Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Departemen Pendidikan Geografi
Oleh :
TRIANA KUSUMAWATI
1100364
DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Oleh :
Triana Kusumawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial
© Triana Kusumawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hak cipta dilindungi Undang-undang,
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnyaatau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN
TRIANA KUSUMAWATI 1100364
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing :
Pembimbing 1
Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS. NIP 19600121 198503 2 001
Pembimbing II
Dr. Lili Somantri, S.Pd, M.Si
NIP 19790226 200501 1 008
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Geografi
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dr. Ahmad Yani, M.Si
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
TRIANA KUSUMAWATI (1100364)
Enok Maryani *)
Lili Somantri *)
ABSTRAK
Situ Lengkong Panjalu merupakan salah satu objek wisata yang berada di Desa Panjalu. Situ Lengkong berperan sebagai kawasan penyangga tata air, kawasan perlindungan flora dan fauna, serta sebagai tempat pelestarian Nusa Gede. Penelitian ini mengkaji kelayakan Situ Lengkong Panjalu untuk dijadikan sebagai objek wisata berbasis ekowisata. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan ekowisata Situ Lengkong Panjalu dilihat dari aspek alam, masyarakat sekitar objek wisata dan wisatawan yang berkunjung, serta menganalisis upaya pengelola dalam mengkonservasi wisata Situ Lengkong Panjalu. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan analisis deskriptif. Responden penelitian terdiri dari wisatawan, masyarakat lokal dan pengelola wisata. Pengolahan dan analisis data menggunakan skoring, presentase dan skala Likert. Hasil analisis skoring menunjukkan bahwa aspek alam sangat mendukung, atraksi sosial budaya masyarakat dan aksesibilitas mendukung, sedangkan atraksi alam dan fasilitas wisata kurang mendukung untuk dijadikan sebagai objek wisata berbasis ekowisata. Fasilitas wisata yang terdapat di objek wisata Situ Lengkong Panjalu perlu dilengkapi, seperti penambahan tempat sampah dan papan informasi yang memuat informasi mengenai keberadaan flora dan fauna Situ Lengkong Panjalu. Masyarakat Desa Panjalu memiliki kearifan lokal dalam menjaga kelestarian lingkungan, yaitu dengan cara tidak mengeksploitasi flora dan fauna yang terdapat di Nusa Gede. Wisatawan merasa kurang puas terhadap kelengkapan fasilitas wisata dan papan informasi, sehingga wisatawan tidak mendapatkan pengetahuan terkait Situ Lengkong Panjalu. Papan informasi perlu disediakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan wisatawan. Masyarakat lokal Desa Panjalu perlu dibina untuk pengadaan cinderamata lokal dan makanan khas Desa Panjalu untuk dijadikan souvenir. Pengelola wisata telah bekerja sama dengan BBKSDA (Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam) Jawa Barat untuk mengkonservasi hutan Nusa Gede yang terdapat di objek wisata Situ Lengkong Panjalu.
Kata kunci : ekowisata, Situ Lengkong Panjalu, studi kelayakan
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lengkong Panjalu Lake is one of the tourist attractions in Panjalu village. Lengkong Lake acts as a hydrological buffer zone, flora and fauna protection areas, as well as the preservation of Nusa Gede. This study examines the feasibility of Lengkong Panjalu Lake used as a tourist attraction based ecotourism. The purpose of this study was to analyze the feasibility of ecotourism Lengkong Panjalu Lake seen from the aspect of nature, society surrounding the tourism attractions and tourists who visit there, as well as analyzing the efforts of administrator in conserving Lengkong Panjalu Lake. The method used is survey method with descriptive analysis. Respondents consisted of tourists, local society and tourist attraction operators. Processing and analysis of data used the scoring, the percentage and Likert scale. Scoring analysis results showed that the natural aspect is verysupportive, social and cultural attraction and accessibility are supportive, while the natural attractions and tourist facilities are less supportive to be used as tourist attraction based ecotourism. Tourist facilities located in Lengkong Panjalu Lake need to be completed, such as the addition of bins and information boards contain of information of flora and fauna in Lengkong Panjalu Lake. The society of Panjalu village has local knowledge in preserving the environment, by not exploiting the flora and fauna found in Nusa Gede. Travelers feel less satisfied with the completeness of tourism facilities and information boards, so that tourists do not get relevant knowledge of Lengkong Panjalu Lake. Information boards need to be provided to increase knowledge and insight of tourists. Local societies of Panjalu village need to be guided to create local souvenirs and traditional foods from Panjalu village for souvenirs. Tour administrator has been cooperating with West Java Natural Resource Conservation Service to conserve Nusa Gede forests located in Lengkong Panjalu Lake tourist attractions.
Keywords: ecotourism, Lengkong Panjalu Lake, feasibility studies *)
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hlm
ABSTRAK……… i
KATA PENGANTAR ……… ii
UCAPAN TERIMAKASIH……… iv
DAFTAR ISI ……….. vi
DAFTAR TABEL ……….. viii
DAFTAR GAMBAR ……….. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang Masalah………. 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian……….. 7
C. Rumusan Masalah Penelitian………. 8
D. Tujuan Penelitian………... 8
E. Manfaat Penelitian………. 8
F. Struktur Organisasi Skripsi……… 9
G. Keaslian Penelitian……… 10
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ………. 16
A. Hakikat Ekowisata………. 16
B. Studi Kelayakan Ekowisata……… 23
C. Analisis Geografi dalam Ekowisata ……….. 25
D. Masyarakat dan Wisatawan dalam Ekowisata ………. 30
E. Upaya Konservasi……….. 34
F. Ekosistem Danau sebagai objek Ekowisata ……….. 35
G. Kerangka Berpikir ………. 38
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Alur Penelitian ……….. 43
C. Variabel Penelitian………. 44
D. Metode Penelitian………... 45
E. Pendekatan Penelitian……… 45
F. Definisi Operasional ………. 46
G. Instrumen Penelitian ………. 47
H. Teknik Pengumpulan Data ……… 49
I. Alat Pengumpul Data ……… 49
J. Teknik Pengolahan Data……… 50
K. Teknik Analisis Data ……… 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 70
A. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian ……… 70
B. Kondisi Sosial Lokasi Penelitian ………. 80
C. Sejarah Kawasan Situ Lengkong Panjalu ………. 84
D. Hasil Penelitian ………. 85
E. Pembahasan ……….105
F. Analisis Tingkat Kepuasan Wisata Situ Lengkong Panjalu menurut Wisatawan ……….115
G. Analisis Geografis untuk Studi Kelayakan Ekowisata ……….116
H. Kontribusi terhadap Pendidikan Geografi ………117
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………119
A. Kesimpulan ………..119
B. Rekomendasi ………120
DAFTAR PUSTAKA ……….122 LAMPIRAN
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah saat ini telah menetapkan sektor pariwisata sebagai sektor yang
perlu dikembangkan dan dibina untuk dijadikan sektor unggulan. Hal ini didasari
oleh keanekaragaman hayati dan budaya yang dimiliki Indonesia mampu menarik
wisatawan untuk berkunjung ke berbagai destinasi wisata Indonesia. Seperti yang
diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo saat rapat kabinet terbatas bidang
pariwisata di Istana Bogor, yang dikutip oleh Adhi (dalam Kompas 19/02/2015),
bahwa :
sektor pariwisata mampu menjadi sektor unggulan yang memacu pertumbuhan ekonomi. Data Kementrian Pariwisata menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia sepanjang 2014 tercatat 9.435.411 orang, atau naik 7,19 persen dibandingkan dengan jumlah wisatawan mancanegara yang datang sepanjang tahun 2013.
