KETAHANAN KELUARGA PENYITAS COVID-19 DI MASA BENCANA MULTIDIMENSIONAL PANDEMI COVID-19
(STUDI KASUS PERUMAHAN BUMI ANUGRAH SEJAHTERA BABELAN KABUPATEN BEKASI)
SKRIPSI
Di ajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Salah Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Jakharyan Achmad Fatahillah NIM 11160541000023
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1442 H / 2021 M
3
i ABSTRAK
Jakharyan Achmad Fatahillah (11160541000023), Ketahanan Keluarga
Penyitas COVID-19 di Masa Bencana Multidimensional Pandemi COVID-19.Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keadaan pandemi COVID-19 yang bukan hanya sebagai darurat kesehatan namun menyerang segala lini kehidupan seperti krisis ekonomi karena terhambatnya kegiatan produksi secara nasional, tekanan psikologis yang ditimbulkan dari ketidakpastian, dan krisis sosial budaya dari berubah totalnya kebiasaan masyarakat. Sehingga dapat disebut sebagai bencana multidimensional karena berdampak pada semua dimensi kehidupan, hal itu ditetapkan juga oleh Presiden RI dengan menetapkan pandemi COVID-19 sebagai bencana nasional non-alam.
Penelitian ini dibahas menggunakan metodologi kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus tunggal deskriptif untuk menggambarkan bagaimana ketahanan keluarga penyitas COVID-19 di masa pandemi COVID-19. Informan utama terdiri dari dua keluarga yang dipilih secara
purposive sampling denganpertimbangan bahwa keluarga tersebut dianggap mengerti tentang ketahanan keluarga penyitas COVID-19, di lingkungan Perumahan Bumi Anugrah Sejahtera Babelan.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kedua keluarga tersebut dapat merespon krisis yang terjadi di masa pandemi COVID-19 ini secara positif, dilihat dengan pendekatan komponen laten dan komponen sistem. Respon positif terhadap krisis yang terjadi di masa pandemi COVID-19 dapat diartikan bahwa informan merupakan keluarga yang resilien karena mampu mengelola musibah yang dihadapi keluarga menjadi kekuatan.
Kata Kunci: Pandemi COVID-19, Bencana Non-Alam, Ketahanan Keluarga,
Resiliensi Keluarga.
ii KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, wassalatu wassalamu ala Rasulillah. Pujisyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas berkah dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Ketahanan Keluarga Penyitas COVID-19 di Masa Bencana Multidimensional Pandemi COVID-19 (Studi Kasus Perumahan Bumi Anugrah Sejahtera Babelan). Sholawat serta salam tak lupa penulis limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai suri tauladan terbaik dalam menyuarakan kebenaran.
Dengan segala keterbatasan peneliti, skripsi ini dapat selesai dengan dukungan motivasi moral dan materi serta peran aktif berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini rampung. Dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak berikut.
1. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ibu Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Dr.
Sihabuddin Noor, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum.
Bapak Drs. Cecep Sastrawijaya, MA seselaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ahmad Darda, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing Akademik Penulis.
5. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi beserta Civitas Akademik yang telah membentuk
wawasan keilmuan selama penulis menjalani perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
iii 6. Bapak W, Ibu T, Bapak H, Ibu M, dan Ibu D yang telah bersedia menjadi informan pada penelitian ini dengan memberi data-data empiris sehingga penelitian ini bisa selesai sebagaimana mestinya.
7. Kedua orang tua penulis Bapak Syofian J. Tanjung dan Ibu Sri B. Puteri yang telah melahirkan, membesarkan, memberikan cinta kasih dan segala dukungan baik materi maupun non-materi kepada penulis serta kakak-kakak penulis Dara S. Angela dan Ridzky R. Ramadhan yang telah memberikan dukungan secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis.
8. Social Work Sketch/Rumah Pekerja Sosial yang menjadi tempat mengelola ide bagi penulis dan membuka wawasan baru tentang pekerjaan sosial.
9. Persyarikatan Muhammadiyah yang telah membuka dan membentuk wawasan keislaman penulis yang berorientasi pada sosial-kemasyarakatan.
10. Sahabat-sahabat penulis Ridho Biwanda Samosir, Ade Surya Wiratama, dan Intan Maheswari yang mau disibukan oleh penulis baik yang berkaitan dengan penelitian maupun diluar penelitian.
11. Teman-teman Jurusan Kesejahteraan Sosial 2016 serta kepada semua pihak yang telah membantu selama proses perkuliahan.
12. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in me, I wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for having no days off, I wanna thank me for never quitting.
Motto:
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya
perumpamaan mukmin itu bagaikan lebah yang selalu memakan yang baik dan
mengeluarkan yang baik. Ia hinggap (di ranting) namun tidak membuatnya patah
dan rusak.” (HR. Ahmad)
iv DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Identifikasi Masalah ...9
C. Batasan Masalah ...9
D. Rumusan Masalah ...10
E. Tujuan ...10
F. Manfaat Penelitian ...10
G. Tinjauan Kajian Terdahulu ...11
H. Metode Penelitian ...15
1. Pendekatan Penelitian ...15
2. Jenis Penelitian ...16
3. Tempat dan Waktu Penelitian ...16
4. Sumber Data ...16
5. Teknik Pengumpulan Data ...17
6. Teknik Analisis Data ...18
7. Teknik Keabsahan Data ...19
8. Teknik Pemilihan Informan ...21
9. Pedoman Penulisan Skripsi ...22
I. Sistematika Penulisan ...23
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...24
A. Landasan Teori ...24
1. Keluarga ...24
v
2. Teori Sistem/Struktural-Fungsional dan Ekologi Keluarga ...29
3. Ketahanan Keluarga...33
B. Kerangka Pemikiran ...51
BAB III GAMBARAN LATAR PENELITIAN ...52
A. Gambaran Geografi ...52
B. Gambaran Demografi ...52
C. Gambaran Sosial Ekonomi ...53
D. Sarana dan Prasarana ...54
E. Bantuan Sosial COVID-19 di Babelan ...55
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ...56
A. Data Profil Informan ...56
1. Keluarga A ...56
2. Keluarga B ...58
3. Tetangga (Ibu D)...59
B. Data Temuan ...60
1. Pendekatan Komponen Laten ...60
2. Pendekatan Sistem ...83
BAB V PEMBAHASAN ...104
A. Pedekatan Komponen Laten ...104
1. Landasan Legalitas, Keutuhan Keluarga, dan Kemitraan Gender ...104
2. Ketahanan Fisik Keluarga...106
3. Ketahanan Ekonomi Keluarga ...109
4. Ketahanan Sosial-Psikologis Keluarga ...112
5. Ketahanan Sosial Budaya Keluarga...115
B. Pendekatan Sistem ...118
1. Komponen Input Keluarga ...118
vi
2. Komponen Proses Ketahanan Keluarga ...121
3. Komponen Output Keluarga ...128
C. Diskusi ...131
1. Nilai dan Peran Agama ...131
2. Dukungan Internal dan Eksternal Keluarga ...133
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ...137
A. Kesimpulan ...137
B. Implikasi ...139
C. Saran ...139
1. Untuk peneliti selanjutnya ...139
2. Untuk praktisi ...139
3. Untuk pemangku regulasi ...140
4. Untuk masyarakat umum ...140
DAFTAR PUSTAKA ...141
LAMPIRAN ...145
vii DAFTAR GAMBAR
Gambar IV-1: Denah lokasi tempat tinggal informan ...60
Gambar IV-2: Surat Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Swab Test) ...64
Gambar IV-3: Ilustrasi Ketahanan Keluarga Pendekatan Sistem ...103
viii DAFTAR TABEL
Table I-1 Daftar Identitas Informan ...22
Table II-1 Kompilasi Komponen Ketahana Keluarga ...49
Table III-1: Populasi Kelurahan Kebalen ...52
Table III-2 Bantuan Sosial COVID-19 ...55
Table IV-1: Ringkasan Data Temuan Ketahanan Keluarga Pendekatan Laten ...99
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rentan mengalami segala jenis bencana di dunia. Sebagai negara dengan julukan laboratorium kebencanaan Indonesia menempati posisi ke-7 dari sekian negara-negara yang memiliki rawan bencana menurut International Strategy for Disaster Reduction (ISDR) (Tukino 2013, 100). Bencana tersebut diidentifikasi menjadi tiga jenis berdasarkan pada UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, meliputi bencana alam, bencana non-alam, dan bencana sosial.
