PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG THE SQUARE APARTEMEN DI WILAYAH ZONA GEMPA TINGGI MENGGUNAKAN SISTEM GANDA BERDASARKAN PERATURAN SNI
03-1726-2010
Nama mahasiswa : Herdiani Sinatrya
NRP : 3108 100 095
Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen pembimbing : Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEA
Tavio, ST, MT, Ph.D
ABSTRAK
Perancangan struktur gedung tahan gempa di Indonesia bukanlah hal yang bisa dipandang sebelah mata karena sebagian besar wilayahnya berada di wilayah gempa yang cukup tinggi.
Peristiwa gempa yang terjadi di Indonesia 10 tahun terakhir ini seperti gempa yang sempat menyita perhatian kita adalah gempa bumi di Jawa dengan 7,7 SR terjadi pada bulan Juli 2006 memakan korban 659 jiwa, gempa bumi Sumatera Barat 2009 dengan 7,6 SR sedikitnya 1.117 orang tewas, 1.214 luka berat, 1.688 luka ringan, korban hilang 1 orang. Dan gempa yang terjadi akhir-akhir ini, Oktober 2010, gempa berkekuatan 7,7 SR dengan titik pusat dekat pantai Selatan Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, memicu Tsunami lokal. Lebih dari 400 orang tewas dan 100 lainnya hilang. Ribuan rumah dan bangunan rusak. Peristiwa tersebut mendorong kita untuk mengkaji dan memperbaiki peraturan yang ada mengingat banyak gedung atau bangunan yang rusak akibat peristiwa gempa.
Peraturan yang sudah ada saat ini (SNI 03-1726-2002), mengenai bangunan tahan gempa, telah direvisi menjadi peraturan baru (SNI 03-1726-2010). Dengan berpedoman pada peraturan gempa dan beton terbaru, pendeteksian untuk wilayah gempa dapat lebih akurat.
Dalam tugas akhir ini penulis merancang sebuah bangunan bertingkat 10 dengan sistem ganda (dual system) dan berada di wilayah gempa tinggi (SNI 03-1726-2010). Gedung ini akan dirancang berdasarkan tata cara ACI 318 M-08 dan SNI 03-1726-2010. Perhitungan bangunan akan mengacu pada peta zonasi gempa terbaru.
Kata kunci :Sistem Ganda (Dual System), SNI 03-1726-2010, ACI 318 M-08
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Perancangan gedung di Indonesia selama ini menggunakan tata cara SNI 03- 1726-2002. Jadi, sebenarnya SNI 03-1726- 2002 perlu di update atau direvisi agar benar-benar sesuai dengan karakteristik wilayah di Indonesia saat ini. Sehingga muncullah standar perencanaan ketahanan gempa di Indonesia terbaru yaitu SNI 03- 1726-2010. Peraturan gempa yang lama hanya berdasarkan pendekatan probabilistic, sedangkan dengan adanya peraturan gempa terbaru, pendekatan yang dilakukan tidak hanya pendekatan probabilistic namun juga pendekatan deterministic. Selain itu pada peta yang baru telah mempertimbangkan epicenter-epicenter yang tidak terlihat.
Standar perencanaan ini yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam merancang modifikasi struktur tugas akhir ini.
Proyek pembangunan gedung The Square Apartement ini dibangun pada tahun 2010 berlokasi di Jalan Siwalan Kerto 146 – 148 Surabaya yang memiliki luas bangunan 2100 m2 adalah proyek milik PT. Petra Town Square, merupakan gedung berlantai 17 yang direncanakan oleh Trikarya Graha Utama Consultant. Perencanaan ulang diajukan karena struktur yang direncanakan sebelumnya pada zona gempa 2. Pada tugas akhir ini bangunan gedung Petra Square tersebut direncanakan ulang diletakkan pada zona gempa tinggi 6. Dengan memperhatikan kemungkinan pengurangan kapasitas ruang pelayanan di kemudian hari, maka diperlukan juga modifikasi bangunan yang semula 17 lantai menjadi 10 lantai.
Oleh sebab itu, dalam tugas akhir ini dilakukan perhitungan ulang perancangan struktur gedung tahan gempa berdasarkan tata cara SNI 03-1726-2010 dan ACI 318 M- 08. Perancangan modifikasi ini memberikan pengetahuan baru mengenai alternatif
perancangan struktur gedung tahan gempa berdasarkan peraturan gempa dan beton terbaru. Selain itu, hasil perhitungan ini juga akan menunjukkan sejauh mana tingkat keamanan struktur yang dirancang berdasarkan tata cara SNI 03-1726-2010.
