih dalam menyampaikan sebuah cerita berdasarkan urutan waktu. Pada kenyataan yang terjadi di lapangan, siswa kerap kali mengalami kesulitan menulis karangan narasi bahkan antusias anak dalam menulis narasi sangat kurang sehingga mengakibatkan sulitnya mengembangkan sebuah ide. Siswa berkeluh bahwa sangat sulit menguraikan ide-ide yang ada di pikiran untuk dituangkan dalam tulisan, khususnya pada saat siswa akan menetukan titik mulai dan titik akhir pada saat menulis.
Dalam memahami pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi di sekolah, guru yang bertanggung jawab untuk membimbing siswanya agar siswa gemar menulis. Tujuannya sebagai sarana perlatihan untuk merangkai sebuah cerita, serta melatih siswa untuk mengembangkan ide. Kustandi dan Sujipto (2013: 5) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha sadar guru atau pengajar untuk membantu siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Arif Sadiman dalam Kustandi dan Sujipto (2013: 5) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam manipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar
dalam diri siswa. Namun, dalam proses belajar siswa terdapat beberapa kendala dan dalam proses pembelajaran pun tidak selalu lancar seperti yang dikemukakan oleh Zainurrachman (2011: 78) mengemukakan bahwa dalam menulis mengorganisir ide tidak selalu mudah, dan sering kali sulit.
motivasi siswa kelas VII-H masih kurang dalam mengikuti pembelajaran bahasa indonesia, khususnya dalam menulis narasi. Hal tersebut menjadi salah satu kendala sehingga siswa yang memiliki keterbatasan ide atau memiliki kesulitan dalam menghidupkan sebuah kalimat akan merasa sulit pula untuk menulis, khususnya menulis paragraf yang sesuai dengan tujuan penulisannya. Kendala tersebut sangat perlu diatasi karena menghambat proses pembelajaran siswa. Maka dari itu, praktik dan latihan dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi harus dilakukan pada siswa agar mereka dapat terbiasa menulis dengan baik dan benar sehingga dapat membantu siswa dalam mengembangkan percaya diri siswa serta membantu siswa dalam mengembangkan ide-ide mereka terutama dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi teks narasi.
Pendapat-pendapat di atas kiranya dapat dimengerti, mengingat bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan produtif yang perlu diberikan kepada siswa. Akan tetapi, kita tidak dapat menyimpulkan bahwa adanya kendala atau ketidakmampuan siswa dalam mengembangkan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi merupakan akibat dari kesalahan siswa sepenuhnya.
Ketercapaian tujuan pembelajaran di sekolah dalam pembelajaran bahasa indonesia khususnya bergantung pada pihak pengajar. Guru yang kurang kreatif dalam menyampaikan materi di kelas dapat menjadi salah satu faktor penghambat proses pembelajaran di sekolah.
Salah satu penyebab kurang menariknya pembelajaran menulis, khususnya mengubah teks wawancara menjadi narasi adalah guru atau pendidik kurang cermat memilih dan menggunakan model dan media pembelajaran yang efektif. Berdasarkan permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus menjadi fasilitator dan motifator kepada siswa agar pengembanggan pembelajaran siswa dapat meningkat dan tujuan dari pembelajaran sastra khususnya mengubah teks wawancara menjadi narasi dapat terlaksana dengan baik.
belajar sambil bermain serta berperan aktif dalam mencari alteratif jawaban serta membantu siswa untuk lebih kreatif.
Metode mind mapping ini sebelumnya pernah diujicobakan pula oleh Hestu Nodya dengan judul “Perbandingan Efektifitas Teknik Peta Pikiran (Mind
Mapping) dan Peta Pohon (Tree Maps) dalam Pembelajaran Menulis Karangan
Argumentasi (Penelitian Eksperimen Semu pada Siswa Kelas X SMA
Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran
2012/2013)”. Selain itu, penelitian mengenai pembelajaran mengubah teks
wawancara menjadi narasi sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian
tersebut dilakukan oleh Tresna Riani dengan judul “Efektivitas Strategi The
Power Of Two (Kekuatan Dua Kepala) dalam Pembelajaran Mengubah Teks
Wawancara menjadi Narasi (Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMP Negeri
3 Lembang Tahun Ajaran 2011/2012”. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya, Strategi The Power Of Two efektif bila diterapkan dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi.
Perbedaan dari penelitian kali ini dengan penelitian yang sudah ada adalah
penulis akan mengeksperimenkan metode peta pikiran dan media video wawancara kepada siswa Sekolah Menengah Pertama kelas VII dengan manfaat dapat mempermudah siswa dalam menggali ide dan mengisahkan kembali suatu kejadian yang sudah terjadi ke dalam bentuk narasi.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1) Bagaimana kemampuan menulis teks narasi siswa pada kelas eksperimen sebelum dan sesdah menggunakan metode peta pikirian dengan media video wawancara?
3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks narasi siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol?
1.3Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah penelitian ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan.
1) Kemampuan menulis teks narasi siswa pada kelas eksperimen sebelum dan sesdah menggunakan metode peta pikirian dengan media video wawancara; 2) Kemampuan menulis teks narasi siswa pada kelas kontrol sebelum dan
sesudah menggunakkan metode terlangsung;
3) Tingkat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks narasi siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol?
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah inovasi pembelajaran melalui metode yang di terapkan dalam pembelajaran bahasa indonesia khususnya dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi yang menerapkan metode peta pikiran pada siswa kelas VII.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi peneliti
dalam proses pembelajaran dengan metode peta pikiran dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi.
b. Manfaat bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan variasi motode pembelajatan yang efektif agar guru lebih mudah mengemas suasana belajar yang efektif, serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi. Selain itu dengan adanya penelitian ini dapat memberikan alternatif pada guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah.
c. Manfaat bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat mengguagah minat dan memotivasi serta memicu ide pikiran siswa sehingga minat dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi semakin meningkat dan dapat melatih siswa melakukan kegiatan menulis secara
efektif dan kreatif.
1.5Anggapan Dasar
Dalam melakukan penelitian ini, penulis berpedoman pada anggapan dasar di bawah ini.
