• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerentanan dan Ketahanan Multidimensional: Refleksi UGM Atas Pandemi Covid-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kerentanan dan Ketahanan Multidimensional: Refleksi UGM Atas Pandemi Covid-19"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Kerentanan dan Ketahanan Multidimensional:

Refleksi UGM Atas Pandemi Covid-19

Peringatan Dies Natalis ke-72 UNIVERSITAS GADJAH MADA

20 Desember 2021

(3)

Prof. Dr. Ir. Mochammad Maksum, M.Sc.

Prof. Dr. M. Baiquni, MA.

Ketua Prof. Dr. Faruk, S.U.

Sekretaris

Prof. Dr. Suharko. S.Sos., M.Si.

Anggota

Prof. Dr. Sofia Retnowati, M.S.

Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt.

Prof. Dr. Agustinus Supriyanto, S.H., M.Si.

Tim Pendukung Heru Sutrisno, S.Hut., M.Sc.

Probo Bhaskoro, S.IP.

(4)

Yang kami hormati, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Ketua, Sekretaris, dan anggota Majelis Wali Amanat, Ketua, Sekretaris, dan anggota Senat Akademik, Ketua, Sekretaris, dan anggota Dewan Guru Besar, Rektor dan Wakil Rektor,

Para Dekan dan Wakil Dekan, Kepala Pusat Studi,

Ketua dan Sekretaris Senat Fakultas,

Para dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa,

Para pengurus dan anggota Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada, Para tamu undangan dan hadirin yang kami muliakan.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera, Om swastiastu.

Namo buddhaya, Salam Kebajikan

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya sehingga kita dapat berkumpul secara bauran pada pagi hari ini untuk memperingati Dies Natalis ke-72 Universitas Gadjah Mada.

(5)

Hadirin yang kami hormati,

Tanda-tanda akhir dari pandemi Covid-19 (selanjutnya disebut pandemi) belum bisa dipastikan.

Laju penyebarannya memang melambat, tetapi ada potensi terjadi peningkatan kasus penularan karena meningkatnya mobilitas pada periode liburan natal dan tahun baru dan munculnya ancaman penyebaran varian baru Omicron. Risiko penularan dan lonjakan kasus masih mungkin terjadi meski vaksinasi sudah melampaui target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 40 persen warga divaksin lengkap pada akhir 2021. Optimisme dan sekaligus ketidakpastian membayangi perkembangan pandemi yang telah berlangsung selama hampir dua tahun ini. Sejumlah publikasi ilmiah menunjukkan bahwa pandemi telah mengungkap secara lebih jelas berbagai bentuk kerentanan yang dialami oleh masyarakat Indonesia, dan sekaligus menguji ketahanan (resilience) kita dalam menghadapinya [1–4]. Pada peringatan Dies Natalis UGM tahun 2021 ini, kiranya sangat bijak jika melakukan refleksi atas pandemi. Pada kesempatan ini, perkenankan kami menyampaikan pidato berjudul:

“Kerentanan dan Ketahanan Multidimensional:

Refleksi UGM atas Pandemi Covid-19”

Pandemi menghadirkan ancaman dan risiko kepada semua warga dunia. Namun, kondisi dan bentuk kerentanan yang ditimbulkannya bisa berbeda-beda untuk setiap negara atau unit sosial-

Risiko penularan dan lonjakan kasus masih mungkin terjadi meski vaksinasi sudah melampaui target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 40 persen warga divaksin lengkap pada akhir 2021.

Optimisme dan sekaligus ketidakpastian membayangi perkembangan pandemi yang telah berlangsung selama hampir dua tahun ini.

(6)

kewilayahan lainnya. Kerentanan memang gejala yang lazim dialami oleh warga yang tertimpa oleh problem-problem kemiskinan, ketimpangan, bencana, marginalisasi, dan eksklusi sosial. Pandemi memperparah kondisi kerentanan yang telah dialami para warga yang menghadapi problem-problem tersebut. Pandemi juga menghadirkan bentuk kerentanan bagi kelompok warga yang terdampak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Jika kelompok rentan tidak dikenali dengan tepat, konsekuensi dari pandemi akan lebih buruk lagi.

Tidak ada model “a one size fits all”. Oleh karena itu, setiap negara harus secara terus-menerus menilai warga atau kelompok warga yang rentan, dan kemudian memberikan dukungan dan fasilitasi yang memadai kepada mereka yang paling berisiko [5].

Dengan mengenali dan memahami gejala kerentanan akan mengantarkan kepada kepedulian dan keberpihakan ‘Kampus Kerakyatan’ ini pada problem mendasar yang dihadapi masyarakat Indonesia, dan menjadikannya sebagai batu penjuru dari arah orientasi darma-darmanya. Memahami gejala kerentanan juga akan berarti mengenali ketahanan yang telah dimiliki UGM dan memajukannya di masa datang.

Hadirin yang kami muliakan,

Kerentanan secara umum merupakan kondisi yang timbul dari tiga hal yang berlangsung secara berkaitan, yakni keterpaparan dari krisis, tekanan, dan guncangan, kapasitas yang tidak memadai

Dengan mengenali dan memahami gejala kerentanan akan mengantarkan kepada kepedulian dan keberpihakan ‘Kampus Kerakyatan’ ini pada problem mendasar yang dihadapi masyarakat Indonesia, dan menjadikannya sebagai batu penjuru dari arah orientasi darma-darmanya.

(7)

dalam mengatasinya, dan konsekuensi buruk yang menyertainya. Pandemi adalah sumber krisis, tekanan dan guncangan yang bisa mengena pada berbagai entitas dari individu hingga sistem besar seperti negara. Pada awalnya, pandemi memunculkan krisis di bidang kesehatan, karena keterpaparan oleh Covid-19 menimbulkan korban sakit dan meninggal yang terus bertambah. Upaya mitigasi terhadap meluasnya penularan harus dilakukan melalui pemberlakuan pembatasan sosial yang berimplikasi pada gangguan atau disrupsi terhadap pola dan mekanisme bidang-bidang lain. Kapasitas untuk mengatasi ancaman penularan Covid-19 dan implikasi yang ditimbulkannya tidak cukup memadai, sehingga terjadi konsekuensi-konsekuensi yang memburuk di berbagai bidang. Orang-orang yang terancam oleh paparan Covid-19 dan mengalami konsekuensi yang memburuk merupakan kelompok rentan. Indikasi- indikasi kerentanan biasanya mewujud dalam kondisi fisik yang sakit, kondisi ekonomi yang miskin, kondisi sosial yang bergantung pada pihak lain, dan kondisi kejiwaan yang tertekan [6,7].

Hadirin yang kami banggakan,

Kerentanan pada masa pandemi muncul pada banyak dimensi atau aspek. Empat aspek yang menonjol adalah kesehatan, ekonomi, pangan, dan sosial-psikologis. Faktor-faktor utama dan mekanisme yang bekerja dan menghasilkan kondisi kerentanan dan kelompok rentan pun bervariasi dari satu dimensi ke dimensi lainnya.

Upaya mitigasi terhadap meluasnya penularan harus dilakukan melalui pemberlakuan pembatasan sosial yang berimplikasi pada gangguan atau disrupsi terhadap pola dan mekanisme bidang-

bidang lain. Kapasitas untuk mengatasi ancaman penularan Covid-19 dan implikasi yang ditimbulkannya tidak cukup memadai, sehingga terjadi konsekuensi-

konsekuensi yang memburuk di berbagai bidang.

(8)

Penularan Covid-19 mengancam siapa pun tanpa pandang bulu. Para ahli kesehatan umumnya menyatakan bahwa tenaga kesehatan, kelompok lanjut usia (lansia), orang dengan penyakit penyerta (komorbid), dan anak-anak adalah kelompok rentan. Menurut Lapor Covid-19 sampai tanggal 30 November 2021, terdapat 2.066 tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya) meninggal yang mayoritas tersebar di Jawa dan Bali. Sementara itu, pasien isolasi mandiri (isoman) yang meninggal tercatat cukup tinggi di DKI Jakarta (1.342 orang).

