• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA PEMIKIRAN

Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan fisik anak menuju kedewasaan tidak mengalami gangguan. Menurut Suhardjo (2003) meskipun laju pertumbuhan anak usia sekolah mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya, namun per satuan berat badan, anak-anak sekolah membutuhkan makanan yang lebih banyak daripada orang dewasa.

Anak usia sekolah membutuhkan konsumsi makanan yang seimbang baik jenis maupun jumlahnya. Menurut Suhardjo (2003) kenaikan kebutuhan zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk kegiatan fisik dan mental yang meningkat pada anak usia sekolah.

Perilaku konsumsi makan seorang anak berhubungan erat dengan sistem nilai dan perilaku yang dilakukan oleh orang tua dan keluarga. Hal tersebut sangat dipengaruhi antara lain oleh latar belakang pendidikan dan pekerjaan orang tua. Selain itu karakteristik anak juga diduga mempengaruhi perilaku konsumsi makan anak baik di rumah maupun di sekolah, diantaranya adalah umur, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, uang jajan, serta pengetahuan gizi dan kesehatan yang digambarkan dengan nilai ujian IPA.

Konsumsi makanan anak usia sekolah dasar (SD), pada umumnya diperoleh dari yang dikonsumsi saat berada di rumah dan atau di lingkungan sekolah. Makanan yang dimakan ketika berada di rumah dapat berupa makanan yang dimasak dan disediakan di rumah maupun makanan jajanan. Makanan yang dimakan ketika berada di lingkungan sekolah dapat berasal dari bekal sekolah, catering (school feeding / penyelenggaraan makan), dan atau makanan jajanan yang di beli di kantin sekolah, warung atau penjual kaki lima (PKL).

Total konsumsi sehari anak usia sekolah diperoleh dari konsumsi makan di rumah dan di sekolah, sehingga dapat diketahui tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak usia sekolah. Selengkapnya yang mempengaruhi tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak dapat dilihat pada Gambar 1

(2)

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan :

= Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang tidak diteliti

Karakteristik Orang Tua:

Pendidikan

Pekerjaan

Karakteristik Contoh:

Umur

Berat Badan

Tinggi Badan

Jenis Kelamin

Uang Jajan

Nilai Ujian IPA

Ketersediaan dari PM Makanan jajanan di Bekal sekolah

Penyelenggaraan Makan (PM)

Konsumsi dari PM Konsumsi makanan jajanan di sekolah

Konsumsi bekal

Konsumsi di sekolah

Konsumsi makanan

di rumah Konsumsi makanan

jajanan di rumah

Konsumsi di rumah Konsumsi sehari

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi AUS Ketersediaan makan di

rumah Makanan jajanan di

rumah

(3)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian di bagi menjadi dua yaitu sekolah dengan dan tanpa penyelenggaraan makan.

Pemilihan lokasi dilakukan dengan Stratified Random Sampling dengan kriteria berada di wilayah kota Bogor serta bersedia menjadi tempat penelitian.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan kota Bogor (tahun ajaran 2008/2009) terdapat 289 Sekolah Dasar (SD). Selanjutnya dipilih 2 SD dari 4 SD yang terdapat penyelengaraan makan (disebut PM) yaitu Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Aliya dan Sekolah Dasar Swasta (SDS) Pertiwi. SD yang tidak memiliki penyelenggaraan makan (disebut Non PM) dipilih 2 SD dari 248 SD yaitu SDN Baranangsiang dan SDN Kedung Badak 1 terpilih sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan April sampai bulan Juni.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh penelitian adalah siswa SD kelas 5 yang berusia antara 10-12 tahun. Pertimbangan usia contoh berdasarkan teori perkembangan Piaget diacu dalam Hidayat (2004) pada usia ini tingkat perkembangan kognitif anak berada pada akhir masa konkrit operasional, sehingga anak-anak sudah dapat diajak berkomunikasi dengan baik, mampu mengingat kejadian 24 jam yang lalu, dan sudah diikutkan dalam kegiatan sekolah yang menuntut tanggung jawab.