Di Indonesia ketiga jenis bencana tersebut terjadi hampir setiap tahun, dari sekian jenis bencana baik bencana alam, bencana non-alam, ataupun bencana sosial yang paling aktual terjadi di tahun 2020 ialah pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia khususnya Indonesia yang masih berusaha menuntaskan permasalahan tersebut, penularan dari manusia ke manusia membuat penyakit ini menjadi cepat penyebarannya. Penyakit COVID-19 yang telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia membuat Presiden Joko Widodo menetapkan darurat kesehatan masyarakat dan bencana non-alam COVID-19 sebagai bencana nasional melalui Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) dan Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional.
Salah satu pertimbangan utama dalam Keppres No. 12 Tahun 2020 tersebut
adalah “bahwa bencana non-alam yang disebabkan oleh penyebaran Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) telah berdampak meningkatnya jumlah korban dan
kerugian harta benda, meluasnya cakupan wilayah yang terkena bencana, serta
menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia.” Ini
senada dengan definisi bencana pada UU No 24 Tahun 2007. Dengan ditetapkannya
sebagai bencana nasional, COVID-19 dapat dipahami memiliki dampak
multidimensional sesuai dengan definisi bencana tersebut.
2 Semenjak munculnya Coronavirus baru atau dinamai dengan SAR-CoV-2 di Wuhan – Tiongkok dan menyebar menjadi pandemi global, pemerintah Indonesia dengan segala kebijakannya menerapkan protokol-protokol kesehatan untuk menahan laju pertambahan kasus COVID-19 yang semakin meningkat.
Semua kebijakan dituang dalam peraturan tingkat nasional, seperti dengan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19 pada umumnya untuk daerah penyebaran tinggi. Kebijakan khusus seperti Fatwa MUI No. 14 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah COVID-19 atau oleh pemuka agama lain yang mengatur kegiatan beribadah kolektif sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agama No. 15 Tahun 2020 tentang Panduan Penyelenggaraan Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah dalam Mewujudkan Masyarakat Produktif dan Aman COVID di Masa Pandemi. Dalam bidang pendidikan terdapat Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran COVID-19 yang berisi pedoman pendidikan seperti menghapus Ujian Nasional dan membatasi kegiatan sekolah dengan Belajar dari Rumah (BDR). Pencegahan pun diterapkan pada dunia kerja dengan keluarnya Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Nomor M.7.AS.02.02.V.2020 tentang Rencana Keberlangsungan Usaha dalam Menghadapi COVID-19 dan Protokol Pencegahan Penularan COVID-19 di Perusahaan.
Perkara wabah bukan merupakan masalah baru dalam Islam, walaupun pandemi COVID-19 merupakan virus dengan jenis yang baru tetapi penanganan dengan PSBB secara umum atau berdiam di rumah secara individu telah disunahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dalam hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu‘anha, ia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ath-tha’un (wabah), kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan:
ْح َر ُهَلَعَجَف ُءاَشَي ْنَم ىَلَع ُ َّاللَّ ُهُثَعْبَي ًاباَذَع َناَك ُهَّنَأ ِم َسْيَلَف َنيِنِم ْؤُمْلِل ًةَم
ُنوُعاَّطلا ُعَقَي ٍلُج َر ْن
ُهُبي ِصُي َلا ُهَّنَأ ُمَلْعَي ًابِسَتْحُم ًارِباَص ِهِتْيَب ىِف ُثُكْمَيَف اَم َّلاِإ
ِرْجَأ ُلْثِم ُهَل َناَك َّلاِإ ُهَل ُ َّاللَّ َبَتَك
ِديِهَّشلا
3
“Wabah adalah azab yang Allah turunkan pada siapa saja yang Allah kehendaki.
Namun, itu dijadikan oleh Allah sebagai rahmat untuk orang beriman. Ketika terjadi, siapa pun tinggal di dalam rumahnya dalam keadaan sabar, mengharap pahala dari Allah, ia tahu bahwa tidaklah wabah itu terkena melainkan dengan takdir Allah, maka ia akan mendapatkan pahala syahid.” (HR. Ahmad 6:251Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih sesuai syarat Bukhari (dalam Tuasikal 2020, 19))
Terdapat juga kisah dari Ibnu Hajar Al-Asqalani menceritakan pada zamannya terjadi wabah ath-tha’un di Kairo dengan kasus 40 jiwa, para penduduk berkumpul untuk beribadah dan berdoa bersama supaya bencana wabah yang menimpa negeri itu dicabut oleh Allah Ta’ala, namun setelah prosesi ibadah bersama tersebut kasus bertambah menjadi 1000 jiwa. Ibnu Hajar berpendapat bahwa berkumpul-kumpul untuk mengatasi wabah merupakan perkara bid’ah dikarenakan tidak sesuai dengan kaidah fiqih dikala wabah dan mengundang banyak mudharat, sedangkan menjaga jarak fisik merupakan keselamatan yang sesuai Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ditengah wabah (Tausikal 2020, 11-19).