1) Menulis merupakan aspek keterampilan berbahasa yang harus terus dilatih dan diperhatikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
2) Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa kelas VII adalah mengubah teks wawancara menjadi narasi.
3) Penggunaan metode pembelajaran yang menarik akan menentukan keberhasilan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran di sekolah 4) Metode pembelajaran peta pikiran dapat diterapkan dalam pembelajaran
semangat dan mempermudah siswa dalam mengingat informasi yang telah disampaikan sebelumnya.
1.6Devinisi Operasional
1) Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi
Pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi adalah Pembelajaran yang menuntut siswa untuk mengubah teks wawancara menjadi sebuah karangan narasi dengan memperhatikan cara penulisan yang baik dan benar, misalnya memperhatikan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung.
2) Metode Peta Pikiran
Metode peta pikiran adalah sebuah metode pembelajaran yang sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa untuk menemukan alternatif jawaban. Metode peta pikiran ini adalah metode pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam memunculkan sebuah ide baru, serta dapat membantu siswa menyerap fakta dan informasi yang baru dengan sangat
mudah, sehinnga metode ini dianggap efektif untuk mempermudah siswa dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis.
1.7Struktur Organisasi
Skripsi ini terdiri atas lima bab. Masing-masing bab berisi hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, yang meliputi pendahuluan, kajian teori, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan penelitian, simpulan dan saran, serta daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
dari penelitian yang akan dilakukan. Struktur organisasi skripsi menguraikan tentang sistematika penulisan dan garis besar isi dalam skripsi ini.
Bab dua dalam penenitian ini berisi tentang landasan teoretis. Konsep teori yang disajikan dalam bab ini meliputi teori-teori yang mendukung selama proses penelitian, dimana akan ada pembahasan mengenai teori peta konsep, media pembelajaran, dan menulis narasi.
Bab tiga dalam penelitian ini akan membahas mengenai metodologi penelitian. Pada bab tiga ini mulai dirancang metode penelitian yang hendak diaplikasikan. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan model eksperimen kuasi. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 44 Bandung kelas VII. Penelitian ini akan melibatkan dua kelas yang kemampuannya relatif homogen, akan ada satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes, uji validitas, dan instrument perlakuan.
Bab empat dalam penelitian ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri atas pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian;
serta pembahasan atau analisis temuan. Dalam bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari pengambilan data dan penelitian.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Meode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen kuasi atau eksperimen semu yang digunakan bertujuan untuk mencari pengaruh dari perlakuan dari penggunaan metode peta pikiran dengan media video wawancara terhadap pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi peserta didik. Subana dan Sudrajat (2001: 103) menjelaskan bahwa tujuan penelitian eksperimen ini ialah untuk memperkirakan kondisi-kondisi eksperimen sungguhan dalam keadaan di masa tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Terdapat dua variabel yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi perubahan variabel terikat (dependen). Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas.
Variabel bebas (X) dari penelitian ini adalah penerapan metode peta pikiran, sedangkan variabel terikat (Y) dari penelitian ini adalah keterampilan menulis
teks tanggapan deskriptif.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuasi atau eksperimen semu. Eksperimen kuasi atau eksperimen semu ini bertujuan untuk menerapkan perlakuan yang akan dilakukan pada siswa. Pada penelitian eksperimen ini dilaksanakan pada dua kelompok, satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Pada kedua kelompok tersebut diberikan perlakuan yang berbeda, kelompok eksperimen diberikan metode peta pikiran, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan metode melainkan hanya metode biasa yang sering dipakai oleh guru.
Adapun rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Nonequivalent Control Grup Design. Desain ini hampir sama dengan
maupun kelompok kontro tidak dipilih secara acak (Sugiyono, 2013: 116). Alasan penulis menggunakan rancangan Nonequivalent Control Grup Design ini adalah penelitian ini tidak memilih siswa secara acak, tetapi hanya perlakuan yang diberlakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol saja. Perlakuan diberikan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai pembanding yang tidak diberikan perlakuan secara khusus. Rancangan penelitian Nonequivalent Control Grup Design ini adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1
Pretest-Postest Nonequivalent Control Grup Design
(Sugiyono, 2013: 116)
Keterangan:
O : Test awal kelompok eksperimen
O : Test akhir kelompok eksperimen
O : Test awal kelompok kontrol
O : Test akhir kelompok kontrol
X : Perlakuan pada kelompok eksperimen dengan metode peta pikiran.
Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan dua kali test, yaitu sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Pada kelas eksperimen test awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengubah teks
O X O
wawancara menjadi narasi sebelum diterapkan metode peta pikiran dengan media video wawancara. Setelah itu, siswa akan diberikan perlakuan berupa penerapan media peta pikiran dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi. Selanjutnya, test akhir dilakukan pada kelas eksperimen tujuannya agar siswa terlihat apakah mengalami perubahan atau tidak. Pada kelas kontrol, siswa diberikan test awal dan test akhir. Namun, pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan penerapan metode peta pikiran. Perbedaan pencapaian hasil antara kelas eksperimen dan kelas kontrol akan dibandingkan setelah keberhasilan metode peta pikiran dalam pembelajran berhasil dilaksanakan tujuannya untuk mengukur keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas terhadap metode yang digunakan.
3.2Prosedur Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, diperlkukan adanya gambaran tentang langkah-langkah melakukan penelitian yang bisa disebut dengn prosedur penelitian. Adapun langkah-langkah prosedur penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Persiapan, tahap ini merupakan tahapan perencanaan sebelum dilaksanakannya penelitian. Tahapan persiapan ini meliputi perumusan masalah, studi kepustakaan, perumusan hipotesis, dan penentuan model atau desain penelitian yang sekaligus dilengkapi dengan instrumen penelitian. 2) Pelaksanaan, tahap ini merupakan tahapan dilaksanakannya penelitian untuk
mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan melalui pemberian perlakuan terhadap subjek penelitian dan pemberian tes yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberi perlakuan, baik pretes maupun postes. Adapun pelaksanaan penelitian ini meliputi tahap sebagai berikut. (a) Pemberian pretest tes awal berupa mengubah teks wawancara menjadi
kelas kontrol. Pemberian pretes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan.
