• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DENGAN PENCEGAHAN HIV/AIDS DI SMA NEGERI 10 PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DENGAN PENCEGAHAN HIV/AIDS DI SMA NEGERI 10 PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DENGAN PENCEGAHAN HIV/AIDS DI SMA NEGERI 10 PURWOREJO

KABUPATEN PURWOREJO

Nur Endah Septiani, Fetty Chandra Wulandari ABSTRAK

Kasus HIV di Indonesia 4.841 kasus sedangkan AIDS 320 kasus. Studi pendahuluan terhadap 40 siswa didapatkan 30 siswa belum mendapatkan pelajaran tentang penyakit menular seksual, 25 diantaranya belum mengerti tentang HIV/AIDS, 27 siswa belum paham tentang cara penularan HIV/AIDS dan pencegahannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 10 Purworejo Kabupaten Purworejo.

Desain Penelitian dengan analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional.

Pengumpulan data dengan kuesioner. Uji Validitas mengunakan Pearson Product Moment.

Uji reliabilitas menggunakan Krader Richarson-20. Uji statistik menggunakan Chi Square dengan pendekatan kemaknaan α < 0,05. Hasil Penelitian didapatkan Uji Chi Square terhadap pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan pencegahan HIV/AIDS mendapatkan p value 0,009 (< 0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 10 Purworejo Kabupaten Purworejo dengan nilai p value sebesar 0,009.

Kata Kunci: Pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS, Pencegahan HIV/AIDS PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri. Pada masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja, individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi lebih

berbeda (Kusmiran, E., 2012)

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negative menentukan sikap seseorang (Wawan, A., 2010).

Pengetahuan remaja itu sendiri adalah pengetahuan yang didapatkan melalui pendengaran, penglihatan dan membaca buku- buku yang berisikan tentang remaja dan seksual (membaca buku porno dan melihat video porno) akibat pengaruh lingkungan dan teman.

(2)

Remaja memiliki sifat yang unik, salah satunya adalah sifat ingin meniru sesuatu yang dilihat, kepada keadaan, serta lingkungan sekitarnya. Disamping itu, remaja mempunyai kebutuhan akan kesehatan seksual, dimana pemenuhan kebutuhan seksual tersebut sangat bervariasi (Kusmiran, E.,2012). Remaja banyak yang tidak sadar dari pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan, salah satunya problema dari kaum remaja jika kurang pengetahuan tentang seksual pranikah adalah kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tidak aman dan terkena penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS.

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau syndrome penurunan

kekebalan tubuh yang di dapat, adalah infeksi yang disebabkan oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV/AIDS merujuk pada keadaan

seseorang yang tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh sehingga berbagai macam penyakit dapat menyerang dan

sangat sulit untuk disembuhkan. Hampir semua penderita AIDS berakhir dengan kematian, karena hingga saat ini penyakit AIDS belum ada obatnya (Hutapea, R., 2011)

Berdasarkan penelitian oleh lembaga terkait di Indonesia, banyaknya kasus HIV/AIDS di kalangan remaja disebabkan oleh ketidakpahaman dan ketidakpedulian remaja terhadap HIV/AIDS, akibat kurangnya informasi HIV/AIDS yang dikemas dengan bahasa yang mudah dimengerti dan cara yang tidak membosankan sekaligus tidak memberi contoh, sehingga dapat diterima dengan baik oleh para remaja (KPAP, 2010).

Remaja kini semakin berani melakukan hubungan seks pranikah, data yang dikumpulkan dr. Boyke Dian, menunjukkan 16-20% dari remaja yang berkonsultasi kepadanya telah melakukan hubungan seks pranikah.

Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementrian

(3)

Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa dimulai dari April- Juni 2013 jumlah kasus HIV di Indonesia 4.841 kasus. Presentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (70,7%) diikuti kelompok umur 20-24 tahun (17,1%) dan kelompok umur 15-19 tahun (4,5%). Presentase factor resiko HIV tertinggi adalah hubungan seks beresiko pada heteroseksual (45,6%) penggunaan jarum suntik tidak steril (10,6%) dan LSL (10,3%). Sedangkan kasus AIDS di Indonesia 320 kasus. Presentase kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 30- 39 tahun (33,8%) diikuti kelompok umur 20-29 tahun (28,8%) dan kelompok umur 40-49 tahun (11,6%). Presentase factor resiko AIDS tertinggi adalah hubungan seksual beresiko pada heteroseksual (78,4%), penggunaan jarum suntik tidak steril (114,1%) dan Lelaki Seks Lelaki (2,5%).

Menurut Dinkes Jawa Tengah tahun 2012 menyebutkan bahwa jumlah

kumulatif kasus HIV/AIDS di Kabupaten/Kota Purworejo 10 orang pengidap HIV/AIDS. Kabupaten Purworejo sendiri menempati peringkat ke 29 dari 35 kabupaten di Jawa Tengah.

Dalam studi pendahuluan di SMA Negeri 10 Purworejo pada hari Selasa tanggal 24 Februari 2015 didapatkan jumlah seluruh siswa kelas X, XI dan XII sebanyak 533 siswa-siswi. Kelas X berjumlah 188 orang terdiri dari siswa laki- laki 60 orang dan siswi perempuan 128 orang. Kelas XI berjumlah 171 orang terdiri dari siswa laki-laki 52 orang dan siswi perempuan 119 orang. Sedangkan kelas XII berjumlah 174 orang terdiri dari siswa laki-laki 51 orang dan siswi perempuan 123 orang.

Studi pendahuluan terhadap 40 siswa didapatkan 30 siswa belum mendapatkan pelajaran tentang penyakit menular seksual, 25 diantaranya belum mengerti tentang penyakit HIV/AIDS, 27 siswa belum paham tentang cara penularan HIV/AIDS dan pencegahannya.

(4)

Berdasarkan informasi diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 10 Purworejo tahun 2014/2015.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi analitik yaitu suatu metode penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variable tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Notoatmodjo, S., 2010). Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor- faktor risiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atu pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, S., 2012).

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 10 Purworejo Kabupaten Purworejo pada tanggal 9-10 April 2015.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA N 10 Purworejo, Kabupaten Purworejo yang berjumlah 171 orang. sampel dalam penelitian ini berjumlah 120 orang.

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan menggunakan Simple Random Sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini digunakan pengambilan anggota secara acak dengan sistem kocok menggunakan nama siswa. Dari hasil kocok tersebut diambil 20 responden pada tiap kelas.

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen atau alat ukur berupa kuesioner. Kuesioner yang digunakan oleh peneliti yaitu bentuk pertanyaan tertutup (closed ended) jenis dichotomous choise (Notoatmodjo, S.,

(5)

2012). Kuesioner yang digunakan bersifat kuesioner tertutup tentang pengetahuan dan perilaku yang berisi pertanyaan- pertanyaan yang sudah disiapkan jawabannya. Dengan ketentuan untuk jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Jumlah pertanyaan dalam penelitian ini ada 25 item pertanyaan. Selanjutnya akan

dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Analisis Bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan pencegahan HIV/AIDS. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square.

HASIL PENELITIAN Analisa Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan semua variabel penelitian dalam tabel bentuk distribusi frekuensi. Dalam penelitian ini akan dideskripsikan distribusi frekuensi dari tabel umur, jenis kelamin, pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dan pencegahan HIV/AIDS. Hasil dari pendataan responden dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi umur dan jenis kelamin, sedangkan hasil nilai dari jawaban responden dapat dilihat dari tabel distribusi frekuensi pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dan pencegahan HIV/AIDS dibawah ini.

a. Umur Responden

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Umur di SMA Negeri 10 Purworejo

No Umur Frekuensi %

1 15 tahun 3 2,5

2 16 tahun 55 45,8

3 17 tahun 60 50,0

4 18 tahun 2 1,7

Total 120 100

Sumber : Data Primer, 2015

(6)