Satgas Penanganan Covid-19 melaporkan bahwa dari total orang yang meninggal, hampir separuhnya (46,8 persen) kelompok lanjut usia (lebih dari atau sama dengan 60 tahun). Selain itu, tercatat 5.974 orang positif Covid-19 dengan kondisi penyerta dan 23,5 persennya meninggal. Selanjutnya dari total orang positif Covid-19 per 16 November 2021, 13,1 persennya adalah kelompok anak-anak dan 15,8 persennya meninggal dan menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pernah menjadi yang tertinggi di dunia. [8].

Kerentanan yang dialami kelompok- kelompok tersebut bersumber dari sejumlah faktor.

Ketersediaan alat kesehatan (alkes) terbatas pada masa pandemi. Indonesia harus mengimpor lebih dari 90 persen sediaan farmasi, termasuk obat, vaksin, dan alat kesehatan. Ketika pandemi semua negara membutuhkan produk yang sama dan Indonesia mengalami kesulitan dalam mengaksesnya. Dalam

Satgas Penanganan Covid-19 melaporkan bahwa dari total orang yang meninggal, hampir separuhnya (46,8 persen) kelompok lanjut usia (lebih dari atau sama dengan 60 tahun). Selain itu, tercatat 5.974 orang positif Covid-19 dengan kondisi penyerta dan 23,5 persennya meninggal.

Selanjutnya dari total orang positif Covid-19 per 16 November 2021, 13,1 persennya adalah kelompok anak-anak dan 15,8 persennya meninggal dan menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pernah menjadi yang tertinggi di dunia.

(9)

industri farmasi, Indonesia harus mengimpor 95 persen bahan baku obat dari China (60 persen) dan India (30 persen) [9].

Pusat dan fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan kurang memadai dalam melayani jumlah pasien terpapar Covid-19 yang terus bertambah. Jumlah pusat pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan secara nasional memang terus bertambah. Namun demikian, distribusinya kurang merata ke seluruh penjuru nusantara. Dua pilar sistem pelayanan kesehatan tersebut cenderung terkonsentrasi di pulau Jawa dan Bali, dan kota-kota besar lainnya.

Indonesia terus memacu cakupan vaksinasi, baik dari segi jumlah maupun cakupan wilayah.

Data tentang vaksinasi sampai akhir bulan November 2021 menunjukkan bahwa dari segi jumlah terjadi peningkatan yang signifikan. Namun demikian, cakupan vaksin tersebar secara tidak merata. Empat provinsi dengan persentase cakupan tertinggi adalah DKI Jakarta, Bali, DIY, dan Kepulauan Riau.

Selain itu, masih banyak kelompok rentan terutama lansia belum mendapatkan vaksin [10]. Padahal cakupan dan pemerataan vaksin akan menjadi sumber ketahanan yang penting dalam mengatasi penularan Covid-19.

Dalam aspek ekonomi, sebagian besar rumah tangga mengalami penurunan pendapatan hampir separuhnya semenjak Januari 2020 [11]. Kelompok masyarakat bawah mengalami penurunan pendapatan terbesar [12]. Tingkat kerentanan tertinggi dialami

Pusat dan fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan kurang memadai dalam melayani jumlah pasien terpapar Covid-19 yang terus bertambah. Jumlah pusat pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan secara nasional memang terus bertambah. Namun demikian, distribusinya kurang merata ke seluruh penjuru nusantara.

Indonesia terus memacu cakupan vaksinasi, baik dari segi jumlah maupun cakupan wilayah. Data tentang vaksinasi sampai akhir bulan November 2021 menunjukkan bahwa dari segi jumlah terjadi peningkatan yang signifikan. Namun demikian, cakupan vaksin tersebar secara tidak merata.

(10)

oleh penyandang disabilitas dengan pendapatan tidak menentu karena kerentanan berlapis, baik dalam segi jenis disabilitasnya maupun usia [1].

Angka pengangguran meningkat pada periode awal pandemi sampai kuartal kedua tahun 2020 dan cenderung membaik pada kuartal-kuartal berikutnya seiring dengan perbaikan kondisi perekonomian [11] meskipun belum merata di semua sektor.

Selain itu, pandemi juga menimbulkan variasi dampak lain seperti pengurangan jam kerja atau dirumahkan sementara yang menyebabkan penurunan tingkat kesejahteraan [13]. Padahal, tidak semua pekerja dilindungi hukum ketenagakerjaan dan tidak mengikuti skema-skema jaminan sosial ketenagakerjaan.

Penurunan pendapatan dan bertambahnya jumlah pengangguran di masa pandemi berimplikasi pada peningkatan kemiskinan [14]. Hal ini berarti pandemi telah memukul mundur upaya penanggulangan kemiskinan selama dua tahun terakhir.

Pemberlakuan pembatasan sosial melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk mengatasi pandemi telah mendisrupsi secara serius aktivitas perekonomian, dan berimplikasi pada peningkatan pengangguran dan kemiskinan.

Bagi para pelaku usaha dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hingga usaha skala besar menutup usaha merupakan pilihan sulit yang sering kali tidak bisa dihindari. Para pekerja di sektor

Angka pengangguran meningkat pada periode awal pandemi sampai kuartal kedua tahun 2020 dan cenderung membaik pada kuartal- kuartal berikutnya seiring dengan perbaikan kondisi perekonomian [11] meskipun belum merata di semua sektor.

Selain itu, pandemi juga menimbulkan variasi dampak lain seperti pengurangan jam kerja atau dirumahkan sementara yang menyebabkan penurunan tingkat kesejahteraan [13].

Padahal, tidak semua pekerja dilindungi hukum ketenagakerjaan dan tidak mengikuti skema- skema jaminan sosial ketenagakerjaan.

(11)

formal dan informal harus mengalami pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan. Sumber penghidupan dan pendapatan masyarakat berkurang dan bahkan hilang terutama kelompok masyarakat bawah.

Ibu dan bapak yang kami hormati,

Di sektor pangan, sebagian besar rumah tangga di Indonesia memang bisa digolongkan tahan pangan (food secure). Namun mereka yang bekerja di sektor informal, berpendapatan tidak tetap, dan tidak bekerja terancam oleh kondisi rawan pangan.

Di antara kelompok tersebut, ada yang mengalami kondisi rawan pangan dengan kelaparan akut yang bisa mengikis capaian kemajuan dalam program pengurangan prevalensi stunting, wasting, dan gejala gizi kurang lainnya. Program bantuan sosial dari pemerintah pun tidak sepenuhnya tepat sasaran pada kelompok tersebut, terutama karena problem ketersediaan dan akurasi data rumah tangga penerima [15].

Tidak mengherankan jika kemudian urutan Indeks Ketahanan Pangan (Food Security Index) Indonesia dibandingkan 113 negara lain mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir, dari peringkat 62 pada tahun 2019, peringkat 65 pada tahun 2020, dan merosot ke peringkat 69 pada tahun 2021.

Peringkat Indonesia tertinggal dari negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam [16]. Hal ini mengindikasikan bahwa pandemi telah memperburuk kondisi ketahanan pangan yang, antara

Di sektor pangan, sebagian besar rumah tangga di Indonesia memang bisa digolongkan tahan pangan (food secure).

Namun mereka yang bekerja di sektor informal, berpendapatan tidak tetap, dan tidak bekerja terancam oleh kondisi rawan pangan.

Urutan Indeks Ketahanan Pangan (Food Security Index) Indonesia dibandingkan 113 negara lain mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir, dari peringkat 62 pada tahun 2019, peringkat 65 pada tahun 2020, dan merosot ke peringkat 69 pada tahun 2021.

