PENGARUH LATAR BELAKANG PESERTA DAN PELATIHAN KOMPUTER DESAIN GRAFIS TERHADAP
KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA PELATIHAN DI LKP CITRA SARANA BAHASA DAN INFORMATIKA
KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gerlar Sarjana Pendidikan Pada Departemen Pendidikan Luar Sekolah
Oleh: Indra Hendiyana
1000600
DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA PELATIHAN DI LKP CITRA SARANA BAHASA DAN INFORMATIKA
KOTA BANDUNG
Oleh.
Indra Hendiyana
1000600
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Luar Sekolah
© Indra Hendiyana 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian,
Komputer Desain Grafis Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Pelatihan Di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika Kota Bandung
Saat ini, tuntutan untuk memiliki kompetensi yang tinggi menjadi suatu tantangan dalam mengahadapi persaingan global. Permasalah tersebut menuntut peserta pelatihan untuk terus mengembangkan diri dan berinovasi yang kemudian akan membantu peserta pelatihan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Kemandirian belajar ini dirasa sangat penting, karena pada dasarnya orang yang mandiri adalah orang yang mampu menghadapi situasi dilingkungannya. Kemandirian belajar merupakan outcome yang ingin dimunculkan dalam pelatihan. Pentingnya kemandirian dalam belajar diharapkan dapat menjadi pendorong bagi individu tersebut untuk selalu berkembang dan mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Kemandirian belajar yang dikaji adalah kondisi peserta pelatihan yang selalu mengembangkan dirinya malalui aktivitas belajar yang dilakukan setelah mengikuti pelatihan komputer desain grafis di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika. Kemandirian belajar ini bisa peserta dapatkan melalui proses pembelajaran yang dikembangkan melalui tahapan-tahapan dalam pelatihan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Pengaruh latar belakang peserta terhadap kemandirian belajar peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika Kota Bandung, 2) Pengaruh pelatihan komputer desain grafis terhadap kemandirian belajar peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika Kota Bandung, dan 3) Pengaruh latar belakang peserta & pelatihan komputer desain grafis terhadap kemandirian belajar peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Populasi dari penelitian ini adalah peserta pelatihan komputer desain grafis dengan sampel 20 orang menggunakan teknik sampel jenuh. Berdasarkan hasil penelitian diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Latar belakang peserta berpengaruh terhadap kemandirian belajar namun tidak signifikan, 2) Pelatihan komputer desain grafis memiliki pengaruh yang signifikan dalam mendorong terciptanya kemandirian belajar, 3) Latar belakang dan pelatihan komputer desain grafis, secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan dalam mendorong terciptanya kemandirian belajar peserta pelatihan.
Kata Kunci: Latar Belakang Peserta, Pelatihan Komputer Desain Grafis,
Indra Hendiyana (1000600), Influence of Participants Background and Graphic Design Computer Training Against Training Participant’s Self-Directed In Learning at LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika Kota Bandung
Currently, the demand to have high competence is being a challenge in facing global competition. These problems require trainees to continue developing themselves and innovate which then will assist the trainee in solving the problems
they’re facing. Self-Directed In Learning is considered very important, because basically an independent person is the one who is able to deal with situations in their environment. Self-Directed In Learning is the outcome which wanted to be appeared in the training. The importance of independency in studying is expected to be the driving force for such individuals to always evolving and able to adapt to the progress of time. Self-Directed In Learning studied is the condition of trainees which is always develop itself through learning activities undertaken after graphic design computer training at LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika. This Self-Directed In Learning can the participants get through the learning process that was developed through the stages in training. The aim of this study was to determine 1) Effect of participants’ background towards self-Directed In Learning of trainee at LKP Citra Sarana Language & Information Technology Bandung, 2) Effect of graphic design computer
training to trainee’s Self-Directed In Learning at LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika Bandung, and 3) Effect of participants’ background and graphic design computer training against self-Directed In Learning of trainee at LKP Citra Sarana Informatika Language and Bandung. This research uses descriptive method with quantitative approach. The technique of collecting data is using questionnaires. Population of this study is the trainee of graphic design computer training with a sample of 40 people using saturated sampling techniques. Based on the results of the study can be concluded as follows: 1) background of the participants affected the independence of the study but not significant, 2) Graphic design computer training has a significant influence in encouraging the creation of self-Directed In Learning, 3) Background and graphic design computer training, collectively has a significant influence in encouraging the creation of participants’ self-Directed In Learning.
Keywords: Participant Background, Graphic Design Computer Training,
LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix`
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 5
C. Batasan Masalah... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pelatihan ... 9
1. Pengertian Pelatihan ... 9
2. Tujuan Pelatihan... 10
3. Manfaat Pelatihan... 11
4. Prinsip-Prinsip Pelatihan ... 12
5. Manajemen Pelatihan ... 13
B. Konsep Kemandirian Belajar ... 20
1. Batasan Kemandirian Belajar ... 22
2. Ciri-Ciri Kemandirian Belajar... 20
3. Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar ... 23
4. Dimensi Kemandirian Belajar ... 24
C. Kerangka Pemikiran ... 26
D. Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 30
B. Partisipan ... 31
C. Populasi dan Sampel ... 31
A. Temuan Hasil Penelitian ... 48
1. Profil Lembaga dan Pelatihan Komputer Desain Grafis ... 48
2. Analisi Data ... 49
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 85
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... xi
LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk
relatif lebih banyak dibandingkan dengan Negara berkembang lainnya. BPS
mencatat bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai
245.546.712 jiwa dan merupakan negara ke-4 yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak setelah Amerika Serikat, India dan China (sumber:www.BPS.co.id).
Hampir 44.98% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan penduduk usia
produktif. Seiring dengan semakin banyaknya jumlah pendukuk usia produktif,
kemampuan yang dimiliki tidak diiringi dengan kemampuan pengembangan diri
dalam rangka memenuhi kebutuhan masa mendatang. Hal tersebut yang
mendasari terjadinya masalah-masalah sosial ekonomi seperti pengangguran.
Pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang secara
aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya (Sukirno, 2004, hlm.28).
Pengangguran merupakan masalah yang kompleks yang mendasari terjadinya
masalah sosial ekonomi lain seperti kriminalitas, kemiskinan, rendahnya tingkat
pendidikan dan lain-lain, sehingga penyelesaian masalah ini haruslah
multi-disiplin dan multi pendekatan.
Pendidikan dianggap sebagai hal yang mendasar dan paling strategis dalam
memecahkan permasalahan yang ada. Melalui pendidikan, individu diharapkan
dapat membangun sikap, kompetensi, dan keterampilan untuk menjadi landasan
dalam melaksanakan aktivitas tertentu. Dalam buku undang-undang Sisdiknas No.