1.2 Perumusan Masalah
Perencanaan struktur ini akan menyelesaikan permasalahan - permasalahan sebagai berikut :
Permasalahan utama :
Bagaimana merancang modifikasi struktur gedung di zona gempa tinggi menggunakan sistem ganda berdasarkan tata cara gempa (SNI 03-1726- 2010) dan tata cara beton struktural (ACI 318 M- 08)?
Detail permasalahan :
1. Bagaimana menentukan dimensi struktur utama, meliputi : kolom, balok, pelat dan dinding struktural?
2. Bagaimana menentukan dimensi struktur sekunder, meliputi : tangga, dan balok lift?
3. Beban apa saja yang bekerja pada struktur gedung tersebut?
4. Bagaimana cara menganalisa gaya-gaya dalam struktur gedung tersebut dengan program ETABS 9.0.7?
5. Bagaimana data hasil perhitungan perancangan struktur gedung di wilayah gempa tinggi dengan sistem ganda berdasarkan tata cara SNI 03- 1726-2010 dan ACI 318 M-08?
6. Bagaimana merencanakan pondasi yang menyalurkan beban gempa?
7. Bagaimana mengambar hasil perencanaan menjadi bentuk gambar kerja dengan program bantu Auto Cad 2008?
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
Tujuan utama :
Merancang modifikasi struktur gedung di zona gempa tinggi menggunakan sistem ganda berdasarkan tata cara gempa (SNI 03-1726-2010) dan tata cara beton struktural (ACI 318 M-08).
Detail tujuan :
1. Menentukan dimensi struktur utama, meliputi : kolom, balok, pelat dan dinding struktural.
2. Menentukan dimensi struktur sekunder, meliputi : tangga, dan balok lift.
3. Menentukan beban apa saja yang bekerja pada struktur gedung tersebut.
4. Mampu menganalisa gaya-gaya dalam struktur gedung tersebut dengan program ETABS 9.0.7.
5. Mampu mengolah data hasil perhitungan perancangan struktur gedung di wilayah gempa tinggi dengan sistem ganda berdasarkan tata cara SNI 03-1726-2010 dan ACI 318 M-08.
6. Mampu merencanakan pondasi yang menyalurkan beban gempa.
7. Mampu memvisualisasikan hasil perencanaan menjadi bentuk gambar kerja dengan program bantu Auto Cad 2008.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Pada perencanaan ini akan dilakukan dengan menggunakan peta gempa terbaru, dimana peta gempa terbaru ini memperkirakan magnitude yang lebih besar dibandingkan dengan peta gempa sebelumnya (Surahman, 2008).
Perancangan struktur gedung tahan gempa di negara Indonesia menjadi suatu hal yang sangat penting karena sebagian besar wilayah Indonesia berada di wilayah gempa yang cukup kuat.
Pemilihan sistem perancangan struktur pun perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi estetika bangunan serta keekonomisan material.
Sistem perancangan struktur yang akan dipakai dalam modifikasi ini adalah Sistem Ganda (Dual System). Sistem rangka gedung yang biasa dipakai hingga saat ini masih mengacu pada tata cara SNI 03-1726-2002. Dalam modifikasi struktur ini akan dijabarkan tentang perancangan struktur gedung tahan gempa dengan sistem rangka gedung berdasarkan tata cara SNI 03-1726-2010.
2.2 Peraturan Perancangan
Desain ini dilakukan sesuai dengan peraturan perancangan antara lain:
1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971
2. ACI 318 M-08 3. RSNI 03-1726-2010
4. Pedoman Perancangan Pembebanan Indonesia Untuk Rumah dan Gedung (PPIUG) 1987
5. SNI 1727-1989
2.3 Pembebanan
Pembebanan yang diperhitungkan dalam perancangan adalah
1. Beban Mati
Mencakup semua beban yang disebabkan oleh beban sendiri struktur yang bersifat tetap dan bagian lain yang tak terpisahkan dari gedung. Beban mati untuk gedung diatur dalam SNI 03-1727- 1989
2. Beban Hidup
Mencakup semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan gedung sesuai SNI 03-1727-2002 termasuk barang- barang dalam ruangan yang tidak permanen.