(12)

lain mencakup dimensi keterjangkauan, ketersediaan, kualitas, dan keamanan pangan.

Penurunan pendapatan masyarakat terutama kelompok masyarakat bawah telah mengurangi kemampuan daya beli terhadap bahan dan produk pangan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari- sehari pada masa pandemi. Kondisi tersebut terutama dialami kelompok masyarakat bawah, yang bahkan dalam kondisi normal pun, mereka menghadapi kesulitan untuk memenuhi kecukupan gizi. Padahal kecukupan asupan gizi dan nutrisi merupakan sumber daya tahan tubuh dalam menghadapi ancaman Covid-19. Sayangnya, harga bahan dan produk pangan cenderung naik pada masa pandemi dan menambah beban pengeluaran rumah tangga. Sampai tingkat tertentu, kenaikan harga tersebut berkaitan dengan importasi pangan yang digunakan sebagai cara untuk memenuhi ketersediaan pangan nasional.

Indonesia secara terus-menerus mengimpor berbagai produk pangan dari beberapa negara dengan jumlah yang fluktuatif. Produk pangan yang diimpor itu, antara lain, beras, gandum, kedelai, gula, buah-buahan, sayuran, dan daging sapi [17,18].

Gerak fluktuatif harga pangan global sering kali menimbulkan perubahan pasokan dan harga bahan pangan dan menimbulkan gejolak sosial ekonomi dalam masyarakat. Tingginya impor pangan ini telah meningkatkan ancaman terhadap ketahanan pangan, dan lebih dari itu adalah ancaman terhadap kedaulatan pangan Indonesia.

Problem kesehatan mental tampak menonjol

Penurunan pendapatan masyarakat terutama kelompok masyarakat bawah telah mengurangi kemampuan daya beli terhadap bahan dan produk pangan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-sehari pada masa pandemi. Kondisi tersebut terutama dialami kelompok masyarakat bawah, yang bahkan dalam kondisi normal pun, mereka menghadapi kesulitan untuk memenuhi kecukupan gizi.

(13)

pada masa pandemi dibanding pada masa sebelum pandemi. Terdapat sekelompok yang lebih rentan dengan masalah kesehatan jiwa, yakni lansia, orang dengan komorbiditas, orang dengan kesulitan pemenuhan kebutuhan dasar (kemiskinan), dan orang dengan kepribadian tertentu. Orang dengan gangguan jiwa atau telah memiliki kerentanan sebelumnya berisiko mengalami masalah kesehatan mental di masa pandemi karena sulitnya mengakses sarana kesehatan, tekanan ekonomi, dan kecemasan- kecemasan lain akibat pandemi [19]. Selain itu, para tenaga kesehatan yang bersiaga di garis depan juga memerlukan dukungan psikologis yang memadai agar tidak mengalami masalah-masalah kesehatan mental [20].

Tingginya distress kesehatan mental dan psikologis diduga berkaitan dengan fenomena

“infodemik” (infodemic), yakni banjir informasi yang berlebihan dengan sebagian besar berupa dis/misinformasi yang tidak akurat sehingga menyulitkan orang dalam menemukan sumber informasi yang dapat dipercaya dan saran yang bisa diandalkan pada saat dibutuhkan. Termasuk infodemik ini adalah hoaks (berita bohong) terkait isu kesehatan pada masa pandemi. Kominfo per 30 Juli 2021 melaporkan adanya 4.163 unggahan hoaks Covid-19 melalui media sosial [21]. Fenomena infodemik bisa berdampak pada berbagai bentuk gangguan kesehatan, antara lain menimbulkan kecemasan, kekhawatiran, dan masalah kesehatan mental lainnya [2]. Sebuah studi terhadap ibu-

Tingginya distress kesehatan mental dan psikologis diduga berkaitan dengan fenomena “infodemik”

(infodemic), yakni banjir informasi yang berlebihan dengan sebagian besar berupa dis/misinformasi yang tidak akurat sehingga menyulitkan orang dalam menemukan sumber informasi yang dapat dipercaya dan saran yang bisa diandalkan pada saat dibutuhkan. Termasuk infodemik ini adalah hoaks (berita bohong) terkait isu kesehatan pada masa pandemi.

(14)

ibu milenial menunjukkan bahwa paparan hoaks telah menimbulkan gejala kecemasan, ketakutan, dan kepanikan secara temporer. Kondisi tersebut membawa mereka kepada ketidakpercayaan pada institusi kesehatan dan aparat pemerintah [22].

Dampak kesehatan mental jangka panjang diperkirakan lebih besar daripada distres psikologis yang saat ini dialami masyarakat. Hal ini dikarenakan banyak terjadi perubahan sosial selama pandemi, antara lain peningkatan kemiskinan, pendidikan jarak jauh (PJJ) tanpa diimbangi supervisi yang kuat dari orang tua sehingga banyak anak kecanduan gawai dan putus ikatan dengan sekolah, demikian juga dengan banyaknya anak yang menjadi yatim dan/atau piatu karena orang tua meninggal akibat Covid-19.

Satgas Penanganan Covid-19 per 20 Juli 2021 mencatat 11.045 anak menjadi yatim dan/atau piatu [23]. Save the Children Indonesia per 11 Agustus 2021 memperkirakan ada 17.257 anak yang menjadi yatim dan/atau piatu. Jika tidak ada penanganan dan pendampingan yang memadai, mereka akan mengalami berbagai problem sosial dan kesehatan mental yang serius [24].

Problem kesehatan mental juga muncul sebagai dampak dari pelaksanaan PJJ, yang diikuti oleh sekitar 60 juta siswa. Survei Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) pada bulan Juli 2020 pada 3.200 siswa SD hingga SMA di 34 provinsi menunjukkan 13 persen responden mengalami gejala-gejala yang mengarah pada gangguan depresi ringan hingga

Dampak kesehatan mental jangka panjang diperkirakan lebih besar daripada distres psikologis yang saat ini dialami masyarakat. Hal ini dikarenakan banyak terjadi perubahan sosial selama pandemi, antara lain peningkatan kemiskinan, pendidikan jarak jauh (PJJ) tanpa diimbangi supervisi yang kuat dari orang tua sehingga banyak anak kecanduan gawai dan putus ikatan dengan sekolah, demikian juga dengan banyaknya anak yang menjadi yatim dan/

atau piatu karena orang tua meninggal akibat Covid-19.

(15)

berat. Presentasi siswa perempuan yang mengalami gangguan depresi lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki [25].

Beban perempuan bertambah berat pada masa pandemi. Kelompok perempuan menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mendampingi anak dibanding laki-laki.

Perempuan juga mengalami kehilangan pekerjaan dan kekerasan berbasis gender. Tidak berlebihan jika kondisi tersebut mempengaruhi kesehatan mental dan emosional perempuan, yang ditandai oleh meningkatnya stres dan kecemasan [26].

Peningkatan stres dan kecemasan dialami mahasiswa selama pandemi [27]. Angka stres pada mahasiswa di Indonesia selama PJJ rata-rata sebesar 55,1 persen, sedangkan pada mahasiswa di luar Indonesia sebesar 66,3 persen. Angka kecemasan mahasiswa di Indonesia selama PJJ rata-rata sebesar 40 persen, sedangkan pada mahasiswa di luar Indonesia sebesar 57,2 persen [28].

Lebih dari itu, PJJ menimbulkan learning loss dan bahkan penurunan kualitas pendidikan. World Bank memperkirakan learning loss siswa Indonesia mencapai 0,9 sampai 1,2 tahun pembelajaran [29].

Sebelum pandemi, lama bersekolah siswa rata- rata 12,4 tahun hanya setara dengan 7,8 tahun pembelajaran. Skor Programme for International Student Assessment (PISA) juga berpotensi menurun dalam kemampuan membaca antara 25 hingga 35 poin. Tendensi tersebut akan mempengaruhi daya saing pendidikan di tingkat global. Mendikbud

Beban perempuan bertambah berat pada masa pandemi. Kelompok perempuan menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mendampingi anak dibanding laki- laki. Perempuan juga mengalami kehilangan pekerjaan dan kekerasan berbasis gender.

