PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN KEBUGARAN JASMANI TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK LOMPAT
JAUH GAYA JONGKOK
( Studi Eksperimen Pada Siswa Putra di SMK Pasundan 2 Cianjur ) TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Olahraga
oleh
Ervan Kastrena, S.Pd
1101222
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCASARJANA
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
ERVAN KASTRENA, S.Pd 1101222
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PARSIAL DAN KEBUGARAN JASMANI TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK LOMPAT JAUH
(Studi Eksperimen Pada Siswa Putra SMK Pasundan 2 Cianjur)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I
Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A NIP. 196306181988031002
Pembimbing II
Dr. Komarudin, M.Pd NIP. 197204031999031003
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga
Pernyataan Keaslian Tesis
“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kebugaran Jasmani terhadap Hasil Belajar Gerak Keterampilan Lompat Jauh” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.”
Bandung, Januari 2014 Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
Ervan Kastrena, S.Pd. 1101222. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kebugaran Jasmani Terhadap Hasil Belajar Gerak Lompat Jauh Gaya Jongkok. (Studi Eksperimen Pada Siswa Putra di SMK Pasundan2 Cianjur)
Penelitian ini bertujuan mengkaji efektivitasmetode pembelajaran parsial dan tingkat kebugaran jasmaniterhadaphasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2 (ANAVA).Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas X SMK Pasundan 2 Cianjur sebanyak 120 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling, sampel sebanyak 60 siswa diambil sesuai kebutuhan peneliti yaitu mereka yang memiliki kebugaran tinggi sebanyak 30 siswa dan rendah 30 orang. Kemudian peneliti membagi menjadi dua kelompok lagi,yaitu yang diajar melalui metode bagian15 siswa dan metode bagian progresif15 siswa, dengan demikian terdapat 4 kelompok, dengan jumlah 15 siswa setiap kelompok.Waktu penelitian selama 2 bulan, jumlah latihan 16 kali pertemuan, dengan frekuensi 1 minggu 3 kali. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kebugaran jasmani Indonesia untuk sekolah menengah atas (SMA) dan penilaian berskala (rating scale) untuk gerak lompat jauh gaya jongkok, penilaian berskala ini dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) analisis skala penilaian; b) analisis format skala penilaian.
Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) dua jalur dan Uji Tukey(1) Terdapat perbedaan pengaruh antara metode bagian dan metode bagian progresif terhadap hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok (2) Terdapat interaksi antara metode pembelajaran parsial dengan kebugaran jasmani terhadap hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok. (3) Hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian progresif lebih baik daripada kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian pada kelompok siswa yang memiliki kebugaran tinggi. (4) Hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian lebih baik daripada kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian progresif pada kelompok siswa yang memiliki kebugaran rendah.
Penelitian ini merekomendasikan bahwa apabila para siswa yang diajar memiliki kebugaran tinggi seyogyanya metode pembelajaran yang digunakan adalah metode bagian progresif, sedangkan apabila para siswa yang diajar memiliki kebugaran jasmani rendah seyogyanya metode pembelajaran yang digunakan adalah metode bagian. Namun apabila, kondisi siswa beragam terkait tingkat kebugaran jasmaninya, kemudian keterbatasan waktu dan pengajarnya dalam PBM maka boleh digunakan metode bagian progresif yang lebih efektif secara keseluruhan.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian... 8
E. Batasan Penelitian ... 8
F. Definisi Operasional ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 12
a. Belajar ... 12
b. Pembelajaran ... 14
2. Hakikat Metode Pembelajaran Parsial ... 17
a. Metode Bagian ... 17
3. Hakikat Kebugaran Jasmani ... 20
4. Hakikat Keterampilan Gerak ... 24
a. Keterampilan Diskrit ... 27
b. Keterampilan Serial ... 28
5. Hakikat Belajar Gerak ... 29
6. Pembelajaran Gerak Lompat Jauh ... 32
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 40
C. Kerangka Pemikiran ... 43
1. Terdapat perbedaan hasil belajar gerak lompat jauh antara kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian dan kelompok siswa yang diajar melalui bagian progresif ... 43
2. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran parsial dengan kebugaran jasmani terhadap hasil belajar gerak lompat jauh ... 45
3. Terdapat Perbedaan hasil belajar gerak lompat jauh antara kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian dan kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian progresif pada kelompok siswa yang memiliki kebugaran tinggi ... 47
4. Terdapat Perbedaan hasil belajar gerak lompat jauh antara kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian dan kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian progresif pada kelompok siswa yang memiliki kebugaran rendah ... 50
D. Hipotesis Penelitian ... 52
BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 53
C. Desain Penelitian ... 56
D. Instrumen Penelitian ... 58
1. Tes Kebugaran Jasmani... 59
2. Tes Gerak Lompat Jauh Gaya Jongkok ... 59
E. Uji Coba Instrumen... 60
1. Instrumen Keterampilan Gerak Lompat Jauh Gaya Jongkok ... 60
a. Definisi Konseptual ... 60
b. Definisi Operasioanal ... 61
2. Uji Validitas ... 63
3. Uji Reliabilitas ... 65
4. Kesimpulan Uji Coba Instrumen ... 66
F. Validitas Penelitian ... 66
1. Validitas Internal ... 66
2. Validitas Eksternal ... 67
G. Langkah-langkah Penelitian ... 68
H. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data ... 68
I. Pelaksanaan Penelitian ... 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 74
1. Deskripsi Data ... 74
2. Uji Normalitas Data ... 75
a. Hasil Uji Normalitas Selisih Data Pretest dan Posttest ... 75
3. Uji Homogenitas ... 76
a. Hasil Uji Homogenitas Beberapa Varians ... 76
4. Uji Analisis Varians (ANAVA) ... 76
a. Hasil ANAVA Faktorial Dua jalur ... 77
b. Hasil Uji Tukey ... 78
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 89
B. Implikasi ... 89
C. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA..….. ... 92
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 96
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Dimensi Keterampilan Diskrit, Kontinu, dan Serial ... 28
3.1. Desain Penelitian Faktorial 2 x 2 ... 56
3.2. Sampel Kedua kelompok Penelitian ... 58
3.3. Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 61
3.4. Format Pengamatan Penguasaan Keterampilan Gerak Lompat Jauh ... 64
3.5. Format Penilaian Penguasaan Keterampilan Gerak Lompat Jauh ... 64
3.6. Program Pembelajaran Lompat Jauh ... 71
3.7. Skenario Proses Pembelajaran Lompat Jauh Lompat Jauh ... 72
4.1. Deskripsi Data Hasil Gerak Lompat Jauh ... 74
4.2. Hasil Ringkasan Uji Normalitas Selisih Data Pretest dan Posttest ... 75
4.3. Hasil Ringkasan Uji Homogenitas Beberapa Varians ... 76
4.4. Hasil Ringkasan ANAVA ... 77
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Pengaruh Faktor Pribadi, Kondisional dan Latihan ... 33
2.2. Karakteristik Gerak Dasar Gaya Jongkok ... 37
2.3. Karakteristik Gerak Dasar Gaya Menggantung ... 39
2.4. Karakteristik Gerak Dasar Gaya Berjalan di Udara ... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skenario Pembelajaran Metode Bagian ... 96
2. Skenario Pembelajaran Metode Bagian Progresif... 106
3. Data Hasil Uji Coba Instrument... . 117
4. Uji Validitas Isi ... 119
5. Uji Reliabilitas Tes Retes ... 120
6. Uji Reliabilitas Antar Penilai ... 122
7. Hasil Tes Kebugaran Jasmani Berdasarkan Ranking Sampel... 124
8. Kelompok Sampel Berdasarkan Kategori Kebugaran Tinggi dan Rendah .... 131
9. Data Awal Hasil Belajar Gerak Lompat Jauh ... 132
10. Data Akhir Hasil Belajar Gerak Lompat Jauh ... 136
11. Hasil Belajar Gerak Selisih Tes Awal dan Akhir Lompat Jauh ... 140
12. Uji Normalitas ... 144
13. Homogenitas Beberapa Varians ... 149
14. Pengujian ANAVA ... 150
15. Realisasi Proses Pelaksanaan pembelajaran... 152
16. Foto-foto Penelitian ... 154
17. Surat Keterangan Pembimbing Tesis ... 159
18. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 161
19. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... 162
20. Jurnal Tesis ... 163
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam hidup manusia. Pada zaman sekarang ini terdapat kecenderungan bahwa masyarakat memandang pendidikan di sekolah sedemikian penting untuk memperoleh pengetahuan, pembentukan sikap dan keterampilan.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sehubungan dengan pengertian di atas, pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan bertujuan untuk meningkatkan tingkat kebugaran jasmani, serta mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Melalui pendidikan jasmani yang diarahkan dengan baik, anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran penjas tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain seperti: Matematika, Bahasa, IPS, IPA, dan lain-lain.