Hal tersebut menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun jumlah wisatawan
mancanegara yang mengunjungi Indonesia mengalami kenaikan. Naiknya jumlah
kunjungan wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata Indonesia akan memacu
pertumbuhan ekonomi dan membantu meningkatkan devisa negara.
Selain dapat membantu meningkatkan devisa negara, sektor pariwisata
dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui pembukaan lapangan kerja. Masyarakat dapat menjadi bagian
dari pengelola wisata dan dapat pula menjadi penyedia akomodasi yang
diperlukan oleh wisatawan selama berada di lokasi wisata.
Kegiatan pariwisata dapat menurunkan kualitas lingkungan apabila dalam
pelaksanaan kegiatannya tidak memperhatikan lingkungan, karena kegiatan
pariwisata cenderung berkaitan dengan pemanfaatan lingkungan dan melibatkan
masyarakat. Kunjungan wisatawan yang memiliki tingkah laku dan kebiasaan
yang beragam dapat mempengaruhi pola pikir dan kehidupan masyarakat
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
harus lebih memperhatikan aspek alam, lingkungan serta budaya masyarakat.
Sebagaimana yang tercantum dalam Kode Etik Pariwisata Dunia bahwa :
Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan kegiatan kepariwisataan itu harus dilaksanakan dengan memperhatikan keindahan, nilai arkeologi dan warisan budaya, yang seharusnya dilindungi dan diteruskan kepada generasi mendatang; perhatian khusus hendaknya diberikan untuk melestarikan dan meningkatkan nilai bangunan, candi dan museum ataupun daerah arkeologi serta tempat bersejarah yang seharusnya terbuka luas kepada masyarakat untuk mengembangkan sumberdaya budaya ataupun bangunan yang dimiliki secara pribadi dengan memperhatikan hal kepemilikan yang ada padanya, termasuk bangunan tempat ibadah tanpa mengorbankan kebiasaan untuk melakukan peribadatan.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa pembangunan ataupun
pengembangan kepariwisataan harus berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Kegiatan pariwisata harus memperhatikan daya tampung dari lingkungan wisata
agar lingkungan tetap terjaga kelestariannya. Unsur pembaharuan atau modifikasi
terhadap lingkungan dan budaya harus tetap berada dalam batas wajar. Unsur
tersebut harus tetap memperhatikan keutuhan budaya.
Segala bentuk budaya yang dimiliki masyarakat harus tetap utuh dan
dipegang teguh oleh masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan hasil Deklarasi Bali
pada 14 Juli 2000 (dalam Nugroho 2011, hlm. 4) yang menyatakan bahwa
“budaya, lingkungan dan peninggalan sejarah adalah nyawa atau roh dari kegiatan pariwisata Indonesia. Tanpa adanya budaya maka pariwisata akan terasa hambar
dan kering, dan tidak akan memiliki daya tarik untuk dikunjungi”.
Dalam mempertahankan budaya, lingkungan dan peninggalan sejarah yang
merupakan daya tarik wisata Indonesia, maka dalam pengembangan sektor
pariwisata yang terdapat di Indonesia harus selalu memperhatikan aspek
kelestarian lingkungan dan budaya yang ada. Oleh sebab itu, saat ini banyak
dikembangkan sebuah wisata berwawasan lingkungan dan memperhatikan budaya
masyarakat (ekowisata).
Ekowisata merupakan sebuah perjalanan wisata yang memperhatikan
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diungkapkan oleh World Conservation Union (dalam Nugroho 2011, hlm. 15),
bahwa :
Ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli, dengan menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya-upaya konservasi, tidak menghasilkan dampak negatif dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi penduduk lokal.
Ekowisata dapat dijadikan sebuah solusi dalam pengembangan wisata alam
dan budaya. Melalui ekowisata, masyarakat dan wisatawan akan belajar
mempertahankan kelestarian alam dan budaya setempat
Salah satu daerah yang memiliki keanekaragaman hayati, keanekaragaman
budaya dan peninggalan sejarah adalah Kabupaten Ciamis. Morfologi Kabupaten
Ciamis yang cukup bervariasi berpotensi untuk dijadikan destinasi wisata. Jenis
wisata yang dimiliki Kabupaten Ciamis diantaranya adalah wisata alam, wisata
budaya dan wisata ziarah. Wisata alam yang dimiliki Kabupaten Ciamis antara
lain berupa hutan lindung, air terjun, danau, dan pantai. Wisata budaya berkaitan
erat dengan peninggalan sejarah dan arkeologis Kerajaan Galuh yang berada di
Kabupaten Ciamis. Berikut merupakan daftar pariwisata yang terdapat di
Kabupaten Ciamis, dapat dilihat pada Tabel 1.1
Tabel 1.1
Daftar Pariwisata Kabupaten Ciamis
No Objek Wisata Lokasi Jenis Wisata Potensi Wisata
1. Situ Lengkong
Panjalu
Kecamatan Panjalu Wisata Ziarah Hutan lindung, danau, makam ziarah
2. Astana Gede Kecamatan Kawali Wisata Ziarah Hutan lindung, temuan arkeologi, makam ziarah 3. Cagar Budaya
Karangkamulyan
Kecamatan Cijeungjing Wisata Budaya Peninggalan arkeologi, hutan lindung
4. Kampung Kuta Kecamatan Rancah Wisata Budaya Dusun adat, hutan lindung
5. Curug Tujuh Kecamatan Panjalu Wisata Alam Hutan lindung, air terjun 6. Karang Nini Kecamatan Kalipucang Wisata Alam Hutan jati dan pantai 7. Cagar Alam
Pananjung
Kecamatan Pangandaran Wisata Alam Hutan wisata, goa buatan dan goa alami
8. Pangandaran Kecamatan Pangandaran Wisata Alam Pantai 9. Pantai Karapyak Kecamatan Kalipucang Wisata Alam Pantai 10. Batu Hiu Kecamatan Parigi Wisata Alam Pantai
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Canyon(Cukang
Taneuh)
gua stalaktit
12. Batu Karas Kecamatan Cijulang Wisata Alam Pantai Sumber : Profil Pariwisata dan Budaya Kabupaten Ciamis 2014, diolah
Berdasarkan Tabel 1.1, jenis wisata yang terdapat di Kabupaten Ciamis
didominasi oleh wisata alam khususnya wisata pantai yang terletak di selatan
Kabupaten Ciamis. Wisata pantai yang terdapat di Kabupaten Ciamis mampu
menarik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara untuk
mengunjungi destinasi wisata tersebut. Sehingga dari kunjungan wisatawan
tersebut dapat membantu peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten
Ciamis dan dijadikan sebagai wisata unggulan kabupaten.