20 Tahun 2003 (2013, hlm.3) dijelaskan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia
Makna yang terkandung dalam pengertian pendidikan tersebut adalah bahwa
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, pelaksanaan pendidikan harus
direncanakan secara matang agar peningkatan potensi peserta didik dapat
dilakukan.
Bukan menjadi rahasia bahwasanya pendidikan di Indonesia belum mampu
mencetak manusia-manusia unggul yang siap untuk terjun ke kehidupan yang
selanjutnya. Sistem pendidikan yang dibuat, terutama dalam bidang pendidikan
formal hanya terbatas pada pengembangan pengetahuan dan peningkatan
wawasan, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan masa mendatang individu harus
memiliki keterampilan-keterampilan khusus yang menjadi bekal dalam
menghadapi tuntutan masa depan.
Pelatihan merupakan jawaban yang paling tepat untuk mendukung
ketercapaian tujuan dimasa depan. Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan
yang mampu memberikan sumbangsih bagi ketercapaian tujuan pendidikan.
Pelatihan dianggap mampu memberikan kecakapan-kecapakan praktis, karena
memiliki banyak kelebihan seperti muatan pembelajaran yang terkandung
terfokus pada keterampilan atau kompetensi yang ingin dimiliki, waktu
pembelajaran relatif singkat dan lain sebagainya. Hal tersebut dipertegas oleh
Edwin B. Flippo (1971) (dalam Kamil, 2010, hlm. 3) menjelaskan bahwa
“training is the act of increasing the knowledge and skill of an employee for doing a particular job” yang artinya adalah pelatihan merupakan tindakan untuk
meningkatkan keterampilan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.
Karena pelatihan yang baik adalah pelatihan yang mampu mencapai tujuan
yang telah dirumuskan, maka dalam mencapai tujuan pelatihan tersebut, perlu ada
prosedur yang sistematis. Prosedur sistematis yang dimaksud dalam hal ini adalah
manajemen atau pengelolaan pelatihan.
Pengelolaan atau manajemen pelatihan yang baik diharapkan akan mampu
mendorong tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. Prosedur atau pengelolaan
pelatihan dirancang sedemikian rupa, dan disesuaikan agar hasil yang diharapkan
mudah untuk dicapai. Keberhasilan pelatihan dirasa maksimal, apabila memberi
sebuah dorongan yang akan mengakomodir peserta pelatihan untuk terus
melakukan pengembangan diri. Pengembangan diri ini dapat diciptakan melalui
proses pembelajaran terstruktur yang diberikan oleh pengelola dan pembelajaran
Kemampuan peserta untuk terus dapat mengembangan diri dan potensi
dirinya dalam bidang yang telah dilatih melalui aktivitas belajar adalah outcome
yang ingin dimunculkan agar peserta tersebut mampu mengembangkan potensi
diri secara mandiri. Untuk mewujudkannya perlu adanya sikap dalam diri peserta
untuk kembali mengembangkan kompetensi yang dimilikinya dengan melakukan
pembelajaran tidak terstruktur yang dilakukan sendiri oleh peserta dalam bentuk
kemandirian belajar.
Menurut Masrun (1986) (dalam Avan, 2010) kemandirian adalah suatu
sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu
atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang
lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu
mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh
kepuasan dari usahanya. Sedangkan Djamarah (2002, hlm.13) menjelaskan bahwa
belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar merupakan
aktifitas pembelajaran yang dilakukan individu berdasarkan dorongan individu itu
sendiri tanpa bantuan orang lain dalam upaya meningkatkan kemampuannya
untuk penyelesaian suatu tugas dan tuntutan masa depan. Hal ini serupa dengan
apa yang dipaparkan oleh Dimyanti (2006) yang menjelaskan bahwa
“Kemandirian belajar dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan berlangsungnya
lebih didorong atas kemauan diri sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawabnya
sendiri dari pembelajar”.
Saat ini, tuntutan untuk memiliki kompetensi yang tinggi menjadi suatu
tantangan tersendiri dalam mengahadapi persaingan global. Permasalahan tersebut
menuntut peserta pelatihan untuk terus mengembagkan diri dan berinovasi yang
kemudian akan membantu peserta pelatihan dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapinya dengan penuh tanggung jawab. Kemandirian belajar ini dirasa
sangat penting, karena pada dasarnya orang yang mandiri adalah orang yang
akan mampu berfikir dan bertindak sendiri. Mu’tadin (2002) (dalam Pantau, 2015,
hlm.72)
Orang yang memiliki kemampuan tersebut akan mampu mengarahkan
dirinya untuk selalu mengembangkan diri dan potensi diri. Proses kemandirian
belajar ini bisa peserta dapatkan melalui aktivitas belajar yang kemudian
dikembangkan agar kemampuan atau kompetensi yang dimiliki meningkat.
Dengan adanya kemandirian belajar diharapkan akan berpengaruh kepada
peningkatan kompetensi yang dimiliki peserta. Perlunya pengembangan dalam
kemandirian belajar pada individu didukung oleh beberapa hasil studi temuan
antara lain adalah: Individu yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi
cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur
belajarnya secara efektif; menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya;
mengatur belajar dan waktu secara efisien, dan memperoleh skor yang tinggi
dalam sains. (Hargis, dalam Sumarmo 2010).
Kemandirian belajar merupakan outcome yang ingin dimunculkan dalam
pelatihan. Pentingnya kemandirian belajar yang dimunculkan ini diharapkan dapat
menjadi pendorong bagi individu tersebut untuk selalu berkembang dan mampu
menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Kemandirian belajar yang dikaji
adalah kondisi peserta pelatihan yang selalu mengembangkan dirinya malalui
aktivitas belajar mandiri yang dilakukan setelah mengikuti pelatihan komputer
desain grafis di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika yang merupakan dampak
yang dihasilkan dari pelatihan tersebut.
Berdasarkan studi pendahuluan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika
dalam pelaksanaan pelatihan desain grafis, LKP Citra Sarana Bahasa &
Informatika merupakan lembaga pelatihan yang memiliki kualitas dalam proses
penyelenggaraan pelatihan. Pelatihan yang dilaksanakan di LKP Citra Sarana
Bahasa & Informatika, dilakukan dengan kaidah dan prosedur pelatihan pada
umumnya. Prosedur tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
sebagi tolak ukur keberhasilan suatu pelatihan. Tujuan yang diharapkan dari
pelatihan desain grafis dirumuskan dan dijadikan sebagai patokan dalam
penyelenggaraan pelatihan. Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan,
sarana prasana, bahan ajar, metode pembelajaran, jadwal pembelajaran dan sarana
pendukung lainnya untuk mempermudah pada tahap pelaksanaan, kemudian
diukur untuk menentukan apakah pelatihan yang dibuat dapat mencapai tujuan
yang sebelumnya dirumuskan.