PJJ menimbulkan learning loss dan bahkan penurunan kualitas pendidikan. World Bank memperkirakan learning loss siswa Indonesia mencapai 0,9 sampai 1,2 tahun pembelajaran [29].

Sebelum pandemi, lama bersekolah siswa rata- rata 12,4 tahun hanya setara dengan 7,8 tahun pembelajaran.

(16)

Ristek berulang kali mengingatkan bahwa PJJ yang berkepanjangan dapat berdampak negatif dan permanen untuk anak-anak Indonesia, seperti putus sekolah, penurunan capaian pembelajaran, dan kesehatan mental anak-anak [30].

Gejala kerentanan dan munculnya kelompok- kelompok rentan lainnya mungkin masih bisa ditemukan dari konteks pandemi. Pada awalnya kelompok rentan adalah mereka yang mudah tertular oleh Covid-19, seperti tenaga kesehatan, orang dengan komorbid, dan orang lanjut usia. Seiring perjalanan pandemi, siapa yang termasuk dalam kelompok rentan tersebut bertambah dan berubah secara dinamis. Orang yang pada awal pandemi dianggap tidak rentan bisa menjadi rentan karena implikasi dari kebijakan tertentu. Bentuk-bentuk kebijakan pembatasan sosial yang mendisrupsi aktivitas perekonomian telah menimbulkan banyak warga yang kehilangan sumber pendapatan secara mendadak, baik karena kehilangan pekerjaan maupun terhentinya usaha ekonomi. Banyak warga yang kurang bahkan tidak mendapat pelayanan kesehatan dan dukungan sosial yang memadai menjadi rentan sebagaimana tampak dari para pasien isolasi mandiri.

Kondisi kerentanan dialami oleh berbagai kelompok yang berupaya mengatasi problem kesehatan mental sebagai akibat dari pemberlakuan pembatasan sosial sebagaimana terlihat dari siswa dan orang tua terutama ibu-ibu yang mendampingi anak dalam pelaksanaan PJJ.

Mendikbud Ristek berulang kali

mengingatkan bahwa PJJ yang berkepanjangan dapat berdampak negatif dan permanen untuk anak- anak Indonesia, seperti putus sekolah, penurunan capaian pembelajaran, dan kesehatan mental anak- anak [30].

Orang yang pada awal pandemi dianggap tidak rentan bisa menjadi rentan karena implikasi dari kebijakan tertentu.

Bentuk-bentuk kebijakan pembatasan sosial yang mendisrupsi aktivitas perekonomian telah menimbulkan banyak warga yang kehilangan sumber pendapatan secara mendadak

(17)

Ibu dan bapak yang berbahagia,

Kondisi kerentanan dan kelompok rentan tentu tidak bisa dibiarkan dan membutuhkan komitmen dan keberpihakan kuat untuk mengatasinya. Pada awal masa pandemi, Indonesia bersama sejumlah negara lain berhasil mengesahkan Resolusi Majelis Umum PBB tentang “Solidaritas Global Melawan Covid-19”, yang pada butir no. 6 dinyatakan bahwa negara-negara diminta untuk selalu memperbaharui komitmennya guna membantu orang dan masyarakat terutama yang paling lemah dan paling rentan [31].

Peran negara yang makin besar tampaknya semakin dibutuhkan untuk mengatasi berbagai problem kerentanan, baik yang terjadi pada masa pandemi maupun masa sesudahnya. Argumen pokok yang mendasarinya adalah bahwa berbagai bentuk kerentanan bersumber dari ketidakmandirian dan ketergantungan Indonesia terhadap sumber daya dari luar di hampir seluruh bidang kehidupan. Regulasi dan kebijakan nasional yang mampu menjamin pengembangan potensi kemandirian dan kedaulatan di sektor kesehatan, ekonomi, pangan, dan sektor- sektor lainnya akan terwujud, jika peran negara dalam pembangunan semakin kuat.

Sebagaimana dilakukan oleh hampir semua negara, Indonesia menerapkan kebijakan fiskal progresif (sebagai antitesis dari kebijakan konservatif), yang dilakukan dengan meningkatkan belanja pemulihan ekonomi nasional (PEN), yang termasuk di dalamnya alokasi belanja kesehatan dan perlindungan sosial. Kecenderungan global sebagai

Peran negara yang makin besar tampaknya semakin dibutuhkan untuk mengatasi berbagai problem kerentanan, baik yang terjadi pada masa pandemi maupun masa sesudahnya.

Argumen pokok yang mendasarinya adalah bahwa berbagai bentuk kerentanan bersumber dari ketidakmandirian dan ketergantungan Indonesia terhadap sumber daya dari luar di hampir seluruh bidang kehidupan.

(18)

respons terhadap pandemi ini mengkonfirmasi peran negara yang menguat, yang diikuti oleh diskusi tentang kembalinya “negara kesejahteraan” [32].

Secara teoritis, relevansi gagasan tentang sentralitas negara dalam pembangunan, akhir-akhir ini, muncul dalam diskusi tentang kebijakan industrial (industrial policy), yakni serangkaian kebijakan strategis yang menekankan peran negara dalam mendorong transformasi struktural dan pembangunan ekonomi [33,34]. Kebijakan industrial umumnya mengedepankan proses inovasi dan pengembangan teknologi yang mampu menghasilkan peningkatan kapasitas produksi industri domestik, antara lain dilakukan melalui riset dan pengembangan yang menghasilkan inovasi-inovasi produk, peningkatan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan, kerja sama pemerintah dan dunia usaha untuk pendidikan dan pelatihan dan hilirisasi karya inovasi.

Keterlibatan negara yang makin besar dalam pembangunan ekonomi bukan hal yang tabu bagi para ahli teori pembangunan ekonomi yang mengusulkan kebijakan industrial tersebut, dan bahkan justru sebaliknya negara harus memainkan peran yang besar dalam pembangunan [35–37]. Kegagalan pasar adalah gejala yang jamak di banyak negara berkembang, dan karena itu, negara harus lebih mengambil peran dalam ekonomi. Tentunya, hal ini bukan bentuk lain dari proteksionisme. Meskipun ada serangkaian prinsip-prinsip umum yang bisa dirujuk, setiap negara merancang dan menerapkan kebijakan

Keterlibatan negara yang makin besar dalam pembangunan ekonomi bukan hal yang tabu bagi para ahli teori pembangunan ekonomi yang mengusulkan kebijakan industrial tersebut, dan bahkan justru sebaliknya negara harus memainkan peran yang besar dalam pembangunan [35–37].

(19)

industrialnya sesuai kondisi masing-masing. Negara yang telah berhasil dalam kebijakan industrial biasanya memiliki polanya sendiri yang tidak serta- merta bisa ditiru oleh negara lain [34]. Dalam kaitan ini, Indonesia semestinya bisa merancang kebijakan industrialnya sendiri yang berbasis pada prinsip kemandirian dan kedaulatan.

Sejalan dengan pemikiran tersebut, dalam aspek kesehatan, kemampuan menyediakan alkes, obat-obatan, dan vaksin secara mandiri merupakan tuntutan yang mendesak bagi Indonesia. Importasi alkes dan obat-obatan tidak boleh melenakan dan melemahkan kemampuan yang dimiliki anak-anak bangsa dalam mengembangkan inovasi di bidang tersebut. Sembari terus mendorong dan memfasilitasi lahirnya karya-karya inovatif dari berbagai lembaga riset, baik yang ada di dalam maupun yang ada di luar perguruan tinggi, hilirisasi karya inovatif di bidang alkes, farmasi, dan vaksin perlu terus ditingkatkan dan didukung oleh kebijakan afirmatif.