Jumlah sampel untuk membandingkan antar kelompok seperti t-test dan analisa varian pada setiap sel dalam rancangan analisa minimal harus 30 kasus (Singarimbun & Effendi 2006). Jumlah contoh diambil dari 4 sekolah dasar, yaitu 2 sekolah dasar yang terdapat penyelenggaraan makan dan 2 sekolah dasar yang tidak terdapat penyelenggaraan makan. Kriteria contoh di sekolah dengan penyelenggaraan makan (PM) adalah siswa yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan makan untuk makan siang. Berdasarkan kriteria contoh tersebut populasi contoh di SD PM berjumlah 46 , masing-masing di SDIT Aliya 33 orang, dan SDS Pertiwi 13 orang. Jumlah populasi contoh di SD Non PM adalah 66 orang, dengan rincian masing-masing SDN Kedung Badak 1 sebanyak 33 orang dan SDN Baranangsiang sebanyak 33 orang. Selanjutnya dari masing- masing kelompok contoh diambil secara acak sebanyak sebanyak 33 orang dari SD PM dan SD Non PM.

(4)

SD PM SD NON PM

33 orang 13 orang 33 orang 33 orang

46 orang 66 orang

33 orang 33 orang

dibandingkan

Jenis dan Cara Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

Pengambilan data primer dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner dan pengamatan. Jenis data primer yang dikumpulkan meliputi:

a. Karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, uang jajan, nilai ujian IPA).

b. Konsumsi pangan contoh (jumlah dan jenis pangan)

Data sekunder sebagai data pendukung yang diambil meliputi gambaran umum lokasi penelitian diperoleh dari lokasi penelitian serta karakteristik orang tua.

Cara pengambilan data primer antara lain

a. Data usia , jenis kelamin, uang jajan dan nilai ujian IPA diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan bantuan kuesioner. Sementara data berat badan dan tinggi badan diperoleh dari pengukuran menggunakan timbangan injak dan mikrotoise

b. Data konsumsi pangan contoh, diperoleh melalui metode recall 2 x 24 jam untuk konsumsi pangan di rumah dan metode food weighing untuk konsumsi pangan di sekolah (makanan catering maupun bekal sekolah).

Selengkapnya jenis dan cara pengumpulan data primer dan sekunder dapat dilihat pada Tabel 4.

(5)

Tabel 4 Variabel, jenis, cara pengumpulan data dan alat pengumpul data N

o. Variabel Jenis Data Cara Pengumpulan Data

Alat Pengumpul Data 1. Karakteristik sekolah

- Jumlah murid dan guru - Lama belajar

- Sarana dan prasarana

Sekunder Wawancara Kuesioner

2. Karakteristik orangtua - Pendidikan

- Pekerjaan

Sekunder Wawancara Kuesioner

3. Karakteristik contoh - Nama, umur, jenis

kelamin, aktivitas fisik - Berat badan dan tinggi

badan

Primer • Wawancara,

• Pengukuran (TB,BB)

Kuesioner, alat timbangan injak, dan microtoise

4. Konsumsi pangan - Jumlah pangan - Jenis pangan

Primer • Wawancara langsung dengan contoh

• Penimbangan

Kuesioner Food Recall dan Food Record 2 x 24 jam dan food weighing

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah terkumpul ditabulasikan dan dianalisis dengan statistik deskriptif dan inferensia. Proses pengolahan data meliputi editing, coding, dan entri data. Analisis data menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows.

Data karakteristik orang tua dan contoh dianalisis secara deskriptif. Data konsumsi pangan dikonversikan ke dalam energi dan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan Daftar Kandungan Gizi Makanan Jajanan (DKGJ). Konversi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994):

Keterangan :

KEj = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g) Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan (% BDD)

Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan zat gizi makanan jajanan adalah sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994):

KEj = Bj / 100 x Gj x BDDj / 100

(6)

Keterangan :

KGj = Kandungan zat gizi makanan jajanan j dengan berat B (g) Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bjd = Berat makanan j yang tercantum daam tabel DKGJ

Gj = Kandungan zat gizi makanan jajanan j dengan berat Bjd (tabel DKGJ) Pengukuran status gizi dilakukan dengan metode antropometri melalui perhitungan indeks IMT/U. IMT/U digunakan untuk anak yang berumur 5-19 tahun, dengan menggunakan z-score. Berdasarkan WHO Reference 2007 status gizi untuk anak-anak dan remaja dibagi menjadi enam kategori, yaitu sangat kurus/severe thinnes ( -3SD), kurus/thinnes ( -2SD), normal (-2SD sampai dengan +1SD), overweight ( +1SD), obese ( +2SD), dan severe obese ( +3SD).

Perhitungan IMT/U menggunakan AnthroPlus, yaitu dengan memasukkan data berat badan, tinggi badan dan umur anak (WHO 2007).

Aktivitas fisik diukur dengan Physical Activity Level (PAL) dalam FAO (2001). Aktivitas fisik untuk anak-anak dan remaja digolongkan menjadi 3 golongan yaitu ringan (1,4 PAL 1,69), sedang (1,7 PAL 1,99 perempuan), dan berat (2,00 PAL 2,4). Jenis aktvitas fisik digolongkan berdasarkan penggolongan aktivitas fisik dalam Hardinsyah dan Martianto (1992), yaitu tidur, sekolah, kegiatan ringan, kegiatan sedang dan kegiatan berat.

Angka kebutuhan energi dihitung dengan pendekatan pengeluaran energi. Pengeluaran energi ditentukan dengan rumus sebagai berikut (FAO/WHO/UNU 2001):

Angka metabolisme basal untuk anak 10-12 tahun ditentukan dengan menggunakan rumus FAO (2001), yaitu sebagai berikut:

Tabel 5 Persamaan dalam menghitung Angka Metabolisme Basal (AMB) Jenis Kelamin Rentang Usia (tahun) Persamaan AMB

Laki-laki 10-12 17,686 (BB) + 658,2

Perempuan 10-12 13,384 (BB) + 692,6

Perhitungan angka kebutuhan energi ditentukan berdasarkan berat badan normal contoh. Penentuan berat badan normal contoh didasarkan pada berat

KGj = (Bj/Bjd) x Gj

Pengeluaran energi = (angka metabolisme basal x tingkat aktivitas fisik)

(7)

badan normal populasi sesuai dengan tingkatan umur (FAO 2001) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Berat badan normal sesuai dengan tingkatan umur

Jenis kelamin Rentang Usia (tahun) Berat Badan Ideal/BBI (kg)

Laki-laki 10-11 33,3

11-12 37,5

Perempuan 10-11 34,7

11-12 39,2

Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992) konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan ke dalam bentuk energi, protein, lemak, vitamin dan mineral per orang per hari. Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan menggambarkan tingkat kecukupan individu. Tingkat kecukupan energi terhadap kebutuhan energi dihitung dengan membandingkan jumlah energi yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi dan protein contoh. Perhitungan tingkat kecukupan energi dapat dilihat pada rumus berikut :

Tingkat kecukupan protein, vitamin dan mineral dihitung dengan membandingkan jumlah protein, vitamin dan mineral yang dikonsumsi terhadap kecukupan vitamin dan mineral yang dianjurkan (AKG) (WNPG 2004).

Perhitungan tingkat kecukupa protein, vitamin dan mineral dapat dilihat pada rumus berikut :

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dinyatakan dalam persen.

Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi disajikan pada Tabel 7.

Tingkat kecukupan E = Konsumsi zat gizi X 100 Angka kebutuhan E

Tingkat Kecukupan Protein = Konsumsi protein X 100 Angka Kecukupan Protein

Tingkat kecukupan vitamin & mineral = Konsumsi zat gizi X 100 Angka kecukupan vit & min

(8)

Tabel 7 Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Energi dan Zat Gizi Klasifikasi Tingkat Kecukupan

Energi dan protein a. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan) b. Defisit tingkat sedang (70-79% angka

kebutuhan)

c. Defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan)

d. Normal (90-119% angka kebutuhan)

e. Di atas angka kebutuhan ( 120% angka kebutuhan)

Vitamin dan mineral a. Kurang (<77% angka kecukupan) b. Cukup ( 77% angka kecukupan)

Sumber : a) Depkes 1996 diacu dalam Sukandar (2007), b) Gibson (2005)

Data konsumsi pangan di sekolah diperoleh dari hasil penimbangan konsumsi makanan anak yang telah disediakan di sekolah/catering maupun bekal sekolah. Untuk menghitung kontribusi konsumsi pangan di sekolah terhadap tingkat konsumsi anak dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Sementara data konsumsi pangan di rumah diperoleh dari hasil recall 2x24 jam. Untuk menghitung kontribusi konsumsi pangan di rumah tehadap tingkat konsumsi anak dihitung sebagai berikut:

Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji beda T-test (Independent Sample T-test) untuk menganalisis perbedaan konsumsi energi dan zat gizi, kontribusi energi dan zat gizi baik di sekolah maupun di rumah, serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak sekolah dasar di SD yang terdapat penyelenggaraan makan dan tidak terdapat penyelenggaraan makan.

Kontribusi = Konsumsi di sekolah X 100%

Konsumsi total

Kontribusi = Konsumsi di rumah X 100%

Konsumsi total

(9)

Definisi Operasional

Pendidikan orang tua : lama pendidikan formal yang ditempuh oleh ayah Pekerjaan orang tua : jenis pekerjaan yang ditekuni oleh ayah.

Umur : lamanya waktu hidup sejak lahir yang di hitung berdasarkan selisih tanggal, bulan dan tahun dengan tanggal, bulan dan tahun saat penelitian.

Berat badan : masa tubuh dalam satuan kilogram yang meliputi lemak, otot, tulang, cairan tubuh dan lain-lain, diukur dengan timbangan injak dengan ketelitian 0,1 Kg.

Tinggi badan : hasil pengukuran tinggi badan anak dalam posisi berdiri tegak sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm.

Konsumsi makanan di rumah : jumlah dan jenis energi dan zat gizi lainnya yang dikonsumsi di rumah diukur berdasarkan data konsumsi selama 2 x 24 jam.

Konsumsi makanan di sekolah : jumlah dan jenis energi dan zat gizi lainnya yang di konsumsi di sekolah di ukur berdasarkan data konsumsi selama 2x24 jam dan data food weighing

Makanan di rumah : makanan yang disiapkan dan disediakan di rumah, dapat berupa makanan utama maupun makanan selingan.

Makanan PM (Penyelenggaraan Makan) : makanan yang disediakan oleh pihak sekolah yang mengadakan penyelenggaraan makan di sekolah, berupa makan utama atau makan siang.

Bekal dari rumah : makanan yang dibawa dari rumah sebagai bekal sekolah, dapat berupa makanan utama maupun makanan jajanan.

Makanan jajanan : makanan yang siap dimakan dan diminum yang biasanya diperoleh dengan membeli baik yang dilakukan oleh anak sendiri maupun ibu yang terdiri dari makanan lengkap, makanan kudapan/snacks, minuman dan buah-buahan segar.

Tingkat kecukupan : jumlah konsumsi pangan aktual terhadap kebutuhan gizi atau angka kecukupan gizi (AKG).

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Maquet (2008:47) seni yang diciptakan oleh masyarakat bagi kepentingan mereka sendiri dikenal sebagai art by destination sedangkan seni yang diciptakan

Model LISREL dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua kelompok atau lebih yang terdiri dari peubah-peubah laten dan peubah-peubah manifest dan metode ini juga

acara selalu menyanyi lagu dangdut diikuti oleh pembawa acara lain yang memerankan tokoh-tokoh seperti penyanyi Charlie Van Hounten, wali sehingga membuat

Penelitian ini menunjukan bahwa perubahan tingkat kepadatan bangunan dan luas tutupan lahan yang ada di kelurahan Bahu dan Kelurahan Kleak tahun 2003 hingga pada

Berdasarkan hasil analisis data tentang “Studi Organologi Gendang Rebana Melayu di Desa Sekura Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas” disimpulkan bahwa gendang

Sensor Kecepatan (RPM) Gambar Sensor Kecepatan Sensor Kecepatan (RPM) Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu motor, dimana suatu poros/object

Densitas batuan terisi fluida gas menunjukkan perubahan yang lebih besar dibandingkan fluida minyak, ditandai dengan kemiringan grafik (Gambar 6).. Densitas batuan terisi

a) Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. b) Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. c) Apotek harus