• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TATANAN GEOLOGI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Daerah Kampala,

Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan 8

BAB 2

TATANAN GEOLOGI

Secara administratif daerah penelitian termasuk ke dalam empat wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sinjai Timur, Sinjai Selatan, Sinjai Tengah, dan Sinjai Utara, dan temasuk dalam Kabupaten Sinjai (Gambar 2.1). Secara geografis daerah penelitian terletak di antara 5

°

06'52" - 5

°

12'52" LS dan 120

°

10'37"- 120

°

16'00" BT atau 9.423.000 - 9.434.000 mU dan 187.000 - 197.000 mT, pada zona UTM 51 S dengan luas sekitar 110 km

2.

Gambar 2.1 Lokasi Penelitian Potensi Panas Bumi Daerah Kampala

2.1 Tatanan Tektonik

Berdasarkan perkembangan tektonik dan asosiasi litologi, Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya terbagi menjadi 5 unit tektonik (Darman dan Sidi, 2000, Gambar 2.2) :

1. Busur volkanik Tersier Sulawesi bagian barat 2. Busur volkanik Kuarter Minahasa-Sangihe

3. Sabuk metamorfik Kapur-Paleogen Sulawesi bagian tengah

4. Sabuk ofiolit dan asosiasi sedimen pelagik berumur Kapur pada

(2)
(3)

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Daerah Kampala,

Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan 10

2.2 Stratigrafi

Gambar 2.3 Peta Geologi Daerah Kampala Lembar Ujungpandang, Benteng, dan Sinjai, Sulawesi (Sukamto dan Supriatna, 1982)

Berdasarkan peta geologi lembar Ujungpandang, Benteng, dan Sinjai, Sulawesi (Sukamto dan Supriatna, 1982, Gambar 2.3), batuan yang tersingkap di daerah penelitian terdiri dari 5 satuan, yaitu : Satuan Batuan Gunungapi Formasi Camba (Tmcv), Formasi Walanae (Tmpw), Satuan Intrusi Basal (b), Satuan Batuan Gunungapi Lompobatang (Qlvb), dan Endapan Aluvial, Rawa, dan Pantai (Qac).

Satuan Batuan Gunungapi Formasi Camba (Tmcv) berumur Miosen Tengah – Miosen Akhir, terdiri dari breksi gunungapi, lava, konglomerat, dan tuf halus hingga batuan lapili. Formasi Walanae (Tmpw) berumur Miosen Akhir – Pliosen Awal, terdiri dari batupasir, konglomerat, batulanau, batulempung, batugamping, dan napal. Satuan Intrusi Basal (b) berumur Miosen Akhir – Pliosen Akhir, terdiri dari terobosan basal berupa retas, sil, dan stok. Satuan Batuan Gunungapi Lompobatang (Qlvb) berumur Pleistosen, terdiri dari breksi, lava, endapan lahar, dan tufa.

Endapan Aluvial, Rawa, dan Pantai (Qac) berumur Holosen, terdiri dari kerikil,

pasir, lempung, lumpur, dan batugamping koral (Sukamto dan Supriatna, 1982).

(4)

Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geo ki mia Daerah Kampala, Sinjai, Provin si Sulawesi Selatan 11

G am b ar 2.4 Pe ta Geol og i D aerah Kampa la (Pusat Sum ber Da y a Geolog i, 2007 a)

(5)

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Daerah Kampala, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan

12 Berdasarkan peta geologi Kampala (Pusat Sumber Daya Geologi, 2007 a, Gambar 2.4), batuan di daerah panas bumi Kampala dapat dibagi menjadi tiga satuan batuan, yaitu : 1) Formasi Walanae, 2) Intrusi Basal, dan 3) Endapan Aluvial Sungai. Urut-urutan satuan batuan (stratigrafi) di daerah penyelidikan dari tua ke muda secara lebih rinci adalah sebagai berikut :

1) Formasi Walanae

Satuan ini menempati daerah yang sangat luas atau sekitar 80 % luas daerah penyelidikan, terdiri dari perselingan antara batupasir berukuran kasar hingga sangat halus, konglomerat, batulanau, batulempung, batugamping, dan napal. Satuan ini mempunyai jurus perlapisan dengan kemiringan perlapisan maksimum 10°. Namun, pada beberapa tempat di sekitar Sesar Kalamisu kemiringan lapisannya mencapai 60°. Lingkungan pengendapan Formasi Walanae adalah laut. Satuan ini berumur Miosen Akhir – Pliosen Awal (Pusat Sumber Daya Geologi, 2007 a dan 2007 b).