GeNose adalah salah satu contoh keberhasilan hilirisasi produk alkes, hasil kerja sama UGM dengan para mitra di sektor industri dan pemerintah [38]. Meskipun demikian, kebijakan afirmatif masih diperlukan agar penggunaannya dalam masyarakat bisa lebih diperluas. Di bidang farmasi, untuk mewujudkan kemandirian bahan baku obat, Fakultas Farmasi UGM bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian RI dan PT Kimia Farma melakukan penelitian dan produksi p-aminofenol (PAF), dan parasetamol dengan metode enzimatik. Kemandirian

Di bidang farmasi, untuk mewujudkan kemandirian bahan baku obat, Fakultas Farmasi UGM bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian RI dan PT Kimia Farma melakukan penelitian dan produksi p-aminofenol (PAF), dan parasetamol dengan metode enzimatik.

Sejalan dengan pemikiran tersebut, dalam aspek kesehatan, kemampuan menyediakan alkes, obat-obatan, dan vaksin secara mandiri merupakan tuntutan yang mendesak bagi Indonesia. Importasi alkes dan obat-obatan tidak boleh melenakan dan melemahkan kemampuan yang dimiliki anak-anak bangsa dalam mengembangkan inovasi di bidang tersebut.

(20)

dalam penyediaan vaksin dari dalam negeri akan segera terwujud ketika vaksin merah putih bisa diproduksi massal dan disuntikan kepada warga pada tahun 2022. Jika upaya-upaya seperti itu terus diperkuat, maka kemandirian dan kedaulatan di bidang kesehatan akan semakin menemukan jalan yang lapang.

Hadirin yang terhormat,

D a l a m b i d a n g e k o n o m i , d e n g a n memperhatikan gejala kerentanan pada masa pandemi, kebijakan untuk menciptakan lapangan kerja yang makin banyak dan sekaligus layak, dan iklim mendirikan usaha dan berusaha menjadi agenda yang mendesak. Peningkatan angkatan kerja setiap tahun membutuhkan ketersediaan lapangan kerja yang memadai. Jika hal itu gagal dipenuhi, maka tidak hanya pengangguran, tetapi juga permasalahan sosial lain di kalangan muda akan muncul, dari konsumsi narkoba hingga keterlibatan dalam ekstremisme dengan kekerasan (violent extremism). Lebih dari itu, meningkatnya jumlah kelas menengah di Indonesia dan makin menguatnya ekonomi digital perlu diikuti dengan perubahan strategi penciptaan lapangan kerja yang mengarah pada peningkatan keterampilan berbasis digital.

Maka dari itu, pemerintah menghadapi tantangan besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang bergeser dari pekerjaan tidak terampil dengan upah yang murah ke pekerjaan terampil dengan upah yang layak.

Peningkatan angkatan kerja setiap tahun

membutuhkan ketersediaan lapangan kerja yang memadai. Jika hal itu gagal dipenuhi, maka tidak hanya pengangguran, tetapi juga permasalahan sosial lain di kalangan muda akan muncul, dari konsumsi narkoba hingga keterlibatan dalam ekstremisme dengan kekerasan (violent extremism).

(21)

Kebijakan-kebijakan afirmatif untuk memperkuat UMKM, baik yang formal maupun yang informal, telah ditunjukkan pada masa pandemi dan semestinya dilanjutkan di masa datang. UMKM telah menjadi tumpuan dan sumber penghidupan bagi mayoritas penduduk Indonesia, meskipun kontribusinya pada pendapatan nasional tidak sebesar usaha skala besar. Penguatan dan pendampingan terhadap pelaku UMKM merupakan salah satu kunci untuk menggerakkan roda perekonomian dan sekaligus menyediakan lapangan pekerjaan bagi jutaan warga. Dalam kaitan ini, perguruan tinggi bisa mengambil peran strategis melalui pendampingan pengembangan usaha, pemasaran berbasis digital, dan fasilitasi penyediaan outlet penjualan, dan bentuk-bentuk penguatan usaha lainnya.

Di sektor pangan, upaya memperkuat ketahanan pangan (food security) perlu ditransformasi ke kedaulatan pangan. Fokus utama ketahanan pangan biasanya mengarah kepada ketersediaan dan keterjangkauan pangan, yang kemudian dipenuhi melalui importasi pangan. Pandemi telah mengajarkan bahwa praktik seperti ini bisa dikurangi dengan meningkatkan produksi pangan dari dalam negeri.

Indonesia adalah negara agraris dengan sumber daya hayati yang melimpah, dan mestinya menjadi basis kedaulatan pangan. Dalam kaitan inilah berbagai bentuk prakarsa untuk meningkatkan kedaulatan pangan baik yang dilakukan oleh perguruan tinggi, organisasi petani, dan bahkan petani itu sendiri harus dihargai, diakui, dan dikembangkan lebih

Di sektor pangan, upaya memperkuat ketahanan pangan (food security) perlu ditransformasi ke kedaulatan pangan.

Fokus utama ketahanan pangan biasanya mengarah kepada ketersediaan dan keterjangkauan pangan, yang kemudian dipenuhi melalui importasi pangan. Pandemi telah mengajarkan bahwa praktik seperti ini bisa dikurangi dengan meningkatkan produksi pangan dari dalam negeri.

(22)

lanjut. Pendirian Bank Genetika Sayuran oleh Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM adalah salah contoh pelestarian sumber daya genetik tanaman pangan dan sayuran tropika di Indonesia, yang bisa dijadikan fondasi dari kedaulatan pangan. Prakarsa serupa oleh para pelaku pemulia tanaman, baik dari lembaga di dalam maupun di luar perguruan tinggi akan memberikan jalan yang terbuka menuju kedaulatan pangan.

Hadirin yang kami muliakan,

Kerentanan sosial-psikologis yang tampak dari meningkatnya gangguan kesehatan mental dan menurunnya kualitas pendidikan bisa berimplikasi pada merosotnya kualitas SDM Indonesia. SDM yang unggul berarti sehat secara fisik, sosial, dan jiwa. Tidak satu pun negara maju tanpa didukung oleh SDM yang unggul. Maka dari itu, ketahanan di bidang kesehatan mental dan pendidikan adalah keniscayaan.

Penguatan kesehatan mental masyarakat perlu terus dilakukan melalui sejumlah prakarsa kelembagaan. Pengembangan sistem pelayanan kesehatan mental merupakan fondasi awal untuk mengantisipasi munculnya masalah kesehatan mental dan dampak psikososial di masyarakat, tidak hanya pada masa pandemi, tetapi juga masa pascapandemi. Selain itu, integrasi kesehatan mental ke dalam sistem pelayanan kesehatan perlu lebih ditingkatkan. Sebagai contoh adalah penguatan pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas dan di unit-

SDM yang unggul berarti sehat secara fisik, sosial, dan jiwa. Tidak satu pun negara maju tanpa didukung oleh SDM yang unggul. Maka dari itu, ketahanan di bidang kesehatan mental dan pendidikan adalah keniscayaan.

Integrasi kesehatan mental ke dalam sistem pelayanan kesehatan perlu lebih ditingkatkan. Sebagai contoh adalah penguatan pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas dan di unit-unit kerja yang rentan dengan kemunculan gangguan kesehatan mental dengan cara menempatkan psikolog klinis.

(23)

unit kerja yang rentan dengan kemunculan gangguan kesehatan mental dengan cara menempatkan psikolog klinis.

Literasi tentang kesehatan mental merupakan kebutuhan yang makin mendesak. Banyak warga masyarakat, bahkan dari sivitas akademika masih sedikit yang memiliki kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental. Dalam kaitan ini, edukasi dan promosi kesehatan mental perlu dikembangkan melalui berbagai kanal online dan media sosial.