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 17 tahun yaitu 60 responden (50%) dan umur 18 tahun yaitu 2 responden (1,7).

b. Jenis Kelamin Responden

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin di SMA Negeri 10 Purworejo

No Jenis kelamin Frekuensi %

1 laki-laki 37 30,8

2 Perempuan 83 69,2

Total 120 100

Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu 83 responden (69,2%), sedangkan jenis kelamin laki-laki adalah 37 responden (30,8%).

c. Pengetahuan Responden tentang HIV/AIDS

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 10 Purworejo

No Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 48 40,0

2 Cukup 45 37,5

3 Kurang 27 22,5

Total 120 100

Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 7 diketahui mayoritas pengetahuan responden adalah baik yaitu 48 responden (40%), sedangkan pengetahuan responden kurang yaitu 27 (22,5%).

d. Pencegahan HIV/AIDS

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 10 Purworejo

No Pencegahan Frekuensi %

1 Paham 73 60,8

(7)

2 Tidak paham 47 39,2

Total 120 100

Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 8 tersebut, nilai dari jawaban responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden paham tentang pencegahan HIV/AIDS yaitu 73 responden (60,8) sedangkan yang tidak paham yaitu 47 responden (39,2%).

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan pencegahan HIV/AIDS pada tanggal 9-10 April 2015. Analisa hasil penelitian ini dilakukan dengan uji statistic Chi Square dengan hasil sebagai berikut.

Tabel 9 Hubungan Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS dengan Pencegahan HIV/AIDS

Pencegahan Pengetahuan HIV/AIDS

Total P ² Koefisien

Paham Tidak paham

Value

Kontingensi

Baik 35

(72,9%)

13

(27,1%) 48

Cukup 28

(62,2%)

Kurang 10

(37,0%)

17 (37,8%)

17 (63,0%)

45 0,009 9,395 0,269 27

Total 73 47 120

Sumber : Data Primer, 2015

Dari hasil tabulasi silang pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang paham pencegahan HIV/AIDS dan mempunyai pengetahuan baik ada 35 orang (72,9%).

Namun ada juga yang pengetahuannya baik dan tidak paham tentang pencegahan HIV/AIDS yaitu 13 orang (27,1%) ini dikarenakan pelajaran

(8)

yang telah didapatkan tidak dipahami secara lebih rinci lagi.

Adapula yang berpengetahuan cukup dan paham pencegahan HIV/AIDS yaitu 28 orang (62,2%). Hal ini dapat terjadi karena mereka sudah merasa cukup tahu tentang HIV/AIDS dan pencegahan HIV/AIDS lebih diutamakan agar mereka dapat menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan HIV/AIDS.

Sedangkan yang pengetahuannya kurang dan paham pencegahan HIV/AIDS yaitu 10 (37,0%) karena responden lebih mengutamakan pencegahan HIV/AIDS dibanding pengetahuan yang mereka dapatkan agar menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan HIV/AIDS.

Berdasarkan Uji Chi Square dengan menggunakan SPSS 20 diperoleh nilai X² sebesar 9,395 dengan p sebesar 0,009. Dengan demikian hipotesis diterima menjadi ada hubungan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 10 Purworejo.

Berdasarkan nilai koefsien kontingensi keeratan antara ada hubungan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan pencegahan HIV/AIDS tergolong rendah hal ini diperoleh dari hasil Uji Statistik menggunakan SPSS dengan nilai koefisien kontingensi 0,269 dan dibandingkan dengan besarnya interval koefisien kontingensi. Nilai tersebut dalam interval 0,20 – 0,399 yaitu rendah.

Dengan demikian pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS yang semakin baik maka pemahaman pencegahan HIV/AIDS juga semakin paham.

(9)

PEMBAHASAN

Bahasan pada penelitian ini dirinci menjadi bahasan univariate dan bahasan bivariate sebagai berikut :

1. Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS

Berdasarkan hasil penelitian dari 120 siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI SMA Negeri 10 Purworejo memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS dalam kategori baik yaitu 48 responden (40%).