Akan tetapi berdasarkan Undang-undang No.21 tahun 2012, Kabupaten
Pangandaran secara resmi dimekarkan menjadi sebuah kabupaten yang terpisah
dari Kabupaten Ciamis. Setelah sebelumnya pada tanggal 21 Februari 2003
Kabupaten Ciamis memekarkan Kota Banjar yang diatur dalam Undang-undang
No.27 tahun 2002.
Pemekaran wilayah Kabupaten Ciamis berdampak terhadap luasan kawasan
kabupaten yang memiliki beragam potensi, baik potensi alam maupun potensi
budaya. Pemekaran Kecamatan Pangandaran menjadi kabupaten berpengaruh
terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Ciamis. Selain kehilangan
sektor perikanan laut, Kabupaten Ciamis juga kehilangan sektor pariwisata
unggulan. Jika pada awalnya pendapatan asli daerah yang berasal dari sektor
pariwisata sebesar 3,5 Milyar – 4 Milyar, kini menurun menjadi sebesar 1,5
Milyar. Sehingga saat ini Kabupaten Ciamis harus mencari objek wisata lain yang
akan menambah pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Ciamis. (Hasil
wawancara dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis)
Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis, salah satu
destinasi wisata yang dapat di proyeksikan menjadi objek wisata unggulan
Kabupaten Ciamis adalah Situ Lengkong Panjalu yang terletak di Kecamatan
Panjalu. Beberapa alasan yang melatarbelakangi Dinas Kebudayaan dan
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
karena Situ Lengkong Panjalu memiliki wisatawan tetap, dan fasilitas yang
tersedia sudah lebih memadai dibandingkan dengan fasilitas yang terdapat pada
objek wisata lainnya.
Situ Lengkong Panjalu lebih dikenal sebagai wisata religi/wisata ziarah
karena terdapat makam Hariang Kencana atau Sayyid Ali Bin Muhammad Bin
Umar yang merupakan putra dari Hariang Borosngora, Raja di Kerajaan Panjalu.
Oleh sebab itu, terdapat wisatawan yang akan selalu rutin menungunjungi
destinasi wisata ini untuk melakukan ziarah.
Puncak kunjungan wisatawan biasanya jatuh pada bulan Maulud. Karena
pada bulan tersebut terdapat sebuah upacara adat kirab pusaka yang diberi nama
upacara adat “Nyangku”. Upacara adat tersebut ditujukan untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Raja-raja Panjalu. Disamping itu, upacara adat
“Nyangku” merupakan syukuran masyarakat Panjalu dalam memperingati
pertama kalinya Prabu Borosngora melakukan syi’ar Islam di tanah Panjalu
(Profil Pariwisata dan Budaya Kabupaten Ciamis, hlm.27).
Selain dikenal sebagai wisata ziarah dan wisata budaya, daya tarik wisata
Situ Lengkong juga terletak pada keragaman ekosistemnya. Terdapat cagar alam
dan danau yang memiliki berbagai tumbuhan dan hewan yang perlu dijaga
kelestariannya. Karena keberadaan tumbuhan dan hewan tersebut merupakan
bagian dari sistem penyangga kawasan Situ Lengkong.
Ridha (2008, hlm. 2) menyebutkan bahwa “ Situ Lengkong juga memiliki fungsi secara ekologis yakni berperan sebagai kawasan penyangga tata air,
kawasan perlindungan flora dan fauna serta untuk melestarikan keutuhan cagar
alam Panjalu”.
Dilihat dari fungsi dan perannya secara ekologis, maka kawasan Situ
Lengkong harus dikonservasi agar tidak mengalami penurunan kualitas ekosistem
yang dapat menganggu kelangsungan hidup ekosistem yang ada didalamnya.
Sedangkan kondisi Situ Lengkong saat ini sudah mengalami penurunan kualitas
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dadi, selaku pengamat lingkungan Kabupaten Ciamis yang dikutip dari
Supendi (dalam Harapan Rakyat 03/09/2014), menyebutkan bahwa :
kondisi ekosistem atau hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan di kawasan tersebut sangat memprihatinkan. Saat ini jumlah kelelawar hanya sekitar 1.200 ekor. Padahal pada saat dilakukan penelitian tahun 1996, kelelawar yang berada di Situ Lengkong Panjalu berjumlah 13.000 ekor. Menurut Dadi, dari sisi lingkungan, salah satu daya tarik Situ Lengkong Panjalu adalah ekosistemnya, sehingga untuk pengembangan kedepannya dapat dikembangkan dari segi ekosistemnya selain dari segi wisata budaya atau wisata religinya. Pengembangan wisata yang dikembangkan dari segi ekosistemnya dapat dilakukan dengan membentuk suatu ekowisata.
Salah satu penyebab berkurangnya jumlah kelelawar dikarenakan oleh
adanya perburuan kelelawar secara liar oleh masyarakat setempat. Kelelawar yang
diburu kemudian dijual dan dimanfaatkan untuk pengobatan. (Hasil wawancara
dengan masyarakat sekitar Situ Lengkong, 2015)
Berkurangnya jumlah kelelawar yang berada di Situ Lengkong Panjalu
dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ekosistem lain. Karena kelelawar
memiliki peranan yang cukup berpengaruh terhadap makhluk hidup lainnya.
Secara biologis, manfaat dari kotoran kelelawar dapat menjadi pupuk bagi
pohon-pohon yang berada di Nusa Gede. Selain itu, keberadaan kelelawar juga dapat
membantu pendistribusian biji-bijian dan buah-buahan dari lokasi lain ke cagar
alam Nusa Gede yang terdapat di Situ Lengkong Panjalu. Sedangkan masalah
pendangkalan situ disebabkan oleh semakin bertambahnya jumlah pemukiman
penduduk, pembuangan sampah rumah tangga ke dalam situ dan kurangnya
pemeliharaan lingkungan disekitar situ.
Apabila dilihat dari beberapa masalah yang terdapat di Situ Lengkong
Panjalu, maka diperlukan sebuah studi kelayakan untuk pengembangan kawasan
Situ Lengkong sebagai wisata unggulan yang lebih berwawasan lingkungan.