(b) Pemberian perlakuan dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan menerapkan Metode Peta Pikiran dengan media video wawancara pada kelas eksperimen dan menerapkan pendekatan konvensional pada kelas kontrol. Pemberian perlakuan sebanyak dua kali. Selain itu, pada tahapan ini, peneliti meminta bantuan teman sejawat (critical friend) untuk menjadi observer penelitian yang akan mengobservasi aktivitas guru dan siswa pada saat pemberian perlakuan di kelas eksperimen.
(c) Pemberian posttest berupa mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan instrumen soal yang sama pada saat pretes. Postes ini diberikan pada kedua kelas dalam penelitian ini, yakni kelas VII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII C sebagai kelas kontrol. Pemberian postes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi berdasarkan kemampuan
baru yang dimilikinya setelah mendapatkan perlakuan sebelumnya.
3) Pengolahan data, tahap ini merupakan tahapan setelah dilakukan penelitian, yakni mengolah data penelitian. Tahapan ini meliputi pengolahan dan penyajian informasi, analisis data, pembuatan kesimpulan, serta pembuatan laporan hasil penelitian.
3.3Partisipan
Penelitian ini akan dilakukan pada dua kelas, yaitu kelas VII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII C sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa pada kelas eksperimen sebanyak 35 orang, yang terdiri atas 18 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Sementara itu, jumlah siswa pada kelas kontrol sebanyak 35 orang, yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Jumlah total siswa yang digunakan sebagai sampel adalah sebanya 70 orang dari populasi sebanyak 354 siswa.
Obserbver dalam penelitian ini berjumlah tiga orang, yaitu Siti Restu Marian, Cindy Tri Ardiyani, dan Nurul Nur’aeni. Observer pertama dan kedua merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sedangkan observer ketiga merupakan mahasiswa peneliti dari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ketiga observer ini telah memahami dan menguasai konsep metode peta pikiran dengan media video wawancara dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi sehingga dapat mengobservasi dan mengawasi aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran yang akan di laksanakan dalam penelitian ini dengan baik.
Selain itu, dalam penelitian ini juga dilibatkan tim penilai. Adapun tim penilai dalam penelitian ini terdiri atas tiga orang, yaitu Siti Restu Marian, Cindy Tri Ardiyani, dan Nurul Nur’aeni. Observer pertama dan kedua merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sedangkan observer ketiga merupakan mahasiswa peneliti dari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ketiga penilai ini telah memahami dan menguasai teks narasi sehingga memiliki kemampuan untuk menilai hasil tes awal dan tes akhir kemampuan mengubah teks wawancara menjadi narasi siswa.
3.4Sumber Data Penelitian 3.4.1 Populasi Penelitian
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyomo, 2013: 117). Jadi, populasi adalah sekumpulan orang atau siswa yang mempunyai karakteristik tertentu yang akan diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 44 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 10 kelas. Penulis memilih siswa kelas VII SMP Negeri 44 Bandung karena siswa dituntuk memahami dan mengubah teks wawancara menjadi narasi sesuai dengan karakteristik teks baik secara lisan maupun tulisan. Jumlah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 44 Bandung adalah 354 siswa. Berikut ini adalah data sebaran siswa kelas VII SMP Negeri 44 Bandung.
Tabel 3.2
Jumlah Siswa Kelas VII SMPN 44 Bandung
No Kelas Jumlah Jumlah
Keseluraham Laki-laki Perempuan
1 VII A 17 19 36
2 VII B 18 17 36
3 VII C 18 17 35
4 VII D 16 18 34
5 VII E 17 19 36
6 VII F 16 19 35
8 VII G 16 20 36
9 VII H 17 19 36
10 VII I 17 18 35
Jumlah Siswa 354
(sumber: Bagian Tata Usaha SMP Negeri 44 Bandung )
3.4.2 Sampel Penelitian
untuk dijadikan kelas kontrol dan satu kelas untuk dijadikan kelas eksperimen. Pada penelitian ini peneliti akan mengambil sampel purposif, menurut Subana dan Sudrajat (2011, hlm.126) pada sampel purposif penarikan sampel secara purposif menekankan pada pertimbangan karakteristik tertentu dari subjek penelitiannya. Sampel purposif ini bersifat nonrandom, hingga peneliti dapat menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sample dalam penelitian ini, yaitu kelas VII B sebagai kelas eksperimen dan kels VII C sebagai kelas pembanding. Kedua kelas tersebut dipilih sebagai sampel penelitian karena kedua kelas tersebut memiliki karakteristik yang sama, yaitu rendah dalam membuat sebuah karangan khususnya dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi. Adapun data sebaran siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3 Sampel Penelitian
Sample Jumlah Sample Keseluruhan
Laki-laki Perempuan
Kelas
Eksperimen 18 17 35
Kelas kontrol 18 17 35
3.5Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam memeroleh data yang ingin didapatkan. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugioyono, 2013: 208).
Nurul Nur’aeni Hermawati, 2015
EFEKTIVITAS METODE PETA PIKIRAN DENGAN MEDIA VIDEO WAWANCARA DALAM
Format test digunakan pada test awal dan test akhir untuk mengetahui dan mengukur nilai rata-rata siswa berupa pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran dengan metode peta pikiran dengan media video pentingnya pendidikan.
Selain itu, dalam penelitian ini digunakan tiga instrumen penelitian, yaitu instrumen perlakuan, instrumen tes, dan instrumen penilaian. Peneliti menggunakan instrumen perlakuan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrumen tes berupa soal, dan instrumen penilaian berupa kriteria penilaian siswa. Adapun penjelasannya akan dijabarkan sebagai berikut.
3.5.1 Tes
Tes yang dilakukan pada penelitian ini berupa tes awal dan tes akhir yang bertujuan untuk memperoleh kemampuan awal dan kemampuan akhir peserta didik sebelum dan sesudah melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran dengan media video wawancara. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini memiliki fungsi sebagai alat untuk mengukur bagaimana pengaruh kemampuan menulis narasi peserta didik setelah mendapat perlakuan yang
dilakukan dalam penelitian.