2) Intrusi Basal

Satuan ini merupakan retas-retas yang mengintrusi Formasi Walanae.

Sebagian besar dari basal ini bertekstur afanitik. Pada beberapa lokasi ditemukan bertekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas, piroksen, mika, olivin, tertanam dalam masadasar afanitik. Intrusi basal ini di permukaan umumnya telah terkekarkan dan di beberapa tempat telah terubah menjadi batuan ubahan (zona argilik) yang didominasi mineral lempung (smektit, kaolinit, haloisit). Batuan ubahan ini dijumpai di sekitar mata air panas Kampala, mata air panas Panggo, dan Kampung Buluparia (Pusat Sumber Daya Geologi, 2007 a dan 2007 b).

Menurut Pusat Sumber Daya Geologi (2007 a dan 2007 b), satuan ini berumur Miosen Akhir – Pliosen Akhir. Sedangkan menurut Yuwono et al.

(1985), satuan ini setara dengan Satuan Batuan Gunungapi Lompobatang

berumur Pleistosen dan Satuan Batuan Gunungapi Formasi Camba berumur

Miosen Akhir.

(6)
(7)

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Daerah Kampala, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan

14 Struktur-struktur utama di busur volkanik Tersier Sulawesi bagian barat meliputi (Gambar 2.5) :

1. Palung Sulawesi Utara

Palung Sulawesi Utara merupakan ekspresi permukaan dari zona Benioff, dimana kerak Laut Sulawesi menyusup di bawah lengan utara Sulawesi pada Akhir Paleogen (Simandjuntak, 1993 op.cit. Darman dan Sidi, 2000).

2. Sesar Palu-Koro

Sesar Palu-Koro merupakan sesar berarah mendekati N-S yang memanjang kira-kira 300 km di Sulawesi Tengah (Sarasin, 1901; Rutten, 1927 op.cit.

Darman dan Sidi, 2000).

3. Sesar Naik Poso

Sesar naik Poso merupakan zona kontak struktur antara Sabuk Metamorfik Sulawesi Tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) dengan Sabuk Magmatik Sulawesi bagian barat (Western Sulawesi Magmatic Belt) (Simandjuntak et al., 1992 op.cit. Darman dan Sidi, 2000).

4. Sesar Walanae

Sesar Walanae merupakan sesar sinistral berarah NW-SE, memotong lengan selatan Sulawesi (Darman dan Sidi, 2000).

Struktur geologi pada daerah penelitian (Gambar 2.4) menunjukkan beberapa struktur antara lain :

1. Sesar Kalamisu

Sesar ini secara regional sama dengan Sesar Walanae. Sesar ini mempunyai arah umum barat laut – tenggara dengan jurus sekitar N 325 °E. Sesar ini memanjang dari barat laut hingga tenggara. Sesar ini berjenis sesar normal dengan bagian yang relatif turun adalah blok sesar bagian timur laut (Pusat Sumber Daya Geologi, 2007 a dan 2007 b).

2. Sesar Panggo

Sesar ini mempunyai arah umum timur laut – barat daya dengan jurus sekitar N 230 °E. Sesar ini terletak di bagian tenggara daerah penyelidikan.

Sesar ini berjenis sesar normal dengan bagian yang relatif turun adalah blok

sesar bagian barat laut (Pusat Sumber Daya Geologi, 2007 a dan 2007 b).

(8)

3. Sesar Pangesoran

Sesar ini mempunyai arah umum timur laut – barat daya dengan jurus sekitar N 220 °E. Sesar ini terletak di bagian tengah daerah penyelidikan. Sesar ini berjenis sesar normal dengan bagian yang relatif turun adalah blok sesar bagian barat laut (Pusat Sumber Daya Geologi, 2007 a dan 2007 b).