Suherman (2009: 5) menyatakan bahwa “Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui dan tentang aktivitas fisik atau dalam bahasa aslinya adalah
kunci dalam definisi tersebut, yaitu 1) pendidikan (education), yang direfleksikan dengan kompetensi yang ingin diraih siswa, 2) melalui dan tentang (through and
of), sebagai kata sambung yang menggambarkan keeratan hubungan yang
dinyatakan dengan berhubungan langsung dan tidak langsung, dan 3) gerak (movement), merupakan bahan kajian sebagaimana tertera dalam kurikulum pendidikan jasmani.
Hetherington (Abduljabar, 2010: vii) mendeklarasikan empat tujuan pendidikan jasmani yaitu:
1. Tujuan perkembangan organik, yaitu: sebagai contoh kebugaran, kesehatan, kekuatan, daya tahan, power, tahan terhadap derita, dan mudah bergerak.
2. Tujuan perkembangan kognitif, yaitu tujuan pengetahuan, sebagai contoh pemahaman, kebebasan, kemerdekaan, wawasan, dan kenyataan.
3. Tujuan perkembangan psikomotor, yaitu keterampilan, bergerak efektif, kompeten, bebas mengekpresikan, partisipasi (dalam budaya olahraga, senam) dan kreativitas.
4. Tujuan perkembangan afektif, yaitu: sebagai contoh perkembangan karakter, apresiasi, makna, keriangan, dan kesenangan.
Lebih lanjut Lutan (2001: 15), menjelaskan: “Pendidikan jasmani merupakan serangkaian materi pelajaran yang memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan serta rohani peserta didik.” Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan jasmani harus lebih dikembangkan ke arah yang lebih optimal sehingga peserta didik akan lebih inovatif, terampil, kreatif dan memiliki kesegaran jasmani serta kebiasaan hidup sehat juga memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang gerak manusia. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Mahendra (2003: 3) bahwa “Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu baik dalam hal fisik, mental serta emosional.”
3
seluruh potensi peserta didik tumbuh dan berkembang untuk mencapai suatu tujuan secara utuh dan menyeluruh. Selain itu, pengertian pendidikan jasmani secara modern yaitu suatu proses pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik dan olahraga sebagai media atau alat pembelajaran.
Dalam pendidikan jasmani ada tiga aspek yang menjadi bahan penilaian, yaitu: aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Abduljabar (2010: 22) menyatakan bahwa “Dalam kurikulum tujuan pendidikan jasmani adalah untuk menyongsong perkembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.” Namun hal ini sangat bergantung pada bagaimana guru pendidikan jasmani mengorientasikan perkembangan di dalam program-program pembelajarannya. Ketiga aspek tersebut diharapkan bisa tercapai oleh para siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani dengan menggunakan aktivitas fisik, tentunya antara guru dan para siswa harus memiliki interaksi serta kerjasama yang baik dalam upaya mengoptimalkan proses pembelajarannya. Namun dalam pelaksanaannya tidak mudah untuk mencapai tujuan yang mencakup tiga aspek tersebut, guru harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa untuk menyesuaikan pembelajaran pendidikan jasmani dengan pendekatan atau metode yang membuat siswa tidak jenuh dan tetap membangkitkan semangat siswa yang ditandai dengan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.
Materi pembelajaran pendidikan jasmani itu sangat banyak antara lain permainan bola besar, permainan bola kecil, atletik, aquatik, dan sebagainya. Pada dasarnya setiap materi tersebut memiliki karakteristik masing-masing, seperti kondisi pembelajarannya, alat yang digunakan, dan lain-lain. Selain itu, setiap materi dalam pendidikan jasmani memiliki tingkat kompleksitas/kerumitan gerak yang berbeda-beda seperti servis bawah dalam permainan bolavoli yang dapat dikatakan relatif mudah gerakannya, namun ada pula yang gerakannya kompleks seperti lompat jauh, lompat tinggi yang gerakannya terdiri dari beberapa fase, seperti fase awalan, fase tolakan, fase melayang dan fase mendarat.
materi yang diajarkan, tingkat kebugaran jasmani yang berbeda-beda dan kurangnya pemahaman guru terkait metode pembelajaran. Dengan demikian, guru harus mampu mensiasati permasalahan ini dengan cara mengkaji metode pembelajaran serta melakukan pemilihan metode yang tepat. Dengan kata lain, guru harus mampu menerapkan metode yang cocok untuk pembelajaran gerak yang kompleks, seperti lompat jauh.