Proses pelatihan yang dilaksanakan oleh pengelola, dirasa tidak maksimal
apabila tidak ada dorongan dalam individu untuk terus menggali dan
mengembangkan keterampilan dalam bidang yang telah dilatih. Oleh karena itu
dorongan berupa inisiatif dalam belajar atau kemandirian belajar sangatlah
penting, agar dapat mengahasilkan kinerja yang baik. Seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya, bahwa orang yang memiliki kemampuan dalam belajar
mandiri akan mampu mengembangkan dirinya sendiri dengan kekuatannya
sendiri.
Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian berkenaan dengan
Pengaruh Pelatihan Komputer Desain Grafis Terhadap Kemandirian Belajar
Peserta Pelatihan Di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika.
B. Rumusan Masalah
Pelatihan yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan layanan berupa
pembentukan sikap, penambahan wawasan, serta peningkatan kemampuan dalam
meningkatkan mutu sumberdaya manusia. Begitupun dengan latar belakang
peserta pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin berkualitas
juga pola berpikirnya. Kualitas pola pikir yang dimiliki oleh individu pada
akhirnya akan dipengaruhi oleh kematangan individu dilihat dari faktor usia.
Dengan kata lain latar belakang peserta & pelatihan diharapkan dapat mendorong
sumberdaya manusia untuk terus berinovasi dan meningkatkan kemampuannya
melalui kemandirian belajar yang dimiliki setelah mengikuti pelatihan
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada peserta pelatihan
desain grafis di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika, maka penulis
memperoleh informasi sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan program pelatihan pada lembaga kursus dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat di dalamnya untuk dapat
2. Lulusan pelatihan perlu kompetensi yang mampu mendorong mereka untuk
selalu mengembangkan diri melalui proses belajarnya, namun pada
kenyataannya masih ada warga belajar yang belum mampu mengembangkan
kemampuannya lebih lanjut dengan kemandirian
3. Pembelajaran pada proses pelatihan diarakan pada kemandirian peserta
didik untuk dapat membentuk pribadi yang bertanggung jawab terhadap
hidupnya sendiri, namun pembelajaran yang selama ini masih bersifat pada
teacher centerserta
4. Hasil pelatihan yang diselenggarakan menuntut kemandirian para lulusan
untuk bisa mengembangkan pengetahuan dan kemampuan yang telah
diperoleh
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan permasalahan dalam penelitian
ini adalah: “Apakah latar belakang peserta & pelatihan komputer desain grafis di
LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika berpengaruh terhadap kemandirian
belajar peserta pelatihan?” Lebih khusus masalah penelitian ini dibatasi dalam
menjawab pertanyaan berikut:
1. Bagaimana pengaruh latar belakang peserta terhadap kemandirian belajar
peserta pelatihan?
2. Bagaimana pengaruh pelatihan komputer desain grafis terhadap
kemandirian belajar?
3. Bagaimana pengaruh latar belakang peserta & pelatihan komputer desain
grafis terhadap kemandirian belajar di LKP Citra Sarana Bahasa &
Informatika?
C. Batasan Masalah
Konsep mengenai latar belakang peserta, pelatihan komputer desain grafis,
dan kemandirian belajar merupakan masalah yang luas, dan sulit membuat
penelitian yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Hal ini disebebkan
karena keterbatasan waktu, dana dan tenaga. Oleh karena itu penulis mencoba
untuk membatasi penelitian ini dengan uraian sebagai berikut:
Pertama, latar belakang peserta pelatihan hanya dibatasi pada tingkat
Kedua, manajemen merupakan ativitas yang dilakukan sebagai sarana dalam
mencapai suatu tujuan. Para ahli yang berkecimpung dalam bidang pelatihan
mulai merumuskan konsep manajemen pelatihan yang efektif dan efisien agar
tujuan dari pelatihan mudah untuk dicapai. Dalam konteks ini, penulis
merumuskan manajemen pelatihan berdasarkan 3 tahapan pengelolaan pelatihan
yaitu perencanaan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, dan evaluasi pelatihan.
Ketiga, kemandirian belajar peserta pelatihan dirumusakan dalam konteks
yang beragam. Dalam hal ini, batasan dari kemandirian belajar yang diteliti hanya
pada aspek yang Candy (1991) jelaskan yaitu a) otonomi pribadi (personal
autonomy b) manajemen diri dalam belajar (self-manajement in learning) c)
meraih kebebasan untuk belajar (the independent pursuit of learning) dan d)
Kendali/penguasaan pebelajar terhadap pembelajaran (learner-control of
instruction), sehingga dalam penelitian ini kemandirian belajar peserta pelatihan
dapat dilihat sebagai satu kondisi yang didasari atas keempat dimensi tersebut.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latar
belakang peserta pelatihan dan pelatihan komputer desain grafis di LKP Citra
Sarana Bahasa & Informatika terhadap kemandirian belajar peserta pelatihan.
Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh latar belakang peserta terhadap kemandirian belajar peserta
pelatihan komputer desain grafis di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika
2. Pengaruh pelatihan komputer desain grafis terhadap kemandirian belajar
peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika
3. Pengaruh latar belakang peserta & pelatihan komputer desain grafis
terhadap kemandirian belajar peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bahasa
& Informatika
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan
pengetahuan studi keilmuan pendidikan luar sekolah dalam bidang pelatihan
mengenai Pengaruh Latar Belakang & Pelatihan Komputer Desain Grafis
terhadap kemandirian belajar peserta di LKP Citra Sarana Bahasa &
Informatika
2. Manfaat Praktik
a. Pengembangan keilmuan pendidikan luar sekolah dalam bidang
pelatihan
b. Sebagai bahan kajian bagi pihak yang bersangkutan yaitu pengelola
program pelatihan
c. Sebagai bahan kajian bagi penelitian lain yang beminat meneliti objek
yang sama menurut dimensi lain
d. Sebagai masukan bagi pihak lembaga dalam meningkatkan proses
pengelolaan dimasa mendatang
F. Struktur Penelitian
Untuk mempermudah dalam penyusunan hasil penelitian, maka peneliti
akan memberikan gambaran umum tentang isi materi yang akan disusun dan
dibahas. Adapun urainnya adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan. Merupakan uraian tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian
BAB II : Kajian Teori. Merupakan landasan atau kerangka berfikir untuk
menyelesaikan sebuah masalah yang mencakup konsep
pelatihan, konsep kemandirian belajar
BAB III : Metode Penelitian yang terdiri dari Populasi dan Sampel,
Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian,
Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Membahas mengenai hasil
penelitian, pengolahan data hasil penelitian, dan pembahasan
hasil penelitian.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian adalah usaha sistemasis yang dilakukan untuk menjawab rasa
penasaran peneliti dengan berbagai prosedur yang telah ditentukan. Sependapat
dengan peneliti, Wiratha (2006, hlm.15) menjelaskan bahwa penelitian adalah
suatu tindakan yang dilakukan dengan sistemasis dan teliti. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa prosedur yang dilakukan dalam penelitian haruslah detail
dan mencakup semua prosedur penelitian agar permasalahan yang menjadi objek
penelitian dapat dipecahkan.
