• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI MATA PELAJARAN IPA KELAS III SDN 19 KUBU ARTIKEL PENELITIAN OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI MATA PELAJARAN IPA KELAS III SDN 19 KUBU ARTIKEL PENELITIAN OLEH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI MATA PELAJARAN IPA

KELAS III SDN 19 KUBU

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH

KASMAWATI NIM. F34209470

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK 2012

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MATA PELAJARAN IPA

GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN IPA

DI KELAS III SDN 19 KUBU

ARTIKEL PENELITIAN

KASMAWATI NIM. F34209470

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Endang Uliyanti, M. Pd Drs. H. Sri Buwono, M. Si NIP. 19540805 197903 2 002 NIP.19600806 198703 1 033

Mengetahui,

Dekan Ketua Jurusan Pendidikan Dasar

Dr. Aswandi Drs. H. Maridjo Abdul Hasjmy, M. Si

Nip. 19580513 198603 1 002 Nip. 19471204 196701 2 001

(3)

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI MATA PELAJARAN IPA

KELAS III SDN 19 KUBU

Kasmawati, Endang Uliyanti dan Sri Buwono PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak

Abstract: The Research About the Increase Learn Activities With Used Demonstration Method in the Thirt Student in Grade of Elementary School 19 in Kubu. This Research to Describe the Increase Learn Activities Used Demonstration Method in the Thirt Student in Grade of Elementary School 19 in Kubu. This Research Used a Description Method. The Research is Classroom Action Research Type. Output of First Observed Learn Activities is 13,64%, Then in the First Cycle Percentage of Physical Activities Students is 75%, and in the Second Cycle is 88,64%. Output of Menthal Activities in First Cycle Percentage is 50% and in Second Cycle is 62.5%. Output of Emotional Activities in First Cycle is 61.63% and in Second Cycle is 81.82%. It Means Output of Research Indicate of with used Demonstration Method can Increase Learn Activities Students Include.

Abstrak: Penelitian tentang peningkatan aktivitas belajar siswa menggunakan metode demontrasi pada mata pelajaran IPA di kelas III SDN 19 Kubu bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode demonstrasi di SDN 19 Kubu. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif.

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Hasil pengamatan awal terhadap aktivitas belajar siswa yaitu 13.64%, pada siklus I rata-rata prosentase aktivitas fisik yaitu 75% dan siklus II yaitu 88.64%. Hasil Pengamatan aktivitas mental pada siklus I yaitu 50% dan siklus II meningkat menjadi 62.5%. hasil pengamatan aktivitas emosional siklus I yaitu 61.63% dan pada siklus II meningkat menjadi 81.82%

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang meliputi aktivitas fisik, mental, dan emosional.

Kata kunci: Aktivitas Belajar, Metode Demonstrasi, IPA SD.

Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran diharapkan selalu muncul, karena aktivitas dapat melatih siswa menemukan sendiri jawaban atas ketidaktahuannya.

Pembelajaran yang berorientasi pada keaktifan siswa akan lebih mempermudah siswa

dalam memahami konsep, terutama pada mata pelajaran IPA. Hal ini sejalan dengan

pendapat Sardiman (2010:95) yang mengemukakan bahwa, ”Dalam kegiatan belajar,

subjek didik harus aktif berbuat dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat

diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas proses pembelajaran tidak mungkin

berlangsung dengan baik”.

(4)

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun siswa itu sendiri. Sehingga akan terciptanya suasana kelas yang segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, Siswa harus ikut berbuat sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari. Dengan demikian aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Namun, pada kenyataannya, siswa hanya menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada suatu pokok bahasan, baik yang sedang disampaikan guru maupun yang sedang dihadapi di meja belajar. Kegiatan ini hampir selalu dirasakan sebagai beban dari upaya aktif untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Mereka tidak menemukan kesadaran untuk mengerjakan seluruh tugas-tugas sekolah. Banyak diantara siswa yang menganggap, mengikuti pelajaran tidak lebih sekedar rutinitas untuk mengisi daftar absensi, mencari nilai, melewati jalan yang harus di tempuh selama berada dibangku sekolah dan tanpa diiringi kesadaran untuk menambah wawasan ataupun mengasah keterampilan. Peristiwa yang menonjol ialah siswa kurang berpartisipasi, kurang terlibat, dan tidak mempunyai inisiatif serta kontributif baik secara intelektual maupun secara emosional. Pertanyaan, gagasan ataupun pendapat dari siswa jarang sekali muncul, kalaupun ada pendapat yang muncul jarang diikuti oleh gagasan lain sebagai respon.