Tes yang dilakukan penelitian ini berupa dua kali tes. Pertama, tes akhir yaitu untuk mengukur seberapa besar kemampuan peserta didik sebelum diterapkan metode peta pikiran dengan media video wawancara, dan yang kedua tes akhir yang merupakan tes yang diberikan kepada peserta didik setelah diberi perlakuan dengan menerapkan metode peta pikiran dengan media video wawancara.
Instrumen tes Instrumen tes yang diberikan pada peserta didik tersebut berbentuk soal yang harus dikerjakan. Soal yang menjadi instrumen tes dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Lembar Soal
Nama :
.
Tabel 3.4
Pedoman Penilaian Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi
No Aspek yang
dinilai
Kriteria dan Skor
1 2 3 4
1 Kesesuaian narasi
dengan teks wawancara
Memuat:
1. Ide yang baik. 2. Relevan dengan
tema.
3. Isi sesuai dengan teks wawancara. 4. Terdapat lima
informasi. Hanya memuat tiga subaspek namun fungsional Hanya memuat dua subaspek namun fungsional Hanya memuat satu subaspek namun fungsional
2 Ketepatan dalam mengubah kalimat
Memuat:
1. Tepat dalam mengubah
kalimat langsung
langsung menjadi
kalimat tidak langsung
menjadi kalimat tidak langsung
2. Mengubah kata ganti orang pertama menjadi orang ketiga 3. Pemilihan kata
yang sesuai 4. Tidak terdapat
kesalahan dalam ejaan namun fungsional namun fungsional namun fungsional
3 Kelengkapan informasi dalam narasi.
Menuliskan lima informasi:
1. Metta meraih nilai tertinggi sekabupaten 2. Metta berasal
dari keluarga tidak mampu 3. Metta bekerja
keras untuk membantu
keluarganya, 4. Metta berharap
mendapatkan beasiswa di
bidang matematika 5. Cita-cita meta
ingin menjadi
dosen.
4 Kelengkapan unsur narasi. Memuat: 1. Judul 2. Tema 3. Tokoh 4. Alur Hanya memuat tiga subaspek namun fungsional Hanya memuat dua subaspek namun fungsional Hanya memuat satu subaspek namun fungsional
5 Kepaduan paragraf.
Adanya kepaduan antara:
1. Gagasan utama
dan gagasan penjelas 2. Kepaduan antarkalimat 3. Adanya kepaduan makna (koheren) 4. Kepaduan bentuk (kohesif) Hanya memuat tiga subaspek namun fungsional Hanya memuat dua subaspek namun fungsional Hanya memuat tiga subaspek namun fungsional
6 Keefektifan kalimat.
3. Ketegasan makna
4. Kehematan kata
7 Ketepatan ejaan dan
tanda baca.
Menguasai aturan penulisan:
1. Tidak terdapat kesalahan ejaan 2. Tanda bacanya
sudah baik 3. Makna
tersampaikan dengan baik.
Hanya memuat
dua subaspek namun
fungsional
Hanya memuat
satu subaspek namun
fungsional
Tidak memuat
subaspek
(Diadaptasi dari Tresna, 2012: 75-78)
Hasil penilaian dihitung dengan rumus:
[image:35.595.108.518.81.360.2]Pada tahap selanjutnya, nilai yang telah diperoleh dikategorikan berdasarkan tabel kategori penilaian tes keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi.
Tabel 3.5
Kategori Penilaian Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi
No. Kategori Nilai
1. Sangat Baik 86-100
2. Baik 76-85
3. Cukup 61-75
4. Kurang 41-60
5. Sangat Kurang 0-40
3.5.2 Observasi
Instrumen observasi dalam penelitian ini berupa lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Observasi dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh informasi mengenai sikap dan perilaku siswa dan guru, kegiatan yang dilakukan, tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan, dan hasil yang diperoleh dari kegiatan yang telah dilakukan. Observasi ini dilakukan oleh observer atau pengamat untuk mengamati dan menilai kegiatan belajar mengajar menggunakan metode peta pikiran dengan media video wawancara dalam pembelajaran
mengubag teks wawancara menjadi narasi kelas VII SMP Negeri 44 Bandung tahun ajara 2014/2015. Observer mengisi lembar observasi dengan memberikan catatan pada kolom-kolom yang telah disediakan. Pengisian catatan ini berdasarkan kondisi yang nyata dan faktual yang terjadi saat proses belajar-mengajar.
[image:36.595.163.460.84.148.2]3.5.2.1 Lembar Observasi Aktifitas Guru
Tabel 3.6
Format Observasi Aktivitas Guru
Berilah tanda (√) pada salah satu kolom untuk setiap pernyataan yang sesuai dengan pendapat Anda.
No Aktivitas yang diamati
Penilaian
1
Penerapan Metode Peta Pikiran dengan Media Video Wawancara
a. Guru menyajikan video wawancara untuk meningkatkan imajinasi dan semangat siswa dalam pembelajaran b. Guru memberikan contoh pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi menggunakan metode peta pikiran dengan media video wawancara berdasarkan contoh video yang telah diperlihatkan sebelumnya
c. Guru meminta siswa untuk mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan metode peta pikiran dengan media video wawancara
d. Guru melakukan demonstrasi untuk membuat peta pikiran
e. Guru menempatkan gambar di tengah. Gambar tersebut diganti dengan nama (tema) dari beberapa hal-hal penting
video yang diperlihatkan.
f. Guru membuat cabang-cabang yang
akan dihubungkan ke pusat (tema). Cabang-cabang tersebut diarahkan dengan garis lengkung.
[image:37.595.112.511.78.708.2]h. Guru memberikan pertanyaan untuk menentukan kata-kata kunci tersebut
bersama-sama. Kata-kata tersebut sesuai dengan video wawancara yang telah ditayangkan
i. Guru mengajak siswa untuk merangkai kalimat sesuai dengan turunan yang telah ditentukan sebelumnya. Rangkaian tersebut berbentuk sebuah teks narasi hasil karya siswa.
Bandung, ...