Geografi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena yang terjadi di dalam
ruang bumi turut serta dalam pengkajian kegiatan pariwisata. Karena pada
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Apabila terdapat suatu permasalahan dalam pariwisata yang berkaitan
dengan lingkungan, maka geografi dapat mengambil langkah analisis melalui
pendekatan ekologi. Dimana pendekatan ekologi merupakan sebuah pendekatan
yang didalamnya terdapat analisis keterkaitan antara pengaruh dan peranan suatu
organisme dalam suatu ekosistem. Pendekatan ekologi tidak hanya mengaitkan
hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan alam, tetapi dikaitkan juga
dengan fenomena alam serta aktivitas yang dilakukan manusia, dan dikaitkan
dengan perilaku manusia serta kesadaran manusia terhadap lingkungan. Tema
analisis yang digunakan adalah tema analisis interaksi antara kenampakan fisik
budayawi dengan lingkungannya. Melalui tema analisis ini, kenampakan fisik
budayawi menjadi fokus kajian. Kegiatan manusia seperti kegiatan pariwisata
yang selalu mengalami perubahan dan memaksa perubahan pada lingkungan
menjadi fokus kajian dalam tema analisis ini.
Oleh karena itu judul penelitian ini adalah “Analisis Geografis Kelayakan
Situ Lengkong Panjalu sebagai Objek Wisata Berbasis Ekowisata”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah merupakan
pengenalan masalah penelitian dengan menentukan batasan permasalahannya
sehingga terjadinya pemfokusan terhadap teori dan variabel serta kaitan antar
variabel yang akan diteliti. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Kabupaten Ciamis memiliki jenis pariwisata yang cukup beragam dengan
wisata unggulan yang berada di selatan Kabupaten Ciamis. Pemekaran
wilayah selatan Kabupaten Ciamis berdampak terhadap aset wisata unggulan
Kabupaten Ciamis sehingga Kabupaten Ciamis harus mencari destinasi wisata
unggulan yang baru.
2. Adanya kerusakan dalam sebuah ekosistem Situ Lengkong Panjalu yang dapat
mempengaruhi kelangsungan ekosistem lainnya membuat sistem
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain itu pemahaman masyarakat dan wisatawan mengenai kelestarian
lingkungan perlu ditingkatkan.
3. Ekowisata merupakan salah satu wisata yang memperhatikan kelestarian
lingkungan dan juga kebudayaan masyarakat lokal. Selain itu, ekowisata
memiliki tiga konsep antara lain konservasi, pemberdayaan masyarakat dan
kepuasan wisatawan.
4. Analisis Geografis kelayakan ekowisata dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kelayakan wisata Situ Lengkong untuk dijadikan sebuah objek
wisata berbasis ekowisata yang mengutamakan pelestarian lingkungan
(konservasi), pelestarian budaya masyarakat lokal, pemberdayaan masyarakat
tanpa mengurangi kepuasan wisatawan terhadap pariwisata tersebut.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka yang menjadi
rumusan masalah dari pemenuhan standar kelayakan objek wisata Situ Lengkong
Panjalu dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat kelayakan ekowisata pada objek wisata Situ Lengkong
Panjalu dilihat dari aspek fisik alam ?
2. Bagaimana tingkat kelayakan ekowisata Situ Lengkong Panjalu dilihat dari
masyarakat yang berada di sekitar objek wisata Situ Lengkong Panjalu ?
3. Bagaimana tingkat kelayakan ekowisata Situ Lengkong Panjalu dilihat dari
wisatawan yang berkunjung?
4. Bagaimana upaya pengelola dalam mengkonservasi wisata Situ Lengkong
Panjalu ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis tingkat kelayakan ekowisata Situ Lengkong Panjalu dilihat dari
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Menganalisis tingkat kelayakan ekowisata Situ Lengkong Panjalu dilihat dari
masyarakat yang berada di sekitar objek wisata.
3. Menganalisis tingkat kelayakan ekowisata Situ Lengkong Panjalau dilihat dari
wisatawan yang berkunjung.
4. Menganalisis upaya pengelola dalam mengkonservasi wisata Situ Lengkong
Panjalu.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang berguna bagi semua
pihak terkait, beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dalam hal pemanfaatan Situ Lengkong melalui pendekatan ekologi
dan diharapkan bermanfaat bagi pengembangan wisata Situ Lengkong yang lebih
berwawasan lingkungan yang mengutamakan kelestarian lingkungan, konservasi
dan edukasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti dapat menambah wawasan dan pemahaman mengenai
konsep ekowisata dan fungsi ekosistem yang berada dalam suatu objek
ekowisata, sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai teori yang
dipelajari dengan fakta yang terdapat dilapangan dan sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Geografi.
b. Bagi Pemerintah Desa Panjalu dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Ciamis, dapat menjadi bahan masukan dalam hal pengelolaan
dan pengembangan Situ Lengkong yang lebih memperhatikan
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Bagi Ilmu Geografi, dapat dijadikan salah satu sumber belajar geografi
terutama yang berkaitan dengan ekosistem dan pelestarian lingkungan
hidup. Sehingga siswa dapat memahami fungsi ekosistem dan cara
melestarikan lingkungan hidup.
d. Bagi Peneliti berikutnya, dapat dijadikan bahan masukan atau referensi
dalam melakukan penelitian terkait studi kelayakan ekowisata danau.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Untuk memudahkan dalam memahami isi penulisan dari penelitian ini,
maka pembahasan akan diuraikan dalam lima bab, dengan struktur organisasi
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah
penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitiann, manfaat penelitian,
struktur organisasi skripsi dan keaslian penelitian.
BAB II Kajian Pustaka
Tinjauan pustaka mempunyai peran yang sangat penting. Dalam tinjauan
pustaka terdapat uraian tentang studi kelayakan ekowisata, prinsip dan
karakteristik ekowisata,pendekatan pengembangan ekowisata, potensi ekowisata,
partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam ekowisata, pengertian ekosistem
danau dan pemanfaatan ekosistem dalam ekowisata, studi kelayakan ekowisata,
analisis geografi dalam ekowisata, masyarakat dan wisatawan dalam ekowisata,
upaya konservasi dan ekosistem danau sebagai objek ekowisata.
BAB III Metode Penelitian
Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk
beberapa komponen lainnya seperti lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian,
desain penelitian, variabel penelitian, metode penelitian, pendekatan penelitian,
definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, alat
pengumpulan data, teknik pengolahan data dan analisis data.
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab hasil penelitian dan pembahasan terdiri atas gambaran umum daerah
penelitian, hasil dan pembahasan penelitian dan implikasi penelitian terhadap
pendidikan geografi.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti
terhadap hasil analisis temuan penelitian.
G. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian dibuat untuk mengetahui persamaan dan perbedaan
penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya yang pernah
dilakukan.