Pelatihan “psychological first aids” untuk sivitas akademika semakin relevan dilakukan, yang diikuti oleh layanan call centre terutama untuk melakukan deteksi dini kesehatan mental mahasiswa dan sivitas akademika lainnya [39].

Di tingkat masyarakat, program penguatan kesehatan mental perlu dikembangkan di dua lembaga sosial utama, yakni keluarga dan sekolah.

Keluarga memiliki peran penting untuk kesejahteraan psikologis anggotanya. Keluarga yang tangguh akan mampu menghadapi stres dan krisis dalam kehidupan.

Hal yang sama dilakukan di sekolah melalui Program Sekolah Sejahtera. Program ini penting untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang sejahtera secara fisik dan jiwa dengan melibatkan seluruh warga sekolah untuk saling memberi dukungan dan apresiasi positif satu sama lain [40].

Program-program tersebut diharapkan mampu mencegah gangguan mental dan mengantarkan para warga pada kondisi sehat jiwa, yakni mengenali potensi diri, mampu mengatasi stres sehari-hari,

Literasi tentang kesehatan mental merupakan kebutuhan yang makin mendesak. Banyak warga masyarakat, bahkan dari sivitas akademika masih sedikit yang memiliki kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental.

(24)

produktif, dan bermanfaat untuk orang lain. Orang yang sehat jiwa berarti memiliki kemandirian dalam mengendalikan diri, mampu mengelola tekanan dari berbagai sumber termasuk infodemik, dan mampu menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk berkarya dalam kehidupan publik. Maka dari itu, peningkatan kesehatan mental menjadi salah satu faktor penting dalam upaya pemulihan dan bangkit kembali dari tekanan pandemi, dan sekaligus mengembangkan SDM unggul untuk mendukung transformasi Indonesia ke depan.

Gejala learning loss dan kualitas pendidikan yang menurun harus segera diatasi dengan penguatan ketahanan di sektor ini. Masalah-masalah yang muncul dalam pelaksaan PJJ mengkonfirmasi sejumlah kebutuhan untuk langkah-langkah strategis di bidang pendidikan. Peningkatan ketersediaan infrastruktur pendidikan dasar dan menengah perlu diimbangi dengan pemerataannya sehingga menjangkau daerah-daerah perdesaan di luar pulau Jawa & Bali dan daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Selanjutnya, pengembangan teknologi pembelajaran daring penting untuk memudahkan para guru dan siswa dalam menjalani kegiatan belajar mengajar (KBM). Inovasi-inovasi dalam teknologi pembelajaran yang telah dikembangkan oleh perguruan tinggi, seperti Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) UGM, perlu didiseminasikan secara luas agar bisa dijangkau dan diadopsi oleh guru, siswa, dan para pemangku kepentingan di

Di tingkat masyarakat, program penguatan kesehatan mental perlu dikembangkan di dua lembaga sosial utama, yakni keluarga dan sekolah. Keluarga memiliki peran penting untuk kesejahteraan psikologis anggotanya. Keluarga yang tangguh akan mampu menghadapi stres dan krisis dalam kehidupan.

Peningkatan ketersediaan infrastruktur pendidikan dasar dan menengah perlu diimbangi dengan pemerataannya sehingga menjangkau daerah-daerah perdesaan di luar pulau Jawa & Bali dan daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

(25)

bidang pendidikan. Selain itu, literasi digital perlu digalakkan melalui berbagai saluran dan wahana sehingga mampu memfasilitasi guru dan siswa dalam memperoleh sumber-sumber belajar yang bermutu dan menyaring informasi yang terpercaya di tengah infodemik yang berlangsung pada era digital saat ini.

Dari praktik PJJ pada tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi, KBM bauran, antara daring dengan luring, diproyeksikan akan menjadi model pembelajaran pascapandemi. Model ini juga memperoleh relevansinya seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang telah diadopsi dalam penyelenggaraan pembelajaran dari pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Kebutuhan PJJ pada masa pandemi telah mendorong penciptaan berbagai inovasi platform pembelajaran daring, baik yang bersifat sinkronus maupun asinkronus. Kombinasi antara teknologi pembelajaran daring yang semakin maju dengan pembelajaran luring yang telah berjalan selama ini akan menghasilkan model-model KBM yang efektif di masa depan.

Hadirin yang kami hormati,

Sampai di sini, tampak bahwa meningkatkan ketahanan (resilience) lebih dari sekadar kemampuan untuk menyerap, mengakomodasi, beradaptasi, dan memulihkan diri dari berbagai guncangan dan tekanan, tetapi juga kemampuan untuk mengubah diri atau bertransformasi menuju ke arah perubahan yang lebih baik [41]. Indonesia memang tampak kurang

Dari praktik PJJ pada tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi, KBM bauran, antara daring dengan luring, diproyeksikan akan menjadi model pembelajaran pascapandemi. Model ini juga memperoleh relevansinya seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang telah diadopsi dalam penyelenggaraan pembelajaran dari pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

(26)

siap dan sigap pada awal masa pandemi, tetapi seiring perjalanan waktu Indonesia mampu melakukan berbagai langkah akomodasi dan adaptasi untuk pemulihan dari pandemi [42]. Hal itu tercermin dari kebijakan dan program di sektor kesehatan, ekonomi, dan perlindungan sosial; tiga sektor yang berkaitan langsung dengan penanganan pandemi. Penurunan penularan Covid-19 secara signifikan yang terjadi sejak bulan September 2021 [43] merupakan hasil dari berbagai kebijakan dan program kesehatan, seperti pelaksanaan tes, pelacakan dan tindak lanjut (testing, tracing, treatment), pemberlakuan protokol kesehatan di semua urusan yang berkaitan dengan interaksi banyak orang, pelaksanaan vaksinasi secara nasional, dan program-program kesehatan lainnya. Tanda-tanda pemulihan ekonomi juga merupakan hasil dari implementasi kebijakan PPKM secara berjenjang dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan antara pengetatan mobilitas dan pelonggaran aktivitas sosial ekonomi. Berbagai skema bantuan sosial yang diterapkan dan ditujukan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang rentan telah menjadi jaring pengaman sosial yang kuat di masa pandemi.

Namun lebih dari itu, Indonesia harus bertransformasi menjadi negara yang lebih mandiri dan berdaulat. Semua kelemahan dan ketidaksiapan dalam menghadapi pandemi bersumber dari ketidakmandirian dan ketergantungan Indonesia dari negara-negara lain dalam hampir semua sektor kehidupan. Maka dari itu, semua bentuk tekanan dan

Tanda-tanda pemulihan ekonomi juga merupakan hasil dari implementasi kebijakan PPKM secara berjenjang dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan antara pengetatan mobilitas dan pelonggaran aktivitas sosial ekonomi.

Sampai di sini, tampak bahwa meningkatkan ketahanan (resilience) lebih dari sekadar kemampuan untuk menyerap, mengakomodasi, beradaptasi, dan memulihkan diri dari berbagai guncangan dan tekanan, tetapi juga kemampuan untuk mengubah diri atau bertransformasi menuju ke arah perubahan yang lebih baik [41].

(27)

guncangan akibat pandemi adalah momentum bagi Indonesia untuk tidak hanya bertahan, memulihkan diri, dan mengatasi, tetapi juga untuk bangkit kembali lebih kuat menjadi negara yang mandiri dan berdaulat. Menjadi negara mandiri berarti mampu mengembangkan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk kepentingan dan kebutuhan bersama, tanpa harus bergantung pada sumber daya dari pihak luar. Menjadi negara berdaulat berarti mampu merumuskan dan melakukan transformasi pada berbagai sektor kehidupan tanpa didikte oleh pihak- pihak tertentu yang memburu kepentingannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan bersama/

rakyat. Kebangkitan kembali tersebut akan benar- benar terwujud, manakala kemudian ada serangkaian langkah-langkah transformatif pada hampir semua sektor yang terwadahi dalam bentuk kebijakan nasional untuk menuju kepada kemandirian dan kedaulatan.