Observer
[image:38.595.114.513.85.299.2]3.5.2.2 Lembar Observasi Aktifitas Siswa
Tabel 3.7
Format Observasi Aktivitas Siswa
Berilah tanda (√) pada salah satu kolom untuk setiap pernyataan yang sesuai dengan pendapat Anda.
No Aspek yang diobservasi Ya Tidak Keterangan
1
Kegiatan pembelajaran dmengguanakan metode peta pikiran dengan media video wawancara
b. Siswa menyimak pembelajaran mengubah teks wawancara
menjdi narasi.
c. Siswa melihat beberapa video yang disajikan guru
d. Siswa menyimak penjelasan mengenai pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi menggunakan metode peta pikiran dengan media video wawancara
e. Siswa melihat kembali tayangan video yang ditayangkan gur
f. Siswa mengubah teks wawancara menjadi narsai menggunakan metode peta pikiran dengan media video wawancara
g. Siswa membuat peta pikiran terlebih dahulu
h. Siswa menempatkan gambar di
tengah Gambar tersebut diganti dengan nama (tema) dari beberapa gambar yang diperihatkan.
[image:39.595.109.516.78.722.2]Bandung,...
Observer
3.5.3 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi pokok pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasai dan video wawancara pentingnya pendidikan. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ini berisikan pedoman pembelajaran yang di dalamnya terdapat langkah-langkah pembelajaran yang dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses pembelajaran yang akan berlangsung. Sementara itu, video
lengkung.
j. Siswa menentukan kata-kata kunci pada setiap garis yang tepat sesuai gambar sebagai kata-kata turunan dari pusat (tema).
k. Siswa menentukan kata-kata kunci tersebut secara bersama-sama. Kata-kata kunci tersebut sesuai dengan video wawancara yang telah diperlihatkan.
wawancara pentingnya pendidikan digunakan sebagai media pembelajaran dalam penelitian ini. Rencana Pelakasanaan Pembelajaran pada penelitian ini terdiri dari dua, RPP kelas eksperimen dan RPP kelas kontrol. Adapun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP KELAS EKSPERIMEN)
Sekolah : SMP Negeri 44 Bandung Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII Alokasi Waktu : 4 x 40
A. Standar Kompetensi
12. mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat.
B. Kompetensi Dasar
12.1 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung.
C. Indikator
Mampu mengidentifikasi hal-hal penting dalam wawancara.
Mampu menemukan perbedaan kaliamt langsung dan tak langsung.
Mampu mengubah wawancara menjadi narasi dengan emnggunakan kalimat efektif.
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu menemukan perbedaan kaliamt langsung dan tak langsung.
Peserta didik mampu mengubah wawancara menjadi narasi dengan emnggunakan kalimat efektif.
E. Materi Pembelajatan
Mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan memaparkan suatu dialog dalam bentuk tulisan. Pada wawancara biasanya kalimat yang diujarkan merupakan kalimat langsung. Ditinjau dari penggunaan ujarannya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat langsung dan kalimat tidak langsung.Kalimat langsung adalah kalimat yang diucapkan dalam ujaran langsung. Kalimat ini ditandai dengan ciri tanda koma (,) atau tanda titik dua (:) dan sebelum ujaran langsung terdapat tanda petik ganda (“...”) di antara ujaran langsung.
Ciri-ciri kalimat langsung diantaranya:
1. Kalimat langsung ditulis di antara tanda petik (“...”). 2. Kalimat langsung ditulis dengan tanda titik dua (:)
3. Huruf pertama pada petikan langsung ditulis dengan menggunakan huruf kapital.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
5. Bagian pengiring dan petikan langsung dipisahkan dengan tanda koma (,)
Contoh kalimat langsung:
Evy S : “Mengapa cabai ini disebut sebagai cabai kathur, Pak?”
Sartono : “Karena buahnya tumbuh menjulang menantang langit (ngathur, Jawa, red).”
Sartono mengatakan bahwa cabai ini disebut sebagai cabai kathur karena buahnya tumbuh menjulang menantang langit (ngathur, Jawa, red).
Perlu dicermati lagi, bahwa wawancara biasanya berupa kalimat langsung. Jika dinarasikan maka kalian harus mengubah kalimat tersebut menjadi tidak langsung. Cara mengubah teks wawancara menjadi narasi
Membaca teks wawancara atau menonton video wawancara dengan cermat. Mencatat pokok-pokok masalah dalam teks wawancara.
Mengubah pokok-pokok masalah dalam bentuk kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung
Merangkai pokok-pokok masalah itu menjadi sebuah narasi yang utuh.
F. Metode Pembelajaran Peta Pikiran (Mind Mapping) 1. Metode peta pikiran 2. Tanya jawab
3. Penugasan
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
A.Pendahuluan 1. Peserta didik menjawab sapaan pendidik, berdoa, dan mengondisikan diri siap belajar. 2. Pendidik menyampaikan kaitan materi
pelajaran sebelumnya dengan materi yang akan berlangsung tentang wawancara.
3. Pendidik menyampaikan kompetensi dasar dan
tujuan pembelajaran.
4. Pendidik memberikan satu buah video wawancara.
5. Pendidik menugaskan siswa secara mandiri untuk menarasikan video wawancara yang telah
disimak sebagai salah satu test awal untuk mengetahui kemampuan siswa.
B.Inti 1. Siswa diberi penjelasan mengenai materi apa
yang akan disampaikan dan tujuan pembelajaran.
2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jawab kembali kepada guru dan guru menjelaskan
kembali mengenai gambar yang diperlihatkan serta kaitannya dengan materi.
3. Kepada siswa diperlihatkan beberapa gambaran yang berhubungan dengan wawancara.
[image:44.595.131.530.83.748.2]4. Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai pengalaman siswa yang berkaitan dengan gambar yang diperlihatkan.
5. Siswa diajak untuk membuat peta pikiran terlebih dahulu.
6. Siswa diajak untuk menempatkan gambar di tengah. Gambar tersebut diganti dengan nama (tema) dari beberapa gambar yang diperihatkan.
7. Siswa diarahkan membuat cabang-cabang yang akan dihubungkan ke pusat (tema). Cabang-cabang tersebut diarahkan dengan garis lengkung.