3. Beban Gempa
Dalam parameter Ss (percepatan batuan dasar pada perioda pendek) dan S1
(percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik) harus ditetapkan masing-masing dari respons spektral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam Peta Gerak Tanah Seismik dengan kemungkinan 2 persen terlampaui dalam 50 tahun (MCE, 2 persen dalam 50 tahun), dan dinyatakan dalam bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi.
Berdasarkan sifat-sifat tanah pada situs, maka situs harus diklasifikasi sebagai Kelas Situs SA, SB, SC, SD ,SE, atau SF yang mengikuti Pasal 5.3 RSNI 03- 1726- 2010.
Bila sifat-sifat tanah tidak teridentifikasi secara jelas sehingga tidak bisa ditentukan, kelas situs-nya, adalah kelas situs SE dapat digunakan kecuali jika Pemerintah/Dinas yang berwenang memiliki data geoteknik yang dapat menentukan kelas situs SF.
Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan perioda 1 detik.
Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik (Fv). Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek (SMS) dan perioda 1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus ditentukan dengan perumusan berikut ini:
SMS= Fa SS SM1 = Fv S1
di mana :
Ss= parameter respons spektral percepatan gempa MCERterpetakan untuk perioda pendek.
S1= parameter respons spektral percepatan gempa MCERterpetakan untuk perioda 1,0 detik.
dan koefisien situs Fadan Fv mengikuti Tabel 6.2-1 dan Tabel 6.2-2. Jika digunakan prosedur disain sesuai dengan Bab 8, maka nilai Fa
harus ditentukan sesuai Pasal 8.8.1 serta nilai Fv, SMS, dan SM1tidak perlu ditentukan.
Tabel 2.1 Koefisien Situs, Fa Kelas
Situs Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCERTerpetakan Pada Perioda
Pendek, T=0,2 detik, Ss
0,25 = 0,5 = 0,75 s= 1 ≥ 1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF SSb
Catatan :
(a) Untuk nilai-nilai antara Ss dapat dilakukan interpolasi linier
(b) SS= Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs- spesifik, lihat Pasal 6.9.1
Tabel 2.2 Koefisien Situs, Fv Kelas
Situs
Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCERTerpetakan Pada Perioda
1 detik, S1
1 0,1 = 0,2 = 0,3 = 0,4 ≥ 0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
SF SSb
Catatan :
(a) Untuk nilai-nilai antara S1 dapat dilakukan interpolasi linier
(b) SS= Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs- spesifik
Parameter percepatan spektral disain untuk perioda pendek, SDS dan pada perioda 1 detik, SD1, harus ditentukan melalui perumusan berikut ini :
SDS=2/3 SMS
SD1= 2/3 SM1
Bila spektrum respons disain diperlukan oleh standar ini dan prosedur gerak tanah dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons disain harus dikembangkan dengan mengacu Gambar 6.4-1 RSNI 03- 1726- 2010, dan mengikuti ketentuan di bawah ini 1. Untuk perioda yang lebih kecil dari T0 ,
spektrum respons percepatan disain, Sa, harus diambil dari persamaan:
0
6 , 0 4 ,
0 T
S T S
a DS2. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau sama
Mulai
Studi Literatur dan Pengumpulan Data
Pemilihan kriteria desain
Preliminari desain
Struktur Sekunder
Pembebanan
Output gaya dalam
Perhitungan struktur atas, terdiri dari 1. Balok
2. Kolom 3. HBK 4. Dinding geser
Analisa struktur dengan menggunakan ETABS
Perhitungan struktur bawah, terdiri dari 1. Pondasi
2. Sloof
Gambar Detail Hasil Perancangan
Selesai Syarat
Kontrol Tidak
Tidak
OK
dengan TS, spektrum respons percepatan disain, Sa, sama dengan SDS.