UGM telah menunjukkan kemampuan untuk mengakomodasi dan beradaptasi terhadap situasi pandemi. Sesuai dengan kebijakan nasional dalam penanganan pandemi, UGM menerapkan protokol kesehatan di kantor dan pelayanan publik, pembatasan sosial melalui kombinasi work from home (WfH) dan work from office (WfO), pelaksanaan KBM daring dan bauran, dan bentuk- bentuk adaptasi kegiatan di kampus lainnya. UGM juga berkontribusi melalui karya-karya inovatif dan prakarsa-prakarsa kelembagaan untuk mitigasi dan menangani pandemi. Lebih dari itu, UGM dapat

UGM telah menunjukkan kemampuan untuk mengakomodasi dan beradaptasi terhadap situasi pandemi. Sesuai dengan kebijakan nasional dalam penanganan pandemi, UGM menerapkan protokol kesehatan di kantor dan pelayanan publik, pembatasan sosial melalui kombinasi work from home (WfH) dan work from office (WfO), pelaksanaan KBM daring dan bauran, dan bentuk- bentuk adaptasi kegiatan di

kampus lainnya.

Menjadi negara mandiri berarti mampu mengembangkan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk kepentingan dan kebutuhan bersama, tanpa harus bergantung pada sumber daya dari pihak luar.

(28)

merumuskan bentuk-bentuk penataan diri dan langkah-langkah transformatif secara kelembagaan untuk menyongsong perubahan-perubahan yang cepat dan disruptif di masa depan, dan sekaligus berkontribusi dalam mendukung kebangkitan kembali menuju negara yang mandiri dan berdaulat.

Hadirin yang kami banggakan,

Pandemi belum berakhir. Kerentanan masih membayangi kehidupan kelompok-kelompok rentan.

Komitmen dan keberpihakan untuk mengatasinya telah ditunjukkan oleh berbagai pihak dari pemerintah, organisasi kemasyarakatan, perguruan tinggi, pelaku usaha, hingga individu-individu. Optimisme untuk hidup berdampingan dengan Covid-19 tumbuh seiring dengan menurunnya penularan, mulai pulihnya kondisi ekonomi, dan penerapan protokol kesehatan dalam berbagai pelayanan publik dan interaksi antarwarga masyarakat. Ketahanan dalam bentuk kemampuan mengakomodasi dan beradaptasi terhadap berbagai tuntutan perubahan tampak semakin mapan. Namun, pada titik ini, daya tahan dan daya lenting dalam bentuk kapasitas transformatif masih harus didorong dan diperkuat.

Pada level negara, komitmen untuk mempercepat transformasi ke ekonomi digital, ekonomi hijau, energi baru terbarukan, dan ke bidang-bidang lain yang menjadi tuntutan tren ke depan terus disampaikan oleh presiden dan jajaran pemerintah.

Pada momentum refleksi dua tahun perjalanan pandemi dan Dies Natalis ke-72 UGM, tepat

Pada momentum refleksi dua tahun perjalanan pandemi dan Dies Natalis ke-72 UGM, tepat kiranya, jika kita menambahkan transformasi ke arah Indonesia yang mandiri dan berdaulat dalam berbagai bidang kehidupan.

UGM dengan semua sumber daya yang dimiliki kiranya akan menjadi kampus di garis depan dalam memperjuangkan Indonesia yang maju dan sejahtera dengan berlandaskan nilai- nilai kemandirian dan kedaulatan.

(29)

kiranya, jika kita menambahkan transformasi ke arah Indonesia yang mandiri dan berdaulat dalam berbagai bidang kehidupan. UGM dengan semua sumber daya yang dimiliki kiranya akan menjadi kampus di garis depan dalam memperjuangkan Indonesia yang maju dan sejahtera dengan berlandaskan nilai-nilai kemandirian dan kedaulatan. Semoga!

(30)

REFERENSI

[1] Hakim, L., F. A. Djalong, & M. Mas’oed (editor). 2021. Pandemi, Konflik dan Tranformasi: Tantangan Demokrasi dan Inklusi Sosial. Yogyakarta:

UGM Press.

[2] Rachman, N. F., & I. Nelwan. 2021. Mamahami Krisis dan Kemelut Pandemi Covid-19. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

[3] Rijanta, R., & M. Baequni. 2021. Rembug Pageblug: Dampak, Respons, dan Konsekuensi Pandemi Covid-19 dalam Dinamika Wilayah. Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM.

[4] Winanti, P. S., & W. Mas’udi. 2020. Tata Kelola Penanganan Covid-19 di Indonesia: Kajian Awal. Yogyakarta: UGM Press.

[5] The Lancet. 2020. “Redefining Vulnerability in the Era of Covid-19 (Editorial)”. The Lancet, Vol. 395, No. 10230. https://doi.org/10.1016/

S0140-6736(20)30757-1.

[6] Chambers, R. 2006. “Vulnerability, Coping and Policy (Editorial Introduction)”. IDS Bulletin, 37:33–40. https://doi.

org/10.1111/J.1759-5436.2006.TB00284.X.

[7] Watts, M. J., & H. G. Bohle. 1993. “The Space of Vulnerability: the Causal Structure of Hunger and Famine”. Progress in Human Geography, 17:43–67. https://doi.org/10.1177/030913259301700103.

[8] Pinandhita, V. 2021. “Kematian COVID-19 Anak RI Tertinggi Sedunia, IDAI Ungkap Penyebabnya”. Detikhealth, https://health.detik.com/

berita-detikhealth/d-5631839/kematian-covid-19-anak-ri-tertinggi- sedunia-idai-ungkap-penyebabnya. Diakses 30 November 2021.

[9] Sampurno. 2020. “Korona dan Industri Farmasi”. Kompas.id, https://

www.kompas.id/baca/opini/2020/03/28/korona-dan-industri-farmasi.

Diakses 30 November 2021.

(31)

[10] Kemenkes RI. 2021. “Vaksinasi Covid-19 Nasional”. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines.

Diakses 30 November 2021.

[11] UNICEF, UNDP, Prospera, SMERU Research Institute. 2021. “Analysis of the Social and Economic Impacts of COVID-19 on Households and Strategic Policy Recommendations for Indonesia”. Jakarta.

[12] Widi, H., & D. W. Nugraha. 2021. “Menambal Kantong Bolong Kelas Bawah”. Kompas.id, https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2021/11/18/

menambal-kantong-bolong-kelas-bawah. Diakses 30 November 2021.

[13] Wirawan, F. A., Zulfiyandi, N. Pratiwi, R. Yolanda, M. Zaini, & D.

Andrian. 2021. Ketenagakerjaan dalam Data Jilid 3. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan.

[14] Izzati, R. A. 2021. Situasi Kemiskinan Selama Pandemi. Jakarta: Smeru Research Institute, https://smeru.or.id/id/content/situasi-kemiskinan- selama-pandemi. Diakses 30 November 2021.

[15] Arif, S., W. Isdijoso, A. R. Fatah, & A. R. Tamyis. 2020. Tinjauan Strategis Ketahanan Pangan dan Gizi di Indonesia: Informasi Terkini 2019-2020. Jakarta: Smeru Research Institute.

[16] Economist Intelligence Unit. 2020. “Global Food Security Index (GFSI)”.

Economist Impact: 1–42.

[17] BPS RI. 2021. “Ekspor-Impor”. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, https://www.bps.go.id/subject/8/Ekspor-Impor.

html#subjekViewTab3%7Caccordion-daftar-subjek2. Diakses 30 November 2021.

[18] UN Comtrade. 2021. “UN Comtrade Database”, https://comtrade.un.org/

data/. Diakses 30 November 2021.

[19] Setiyawati, D. & U. Read. 2021. “The Impact of Covid-19 on People With Psychosocial Disabilities in Indonesia”.