Pandemi COVID-19 ini bukan saja berdampak pada sektor kesehatan,
namun sebagai bencana multidimensional berdampak juga pada sektor lainnya
seperti ekonomi, sosial dan psikologis. Setelah diberlakukannya PSBB sesuai
dengan pasal 4 ayat 1 dalam PP No 21 Tahun 2020 kegiatan masyarakat banyak
yang dibatasi untuk beroperasi secara langsung dan semuanya dijalankan dari
rumah, seperti menutup sekolah, menutup tempat ibadah, dan menutup kegiatan
usaha – hanya diperbolehkan 10 sektor usaha untuk beroperasi langsung seperti
sektor pangan, energi, komunikasi, dan sebagainya. Hal ini tentu saja menyebabkan
terhambatnya produktivitas masyarakat yang selanjutnya menimbulkan gelombang
PHK. Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menerangkan, hingga tanggal 7 April
2020 setidaknya terdapat 39.977 perusahaan yang terdampak atas pandemi
COVID-19 ini dan setidaknya menyebabkan 137.489 buruh yang telah di PHK,
fenomena tersebut diperkirakan bertambah karena pandemi COVID-19 merupakan
alasan pengusaha memutuskan untuk pengurangan karyawannya dengan dalih force
4 majeure atau keadaan memaksa. Menaker pun telah mengingatkan bahwa seharusnya PHK merupakan keputusan terakhir dan harus memenuhi hak dan kewajibannya, baik diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, maupun perjanjian kerja bersama sesuai kesepakatan pengusaha dan karyawannya (Romlah 2020, 218). Permasalahan tidaklah berhenti sampai di seseorang itu bekerja ataupun tidak, namun dampak kelanjutannya ialah bila yang terkena PHK merupakan seorang kepala keluarga yang menanggung kebutuhan pokok anggota keluarganya, maka dampak PHK tersebut bukan hanya menjadi stressor kepala keluarga namun menimbulkan situasi sulit krisis masing-masing anggota keluarga (Hendriani 2018, 92).
Ketidakpastian juga menimpa dunia pendidikan selama wabah COVID-19 berlangsung. Selama wabah merebak Kemendikbud membuat protokol Belajar dari Rumah (BDR) hingga tahun ajaran baru 2021, sekolah ditutup untuk kegiatan belajar tatap muka khususnya pada sekolah di zona merah. Namun, budaya belajar di rumah pun memberi kendala yang tidak kalah besar, menurut hasil penelitian yang dilakukan Universitas Pelita Harapan menunjukan salah satu kendala utama ialah guru, murid dan orang tua belum terbiasa dengan pelajaran serba daring, sarana dan prasarana yang tidak memadai menjadi hambatan untuk belajar yang nantinya menimbulkan dampak selanjutnya (Purwanto et al. 2020, 8). Semua inovasi disajikan oleh Kemdikbud mulai dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), maupun menyajikan pembelajaran dari TVRI. Namun, peran penting orang tua dalam kesuksesan BDR sangatlah berpengaruh, dengan itu hubungan guru dan orang tua pada masa pandemi ini diharapkan menjadi lebih bersinergi dibanding sebelumnya dengan rencana pembelajaran dalam satu persepsi yang sama. Apabila diperhatikan lebih cermat terkait kondisi wali murid tampak sangat berbeda-beda, orang tua sebagai wali murid memiliki beban ekonomi ganda dalam memenuhi kuota internet agar dapat mengakses pembelajaran, orang tua harus meluangkan waktu ekstra untuk mendampingi anaknya belajar di tengah kesibukan lain, dan orang tua harus menjadi teladan walaupun sebelumnya tidak punya pengalaman sama sekali dalam ajar-mengajar (Suparya et al. 2020, 76).
Dalam perspektif pekerjaan sosial menerangkan walaupun PSBB memiliki
manfaat yang besar untuk menekan laju penyebaran COVID-19 namun segala
5 kegiatan yang terbatas berdampak pada kehidupan sosial. Kurangnya dukungan dari orang terdekat dikarenakan tidak bisa membesuk satu sama lainnya, tutupnya sarana publik yang menyebabkan kesenjangan bagi masyarakat kelas ekonomi menengah kebawah, dan selain fenomena PHK masal bagi para pekerja terdapat juga risiko serta kekhawatiran bagi para pekerja yang tidak memiliki akses Kerja dari Rumah atau Work from Home (KDR/WFH) dikarenakan takut terinfeksi saat menghadapi situasi darurat kesehatan (Bright 2020, 2).
Secara garis besar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya setelah ditetapkannya COVID-19 sebagai bencana nasional non-alam, seluruh dampak yang ditimbulkan sangat berimbas kepada problematika keluarga walaupun dianggap sebagai institusi/pranata sosial terkecil dalam masyarakat. Institusi sendiri didefinisikan oleh Kornblum dalam Sunarto (2000) sebagai suatu struktur dan peran yang diarahkan ke pemenuhan keperluan dasar anggota masyarakat, sedangkan Arnold Gehlen dalam Sunarto (2000) mengartikan sebagai “Regulatory Agency”.
Jadi, berhasil atau tidaknya segala regulasi dan protokol dari pemerintah dan lembaga kenegaraan berasal dari kedisiplinan di dalam keluarga. Maka dari itu penting untuk memperhatikan ketahanan keluarga (Sunarto 2000, 56).
Pandemi COVID-19 yang tidak hanya membahayakan kesehatan, namun
juga merupakan kerentanan bagi keluarga (Family Vulnerability) karena
menimbulkan kerusakan dan ancaman bagi aspek ekonomi, psikologis, dan sosial
budaya anggota keluarga di masyarakat. Ketika suatu keluarga mengalami
keterpurukan dan dihadapkan suatu permasalahan yang rumit menerjang kehidupan
normal sebagai tantangan hidup, keluarga tersebut dapat menghadapi secara positif
serta mampu mengatasi dengan segala upaya persoalan secara tuntas dan kembali
berdaya ke kondisi ideal seperti tidak terjadi persoalan sebelumnya, maka keluarga
tersebut memiliki resiliensi sesuai dengan yang dideskripsikan oleh National
Network for Family Resiliency tahun 1995 (Krisnatuti, et al. 2015, 5; Hendriani
2018, 89). Pada konteks tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surah
Al-Baqarah ayat 155-156:
6
َ ا ْ
لا َن ِ م ٍص ق ْ َ ن َو ِعْوُج ْ
لا َو ِفْو َخْلا َنِ م ٍءْي َشِب ْم ُ كَّنَو ُ
ل ْب ن َ َ ِِۗت ٰر َم َّثلاَو ِسُفْنَاْلاَو ِلاَوْم ل َو
َنْي ِرِب ّٰصلا ِر ِ شَبَو
َ ١٥٥
ق ِۗ ٌةَبْي ِص ُّم ْم ُهْتَبا َص َ
ا ٓا َذ ِا َنْي ِذ َّ
ل َ ُع ِج ٰر ِهْي َ ا
ل ِا ٓاَّنِا َو ِ لِلّ اَّنِا آ ْو ّٰ ِ ُ ِۗ ن ْو َ لا
١٥٦
“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).” (Al-Qur’an Kemenag 2019)
Sesuai dengan Firman Allah Ta’ala tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada satupun manusia di dunia ini yang tidak diberi ujian berupa permasalah hidup oleh Allah Ta’ala, baik secara individu maupun kehidupan keluarga tak luput dari ujian-Nya. Tawakal atau berserah diri dari segala yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala dan ridha dengan segala apa yang ada di dunia ini adalah ketetapan-Nya membuat jiwa dalam diri seseorang akan merasa kuat dan mencegah diri dari merasakan sikap kekecewaan dan putus asa. Lalu hanya orang yang memiliki resiliensi tinggi atau keluarga yang memiliki ketahanan keluarga kuat yang dapat menyelesaikan masalah dan mampu bangkit kembali yang akan dikaruniai kesenangan dari Allah Ta’ala sebagai balasan atas keberhasilannya menghadapi masalah. Dari pada itu dapat dipahami bahwa setiap Muslim wajib memiliki resiliensi dan mengupayakan ketahanan keluarganya, dengan memiliki resiliensi berarti telah menjadi seorang hamba Allah Ta’ala yang telah teruji keimanannya dan ketangguhannya sebagai seorang Muslim (Wahidah 2018, 112). Untuk konteks COVID-19 sebagai bencana multidemensional, maka keluarga Muslim haruslah menjadi keluarga yang memiliki resiliensi.