3. Untuk perioda lebih besar dari TS, spektrum respons percepatan disain, Sa, diambil berdasarkan persamaan:
T S
a S
D1di mana,
SDS = parameter respons spektral percepatan disain pada perioda pendek SD1 = parameter respons spektral percepatan disain pada perioda 1 detik T = perioda getar fundamental struktur
BAB III METODOLOGI a. Persyaratan tata letak bangunan
Nama gedung : The Square Apartement
Tipe bangunan : Apartement
Zone gempa : kuat
Jumlah lantai : 10 lantai Tinggi bangunan : Lantai 1-10 = 4m Struktur bangunan : Beton bertulang
Mutu beton ( f’c ) : 40 Mpa Mutu baja ( fy) : 400 Mpa
Data Tanah :Sondir dan
Boring (menggunakan data tanah di daerah Yogyakarta)
b. Perencanaan dimensi elemen struktur c. Pembebanan
d. Analisa struktur dengan menggunakan v9.7.1
e. Perencanaan dan perhitungan struktur sekunder
f. Perencanaan struktur primer g. Perencanaan struktur pondasi h. Gambar detail struktur i. Kesimpulan
1.3 Diagram Alir Metodologi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Preliminary Design
Perencanaan Dimensi Balok
Dimensi balok induk memanjang dengan bentang l=6m :
h = 16
600 = 37,5 cm ~ 70 cm bw = 50 cm
Dimensi balok induk melintang dengan bentang l = 6m :
h = 16
600 = 37,5 cm ~ 70 cm bw = 50 cm
Jadi dimensi balok induk melintang maupun
memanjang maupun melintang adalah 70/50
cm
2.
Dimensi balok anak melintang dengan bentang l =
6m : h = 21
600 = 28,57 cm ~ 50 cm bw = 30 cm
Jadi dimensi balok anak melintang adalah 30/50 cm
2.
Perencanaan Dimensi Pelat Digunakan pelat tebal 18 cm Perencanaan Dimensi kolom
Digunakan kolom 90 x 90 cm2 Perencanaan Dimensi Dinding geser
Digunakan dinding geser dengan tebal 40 cm 4.2 Struktur Sekunder
Perancangan Pelat
Pelat pada lapangan dipasang tulangan Ø 12-200 mm
Pelat pada tumpuan dipasang tulangan Ø 12-200 mm
Perancangan Tangga
a. Mutu beton(f’c) : 40 Mpa
b. Mutu Baja (fy) : 400 Mpa
c. Panjang bordes : 200 cm
d. Tinggi Lantai ke Bordes : 200 cm
e. Tinggi Injakan : 20 cm
f. Lebar Injakan : 25 cm
g. Tebal Plat dasar Tangga : 15 cm h. Tebal Plat Bordes : 15 cm i. Jumlah tanjakan (n) : (
20
200
) = 10j. Kemiringan Tangga (α) :
= arc tan
275 200
= arc tan 0,7 = 36,03°
k. Tebal plat rata-rata
Tebal rata-rata =
2
i
x sin α (injakandan tanjakan)
=
2
25
x sin 36,03° = 7,35 cmTebal rata-rata pelat tangga = 15 + 7,35 = 22,35 cm
= 0,224 m - Cek syarat :
1. 60 (2t + i) 65 2t + i = (2 x 20) + 25 = 65
60 65 65 ...OK
2. 25o≤ α ≤ 40o => α = 36,03° OK
Hasil Perhitungan Penulangan pelat tangga
Mmax: 2761,8 kg.m = 2761,8 x104Nmm Nu : -1774,36 kg
Vu : 2217,93 kg
Maka dipasang tulangan utama Ø 16- 250 mm Penulangan pelat bordes
Mmax : 2689,7 kg.m = 2689,7 x104Nmm Nu : -1622,5 kg
Vu : 2231,5 kg
Maka dipasang tulangan utama Ø 16- 250 mm Penulangan balok bordes
Dipakai dimensi 20/40
Digunakan tulangan lentur 2D 16 Perancangan Balok Anak
Perhitungan pembebanan balok anak pada atap a. Beban mati
Berat sendiri balok :0,3x(0,5-0,18)x2400
= 230,4kg/m Qdl1 =230,4kg/m
Berat ekivalen trapesium plat (qd = 531 kg/m2)
36,03o
200
t = 20 cm
i = 25 cm
tr tp 1,25
1,25
3
Qdl2eq= {2.1/2 q lx
2
3 1 1
ly
x lx }
={2x1/2x531x5,5x
2
5 , 5
5 , 5 3
1 1 x }
= 1947 kg/m
Qdl = qdl1+ qdl2eq
= 230,4+ 1947
= 2177,4 kg/m b. Beban hidup
Berat ekivalen plat (ql = 100 kg/m2)
Qleq= {2.1/2 q lx
2
3 1 1
ly
x lx }
={2x1/2x100x5,5x
2
5 , 5
5 , 5 3
1 1 x }
= 366,67 kg/m
Kombinasi : qu = 1,2 DL + 1,6 LL
= (1,2x 2177,4) + (1,6x366,67)
= 3199,552 kg/m Mu tumpuan = 95986600 Nmm Mu lapangan = 95986600 Nmm Dipakai tulangan 3D16/2D16 Penulangan Geser
Vu = 159977,6 N
Dipakai Tulangan geser 4 Ø10 jarak 100 mm
Perhitungan pembebanan balok anak pada lantai
a.
Beban mati Berat sendiri balok :0,3x(0,5- 0,0,18)x2400=230,4kg/m
Qdl1 =230,4kg/m
Berat ekivalen trapesium plat (qd = 665 kg/m2)
Qdl2eq= {2.1/2 q lx
2
3 1 1
ly
x lx }
={2x1/2x665x5,5x
2
5 , 5
5 , 5 3
1 1 x }
= 2438,33 kg/m Qdl = qdl1+ qdl2eq
= 230,4 + 2438,33
= 2668,73 kg/m b. Beban hidup
Berat ekivalen plat (ql = 250 kg/m2)
Qleq= {2.1/2 q lx
2
3 1 1
ly
x lx }
={2x1/2x250x5,5x
2
5 , 5
5 , 5 3
1 1 x }
= 916,67 kg/m
Kombinasi : qu = 1,2 DL + 1,6 LL
= (1,2x 2668,73) + (1,6x916,67)
= 4669,15 kg/m Mu tumpuan = 140074500 Nmm Mu lapangan = 140074500 Nmm Dipakai tulangan 4D20/2D20 Penulangan Geser
Vu = 233457,5 N
Dipakai Tulangan geser 4 Ø12 jarak 100 mm Perancangan Lift
Tipe lift : Passenger
Merk : Hyunday
Kapasitas : 13 orang (900 kg)
Kecepatan : 60 m/min
Lebar pintu : 900 mm
Dimensi sangkar (car size)
Outside : 1660 x 1555 mm2
Inside : 1600 x 1400 mm2
Dimensi ruang luncur : 2050 x 2050 mm2
Dimensi ruang mesin: 2300 x 3300 mm2
Beban reaksi ruang mesin R1 = 5100 kg
R2=3750 kg
Gambar Ruang Mesin Lift
Gambar Denah Sangkar Lift
30/40 30/40
Balok sangkar (20/25)
Mtump = 1/10 × 1848,832 × 2,052 = 776,97 kg.m
Mlap = 1/10 × 1848,832 × 2,052 = 776,97 kg.m
Vu = 1/2 × 1848,832 × 2,05 = 1895,05 kg
Digunakan tulangan 4D12/2 D12
Balok penumpu depan (30/40)
Mtump = 1/3 × Mo = 1/3 × 15910,72 kg.m = 5303,57 kg.m
Mlap = 4/5 × Mo = 4/5 × 15910,72 kg.m = 12728,57 kg.m
Vu = 14205,6 kg = 142056 N Digunakan tulangan 5D12/3 D12 Tulangan geser 2 Ø10 jarak 140 mm
Balok penumpu belakang (30/40)
Mtump = 1/3 × Mo = 1/3 × 13944,5 kg.m
= 4648,2 kg.m
Mlap = 4/5 × Mo = 4/5 × 13944,5 kg.m
= 11155,6 kg.m
Vu = 12333 kg = 123330 N Digunakan tulangan 4D12/2 D12 Tulangan geser 2 Ø10 jarak 170 mm 4.3 Pembebanan Dan Analisa Gaya Gempa Total Berat tingkat 10 = 19.920.132 Kg
Tabel Beban vertikal yang bekerja di masing- masing tingkat
Tingkat Beban mati (kg)
Beban Hidup
(kg)
Total (kg) 10 1.630.393,2 100.800 1.731.193,2
9 1.768.993,2 252.000 2.020.993,2 8 1.768.993,2 252.000 2.020.993,2 7 1.768.993,2 252.000 2.020.993,2 6 1.768.993,2 252.000 2.020.993,2 5 1.768.993,2 252.000 2.020.993,2 4 1.768.993,2 252.000 2.020.993,2 3 1.768.993,2 252.000 2.020.993,2 2 1.768.993,2 252.000 2.020.993,2 1 1.768.993,2 252.000 2.020.993,2
Σ 19.920.132
Tabel Besarnya gaya Fx pada masing-masing lantai