(32)

[20] Taylor, S. 2019. The Psychology of Pandemics: Preparing for the Next Global Outbreak of Infectious Disease. Newcastle Upon Tyne:

Cambridge Scholars Publishing.

[21] Rizkinaswara, L. 2021. “Kominfo Temukan 1.819 Isu Hoaks Seputar Covid-19”. Ditjen Aptika Kominfo, https://aptika.kominfo.

go.id/2021/08/kominfo-temukan-1-819-isu-hoaks-seputar-covid-19/.

Diakses 30 November 2021.

[22] Dharmastuti, A., F. Apriliyanti, & F. Wahyuni. 2021. “Exploring the Impact of Covid-19 Hoax on the Mental Health of Millennial Moms”.

KnE Social Sciences, 408–429. https://doi.org/10.18502/kss.v4i15.8230.

[23] Sidik, F. M. 2021. “11.045 Anak Ditinggal Ortu Meninggal Gegara Covid, Begini Langkah Kemensos”. Detiknews, https://news.detik.com/

berita/d-5674141/11045-anak-ditinggal-ortu-meninggal-gegara-covid- begini-langkah-kemensos. Diakses 30 November 2021.

[24] Litha, Y. 2021. “Pemerintah Mulai Data Anak yang Kehilangan Orang Tua Akibat COVID-19”, https://www.voaindonesia.com/a/pemerintah- mulai-data-anak-yang-kehilangan-orang-tua-akibat-covid-19-/6003152.

html. Diakses 30 November 2021.

[25] Wijaya, C. 2021. “Covid-19: Stres, Mudah Marah, Hingga Dugaan Bunuh Diri, Persoalan Mental Murid Selama Sekolah dari Rumah”. BBC News Indonesia.

[26] KemenPPPA RI. 2020. “Survei “Menilai Dampak Covid-19”: Perempuan Memikul Beban Lebih Berat Dibandingkan Laki-Laki”, https://www.

kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2921/survei-menilai-dampak- covid-19-perempuan-memikul-beban-lebih-berat-dibandingkan-laki- laki. Diakses 30 November 2021.

[27] Son, C., S. Hegde, A. Smith, X. Wang, & F. Sasangohar. 2020. “Effects of COVID-19 on College Students’ Mental Health in The United States:

(33)

Interview Survey Study”. Journal of Medical Internet Research, Vol. 22, No. 9. https://doi.org/10.2196/21279.

[28] Fauziyyah, R., R. C. Awinda, & B. Besral. 2021. “Dampak Pembelajaran Jarak Jauh terhadap Tingkat Stres dan Kecemasan Mahasiswa Selama Pandemi Covid-19”. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika Kesehatan, Vol. 1, No. 2. https://doi.org/10.51181/bikfokes.v1i2.4656.

[29] Afkar, R. & N. B. Yarrow. 2021. “Rewrite the Future : How Indonesia’S Education System Can Overcome The Losses from The COVID-19 Pandemic and Raise Learning Outcomes for All”. The World Bank.

Washington DC.

[30] Ihsan, D. 2021. “Nadiem Makarim: 3 Dampak Negatif Akibat PJJ Berkepanjangan”. Kompas.com, https://www.kompas.com/edu/

read/2021/09/22/112829071/nadiem-makarim-3-dampak-negatif-akibat- pjj-berkepanjangan?page=all. Diakses 30 November 2021.

[31] United Nations. 2020. “Global Solidarity to Fight the Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)”. https://undocs.org/pdf?symbol=en/A/

RES/74/270

[32] Prasetyantoko, A. 2021. “Kebijakan Fiskal Progresif”. Kompas.id, https://

www.kompas.id/baca/ekonomi/2021/08/31/kebijakan-fiskal-progresif.

Diakses 30 November 2021.

[33] Cherif, R., & F. Hasanov. 2019. “The Return of the Policy That Shall Not Be Named: Principles of Industrial Policy”. IMF Working Papers, Vol. 2019, Issue. 074. https://doi.org/10.5089/9781498305402.001.

[34] Stiglitz, J. E. 2017. “Industrial Policy, Learning and Development.”

In Page, J., & F. Tarp, (editor). The Practice of Industrial Policy:

Government-Business Coordination in Africa and East Asia. Oxford:

Oxford University Press, hal. 23–39.

(34)

[35] Chang, H. J., & A. Andreoni. 2020. “Industrial Policy in the 21st Century”. Development and Change, Vol. 51, Issue. 2. https://doi.

org/10.1111/dech.12570.

[36] Mazzucato, M. 2018. The Entrepreneurial State: Debunking Public vs.

Private Sector Myths. London: Penguin.

[37] Rodrik, D. 2004. “Industrial Policy for the Twenty-First Century”, https://drodrik.scholar.harvard.edu/publications/

industrial-policy-twenty-first-century

[38] Triyana, K. 2021. “Sharing Pengalaman Hilirisasi Produk Inovasi Perguruan Tinggi: Tantangan dan Peluang”. Materi Professor Summit III - ITS Surabaya.

[39] CPMH Fakultas Psikologi UGM. 2020. “Pertolongan Pertama Psikologis:

Langkah untuk Membantu Meredam Luka Batin Seseorang”. Central for Public Mental Health Universitas Gadjah Mada, https://cpmh.psikologi.

ugm.ac.id/2020/10/12/pertolongan-pertama-psikologis-langkah-untuk- membantu-meredam-luka-batin-seseorang/. Diakses 30 November 2021.

[40] CPMH Fakultas Psikologi UGM. 2021. “Artikel Terkait Sekolah Sejahtera”. https://cpmh.psikologi.ugm.ac.id/?s=sekolah+sejahtera.

Diakses 30 November 2021.

[41] Béné, C., R. G. Wood, A. Newsham, & M. Davies. 2013. “Resilience:

New Utopia or New Tyranny? Reflection about the Potentials and Limits of the Concept of Resilience in Relation to Vulnerability Reduction Programmes”. IDS Working Papers, Vol. 2012, No. 405. https://doi.

org/10.1111/j.2040-0209.2012.00405.x.

[42] Li, G. 2021. “Nikkei Covid-19 Recovery Index”. Nikkei Asia. https://

asia.nikkei.com/Spotlight/Coronavirus/COVID-19-Recovery-Index/

Nikkei-COVID-19-Recovery-Index. Diakses 30 November 2021.

[43] Satgas Penanganan Covid-19. 2021. “Peta Sebaran Covid-19”. Covid19.

go.id. https://covid19.go.id/peta-sebaran. Diakses 30 November 2021.

(35)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan terdapat perubahan pada saat terjadi pandemi Covid-19, sektor yang masih dapat bertahan dan memiliki pertumbuhan yang cepat pada saat pandemi antara lain yaitu

Ada beberapa Regulasi yang menjadi Acuan dan Yang dikeluarkan Oleh Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh atau Belajar Dari

Pandemi covid-19 sangat berdampak pada kehidupan manusia dan dalam sektor khususnya sektor pendidikan. Untuk menindaklanjuti serta sosialisasi tentang pendidikan di tengah

Berdasarkan hasil analisis hasil penelitian tentang Implementasi Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di SMAN 6 Kota Bandung pada Masa Pandemi Covid 19, dapat

Meningkatnya pengguna internet di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Meskipun kebanyakan siswa belum

Menuju Tatanan Baru Era Pandemi COVID 19. Budaya Media Sosial, Edukasi Masyarakat dan Pandemi COVID-19. Virus Corona: Hal-hal apa yang perlu

Tempat diberlangsungkannya penelitian ini berada di Perumahan Bumi Anugrah Sejahtera (BAS) Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Dengan pertimbangan bahwa

Penggunaan media sosial Arsip UGM masa pandemi covid-19 ini memiliki peluang antara lain: sosialisasi layanan kearsipan masa pandemi covid-19; kerjasama antara akun