4. Sesar Kampala

Sesar ini mempunyai arah umum timur laut – barat daya dengan jurus sekitar N 60 °E. Sesar ini terletak di bagian barat laut daerah penyelidikan. Sesar ini berjenis sesar normal dengan bagian yang relatif turun adalah blok sesar bagian tenggara (Pusat Sumber Daya Geologi, 2007 a dan 2007 b).

2.4 Manifestasi Permukaan

Manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan berupa mata air panas dan batuan ubahan. Manifestasi tersebut tersebar di bagian barat laut, tengah, dan tenggara peta (Gambar 2.6).

2.4.1 Mata Air Panas

Berikut ini mata air panas yang penamaannya didasarkan pada lokasi ditemukannya, yaitu (Pusat Sumber Daya Geologi, 2007 b) :

1) Mata air panas Panggo (AAPG) terletak pada koordinat 120°14’27” BT dan 5°10’56” LS, temperatur air 61,4 °C, dengan temperatur udara 34,1 °C, pH 8,46 dan debit 1 L/detik.

2) Mata air panas Kampala (APKA) terletak pada koordinat 120°12’7” BT dan 5°8’35” LS, temperatur air 55,4 °C, dengan temperatur udara 32,1 °C, pH 7,34 dan debit 0,5 L/detik.

3) Mata air panas Pangesoran (APPS) terletak pada koordinat 120°13’16” BT

dan 5°10’16” LS, temperatur air 42,6 °C, dengan temperatur udara 31,5 °C,

pH 8,45 dan debit 0,05 L/detik.

(9)

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Daerah Kampala, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan

16 2.4.2 Batuan Ubahan ( alteration rock)

Batuan ubahan di daerah penyelidikan dijumpai di sekitar mata air

panas Panggo, mata air panas Kampala, dan di Kampung Buluparia. Satuan

intrusi basal mengalami ubahan hidrotermal. Singkapan batuan ubahannya

berwarna abu-abu, sedikit kuning-kecoklatan, dominan mineral lempung,

dengan intensitas ubahan sangat kuat. Berdasarkan analisis PIMA diperoleh

kandungan mineralogi sebagai berikut : smektit, haloisit dan kaolinit (Pusat

Sumber Daya Geologi, 2007 b).

(10)

Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geo ki mia Daerah Kampala, Sinjai, Provin si Sulawesi Selatan 17

G a m b ar 2.6 P eta M anife st asi P ermukaan Kampal a

Gambar

Gambar 2.1 Lokasi Penelitian Potensi Panas Bumi Daerah Kampala
Gambar 2.3 Peta Geologi Daerah Kampala Lembar Ujungpandang, Benteng, dan Sinjai, Sulawesi (Sukamto dan Supriatna, 1982)

Referensi

Dokumen terkait

Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylanthine !ersama sama Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylanthine !ersama sama senyawa tefilin

Dugoročno odrţivo poslovanje je krajnji rezultat poduzeća koja u svom poslovanju i marketingu prihvaćaju i primjenjuju etička načela i standarde i zbog toga je nuţno

Sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya bagi pihak pengambil keputusan dalam hal ini kepala sekolah merupakan hal terpenting untuk dapat menentukan dan

1) Bagi wanita karier yang bekerja di Pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan, diharapkan dapat mengatur waktunya untuk dapat memaksimalkan peranannya sebagai ibu rumah

Jika nilai ratusannya dibagi oleh bilangan yang terbentuk oleh angka puluhan dan satuannya adalah 12 .sedangkan angka ratusannya satu lebih besar daripada angka puluhannya,

Jika dibandingkan dengan hasil penelitian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa ekstrak biji maupun daun srikaya pada dosis yang lebih tinggi menjadi tidak efektif untuk membunuh

 Sebelum pekerjaan pengukuran dan galian dimulai, kontraktor berkewajiban untuk meneliti semua dokumen kontrak yang berhubungan, pemeriksaan kebenaran dari

Pemecahan Desa sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) harus dimusyawarahkan/dimufakatkan terlebih dahulu dengan Lembaga Musyawarah Desa dengan memperhatikan syarat-