Penelitian ini berjudul Analisis Geografis Kelayakan Situ Lengkong
Panjalu sebagai objek wisata Berbasis Ekowisata. Situ Lengkong sebagai suatu
objek wisata yang memiliki keankearagaman hayati dan budaya memiliki daya
tarik untuk dapat dikaji dari berbagai bidang. Beberapa penelitian yang pernah
dilakukan di Situ Lengkong Panjalu diantaranya mengenai nilai ekonomi wisata
Situ Lengkong, dan inventarisasi peluang dan pengembangan ekowisata Situ
Lengkong.
Penelitian terkait Inventarisasi Peluang dan Pengembangan Ekowisata Situ
Lengkong diteliti oleh Hani Agustin pada tahun 2006 dan penelitian tentang Nilai
Ekonomi Wisata Situ Lengkong yang diteliti oleh R.Muhamad Juwarno Ridha
pada tahun 2007 memiliki persamaan lokasi penelitian dengan penelitian ini.
Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Hani dan R.Muhamad
dengan penelitian ini terletak pada rumusan masalah, tujuan, dan variabel
penelitian.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Hani Agustin yaitu terkait
inventarisasi potensi peluang dan pengembangan ekowisata Situ Lengkong
Panjalu. Hasil dari penelitian tersebut diantaranya adalah kawasan wisata Situ
Lengkong Panjalu memiliki kekuatan seperti keanekaragaman hayati perairan dan
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memiliki nilai estetika dan mampu menetralisir pencemaran lingkungan, memiliki
daya tarik/potensi sebagai ekowisata, potensi budaya lokal dan dukungan dari
masyarakat. Selain itu, kawasan Situ Lengkong Panjalu memiliki kondisi
geografis yang strategis, mendapat dukungan dari pemerintah pusat, aksesibilitas
yang mudah dan memadai. Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian Hani
disebutkan bahwa pengetahuan stakeholder terkait ekowisata masih kurang.
Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2006, dan dari hasil penelitian
disebutkan bahwa kondisi perairan tidak tercemar karena Situ Lengkong Panjalu
memilki tumbuhan air yang mampu menetralisir pencemaran lingkungan. Dari
hasil penelitian tersebut tidak disebutkan bahwa Situ Lengkong telah mengalami
pendangkalan akibat rusaknya lingkungan sekitar situ. Sedangkan berdasarkan
wawancara dengan beberapa masyarakat yang tinggal di sekitar situ menyatakan
bahwa pendangkalan situ telah terjadi sejak sepuluh tahun yang lalu yang
disebabkan oleh pembuangan limbah rumahtangga ke dalam situ dan kurangnya
kesadaran wisatawan yang membuang sampah kedalam situ.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji ulang kelayakan potensi wisata
Situ Lengkong untuk dijadikan objek ekowisata. Selain itu, perlu diadakannya
pengukuran tingkat persepsi masyarakat dan wisatawan terkait fungsi ekosistem
Situ Lengkong tehadap kelangsungan hidup ekosistem yang ada di dalamnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Mohamad Said dilakukan di Indramayu
dengan rumusan masalah terkait tingkat kelayakan kawasan Pantai Eretan Kulon
Indramayu untuk dikembangkan menjadi kawasan kegiatan ekowisata, mengenai
perkembangan usaha yang dilakukan masyarakat yang sesuai dengan kegiatan
ekowisata, mengenai sikap masyarakat terhadap pengembangan ekowisata dan
mengenai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mendukung kelayakan
dan pengembangan Pantai Eretan Kulon Indramayu sebagai kawasan ekowisata.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ash
Shiddieqy. Penelitian tersebut dilakukan di Kepulauan Riau dengan rumusan
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelayakan Sungai Carang sebagai ekowisata mangrove yang didasarkan pada
pembobotan dan skor.
Penelitian terakhir yang mengkaji ekowisata adalah penelitian Marina Bela
Norika yang berlokasi di Kabupaten Bandung dengan rumusan masalah
diantaranya adalah terkait potensi yang mendukung jawasan Konservasi Taman
Buru Gunung Masigit Kareumbi sebagai ekowisata, zonasi ekowisata yang ada di
Kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi, dan upaya yang
dilakukan pengelola agar tidak terjadi kepunahan bagi flora dan fauna yang ada di
Kawasan Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Mohamad Said, Ash Shiddieqy dan Marina Bela Norika terletak pada rumusan
masalah, tujuan dan variabel penelitian.
Untuk mengetahui perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Agustin Potensi dan Peluang kawasan Situ Lengkong ? 2. Faktor-faktor apa yang
menentukan pengelolaan dan peluang pengembangan di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu ? alam dan wisata budaya di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu 2. Mengetahui persepsi
masyarakat terhadap pengelolaan yang ada sekarang atau yang akan dikembangkan di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu
3. Mengetahui faktor-faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang terdapat di dalam pengelolaan objek wisata alam dan wisata budaya di kawasan ekowisata Situ Lengkong Panjalu 4. Merumuskan alternatif
strategi pengembangan wisata alam dan wisata budaya yang berkelanjutan di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu.
Deskriptif penelitian ini diantaranya 1.Faktor Internal
(potensi daerah,
2.Faktor Eksternal (kesadaran
kekuatan seperti keankearagaman hayati perairan dan ekosistem ,kondisi perairan tidak tercemar, memiliki jenis tumbuhan air yang memiliki nilai estetika dan mampu menetralisir pencemaran lingkungan, memiliki daya tarik/potensi sebagai ekowisata, potensi budaya lokal dan dukungan dari masyarakat.
2. Peluang yang terdapat di kawasan Situ Lengkong Panjalu adalah memiliki kondisi geografis yang strategis, mendapat dukungan dari pemerintah pusat , aksesibilitas yang mudah dan memadai. 3. Berdasarkan analisis SWOT di kawasan Situ
Lengkong Panjalu, pengelola perlu mengambil strategi S-O, yaitu dengan memanfaatkan peluang yang terdapat di kawasan Situ Lengkong Panjalu
2. R M.
1. Bagaimana nilai ekonomi kawasan Situ Lengkong Panjalu berdasarkan analisis metode kontingensi melalui pendekatan kesediaan membayar dan di bayar masyarakat di lokasi tersebut ?
1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Lengkong dan Cagar Alam Panjalu dengan
1. Nilai total kesediaan nmembayar responden penelitian (Rp/tahun) = Rp 701.147.640, 51 dengan rata-rata nilai kesediaan membayar (per/orang) = Rp 3.193,92.
2. Sedangkan nilai total kesediaan dibayar responden penelitian (Rp/tahun) = Rp 877.092.044,13 dengan rata-rata nilai kesediaan dibayar (per/orang) = Rp 3.995,37.
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masyarakat. tanggungan keluarga dan kondisi Situ Lengkong itu sendiri.