Kurangnya aktivitas belajar siswa selain disebabkan oleh ketidaktepatan metode juga disebabkan pada model pembelajaran secara verbal serta guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran. Guru dalam mengajar hanya mentransferkan apa-apa yang termuat dalam buku teks pelajaran kepada peserta didiknya, kemudian meminta siswa mengerjakan soal yang ada pada buku tersebut, padahal apa yang terdapat dalam buku teks itu baru merupakan satu dimensi produk, sedangkan dimensi lain yang juga teramat penting adalah dimensi proses, yaitu proses mendapatkan pengetahuan itu sendiri. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, tanpa pernah diselingi metode yang menantang siswa untuk berusaha, sehingga akan menimbulkan kebosanan dalam belajar IPA yang berakibat rendahnya aktivitas belajar IPA. Padahal dalam pembelajaran IPA keterlibatan siswa secara aktif ini merupakan bagian yang esensial dan persyaratan yang mutlak dari suatu proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaannya pembelajaran IPA lebih mengarahkan siswa pada pengalaman belajar dimana pengalaman diperoleh dengan adanya keaktifan dalam proses pembelajaran sehingga tidak ada proses belajar yang tidak disertai keaktifan pebelajar di dalamnya. Pada pengamatan awal dalam pembelajaran IPA secara konvensional, sebelum menggunakan metode demonstrasi diperoleh data dari siswa kelas III SDN 19 Kubu Kabupaten Kubu Raya yang berjumlah 22 orang rata-rata persentase aktivitas fisik hanya mencapai 13.64%, persentase aktivitas mental baru mencapai 17.05%, dan persentase aktivitas emosional hanya 29.55%.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat

penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman dalam Wawan Junaidi (2010)

mengatakan bahwa: “Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa

aktivitas belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik”. Aktivitas belajar

menurut Oemar Hamalik (2010:27), “Merupakan segala kegiatan yang dilakukan

(5)

dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar”.

Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Oemar Hamalik, (2010:10) menyatakan, “Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”.

Menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2010:101), menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu (1) Visual Activities, (2) Oral activities, (3) Listening activities, (4)Writing activities, (5) Drawing activities, (6) Motor activities, (7) Mental activities, (8) Emotional activities. Aktivitas juga dipengaruhi oleh factor dari dalam diri seseorang dan dari lingkungannya. Menurut Oemar Hamalik (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Faktor -Faktor Intern yaitu meliputi (1) faktor jasmaniah yang mencakup faktor kesehatan dan cacat, (2) faktor psikologis, (3) faktor kelelahan. Faktor-Faktor Ekstern yaitu meliputi (1) faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga, (2) faktor sekolah meliputi metode mengajar, relasi guru dengan siswa, dan alat pembelajaran.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar pada mata pelajaran IPA adalah metode demonstrasi. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1999:154) menyatakan bahwa, “Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik.”. Suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang diipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.

Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang harus dilakukan, misalnya proses mengatur sesuatu, proses mengerjakan dan menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Dengan menggunakan metode ini, siswa akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mempermudah siswa untuk memahami konsep pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang peningkatan aktivitas belajar siswa menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA di kelas III SDN 19 Kubu Kabupaten Kubu Raya.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan bahwa penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas fisik siswa kelas III SDN 19 Kubu kabupaten Kubu Raya, (2) Untuk mendeskripsikan bahwa penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas mental siswa kelas III SDN 19 Kubu kabupaten Kubu Raya, (3) Untuk mendeskripsikan bahwa penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas emosional siswa kelas III SDN 19 Kubu kabupaten Kubu Raya.

Metode demonstrasi dapat juga berfungsi untuk meningkatkan keberanian

siswa, kerjasama siswa dalam kelompok, dan melatih keterampilan berbicara dalam

mendemonstrasikan hasil kerja kelompoknya.

(6)

Menurut Suyatno, (2009:127), langkah-langkah pelaksanaan metode demonstrasi yaitu (1) Guru menyampaikan TPK, (2) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan, (3) Siapkan bahan atau alat yang diperlukan, (4) Menunjuk kelompok untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan, (5) Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan meganalisanya, (6) Tiap kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa untuk didemonstrasikan, (7) Guru membuat kesimpulan.

Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, (1992:3) menyatakan bahwa, “Ilmu Pengetahuan Alam adalah Pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya”. Selanjutnya, Muslichach Asy’ari (2006:7) mengatakan bahwa, “Sains adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol”. Sedangkan Abruscato dalam Muslichach Asy’ari (2006:7) mendefenisikan sains sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematis guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta”.

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006:484) Mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan yaitu (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,

keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,menjaga, dan melestaraikan lingkungan alam, (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006: 485) yaitu (1) Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, (2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, (3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana, (4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda- benda langit lainnya.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2008:72), menyatakan bahwa, “Metode

deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar ditujukan untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah

ataupun rekayasa manusia”. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik,

perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan

fenomena yang lainnya. Dengan demikian penelitian deskriptif adalah penelitian yang

memaparkan atau menggambarkan suatu fenomena-fenomena yang ada berdasarkan

dari hasil penelitian sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan atau kenyataan yang

ada.

(7)

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reseach ) yang dilakukan di SDN 19 Kubu Kabupaten Kubu Raya. Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010:9), “Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Reseach adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas”.

Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA dikelas III SDN 19 Kubu melalui tahapan-tahapan penelitian yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi dalam 2 siklus penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 19 Kubu Kabupaten Kubu Raya. Waktu pelaksanaannya yaitu pada semester I tahun pelajaran 2012/2013, tepatnya pada bulan September 2012. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas III SDN 19 Kubu kabupaten Kubu Raya yang berjumlah 22 orang, dengan siswa laki-laki berjumlah 13 orang dan siswa perempuan berjumlah 9 orang.

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka jenis data yang dikumpulkan yaitu data kemampuan guru melaksanakan pembelajaran dan data aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan metode demonstrasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik observasi langsung. Menurut Hadari Nawawi, (2005:100).mengatakan bahwa Teknik observasi langsung, yakni cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala- gejala yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa, keadaan, atau situasi sedang terjadi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka peneliti menggunakan teknik observasi langsung terhadap guru (peneliti) dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar observasi adalah pencatatan data yang dilakukan oleh peneliti terhadap jenis gejala yang akan diamati. Daftar itu harus disediakan sebelum observasi dilakukan. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode demonstrasi.

Menurut IGAK Wardhani (2007:54), analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai peneliti untuk merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar. Adapun data yang akan dianalisis, dapat dilihat dari lembar observasi berupa indikator kinerja yang telah diprosentasekan, dan penilaian-penilain oleh siswa berupa angket kepuasaan baik saat observasi awal sampai pelaksanaan metode demonstrasi.

Kemudian peneliti dan guru kolaborator bisa memutuskan untuk menghentikan atau melanjutkan pada siklus berikutnya, apakah penelitian sudah dikatakan berhasil atau belum mencapai tujuan dari penelitian yang dilakukan

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil rekapitulasi aktivitas belajar siswa pada siklus I dan II yaitu (1) Pada indikator aktivitas fisik tampak bahwa rata-rata prosentasenya pada siklus I yaitu 75%

dan pada siklus II meningkat menjadi 88.64%. aktivitas fisik pada siklus II mengalami

peningkatan sebesar 13.64%, (2) Pada indikator aktivitas mental tampak bahwa rata-

rata prosentasenya pada siklus I yaitu 50% dan pada siklus II meningkat menjadi

62.5%. aktivitas mental pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 12.5%, (3)

Pada indikator aktivitas emosional tampak bahwa rata-rata prosentasenya pada siklus

I yaitu 61.63% dan pada siklus II meningkat menjadi 81.82%. aktivitas mental pada

siklus II mengalami peningkatan sebesar 20.19%.

(8)

Grafik rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I dan siklus II

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

disimpulkan bahwa metode demonstrasi terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar pada mata pelajaran IPA. Selanjutnya dapat disimpulkan secara khusus yaitu (1) Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas fisik siswa. Hal i terbukti dari rata-rata prosentase siklus I yaitu 75% dan pada siklus II meningkat menjadi 88.64%, (2) Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas mental siswa. Hal ini terbukti dari rata

siklus II mengalami peningkatan sebesar 12.5% menjadi 62.5%, (3) Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas emosional siswa. Hal ini terbukti dari rata-rata prosentase siklus I yaitu 61.36% dan pada siklus II meningkat menjadi 81.82%.