8. Siswa diarahkan untuk menentukan kata-kata kunci pada setiap garis yang tepat sesuai
gambar sebagai kata-kata turunan dari pusat (tema).
9. Siswa diberi pertanyaan untuk menentukan kata-kata kunci tersebut secara bersama-sama. Kata-kata kunci tersebut sesuai dengan
wawancara.
10.Siswa diminta untuk merangkai kalimat yang
sesuai dengan turunan yang telah dibuat sebelumnya. Rangkaian tersebut berbentuk sebuah teks narasi hasil karya siswa.
11.Kepada siswa diperlihatkan video dengan tema ”kegiatan cocok tanam di sekolah” yang dikaitkan dengan pengalaman siswa yang mungkin pernah mereka dengar, saksikan dan bahkan alami.
12.Siswa diminta untuk menulis narasi berdasarkan video tersebut.
13.Siswa diajak untuk membuat peta pikiran terlebih dahulu.
14.Siswa diajak untuk menempatkan gambar di tengah. Gambar tersebut diganti dengan nama (tema) dari beberapa gambar yang diperihatkan.
15.Siswa diarahkan membuat cabang-cabang yang akan dihubungkan ke pusat (tema). Cabang-cabang tersebut diarahkan dengan garis
lengkung.
16.Siswa diarahkan untuk menentukan kata-kata kunci pada setiap garis yang tepat sebagai kata-kata turunan dari pusat (tema).
17.Siswa diberi pertanyaan untuk menentukan kata-kata kunci tersebut secara bersama-sama. Kata-kata kunci tersebut sesuai dengan video wawancara.
Rangkaian tersebut berbentuk teks narasi hasil karya siswa.
C.Penutup 1. Siswa diajak bersama – sama untuk menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari.
2. Siswa saling memberikan umpan balik hasil
evaluasi pembelajaran yang telah dicapai.
10 menit
Pertemuan Ke-2
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
A. Pendahuluan 1. Siswa menjawab sapaan guru, berdoa, dan mengondisikan diri siap belajar.
2. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai materi yang akan di pelajari.
10 menit
B.Inti 1. Siswa diberikan video wawancara
dengan tema anak prestasi
2. Siswa diberi pertanyaan mengenai beberapa gambar video yang dimungkinkan pernah lihat pada kehidupan nyata.
3. Siswa diminta untuk membuat sebuah narasi berdasarkan video tersebut.
Siswa diajak untuk membuat peta pikiran terlebih dahulu secara berkelompok.
4. Siswa diajak untuk menempatkan gambar di tengah. Gambar tersebut diganti dengan nama (tema) dari beberapa gambar yang diperihatkan.
5. Siswa diarahkan membuat cabang-cabang yang akan dihubungkan ke pusat (tema).
[image:46.595.125.535.90.734.2]Cabang-cabang tersebut diarahkan dengan garis lengkung.
6. Siswa diarahkan untuk menentukan kata-kata kunci pada setiap garis yang tepat sesuai gambar sebagai kata-kata turunan dari pusat (tema).
7. Siswa diberi pertanyaan untuk menentukan kata-kata kunci tersebut secara bersama-sama. Kata-kata kunci tersebut sesuai dengan video wawancara..
8. Secara mandiri siswa diminta untuk merangkai kata-kata sesuai turunan yang telah ditentukan sebelumnya bersama kelompok masing-masing. Rangkaian tersebut berbentuk sebuah teks narasi hasil karya siswa.
6. Penutup 1. Guru dan siswa bersama – sama menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari.
2. Siswa saling memberikan umpan balik hasil evaluasi pembelajaran yang telah dicapai.
10 menit
H. Sumber/Bahan/Alat Pembelajaran Sumber dan Bahan Pembelajaran:
Buku pelajaran bahasa Indonesia kelas VII
Maryati & Sutopo. (2008). Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/Mts Kelas
VII. Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Annindyarini & Ningsih. (2008). Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/Mts
Kelas VII. Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Laptop; LCD;
Power point menarasikan wawancara;
Video wawancara Kick Andy tentang Pentingnya Pendidikan.
F. Penilaian Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Teknik Penilaian Bentuk
Penilaian Instrumen
Peserta didik mampu
mengidentifikasi unsur-unsur wawancara.
Peserta didik mampu
menemukan
perbedaan kaliamt langsung dan tak langsung. Tes Tes Tes tertulis Tes tertulis
1. Tuliskan lima hal penting dalam kalimat langsung yang disampaikan narasumber dalam video wawancara
kick andy
pentingnya pendidikan?
Hasil penilaian dihitung dengan rumus:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP KELAS KONTROL)
Sekolah : SMP Negeri 44 Bandung Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII Alokasi Waktu : 4 x 40
A. Standar Kompetensi
12. mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat.
B. Kompetensi Dasar
12.2 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung.
Peserta didik mampu mengubah wawancara menjadi narasi dengan emnggunakan kalimat efektif.
Tes
Tes tertulis
langsung?
3. Tuangkan isi wawancara yang
kalian simak ke dalam bentuk narasi?
C. Indikator
Mampu mengidentifikasi hal-hal penting dalam wawancara.
Mampu menemukan perbedaan kaliamt langsung dan tak langsung.
Mampu mengubah wawancara menjadi narasi dengan emnggunakan kalimat efektif.
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu mengidentifikasi hal-hal penting dalam wawancara. Peserta didik mampu menemukan perbedaan kaliamt langsung dan tak
langsung.
Peserta didik mampu mengubah wawancara menjadi narasi dengan emnggunakan kalimat efektif.
E. Materi Pembelajatan
Mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan memaparkan suatu dialog dalam bentuk tulisan. Pada wawancara biasanya kalimat yang diujarkan merupakan kalimat langsung. Ditinjau dari penggunaan ujarannya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat langsung dan kalimat tidak langsung.