5. Hasil penelitian ini berguna dalam penyempurnaan pengelolaan kawasan Situ Lengkong Panjalu dengan mendapat gambaran nilai ekonomi wisata kawasan Situ Lengkong Panjalu ini untuk pengelolaan ke depannya supaya sumberdaya yang ada tetap lestari dan tidak terjadi penurunan
4. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah
1. Menganalisis sejauh mana kelayakan Pantai Eretan Kulon Kecamatan 4. Mengetahui upaya yang
dilakukan masyarakat dan yang berarti bahwa dari segi faktor fisik dan sosial budaya mempunyai dukungan yang besar terhadap dukungan kelayakan kawasan Pantai Eretan Kulon Kecamatan Kandanghaur sebagai kawasan ekowisata.
2. Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan dapat diikutserrtakan dalam kegiatan ekowisata yakni sebagai pemasok ikan segar untuk para pengunjung, dapat menyewakan perahu, untuk kegiatan berperahu maupun memancing dengan menggunakan perahu nelayan. Berperahu dapat dilakukan untuk mengamati vegetasi mangrove beserta keragaman flora dan faunanya.
3. Sebagian besar masyarakat dan wisatawan sangat setuju terhadap pengembangan Pantai Eretan Kulon sebagai Kawasan Ekowisata karena dapat memberikan peluang kerja bagi masyarakat. 4. Upaya yang dilakukan pemerintah dan bekerjasama
dengan masyarakat dan LSM diantaranya adalah dengan melakukan program rehabilitasi hutan mangrove yang ada di pesisir Indramayu, membangun break water disepanjang pantai agar tingkat abrasi dapat di redam, membuat PERDA atau papan informasi mengenai kawasan konservasi di sekitar Pantai Eretan Kulon Indramayu.
4. Ash Shiddieqy
2014 Kelayakan Ekowisata
1. Bagaimana kondisi biofisik ekosistem mangrove
1. Mengetahui kondisi biofisik ekosistem mangrove
Metode Survei
Yang dikaji didalam
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Carang
bobot dan skor. mangrove Sungai Carang
2. Setelah dilakukan penilaian kelayakan skor dan bobot, Sungai Carang memiliki kategori sedang dengan nilai skor 1,72. Sungai Carang perlu pengelolaan yang bersifat keberlanjutan jika ingin dijadikan tempat ekowisata yang memiliki nilai jual tinggi.
1. Potensi apa saja yang mendukung Kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Maigit Kareumbi sebagai ekowisata ? 2. Bagaimana zonasi
ekowisata yang ada di Kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi ? 3. Bagaimana upaya dari
pengelola agar tidak terjadi kepunahan bagi flora dan fauna yang ada di Kawasan Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi ?
1. Menganalisis potensi yang mendukung Kawasan
dari pengelola agar tidak terjadi kepunahan bagi flora dan fauna yang ada di Kawasan Konservasi aksesibilitas dan sarana dan prasarana, dimana setiap aspek memiliki keunggulan masing-masing. 2. Dibuatkannya peta zonasi ekowisata pada kawasan
Konservasi Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi yang disesuaikan dengan kondisi dilapangan dan teori yang ada.
3. Upaya yang dilakukan pengelola dalam pengembangan kawasan berjalan cukup baik meski tanpa bantuan pihak pemerintah namun pengelola dapat mengembangkan kawasan walaupun dengan hasil yang belum maksimal. Pengelola membuat program wali pohon dan penangkaran rusa sebagai upaya untuk pelestarian flora dan fauna yang ada di kawasan konservasi agar tidak terjadi kepunahan ekosistem bila nanti daya tarik wisata berburu telah dibuka.
1. Apakah aspek fisik, atraksi alam, atraksi sosial budaya masyarakat, aksesibilitas dan fasilitas wisata Situ Lengkong Panjalu layak ekowisata dilihat dari aspek fisik, atraksi alam, atraksi sosial budaya masyarakat, Panjalu meliputi : 1. Atraksi Alam 2. Atraksi Sosial
Budaya Masyarakat
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini yaitu : 1. Mengeksplorasi potensi wisata yang terdapat di
Situ Lengkong Panjalu, baik dari segi fisik maupun sosial.
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wisatawan yang berkunjung? 3. Bagaimana upaya
pengelola dalam mengkonservasi wisata
Situ Lengkong Panjalu ?
dari masyarakat dan wisatawan yang berkunjung. 3. Menganalisis upaya
pengelola dalam mengekonservasi wisata
Situ Lengkong Panjalu.
6. Masyarakat Lokal 7. Pengelola
Wisata
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Desa Panjalu, terletak antara 108o15’45” BT –
108o17’15” BT dan 7o06’45” LS – 7o08’15” LS. Desa Panjalu merupakan salah
satu desa yang berada di Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis. Jarak dari Desa
Panjalu menuju pusat kota Kabupaten Ciamis sekitar 40 km.
Secara administratif, Desa Panjalu dibagi ke dalam sepuluh dusun dengan
29 Rukun Warga (RW) dan 67 Rukun Tetangga (RT). Dusun yang berada di Desa
Panjalu diantaranya adalah Dusun Pabuaran, Dusun Cukangpadung, Dusun
Ciater, Dusun Garahang, Dusun Cimendong, Dusun Sriwinangun, Dusun Dukuh,
Dusun Banjarwaru, Dusun Paricariang dan Dusun Simpar. Berdasarkan data dari
Desa Panjalu, jumlah penduduk Desa Panjalu sampai Bulan September 2014
berjumlah 12.116 jiwa.
Berdasarkan letak geografisnya, Desa Panjalu berbatasan dengan : Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Hujungtiwu Kecamatan Panjalu Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Maparah Kecamatan Panjalu Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kertamandala Kecamatan
Panjalu
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Payungsari Kecamatan Panumbangan.
Desa Panjalu memiliki sebuah objek wisata yaitu objek wisata Situ
Lengkong. Objek wisata ini merupakan objek wisata yang menawarkan keindahan
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Populasi
Sumaatmadja, N (1988, hlm.112) mengemukakan bahwa : “populasi
penelitian geografi itu meliputi kasus (masalah, peristiwa tertentu), individu
(manusia baik sebagai perorangan, maupun kelompok) dan gejala (fisis, sosial, ekonomi, budaya, politik) yang ada pada ruang geografi tertentu”.
Berdasarkan pengertian populasi diatas, populasi berarti seluruh subjek
yang terdapat dalam suatu penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan populasi
yang terdiri dari
a. Populasi Wilayah yaitu seluruh wilayah Situ Lengkong yang berada di
Desa Panjalu, Kecamatan Panjalu.
b. Populasi Manusia yaitu terdiri dari wisatawan, masyarakat lokal sekitar
Situ Lengkong, dan pengelola wisata Situ Lengkong Panjalu.
3. Sampel
Sugiyono (2012, hlm. 62) mengungkapkan bahwa “sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.” Sampel dalam
penelitian ini terdiri dari wisatawan, masyarakat lokal, dan pengelola objek wisata
Situ Lengkong Panjalu.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik nonprobability
sampling. Tika (2005, hlm.29-30) mengungkapkan bahwa nonprobability
sampling adalah “cara pengambilan sampel dengan tidak memberi kemungkinan
atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih karena tidak
diketahui atau dikenal jumlah populasi sebenarnya.
