• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Pembangunan tidak akan ada artinya tanpa masyarakat dan samping itu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Pembangunan tidak akan ada artinya tanpa masyarakat dan samping itu"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi diarahkan untuk membawa masyarakat pada peningkatan kesejahteraan yang lebih baik, dan hal ini bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang mudah. Pembangunan ekonomi adalah salah satu pilar penting untuk mencapai peningkatan kesejahteraan rakyat. Ekonomi sendiri bicara mengenai 3 konsep penting yang saling terkait, yaitu keterbatasan sumberdaya, pilihan, dan pengambilan keputusan ekonomi, sebagai upaya dalam tercapainya kesejahteraan masyarakat yang optimal. Seperti kita ketahui pembangunan menjadikan masyarakat sebagai subjek sekaligus juga sebagai objek dari pembangunan itu sendiri. Pembangunan tidak akan ada artinya tanpa masyarakat dan samping itu pembangunan memang ditujukan untuk masyarakat (Kaufman &Hotchkiss, 2011), termasuk salah satunya mengenai permasalahan tenaga kerja.

Masalah sumber daya manusia (SDM) inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai.Investasi sumber daya manusia adalah suatu biaya yang harus dikorbankan baik dalam bentuk uang, waktu, maupun kesempatan untuk membentuk modal manusia yang lebih baik di masa depan. Sedangkan modal manusia (human capital) adalah istilah yang sering digunakan oleh para ekonom untuk pendidikan, kesehatan, dan kapasitas manusia yang lain yang dapat

(2)

meningkatkan produktivitas jika hal-hal tersebut ditingkatkan. Sumber daya manusia sangatlah penting untuk negara maju maupun negara berkembang dalam upaya untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh daerah (Sukirno, 2013).

Teori asumsi klasik yang di anut oleh Adam Smith menganggap bahwa manusia sebagai faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa.

Menurutnya, pemula pertumbuhan ekonomi suatu daerah terletak pada alokasi sumber daya manusia yang efektif. Aktivitas ekonomi suatu wilayah bisa dikatakan memang bergantung pada kondisi pasar kerjanya. Tenaga kerja yang melakukan proses produksi barang/jasa memperoleh semacam timbal balik dari tempat mereka bekerja berupa gaji/upah. Sebaliknya, penduduk yang tidak bekerja akan menjadi beban negara dan bagi dirinya sendiri. Problematika dalam pasar kerja seperti diatas bisa terjadi karena tidak adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Hal umum yang terjadi di pasar adalah tingginya penawaran tenaga kerja, namun disisi lain ada keterbatasan penyerapan tenaga kerja. Hal ini lah yang selama ini di alami oleh negara berkembang seperti Indonesia.

Penyerapan tenaga kerja memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. Semakin besar jumlah penduduk yang tergolong bukan angkatan kerja, maka jumlah atau sumber tenaga kerja juga akan menunjukkan peningkatan (Simanjuntak, 2005). Jumlah angkatan kerja muda di Indonesia yang bekerja (2012- 2017) diklasifikasikan menjadi tenaga kerja muda umur 15-24 tahun dan tenaga

(3)

kerja muda umur 25-29 tahun. Data jumlah angkatan kerja dapat ditunjukkan pada grafik berikut:

Gambar 1.1

Jumlah angkatan kerja muda di Indonesia yang bekerja (2012- 2017) : Umur 15-24 tahun

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah.

Gambar 1.2

Jumlah angkatan kerja muda di Indonesia yang bekerja (2012- 2017) : Umur 25-29 tahun

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah.

Jumlah angkatan kerja muda di Indonesia yang bekerja (2012- 2017) diklasifikasikan menjadi tenaga kerja muda umur 15-24 tahun dan tenaga kerja muda umur 25-29 tahun. Keduanya menunjukkan data dari tahun ke tahun yang relatif menurun jumlahnya. Sehingga apabila dari umur 15-29 menunjukkan

15.833.385

16.413.087

17.062.448

16.392.481

15.660.251 15.747.433

16.880.058 16.140.025

2010 Agustus

2011 Agustus

2012 Agustus

2013 Agustus

2014 Agustus

2015 Agustus

2016 Agustus

2017 Agustus

14.401.201

13.892.058

13.671.548

13.183.956

12.949.359

14.029.208

14.420.691

13.005.071

2010 Agustus

2011 Agustus

2012 Agustus

2013 Agustus

2014 Agustus

2015 Agustus

2016 Agustus

2017 Agustus

(4)

tiap tahunnya menunjukkan tren penurunan jumlah angkatan kerja muda di Indonesia.

Menurut ILO (2012), banyak kaum muda yang tidak dapat memperoleh pekerjaan layak. Tingkat kemungkinan mereka menganggur mencapai lima kali lebih besar dari orang dewasa. Tercatat terdapat satu dari empat orang muda menganggur, dan ini merupakan tingkat pengangguran tertinggi di kalangan muda. Jumlah anak muda yang dengan latar belakang kekayaan dan pendidikan tinggi yang dimiliki mampu tetap menganggur sementara mencari pekerjaan yang sesuai. Satu faktor utama yang mejelaskan kecenderungan ini adalah adanya peningkatan jumlah pemuda yang menyelesaikan pendidikan tinggi mereka dan dapat bertahan dalam kondisi menganggur sambil menunggu pekerjaan dengan bayaran yang tinggi.

Kebijakan upah minimum merupakan kebijakan ketenagakerjaan yang penting guna melindungi hak dari pekerja khususnya di negara berkembang seperti Indonesia.dengan adanya kebijakan upah minimum, paling tidak upah minimum bisa mencukupi kebutuhan hidup pekerja beserta keluarganya. Upah Minimum Regional/Provinsi (UMR/UMP) dan rata-rata Nasional per tahun (Dalam Rupiah) di tahun 2010-2019 terus mengalami kenaikan. Dari di tahun 2010 sebanyak Rp. 908.824,- menjadi Rp. 1.630.059,05,- di tahun 2019.

Penetapan UMK diberlakukannya UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003.

Kebijakan upah diberlakaukan kebijakan penetapan upah minimum. Penetapan

(5)

kebijakan UMK didasarkan pasal 88 ayat 4 dan perhitungan didasarkan pada indikator Kebutuhan Hidup Layak (KHL) (Pasal 88 ayat 2). (BPS, 2020)

Kebijakan UMK juga diatur dalam pasal 4 Permenaker Bo. 17/2005, upah minimum ditetapkan dengan mempertimbangkan 1) Kebutuhan Hidup Layak (KHL) 2) Produktivitas (jumlah Produk Domestik Regional Bruto/PDRB:

jumlah tenaga kerja pada periode yang sama); 3) Pertumbuhan ekonomi (pertumbuhan nilai PDRB) dan 4) Usaha yang paling tidak mampu (marginal).

Upah Minimum Kabupaten dan Kota di Jawa Timur 2019 ditetapkan oleh Gubernur Soekarwo, Kamis (15/11/2018) malam. Upah buruh tertinggi ditetapkan di Surabaya sebesar Rp 3,8 juta. Sementara upah buruh terendah Rp 1,7 juta, diterapkan di 9 kabupaten yakni Kabupaten Sampang, Situbondo, Pamekasan, Madiun, Ngawi, Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, dan Kabupaten Magetan. Upah minimun buruh tersebut ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/665/KPTS/013/2018 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2019 (BPS, 2018)

Selain upah, ada beberapa hal yang juga mendapat perhatian dari pemerintah sebagai upaya mengatasi permasalahan ketenagakerjaan yaitu produk domestik regional bruto dan investasi. Faktor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi atau sektor di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. PDRB dapat mempengaruhi jumlah angkatan kerja yang bekerja dengan asumsi apabila nilai PDRB meningkat, maka jumlah nilai tambah output

(6)

atau penjualan dalam seluruh unit ekonomi disuatu wilayah akan meningkat.

Bergeraknya aktivitas perekonomian di berbagai sektor di Provinsi Jawa Timur seharusnya juga diikuti oleh kemampuan masing-masing sektor untuk menyerap tenaga kerja yang tersedia di pasar kerja di Provinsi Jawa Timur.

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki letak strategis di pulau jawa. Hal ini dikarenakan letak Jawa Timur yang menjadi pintu gerbang perdagangan antara kawasan barat dengan kawasan timur Indonesia.

Posisi strategis ini menjadikan kegiatan perekonomian di Jawa Timur berkembang dengan baik. Hal ini dibuktikan oleh tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur dan didukung oleh ketersediaan infrastruktur dan sumber daya lokal, pembangunan ekonomi daerah mengalami kemajuan dari sisi nilai ekonomi. Nilai ekonomi tersebut termanifestasi dalam nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur.

Sebagai salah satu provinsi bagian dari Indonesia dengan jumlah penduduk ± 38.847.561 jiwa (Badan Pusat Statistika, 2017), Jawa Timur merupakan pusat kawasan Timur dan memiliki signifikansi perekonomian yang cukup tinggi dengan kontribusi sebesar 14,61% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Nasional pada tahun 2017. Jawa Timur menjadi provinsi kedua terbesar setelah DKI Jakarta dalam memberikan kontribusi terhadap PDB Nasional (Zamhari, 2015). Berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan kerja diantaranya jumlah penduduk. Jumlah penduduk

(7)

berpengaruh besar terhadap angkatan kerja yang ada, dimana keduanya memiliki perbandingan lurus. Saat jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) bertambah , maka angkatan kerja ikut bertambah. Jumlah angkatan kerja yang terus meningkat dari tahun ke tahun diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat pengangguran, baik dalam upaya mencari pekerjaan maupun dalam upaya membuka berbagai lapangan pekerjaan sehingga mampu menampung banyaknya jumlah tenaga kerja.

Perekonomian Jawa Timur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Tahun 2018 mencapai Rp 2.189,78 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 1.563,76 triliun. Ekonomi Jawa Timur tahun 2018 tumbuh 5,50 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertiggi terjadi pada Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 7,63 persen, diikut Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 7,61 persen. Sementara dari sisi pengeluaran terutama didorong oleh Pengeluaran Konsumsi LNPRT yang tumbuh 6,57 persen dan Pembentukan Modal Tetap Bruto yang tumbuh sebesar 6,08 persen (BPS Jatim, 2018)

Selanjutnya faktor investasi secara langsung dapat meningkatkan kapasitas produksi. Peningkatan kapasitas produksi tersebut akan meningkatkan permintaan faktor produksi, termasuk tenaga kerja. Peningkatan modal sangat berperan penting untuk meningkatkan perekonomian, oleh karenanya pemerinta perlu berupaya untuk meningkatkan perekonomian

(8)

melalui investasi baik dari pemerintah maupun swasta yang diarahkan pada kegiatan ekonomi produktif yaitu dengan menggenjot penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA).

Hasil penelitian Tarigan (2018) menunjukkan bahwa investasi baik dalam Penanaman Modal Dalam Negeri maupun Penanaman Modal Asing berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri. Upah Minimum Provinsi tidak memberikan pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Selanjutnya hasil penelitian Awaliyah (2020) diperoleh hasil bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Upah Minimum Provinsi (UMP) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan sedangkan variabel Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan. Hasil penelitian Risal (2017) menunjukkan bahwa Upah berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Artinya setiap peningkatan dan penurunan upah tidak berdampak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018. Adanya gap researh menjadi motivasi untuk melakukan penelitian mengenai analisis penyerapan tenaga kerja.

(9)

Berdasarkan data – data dan uraian diatas, peneliti mengangkat konsep tersebut sebagai bahan penelitian skripsi dengan judul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2019”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi dan pengaruh Upah Minimum, Produk Domestik Regional Bruto, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur?

C. Batasan Masalah

Objek penelitian yang dipilih adalah penyerapan tenaga kerja Provinsi Jawa Timur tahun 2010-2019 ditinjau dari upah minimum provinsi, produk domestik regional bruto, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA).

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui kondisi dan pengaruh Upah Minimum, Produk Domestik Regional Bruto, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur.

(10)

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk melengkapi kajian teoritis yang berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja yaitu mengenai pengaruh Upah Minimum Provinsi, Produk Domestik Regional Bruto, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA).

b. Bahan pertimbangan serta evaluasi bagi pihak pemerintah untuk menciptakan kebijakan pendukung untuk menciptakan kebijakan pendudukung terkait dengan penyerapan tenaga kerja.

c. Adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pembaca sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

khususnya daerah Mendo Barat Sungailiat dan demam berdarah lokasi (DBD) tertinggi. Babel Data departemen kesehatan menunjukkan peningkatan jumlah penderita demam

Menurut Muhammad (2002) dan Donna (2006), Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga yang usaha pokoknya memberikan

Kreasi nilai yang tepat yang diciptakan akan menghasilkan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan dan citra merek yang baik menjadi daya tarik

Percepatan oksidasi lemak pindang dengan asap cair pada hari ke-2 yakni 0,20 lebih rendah dibandingkan dengan pindang tanpa asap cair yakni 1.62 Produksi angka peroksida pada

Penampilan Beberapa Genotip Jagung Protein Mutu Tinggi (QPM) pada Lahan Kering dan Lahan Sawah.. Badan Penelitian

Pengembangan aplikasi smart card tidak hanya terbatas pada aplikasi smart card sebagai kartu pra bayar internet saja, tetapi juga dapat dikembangkan untuk

Menurut Amalia Levanoni, sikap para petinggi Mamlûk yang se­ belumnya menyerahkan urusan kepemimpinan kepada Syajarat al­ Durr dan tanggapan Syajarat al­Durr yang menerima

Setelah hal tersebut dilakukan pada semua kuisioner responden, penulis akan menjumlahkan seluruh nilai akhir setiap responden dan merata – ratakan dengan banyaknya