Bagi keluarga yang memiliki ketahanan ketika dihadapkan pada beberapa
risiko maka mereka akan memiliki penyokong untuk membentuk kekuatan dalam
menghadapi tekanan kehidupan. Kekuatan keluarga bersumber dari dukungan
anggota keluarga satu sama lain atau pengaruh sosial kultural yang lebih luas.
7 Dalam pengertian lain, resiliensi keluarga berakar dari pemahaman resiliensi anggota keluarga itu sendiri sebagai individu (Siahaan 2012, 86; Hendriani 2018, 89). Ketidakpastian di masa pandemi COVID-19 memerlukan penyesuaian bagi setiap individu. Penyesuaian setiap orang akan saling berbeda satu sama lain, terutama dalam hal jangka waktu. Ada beberapa individu yang cepat beradaptasi, ada pula yang masih memerlukan banyak waktu. Terutama bagi pasangan suami istri yang memiliki peran berbeda dalam keluarga yang terkadang memikul beban peran ganda.
Beban peran bagi perempuan ini dibuktikan juga oleh Komnas Perempuan dari hasil surveinya yang disiarkan pada 3 Juni 2020. Beban pekerjaan rumah tangga selama pandemi COVID-19 secara umum masih ditanggung oleh perempuan, dibandingkan laki-laki. Mayoritas responden (96% dari 2285 responden), baik laki-laki dan perempuan, merespon bahwa beban yang terjadi dalam pekerjaan rumah tangga semakin banyak, khususnya untuk perempuan.
Terdapat jumlah dua kali lipat bagi perempuan dalam melakukan pekerjaan rumah tangga dengan durasi lebih dari 3 jam dibandingkan laki-laki. World Economic Forum 2020 dalam Komnas Perempuan (2020) mengatakan perempuan memiliki kerentanan dalam segi sosial dan ekonomi dalam masyarakat meskipun jumlah kematian laki-laki ketika terkena COVID-19 lebih banyak dari perempuan (Komnas Perempuan 2020, 1-4). Ketahanan keluarga yang berakar pada ketahanan anggotanya sangat dibutuhkan di masa pandemi COVID-19 ini. Namun, setiap individu mempunyai karakteristik resiliensi tersendiri. Dengan diselenggarakan kemitraan peran gender antara suami dan istri dapat menjadikan keluarga lebih harmonis dengan kehidupan keluarga lebih teratur dan stabil menjadikan keluarga sebagai cerminan ‘good governance’ (Puspitawati 2012, 292).
Sebagai bencana nasional, COVID-19 berdampak kepada seluruh daerah di Indonesia, khususnya JABODETABEK sebagai pusat episentrum awal.
Menyesuaikan dengan keadaan dan situasi yang ada serta meninjau dari luasnya
dampak pandemi COVID-19 maka penelitian diambil di lingkungan sekitar peneliti
untuk menjaga prosedur penelitian yang benar tanpa melanggar protokol kesehatan
dari pemerintah. Maka penelitian diadakan pada keluarga di Perumahan Bumi
Anugrah Sejahtera (BAS), Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten
8 Bekasi. Tempat yang dipilih merupakan kawasan pemukiman yang melingkari daerah kota (Sub Urban Fringe), Bekasi sebagai salah satu kota penyangga DKI Jakarta dan beberapa pekerja yang bekerja sebagai komuter di pusat kota Jakarta banyak yang terpapar COVID-19 dikarenakan Jakarta menjadi kota dengan penularan COVID-19 tertinggi. Dari segi ekonomi pun berdampak besar karena diberlangsungkannya KDR/WFH dan BDR khususnya untuk warga Bekasi yang bekerja dan sekolah di Jakarta. Alasan penelitian ini dilakukan di Perumahan BAS selain terjangkau oleh peneliti di masa krisis, Kelurahan Kebalen dengan tipe kelurahan dengan klasifikasi kota merupakan pembatas antara perdesaan dengan kota, pemukiman yang melingkari daerah kota baik itu sentral Kota Bekasi maupun Jakarta memiliki ketahanan keluarga lebih tinggi dibandingkan pedesaan atau pusat kota itu sendiri, khususnya dalam situasi COVID-19 ini (Ramadhana 2020, 63), serta dari kemitraan keluarga daerah kota memiliki waktu kebersamaan lebih tinggi dibandingkan pedesaan sehingga mempengaruhi tingkat ketahanan keluarga yang kuat (Herlina 2018, 124). Perumahan BAS sendiri merupakan salah satu kawasan rawan banjir setiap tahunnya yang secara tidak langsung menumbuhkan kemampuan resilensi pada situasi krisis seperti bencana alam yang sering menimpa warga perumahan tersebut.
Dalam situasi pandemi COVID-19 ini upaya menjaga ketahanan keluarga merupakan pondasi awal mempertahankan ketahanan nasional. Karenanya ketahanan keluarga ini diamanatkan oleh Undang-Undang (UU) Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang diturunkan menjadi Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (PERMEN PPPA RI) Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Pembangunan Keluarga, serta Peraturan Daerah (PERDA) Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2014 Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan
Keluarga untuk lingkup provinsi.Membahas kasus dalam perspektif keluarga tidak bisa lepas dari pemahaman
sistem-ekologi yang saling berinteraksi sosial saling mempengaruhi. COVID-19
sebagai musibah yang menimpa masyarakat mempengaruhi banyak aspek
keseharian mereka sebagai keluarga. Adanya risiko dan kerawanan yang terjadi
ditambah dengan beban peran yang lebih besar dibanding masa pra-pandemi
9 COVID-19, menjadikan kemitraan antara suami dan istri dituntut lebih aktif dalam menjaga ketahanan keluarga di tengah wabah COVID-19. Dampak kesehatan, ekonomi, psikologi, sosial dan multidimensional lainnya yang ditimbulkan COVID-19 kepada keluarga harus mampu dilewati bersama-sama sebagai prasyarat kualitas ketahanan keluarga itu sendiri, karena bila upaya menjaga ketahanan keluarga tidak berjalan dengan semestinya maka dapat terjadi rapuhnya keutuhan keluarga yang mengakibatkan perceraian. Atas dasar pentingnya melindungi keluarga dari faktor-faktor risiko dan faktor-faktor kerawan demi keberhasilan menjaga ketahanan keluarga sesuai yang telah dijabarkan di latar belakang masalah ini, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Ketahanan
Keluarga Penyitas COVID-19 di Masa Bencana Multidimensional Pandemi COVID-19 (Studi Kasus Perumahan Bumi Anugrah Sejahtera Babelan)”B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan secara terperinci sebelumnya, maka permasalahan yang akan dibahas dapat diidentifikasikan ialah pandemi COVID-19 merupakan bencana multidimensional non-alam yang berdampak besar terhadap kerapuhan keluarga sebagai pondasi ketahanan nasional, yaitu kerentanan yang mempengaruhi ketahanan fisik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial-psikologis dan ketahanan sosial-budaya dari keluarga di tengah pandemi. Karenanya, kemampuan keluarga pada situasi pandemi dengan segala kerentanan berpengaruh besar dalam ketahanan keluarga di tengah pandemi COVID-19 sebagai bencana non-alam. Ketahanan keluarga merupakan kemampuan yang dapat dicapai dengan bekerja sama secara utuh antara suami-istri dan anggota keluarga lainnya dalam melewati krisis fisik, ekonomi, sosial, psikologis pada masa pandemi COVID-19. Keluarga dituntut memiliki kemampuan ketahanan keluarga dalam menghadapi krisis yang diakibatkan COVID-19 dengan sumber daya dimilikinya. Khususnya bagi mereka penyitas COVID-19 yang terkena dampak langsung dari pandemi COVID-19.
C. Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dibahas,
maka batasan penelitian ini ialah membahas ketahanan keluarga yang meliputi dua
pendekatan, yaitu pendekatan komponen laten berupa dimensi fisik, ekonomi,
10 sosial-psikologis, dan sosial-budaya yang dimiliki keluarga dan pendekatan sistem yang berupa komponen input, proses, output dalam menghadapi risiko pandemi COVID-19, Khususnya bagi mereka penyitas COVID-19. Latar tempat penelitian berada di Perumahan Bumi Anugrah Sejahtera sebagai pemukiman suburban yang memiliki ketahanan keluarga yang lebih tinggi di situasi COVID-19 dan Perumahan BAS sendiri merupakan daerah rawan banjir yang sangat berkaitan dengan resiliensi keluarga sebagai modal menghadapai krisis.
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah dan batasan penelitian yang dibahas sebelumnya menyatakan bahwa pandemi COVID-19 merupakan bencana multidimensional yang dirasakan langsung keluarga penyitas maka rumusan masalah pada penelitian ini ialah bagaimana ketahanan keluarga penyitas COVID- 19 di masa bencana multidimensional pandemi COVID-19?
E. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya penelitian studi kasus ini adalah untuk mendeskripsikan ketahanan keluarga penyitas COVID-19 dalam menjalani kehidupan ditengah pandemi pada keluarga-keluarga di Perumahan Bumi Anugrah Sejahtera. Dalam penelitian ketahanan keluarga ini secara umum menjawab bagaimana ketahanan keluarga penyitas COVID-19 di masa bencana multidimensional pandemi COVID-19 sebagai risiko dan kerawanan yang dihadapi keluarga.
F. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ketahanan keluarga penyitas COVID-19 maka hasil dari peneliti ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Secara teoritis penelitian ini mendeskripsikan ketahanan keluarga secara kualitatif-deskriptif, karena hakikat ketahanan keluarga tidak hanya sebatas ukuran angka namun kehidupan keluarga dalam kesehariannya.
Penelitian ini juga menambah khazanah literatur tentang COVID-19
yang berdampak bukan hanya dalam dimensi kesehatan namun dalam
multidimensional lainnya.
11 2. Secara praktis penelitian ini membantu menjawab bagaimana ketahanan keluarga dimasa pandemi COVID-19 sehingga memudahkan praktisi keluarga khususnya Pekerja Sosial bidang keluarga dan Pekerja Sosial komunitas menangani isu ketahanan keluarga dengan kerentanan yang dihadapi.
3. Secara kebijakan penelitian ini membantu para pemangku kebijakan meningkatkan arah kebijakan yang ada dimasa pandemi COVID-19 agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan keluarga secara tepat dan efektif. Penelitian ini juga ikut serta secara langsung menjalankan amanah UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dan PERDA Provinsi Jawa Barat No. 9 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga dengan mendeskripsikan data secara kualitatif-deskriptif sehingga bisa dikembangkan kedalam kebijakan yang berorientasi keluarga.
G. Tinjauan Kajian Terdahulu
Prime, Browne, dan Wade (2020) artikel studi literatur dengan judul Risk
and Resilience in Family Well-Being During the COVID-19 Pandemic merupakan
penelitian tentang keadaan keluarga di masa pandemi COVID-19. Pada artikel
penelitian ini dirancang mengacu pada literatur di seluruh bidang topik resiliensi
keluarga, seperti krisis akut bencana alam, pergolakan ekonomi, perang dan
terorisme, dan sebagainya. Artikel penelitian ini menyatakan bahwa setiap keluarga
memiliki latar belakang yang berbeda-beda dengan variabilitas yang cukup besar
memberikan perbedaan dampak pada setiap keluarga, artinya kelompok rentan
sebelum pandemi dikhawatirkan memiliki kerentanan terhadap pandemi COVID-
19 juga. Sebaliknya keluarga yang resilien terhadap peristiwa krisis seperti bencana
alam dan krisis ekonomi memiliki kecendrungan tidak hanya bertahan namun
berkembang dalam menghadapi kesulitan diharapkan memiliki ketahanan dimasa
pandemi. Misalnya, kualitas hubungan antara orang tua dengan anak-anak telah
terbukti melindungi anak-anak dalam menghadapi bencana dan kesulitan besar
lainnya. Salah satu tujuan artikel ini adalah untuk menjelaskan "bagaimana
perubahan sosial makro dapat mempengaruhi anggota terkecil masyarakat, yaitu
12 keluarga dengan anak-anaknya" dengan segala risiko yang ditimbulkan, maka peran keluarga harus lebih aktif mengelola risiko dan protektif tersebut. Fokus artikel saat ini adalah tentang peluang yang dimiliki keluarga, di dalam subsistem serta di seluruh kehidupan keluarga, untuk melindungi anak-anak dari risiko gangguan sosial akibat COVID-19, serta membatasi jangkauannya ketika ancaman kehidupan keluarga (Prime, Wade, dan Browne 2020).