SARAN

Terlepas dari keterbatasan pengetahuan peneliti dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang peneliti berikan yaitu (1) Dalam

khususnya mata pelajaran IPA, guru hendaknya menggunakan metode demonstrasi agar siswa terlibat dalam pembelajaran

lebih meningkatkan kompetensi, baik kompetensi peningkatan mutu pembelajaran maupun kompetensi dalam penyusunan strategi pembelajaran khususnya dalam pembelajaran IPA, (3) Dalam pembelajaran gur

mengatur waktu, agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Aktivitas fisik

Grafik rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I dan siklus II

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara umum dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar pada mata pelajaran IPA. Selanjutnya dapat disimpulkan secara khusus yaitu (1) Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas fisik siswa. Hal i

rata prosentase siklus I yaitu 75% dan pada siklus II meningkat menjadi 88.64%, (2) Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas mental siswa. Hal ini terbukti dari rata-rata prosentase siklus I yaitu 50% dan pada II mengalami peningkatan sebesar 12.5% menjadi 62.5%, (3) Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas emosional siswa. Hal ini terbukti rata prosentase siklus I yaitu 61.36% dan pada siklus II meningkat menjadi

epas dari keterbatasan pengetahuan peneliti dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang peneliti berikan yaitu (1) Dalam

khususnya mata pelajaran IPA, guru hendaknya menggunakan metode demonstrasi t dalam pembelajaran, (2) Guru mata pelajaran IPA hendaklah lebih meningkatkan kompetensi, baik kompetensi peningkatan mutu pembelajaran maupun kompetensi dalam penyusunan strategi pembelajaran khususnya dalam Dalam pembelajaran guru harus lebih profesional dalam mengatur waktu, agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien

aktivitas mental aktivitas emosional

Pengamatan Awal Siklus I

Siklus II

Grafik rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I dan siklus II

secara umum dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar pada mata pelajaran IPA. Selanjutnya dapat disimpulkan secara khusus yaitu (1) Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas fisik siswa. Hal ini rata prosentase siklus I yaitu 75% dan pada siklus II meningkat menjadi 88.64%, (2) Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas rata prosentase siklus I yaitu 50% dan pada II mengalami peningkatan sebesar 12.5% menjadi 62.5%, (3) Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas emosional siswa. Hal ini terbukti rata prosentase siklus I yaitu 61.36% dan pada siklus II meningkat menjadi

epas dari keterbatasan pengetahuan peneliti dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang peneliti berikan yaitu (1) Dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA, guru hendaknya menggunakan metode demonstrasi Guru mata pelajaran IPA hendaklah lebih meningkatkan kompetensi, baik kompetensi peningkatan mutu pembelajaran maupun kompetensi dalam penyusunan strategi pembelajaran khususnya dalam u harus lebih profesional dalam mengatur waktu, agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

Pengamatan Awal Siklus I

Siklus II

(9)

DAFTAR RUJUKAN

Hadari Nawawi. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

Depdiknas.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 2010. Pengertian Aktivitas Belajar Menurut Oemar Hamalik.

(Online). (http://id.shvoong.com/tags/pengertian-aktivitas-belajar-menurut-

oemar-hamalik/

diakses pada tanggal 10 Juli 2010).

Sardiman, A. M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta: Indeks.

Gambar

Grafik rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I dan siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Langkah yang diperlukan terkait penataan kapasitas kelembagaan adalah perbaikan manajemen kelembagaan diantaranya struktur kelembagaan, pola kepemimpinan, dan

Selama administrasi perpajakan tidak mengoreksi jumlah pajak terutang yang telah ditetapkan dan dibayar sendiri oleh wajib pajak (dalam SPT) dengan menerbitkan

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990 – 2015.. Penyediaan PMT pemulihan bagi balita gizi buruk dan Ibu hamil KEK

telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom.) pada

40 MUKADIMAH : Jurnal Pendidikan, Sejarah, dan Ilmu-ilmu Sosial, 2(2), 2018 Target yang ingin dicapai adalah kesepuluh aspek yang ada di dalam format memperoleh

3 - Duboka kultura (elementi kulture kojih ljudi nisu svjesni) - predstavlja obiteljske odnose, rodno-spolne uloge, neverbalnu komunikaciju, odnose između nadređenih i podređenih,

Akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan.

Cara untuk mengurangi biaya produksi dari pembuatan pellet ini adalah dengan mensubtitusikan sumber protein yang berasal dari tepung ikan dengan tepung kedelai yang