Dalam mencapai tujuan yang diharapkan tentu perlu sebuah tools atau alat
yang mampu memecahkan permasalah penelitian ini. Iskandar (2003, hlm.5)
menyebutkan bahwa melakukan penelitian pada intinya menggiring kita pada
mencari solusi (jalan keluar) penyelesaian masalah secara metode ilmiah. Dengan
metode ilmiah peneliti akan mendapatkan kesimpulan yang rasional, empiris, dan
sistematis. Metode penelitian secara umum menurut Sugiyono (2014, hlm.3)
adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Dengan demikian metode penelitian merupakan komponen yang digunakan dalam
memecahkan masalah-masalah penelitian yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriftif
menggunakan pendekatan kuantitatif. Wirartha (2006, hlm.154) menjelaskan
bahwa penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan data untuk
memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, penelitian ini
hanya menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi, situasi, atau berbagai
variabel. Kemudian Wirartha (2006, hlm.140) menerangkan bahwa penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerik
(angka) yang diolah dengan metoda statistika. Dengan metode ini peneliti
mengupayakan untuk menyajikan suatu fakta-fakta penelitian dengan
31
digambarkan sebagai suatu konsep atau fenomena yang kemudian dapat
dipecahkan.
Penelitian ini dilakukan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika. Proses
pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli - September 2015. Penelitian ini
dibagi kedalam tiga tahap penelitian yaitu, tahap perencanaan, tahap pengambilan
dan pengolahan data, dan tahap penyusunan laporan.
Adapun ruang lingkup penelitian ini dibahas pada variabel sebagai berikut:
Gambar 3.1
Desain Penelitian
B. Partisipan
Dalam penelitian ini, peneliti mempertimbangkan beberapa partisipan yang
akan dilibatkan dalam pengumpulan data, yaitu pengelola, pendidik, dan peserta
pelatihan komputer desain grafis. Partisipan yang dianggap paling berperan adalah
peserta pelatihan desain grafis yang dengan langsung akan menjadi subjek dan
responden dalam penelitian. Sedangkan pengelola dan pendidik dijadikan sebagai
informan dengan beberapa pertimbangan seperti, mendampingi peserta pelatihan
dalam mengikuti pelatihan desain grafis. Mengetahui kondisi real pembelajaran
dilapangan, dan mengetahui kondisi real peserta pelatihan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Arikunto (2013, hlm. 173) menjelaskan bahwa Populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan
32
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Dari definisi populasi diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian yang ditentukan oleh peneliti yang mencakup
subyek/obyek dengan syarat tertentu untuk kemudian dipelajari. Dalam Hal ini
yang menjadi populasi penelitian adalah peserta pelatihan komputer desain grafis.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan
komputer desain grafis tahun 2015 sebanyak 2 angkatan dengan jumlah 40 orang.
2. Sampel
Arikunto (2013, hlm. 174) menyebutkan bahwa sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Sedangkan Sugiyono (2014, hlm. 118) dalam
menjelaskan bahwa Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
sampel adalah sebagian yang mampu mewakili populasi penelitian. Dalam
penelitian ini peneliti menentukan sampel dengan teknik sampling total
dikarenakan populasi yang terbatas. Adapun sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sejumlah 40 orang sampel.
D. Instrumen Penelitian
Penelitian pada umumnya adalah proses mengukur data lapangan yang telah
didapat dalam tahapan pengumpulan data yang kemudian dianalisa menggunakan
metode serta strategi yang telah ditetapkan agar data yang dihasilkan tidak biasa.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penggunaan instrument penelitian yang tepat
merupakan bagian yang terpenting sebagai suatu alat penelitian yang dijadikan
pedoman pengumpulan data yang diperuntukan untuk mengukur variabel-variabel
yang diteliti. Adapun instumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket/kuisioner.
Untuk menyusun kuisioner/angket dalam mengumpulkan data, mula-mula
peneliti membuat intrumen penelitian yang kemudian dijabarkan kedalam tabel
33 Tabel 3.1
Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen Penelitian
Variabel Aspek Indikator
Latar Belakang Peserta Pelatihan
(X1)
Identitas peserta pelatihan
1. Usia
2. Tingkat pendidikan
Pelatihan Komputer Desain Grafis (X2)
Perencanaan 1. Identifikasi Kebutuhan 2. Perumusan tujuan pelatihan 3. Penyusunan program
pelatihan
Pelaksanaan 1. Media Pembelajaran 2. Bahan Ajar
3. Tutor 4. Waktu
5. Sarana Prasarana 6. Metode Pelatihan 7. Peserta Didik Evaluasi 1. Jenis Evaluasi
2. Tahapan Evaluasi Kemandirian Belajar
Berkelanjutan (Y)
Otonomi Pribadi 1. Mampu membuat rencana 2. Bebas dalam membuat
pilihan
3. Memiliki kekuatan dan kemampuan
4. Berdisiplin diri
5. Mempunyai motivasi diri Manajemen Diri 1. Kemauan mengelola diri
2. Kemampuan mengelola diri Meraih Kebebasan
Dalam Belajar
1. Memiliki kebutuhan belajar 2. Sadar manfaat belajar 3. Paham cara belajar 4. Memiliki kebutuhan
meningkatkan diri
5. Berorientasi kemasa depan Kontrol Pebelajar
Terhadap Pembelajaran
1. Mengorganisir tujuan belajar
34
3. Mengembangkan langkah-langkah belajar
4. Mengembangkan metodologi belajar 5. Memiliki peran dalam
mengevaluasi belajar (Sumber: Dokumen Peneliti, 2015)
Skala pengukuran yang digunakan dalam pembuatan instrument adalah
skala likert dan instrument dibuat dalam benatuk checklis. Menurut Sugiyono
(2014, hlm.134) “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, dalam skala
likert variabel yang akan di ukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian
indikator-indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan”.
Dalam melakukan analisis kuantitatif, maka diberikan skor pada setiap
pernyataan. Adapun untuk skor setiap pernyataan adalah sebagai berikut
Sering Sekali 4
Sering 3
Jarang 2
Tidak Pernah 1
(Sumber: Sugiyono, 2014. Hlm.135)
Setelah instrument dibuat, proses selanjutnya yang dilakukan adalah dengan
menguji validitas dan Reliabilitas. Pengujian tersebut dilakukan untuk mengetahui
kevalid-an suatu data dan keterpercayaan suatu data. Hal ini dilakukan karena
instrumen yang baik adalah instrument yang masuk kedalam kategori valid dan
reliebel.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bantuan SPSS versi 20.0
sebagai alat bantu untuk mempermudah perhitungan, dan uji validitas tersebut.
Suatu item pertanyaan dikatakan valid, apabila koefisien korelasi product moment
> r-tabel (Siregar, 2014)
1. Uji Validitas Angket
Uji validitas digunakan sebagai sarana untuk mengukur kevaliditasan suatu
35
yang mau diukur. Siregar (2014, hlm.46) menjelaskan bahwa validitas adalah
menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin
diukur. Rumus yang digunakan dalam pengujian validitas ini adalah sebagai
berikut:
rhitung = ∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ √ ∑ ∑
Keterangan:
n = Jumlah responden x = Skor variabel
Y = Skor total dari variabel
(Sumber: Siregar, 2014, hlm.48)
Dalam pengolah data validitas, peneliti menggunakan bantuan software
SPSS versi 20.0. Taraf signifikansi α = 0,05 Corrected Item Total Correlation
(rhitung) kemudian dibandingkan dengan rtabel. Apabila rhitung > rtabel maka data dapat
dikatakan valid, sebaliknya Apabila rhitung ≤ rtabel maka data tersebut tidak valid.
Derajat kebebasan (n-2) dimana menjelaskan banyaknya jumlah responden.
Adapun, hasil perhitungan menggunakan bantuan SPSS Versi 20.0 adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Hasil Pengujian Validitas Variabel Pelatihan Komputer Desain Grafis
No Item
Corrected Item Total
Correlation ( r-hitung) r-tabel Keterangan
1 0.797
0.374
Valid
2 0.825 Valid
3 0.671 Valid
4 0.787 Valid
5 0.762 Valid
6 0.670 Valid
7 0.607 Valid
8 0.763 Valid
9 0.742 Valid
10 0.714 Valid
11 0.848 Valid
12 0.740 Valid
13 0.800 Valid
14 0.105 Tidak Valid
15 0.738 Valid
16 0.819 Valid
36
18 0.861 Valid
19 0.754 Valid
20 0.779 Valid
21 0.059 Tidak Valid
22 0.376 Valid
23 0.740 Valid
24 0.854 Valid
25 0.717 Valid
(Sumber: Pengolahan data penelitian dengan SPSS Versi 20.0)
Dari hasil uji validitas variabel pelatihan desain grafis sejumlah 25 item
soal, 2 item soal dinyatakan tidak valid karena rhitung > rtabel Kelima item soal
tersebut kemudian tidak digunakan. Meskipun demikian, 23 item soal yang valid,
bisa digunakan dalam penelitian karena hasil ujinya menyatakan valid, artinya
instrument tersebut bisa mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan hasil
perhitungan validitas untuk variabel Kemandirian Belajar dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3.3
Hasil Pengujian Validitas Variabel Kemandirian Belajar
No Item
Corrected Item Total
Correlation ( r-hitung) r-tabel
Keterangan
1 0.734
0.374
Valid
2 0.654 Valid
3 0.062 Tidak Valid
4 0.643 Valid
5 0.663 Valid
6 0.713 Valid
7 0.666 Valid
8 0.596 Valid
9 0.691 Valid
10 0.625 Valid
11 0.822 Valid
12 0.543 Valid
13 0.610 Valid
14 0.646 Valid
15 0.588 Valid
16 0.603 Valid
17 0.523 Valid
18 0.659 Valid
19 0.661 Valid
20 0.751 Valid
37
22 0.506 Valid
23 0.246 Tidak Valid
24 0.661 Valid
25 0.326 Tidak Valid
26 0.311 Tidak Valid
27 0.394 Valid
28 0.407 Valid
29 0.603 Valid
30 0.603 Valid
31 0.671 Valid
32 0.393 Valid
33 0.234 Tidak Valid
34 0.734 Valid
35 0.654 Valid
36 0.603 Valid
37 0.502 Valid
38 0.603 Valid
39 0.451 Valid
40 0.713 Valid
41 0.588 Valid
42 0.197 Tidak Valid
43 0.713 Valid
44 0.654 Valid
45 0.713 Valid
46 0.666 Valid
47 0.646 Valid
48 0.603 Valid
(Sumber: Pengolahan data penelitian dengan SPSS Versi 20.0)
Dari hasil uji validitas sejumlah 48 item soal, 5 item soal dinyatakan tidak
valid karena r-hitung > r-tabel. Kelima item soal tersebut kemudian tidak
digunakan. Meskipun demikian, 43 item soal yang valid, bisa digunakan dalam
penelitian karena hasil ujinya menyatakan valid, artinya instrument tersebut bisa
mengkur apa yang ingin diukur.
2. Uji Reliabilitas Angket/Kuisioner
Keterpercayaan dan kehandalan suatu alat pengumpul data dapat dilakukan
dengan menggunakan uji Reliabilitas. Uji reablitas ini dilakukan dengan teknik
Alpha Cronbach karena bentuk jawaban yang diberikan oleh responden adalah
skala. Adapun dalam mengukur ketepatan data yang reliabel dapat dilihat dari
tabel dibawah ini:
38
Nilai Koefisien Reliabilitas
Interval Koefisien Tingkat Reliabilitas 0.00-0.199 Sangat Rendah
0.20-0.399 Rendah
0.40-0.599 Sedang
0.60-0.799 Kuat
0.80-1.00 Sangat Kuat
Sumber: Sugiono (2014, hlm. 257)
Dalam hal ini, penulis menggunakan SPSS Versi 20.0 untuk membantu
dalam perhitungan Reliabilitas, adapun hasil perhitungan Reliabilitas variabel
pelatihan dan kemandirian belajar adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5
Hasil Pengujian Reliabilitas Pelatihan Komputer Desain Grafis
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.964 23
Tabel 3.6
Hasil Pengujian Reliabilitas Kemandirian Belajar
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.962 42
Dari hasil perhitungan Reliabilitas variabel pelatihan menggunakan bantuan
SPSS versi 20.0 nilai alpha Cronbach yang diperoleh adalah 0.964, apabila dilihat
dari tabel koefisien Reliabilitas maka instrument variabel pelatihan dinyatakan
Reliabilitas. Adapun nilai pengujian untuk variabel kemandirian belajar
menggunakan SPSS versi 20.0 menghasilkan nilai 0.962, apabila melihat nilai
tabel koefisien Reliabilitas, maka instrumen kemandirian belajar dinyatakan
Reliabilitas.
E. Prosedur Penelitian
Sebelumnya dalam desain penelitian, peneliti membagi penenelitian ini
39 1. Perencanaan
Perencanaan adalah tahap awal yang dilakukan oleh peneliti dengan
melakukan aktivitas seperti studi pendahuluan untuk mengetahui
fenomena-fenomena yang dapat diangkat menjadi sebuh penelitian. Studi pendahuluan
tersebut peneliti lakukan dengan membaca penelitian-penelitian terdahulu yang
penulis anggap sangat menarik, dan layak diteliti. Setelah dirasa cukup, kemudian
peneliti berkonsultasi dengan dosen pembimbing untuk menentukan bahan yang
akan dijadikan sebagai objek penelitian. Setelah disepakati dengan dosen
pembimbing, peneliti mulai menyusun instrumen penelitian.
Setelah instrumen dibuat, kemudian penulis mulai menyusun
angket/kuisioner yang akan dijadikan sebagai alat pengumpulan data. Hal tersebut
peneliti lakukan melalui tahapan pembuatan aturan/petunjuk pengisian, membuat
daftar pernyataan sesuai dengan indikator dalam kisi-kisi yang dibuat, dan
membuat alternatif pilihan jawaban.
Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah merevisi kisi-kisi dan instrument
yang telah dibuat. Tahap ini dilakukan dengan cara berkonsultasi dan berdiskusi
dengan dosen pembimbing dengan tujuan agar yang menjadi hasil yang
diharapkan oleh peneliti bisa dicapai.
Setelah dirasa cukup, peneliti melakukan uji angket/kuisioner untuk
mengetahui apakah kuisioner/angket yang dibuat dapat dikatakan valid, sehingga
dapat disebar ke responden. Adapun yang menjadi responden dalam pengujian
instrument ini adalah responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan
responden penelitian. Dalam uji validitas dan Reliabilitas, peneliti menggunakan
SPSS versi 20.0 sebagai alat untuk mengukurnya dengan pertimbangan
kemudahan penggunaan.
2. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan data
a. Tahap Pengumpulan data
Pada tahap ini, kuisioner/angket yang telah di uji validitas dan
Reliabilitasnya kemudian disebar ke responden penelitian. Dalam proses
penyebaran kuisioner/angket peneliti mula-mula memberikan pengarahan kepada
40
memberikan pengarahan tentang tata cara pengisian kuisioner/angket ini. Teknik
sampling yang digunakan adalah teknik sampling sensus. Adapun yang menjadi
pertimbangan dalam hal ini adalah jumlah populasi penelitian dibawah 30 orang.
b. Tahap pengolahan data
Pada tahap ini, data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah
menggunakan rumus yang telah ditetapkan. Adapun teknik analisis data yang
dilakukan adalah (1) Perhitungan kecenderungan umum skor (2) Uji distribusi
normalitas data (3) Pengujian Hipotesis. Hasil dari pengelolah data ini, diharapkan
akan membantu dalam proses yang dilakukan selanjutnya.
3. Tahap Pelaporan
Pada tahap ini, data yang telah diolah kemudian dianalisa dan dibahas dalam
bab pembahasan penelitian yang dilakukan. Kemudian ditarik kesimpulan sesuai
dengan kebutuhan penelitian.
F. Analisis Data
Analisis data merupakan upaya yang dilakuan peneliti dalam menganalisa
data yang telah diperoleh dari responden yang menjadi subjek penelitian yang
kemudian ditafsirkan. Dalam analisa data, penulis menggunakan analisa data
deskriptif sesuai dengan metode yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam
penelitian ini data yang telah didapat kemudian dianalisa dengan cara
mendeskripsikan, menggambarkan dan menjelaskan data yang telah didapat
dilapangan. Hal ini sependapat dengan Sugiyono (2014, hlm. 207) yang
mejelaskan bahwa statistika deskriptif adalah statistika yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku secara umum atau generalisasi.
Lebih lanjut Sugiyono (2014, hlm. 208) mengungkapkan bahwa penyajian
data analisis deskriptif melalui tabel, grafik, diagram lingkar, pictogram,
perhitungan modus, median, mean, (pengukuran tendensi sentral), perhitungan
desil, presentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan
41
Untuk mendeskripsikan hasil penelitian, dilakukan uji statistik yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Deskripsi hasil penelitian diantaranya dilakukan dengan
cara :
1. Menyeleksi data dan menentukan bobot nilai
Setelah angket di isi oleh seluruh responden, peneliti memeriksa jawaban
responden berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yaitu memilih data yang
akan diolah, kemudian data yang telah terkumpul dibentuk dalam bentuk tabel.
Selanjutnya menentukan bobot nilai untuk setiap item variabel penelitian dengan
menggunakan skala likert dan telah ditentukan skor nya.
2. Transformasi Data Ordinal menjadi Interval melalui (MSI)
Langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval (dalam Riduwan
dan Kuncoro, 2012, hlm.30) sebagai berikut :
a. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebar.
b. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1,2,3,4 dan 5
c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi.
d. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor.
e. Gunakan tabel distribusi normal, hitung Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.
f. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh g. Tentukan nilai skala
h. Tentukan nilai transformasi dengan rumus Y – NS + [1 + (Nsmin)]
3. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah bagian dari statistika yang membahas cara
pengumpulan dan penyajian data. Statistika dekriptif hanya mereduksi,
menguraikan atau memberikan keterangan suatu data, fenomena atau keadaan ke
dalam beberapa besaran untuk disajika secara bermakna dan mudah dimengerti.
(dalam Susetyo, 2010, hlm.4)
Adapun data pengelohan dan rumus-rumus pengujian adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan ukuran data statistik yang diperlukan, diantaranya: mean,
42
b. Mendeskripsikan setiap variabel dan indikator dari penelitian dalam bentuk
persentase.
4. Perhitungan kecenderungan umum skor
a. Mencari skor rata-rata setiap variabel
X = ∑
Keterangan:
X = Rata-rata skor responden
∑fx = Jumlah skor dari setiap alternative jawaban N = Jumlah responden
(Sumber:Suziani, 2014, hlm.50)
b. Mencari skor ideal setiap variabel
Xid = Bt x Ji
Keterangan:
Xid = Skor ideal setiap variabel
Bt = Bobot tertinggi alternative jawaban Ji = Jumlah item untuk stiap variabel (Sumber:Suziani, 2014, hlm.50)
c. Mencari kecenderungan umum skor
Keterangan:
P = Proporsi skor rata-rata X = Jumlah skor hasil penelitian
Xid = Skor ideal adalah skor yang ditetapkan dengan asumsi bahwa setiap responden pada setiap pertanyaan memberi jawaban dengan skor tertinggi.
(Sumber:Suziani, 2014, hlm.50)
5. Uji Asumsi Klasik
a. Distribusi Normalitas Data
Pengujian ini dimaksud untuk menentuakan teknik analisis data yang
digunakan. Jika data normal teknik yang digunakan adalah statistik parametris
tetapi jika data tidak normal maka teknik statistik yang digunakan yaitu statistik
nonparametris. Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
43 b. Uji Multikolonieritas
Menurut Ghozali (2011, hlm. 105) Uji Multikolonieritas bertujuan untuk
menguji apakan model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel-variabel independen yang
nilai kolerasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas adalah sebagai berikut:
1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang
tidak signifkan mempengaruhi variabel dependen.
2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antara
variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90),
maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya
korelasi yang tinggi antara variabel independen tidak berarti bebas dari
multikolonierita. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek
kombinasi dua atau lebih variabel independen.
3) Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya,
variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi
variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen
lainnya. Tolerace mengukur variabel-variabel independen yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cotoff
yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai
Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terhadap
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
44
disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang Homoskesdadatisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi
Heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai
ukuran (kecil, sedang, besar).
6. Uji Regresi Linear Sederhana
Regresi linear sederhana adalah salah satu alat yang dapat digunakan dalam
memprediksi permintaan di masa akan datang berdasarkan data masa lalu atau
untuk mengetahui pengaruh satu variabel bebas (Independent) terhadap satu
variabel tak bebas (dependent) adalah menggunakan regresi linear. (Siregar, 2014,
hlm.284)
Adapun model regresi linear sederhana yang dibentuk adalah
Y = a+b.X
Keterangan:
Y = Variabel terikat a dan b = Konstanta X = Variabel Bebas
(Sumber: Siregar, 2014, hlm. 284)
Kemudian harga a dan b dapat dicari dengan rumus:
∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑
∑ ∑
(Sumber: Sugiyono (2014, hlm. 262))
7. Uji Regresi Linear Berganda
Arikunto (2013, hlm. 339) menjelaskan bahwa regresi berganda adalah
analisis tentang hubungan antara satu dependent variabel dengan dua atau lebih
dependent variabel. Lebih lengkap, Siregar (2014, hlm. 301) menjelaskan bahwa
45
Adapun model regresi berganda yang dibentuk adalah
Y = b0 + b1X1 + b2X2
Keterangan:
Y = Variabel terikat b0,b1,b2 = Konstanta
X1 = Variabel Bebas ke-1
X2 = Variabel Bebas ke-2 (Sumber: Siregar, 2014, hlm. 301)
8. Analisis Koefisien Korelasi Sederhana
Analisis korelasi sederhana digunakan untuk mengetahui besar pengaruh
yang terjadi pada variabel X1 terhadap Variabel Y dan Variabel X2 terhadap
variabel Y. adapun rumus yang digunakan adalah
∑ ∑ ∑
√( ∑ ) ∑
(Sumber: Siregar, 2014, hlm. 284)
Untuk dapat memberikan penafsiran pada koefisien korelasi yang ditemukan
tersebut besar atau kecil, makan berpedoman pada ketentuan sebagai berikut
Table 3.7
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
(Sumber: Sugiyono, 2014, hlm. 257)
Selanjutnya mencari koefisien determinasi dengan rumus
KD = r2 x 100%
(Sumber:Suziani, 2014, hlm.53)
Langkah selanjutnya adalah mencari t-hit dengan rumus
√
√
(Sumber:Sugiyono, 2014, hlm.257) Interval Koefisien Tingkat Korelasi 0.00 – 0.199 Sangat Rendah 0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat
46
Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan t-tabel. Jika t-hit > t-tab
maka terdapat korelasi yang signifikan dan sebaliknya jika t-hit < t-tab maka tidak
ada korelasi yang signifikan.
9. Analisis Koefisien Korelasi Ganda
Korelasi ganda merupakan angka yang menunjukan arah dan kuatnya
hubungan antara dua variabel dependen bersama-sama atau lebih dengan satu
variabel dependen (sugiyono, 2011, hlm. 232). Adapun rumus yang digunakan
adalah
√
Keterangan
Ry12 : Korelasi antara X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y Ryx1 : Korelasi Product Moment anatar X1 dengan Y
Ryx2 : Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y (Sumber:Sugiyono, 2014, hlm.266)
Untuk dapat memberikan penafsiran pada koefisien korelasi yang ditemukan
[image:32.595.203.421.456.563.2]tersebut besar atau kecil, makan berpedoman pada ketentuan sebagai berikut:
Table 3.8
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
(Sumber: Sugiyono, 2014, hlm. 257)
Selanjutnya mencari koefisien determinasi dengan rumus
KD = R2 x 100%
Keterangan:
KD = koefisien determinasi yang dicari R2 = koefisien korelasi
(Sumber:Suziani, 2014, hlm.53)
Langkah selanjutnya adalah mencari f-hit dengan rumus Interval Koefisien Tingkat Korelasi 0.00 – 0.199 Sangat Rendah 0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat
47
Keterangan:
R = Koefisien Korelasi Ganda k = Jumlah Variabel Independent n = Jumlah Anggota Sampel
(Sumber: Sugiyono, 2014, hlm.266)
Hasil perhitungan f-hit dibandingkan dengan f-tab dengan (dk=2),
(dk=n-k-1) pada tingkat kepercayaan 95%. Kriteria pengujian adalah jika f-hit > f-tab
maka terdapat korelasi yang signifikan dan jika f-hit < f-tab maka tidak ada
85 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini, akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran berdasarkan
pembahasan penelitian. Adapun masalah yang dibahas adalah pengaruh latar
belakang peserta dan pelatihan komputer desain grafis terhadap kemandirian
belajar.
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan pengujian model yang dikembangkan dalam studi ini, dapat
disimpulkan bahwa latar belakang peserta berpengaruh namun tidak
siginifikan terhadap kemandirian belajar. Latar belakang peserta pelatihan
dilihat dari usia dan tingkat pendidikan, memiliki pengaruh dalam mendorong
terciptanya kemandirian belajar. Hal ini disebabkan karena kualitas diri dapat
diperoleh melalui proses pendidikan yang ditempuhnya dan pola pikir
dipengaruhi oleh usia individu tersebut. Namun perlu diingat bahwa peserta
pelatihan merupakan individu yang unik dan memiliki perbedaan artinya
setiap tindakan yang yang ingin dimunculkan pada peserta tersebut,
dipengaruhi oleh faktor internal dalam diri seperti minat, kemauan dan
motivasi diri untuk selalu berkembang, artinya latar belakang memiliki
pengaruh terhadap kemandirian belajar namun tidak signifikan.
2. Berdasarkan pengujian model yang dikembangkan dalam studi ini, dapat
disimpulkan bahwa pelatihan komputer desain grafis berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kemandirian belajar. Untuk menunjukkan tinggi atau
rendahnya hubungan antara dua variabel atau lebih menggunakan uji
koefisien korelasi. Koefisien korelasi antara variabel pelatihan komputer
desain grafis dengan kemandirian belajar peserta pelatihan di LPK Citra
Sarana Bahasa & Informatika tergolong pada klasifikasi korelasi sangat kuat.
Pelatihan yang baik adalah pelatihan yang mampu mencapai tujuan yang
telah dirumuskan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu ada manajemen
86
dikontrol. Aktivitas tersebut adalah manajemen pelatihan. Manajemen
pelatihan disusun dengan sedemikian rupa disesuaikan dengan fungsi-fungsi
manajemen pada umumnya. Pada akhirnya manajemen pelatihan yang baik
dan matang akan mampu mendorong terciptanya kemandirian belajar.
3. Berdasarkan pengujian model yang dikembangkan dalam studi ini, dapat
disimpulkan bahwa latar belakang dan pelatihan komputer desain grafis
secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kemandirian belajar peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bahasa &
Informatika. Untuk menunjukan tinggi atau rendahnya hubungan antara dua
variabel atau lebih menggunakan uji koefisien korelasi. Koefisien korelasi
antara variabel latar belakang dan pelatihan Komputer Desain Grafis dengan
kemandirian belajar peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bina Informatika
tergolong pada klasifikasi korelasi sedang.
B. Saran
Adapun saran yang diajukan untuk pihak-pihak terkait diantaranya sebagai
berikut:
1. Untuk lembaga yang melaksanakan pelatihan
Untuk lembaga yang melaksanakan kegiatan pelatihan sebaiknya mengontrol
segala aktivitas belajar peserta setelah mengikuti pelatihan. Hal ini sangat
dianjurkan, untuk mengetahui apakah materi yang telah dipelajari mampu
dikembangkan oleh peserta pelatihan, dan untuk mengetahui sejauh mana
peserta mampu mengaplikasikan materi yang telah diperoleh.
2. Untuk penelitian selanjutnya
Untuk peneliti yang berminat menggali dan meneliti lebih dalam mengenai
kemandirian belajar, dapat mengembangkan kembali penelitian ini dengan
mempertimbangkan aspek-aspek lain dalam kemandirian belajar dengan
menggunakan metode dan treatment yang berbeda agar hasil yang diperoleh
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:
Abdulhak, Ishak. (2000). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. (2005). Psikologi Remaha
Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Atmanti, Hastari Dwi. (2005). Dinamika Pembangunan. Jakarta: Rineka Cipta
Dimyanti. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Direktorat Jendral Pendidikan
Djamarah, Syaiful Bahri. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Iskandar. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi.
Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta
Kartika, Ikka. (2011). Mengelola pelatihan partisipatif. Bandung: Alfabeta
Marzuki, Saleh. (2012). Pendidikan Nonformal. Dimensi dalam Keaksaraan
Fungsional, Pelatihan dan Pndragogi. Bandung: Rosdakarya
Mudjiman, Haris. (2007). Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Press
Prihatin, Eka. (2011). Teori Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Riduwan dan Sunarto. (2013). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan,
Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Simamora, Henry. (2004). Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: STE YKPN
Siregar, Sopyan. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana
Sudjana, Djuju (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Rosdakarya
Sudjana, Djuju. (2010). Pendidikan Luar Sekolah Wawasan, Sejarah
Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung Azas. Bandung: Falah
Production
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukirno, Sadono. (2004). Makro ekonomi, Edisi Ketiga. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sukmadinata, Nana S. (2011). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Syarifudin, Tatang. (2010). Landasan Pendidikan. UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana
Walgito, Bimo (1997). Pengantar Psikolagi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Wiratha, I Made (2006). Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Andi Offset
Sumber Lain:
___________ (2013). UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 tahun 2003). Jakarta:Sinar Grafika
Bachri, Bachtiar Sjaiful. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Non
Diretif-Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiwa. Disertasi. UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Darwis, R (1993). Transformasi Nilai-Nilai Tradisi Kekeluargaan Dalam
Pendidikan Kewirausahaan (Studi Kasus Pengembangan SDM dalam Pengelolaan Majan Minang. Disertasi. Upi Bandung : Tidak diterbitkan
Hanapiah, Ali. (2010). Analisis Investasi Modal Manusia Dalam Perspektif
Pendidikan dan Pelatihan. Jurnal IPDN
Pantaw, Inri Suryani (2015). Pembentukan prilaku berwirausaha pasca program
pelatihan kewirausahaan masyarakat (PKM) pada peserta kursus menjahit di LKP Dress Making Kota Cimahi. Tesis. UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap
kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik serta kemandirian belajar sisw sekolah menengah atas. Disertasi. Upi Bandung : Tidak diterbitkan
Sumber Dari Internet:
Aristo (2008). Kemandirian Belajar Siswa SMP Terbuka. [online]. Tersedia:
http://aristorahadi.wordpress.com/2008/03/31/kemandirian-belajar-siswa-smp-terbuka/1 september 2015
Avan. A (2010). Kemandirian. [online]. Tersedia:
http://tugasavan.blogspot.com/2010/10/kemandirian.htmz 1 september 2015
Miarso (1998). Otonomi Belajar. [online]. Tersedia:
http://www.slideshare.net/otonomibelajar 1 september 2015
Nuryamsinar (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar. [online]. Tersedia:
https://nursyamsinar.wordpress.com/2012/07/30/faktor-faktor-y/ 1 september 2015
Sembel (2008). Self-Monitoring. [online]. Tersedia:
http://www.Sinarharapan.co.id.html 1 september 2015
Sumarmo, Utari (2010). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, Dan Bagaimana
Dikembangkan Pada Peserta Didik.[online]. Tersedia: http://math.sps.upi.edu/?p=611 september 2015