Tingkat 1 4 2,020,993.20 10815770 0.012614 54525.112 Tingkat 2 8 2,020,993.20 25020946.6 0.029180 126137.11 Tingkat 3 12 2,020,993.20 40867131.9 0.047661 206021.85 Tingkat 4 16 2,020,993.20 57882866.6 0.067505 291802.6 Tingkat 5 20 2,020,993.20 75824777.9 0.088430 382252.45 Tingkat 6 24 2,020,993.20 94541057.3 0.110257 476606.08 Tingkat 7 28 2,020,993.20 113926845 0.132866 574334.89 Tingkat 8 32 2,020,993.20 133904856 0.156165 675049.24 Tingkat 9 36 2,020,993.20 154415495 0.180085 778448.71 Tingkat 10 40 1,731,193 150258181 0.175237 757490.61 Total 19,920,132.00 857457927 4322668.6 Fx-y (kg) Tingkat hx
(m) Wx (kg) Wx hx^k Cvx
Tabel Kontrol kinerja batas struktur akibat beban gempa statik ekivalen arah sumbu X
Tabel Kontrol kinerja struktur akibat beban gempa statik ekivalen arah sumbu Y
Tabel Kemampuan Shearwall & rangka gedung terhadap beban gempa.
Tingkat Diaph hi δxe δx Drift (Δs)
Syarat Drift
Δs Ket
m mm mm mm mm
STORY10-A D10 40 56.7 226.8 20.4 60 OK
STORY9 D9 36 51.6 206.4 22.8 60 OK
STORY8 D8 32 45.9 183.6 24.4 60 OK
STORY7 D7 28 39.8 159.2 26.4 60 OK
STORY6 D6 24 33.2 132.8 26.8 60 OK
STORY5 D5 20 26.5 106 26.8 60 OK
STORY4 D4 16 19.8 79.2 25.6 60 OK
STORY3 D3 12 13.4 53.6 23.2 60 OK
STORY2 D2 8 7.6 30.4 19.2 60 OK
STORY1 D1 4 2.8 11.2 11.2 60 OK
STORY10-B D20 40 58 232 20.8 60 OK
STORY9 D19 36 52.8 211.2 23.6 60 OK
STORY8 D18 32 46.9 187.6 25.6 60 OK
STORY7 D17 28 40.5 162 26.8 60 OK
STORY6 D16 24 33.8 135.2 27.6 60 OK
STORY5 D15 20 26.9 107.6 27.2 60 OK
STORY4 D14 16 20.1 80.4 26 60 OK
STORY3 D13 12 13.6 54.4 23.6 60 OK
STORY2 D12 8 7.7 30.8 19.2 60 OK
STORY1 D11 4 2.9 11.6 11.6 60 OK
Tingkat Diaph hi δxe δx Drift (Δs)
Syarat Drift
Δs Ket
m mm mm mm mm
STORY10-A D10 40 58 232 20.8 60 OK
STORY9 D9 36 52.8 211.2 23.6 60 OK
STORY8 D8 32 46.9 187.6 25.6 60 OK
STORY7 D7 28 40.5 162 26.8 60 OK
STORY6 D6 24 33.8 135.2 27.6 60 OK
STORY5 D5 20 26.9 107.6 27.2 60 OK
STORY4 D4 16 20.1 80.4 26 60 OK
STORY3 D3 12 13.6 54.4 23.6 60 OK
STORY2 D2 8 7.7 30.8 19.2 60 OK
STORY1 D1 4 2.9 11.6 11.6 60 OK
STORY10-B D20 40 56.7 226.8 20.4 60 OK
STORY9 D19 36 51.6 206.4 22.8 60 OK
STORY8 D18 32 45.9 183.6 24.4 60 OK
STORY7 D17 28 39.8 159.2 26.4 60 OK
STORY6 D16 24 33.2 132.8 26.8 60 OK
STORY5 D15 20 26.5 106 26.8 60 OK
STORY4 D14 16 19.8 79.2 25.6 60 OK
STORY3 D13 12 13.4 53.6 23.2 60 OK
STORY2 D12 8 7.6 30.4 19.2 60 OK
STORY1 D11 4 2.8 11.2 11.2 60 OK
Kombinasi
Prosentase Penahan Gempa (%)
Arah X Arah Y
Frame Dinding
Geser Frame Dinding
Geser
RSPX 24.47 75.53 19.77 80.23
RSPY 19.77 80.23 24.47 75.53
Kontrol Partisipasi Massa
Tabel Partisipasi Masa Ragam Terkombinasi
Mode Period UX UY UZ SumUX SumUY
1 0.921507 36.3094 0.188 0 36.3094 0.188 2 0.921507 0.188 36.3094 0 36.4974 36.4974 3 0.911484 0.1899 36.4001 0 36.6873 72.8975 4 0.911484 36.3998 0.1896 0 73.0871 73.0871 5 0.41924 0.0213 0.0116 0 73.1084 73.0987
6 0.419207 0.0116 0.0213 0 73.12 73.12
7 0.255481 8.4897 0.3168 0 81.6097 73.4369 8 0.255481 0.02 8.1927 0 81.6296 81.6295 9 0.253852 0.1251 8.3218 0 81.7547 89.9514 10 0.253852 8.3243 0.1276 0 90.0791 90.0789
4.4 Perencanaan Struktur Primer Balok Induk
Interior
Memanjang = tul tarik 6 D 19, tekan 4 D 19 , lapangan, 4 D 19
Melintang = tul tarik 8 D 19, tekan 4 D 19 , lapangan, 4 D 19
Eksterior
Memanjang = tul tarik 8 D 19, tekan 4 D 19 , lapangan, 4 D 19
Melintang = tul tarik 8 D 19, tekan 4 D 19 , lapangan, 4 D 19
Kolom
Berdasarkan kombinasi beban dari diagram interaksi, ternyata untuk semua lantai kolom memerlukan tulangan memanjang yang sama sebanyak 1,26 % atau 20D25. Prosentase kolom ini sesuai syarat ACI 318 M-08 pasal 21.6.3.1 yaitu antara 1 % - 6 % telah dipenuhi.
Persyaratan strong column weak beam
Persyaratan Strong Column Weak Beam dipenuhi dengan ACI 318 M-08 pasal 21.6.2.2, yaitu :
Σ Mnc ≥ 1,2 Σ Mnb Dimana :
Σ Mnc : Jumlah momen pada pusat hubungan balok – kolom, sehubungan dengan kuat lentur nominal kolom yang merangka pada hubungan balok–kolom tersebut. Kuat lentur kolom harus dihitung untuk gaya aksial terfaktor, yang sesuai dengan arah gaya – gaya lateral yang ditinjau, yang menghasilkan nilai kuat lentur terkecil.
Σ Mnb : Jumlah momen pada pusat hubungan balok – kolom, sehubungan dengan kuat lentur nominal balok – kolom yang merangka pada hubungan balok – kolom tersebut. Pada
konstruksi balok – T, dimana pelat dalam keadaan tertarik pada muka kolom, tulangan pelat yang berada dalam daerah lebar efektif pelat harus diperhitungkan dalam menentukan kuat lentur nominal balok bila tulangan tersebut terangkur dengan baik pada penampang kritis tersebut.
Nilai Σ Mnc diperoleh dengan bantuan diagram interaksi kolom (PCACOL), yaitu mencari momen yang dihasilkan dari kombinasi beban aksial terkecil dari kolom atas dan kolom bawah. Pemodelan pada program PCACOL adalah sebagai berikut :
Gambar Diagram Interaksi Aksial vs Momen Kolom Lt Satu
Diperoleh : Mnc = Mnc
1+ Mnc
2= 2301,2 kNm + 2301,3 kNm
= 4602,5 kNm
Gambar Balok dengan Tulangan Pelat Selebar be
Kuat Nominal Negatif
Asatas = 1700,31 + 2 x 2 x ¼ 102= 2014,47 mm2
Titik berat tul. Atas terhadap sisi atas
mm x
x x
x x x x
x x x
y 69
19 14 , 4 3 6 1
5 , 28 10 40 19 14 , 4 3 3 1 2 10 19 40 19 14 , 4 3 3 1
2 2 2