Di samping itu, ada metode pembelajaran yang sering digunakan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, salah satunya adalah metode bagian. Pada praktiknya metode ini dianggap metode tradisional, karena merupakan pengkristalan gagasan-gagasan mengajar dari teori behaviorisme (Mahendra, 2007: 275). Gambaran pelaksanaan metode bagian ini dimulai dengan mengajarkan unit-unit terkecil dari suatu keterampilan, yang pada akhirnya digabungkan menjadi suatu keterampilan yang utuh. Misalkan pada materi lompat jauh yang terdiri dari empat fase, yakni awalan, tolakan, melayang, pendaratan. Keempat fase tersebut dipelajari secara terpisah, dan setelah semua fase dipelajari siswa melakukan gerakan secara keseluruhan mulai dari fase awalan hingga pendaratan. Selain metode bagian, metode yang hampir sama dengan metode bagian adalah metode bagian progresif. Hal yang membedakannya adalah dari segi pola pembelajarannya, yakni pertama-tama yang dipelajari pada minggu pertama fase awalan, kemudian pada minggu kedua fase awalan dan fase tolakan, minggu ketiga fase awalan, fase tolakan dan fase melayang, dan minggu keempat mulai dari fase awalan hingga fase pendaratan dipelajari. Sehingga kita bisa melihat dengan jelas hal yang membedakan dari kedua metode tersebut adalah dari segi pola pembelajarannya. Selain itu, perlu diketahui bahwa kedua metode tersebut merupakan bagian dari metode pembelajaran parsial, seperti yang dijelaskan oleh Schmidt dan Wrisberg (2000: 217) bahwa metode pembelajaran parsial adalah “a procedure involving the
practice of a complex skill in a more simplified form, the three types of part
5
dalam bentuk yang lebih sederhana. Dapat penulis asumsikan bahwa metode pembelajaran parsial ini merupakan metode atau cara untuk memudahkan dan mengoptimalkan proses pembelajaran terkait dengan materi-materi yang gerakannya cenderung kompleks seperti lompat jauh, lompat tinggi dan sebagainya. Selain itu, ada tiga jenis dari metode pembelajaran parsial ini, yaitu
fractionization, segmentation, dan simplication. Schmidt dan Wrisberg (2000:
217) bahwa “Fractionization a type of part practice in which two or more parts of a complex skill are practiced separately.” Maksudnya, dua bagian atau lebih dari
keterampilan gerak kompleks yang dipelajari atau dipraktikkan secara terpisah. Sedangkan “Segmentation a type of part practice in which one part of a target skill is practiced until it is learned, then a second part is added to the first part,
and the two are practiced together, and so on until the entire target skill is
practiced, also referred to as progresisive part practice.” Maksudnya, satu bagian dari target keterampilan dipraktikkan sampai itu dipelajari, kemudian kedua ditambahkan ke bagian pertama, setelah itu keduanya dipraktikkan bersama. Begitu selanjutnya hingga semua target keterampilan dipraktikkan.
Segmentation disebut juga sebagai “progressive part practice.”
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Semarayasa tahun 2010 dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, mengenai pengaruh metode pembelajaran dan tingkat motor educability terhadap penguasaan keterampilan teknik dasar bermain sepak takraw. Hasilnya menunjukkan bahwa:
1) terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara menggunakan metode praktik keseluruhan dan bagian terhadap penguasaan keterampilan dasar bermain sepak takraw, 2) ada perbedaan penguasaan keterampilan dasar bermain sepak takraw yang signifikan antara yang memiliki tingkat motor
educability (ME) tinggi dan rendah terhadap penguasaan keterampilan dasar
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan masalah yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok antara kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian dan kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian progresif?
2. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran parsial dengan kebugaran jasmani terhadap hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok? 3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok
antara kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian dan kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian progresif pada kelompok siswa yang memiliki kebugaran jasmani tinggi?
4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok antara kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian dan kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian progresif pada kelompok siswa yang memiliki kebugaran jasmani rendah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok antara kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian dan kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian progresif. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran
persial dan kebugaran jasmani terhadap hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok.
4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok antara kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian dan kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian progresif pada kelompok siswa yang memiliki kebugaran rendah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang penulis harapkan dari beberapa hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoretis
a. Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan sumbangan bahan pemikiran untuk kajian pendidikan jasmani mengenai pentingnya pemilihan metode pembelajaran yang cocok terkait dengan jenis keterampilannya dan kondisi siswa yang beragam guna menunjang peningkatan hasil belajar gerak.
b. Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut bagi perkembangan proses belajar mengajar pendidikan jasmani. 2. Kegunaan Praktis
a. Sebagai masukan kepada pengajar pendidikan jasmani dalam upaya meningkatkan hasil belajar gerak lompat jauh siswa terkait dengan kondisi kebugaran jasmani siswa yang berbeda-beda.
b. Sebagai masukan juga kepada para pengajar pendidikan jasmani dalam menerapkan suatu metode pembelajaran jika dihadapkan pada materi pembelajaran yang tingkat kompleksitas geraknya relatif sulit dan kondisi siswa yang berbeda-beda terrkait tingkat kebugaran jasmaninya, dalam upaya meningkatkan hasil belajar gerak siswa.
E. Batasan Penelitian
Agar penelitian ini ruang lingkupnya terarah pada tujuan, maka penulis membatasi penelitian hanya pada masalah mengenai:
9
metode bagian dan bagian progresif yang dikaitkan dengan kebugaran jasmani.
2. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa putra kelas X SMK Pasundan 2 Cianjur yang berjumlah 120 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling, sehingga di ambil sebanyak 60 orang yang dijadikan sampel, sebagai kebutuhan dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel yang digunakan berkaitan dengan kebutuhan dalam desain penelitian ini. Dari masing – masing kelompok ditentukan perlakuan (A) metode bagian 30 orang dan (B) metode bagian progresif 30 orang, yang kemudian secara random didistribusikan siswa-siswa ke dalam tingkat kebugaran jasmani sehingga kelompoknya masing-masing menjadi 4 kelompok. Rinciannya kelompok siswa yang memiliki kebugaran tinggi yang diajar melalui metode bagian sebanyak 15 siswa dan metode bagian progresif sebanyak 15 siswa, selanjutnya kelompok siswa yang memiliki kebugaran rendah yang diajar melalui metode bagian sebanyak 15 siswa dan metode bagian progresif sebanyak 15 siswa.
3. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2. Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variable bebas, yaitu metode pembelajaran parsial dan kebugaran jasmani. Metode pembelajaran parsial adalah variabel bebas aktif dan dibagi ke dalam dua klasifikasi, yaitu metode bagian dan metode bagian progresif. Sedangkan kebugaran jasmani termasuk ke dalam variabel bebas atribut dan dibagi menjadi dua klasifikasi, yaitu kebugaran tinggi dan rendah. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok.
4. Lokasi penelitian adalah di SMK Pasundan 2 Cianjur.
peneliti mencoba instrumen yang digunakan lebih mengarah pada performa siswa di dalam penguasaan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok untuk perihal penilaiannya. Dengan kata lain, penelitian ini tidak memfokuskan kepada prestasi lompatan yang dicapai oleh para siswanya.
F. Definisi Operasional
Berkaitan dengan masalah yang diajukan, beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini mengandung pengertian sebagai berikut:
1. Pengaruh. Menurut Lukman (1989: 664) “Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang.” Dalam penelitian ini, pengaruh yang dimaksud adalah melihat suatu perlakuan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti mengenai efektivitas dari dua metode pembelajaran yaitu metode bagian dan metode bagian progresif yang dikaitkan dengan tingkat kebugaran jasmani terhadap hasil belajar geraknya.
2. Metode bagian. Menurut Supandi dan Laurens Seba (La Kamadi, 1999: 35) metode bagian adalah “cara mengajar yang dimulai dengan mengajarkan bagian unit terkecil dari suatu bentuk keterampilan.”
3. Metode Bagian Progresif. Menurut Mahendra (2007: 278) metode bagian progresif adalah “Suatu cara mengajar di mana bahan latihan atau keterampilan dibagi dalam beberapa unit atau bagian.” Perlu ditekankan bahwa pemisahan suatu keterampilan menjadi bagian-bagian kecil untuk pelaksanaan metode bagian progresif berbeda sifatnya dari metode bagian. Adapun hal yang membedakannya adalah pada setiap tahap, bagian yang sudah dilakukan pada tahap sebelumnya tidak ditinggalkan seperti halnya dalam metode bagian.
4. Lompat jauh. Menurut Ballesteros (Yudy Hendrayana, 2007: 79) lompat jauh adalah “Hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu awalan dengan daya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki tolak.”
11
sewaktu berada di udara menyerupai sikap seseorang yang sedang berjongkok.”
