• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ketersediaan Air Terhadap Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum Frutescens)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ketersediaan Air Terhadap Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum Frutescens)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cabai rawit (Capsicum frutescens) memiliki potensi sebagai jenis sayuran untuk dikembangkan karena penting peranannya baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional maupun komoditas ekspor. Kebutuhan manusia yang semakin beragam menyebabkan semakin berkembangnya pemanfaatan cabai sebagai obat-obatan, kosmetik, zat warna, pencampuran minuman dan lainnya, sehingga kebutuhan bahan baku cabai akan terus meningkat setiap tahunnya (Zulkifli et al., 2000).

Produksi cabai di Indonesia sangat fluktuatif dari tahun ke tahun, sedangkan konsumsi per kapita cenderung terus meningkat. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Holtikultura Departemen Pertanian (2008) rata-rata hasil produksi cabai besar dan cabai rawit pada tahun 2007 berturut-turut adalah 6,30 ton/ha dan 4,67 ton/ha. Tahun 2007 konsumsi cabai merah, cabai hijau, dan cabai rawit di Indonesia berturut-turut adalah 1,47 kg/kapita/tahun; 0,3 kg/kapita/tahun;

dan 1,51 kg/kapita/tahun.

Tanaman cabai (Capsicum frustescens) merupakan tanaman hortikultura yang dapat hidup pada tanah dengan kondisi air tanah sedang. Indonesia terletak di daerah tropis dengan dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau yang berkepanjangan dapat menyebabkan ketersediaan air tanah semakin berkurang. Menurut Kurnia (2004), petani Indonesia umumnya mengandalkan curah hujan dalam mengairi tanah garapannya sehingga produksi cabai relatif rendah akibat pada bulan-bulan tertentu tidak mendapatkan hujan.

Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman meliputi sinar matahari, curah hujan, kelembaban, suhu dan angin, dan sangat peka terhadap kekurangan air. Fungsi air adalah sebagai pelarut, pengangkut unsur hara ke organ

(2)

tanaman, dan berperan dalam proses fotosintesis dan respirasi. Akibat kekurangan air menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan mati (Zulkifli et al., 2000).

Defisit air berasosiasi dengan beberapa proses fisiologi yang berhubungan langsung dengan pertumbuhan yang dapat menyebabkan kematian. Cekaman kekeringan yang dialami tanaman memiliki pengaruh yang beragam bergantung pada varietas, besar dan lamanya cekaman, dan masa pertumbuhan tanaman. Karakter morfologi yang umum untuk menduga tingkat toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan dengan mengamati perkembangan perakaran yang dapat digunakan untuk membedakan tanaman yang tahan atau tanaman peka (Hanum et al., 2007).

Kekurangan air di dalam jaringan tanaman dapat juga disebabkan oleh transpirasi yang berlebihan melalui stomata dan kutikula atau disebabkan oleh

keduanya. Lebih dari 90% transpirasi terjadi melalui stomata di daun. Stomata berperan sebagai alat untuk pertukaran CO2 dalam proses fisiologi yang berhubungan dengan produksi, selain itu stomata juga berperan sebagai alat untuk penguapan (Lestari, 2006).

Krisis ketersediaan air tanah dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan tumbuhan khususnya pada tanaman cabai, sehingga dengan adanya penelitian ini dapat diketahui kebutuhan air tanah minimal yang masih mampu mendukung pertumbuhan dan produksi cabai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang selalu menggunakan cabai segar dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Perumusan Masalahan

Masyarakat Indonesia memiliki budaya mengkonsumsi cabai dalam keadaan segar (bukan awetan) setiap harinya dibandingkan dengan masyarakat barat yang sudah terbiasa mengkonsumsi cabai dalam kemasan akibat adanya perbedaan musim negara barat dengan Indonesia. Perbedaan musim ini

(3)

menyebabkan Indonesia dapat memperoleh atau mengonsumsi cabai segar setiap harinya. Musim kemarau memberikan cekaman kekeringan pada tanaman cabai sehingga produktivitas cabai menurun dan berkurangnya ketersediaan buah cabai segar. Kondisi tersebut menyebabkan harga cabai di pasaran terus meningkat ketika kemarau tiba. Permintaan dan konsumsi cabai yang tetap tinggi setiap tahunnya, menuntut adanya produksi cabai yang tumbuh baik pada tanah dengan kandungan air yang tidak banyak. Hal ini didukung oleh ketersediaan lahan kering di Indonesia yang cukup luas dibandingkan lahan berpengairan yang dapat menjadi potensi besar untuk menghasilkan cabai guna memenuhi permintaan konsumen. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan varietas cabai rawit yang tahan pada lingkungan kering dengan produksi yang masih optimum.

1.3Hipotesis

Pertumbuhan cabai rawit (C. frutescens) dipengaruhi oleh tingkat ketersedian air tanah dan respon pertumbuhannya berbeda antara tiga varietas cabai rawit tersebut.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui pengaruh penurunan ketersediaan air terhadap pertumbuhan tiga varietas Capsicum frutescens.

b. Membandingkan tingkat toleransi dari C. frutescens varietas lokal, varietas Genie dan varietas Bhaskaraterhadap penurunan ketersediaan air.

c. Mengetahui pengaruh interaksi antara tingkat ketersediaan air dan macam varietas Capsicum frutescens yang memberikan pertumbuhan optimum

(4)

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan bahan pertimbangan/acuan dalam usahatani Capsicum frutescens

b. Hasil penelitian diharapkan dapat membangun pengembangan usahatani

Capsicum frutescens yang toleran terhadap kekeringan

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Pasal 90 UU Pendidikan Tinggi bertentangan dengan Alinea IV Pembukaan, Pasal 28C ayat (1) dan Pasal 28E ayat (1) UUD NRI 1945 karena: (a) menghambat pemenuhan hak

(3) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana yang diancam pidana

karena: (a) menghambat pemenuhan hak konstitusional warga negara atas pendidikan, khususnya pendidikan tinggi yang dijamin dalam Alinea IV Pembukaan UUD NRI 1945,

a) Menganalisis hasil pengamatan saat melakukan observasi. b) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran cooperative tipe jigsaw

Sedangkan pada setting relai hilang eksitasi yang digunakan di PLTGU GT unit 1.3 Muara Tawar bekerja dengan satu zona pengaman yang dibatasi dengan nilai

Harus memilih dari pilihan yang tersedia Field terhubung dengan tabel Supplier Total Faktur Completeness Check.

Ditambahkan Mardison, Ranperda ini dibuat sebagai upaya menyelaraskan arah kebijakan pemilihan kepala Desa dengan program unggulan pemerintah desa agar rencana pemilihan kepala

Selain itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai strategi peningkatan keberlanjutan produk teh organik di PT Harendong Green Farm kedepannya untuk kemajuan