Beberapa teknik pengambilan sampel yang terdapat dalam nonprobability
sampling adalah teknik sampling accidental dan purposive sampling. Sugiyono
(2009, hlm.85) sampling accidental adalah “teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tika (2005, hlm. 41) mengungkapkan bahwa sampel purposif adalah “ sampel yang dipilih secara cermat dengan mengambil orang atau objek penelitian
yang selektif dan mempunyai ciri-ciri yang spesifik”.
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengambilan sampel, pengambilan
sampel wisatawan sebanyak 100 sampel dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik sampling accidental. Sedangkan pengambilan sampel
masyarakat lokal sebanyak 50 sampel dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik sampel purposif (purposive sampling).
Pengambilan sampel wisatawan dilakukan dengan teknik sampling
accidental karena wisatawan yang mengunjungi suatu objek wisata tidak menetap
dalam jangka waktu yang lama. Oleh sebab itu, jumlah pengambilan sampel di
judge sebanyak 100 orang wisatawan.
Pengambilan sampel masyarakat lokal sebanyak 50 orang dengan
menggunakan teknik sampel purposif (purposive sampling). Melalui teknik
sampel purposif, sampel masyarakat lokal menjadi lebih akurat sebab tidak semua
masyarakat lokal dijadikan sebagai sampel penelitian, tetapi di pilah berdasarkan
tingkat kedudukan di masyarakat. Pengambilan sampel masyarakat lebih
diutamakan di Dusun Pabuaran, karena dusun tersebut merupakan dusun yang
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Alur Penelitian
Judul Penelitian Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Variabel Penelitian
Analisis Data
Penyusunan Laporan Variabel Sub Variabel
Studi
Kelayakan
Ekowisata
- Atraksi Alam - Atraksi Sosial
Budaya Masyarakat - Aksesibilitas - Fasilitas - Wisatawan
- Masyarakat Lokal - Pengelola Wisata
Pengumpulan Data Kajian Pustaka
Penentuan Variabel Penelitian
Penyusunan Instrumen Penelitian
Penelitian Lapangan
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian
C. Variabel Penelitian
Hatch dan Farhady, 1981 (dalam Sugiyono, 2012:3) variabel didefinisikan sebagai “atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain”.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa sub variabel dan indikator sebagai
pengukuran yang dapat dilihat pada Tabel 3.1. Indikator merupakan suatu ukuran
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau kemungkinan dengan
melakukan pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke
waktu.
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator
Kelayakan
Ekowisata
Atraksi Alam - Kondisi cuaca
- Variasi bentukan alam - Keragaman flora dan fauna
- Kemudahan untuk mengamati satwa - Keunikan objek (habitat kelelawar)
Atraksi Sosial Budaya Masyarakat
- Tradisi lokal
- Jenis kesenian tradisional - Peninggalan arkeologi - Kearifan lokal - Cinderamata lokal - Makanan khas
Aksesibilitas - Akses menuju lokasi wisata - Frekuensi perjalanan wisata - Biaya menuju lokasi wisata
Sarana dan Prasarana
- Akomodasi - Sarana Wisata - Prasarana Wisata
Wisatawan - Identitas wisatawan - Tujuan berwisata
- Lama tinggal di lokasi wisata - Aktivitas selama di lokasi wisata - Bentuk apresiasi terhadap wisata - Tingkat pemahaman ekowisata
Masyarakat Lokal - Identitas masyarakat
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengelola Wisata - Sistem pengelolaan wisata - Upaya konservasi
D. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan satu cara yang digunakan dalam
pengumpulan dan analisis data, serta menginterpretasikan data yang diperoleh
menjadi suatu kesimpulan. Hal ini sejalan dengan pendapat Surakhmad (2004 :
131) :
Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalanya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik dan alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.
Metode yang digunakan berdasarkan cara dan pembahasan masalah dari
penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode survei deskriptif.
Menurut Tika ( 2005, hlm.6) “ Survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau
individu dalam waktu yang bersamaan. Data dikumpulkan melalui individu atau
sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat menggeneralisasikan terhadap apa yang diteliti”.
Menurut Morissan (2012, hlm.166) mengungkapkan bahwa “penelitian survei deskriptif (descriptive survey) berupaya menjelaskan atau mencatat kondisi atau sikap yang ada saat ini”. Melalui penelitian survei deskriptif maka penyebab keadaan ekosistem Situ Lengkong Panjalu saat ini yang sedang mengalami
penurunan kualitas ekosistem dan pendangkalan situ dapat diketahui dengan jelas.
E. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam konteks geografi adalah
pendekatan ekologi. Pendekatan ekologi merupakan sebuah pendekatan yang
didalamnya terdapat analisis keterkaitan antara pengaruh dan peranan suatu
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan alam, tetapi dikaitkan juga
dengan fenomena alam serta aktivitas yang dilakukan manusia, dan dikaitkan
dengan perilaku manusia serta kesadaran manusia terhadap lingkungan.
Konsep geografi yang dapat digunakan dalam penelitian ini antara lain
konsep jarak, keterjangkauan, dan nilai guna. Konsep jarak dan keterjangkauan
dapat digunakan untuk mengetahui jarak tempuh objek wisata terhadap wisatawan
yang berkunjung. Selain itu, dapat diketahui jenis alat transportasi yang digunakan
untuk mencapai objek wisata.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam penafsiran yang berbeda
terkait penelitian yang akan dilaksanakan, maka perlu adanya batasan atau
penjelasan mengenai variabel yang akan diukur dalam penelitian ini, yaitu :
1. Studi Kelayakan
Studi kelayakan merupakan sebuah kajian yang dilakukan untuk
mengetahui berbagai keunggulan serta kelemahan sumberdaya yang terdapat di
suatu lokasi studi. Dengan diadakannya studi kelayakan, maka akan dapat
membantu perencana atau pengembang untuk melakukan atau mengembangkan
hal apa saja di lokasi kajian.
2. Ekowisata
The International Ecotourism Society atau TIES, 2000 (dalam Damanik, Janiaton : 37 ) mengartikan ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang bertangguung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (responsible travel to natural areas that conserves the environment and improves the well-being of local people).
3. Atraksi Wisata
Wantysastro mengemukakan atraksi wisata (atraction) merupakan segala
sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.
4. Aksesibilitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aksesibilitas merupakan suatu hal
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemudahan yang tersedia untuk mencapai destinasi wisata yang dapat
mempengaruhi budget perjalanan wisata.