6. Pembelajaran gerak. Menurut Schmidt dan Wrisberg (2000: 12) pembelajaran gerak adalah “changes in internal processes that determine
an individual’s capability for producing a motor task. The level of an individual’s motor learning improves with practice and is often inferred by
observing relatively stable levels of the person’s motor performance.”
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian adalah salah satu cara dalam mencari suatu kebenaran melalui cara-cara ilmiah atau metode ilmiah. Metode ilmiah itu, berarti kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan. Sugiyono (2010: 2) menyatakan ciri-ciri keilmuan sebagai berikut, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengetahui dan mengamati cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment. Di samping itu penulis ingin mengetahui pengaruh variable bebas terhadap variabel terikat yang diselidiki atau diamati mengenai metode eksperimen ini Arikunto (2002: 4) berpendapat bahwa “eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu.”
54
Mengacu pada uraian tersebut, varibel-variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel bebas, yaitu metode pembelajaran parsial dan kebugaran jasmani. Metode pembelajaran parsial adalah variabel bebas aktif dan dibagi ke dalam dua klasifikasi, yaitu metode bagian dan metode bagian progresif. Sedangkan kebugaran jasmani termasuk ke dalam variabel bebas atribut dan dibagi menjadi dua klasifikasi, yaitu kebugaran tinggi dan rendah. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dan sampel merupakan bagian yang penting dari sebuah penelitian. Ketelitian dalam menentukan sampel dari sejumlah populasi sangat menentukan hasil penelitian yang dilakukan. Populasi merupakan individu atau objek yang memiliki sifat-sifat umum. Dari populasi dapat diambil sejumlah data yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti. Sugiyono (2010: 80) menjelaskan sebagai berikut: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas X SMK Pasundan 2 Cianjur yang berjumlah 120 siswa.
2. Sampel
Sampling. Sedangkan mengenai aturan yang pasti harus berapa jumlah sampel
yang diambil, sesuai dengan yang dikatakan Arikunto (2006:134) bahwa:
Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak sampel, atau semakin besar persentase sampel dari populasi, hasil penelitian akan semakin baik. Anggapan ini benar, tetapi tidak selalu demikian. Hal ini tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang dikandung oleh subyek penelitian dalam populasi. Selanjutnya sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut bertalian erat dengan homogenitas subyek dalam populasi.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian tidak selalu menghasilkan penelitian yang baik karena hal tersebut tergantung dari sifat-sifat dan ciri-ciri yang terdapat pada subyek penelitian dalam populasi. Adapun pernyataan lain yang diungkapkan Arikunto (1996: 120), tentang penentuan sampel penelitian bahwa “untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.”
Dari penjelasan-penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian tidak selalu menghasilkan penelitian yang baik karena hal tersebut tergantung dari sifat-sifat dan ciri-ciri yang terdapat pada subyek penelitian dalam populasi dan juga sampel yang diambil dari populasi dapat pula dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti dari segi waktu, tenaga dan biaya.
56
dilakukan peneliti didalam pemilihan sampel yang dibutuhkan yaitu kelompok kebugaran tinggi dan kelompok kebugaran rendah sesuai yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 siswa, dengan rincian 30 siswa kelompok yang diajar melalui metode bagian dan 30 siswa yang diajar melalui metode bagian progresif. Kemudian dibagi lagi ke dalam kategori kebugaran tinggi dan rendah menjadi 4 kelompok, yang masing-masing berjumlah 15 siswa.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2 x 2. Menurut
Sugiyono (2010: 76), bahwa “Desain faktorial merupakan desain yang
memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan (variabel bebas) terhadap hasil (variabel terikat).” Desain ini melibatkan beberapa faktor (peubah bebas aktif dan atribut) yang digarap bersama–sama sekaligus (terdiri dari dua faktor). Dua faktor (peubah bebas) yang terlibat dalam eksperimen ini adalah metode pembelajaran dan kebugaran jasmani. Digambarkan dalam sebuah Tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Desain Penelitian Faktorial 2 x 2
Metode Pembelajaran Parsial Kebugaran
Jasmani
Bagian A1
Bagian Progresif A2
Tinggi B1
A1B1 A2B1
Rendah B2
Keterangan:
A = Metode pembelajaran dibagi menjadi dua klasifikasi
A1 = Metode bagian
A2 = Metode bagian progresif B = Tingkat kebugaran Jasmani
B1 = Kebugaran Tinggi
B2 = Kebugaran rendah
µ A1B1 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan metode bagian dan memiliki kebugaran tinggi dalam hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok.
µ A1B2 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan metode bagian dan memiliki kebugaran rendah dalam hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok.
µ A2B1 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan metode bagian progresif dan memiliki kebugaran tinggi dalam hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok.
µ A2B2 = Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan metode bagian progresif dan memiliki kebugaran rendah dalam hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok.
Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menyimpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksankan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Sudjana (1992: 7) menjelaskan bahwa “desain penelitian adalah suatu rancangan percobaan (dengan tiap langkah tindakan yang betul-betul teridentifikasikan) sedemikian rupa sehingga informasi yang berhubungan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diselidiki dapat dikumpulkan.”
Desain penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan dua variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan sebagai penyebab salah satu faktor dalam penelitian. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi.
58
Tabel 3.2.
Sampel Kedua Kelompok Penelitian
Metode Pembelajaran Parsial
Kebugaran Jasmani
Bagian A1
Bagian progresif A2
Jumlah
Tinggi B1
15 15 30
Rendah B2
15 15 30
TOTAL 30 30 60
D. Instrumen Penelitian
1. Tes Kebugaran Jasmani
Untuk menentukan tingkat kebugaran jasmani, peneliti menggunakan tes kebugaran jasmani Indonesia untuk tingkat menengah atas, dalam Nurhasan (2007: 120-121). Butir-butir tesnya, terdiri dari:
a. Tes lari cepat 60 meter
b. Tes angkat tubuh (30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra) c. Tes baring duduk 60 detik
d. Tes loncat tegak
e. Tes lari jauh (1000 meter untuk putri; 1200 meter untuk putra)
2. Tes Gerak Lompat Jauh
Instrumen penelitian yang digunakan untuk tes gerak lompat jauh gaya jongkok adalah penilaian berskala (rating scales). Penilaian berskala ini dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) analisis skala penilaian; b) analisis format skala penilaian.
a. Analisis skala penilaian
Untuk mengukur perubahan perilaku terampil sebagai akibat dari latihan, dilakukan penilaian berskala melalui hasil observasi performa. Berdasarkan hasil observasi performa keterampilan gerak seseorang dapat diamati, diteliti selanjutnya dicatat dan dimaknai. Penilaian berskala ini dinyatakan dalam kategori data nominal yang diubah menjadi data interval. Melalui cara ini dapat ditafsirkan tentang kemajuan, kemandegan atau kemunduran hasil belajar keterampilan gerak seseorang dalam jangka waktu tertentu.
60
b. Analisis format skala penilaian
Komponen penguasaan keterampilan gerak teknik lompat jauh gaya jongkok siswa SMK yang diobservasi, terdiri dari: 1) Fase Awalan, 2) Fase Tolakan, 3) Fase Melayang, 4) Fase Pendaratan.
E. Uji Coba Instrumen
Untuk instrumen lompat jauh gaya jongkok sebelum digunakan untuk mengumpulkan data yang sebenarnya, harus terlebih dahulu diujicobakan guna mendapatkan validitas dan reliabilitasnya. Untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas dari instrumen tersebut harus diujicobakan kepada beberapa orang yang mempunyai karakteristik atau identik dengan populasi dan sampel penelitian. Dari hasil uji coba instrumen tersebut selanjutnya dilakukan analisis dan interpretasi yang data digunakan sebagai dasar penyempurnaan instrumen. Uji coba instrumen ini dilakukan kepada 60 orang siswa putra kelas X SMK Pasundan 1 Cianjur pada bulan Agustus 2013 dilapangan Badak Putih Kabupaten Cianjur dan selanjutnya dilakukan analisis. Instrumen yang telah diujicobakan tersebut adalah instrumen keterampilan gerak lompat jauh gaya jongkok yang dikembangkan sendiri oleh peneliti sebagai variabel terikat. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Instrumen Keterampilan Gerak Lompat Jauh Gaya Jongkok
a. Definisi Konseptual
fase gerakan ini harus dilakukan dengan koordinasi gerakan yang teratur dari fase awalan, toakan, melayang dan mendarat.
b. Definisi Operasional
Keterampilan gerak lompat jauh gaya jongkok adalah kemampuan dalam melakukan rangkaian gerakan lompat jauh gaya jongkok mulai darifase awalan, tolakan, melayang dan mendarat yang kemudian diberikan nilai oleh juri. Aspek atau indikator yang diamati dalam memperoleh skor keterampilan lompat jauh gaya jongkok ini terdiri dari empat indikator yaitu: 1) teknik awalan, dilakukan dengan irama lari teratur dan sikap kecondongan tubuh yang benar, 2) teknik tolakan, dilakukan dengan benar dan pada saat tinggal landas membentuk sudut antara 18 – 22 derajat, 3) teknik melayang, dilakukan dengan koordinasi gerakan lengan dan tungkai secara luwes di udara, 4) teknik mendarat, dilakukan dengan pendaratan dalam posisi gaya jongkok serta mempertahankan keseimbangannya. Masing-masing indikator mempunyai lima butir soal yang dinilai. Jumlah keseluruhan butir instrumen adalah 20. Butir-butir instrumen atau indikatornya dinilai oleh dua orang juri dengan rentang nilai 1 sampai 5. Skor yang diberikan pada keterampilan atau performa lompat jauh tersebut merupakan kebenaran secara teknik dalam melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok.
[image:31.595.108.511.244.761.2]Berikut dapat dilihat data hasil uji coba instrumen lompat jauh gaya jongkok pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3.
Data Hasil Uji Coba Instrumen Lompat Jauh Gaya Jongkok
Siswa Putra Kelas X SMK Pasundan 1 Cianjur
No Nama Tes Re-tes Reliabilitas antar Penilai
Tes 1 Tes 2 Pengamat 1 Pengamat 2
1 AJ 12 13 12 12
2 CH 10 9 10 9
3 DF 13 14 13 13
4 FL 11 12 11 11
5 IF 13 12 13 12
6 AR 9 8 9 8
7 AD 8 10 8 9
62
9 AH 11 12 11 11
10 MF 14 13 14 13
11 DK 13 12 13 12
12 RP 11 11 11 11
13 AM 11 13 11 12
14 FF 14 12 14 13
15 ZZ 11 13 11 12
16 RI 10 10 10 10
17 HH 9 11 9 10
18 R 8 9 8 8
19 RJ 11 10 11 10
20 YA 13 14 13 13
21 RI 14 14 14 14
22 DD 8 8 8 8
23 HN 14 13 14 13
24 AS 12 14 12 13
25 RN 10 9 10 9
26 FNI 15 14 15 14
27 RT 10 12 10 11
28 AL 13 14 13 13
29 RH 14 13 14 13
30 DS 15 14 15 14
31 DM 12 11 12 11
32 AH 7 9 7 8
33 YP 12 11 12 11
34 IF 12 13 12 12
35 IM 14 14 14 14
36 RS 10 12 10 11
37 AD 13 14 13 13
38 AM 11 12 11 11
39 AK 8 9 8 8
40 AI 13 12 13 12
41 IV 12 14 12 13
42 AA 10 11 10 10
43 AR 9 12 12 10
44 RM 13 14 10 13
45 RY 13 14 9 13
46 BG 12 13 13 12
47 IQ 15 14 13 14
48 PP 12 13 12 12
49 LM 11 12 15 11
50 FR 14 12 12 13
51 FI 13 14 11 13
53 FN 10 12 13 11
54 RF 13 14 13 13
55 RR 14 14 10 14
56 MY 14 15 13 14
57 YS 12 13 14 12
58 FS 11 11 14 11
59 AH 10 11 12 10
60 AY 12 11 11 11
2. Uji Validitas
Validitas (Kesahihan) suatu instrumen menunjukkan apakah instrumen yang digunakan mengukur apa yang seharusnya diukur. Fraenkel (2006: 151) membagi validitas menjadi tiga jenis yaitu: validitas isi, validitas kriteria dan validitas konstruk.
a. Pengujian validitas isi (Content Validity)
Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara instrumen dengan materi.
b. Pengujian Validitas Kriteria (Criterion related Evidence)
Memberikan tes dan membandingkannya dengan variabel kriteria. dengan validitas kriteria dimaksudkan adanya kesesuaian antara prediksi dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Dengan kata lain apabila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan.
c. Pengujian validitas konstruksi
Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment expert). Setelah dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2010: 125).
64
representatif terhadap isi dan tujuan sebagaimana tercantum dalam kurikulum silabus atau buku teks (Suherman, 2001: 39).
Format penguasaan keterampilan gerak lompat jauh gaya jongkok ini diambil dari sumber buku Suherman (2001) yang berjudul pembelajaran atletik dan buku Suherman (2003) yang berjudul belajar lompat jauh.
Di bawah ini dikemukakan format pengamatan penguasaan keterampilan teknik lompat jauh gaya jongkok (Tabel 3.3) dan skala penilaian penguasaan keterampilan teknik lompat jauh gaya jongkok (Tabel 3.4).
Tabel 3.4.
Format Pengamatan Penguasaan Keterampilan Gerak Lompat Jauh Gaya Jongkok
KOMPONEN YANG DIUKUR 1 2 3 4 5 jml
1. TEKNIK AWALAN
2. TEKNIK TOLAKAN
3. TEKNIK MELAYANG DI UDARA
4. TEKNIK MENDARAT
TOTAL SKOR
Tabel 3.5.
Format Penilaian Penguasaan Keterampilan Gerak Lompat Jauh Gaya Jongkok
No Materi Indikator Kriteria yang dinilai Nilai 1 L O M P A T J A U H
Awalan 1. Berlari dengan kecondongan badan yang cukup.
2. Berlari dengan frekuensi langkah yang cukup.
3. Koordinasi lengan dan tungkai. 4. Berlari lurus dengan lintasan. 5. Dapat mengontrol lari saat akan
menolak.
1= tercapai 1 kriteria 2= tercapai 2 kriteria 3= tercapai 3 kriteria 4= tercapai 4 kriteria 5= tercapai 5 kriteria
2 Tolakan 1. Melakukan tolakan dengan satu kaki yang terkuat.
2. Melakukan persiapan tolakan. 3. Melakukan tolakan dengan
koordinasi yang baik. 4. Melakukan tolakan tepat di
[image:34.595.108.518.228.759.2]papan tolakan.
5. Sudut titik berat badan saat tinggal landas antara 18º-22º. 3 Melayang 1. Mempertahankan posisi tolakan.
2. Mempertahankan titik berat badan yang baik.
3. Koordinasi gerakan lengan dan tungkai.
4. Melakukan posisi gaya jongkok. 5. Mempersiapkan untuk
melakukan pendaratan.
1= tercapai 1 kriteria 2= tercapai 2 kriteria 3= tercapai 3 kriteria 4= tercapai 4 kriteria 5= tercapai 5 kriteria
4 Mendarat 1. Mendarat dengan dua kaki. 2. Mendarat sesuai lintasan
lompatan.
3. Mempertahankan posisi tertutup pada saat mendarat.
4. Mendarat dengan kesimbangan yang baik.
5. Keadaan koordinasi tubuh pada saat mendarat.
1= tercapai 1 kriteria 2= tercapai 2 kriteria 3= tercapai 3 kriteria 4= tercapai 4 kriteria 5= tercapai 5 kriteria
3. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan cara tes-retes dan uji reliabilitas antar penilai. Berdasarkan penghitungan uji reliabilitas tes-retes, hasilnya menunjukkan bahwa tingkat reliabel sebesar 0,80. Artinya berdasarkan tabel dalam buku Asesmen belajar dalam pendidikan jasmani (Suherman, 2001: 42) angka korelasi reliabel 0,80 termasuk kategori tinggi. Penghitungan uji reliabilitas tes retes ini dapat dilihat dalam lampiran 4 di halaman 120.
Berdasarkan penghitungan uji reliabilitas antar penilai, hasilnya menunjukkan bahwa tingkat reliabel sebesar 0,74. Artinya berdasarkan tabel dalam buku Asesmen belajar dalam pendidikan jasmani (Suherman, 2001: 42) angka korelasi reliabel 0,74 termasuk kategori tinggi. Penghitungan uji reliabilitas tes retes ini dapat dilihat dalam lampiran 5 di halaman 122.
4. Kesimpulan Uji Coba Instrumen
66
perihal uji coba instrumen yang hasilnya antara lain (1) kisi-kisi (format penilaian) performa lompat jauh sudah representatif terhadap isi dan tujuan sebagaimana tercantum dalam kurikulum, silabus, atau buku teks; (2) hasil uji reliabilitas tes-retes yang menunjukkan angka korelasi 0,80 dan uji reliabilitas antar penilai menunjukkan angka korelasi 0,74. Berdasarkan katerangan tersebut, bahwa instrumen tes performa lompat jauh ini dapat digunakan untuk penelitian penulis.
F. Validitas Penelitian
1. Validitas Internal
Pengontrolan validitas internal adalah pengendalian terhadap variabel– variabel luar yang dapat menimbulkan interpretasi lain. Variabel–variabel yang dikontrol meliputi :
a. Pengaruh sejarah
Selama mengikuti aktivitas latihan atau belajar, sampel tidak diperbolehkan mengikuti aktivitas latihan diluar jadwal eksperimen. Hal ini dilakukan agar kualitas penelitian ini tetap terjaga hingga waktu yang telah ditentukan.
b. Pengaruh pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan
Untuk menghindari adanya proses pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan, perlakuan diberikan dalam waktu tidak terlalu lama, yaitu selama 16 pertemuan (dua bulan).
c. Pengaruh instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini,harus tetap, tidak ada perubahan sedikit pun di dalam pelaksanaannya, artinya setiap tester mendapat hak yang sama dalam setiap tes yang dilakukannya. Yakni tes ini menggunakan observasi, artinya lebih fokus terhadap proses belajar geraknya apabila sudah menguasai penelitiannya segera dihentikan.
d. Pengaruh pemilihan subjek
Dikontrol dengan penempatan subjek yang memiliki kemampuan yang kurang lebih sama, subjek dibagi dua kelompok eksperimen dengan Purposive
e. Pengaruh kehilangan peserta penelitian
Dikontrol dengan terus-menerus memotivasi dan memonitor kehadiran sampel melalui daftar hadir yang ketat sejak dari awal sampai akhir eksperimen.
f. Pengaruh perlakuan
Dikontrol dengan memberikan perlakuan yang sama kepada kelompok eksperimen.
2. Validitas Eksternal
Pengkontrolan validitas eksternal adalah pengendalian terhadap beberapa faktor agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Pengkontrolan tersebut meliputi:
a. Validitas populasi
Bertujuan agar karakteristik sampel dapat mewakili populasi, sampel diambil secara acak atau random. Dikontrol dengan mengambil sampel siswa dengan tingkat belajarnya yang sama; juga mesti memberikan hak yang sama kepada setiap sampel dalam penerimaan perlakuan penelitian.
b. Validitas ekologi
Dikontrol dengan : (1) seluruh program belajar disusun dan dijadwalkan dengan jelas, misalnya tidak mengubah jadwal yang telah ditetapkan; (2) digunakan satu buah lapangan olahraga yang cukup memadai; (3) tidak memberitahukan kepada siswa bahwa mereka sedang dijadikan subyek penelitian untuk menghindari pengaruh reaktif akibat proses penelitian tersebut.
68
G. Langkah-Langkah Penelitian
Dalam penelitian penulis menentukan langkah-langkah penelitian dengan maksud untuk memperoleh data yang lebih akurat serta tidak adanya ketimpangan dalam penelitian. Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Persiapan yang meliputi:
1) Memepersiapkan rancangan desain proposal penelitian.
2) Melakukan pengamatan dan wawancara untuk memperoleh data yang akan dijadikan sampel penelitian.
3) Mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan terkait dengan variabel penelitian.
b) Penentuan metode, populasi, sampel dan desain penelitian. c) Penyusunan instrument penelitian.
1) Mempersiapkan tes untuk memperoleh data terkait dengan penelitian yang diteliti.
d) Melakukan pengumpulan data
e) Menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis data yang tepat dan menguji hipotesis penelitiannya.
f) Mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian sebagai karya ilmiah.
g) Membuat kesimpulan hasil penelitian.
H. Pengolahan dan Analisis Data
Penghitungan dan analisis data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:
2. Melakukan pengujian homogenitas beberapa varians dengan menggunakan uji Bartlett. Tujuan uji homogenitas data ini adalah untuk mengetahui bahwa data yang diperoleh berasal dari sampel yang homogen atau tidak. 3. Melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis
varians faktorial (ANAVA) dua arah pada taraf signifikansi α= 0,05 dan jika terdapat interaksi maka dilanjutkan dengan Uji Tukey. Dengan demikian hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ho : µA1 = µA2
Hi : µA1 > µA2
2. Ho : Interaksi A x B = µA2
Hi : Interaksi A x B ≠ µA2
3. Ho : µA1B1 = µA2B1
Hi : µA1B1 > µA2B1
4. Ho : µA1B2 = µA2B2
Hi : µA1B2 > µA2B2
4. Analisis dan Deskripsi Data
Dalam analisis dan deskripsi data yang dilakukan adalah menganalisa serta mendeskripsikan angka-angka yang ada dari hasil penghitungan statistik. Selain itu, analisis didasarkan pada hipotesis yang dibuat untuk dapat memaknai nilai dan angka yang dihasilkan dari penghitungan
Keterangan
µA1 : Rata-rata hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok kelompok siswa yang diajar dengan metode bagian
70
µA1B1 : Rata-rata hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok kelompok siswa yang memiliki kebugaran tinggi yang diajar dengan metode bagian
µA2B1 : Rata-rata hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok kelompok siswa yang memiliki kebugaran tinggi yang diajar dengan metode bagian progresif
µA1B2 : Rata-rata hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok kelompok siswa yang memiliki kebugaran rendah yang diajar dengan metode bagian
µA2B2 : Rata-rata hasil belajar gerak lompat jauh gaya jongkok kelompok siswa yang memiliki kebugaran rendah yang diajar dengan metode bagian progresif
I. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan selama kurang lebih dua bulan. Penelitian dilaksanakan di lingkungan sekolah. Untuk lebih jelasnya mengenai aktivitas dan jadwal pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
Pembelajaran Metode Bagian
Lama : 2 bulan (16 pertemuan) Hari : Senin, Rabu dan Jumat Waktu : Pukul 15.30 – 17.30 WIB
Tempat : Lapangan SMK Pasundan 2 Cianjur
Pembelajaran Metode Bagian Progresif
Lama : 2 bulan (16 pertemuan) Hari : Selasa, Kamis dan Sabtu Waktu : Pukul 15.30 – 17.30 WIB
Tempat : Lapangan SMK Pasundan 2 Cianjur
Tabel 3.6.
Program Pembelajaran Lompat Jauh Metode Bagian dan Bagian Progresif
Metode Bagian Metode Bagian Progresif
Pertemu an
Materi/ Fokus Pembelajaran Pertemuan Materi/ Fokus Pembelajaran
Tes awal Keterampilan lompat jauh gaya jongkok
Tes awal Keterampilan lompat jauh gaya jongkok
1
2 – 4
5 – 7
8 – 10
11 – 13
14
15
16
- Penjelasan lompat jauh.
- Latihan awalan lompat jauh.
- Latihan tolakan lompat jauh.
- Latihan melayang lompat jauh.
- Latihan mendarat lompat jauh.
- Latihan teknik dasar awalan, tolakan, melayang dan mendarat lompat jauh.
- Latihan variasi dan kombinasi lompat jauh.
- Melakukan perlombaan lompat jauh dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi secara berkelompok.
1
2 – 4
5 – 7
8 – 10
11 – 13
14
15
16
- Penjelasan lompat jauh.
- Latihan tolakan lompat jauh.
- Latihan awalan dan tolakan lompat jauh.
- Latihan awalan, tolakan dan melayang lompat jauh.
- Latihan awalan, tolakan, melayang dan mendarat lompat jauh.
- Latihan teknik dasar awalan, tolakan, melayang dan mendarat lompat jauh.
- Latihan variasi dan kombinasi lompat jauh.
- Melakukan perlombaan lompat jauh dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi secara berkelompok.
- Tes akhir (keterampilan lompat jauh gaya jongkok)
- Tes akhir (keterampilan lompat jauh gaya jongkok)
72
Tabel 3.7.
Skenario Proses Belajar Mengajar Metode Bagian dan Bagian Progresif Keterampilan Lompat Jauh Gaya jongkok
Metode Pembelajaran:
- Metode Bagian
- Demontrasi, Ceramah, Penugasan.
Metode Pembelajaran:
- Metode Progresif
- Demontrasi, Ceramah, Penugasan.
a. Pendahuluan
1. Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan
penjelasan tujuan pembelajaran. 2. Siswa melakukan peregangan
statis, lari, dinamis.
b. Inti Penyajian
1. Penjelasan cara melakukan latihan
teknik dasar awalan lompat jauh
(awalan, tumpuan, melayang di
udara dan mendarat) dengan
koordinasi yang baik.
2. Menganalisis bagian–bagian
gerakan teknik dasar lompat jauh
(awalan, tumpuan, melayang di
udara dan mendarat)
3. Siswa melakukan Melakukan
latihan teknik dasar awalan
lompat jauh.
4. Siswa melakukan Melakukan
latihan teknik dasar tolakan
lompat jauh.
5. Siswa melakukan Melakukan
latihan teknik dasar melayang
a. Pendahuluan
1. Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan
penjelasan tujuan pembelajaran. 2. Siswa melakukan peregangan
statis, lari, dinamis.
b. Inti Penyajian
1. Penjelasan cara melakukan latihan
teknik dasar lompat jauh (awalan,
tumpuan, melayang di udara dan
mendarat) dengan koordinasi yang
baik .
2. Menganalisis bagian–bagian
gerakan teknik dasar lompat jauh
(awalan, tumpuan, melayang di
udara dan mendarat)
3. Melakukan teknik dasar gerakan
awalan lompat jauh gaya jongkok.
4. Melakukan teknik dasar gerakan
awalan dan tolakan lompat jauh
gaya jongkok.
5. Melakukan latihan teknik dasar
lompat jauh awalan, tolakan dan
diudara lompat jauh.
6. Siswa melakukan Melakukan
latihan teknik dasar mendarat
lompat jauh.
7. Siswa Melakukan latihan teknik
dasar lompat jauh (awalan,
tumpuan, melayang di udara dan
mendarat)
8. Siswa melakukan Perlombaan
lompat jauh dengan menggunakan
peraturan yang dimodifikasi
secara berkelompok.
c. Penutup
1. Berbaris, Pendinginan, guru
menjelaskan kembali perihal
materi pada pertemuan tersebut,
diskusi, berdoa, bubar.
jauh gaya jongkok.
6. Melakukan latihan teknik dasar
lompat jauh awalan, tolakan, sikap
badan saat di udara dan mendarat
lompat jauh gaya jongkok.
7. Siswa melakukan latihan variasi
dan kombinasi teknik dasar
lompat jauh (awalan, tumpuan,
melayang di udara dan mendarat).
8. Siswa melakukan Perlombaan
lompat jauh dengan menggunakan
peraturan yang dimodifikasi
secara berkelompok.
c. Penutup
1. Berbaris, Pendinginan, guru
menjelaskan kembali perihal materi
pada pertemuan tersebut, diskusi,
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarakan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil belajar gerak lompat jauh siswa yang diajar melalui metode bagian progresif lebih baik daripada siswa yang diajar melalui metode bagian.
2. Terdapat interaksi antara metode parsial dan kebugaran jasmani terhadap hasil belajar gerak lompat jauh.
3. Hasil belajar gerak lompat jauh kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian progresif lebih baik dari pada kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian pada kelompok siswa yang memiliki kebugaran tinggi.
4. Hasil belajar gerak lompat jauh kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian lebih baik daripada kelompok siswa yang diajar melalui metode bagian progresif pada kelompok siswa yang memiliki kebugaran rendah.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka implikasi teoritisnya adalah:
a. Keberhasilan pencapaian tujuan penelitian khususnya hasil belajar gerak lompat jauh siswa dipengaruhi oleh metode bagian progresif yang diterapkan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.
b. Peningkatan hasil belajar gerak dapat dicapai dengan penerapan metode bagian progresif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka implikasi penelitian terhadap penerapan praktisnya adalah:
antara metode pembelajaran parsial dengan kebugaran jasmani berpengaruh terhadap hasil belajar gerak lompat jauh, (3) bagi siswa yang memiliki kebugaran tinggi lebih baik di ajar dengan menggunakan metode bagian progresif, (4) bagi siswa yang memilki kebugaran rendah lebih baik di ajar dengan metode bagian. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka implikasi praktis hasil penelitian ini adalah untuk : (a) mengidentifikasi tingkat kebugaran jasmani, (b) pengelolaan proses belajar dengan menggunakan metode bagian progresif, (c) pengelolaan proses belajar dengan menggunakan metode bagian, dan (d) mengembangkan metode bagian progresif dan metode bagian bersama–sama diterapkan dalam proses pembelajaran lompat jauh. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga bagi para pihak yang terkait dengan lingkup pendidikan jasmani serta dapat dijadikan bahan masukan dalam strategi belajar mengajar bagi para guru pendidikan jasmani di persekolahan.
C. Saran
91
untuk selalu menggali/mengkaji tentang kepenjasannya, terutama mendalami metode pembelajaran dalam penjas guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan dapat diraih secara optimal. Catatan bahwa mengajar penjas itu tidak mudah, sehingga siapa saja bisa melakukannya. Atas dasar itulah para guru penjas harus senantiasa meningkatkan keilmuannya di bidang penjas agar kompetensi yang dimiliki meningkat dan berkualitas. Bagi para guru yang telah menggunakan metode pembelajaran ini agar tetap mempertahankan dan mensosialisasikannya untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran ke arah yang lebih baik lagi.
2. Bagi siswa, disarankan agar lebih bersemangat lagi dalam mengikuti pembelajaran penjas. Selain itu, untuk menunjang hasil belajar gerak atau materi lainnya direkomendasikan agar siswa memiliki tingkat kebugaran jasmani yang baik. Untuk memperoleh tingkat kebugaran jasmani yang baik, diperlukan melakukan aktivitas jasmani maupun berolahraga yang teratur dan menerapkan pola hidup sehat. Di samping itu, siswa yang memiliki kebugaran jasmani baik akan berdampak terhadap kualitas hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam
Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.
Adi, Winendra dkk. (2008). Seri Olahraga, Atletik-Lari-Lompat-Lempar. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Ali, Lukman, dkk. (1989). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. _ _ _ _ _ _. (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.
Cetakan ke XII, Jakarta: PT Rineka Cipta.
_ _ _ _ _ _. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Bahagia, dkk. (2000). Atletik. Jakarta: Depdiknas.
Depdikbud. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dlis, Firman. (1992). Pengaruh Strategi mengajar dan Teknik Pemberian
Umpan Balik Terhadap Prestasi Lempar Cakram. Tesis. Jakarta: IKIP
Jakarta.
Fawaid, A. dan Mirza, A. (2009). Terjemahan Buku Models of Teaching. Edisi
Kedelapan. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Fraenkel J.R and Wallen N.E. (1993). How to Desaign and Evaluate Research in
Education. Mc Graw-Hill. USA.
Giriwijoyo, Santosa. (2012). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Rosdakarya.
Gusril. (1992). Pengaruh Metode Latihan dan Kemampuan Motorik Terhadap
Prestasi Belajar Bola Voli. Tesis. Jakarta: IKIP Jakarta.
Grissom, J.B (2005) “ Physical and Academic achievment.” Journal of Exercise Physiology.
Hamalik, Oemar. (20090. Perencanaan Pengajaran Berdasrkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
93
Hergenhahn, B.R., & Olson, M.H. (2010). Theories of Learning. Jakarta: Kencana.
Hendrayana, Yudy. (2007). Modul Bermain Atletik. Bandung: PJKR FPOK UPI. Husdarta dan Saputra, Y. M. (2000). Belajar dan Pebelajaran. Departemen
Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kamadi, La. (1999). Pengaruh Metode Keseluruhan dan Metode bagian
Terhadap Penguasaan Keterampilan Dasar Bola Voli Siswa SLTP dengan Tingkat Motor Educability Tinggi dan Rendah. Tesis. Bandung: IKIP
Bandung.
Kosasih, Nana. (1987). Pengaruh Metode Belajar Keseluruhan-Bagian dan
Metode Bagian-Keseluruhan terhadap Prestasi Belajar Panahan Bagi Mahasiswa yang Mempunyai Kekuatan Otot Punggung dan Ketepatan Membidik Berbeda. Disertasi. Jakarta: IKIP Jakarta.
Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan
Metode. Depdikbud. Dirjendikti: Jakarta.
_ _ _ _ _ _. (1989). Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Depdiknas.
_ _ _ _ _ _. (1991). Manusia dan Olahraga. Seri Bahan Kuliah Olahraga di ITB. Penerbit: Kerjasama ITB dan FPOK/IKIP UPI.
_ _ _ _ _ _. (2001). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: P2LPTK Depdikbud RI
_ _ _ _ _ _. (2001). Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan di
Sepanjang Hayat. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti.
Mahendra, Agus. (2003). Asas-Asas Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas. _ _ _ _ _ _. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI. Ma’mun, A. dan Subroto, T. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam
Pembelajaran Bolavoli: Konsep dan Metode Pembelajaran. Jakarta:
Direktorat Jenderal Olahraga.
Muhamad, Memet. (2010). Hubungan Antara Kecepatan Lari 100 Meter dengan
Mukholid, A. (2007). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Yudhistira.
Nieman, David C. (1990). Fitnes and Sport Medicine An introduction. California : Bull Publishing Company Palo Alto.
Nur, Lutfi. (2013). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Kebugaran
Jasmani Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket. Tesis. Jurusan
Pendidikan Olahraga UPI.
Nurhasan, dkk. (1999). Tes dan Pengukuran. Bandung: FPOK UPI. Nurhasan, dkk. (2008). Statistik. Bandung: FPOK UPI.
Rink, E. Judith. (1985). Teaching Physical Education for Learning. Times Mirror/ Mosby College Publishing, St. Louis, Toronto, Santa Clara.
Sagala, Syaiful. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Samsudin. (2008). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Jakarta: Prenada Media Grup.
Saputra, Yudha M. (2001). Dasar-Dasar Keterampilan Atletik. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Olahraga.
Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi. Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Schmidt, R.A., & Wrisberg, C.A. (2000). Motor Learning and Performance: a
Problem-Based Learning Approach. Champaign: Human Kinetics.
Semarayasa, I Ketut. (2010). Pengaruh Metode Pembelajaran dan Tingkat
Motor Educability Terhadap Penguasaan Keterampilan Teknik Dasar Bermain sepak Takraw. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 43,
Nomor 8, April 2010, hlm. 66-71.
Singer, Robert, N. (1980). Motor Learning and Human Performance and
Application to Motor Skill and Movement Behaviors. New York:
Macmillan Publishing Co.
Slamet, Suherman. (2009). Pengaruh Media Pembelajaran dalam Model
Pembelajaran Taktis dan Kemampuan Motorik Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bermain Bolavoli. Tesis. Prodi POR Pascasarjana UPI.
95
Subakti, Sabar. (2011). Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan
Kemampuan Gerak Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Menembak Hoki Lapangan. Tesis. FIK. Universitas Sebelas Maret.
Sudjana. (1989). Metode Penelitian. PT Alumni Bandung. _ _ _ _ _ _. (1992) Metode Penelitian. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhendro, Andi. (1999). Dasar-Dasar Kepelatihan. Cetakan Ketiga. Jakarta: Universitas Terbuka. Departemen P&K.
Suherman, A. dkk. (2001). Pembelajaran Atletik: Pendekatan Permainan dan
Kompetisi. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.
Suherman, A. (2001). Asesmen Belajar dalam Pendidikan Jasmani: Evaluasi
Alternatif untuk Sekolah Lanjutan Tingka