Kalimat langsung adalah kalimat yang diucapkan dalam ujaran langsung. Kalimat ini ditandai dengan ciri tanda koma (,) atau tanda titik dua (:) dan sebelum ujaran langsung terdapat tanda petik ganda (“...”) di antara ujaran langsung. Ciri-ciri kalimat langsung diantaranya:
1. Kalimat langsung ditulis di antara tanda petik (“...”). 2. Kalimat langsung ditulis dengan tanda titik dua (:)
3. Huruf pertama pada petikan langsung ditulis dengan menggunakan huruf kapital.
5. Bagian pengiring dan petikan langsung dipisahkan dengan tanda koma (,)
Contoh kalimat langsung:
Evy S : “Mengapa cabai ini disebut sebagai cabai kathur, Pak?”
Sartono : “Karena buahnya tumbuh menjulang menantang langit (ngathur, Jawa, red).”
Kalimat tidak langsung merupakan kalimat yang diucapkan dalam ujaran tidak langsung. Kalimat ini ditandai dengan kata bahwa untuk menggantikan tanda koma (,) dan tanda titik dua (:) serta petik ganda (“...”) yang mengapit ujaran langsung.
Contoh kalimat tidak langsung:
Sartono mengatakan bahwa cabai ini disebut sebagai cabai kathur karena buahnya tumbuh menjulang menantang langit (ngathur, Jawa, red).
Perlu dicermati lagi, bahwa wawancara biasanya berupa kalimat langsung. Jika dinarasikan maka kalian harus mengubah kalimat tersebut menjadi tidak
langsung. Cara mengubah teks wawancara menjadi narasi
Membaca teks wawancara atau menonton video wawancara dengan cermat.
Mencatat pokok-pokok masalah dalam teks wawancara.
Mengubah pokok-pokok masalah dalam bentuk kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung
Merangkai pokok-pokok masalah itu menjadi sebuah narasi yang utuh.
Kalimat Langsung Kalimat Tidak Langsung
Bu Salim : “Halim tolong sampaikan kepada Andi besok ibu tidak bisa menajar karena besok ibu akan pergi ke
Bu Salim berkata pada Halim bahwa
jakarta.”
Halim : “Baiklah bu nanti akan saya sampaikan.”
Andi menjawab pesan bu salim bahwa ia akan menyampaikannya pada Andi.
Contoh menarasikan wawancara:
Wartawan : “Wah hebat! Adik telah berhasil menjadi juara pertama Olimpiade Matematika.”
Pelajar : “ Terima Kasih.”
Wartawan : “ Berapa lama Adik mempersiapkannya?”
Pelajar : “ Yah, kira-kira satu tahun.”
Jika diubah menjadi narasi akan seperti ini!
E. Metode Pembelajaran Terlangsung
Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini yaitu metode tanya jawab dan demontrasi. Metode Tanya jawab adalah metode yang melibatkan peserta didik untuk aktif berbicara dengan menjawab pertanyaan dari pendidik. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan sesuatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2000). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu Seorang pelajar telah berhasil menjadi juara pertama Olimpiade Matematika. Persiapan yang dibutuhkan untuk mengikuti lomba tersebut adalah selama satu
A. Pendahuluan 7. Peserta didik menjawab sapaan pendidik, berdoa, dan mengondisikan diri siap belajar. 8. Pendidik menyampaikan kaitan materi
pelajaran sebelumnya dengan materi yang akan berlangsung.
9. Pendidik menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.
10.Pendidik menyampaikan pokok-pokok/ cakupan materi pembelajaran.
11.Pendidik bertanya jawab tentang kalimat langsung dan tak langsung.
10 menit
B.Inti 1. Salah satu peserta didik membacakan teks wawancara di depan kelas.
2. Pendidik bertanya jawab dengan peserta didik tentang teks wawancara tersebut.
3. Pendidik dan peserta didik bersama-sama mengidentifikasi kalimat langsung yang terdapat dalam teks wawancara.
4. Pendidik menjelaskan materi tentang kalimat langsung dan tak langsung.
5. Peserta didik mengubah kalimat langsung yang telah diidentifikasi menjadi kalimat tak langsung.
6. Pendidik membimbing peserta didik untuk mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.
7. Beberapa peserta didik bersama-sama menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis. 8. Pendidik dan peserta didik bersama-sama
mengoreksi pekerjaan yang telah ditulis di papan tulis.
60 menit
C.Penutup a. Pendidik dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari.
b. Pendidik dan peserta didik melakukan refleksi pembelajaran.
c. Peserta didik ditugaskan untuk mengubah kalimat langsung dalam wawancara menjadi kalimat tak langsung.
Pertemuan Kedua
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu A.Pendahuluan 1. Peserta didik menjawab sapaan pendidik,
berdoa, dan mengondisikan diri siap belajar. 2. Pendidik bertanya jawab mengenai tugas yang
diberikan pada pertemuan sebelumnya.
10 menit
B.Inti 1. Pendidik menjelaskan tentang narasi.
2. Pendidik mencontohkan cara mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi.
3. Pendidik menayangkan sebuah video wawancara.
4. Pendidik menampilkan teks wawancara dari video tersebut.
5. Peserta didik mengubah teks wawancara tersebut menjadi bentuk narasi berdasarkan perubahan kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.
60 menit
C.Penutup 1. Pendidik dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari.
2. Pendidik dan peserta didik melakukan refleksi pembelajaran.
10 menit
G. Sumber/Bahan/Alat Pembelajaran Sumber dan Bahan Pembelajaran:
Buku pelajaran bahasa Indonesia kelas VII
Maryati & Sutopo. (2008). Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/Mts Kelas
VII. Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Annindyarini & Ningsih. (2008). Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/Mts
Kelas VII. Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Media/Alat Pembelajaran: Laptop;
.
3.6Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan mengguanakan teknik pengolahan data kuantitatif. Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data penelitian telah terkumpul. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik (Sugiyono, 2013: 207).
Data yang diolah merupakan data yang telah terkumpul dari hasil pretest dan postest mengunah teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan metode peta pikiran. Data yang telah diperoleh dari hasil pretest dan posttest ini akan di analisis dan digunakan penulis untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah. Teknik pengolahan data ini dilakuakan untuk mengubah data mentah menjadi data yang lebih spesifik.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Menilai dan menganalisis data tes awal dan akhir. Langkah-langkah analisis datanya adalah sebagai berikut.
a. Menganalisis hasil tulisan siswa.
b. Menentukan skor tes awal dan tes akhir, kemudian menentukan nilai dengan rumus:
Nilai skor =
c. Mendeskripsikan hasil tes awal dan tes akhir. 2) Uji reliabilitas antarpenimbang
Hasil analisis data dilakukan oleh tiga orang penimbang. Uji reliabilitas dilakukan untuk menghindari adanya penilaian secara subjektif. Untuk mengetahui ketepatan analisis data yang dilakukan oleh tiga penimbang tersebut, dilakukan uji sebagai berikut.
∑dt2
SSt∑dt2
= jumlah kuadrat siswa
SSp∑d2
p = jumlah kuadrat penguji/penimbang
SStot∑p2
t = jumlah kuadrat total
SSkk∑d2
kk = jumlah kuadrat kekeliruan
Setelah itu, hasil data-data dimasukkan ke dalam format ANAVA. Reliabilitas antar penimbang dilakukan dengan rumus berikut.
[image:56.595.144.418.78.465.2]Kemudian nilai dicocokkan dengan tabel Guilford berikut.
Tabel 3.8
Tingkat Korelasi Guiltford
Interval Koefisien Tingkat Korelasi
˂ 0,20 tidak ada korelasi
0,20 – 0,40 korelasi rendah
0,40 – 0,60 korelasi sedang
0,80 – 0,90 korelasi tinggi sekali
1,00 korelasi sempurna
(Subana, dkk, 2005 : 104) 3) Mengukur indeks gain. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan dari perlakuan pembelajaran di kelas ekperimen dan kelas kontrol. Indeks gain dihitung dengan rumus.
[image:57.595.148.494.83.128.2]Indeks Gain =
Tabel 3.9
Kriteria Indeks Gain
Indeks Gain Kriteria
Indeks gain ˂ 0,30 Rendah 0, 30 ≤ Indeks gain ≤ 0,70 Sedang Indeks gain ≥ 0,70 Tinggi
4) Melakukan uji normalitas nilai tes awal dan tes akhir menulis teks prosedur kompleks peserta didik. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi nilai tes awal dan tes akhir. Uji normalitas dicari menggunakan rumus Chi kuadrat (x2) dengan kriteria distribusi nilai normal
apabila x2 hitung < x2tabel.. Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah uji normalitas menggunakan rumus Chi kuadrat (Sugiyono, 2013, hlm. 241). a) Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya; b) Menentukan jumlah kelas interval;
c) Menentukan panjang kelas interval (p), dengan rumus (data terbesar – data terkecil) dibagi dengan jumlah kelas interval;
d) Menyusun ke dalam distribusi tabel frekuensi, sekaligus merupakan tabel
penolong untuk menghitung harga Chi kuadrat;
[image:57.595.148.485.240.396.2]f) Memasukkan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung
harga-harga (fo - fh) dan kemudian menjumlahkannya. Harga
adalah harga Chi Kuadrat (x2).
Keterangan:
fo = Frekuensi observasi atau pengamatan fh = Frekuensi ekspektasi (yang diharapkan)
5) Melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogenitas variasi populasi sampel. Dapat dicari dengan rumus:
F =
Keterangan:
Fhitung = nilai yang dicari Vb = varian terbesar Vk = varian terkecil
Jika Fhitung < Ftabel, maka dapat dikatakan variasi homogen, namun apabila Fhitung > Ftabel, maka variasi tidak homogen.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, pembahasan, dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1) Kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada tes awal di kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan berupa penerapan metode peta pikiran memperoleh nilai rata-rata 63 dengan kategori cukup. Sementara itu, pembelajaran siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada saat tes akhir di kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa penerapan metode peta pikirang dengan media video wawancara memperoleh nilai rata-rata 83 dengan kategori baik. Nilai tersebut menunjukkan terdapatnya perbedaan yang signifikan pada pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa penerapan metode peta pikiran dengan media video wawancara pada siswa
kelas eksperimen.
2) Kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada pada tes awal di kelas kontrol sebelum diberi perlakuan berupa penerapan pendekatan konvensional memperoleh nilai rata-rata 60 dengan kategori cukup. Sementara itu, kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada tes akhir di kelas kontrol setelah diberikan perlakuan berupa penerapan pendekatan konvensional memperoleh nilai rata-rata 73 dengan kategori cukup. Namun, peningkatan tersebut tidak signifikan seperti pada kelas eksperimen.
microscop exel, peneliti menemukan bahwa data berdistribusi normal dan
memeerlukan pengujian hipotesis parametrik (uji-t). Dari hasil pengujian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan mengubah teks wawancara menjadi narasi siswa pada tes awal dan kemampuan menulis puisi siswa pada tes akhir.
5.2Implikasi dan Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan dan simpulan yang telah dipaparkan, maka peneliti memiliki beberapa daran sebagai berikut.
1) Hasil pada penelitian ini memberikan gambaran bahwa metode peta pikiran dengan media video wawancara terbukti efektif meningkatkan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa setelah diterapkannya metode peta pikiran. Oleh karena itu, metode peta pikiran dengan media video wawancara ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi. 2) Metode peta pikiran dapat mengaktifkan siswa, menegemas pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Annindyarin dan Ningsih. (2008). Bahasa indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Akhadiah, Sabati, dkk. (1988). Pembinaan kemampuan menulis bahasa
indonesia. Jakarta: Erlangga
Buzan, Tony. (2007). Buku pintar mind map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Bonar, S.K. (1987). Teknik wawancara. Jakarta: Bina Aksara
Hariningsih, Dwi, dkk. (2008). Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Heriawan, Adang d.k.k. (2012). Metodologi pembelajaran kajian teoretis praktis. Banten: LP3G
Keraf, Gorys. (2004). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Kosasih dan Restuti. (2013). Mandiri bahasa indonesia. Bandung: Erlangga
Kustandi, dan Sujipto. (2013). Media pembelajaran manual dan digital. Bogor:
Ghalia Indonesia
Lestari, Ragil Lia. (2012). “Penerapan Model Proyek Respons Kreatif dalam
Pembelajaran Menulis Paragraf Deskripsi (Studi Eksperimen Semu pada
Siswa Kelas X SMAN 1 Cibadak