5. Fasilitas dan Infrastrutur
Unga (2011, hlm.44), mengungkapkan fasilitas dan pelayanan wisata yang
dimaksud adalah semua fasilitas yang dibutuhkan dalam perencanaan kawasan
wisata. fasilitas tersebut misalnya restoran dan berbagai jenis tempat makan
lainnya, toko-toko untuk menjual hasil kerajinan tangan, cinderamata, toko-toko
khusus, toko kelontong, bank, tempat penukaran uang dan fasilitas pelayanan
keunangan lainnya, kantor informasi wisata, pelayanan pribadi, fasilitas pelayanan
kesehatan, dan fasilitas keamanan umum.
Infrastruktur yang dimaksud adalah penyediaan air bersih, listrik, drainase,
saluran air kotor, telekomunikasi (seperti telepon, telegram, telex, faksmili dan
radio).
6. Profil Wisatawan
Damanik dan Weber (2006, hlm.59), mengungkapkan profil wisatawan
meliputi segmentasi demografis yang dapat dipetakan menurut umur, status
keluarga, jenis kelamin, daerah asal, latar belakang etnik dan agama.
7. Segmentasi sosial ekonomi wisatawan
Damanik dan Weber (2006, hlm. 59), mengungkapkan segmentasi sosial
ekonomi wisatawan meliputi komposisi pendidikan, pendapatan dan pengeluaran,
profesi dan kedudukan sosial di masyarakat.
8. Masyarakat lokal
Masyarakat lokal adalah masyarakat yang berada di sekitar lokasi objek
wisata. Masyarakat lokal merupakan sumber pengetahuan terhadap kondisi
lingkungan maupun budaya yang terdapat di lokasi objek wisata.
9. Pengelola Wisata
Pengelola wisata dapat diartikan sebagai seseorang atau sekelompok orang
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Instrumen Penelitian
Bagong dkk. (2008, hlm. 59) instrumen adalah perangkat untuk menggali
data primer dari responden sebagai sumber data atau infromasi terpenting dalam
suatu penelitian dengan metode survei. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa
instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dari responden
penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.2
Variabel Sub Variabel
Indikator Bentuk
Instrumen
Nomor Pertanyaan
Wisatawan Masyarakat
Kelayakan Ekowisata
Atraksi Alam - Kondisi cuaca
- Variasi bentukan alam - Keragaman flora dan fauna - Kemudahan untuk mengamati
satwa
- Keunikan objek (habitat kelelawar)
- Jenis kesenian tradisional - Peninggalan arkeologi
Aksesibilitas - Akses menuju lokasi wisata - Frekuensi perjalanan wisata - Biaya menuju lokasi wisata
Lembar - Prasarana wisata
Lembar
Wisatawan - Identitas wisatawan - Tujuan berwisata
- Lama tinggal di lokasi wisata - Aktivitas wisatawan
- Bentuk apresiasi terhadap wisata dan budaya
- Tingkat pemahaman ekowisata
Angket 1,3
- Respon masyarakat terhadap pariwisata
- Bentuk partisipasi dalam event
Angket 1-3 13-17
4-7 Tabel 3.2
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu H. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperoleh sesuai dengan
masalah penelitian, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
Tabel 3.3
Teknik Pengumpulan Data No Data yang dibutuhkan Pengumpulan
Data
Sumber Data Jenis Data 1 Kelayakan Sumberdaya
Ekowisata
Ceklis Observasi Lapangan
Data Primer 2 Persepsi masyarakat terkait
fungsi ekosistem dalam ekowisata
Angket Observasi Lapangan
3 Persepsi wisatawan terkait fungsi ekosistem dalam ekowisata
Angket Observasi Lapangan
4 Sistem pengelolaan wisata Wawancara Observasi Lapangan
7 Gambar/Foto Lokasi Penelitian - Observasi Langsung
I. Alat Pengumpulan Data 1. Alat Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pedoman wawancara dan observasi wisata
- Bentuk pelestarian lingkungan - Tingkat pemahaman ekowisata
8
9-12
Pengelola Wisata
- Sistem pengelolaan wisata - Upaya konservasi
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Camera digital Nikon Coolpix S3500 (digunakan untuk dokumentasi foto
lokasi dan kajian penelitian)
c. Laptop Acer Aspire One
d. Software Mapinfo 10.5
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Peta Base map Desa Panjalu Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis
b. Data mengenai pariwisata Kabupaten Ciamis, seperti jenis pariwisata yang
terdapat di Kabupaten Ciamis, Profil Pariwisata dan jumlah kunjungan
wisatawan.
c. Sumber atau buku-buku yang relevan dan data monografi Kecamatan Panjalu
J. Teknik Pengolahan Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya dilaksanakan
pengolahan data yang meliputi :
1. Editing Data
Pemeriksaan kembali data yang telah terkumpul bertujuan untuk mengecek
atau meninjau ulang apakah terjadi kesalahan atau kekurangan dalam
pengumpulan data atau tidak, dan apakah data yang telah terkumpul sudah relevan
atau perlu peninjauan kembali. Hal-hal yang perlu diedit pada data masuk adalah
sebagai berikut :
a. Dipenuhi tidaknya instruksi sampling
b. Dapat dibaca atau tidaknya data yang masuk
c. Kelengkapan pengisian
d. Keserasian
e. Pemahaman isi jawaban.
2. Coding
Coding data adalah pemberian atau pemberian kode-kode pada tiap-tiap
data yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode dapat dibentuk dalam
Triana Kusumawati, 2015
ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
informasi atau data yang akan dianalisis sehingga dapat memudahkan dalam
analisis data.
3. Tabulasi
Tabulasi dilakukan dengan membuat tabel-tabel yang berisi data yang telah
diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dibutuhkan ketelitian dan
kehati-hatian dalam melakukan tabulasi data agar tidak terjadi kesalahan.
K. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis kelayakan Situ
Lengkong Panjalu sebagai objek wisata berbasis ekowisata diantaranya
menggunakan teknik analisis data dengan perhitungan (presentase), skala likert
dan pengharkatan (scoring).
1. Analisis data yang digunakan untuk mengukur kelayakan Situ Lengkong
Panjalu sebagai objek wisata berbasis ekowisata yang dilihat dari aspek
fisik, atraksi alam, atraksi sosial budaya masyarakat, aksesibilitas dan
fasilitas wisata yaitu dengan menggunakan teknik analisis data
pengharkatan (scoring).
2. Analisis data yang digunakan untuk mengukur kelayakan Situ Lengkong
Panjalu sebagai objek wisata berbasis ekowisata yang dilihat dari
masyarakat lokal dan kunjungan wisatawan yaitu dengan menggunakan
perhitungan presentase dan skala likert.
3. Analisis data yang digunakan untuk mengukur kelayakan Situ Lengkong
Panjalu sebagai objek wisata berbasis ekowisata dilihat dari upaya
pengelola dalam mengkonservasi objek wisata Situ Lengkong yaitu dengan
mendeskripsikan dan menganalisis hasil dari wawancara terhadap
pengelola.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :