• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. oleh: ASRI WULANDARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. oleh: ASRI WULANDARI"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM ANAK JALANAN DI KOTA JAKARTA SELATAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014

(STUDI KASUS PADA BINAANAK PERTIWI DI PASAR MINGGU)

SKRIPSI

oleh:

ASRI WULANDARI 11160440000007

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H / 2021 M

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM ANAK JALANAN DI KOTA JAKARTA SELATAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014

(STUDI KASUS PADA BINAANAK PERTIWI DI PASAR MINGGU)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

oleh:

ASRI WULANDARI 11160440000007

Pembimbing

Dr. Maskufa, M.A NIP. 19687031994032002

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H / 2021 M

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakata.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 Agustus 2021

Asri Wulandari 11160440000007

(5)

ABSTRAK

Asri Wulandari NIM 11160440000007 PERLIDUNGAN HUKUM ANAK JALANAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 (Studi Kasus Pada Bina Anak Pertiwi Di Pasar Minggu) Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 1442 H / 2021 M, +97 Halaman.

Ada tiga tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini yaitu mereview pengaturan perlindungan anak jalanan dalam hukum islam dan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak, mendeskripsikan model perlindungan hukum anak jalanan di Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu, dan menganalisis kesesuaian perlindungan hukum tersebut dengan hukum Islam dan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014.

Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat analisis deskriptif dengan metode pendekatan, yakni pendekatan normatif empiris yang dilakukan dengan mengkaji semua undang-undang dan pengaturan yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani dengan mengamati secara langsung di lokasi penelitian. Dengan metode dan pendekatan tersebut akan mendapatkan data dan gambaran yang jelas terkait hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perlindungan anak jalanan di dalam undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang perlindungan Anak merupakan langkah tepat bagi pemerintah untuk menjamin perlindungan anak di Indonesia, serta sebagai upaya hukum pemenuhan hak yang harus dimiliki oleh anak, kewajiban orang tua, masyarakat, Agama serta Negara dalam melindungi anak sebagai generasi bangsa, baik dari segi penegak hukum memiliki peranan penting sebagai guarantor efektivitas Undang-Undang No 35 Tahun 2014 yang menjamin hak anak untuk hidup,tumbuh, berkembang dan mendapat pendidikan yang baik. Islam juga telah menjamin hak anak yang termaktub dalam Al-qur’an surat At-tahrim ayat 6

(6)

yang menunjukkan bahwa perlindungan yang di wajibkan untuk anak salah satunya mendapat pendidikan dan pengajaran bagi anak dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini Lembaga Bina Anak Pertiwi telah memberikan bukti nyata upaya terhadap perlindungan anak jalanan di pasar minggu dengan mendidik dan mengajarkan serta melindungi hak anak dengan merawat anak secara jasmani ataupun rohani serta memberikan pendidikan yang sama dengan anak-anak seusianya yang masih mempunyai orang tua yang lengkap dengan membuat program sekolah gratis bagi anak jalanan yang ada di Lembaga Bina Anak Pertiwi dari SD sampai SMA bahkan di berikan beasiswa ke perguruan tinggi untuk anak berprestasi.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum Anak Jalanan, Bina Anak Pertiwi Pembimbing: Dr, Maskufa, M.A

Daftar Pustaka: 1959 s.d 2018

(7)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing (terutama Arab) ke dalam tulisan Latin dimana istilah Arab tersebut belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup penggunaannya masih terbatas.

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan

B Be

T Te

Ts te dan es

J Je

H ha dengan garis bawah

Kh ka dan ha

D De

Dz de dan zet

R Er

Z Zet

S Es

Sy es dan ye

S es dengan garis bawah

D de dengan garis bawah

T te dengan garis bawah

Z zet dengan garis bawah

‘ koma terbalik di atas hadap kanan

Gh ge dan ha

F Ef

Q Qo

K Ka

L El

(8)

M Em

N En

W We

H Ha

ء ˋ Apostrop

Y Ya

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti bahasa Indonesia, memiliki vokal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U Dammah

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i

Au a dan u

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab diimbangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan  a dengan topi diatas

Î i dengan topi diatas Û u dengan topi diatas

Kata sandang, dalam bahasa Arab dilambangkan dengan alif dan lam (ﺍﻝ), dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah atau huruf qomariyyah. Misalnya:

ﺩﺎﺘﻬﺟﻹﺍ = al-ijtihâd

(9)

ﺔﺼﺮﺧﺍﻟ= al-rukhsah, bukan ar-rukhsah

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya:

ﺔﻔﻌﺸﺍﻟ= al-syuf’ah tidak ditulis asy-syuf’ah.

Dalam penulisan ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbȗtah tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf

“t” (te) (lihat contoh 3).

No. Kata Arab Alih Aksara

1 ﻳﻌﺔﺷﺮ syarî’ah

2 ﻴﺔﻣﻼﺳ ﺍﻹﺔﻳﻌﺮﺸﺍﻟ al-syarî’ah al-islâmiyyah 3 ﺐﻫﺬﺍﻤ ﺍﻟﺔﻧﻣﻘﺎﺭ muqâranat al-madzâhib

Untuk huruf kapital tidak dikenal dalam tulisan Arab. Tetapi dalam transliterasi huruf ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diketahui bahwa jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh: ﻱﺎﺭﺨﺒﺍﻟ= al-Bukhâri tidak ditulis Al-Bukhâri.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal dari bahasa Arab, Misalnya: Nuruddin al- Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

Setiap kata, baik kata kerja (fi’il) kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih akasara dengan berpedoman

(10)

pada ketentuan-ketentuan diatas:

No Kata Arab Alih Aksara

1 ﺕﺭﺍﻮﻈﺤﻤﺍﻟﺒﻴﺢﺗ ﺭﺓﻭﺍﻟﻀﺮ al-darûrah tubîhu al-mahzûrât 2 ﻲﻣﻼﺳﺼﺎﺩﺍﻹﺘﻗﺍﻻ al-iqtisâd al-islâmî

3 ﻪﺍﻟﻔﻘ ﺻﻮﻝﺃ usûl al-fiqh

4 ﺍﻹﺑﺎﺣﺔ ءﺍﻷﺻﻞﻓﻲ ﺍﻷﺷﻴﺎ al-‘asl fî al-asyya ﹶal-ibâhah 5 ﺔﻠﺳﺮﻤﺍﻟﺔﺤﺼﻠﻤﺍﻟ al-maslahah al-mursalah

(11)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan karunia, rezeki, waktu dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini. Dia-lah Tuhan semesta alam yang telah menciptakan segala makhluk yang ada di bumi dan yang menciptakan segala ilmu.

Maha suci Allah SWT Tuhan semesta alam, kepada-Nya lah penulis memohon ampun dan perlindungan atas segala khilaf kesalahan penulis.

Sholawat serta salam tak lupa kita junjungkan kepada junjungan kita, Nabi Besar kita, Nabi Muhammad SAW, seorang pejuang, seorang da’i, dan seorang pemimpin perubahan alam semesta. Kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, tabi’

tabi’in dan para pengikut lainnya serta orang-orang yang senantiasa setia pada agamanya hingga hari akhir.

Ucapan syukur dan terimakasih tak henti-hentinya penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melancarkan segala urusan penulis dalam proses penulisan skripsi ini. Karena atas kekuasaan dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Anak Jalanan Di Kota Jakarta Selatan Dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 (Studi Kasus Pada Bina Anak pertiwi Di Pasar Minggu)”.

Penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, baik dari segi penulisan skripsi ini maupun dari pribadi penulis. Untuk itu, dengan segenap kerendahan hati, penulis memohon ampun kepada Allah SWT dan memohon maaf kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula penulis memohon kiranya kritik dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini, agar menjadi tambahan wawasan dan perkembangan bagi ilmu pengetahuan sertabermanfaat bagi seluruh masyarakat.

Pada kesempatan ini saya patut mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta segenap pimpinan, karyawan, dan staf yang telah berperan terhadap kemajuan kualitas spiritual dan intelektual Mahasiswa/i Fakultas

(12)

Syariah dan Hukum.

2. Dr. Hj. Mesraini, S.H, M.Ag. Kepala Program Studi Hukum Keluarga dan sekretaris Program Studi Hukum Keluarga Ahmad Chairul Hadi, M.A. yang telah banyak memberikan dukungan penuh kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. H. Moh. Ali Wafa, S.H., M.Ag. selaku dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan dukungan dan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Maskufa, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telahmemberikan dukungan, bimbingan, dan saran kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

5. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik, memberikan pengetahuan agama, intelektual, serta memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

6. Seluruh staff akademik dan staff perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta staff perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum atas pelayanan yang sangat mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teruntuk kedua orang tua yang sangat penulis sayangi Ayahanda Alm. Rusli Ahmad dan Ibunda Haryani yang selalu mendukung dan mendoakan dalam penulisan ini.

8. Teruntuk ketiga kakak kandung penulis Wahyuni, Dalicha, Nur’aini dan Adik penulis Mutia Khairunnisa yang selalu memberi dukungan dalam penulisan ini 9. Teruntuk guru penulis yang tiada henti memberi masukan, semangat dan

apresiasi nya pada penulis Ustadzah Nabila AlHaddad, semoga Allah yang membalas kebaikan nya.

10. Teruntuk para guru yang selalu memberikan support ketika penulis mengalami kendala dalam proses penyelesaian skripsi ini, terkhusus untuk Ustadzah Zeina

(13)

Assegaf, Ustadzah Fitria Alaydrus, Ustadzah Yustiana Yusuf, Serta Ustadzah Fira.

11. Teruntuk Ustadzah Amiroh AlHaddad, yang setia memberi nasehat dan semangat kepada penulis

12. Sahabat Majelis Dhiya Fatima, Majelis Daar Fatma dan Majelis Rasulullah SAW Nisa penulis sangat berterimakasih telah memberikan nasihat, motivasi, dan ilmu kepada penulis untuk. Fiya, Ka shofia, Mariah Qibtiyah, Winda Istiyanti, Nurul Badriyah, Aliya Al-Habsyi, Winalda Adela, Siti Nur Haliza, Kak Eva Thalha Assegaf

13. Teruntuk Muhammad Zakky Mubarok yang merupakan partner terbaik penulis yang selalu memberikan doa, semangat yang tidak pernah putus dan bantuan dalam pengerjaan skripsi ini.

14. Teruntuk sahabat Hukum Keluarga 2016 penulis sangat berterimakasih untuk waktu sepuluh semesternya, terutama kelas A Hukum Keluarga 2016. Nadia, Nabel, Alinda, Firda, Nada, Alda, Ana, Alfa, Desi, Raja, Nindi.

15. Teruntuk sahabat dirumah yang sudah berjuang untuk menghibur dan memberi masukan semangat kepada penulis, khusus nya untuk Farhah, Nadia, Izzatul, Adifa, Balqisti, Aisyah. Semoga selalu di bahagiakan oleh Allah SWT.

Oleh karenanya, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh komponen yang telah berjasa dan berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis tidakbisa membalas kebaikan mereka kecuali dengan doa, semoga Allah SWT membalas perbuatan baik dan memberikan kelancaran rezeki bagi kita semua.

Aamiin.

Jakarta, 4 Agustus 2021

Penulis

(14)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ...iv

ABSTRAK ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI... vii

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 6

1.2.2 Pembatasan Masalah... 6

1.2.3 Rumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Review Studi Terdahulu ... 8

1.5 Metode Penelitian ... 11

1.5.1 Jenis Penelitian ... 11

1.5.2 Pendekatan Penelitian ... 11

(15)

1.5.3 Sumber Data ... 11

1.5.4 Metode Pengumpulan Data ... 12

1.5.5 Analisa Data ... 12

1.5.6 Teknik Penulisan ... 13

1.6 Rancangan Sistematika Penelitian ... 13

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DALAM UNDANG - UNDANG DAN HUKUM ISLAM ... 15

2.1 Pengertian Anak ... 15

2.2 Kategorisasi Anak ... 16

2.3 Pengertian Anak Jalanan ... 19

2.4 Perlindungan Hukum Anak Dalam Perspektif Undang-Undang Perlindungan Anak... 23

2.5 Perlindungan Hukum Anak Dalam Hukum Islam ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1 Metode Penelitian ... 30

3.2 Sumber Data dan lokasi Penelitian ... 33

3.2.1 Sumber Data ... 33

3.2.2 Lokasi Penelitian ... 34

3.3 Instrumen Penelitian ... 34

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.4.1 Wawancara ... 36

3.4.2 Observasi ... 36

(16)

3.5 Metode Analisis Data ... 38

3.5.1 Reduksi Data ... 38

3.5.2 Penyajian Data ... 39

3.5.3 Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi ... 39

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM ANAK JALANAN BINA ANAK PERTIWI PASAR MINGGU DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 DAN HUKUM ISLAM 41

4.1 Anak Jalanan dan Upaya Hukum Perlindungannya Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak di Lembaga Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu. ... 41

4.2 Undang-Undang Perlindungan Anak Bagi Anak Jalanan ... 45

4.2.1 Perlindungan di Bidang Agama ... 45

4.2.2 Perlindungan di Bidang Kesehatan ... 46

4.2.3 Perlindungan di Bidang Pendidikan ... 46

4.2.4 Perlindungan di Bidang Sosial ... 46

4.2.5 Prinsip-Prinsip Perlindungan Anak ... 47

4.2.6 Non Diksriminasi ... 47

4.2.7 Kepentingan yang terbaik bagi anak ... 47

4.2.8 Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan ... 47

4.3 Perlindungan Anak Jalanan Tinjauan Hukum Islam ... 48

4.3.1 Hak Pemeliharan Agama (Hifz Al-Din) ... 49 4.3.2 Hak Pemeliharaan Nasab atau Keturunan (Hifz Al-Nasl)

(17)

... 50

4.3.3 Hak Pemeliharaan Kesehatan (Hifz Al-Nafs) ... 51

4.3.4 Hak Pemeliharaan Akal (Hifz Al-Aql) ... 51

4.4 Perlindungan Hukum Anak di Lembaga Bina Anak Pertiwi .... 55

BAB V PENUTUP... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 65

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Dengan Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu ... 65 Lampiran 2 Hasil Wawancara Dengan Pimpinan Yayasan Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu ... 66 Lampiran 3 Lembaga Yayasan Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu ... 68 Lampiran 4 Yayasan Bina Anak Pertiwi ... 76

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 23 tahun 2002 ini mengatur bahwa Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga dan Orang Tua berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan menjamin terpenuhinya hak asasi anak sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Perlindungan terhadap anak yang dilakukan selama ini belum memberikan jaminan bagi anak untuk mendapatkan perlakuan dan kesempatan yang sesuai dengan kebutuhannya dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga dalam melaksanakan upaya perlindungan terhadap Hak anak oleh Pemerintah harus didasarkan pada prinsip hak asasi manusia yaitu penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan atas hak anak.

Sebagai implementasi dari ratifikasi tersebut, Pemerintah sebelumnya telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang secara substantif telah mengatur beberapa hal antara lain persoalan anak yang sedang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas, anak dari korban eksploitasi ekonomi dan seksual, anak yang diperdagangkan, anak korban kerusuhan, anak yang menjadi pengungsi dan anak dalam situasi konflik bersenjata, perlindungan anak yang dilakukan berdasarkan prinsip nondiskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, penghargaan terhadap pendapat anak, hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Dalam pelaksanaanya Undang-Undang tersebut telah sejalan dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terkait jaminan hak asasi manusia, yaitu Anak sebagai manusia memiliki hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang. Walaupun instrumen hukum telah dimiliki, dalam perjalanannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak belum dapat berjalan secara efektif karena masih adanya tumpang tindih antar peraturan perundang-undangan sektoral terkait dengan definisi anak.

(20)

Di sisi lain, maraknya kejahatan terhadap anak di masyarakat, salah satunya adalah kejahatan seksual, memerlukan peningkatan komitmen dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat serta semua pemangku kepentingan yang terkait dengan penyelenggaraan Perlindungan Anak. Untuk efektivitas pengawasan penyelenggaraan Perlindungan Anak diperlukan lembaga independen yang diharapkan dapat mendukung Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan Perlindungan Anak.

Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 yakni Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak juga mempertegas tentang perlunya pemberatan sanksi pidana dan denda bagi pelaku kejahatan terhadap anak, untuk memberikan efek jera, serta mendorong adanya langkah konkret untuk memulihkan kembali fisik, psikis dan sosial anak korban dan/atau anak pelaku kejahatan. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengantisipasi anak korban dan/atau anak pelaku kejahatan di kemudian hari tidak menjadi pelaku kejahatan yang sama dan demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

Anak merupakan harta yang tak ternilai harga nya, tidak saja di lihat dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi, hukum, tetapi juga dalam perspektif keberlanjutan sebuah generasi keluarga, suku maupun bangsa. Mengingat penting nya status dan posisi anak tersebut Sri Purniati dan Martini berpendapat bahwa anak dapat bermakna sosial (kehormatan harkat martabat keluaga tergantung pada sikap dan perilaku anak), budaya (anak merupakan harta dan kekayaan dan sekaligus merupakan lambang kesuburan sebuah keluarga), dan hukum(anak mempunyai dan kedudukan stategis di depan hukum)1

Anak adalah hal yang tidak dapat dipisahkan, karena anak merupakan bagian dari generasi muda. Untuk memudahkan memahami tentang pengertian anak dan menghindari salah penerapan kadar penilaian orang dewasa terhadap anak, maka perlu diketahui bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak dalam pengertian umum tidak saja mendapat perhatian dalam bidang ilmu pengetahuan,

(21)

tetapi dapat juga ditelaah dari sisi pandang kehidupan, seperti agama, hukum dan sosiologisnya yang menjadikan pengertian anak semakin masuk akal dan aktual dalam lingkungansosial.

Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud dengan anak yaitu seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih di dalam kandungan”2

Dalam masyarakat, kedudukan anak memiliki makna dari suatu sistem hukum yang ada dalam lingkungan perundang undangan dan menggabungkan sosial kemasyarakatan secara menyeluruh.

Pengertian anak dalam kedudukan hukum meliputi pengertian kedudukan anak dari pandangan sistem hukum sebagai subjek hukum.Hukum islam pun telah memberikan secara keseluruhan mengenai hak asasi manusia dan memperhatikan keselamatan umat manusia. Secara hakiki, menurut hukum islam, anak adalah karunia dari Allah yang Maha Esa kepada kedua orang tuanya. Dikatakan karunia karena tidak semua keluarga dapat dikaruniai anak sekalipun telah bertahun-tahun membangun rumah tangga3

Sebagaimana hal tersebut bahwa seorang anak tersebut mempunyai hak-hak yang dapat di lindungi oleh negara. Upaya perlindungan untuk anak ini meliputi melindungi anak dari upaya diskriminasi oranglain terhadap anak, dan sudah dapat berlaku dan diterapkan dari mulai anak tersebut lahir sampai pada usia 18 tahun.

Sedangkan masih banyaknya anak jalanan atau pun anak yang terbuang di sekitaran kita membuat upaya perlindungan anak sulit untuk di terapkan, yang di maksud dengan anak jalanan menurut Departemen Sosial RI, anak jalanan adalah anak- anak dibawah usia 18 tahun yang karena berbagai faktor, seperti ekonomi, konflik keluarga hingga faktor budaya yang membuat mereka turun ke jalan. maka dari itu adanya Lembaga Perlindungan Anak yang mengasuh anak jalanan atau anak terbuang untuk melindungi hak anak demi terciptanya kemaslahatan untuk

2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak

3 Ibnu Anshori, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam, (Jakarta: KPAI,2007), h. 15

(22)

anak.

Pengasuhan anak jalanan di dalam hukum Islam di bolehkan. Dasar hukum pembolehan ini merujuk pada Q.S al-Maidah ayat 2.4 Pengertian perlindungan anak adalah segala bentuk usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental dan sosial.

Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, dengan begitu perlindungan anak diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat, karena upaya untuk melindungi anak tersebut.

Kegiatan perlindungan anak membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya dengan hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Hukum merupakan jaminan bagi kegiatan perlindungan anak yang bersifat mutlak.5

Pengawasan ekstra terhadap anak baik secara pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat, itu sangat perlu dilakukan. Hal tersebut ditujukan untuk melindungi hak-hak anak serta mencegah masuknya pengaruh eksternal yang negatif yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan secara psikologis anak tersebut.6

Anak perlu dilindungi hak-haknya, karena anak sebagai generasi bangsa berperan penting dalam pembangunan sebuah negara. Negara harus menjamin hak dan kewajiban warga negara dan rakyatnya. Hal ini dilakukan dengan pencantuman hak dan kewajiban hak warga negara di dalam konstitusi, maka membawa konsekuensi bagi negara untuk mengakui, menghormati dan menghargai hak-hak warga negara dan rakyatnya, termasuk pemenuhan hak-hak asasi tersebut dalam kehidupan nyata. Kewajiban ini tertuang di dalam ketentuan Pasal 28 I UUD 1945, yang menentukan bahwa perlindungan, pemajuan, penegakan, pemenuhan hak asasi

4 Wahbah al-zuhahili, fiqh islam wa adillatuhu, jld 10, h.25

5 Ahmad Kamil dan Fauzan. Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia.

PTRajaGrafindo Persada. Jakarta 2008. h.5

(23)

manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, tidak menyebutkan bahwa kewajiban seorang anak adalah bekerja. Karena seorang anak belum memiliki kesiapan dari segi fisik maupun psikisnya. Pola fikir seorang anak masih sangat labil, berubah-ubah dan hal ini sangat berbeda dengan orang dewasa yang sudah lebih matang dalam mempertimbangkan atau memutuskan sesuatu hal.

Anak jalanan mempunyai ciri khas yang berbeda dengan anak biasa. Dalam Loka Karya kemiskinan dan anak jalanan yang diselenggarakan oleh Departemen Sosial pada tanggal 25 dan 26 Oktober 1995, membantu dalam memahami permasalahan anak jalanan. “Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan tempat- tempat umum lainnya.” Definisi tersebut kemudian dikembangkan oleh Ferry Johanes pada seminar tentang pemberdayaan anak jalanan yang dilaksanakan di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial di Bandung pada bulan Oktober 1996, yang menyebutkan anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya di jalanan, baik untuk bekerja maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga atau terputus hubungannya dengan keluarga, dan anak yang mandiri sejak kecil karena kehilangan orang tua atau keluarga.7

Hukum islam dan Undang-Undang sejak awal telah mengatur sedemikian rupa tentang perlindungan anak mulai sejak dalam kandungan sampai dengan berumur 18 tahun, karena ini menjadi salah satu untuk melindungi anak dari adanya diskriminasi terhadap nya. Dalam hukum islam kita mengenal konsep laqith. Laqith adalah anak yang belum baligh yang di temukan oleh seseorang, baik di jalan atau di tempat lain yang tidak diketahui nasab atau walinya. Atau bisa kita sebut dengan pengasuhan anak yang berarti prinsip kebaikan yang dipergunakan untuk menetapkan suatu hukum islam atau suatu perbuatan yang mengandung nilai yang baik dan bermanfaat. Dengan itu, dalam kaitan nya dengan perlindungan anak jalanan adalah sebagai bentuk penjagaan dan perlindungan kepada anak jalanan untuk memerdekakan hak-hak nya, dengan di adakan nya lembaga perlindungan

7 Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak (Bandung: Nuansa, 2006), h. 19-20

(24)

anak di bawah naungan negara.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis memilih judul:

“Perlindungan Hukum Anak Jalanan Dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 (Studi Kasus Pada Bina Anak Pertiwi Di Pasar Minggu)”.

1.2 Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah.

1.2.1 Identifikasi Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah di atas dapat diambil beberapa persoalan yang berhubungan dengan perlindungan hukum terhadap anak jalanan:

1. Apabila tidak adanya undang-undang akan terjadi sikap kesewenang- wenangan terhadap anak.

2. Tingkatan ekonomi yang tidak seimbang membuat anak jalanan tidak mencapai hak asasi manusia.

3. Dengan adanya Undang-Undang dan hak asasi manusia masih banyak anak jalanan yang tidak mendapatkan hak nya.

4. Pelaksanaan laqith belum memiliki payung hukum yang kuat.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Dengan di perlukan adanya pembatasan masalah di dalam suatu penelitian, agar peneliti lebih terfokus dengan substansi persoalan yang akan di teliti sehingga tujuan penelitian dapat terarah dengan baik. Oleh karena itu, Penelitian tentang anak jalanan ini akan di batasi pada perlindungan hukum terhadap anak jalanan di Lembaga Bina Pertiwi Pasar Minggu di tinjau dari Undang-Undang No 35 Tahun 2014 dan Hukum Islam.

1.2.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaturan perlindungan hukum bagi anak jalanan

(25)

menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 dan hukum islam?

2. Bagaimana model perlindungan yang di berikan terhadap anak jalanan oleh Lembaga Bina Pertiwi Pasar Minggu?

3. Apakah model perlindungan hukum terhadap anak jalanan di Bina Petiwi Pasar Minggu sudah sesuai dengan UU No 35 Tahun 2014 dan Hukum Islam?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian diadakan dengan harapan mampu menjawab apa yang telah dirangkum dalam rumusan diatas, Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mereview peraturan perlindungan hukum bagi anak jalanan menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 dan hukum islam 2. Untuk mendeskripsikan model perlindungan yang di berikan terhadap

anak jalanan oleh Lembaga Bina Pertiwi Pasar Minggu?

3. Untuk menganalisis kesesuaian model perlindungan hukum terhadap anak jalanan di Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu Menurut UU Nomor 35 Tahun 2014 dan hukum islam

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dengan adanya tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini di adakan dapat memberi manfaat, yaitu:

1. Memberikan sumbangan pemikiran dan ilmu pengetahuan dalam perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum perlindungan anak khususnya.

2. Menjadi rujukan bagi akademisi tentang analisa secara mendalam

(26)

mengenai anak jalanan atau perlindungan anak

3. Selanjut nya menjadi bahan tambahan terhadap mahasiswa yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan anak jalanan ataupun perlindungan anak

1.4 Review Studi Terdahulu

Dari hasil penelusuran pada karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan perlindungan hak anak jalanan ternyata memiliki sejumlah bahasan yang berbeda.

Baik itu secara tematik serta objek kajian yang diteliti. Adapun kajian terdahulu yang penulis temukan diantaranya:

1. Perlindungan Hak-Hak Anak (Studi Komparasi Antara Hukum Islam Dan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak) Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga yang ditulis oleh Insiyah Abdul Bakir. Pada skripsi ini dijelaskan bahwa penulis mengharuskan mengenai kepidanaan dan keperdataan untuk perlindungan hak-hak anak.

Perbedaan dengan skripsi penulis adalah terletak pada pembahasan yang menegaskan mengenai perlindungan hak anak jalanan yang mencangkup anak dijadikan bahan pekerjaan untuk menghasilkan uang dengan UUP Anak.

2. Perlindungan Terhadap Eksploitasi Anak Di Bawah Umur Dalam perspektif Hukum Islam Dan Peraturan Perundang-Undangan Indonesia (Studi Kasus di Sekolah Master Indoneisa Kota Depok) Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang ditulis oleh Choirul Ardinata. Pada Skrpsi ini dijelaskan bahwa hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa mengenai tentang pemenuhan hak-hak anak menurut Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, serta larangan bagi setiap pihak yang melakukan eksploitasi pada anak usia dibawah 18 tahun sesuai ketentuan Undang- undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 Tentang Tenaga Kerja. Pembeda antara penelitian tersebut dengan penelitian penulis yaitu bahwa penelitian tersebut hanya fokus pada perlindungan anak dan eksploitasi anak, sedangkan penulis lebih menganalisis

(27)

bagaimana perspektif hukum islam yakni maslahah mursalah dalam melindungi hak-hak anak jalanan.

3. Perlindungan terhadap eksploitasi anak di bawah umur dalam perspektif hukum Islam dan peraturan perundang-undangan Indonesia (studi kasus di Sekolah Master Indonesia Kota Depok). Tulisan singkat ini bertujuan memberikan informasi lebih jelas tentang pemenuhan hak-hak anak menurut Undang- undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, serta larangan bagi setiap pihak yang melakukan eksploitasi pada anak usia dibawah 18 tahun sesuai ketentuan Undang-undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 Tentang Tenaga Kerja dan di dalamUndang- undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, serta mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya eksploitasi terhadap anak. Dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak pasal 1 ayat 2 menyebutkan:

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dandiskriminasi. Adapun larangan bagi setiap pihak yang mengeksploitasi anak termaktub dalam Undang- undang yang sama Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak. Dalam Pasal 66, pasal 71A dan 71B secara gamblang menyatakan bahwa anak tidak boleh menjadi korban perlakuan yang menyimpang serta eksploitasi yang dilakukan oleh orang tua, atau pihak yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak. Adapun penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif dan observasi lapangan serta wawancara dengan informan anak jalanan. Adapun lokasi penelitian adalah sekolah Master Indonesia. Semua teori, doktrin, opini dan pandangan hukum menjadikan filter terhadap kejadian pada informan anak jalanan, sehingga dapat dideskripsikan secara sistematis. Hasil penelitian mengungkapkan dari keseluruhan informan mengalami kekerasan dalam bekerja, pemerasan ekonomi, dan jam kerja yang berlebihan bagi anak di bawah usia 18 tahun, tentu mempengaruhi kesehatan bagi informan, ditambah kekerasan yang dialami mereka oleh penegak hukum seperti SatPol PP dan pihak Kepolisian menjadikan sebuah ancaman yang menghantui mereka dalam

(28)

bekerja, hal semua ini adalah bagian dari kasus eksploitasi terhadap anak.

Perbedaan nya dengan pembahasan skripsi ini adalah dengan memakai hukum islam yaitu dengan mengambil mashalah mursalah untuk menjadikan kemaslahatan untuk anak jalanan tersebut.

4. Perlindungan Hak-hak Anak dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Anak oleh Anissa Nur Fitri, Agus Wahyudi Riana, Muhammad Fedryansyah. Artikel ini membahas tentang bagaimana kondisi anak di Indonesia. Khususnya tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan anak. Kesejahteraan adalah kondisi dimana semua kebutuhan hidup seseorang bisa terpenuhi dan bisa mencapai kepuasan.

Anak adalah salah satu yang harus diperhatikan kesejahteraannya, baik itu kesejahteraan lahir, kesejahteraan batin, maupun kesejahteraan sosialnya karena anak merupakan individu yang akan meneruskan cita-cita bangsa dan menjadi generasi penerus suatu negara. Saat ini, kondisi anak di Indonesia yang masih perlu untuk ditangani oleh pemerintah dan pihak-pihak lainnya karena kesejahteraannya yang bermasalah. Banyak hal-hal yang menjadi penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan dan hak-hak anak, pemenuhan hak – hak anak yang dirampas dikarenakan mereka harus bekerja serta pengaruh kondisi psikososial anak ketika mereka bekerja akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. Untuk mengurangi permasalahan anak tersebut, pemerintah telah banyak melakukan upaya untuk menanggulagi permasalahan pekerja anak yang menyebabkan anak tidak sejahtera, namun masih belum cukup efektif untuk menyelesaikannya. Tentu saja hal yang seperti ini harus diperbaiki. Karena anak merupakan generasi masa depan yang harus diperhatikan kesejahteraannya agar perkembangannya pun baik. Salah satu yang harus diperhatikan tentang perlindungan dan kebutuhan hak anak adalah tentang efektifitas Undang-Undang Perlindungan Anak, karena dalam undang-undang tersebut telah dibahas bagaimana seharusnya kita memperlakukan anak agar anak dapat hidup sejahtera dan mendapatkan perlindungan serta pemenuhan kebutuhan hidup dan haknya. Perbedaan nya dengan pembahasan skripsi ini adalah mengacu kepada hukum islam yang mengatur bagaimana perlindungan hukum terhadap anak jalanan.

(29)

1.5 Metode Penelitian

Dalam membahas penelitian ini, diperlukan suatu penelitian untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dibahas dan gambaran dari masalah tersebut secara jelas, tepat dan akurat. Ada beberapa metode yang akan penulis gunakan, antara lain:

1.5.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, data yang terkumpul dari penelitian yang dilakukan di lapangan yang menghasilkan data deskriptif disatukan untuk selanjutnya diolah secara sistematik, yaitu lebih terperinci pada tiap bab yang ada pada penelitian ini.

Analisa data secara deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan.

1.5.2 Pendekatan Penelitian

Di dalam penelitian hukum terdapat pendekatan perundang- undangan, kasus dilapangan. Dengan pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu/masalah yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif empiris yang dilakukan dengan mengkaji semua Undang-Undang dan pengaturan yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani dengan mengamati secara langsung di lokasi penelitian.

1.5.3 Sumber Data

Data Primer yaitu Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan cara wawancara langsung kepada objek penelitian, data ini meliputi interview dengan 10-15 anak jalanan, dan ketua Lembaga Bina Anak Pertiwi guna mendapatkan hasil data yang mendalam dari responden yang mengalami langsung kejadian tersebut atau

(30)

yang paling tahu tentang dirinya, dan membenarkan bahwa benar apa adanya pertanyan yang di ajukan oleh peneliti kepada objek penelitian, menginterpretasikan subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepada objek adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Pokok-pokok tersebut digunakan untuk menghindari penyimpangan pembahasan pada penelitian.8

Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku, jurnal, artikel, peraturan perundang-undangan dan tulisan lain yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi pokok dalam bahasan dalam penelitian ini. Oleh karena itu pada umumnya data sekunder dalam keadaan siap terbuat dan dapat dipergunakan dengan segera, dan salah satu ciri dari data sekunder tidak terbatas oleh waktu maupun tempat.9

1.5.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik wawancara (Interview) yaitu suatu metode pengumpulan data yang sering digunakan di dalam metode penelitian.10 Bagian dari survey ialah teknik wawancara dengan mencari informasi dan responden terhadap anak jalanan di Lembaga Bina Anak Pertiwi di Pasar Minggu.

Studi Kepustakaan Penelusuran Informasi dan data yang diperlukan dalam beberapa sumber. Penyusunan dengan menggunakan studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, mempelajari serta menganalisis literatur atau buku-buku dan sumber lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.

1.5.5 Analisa Data

Analisa data yang digunakan adalah metode analisis lapangan dengan didukung kepustakaan.

1. Penelitian Lapangan (field research). Penelitian lapangan yaitu dengan

8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung, Alfabeta 2015), h. 137.

9 Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, Universitas Indonesia, 1986), h. 11.

(31)

turun langsung ke lapangan untuk mencari data pada sumber data yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, seperti melakukan wawancara dengan pihak terkait.

2. Penelitian Kepustakaan (library research) yaitu dengan mempelajari literatur-literatur, peraturan perundang-undangan, serta tulisan-tulisan para sarjana yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.

1.5.6 Teknik Penulisan

Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang di terbitkan oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2017.

1.6 Rancangan Sistematika Penelitian

Penelitian skripsi ini terdiri dari 5 BAB, dimana masing-masing BAB berisikan pembahasan yang berkesinambungan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan pendahuluan yang berhubungan erat dengan permasalahan yang akan di bahas, identifikasi masalah, mendata dan mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan tema penelitian. Pembatasan dan perumusan masalah, yang di maksud agar lebih terfokuskan dalam permasalahan, supaya tidak tumpeng tindih dengan masalah yang lain yang tidak ada kaitan nya dengan penelitian. rumusan masalah, berisikan tentang uraian masalah yang akan diteliti yaitu peryataan tegas mengenai apa yang akan jadi tema penelitian. Tujuan penelitian, yaitu rumusan yang mengenai apa yang sebenarnya yang akan ingin di capai oleh peneliti sehingga menjawab seluruh pertanyaan penelitian. Manfaat penelitian, diharap kan dari hasil penelitian yang di lakukan oleh penulis akan menghasilkan nilai guna penelitian. Metode penelitian, menguraikan bagaimana cara kerja dan prosedur pelaksanaan penelitian, dalam arti kata metode apa yang diajukan dalam menjalankan penelitian ini. Review studi terdahulu, menjelaskan

(32)

mengenai kajian-kajian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian.

Sistematika penulisan, menjelaskan penulisan yang berisikan deskripsi karya tulis perbab uraian tersebut menggambarkan alur dari bahan skripsi yang akan dijelaskan.

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DALAM HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

Bab ini berisi tentang pemaparan kajian teori tentang pengertian dan kategorisasi anak jalanan serta perlindungan hukum anak dari berbagai sudut pandang, hak anak di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak dan dalam perspektif Hukum Islam tentang perlindungan anak BAB III PROFIL YAYASAN BINA ANAK PERTIWI PASAR MINGGU

Bab ini menjelaskan mengenai peran Lembaga Bina Anak Pertiwi terhadap perlindungan anak jalanan yakni berupa Profil Lembaga Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu dan Model perlindungan terhadap anak jalanan dari Lembaga Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM ANAK JALANAN BINA ANAK PERTIWI PASAR MINGGU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 DAN HUKUM ISLAM

Bab empat Yaitu bahasan utama dalam skripsi ini. Yakni bab yang berisi model Perlindungan Hukum terhadap Anak jalanan di Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 dan Hukum Islam BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir dalam penelitian ini. Terdiri dari penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang bersifat membangun bagi penyempurnaan penelitian ini.

(33)

BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DALAM UNDANG - UNDANG DAN HUKUM ISLAM

2.1 Pengertian Anak

Anak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), anak adalah keturunan kedua. Dalam konsideran UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dikatakan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai menusia seutuhnya, lebih lanjut dikatakan bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita- cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.

Oleh karena itu agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi11

Menurut R.A. Kosnan “Anak-anak yaitu manusia muda dalam umur muda dalam jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya”.12 Oleh karna itu anak-anak perlu diperhatikan secara sungguhsungguh.

Akan tetapi, sebagai makhluk social yang paling rentan dan lemah, ironisnya anak- anak justru sering kalidi tempatkan dalam posisi yang paling dirugikan,

11 M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, h. 8.

12 R.A. Koesnan, Susunan Pidana dalam Negara Sosialis Indonesia, (Bandung: Sumur, 2005), h.

113

(34)

tidakmemiliki hak untuk bersuara, dan bahkan mereka sering menjadi korban tindak kekerasa dan pelanggaran terhadap hak-haknya.13

Kemudian di dalam hukum kita banyak kriteria yang menjelaskan tentang pengertian anak sehingga menimbulkan akibat hukum yang berbeda seperti di jelaskan dalam Pasal 330 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, mengatakan orang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin. Jadi anak adalah setiap orang yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Seandainya seorang anak telah menikah sebelum umur 21 tahun kemudian bercerai atau ditinggal mati oleh suaminya sebelum genap umur 21 tahun, maka ia tetap dianggap sebagai orang yang telah dewasa bukan anak-anak.14

Menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia adalah sebagai berikut: "Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut demi kepentingannya".15 Batasan umur anak tergolong sangat penting dalam perkara pidana anak karena dipergunakan untuk mengetahui seseorang yang di duga melakukan kejahatan termasuk kategori anak atau bukan.

2.2 Kategorisasi Anak

Batasan umur anak-anak, terdapat keberagaman di berbagai Negara yang mengatur tentang usia anak yang dapat di hukum. Beberapa negara juga memberikan definisi seseorang dikatakan anak atau dewasa dilihat dari umur dan aktifitas atau kemampuan berfikirnya.

Pengertian anak juga terdapat pada pasal 1 convention on the rights of the child, anak diartikan sebagai setiap orang dibawah usia 18 tahun, kecuali berdasarkan hukum yang berlaku terhadap anak, kedewasaan telah diperoleh sebelumnya. Sedangkan membicarakan sampai batas usia berapa seseorang dapat

13 Arif Gosita, Masalah perlindungan Anak, (Jakarta: Sinar Grafika, 1992), h. 28

14 Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2002), h.90

(35)

dikatakan tergolong anak, pembatasan pengertian anak menurut menurut beberapa ahli yakni sebagai berikut:

Menurut Bismar Siregar, dalam bukunya menyatakan bahwa: dalam masyarakat yang sudah mempunyai hukum tertulis diterapkan batasan umur yaitu 16 tahun atau 18 tahun ataupun usia tertentu yang menurut perhitungan pada usia itulah si anak bukan lagi termasuk atau tergolong anak tetapi sudah dewasa.16

Menurut Sugiri sebagai mana yang dikutip dalam buku karya Maidin Gultom mengatakan bahwa: "selama di tubuhnya masih berjalan proses pertumbuhan dan perkembangan, anak itu masih menjadi anak dan baru menjadi dewasa bila proses perkembangan dan pertumbuhan itu selesai, jadi batas umur anak-anak adalah sama dengan permulaan menjadi dewasa, yaitu 18 (delapan belas) tahun untuk wanita dan 21 (dua puluh) tahun untuk laki-laki."17

Menurut Hilman Hadikusuma dalam buku yang sama merumuskannya dengan "Menarik batas antara sudah dewasa dengan belum dewasa, tidak perlu dipermasalahkan karena pada kenyataannya walaupun orang belum dewasa namun ia telah dapat melakukan perbuatan hukum, misalnya anak yang belum dewasa telah melakukan jual beli, berdagang, dam sebagainya."18

Dari beberapa pengertian dan batasan umur anak sebagaimana tersebut di atas yang cukup bervariasi tersebut, kiranya menjadi perlu untuk menentukan dan menyepakati batasan umur anak secara jelas dan lugas agar nantinya tidak terjadi permasalahan yang menyangkut batasan umur anak itu sendiri. Dalam lingkup Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia serta Undang-Undang tentang Perlindungan Anak sendiri ditetapkan bahwa anak adalah seseorang yang belum

16 Bisma Siregar, Keadilan Hukum dalam Berbagai aspek Hukum Nasional, (Jakarta: Rajawali, 1986) h.105

17 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Cetakan Kedua, (Bandung, P.T.Refika Aditama, 2010), h. 32

18 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Cetakan Kedua, (Bandung, P.T.Refika Aditama, 2010), h. 33

(36)

mencapai usia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan, dan belum pernah menikah.

Pengertian anak menurut istilah hukum islam adalah keturunan kedua yang masih kecil.19 Kata “anak” dipakai secara “umum” baik untuk manusia maupun binatang bahkan untuk tumbuh-tumbuhan. Pemakaian kata “anak” bersifat

“fugurativel majasi” dan kata “anak” ini pun dipakai bukan hanya untuk menunjukan keturunan dari seorang manusia/ibu-bapak, tetapi juga dipakai untuk menunjukan asal anak itu lahir. Sifat kecil itu kalau dihubungkan dengan larangan bertindak ada tingkatannya,

Pertama, kecil dan belum mumayyiz dalam hal ini anak tidak memiliki kemampuan untuk bertindak, kata-kata yang diucapkan tidak bisa dibuat pegangan, jadi segal sesuatu berada ditangan wali atau orang tuanya.

Kedua, kecil tapi mumayyiz dalam hal ini sikecil kurang kemampuan bertindak, namun sudah punya kemampuan sehingga kata-katanya bisa dijadikan pegangan, dan sudah sah jika membeli atau menjual dan memberikan sesuatu pada orang lain. Dikatakan mumayyiz dalam hukum islam ialah anak yang sudah mencapai usianya, biasanya anak itu umur genap 7 tahun. Jadi kalau masih kurang dari 7 tahun maka anak itu hukumnya belum mumayyiz, walaupun sudah mengerti tentang istilah menjual dan membeli, sebaliknya kadang-kadang anak yang sudah lebih tujuh tahun umurnya tetapi belum mengerti hal tentang jual beli dan sebagainya.

Menurut The Minimum Age Convention Nomor 138 Tahun 1973, anak adalah seorang yang berusia masih 15 tahun ke bawah. Sebaliknya, dalam Convention on The Right Child Tahun 1989, yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres Nomor 39 Tahun 1990 di sebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun kebawah. Sementara UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai 18 tahun.20

19 Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoever), h.112.

(37)

2.3 Pengertian Anak Jalanan

Anak jalanan menurut KBBI ada dua pengertian, yaitu anak yang hubungannya dengan keluarga telah terputus dan hidup di jalanan, umumnya berusia belasan tahun. Serta anak yang masih tinggal bersama keluarganya, tetapi menyandarkan hidupnya di jalanan, umumnya berusia balita atau usia sekolah dasar. Anak jalanan sama dengan anak terlantar. Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.

Pengertian anak jalanan telah banyak dikemukakan oleh banyak ahli. Secara khusus, anak jalanan menurut PBB adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya dijalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain. Anak jalanan tinggal di jalanan karena dicampakkan atau tercampakkan dari keluarga yang tidak mampu menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran keluarganya.21 Definisi tersebut kemudian dikembangkan oleh Ferry Johanes pada seminar tentang pemberdayaan anak jalanan yang dilaksanakan di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial di Bandung pada bulan Oktober 1996, yang menyebutkan anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya di jalanan, baik untuk bekerja maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga atau terputus hubungannya dengan keluarga, dan anak yang mandiri sejak kecil karena kehilangan orang tua / keluarga.22

UNICEF mendefinisikan anak jalanan sebagai those who have abandoned their home, school, and immediate communities before they are sixteen yeas of age have drifted into a nomadic street life (anak-anak berumur di bawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekat, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah). Anak jalanan merupakan anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.23

21 Abu huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, (Bandung: Nuansa, 2006), h. 80.

22 Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak (Bandung: Nuansa, 2006), h. 19-20

23 Departemen Sosial RI, Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Jalanan, (Jakarta: Departemen Sosial Republik Indonesia, 2005), h.20

(38)

Direktorat Kesejahteran Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, Departemen Sosial memaparkan bahwa anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya, usia mereka berkisar dari 6 tahun sampai 18 tahun. Adapun waktu yang dihabiskan di jalan lebih dari 4 jam dalam satu hari. Pada dasarnya anak jalanan menghabiskan waktunya di jalan demi mencari nafkah, baik dengan kerelaan hati maupun dengan paksaan orang tuanya.

Hidup menjadi anak jalanan bukanlah pilihan yang menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu.

Secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya.24

Menurut Departemen Sosial RI, Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari- hari di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat- tempat umum lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri, berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi. Ciri-ciri anak jalanan adalah anak yang berusia 5–18 tahun, berada di jalanan lebih dari 4 jam dalam satu hari, melakukan kegiatan atau berkeliaran dijalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, dan mobilitasnya tinggi.

Peter Devis memberikan pemahaman bahwa fenomena anak-anak jalanan sekarang ini merupakan gejala global. Pertumbuhan urbanisasi dan membengkaknya daerah kumuh di kota-kota yang paling parah keadaannya adalah di negara berkembang, telah memaksa sejumlah anak semakin besar pergi kejalan ikut mencari makan demi kelangsungan hidup keluarga dan bagi dirinya sendiri.25

24 Arief Armai. 2002. Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan.

http://anjal.blogdrive.com/archive/11.html diakses pada tanggal 5 april 2012

(39)

Anak jalanan, tekyan, arek kere, anak gelandangan, atau disebut juga secara eufemistis sebagai anak mandiri, sesungguhnya mereka semua adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat. Sebagian besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka di jalanan diberikan kepada orang tuanya. Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.

2. Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak- anak yang karena suatu sebab, biasanya kekerasan, lari, atau pergi dari rumah.

3. Children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Walaupun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang- ambing dari satu tempat ke tempat yang lain dengan segala resikonya.26 Mulandar, memberi pengertian tentang anak jalanan yaitu anak-anak marjinal di perkotaan yang mengalami proses dehumanisasi. Dikatakan marjinal, karena mereka melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang karirnya, kurang

26 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 199- 201

(40)

dihargai dan umumnya tidak menjanjikan prospek apapun di masa depan mereka juga rentan akibat kekerasan fisik dan resiko jam kerja yang sangat panjang.27

Anak jalanan adalah anak-anak yang berusia 7-15 tahun yang hidup, bekerja dan menghabiskan waktunya di jalanan atau tempat-tempat umum hampir setiap hari, yang diterlantarkan, atau ditinggalkan, atau melarikan diri, atau masih ada hubungan dengan keluarganya. Nugroho menjelaskan sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah, penggunaan istilah anak jalanan berimplikasi pada dua pengertian yang harus dipahami. Pertama, pengertian sosiologis, yaitu menunjuk pada aktifitas sekelompok anak yang keluyuran di jalan-jalan. Masyarakat mengatakan sebagai kenakalan anak, dan perilaku mereka dianggap mengganggu ketertiban sosial. Kedua, pengertian ekonomi, yaitu menunjuk pada aktifitas sekelompok anak yang terpaksa mencari nafkah di jalanan karena kondisi ekonomi orangtua yang miskin28 Sebagaimana pembedaan Nugroho tersebut, secara definitif, istilah anak jalanan terbagi dalam dua batasan istilah:

1. Pengertian Sosiologis: Anak jalanan adalah sekelompok anak yang keluyuran di jalan-jalan. Masyarakat menganggap sebagai anak nakal dan perilaku mereka mengganggu ketertiban sosial.

2. Pengertian Ekonomi: Anak jalanan adalah sekelompok anak yang terpaksa mencari nafkah di jalanan karena kondisi ekonomi orangtua miskin29

27 Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur, Pedoman Penanganan Anak Jalanan, (Surabaya: Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur, 2001), h.7

28 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2011, h. 35

(41)

2.4 Perlindungan Hukum Anak Dalam Perspektif Undang-Undang Perlindungan Anak

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan anak adalah konsekuensi penerapannya dikaitkan dengan berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, sosial politik, dan budaya masyarakat.

Dalam berbagai peraturan perundang-undangan terdapat perbedaan ketentuan yang mengatur tentang anak, hal ini dilatarbelakangi berbagai faktor yang merupakan prinsip dasar yang terkandung dalam dasar pertimbangan dikeluarkannya peraturan perundang-undangan yang bersangkutan yang berkaitan dengan kondisi dan perlindungan anak.

Kedudukan anak sebagai generasi muda yang akan meneruskan cita-cita luhur bangsa, calon-calon pemimpin bangsa di masa mendatang dan sebagai sumber harapan bagi generasi terdahulu, perlu mendapat kesempatan seluas- luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani, dan sosial.

Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh lapisan masyarakat dalam berbagal kedudukan dan peranan, yang menyadari betul pentingnya anak bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Jika mereka telah matang pertumbuhan fisik maupun mental dan sosialnya, maka tiba saatnya menggantikan generasi terdahulu.

Perlindungan Hukum adalah Perlindungan yang di berikan kepada subjek hukum dalam bentuk perangkat hukum, baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, ada yang tertulis maupun tidak tertulis, Dengan kata lain Perlindungan Hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum itu sendiri, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

Perlindungan hukum anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik secara fisik, mental maupun sosial. Perlindungan hukum anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam

(42)

berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Kegiatan perlindungan anak membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya dengan hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Hukum merupakan jaminan bagi kegiatan perlindungan anak. Arif Gosita mengemukakan bahwa kepastian hukum perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan perlindungan anak.30

Perlindungan anak tidak boleh dilakukan secara berlebihan dan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan maupun diri anak itu sendiri, sehingga usaha perlindungan yang dilakukan tidak berakibat negatif. Perlindungan anak dilaksanakan rasional, bertanggung jawab dan bermanfaat yang mencerminkan suatu usaha yang etektif dan efisien. Usaha perlindungan anak tidak boleh mengakibakan matinya inisiatif, kreatifitas, dan hal-hal lain yang menyebabkan ketergantungan kepada orang lain dan berperilaku tak terkendali, sehingga anak tidak memiliki kemampuan menggunakan hak-haknya dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya.

Perlindungan anak dapat dibedakan dalam 2 (dua) bagian yaitu sebagai berikut:

(a) Perlindungan anak yang bersifat Yuridis, yang meliputi perlindungan dalam bidang hukum publik dan dalam bidang hukum keperdataan;

(b) Perlindungan anak yang bersifat Non Yuridis, yang meliputi perlindungan dalam bidang sosial, bidang kesehatan, bidang pendidikan.

Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 pasal 1 Tentang Perlindungan Anak, hak-hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, masyarakat, pemerintah dan

30 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta Akademi Pressindo, 1989), h. 35

(43)

negara. Adapun perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.31

Perlindungan anak dapat juga diartikan sebagai segala upaya yang ditujukan untuk mencegah, rehabilitasi, dan memberdayakan anak yang mengalami tindak perlakuan salah (child abused), eksploitasi, dan penelantaran, agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak secara wàjar, baik fisik, mental, dan sosialnya.

Arif Gosita berpendapat bahwa perlindungan anak adalah suatu usaha untuk melindungi anak agar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.32 Perlindungan hak-hak anak pada hakikatnya menyangkut langsung pengaturan dalam peraturan perundangundangan. Kebijaksanaan, usaha dan kegiatan yang menjamin terwujudnya perlindungan hak-hak anak, pertama-tama didasarkan atas pertimbangan bahwa anak-anak merupakan golongan yang rawan, disamping karena adanya golongan anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya, baik rohani, jasmani maupun sosial.

Perlindungan anak bermanfaat bagi anak dan orang tuanya serta pemerintahnya, maka koordinasi kerjasama perlindungan anak perlu diadakan dalam rangka mencegah ketidakseimbangan kegiatan perlindungan anak secara keseluruhan. Sehubungan dengan hal ini, Abdul Hakim Garuda Nusantaran mengatakan: “Masalah perlindungan hukum bagi anak-anak merupakan satu sisi pendekatan untuk melindungi anak-anak Indonesia. Masalahnya tidak semata-mata bisa didekati secara yuridis, tapi perlu pendekatan lebih luas, yaitu ekonomi, sosial, dan budaya.”33

Dasar pelaksanaan perlindungan anak adalah sebagai berikut:

31 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 32 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta Akademi Pressindo, 1989), h. 52

33 Bagong Suyanto, Pelanggaran Hak dan Perlindungan Sosial Bagi Anak Rawan, (Surabaya Airlangga University Press, 2003), h. 22

Referensi

Dokumen terkait

secara individual dari tiap pertanggungan dan besarnya premi yang belum merupakan pendapatan ditetapkan proporsional dengan jumlah proteksi yang diberikan, selama periode kontrak

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah metode dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan hadis-hadis tentang waria terutama yang disebutkan dalam

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data penelitian dari data primer yaitu adalah dengan menyebarkan kuesioner yang digunakan untuk menganalisis pengaruh

Dari hasil perhitungan di atas diketahui bahwa keberadaan tanaman serealia lahan kering di daerah penyangga masih memiliki status ekologi lestari, namun demikian tanaman

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang sifatnya eksploratif untuk mengetahui pengaruh gangguan terhadap kinerja sistem

Dari penjelasan di atas, untuk mencapai tingkat efisiensi budidaya pepaya yang optimal, dibutuhkan kiat-kiat sebagai berikut : (1) Melakukan efisiensi biaya produksi, tanpa harus

Tradisi Malakok sebagai syarat untuk menjadi warga masyarakat di Nagari Tanjung Sani Kabupaten Agam, masih dipegang teguh sampai saat ini, sehingga jika ada

“Semuanya menyatu bersama visi besar untuk menghasilkan produk yang lebih luar biasa yang akan disukai pelanggan kita, bisnis yang kuat dari pendekatan global yang pintar dan dunia