Selanjutnya, Walsh (2020) artikel penelitian dengan judul Loss and
Resilience in the Time of COVID-19: Meaning Making, Hope, and Transcendence
merupakan artikel yang membahas dampak COVID-19, khususnya untuk keluarga
yang kehilangan dikarenakan anggotanya meninggal dunia. Peneliti ini
membandingkan bahwa krisis yang ditimbulkan pandemi COVID-19 lebih ekstrim
dibanding musibah besar seperti bencana alam atau aksi terror, karena durasi krisis
yang terjadi belum pasti hingga kapan berakhirnya dan jangkauan krisisnya yang
meluas. Ketika pandemi COVID-19, penelitian ini membahas banyak keluarga
merasa terpuruk, seperti disebabkan kematian tragis dan ancaman kehilangan orang
yang dicintai; hilangnya kontak fisik dengan lingkungan sosial; hilangnya
pekerjaan dan masalah finansial; serta kehilangan segala kehidupan normal
sebelum pandemi. Sama seperti literatur yang dibahas sebelumnya, pada penelitan
Walsh ini juga menyoroti kelompok rentan dengan segala kerapuhannya. Artikel
penelitian ini mengulas dampak COVID-19 bagi kerentanan keluarga khususnya
yang terguncang karena kehilangan dan disertai penangannya sehingga keluarga
yang terdampak memiliki resiliensi dan dapat memaknai musibah tersebut sebagai
hikmah serta kekuatan baru. Diskusi berfokus pada kehilangan dengan kematian
yang tidak umum dan traumatis, risiko-risiko dengan pertimbangan kerugian dan
dislokasi signifikan lainnya. Peneliti menggagaskan bahwa ketahanan keluarga
mengacu pada kapasitas keberfungsian untuk bertahan dan pulih dari kesulitan,
lebih dari sekadar bertahan dari kehilangan dan menghindari masalah. Resiliensi
melibatkan adaptasi positif, yaitu dengan mendapatkan kembali kemampuan untuk
berkembang, serta potensi transformasi dan pertumbuhan positif yang ditempa
melalui pengalaman. Artikel ini diulas secara mendalam sesuai pengalaman dan
keadaan penulis sebagai pakar dibidang resiliensi keluarga (Walsh 2020).
13 Selanjutnya Gold (2020) sebuah artikel penelitian studi literature dengan judul Siege Mentality in the 2020 Pandemic: Building Family Resilience yang menerangkan bahwa COVID-19 membuat pola dalam masyarakat yaitu memiliki mentalitas seperti merasa terkurung atau terancam, ini merupakan reaksi normal karena bahayanya COVID-19 selalu mengintai dan dampak kebijakan pemerintah yang membatasi segala kegiatan membuat pola interaksi masyarakat rusak. Artikel studi literatur ini menjelaskan pentingnya konseling bagi keluarga untuk mengurangi kecemasan-kecemasan berlebih, serta memberi saran bagi konselor keluarga atau pekerja sosial untuk memandang permasalahan ini dari perspektif resiliensi keluarga karena risiko tidak biasa yang dialami keluarga di tengah pandemi COVID-19 (Gold 2021).
Ramadhana (2020) artikel penelitian kuantitatif dengan judul Mempersiapkan Ketahanan Keluarga Selama Adaptasi Kebiasaan Baru Di Masa Pandemi COVID-19 menerangkan pengaruh COVID-19 terhadap reaksi emosi keluarga dan resiliensi keluarga. Artikel jurnal ini membagi responden ke beberapa karakteristik-karakteristik keluarga dan memaparkan nilai hasil yang berbeda-beda.
Karakteristik keluarga tersebut terbagi menjadi tipe-tipe keluarga, tipe-tipe pemukiman, dan berbagai tipe-tipe pekerjaan kepala keluarga. Pada penelitian ini walaupun sampel mewakili beberapa latar karakteristik yang berbeda-beda namun responden merupakan mahasiswa rantau atau anak yang tinggal jauh dari keluarganya. Umumnya mengukur dan mencari tahu tentang resiliensi keluarga harus dipahami dari sudut pandang orang tua, karena mereka yang lebih memahami keadaan dan keputusan keluarganya. Seperti yang dikatakan Black dan Lobo dalam Herdiana (2018) bahwa perspektif resiliensi keluarga ialah mengenali kekuatan orang tua, dinamika keluarga secara langsung, dan hubungan interaksi timbal balik yang terjalin dalam keluarga dengan lingkungan sosialnya. Jadi seorang anak yang merantau walau telah berkumpul dengan keluarga di masa pandemi ini tetap dibutuhkan perspektif orang tua dalam mengukur resiliensi keluarga (Ramadhana 2020).
Yunianto (2020) artikel penelitian studi literatur dengan judul Ketahanan
Keluarga Sebagai Basis Pendidikan di Tengah Pandemi COVID-19 membahas
pendidikan anak dari orang tuanya dimasa pandemi COVID-19, secara teknis
14 siswa-siswa sekolah memberlangsungkan kegiatan belajar mengajar dari rumah atau pembelajaran jarak jauh. Artikel jurnal ini memberi panduan pada orang tua tentang apa saja yang harus dilakukannya dalam melakukan pembelajaran melalui nilai-nilai keislaman. Jurnal ini mengkhususkan bahwa apabila ingin meningkatkan ketahanan keluarga maka pendidikan keluarga harus diterapkan dengan kuat.
Namun, dalam jurnal ini tidak dibahas komponen-komponen lain dalam perspektif ketahanan keluarga maupun resiliensi keluarga selain seputar pendidikan keluarga.
Hal ini senada dibahas Mufarrohah & Karimulloh (2020) yang merupakan prosiding seminar dengan judul Resiliensi Keluarga dan Kualitas Hidup di Era Pandemi Menurut Tinjauan Islam dan Sholihah dan Muslih (2020) yang juga merupakan prosiding seminar dengan judul Membangun Resiliensi Era Tatanan Baru Melalui Penguatan Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Keluarga yang membahas peningkatan ketahanan keluarga didasari dengan penanaman nilai-nilai keislaman dalam keluarga dan pendidikan anak (Yunianto 2020).
Dari tinjauan pustaka yang dilakukan terdapat perbedaan pendapat mengenai apa dan bagaimana resiliensi atau ketahanan keluarga itu dicapai, khususnya terjadi dalam situasi pandemi COVID-19. Penelitian yang dikutip dalam tinjauan pustaka tersebut hanya membahas resiliensi keluarga dari sisi psikologis dan dari sisi pendidikan sebagai indikator utama dalam ketahanan keluarga.
Berlandaskan dari dampak COVID-19 sebagai bencana multidimensional bukan
hanya pada sektor kesehatan atau psikologis atau pendidikan saja seperti yang telah
dijelaskan di latar belakang masalah, maka pada penelitian ini akan memperluas
dari penelitian sebelumnya dengan indikator dan variabel yang disesuaikan dengan
teori-teori mengenai resiliensi atau ketahanan keluarga yang relevan. Penelitian ini
mengikuti kerangka kerja dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak meliputi ketahanan fisik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial-
psikologis, dan ketahanan sosial budaya serta kerangka kerja dari Sunarti pada
pendekatan sistem meliputi input, proses, output. Penelitian ini dilakukan secara
metode kualitatif deskriptif dengan studi kasus tunggal yang nantinya
menggambarkan keadaan dilapangan secara langsung bagaimana ketahanan
keluarga di tengah pandemi COVID-19. Karena ketahanan keluarga tidak hanya
15 bisa dihitung secara statistik atau studi literatur namun harus dirasakan secara langsung.
H. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Penelitian sosial merupakan suatu proses yang dijalankan secara sistematik untuk menganalisis fakta atau fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat baik itu sebagaian atau secara keseluruhan serta membantu memecahkan masalah mereka dengan ilmiah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif.
Pendekatan yang didasari teori, pendapat para ahli atau pemahaman peneliti sesuai pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi suatu permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk verifikasi dalam bentuk data empiris di lapangan (Rustanto 2015, 1-2). Metode kualitatif deskriptif digunakan pada penelitian ini untuk mendapatkan data mendalam yang tidak terlepas dari makna terkandung.
Makna dalam penelitian kualitatif merupakan data yang sebenarnya meliputi suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh sebab itu pada penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, namun cenderung menekankan pada makna. Generalisasi pada penelitian kualitatif disebut dengan transferability (Sugiyono 2018, 9).
Dari penjelasan tersebut penelitian ini diambil dengan pendekatan kualitatif karena ingin menelusuri secara mendalam bagaimana ketahanan keluarga di tengah pandemi COVID-19 sebagai fenomena yang dialami langsung oleh kehidupan keluarga yang tidak hanya cukup diukur dengan angka-angka statistika namun menggali secara mendalam makna yang terkandung di dalam ketahanan keluarga di tengah pandemi COVID-19.
Jadi, sesuai dengan pendapat Bogdan dan Taylor penelitian ini
menghasilkan data yang dijelaskan secara deskriptif berupa dokumen
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Rustanto 2015, 12)
16 2. Jenis Penelitian
Model penelitian yang diambil ialah studi kasus tunggal deskriptif, Schwandt dalam Rustanto (2015) menjelaskan dalam penelitian studi kasus menjadikan kasus sebagai prioritas utama dalam penelitian, bukan memandang fenomena sebagai suatu variabel. Menurut Robert Stage Rustanto (2015) bahwa studi kasus dilakukan untuk mencari isu intrinsik dalam kasus tersebut. Jadi, objek merupakan realitas di kehidupan nyata yang mempunyai batasan-batasan yang jelas dan berbagai macam evidence (peristiwa) (Rustanto 2015, 12). Lebih jelasnya (Yin 2020) menerangkan bahwa strategi penelitian dengan pertanyaan penelitian perihal “bagaimana”
atau “kenapa” lebih cocok menggunakan strategi studi kasus, lebih dari itu studi kasus digunakan untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer, terlebih lagi bila peristiwa-peritiwa yang bersangkutan tidak dapat dimanipulasi.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat diberlangsungkannya penelitian ini berada di Perumahan Bumi Anugrah Sejahtera (BAS) Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Dengan pertimbangan bahwa Kelurahan Kebalen merupakan daerah dengan tipe pemukiman suburban, yaitu pemukiman yang memiliki resiliensi dan kawasan tersebut merupakan daerah rawan bajir karena berada di bantaran Sungai Bekasi khususnya di Jalan Garuda II. Seperti yang dijelaskan pada latar belakang masalah bahwa resiliensi individu atau keluarga identik dengan musibah dan bencana atas pertimbangan tersebut diadakan studi kasus untuk menelusuri bagaimana ketahanan keluarga penyitas COVID-19 dalam masa pandemi di Perumahan BAS.
Waktu diberlangsungkannya penelitian ialah pada bulan Maret sampai Mei 2021 seusai keluarga penyitas COVID-19 isolasi mandiri dan dinyatakan sembuh.
4. Sumber Data
Penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan ketahanan keluarga
penyitas COVID-19 selama pandemi berlangsung di Perumahan Bumi
17 Anugrah Sejahteran Babelan. Adapun sumber data pada penelitian ini mengambil pendekatan kualitatif deskriptif meliputi:
a) Data Primer
Data primer merupakan data pertama dan utama yang diperoleh melalui sumber bukti utama pada proses pengumpulan data penelitian di lapangan. Data primer ini diperoleh peneliti langsung dari informan berupa informasi lisan melalui wawancara, pengamatan observasi, dan dokumentasi tertulis dari informan.
b) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh diluar sumber bukti utama pada proses pengumpulan data penelitian di lapangan namun tetap relevan dengan persoalan penelitian. Data sekunder ini diperoleh dari rekaman arsip, kajian pustaka terkait, dan lain-lain.
5. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan bagian utama dari penelitian yang membedakan dengan tulisan non-ilmiah, karena itu teknik pengumpulan data adalah langkah strategis di dalam penelitian (Sugiyono 2018, 224). Sebagaimana pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis studi kasus tunggal maka teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi:
a) Domekuntasi
Dalam studi kasus, menggunakan dokumen bertujuan untuk mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain pada data penelitian. Pertama, karena wawancara bersifat lisan maka dokumentasi membantu membenarkan ejaan yang benar tentang objek yang diteliti.
Kedua, bertambahnya informasi-informasi secara rinci guna mendukung informasi dari sumber lain, apabila bukti dokumen bertolak belakang menjadikan alasan untuk meneliti topik bersangkutan dengan secara lebih jauh. Ketiga, inferensi atau simpulan dapat dibuat dari dokumentasi (Yin 2020, 104).
b) Wawancara
18 Informasi paling penting pada studi kasus adalah wawancara, dengan tipe yang paling umum yaitu pertanyaan terbuka (open-ended).
Secara keseluruhan, studi kasus pada penelitian sosial berkaitan dengan manusia membuat wawancara merupakan sumber bukti yang sangat esensial. Segala urusan kemanusiaan ini wajib dilaporkan serta diinterpretasikan dari pandangan pihak yang diwawancarai dan orang- orang terkait yang memiliki informasi seputar data penelitan. Namun, karena wawancara rawan terkena bias maka dari itu harus didukung dengan sumber-sumber informasi lainnya (Yin 2020, 111).
c) Observasi
Menurut marshall bahwa observasi merupakan sarana peneliti mencari makna atas informasi-informasi yang ada sesuai dengan kebiasaan yang diamati di lapangan (Sugiyono 2018, 226). Dengan diadakannya observasi dapat memberi peluang tertentu yang mengandung persoalan informasi yang lebih besar, seperti peluang mendapatkan akses terhadap peristiwa-peristiwa maupun kelompok- kelompok yang tidak terjangkau oleh penelitian kuantitatif (Yin 2020, 114). Karena penelitian dilakukan pada masa pandemi COVID-19 maka dari itu observasi yang dilakukan bersifat parsitipatif pasif.
6. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan pada analisis data di penelitian ini ialah menggunakan model Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2018). Pada penelitian kualitatif, analisis dilakukan sepanjang pengumpulan data berlangsung hingga pengumpulan data selesai. Miles dan Huberman menjelaskan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus dengan cara interaktif hingga data yang ditemukan bersifat jenuh. Aktivitas analisis data kualitatif meliputi:
a) Reduksi Data
Selama melakukan penelusuran data dilapangan biasanya peneliti
mendapat data yang banyak dan tidak semua data tersebut relevan pada
peretanyaan penelitian. Maka diperlukannya reduksi data untuk
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
19 yang penting, serta dicari tema dan polanya sehingga data yang direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas.
b) Penyajian Data
Setelah kumpulan data direduksi menjadi hal-hal pokok maka analisis data selanjutnya ialah menyajikan data dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Dengan penyajian data tersebut maka akan dengan mudah memahami apa yang sebenarnya terjadi untuk rencana kerja selanjutnya.
c) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data
Penarikan kesimpulan dan verifikasi menjadi langka ketiga dalam analisis data kualitatif. Kesimpulan awal bisa bersifat sementara jika ditemukan data-data baru yang lebih kuat bila dilakukan pengumpulan data selanjutnya. Namun, apabila data yang dianalisis tetap konsisten dan bukti-bukti yang valid saat peneliti kembali kelapangan maka kesimpulan yang ditarik bersifat kredibel. Dari kesimpulan tersebut mungkin bisa menjawab rumusan masalah penelitian yang disusun sebelumnya ataupun mendapatkan kesimpulan lain, karena rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara (Sugiyono 2018, 246-252).
7. Teknik Keabsahan Data
Untuk mendapatkan keabsahan data dalam penelitian diperlukannya uji validitas dan reabilitas secara kualitatif. Validitas digunakan untuk menguji derajat suatu data bisa dipercaya atau tidaknya untuk kepentingan penelitian, sedangkan reabilitas merupakan proses untuk menilai tingkat konsistensi data pada hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada penelitian kualitatif validitas meliputi:
a) Memperpanjang Waktu Pengamatan
Dengan memperpanjang waktu pengamatan memberi kesempatan
peneliti mendapatkan data yang belum terkumpul sebelumnya. Biasanya
peneliti yang turun kelapangan dianggap asing oleh masyarakat dan
segan untuk memberi informasi yang akurat. Dengan durasi yang
20 panjang maka masyarakat khususnya informan bisa lebih terbuka pada peneliti dan memberikan data sesuai persoalan yang dicari.
b) Melakukan Triangulasi
Dengan triangulasi peneliti akan mendapatkan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara, dan diberbagai waktu sesuai dengan persoalan yang dicari. Data menjadi lebih akurat apabila semua sumber data dan bukti berkesuaian serta saling mengomfrimasi satu sama lain.
Triangulasi sendiri terdiri dari: Pertama, triangulasi sumber denga menguji keabsahan data dengan ditelusurinya data dari berbagai sumber. Kedua, triangulasi teknik dengan menguji keabsahan data menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Ketiga, triangulasi waktu dengan mengulang-ulang penggalian data dengan metode yang berbeda-beda.
c) Melakukan Bimbingan dengan Pakar dan Teman Sejawat
Melakukan diskusi dengan peneliti yang lebih ahli agar memberikan arahan dimana kekurangan data yang telah kita kumpulkan. Khususnya untuk peneliti pemula seperti kalangan mahasiswa sarjana dengan adanya bimbingan memberikan arahan yang baik pada hasil penelitian.
Sedangkan pada reabilitas penelitian kualitatif meliputi:
a) Prosedur penelitian sesuai dengan kaidah pendekatan kualitatif baik sebelum, saat, dan setelah turun lapangan. Untuk peneliti pemula seperti mahasiswa lazimnya terdapat pedoman penelitian dari kampusnya masing-masing.
b) Dokumen penelitian harus menyertai setiap data penelitian, artinya data penelitian harus didokumentasikan secara otentik baik pada data observasi, transkrip wawancara, atau notulensi diskusi.
c) Analisis data dilakukan secara sistematis menyusun data dari hasil
turun lapangan dengan perangkat catatan lapangan (field note) dan
catatan kerja lapangan (field work), dan bahan-bahan lainnya
sehingga informasi yang didapat mudah dipahami (Rustanto 2015,
66-69).
21
8.Teknik Pemilihan Informan
Spradley dalam Sugiyono (2018) menamai populasi dalam penelitian kualitatif sebagai “social situation” atau situasi sosial terdiri dari tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono 2018, 215). Situasi sosial tersebut berupa aktivitas keluarga khususnya anggota keluarga dalam ketahanan keluarganya. Dari populasi tersebut dalam menggali informasi diperlukan pemilihan sampel sebagai informan. Menurut Lincoln dan Guba dalam Rustanto (2015) spesifikasi suatu sampel dalam kualitatif tidak ditentukan sebelumnya, secara teknis sangat berbeda dengan penelitian kuantitatif. Umumnya pada penelitian kualitatif sering digunakan teknik
purposive sampling yang selanjutnya akan digunakan pada penelitian ini.Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel sumber data
dengan pertimbangan bahwa orang tersebut dianggap mengerti tentang apa yang akan dicari dalam sebuah penelitian, sehingga dengan teknik tersebut dapat memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti. Purposive sampling memiliki ciri yaitu bersifat sementara, menggelinding seperti salju, disesuaikan berdasarkan kebutuhan, dan ditelusuri hingga mencapai data jenuh (Rustanto 2015, 53).
Penelitian ini dilaksanakan pada Perumahan Bumi Anugrah
Sejahtera (Perum BAS) Babelan sebagai pemukiman yang sangat rawan
banjir kiriman, khususnya yang terparah berada di Jalan Garuda II, Blok A4,
RT11/RW013. Banjir merupakan bencana alam sebagai kerentanan saling
terpengaruh dengan resiliensi keluarga. Selain itu Perum BAS berada di
Kelurahan Kebalen yang merupakan kelurahan dengan klasifikasi
suburban. Menurut Ramadhana (2020) pemukiman dengan klasifikasi suburban memiliki resiliensi lebih kuat dibandingkan pusat kota atauperdesaan. Berangkat dari pemahaman tersebut maka ketahanan keluarga
suatu yang identik pada masyarakat setempat. Pada penelitian ini membahas
ketahanan keluarga di tengah pandemi COVID-19 maka dipilih informan
utama yang keluarganya merupakan penyitas COVID-19 dengan
karakteristik keluarga batih yang memiliki anak usia sekolah atau balita,
22 karena sejalan dengan beban ganda yang diterima sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dibahas serta orang yang paling dekat dengan informan utama – yaitu tetangga, sebagai langkah triangulasi.
Table I-1 Daftar Identitas Informan No. Nama Informan Tipe
Informan
Informasi yan dicari Jumlah
1. Keluarga A : - Pak W
(Suami/Ayah) - Ibu T
(Istri/Ibu)
Informan Utama
Gambaran Ketahanan Keluarga penyitas COVID-19 dalam Pendekatan Laten dan Sistem di
Masa Pademi COVID-19
2
2. Keluarga B : - Pak H
(Suami/Ayah) - Ibu M
(Istri/Ibu)
Informan Utama
Gambaran Ketahanan Keluarga penyitas COVID-19 dalam Pendekatan Laten dan Sistem di
Masa Pademi COVID-19
2
3. Ibu D (Tetangga Dekat Keluarga A
dan Keluarga B)
Informan Tambahan
Komfrimasi data yang diungkapkan oleh Keluarga A dan
Keluarga B (Triangulasi Sumber)
1
9.