Menurut Wawan (2010)

pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yakni, indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Sedangkan masih tingginya angka kejadian HIV/AIDS merupakan sebuah ironi. Hal ini dikarenakan AIDS merupakan penyakit yang telah diketahui penyebab dan perjalanan penyakitnya tetapi masih banyak remaja yang belum mengetahui dan paham tentang bahayanya AIDS.

Sebagian besar siswa memiliki pengetahuan dalam kategori baik, walaupun mayoritas umur mereka masih relative muda yaitu 17 tahun sebanyak 60 responden (50%).

Mayoritas siswa berjenis kelamin perempuan sebanyak 83 responden (69,2%), sedangkan jenis kelamin laki- laki sebanyak 37 responden (30,8%).

Hal ini dapat terjadi karena factor yang mempengaruhi pengetahuan tidak hanya pendidikan formal yang sedang dijalani oleh siswa saja, sebagaimana teori yang dikemukakan Soekidjo Notoatmodjo (2007) bahwa tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain

(10)

pendidikan, pengalaman, usia, budaya, media informasi, penerimaan informasi dari pihak lain.

Penerimaan informasi oleh pihak lain dapat berupa penerimaan penyuluhan oleh petugas kesehatan tentang penyakit AIDS, bahayanya, cara penularan dan pencegahannya. Selain itu, penggunaan media informasi yang tepat sangat berpengaruh terhadap pengetahuan remaja khususnya siswa kelas XI SMA Negeri 10 Purworejo.

2. Pencegahan HIV/AIDS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI SMA Negeri 10 Purworejo paham tentang pencegahan HIV/AIDS yaitu 73 responden (60,8) sedangkan yang tidak paham sebanyak 47 responden (39,2%). Penilaian pemahaman pencegahan HIV/AIDS dinilai dengan membagikan kuisioner pada siswa. Ketidakpahaman siswa tentang pencegahan HIV/AIDS dikarenakan

pengetahuan tentang HIV/AIDS yang kurang mendalam pula.

Sebenarnya sudah ada pencegahan secara dini terhadap HIV/AIDS seperti yang dikemukakan Setyoadi dan Endang (2012) pencegahan penyakit dilakukan menggunakan pendekatan tiga tingkat pencegahan yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.

Pencegahan primer berfokus pada upaya pencegahan fackor resiko sebelum proses penyakit dimulai.

Bentuk kegiatan yang dapat dilakukanadalah memberikan pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS, cara penularan dan cara pencegahan, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perilaku yang lebih sehat dengan cara menghindarai narkoba, setia pada pasangan dan menghindari hubungan seksual sebelum waktunya.

Berdasarkan uraian diatas menjelaskan bahwa pencegahan awal

(11)

untuk siswa dapat diberikan penyuluhan oleh petugas kesehatan tentang HIV/AIDS agar siswa memahami pencegahan HIV/AIDS secara lebih mendalam.

3. Hubungan antara pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dan pencegahan HIV/AIDS

Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang paham pencegahan HIV/AIDS dan mempunyai pengetahuan baik ada 35 orang (72,9%) disebabkan selain pelajaran yang sudah didapatkan, responden mencari tahu lewat internet melalui telepon genggam dan komputer.

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai beberapa tingkatan diantaranya: tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (reccall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,

‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

Selain itu, memahami diartikan sebagai suatu kemempuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, S., 2007).

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007) media informasi hakikatnya adalah alat bantu pendidikan termasuk pendidikan kesehatan. Berdasarkan

(12)

fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan.

Namun ada juga yang pengetahuannya baik dan tidak paham tentang pencegahan HIV/AIDS yaitu 13 orang (27,1%) ini dikarenakan pelajaran yang telah didapatkan tidak dipahami secara lebih rinci lagi.

Sehingga dalam menjawab pertanyaan mengenai pencegahan HIV/AIDS banyak yang salah.

Menurut Basuki (2006) dalam KTI Kalina Putrie (2012) dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan di bidang kesehatan, bidang kesehatan membina hubungan lintas sektoral dengan bidang pendidikan agar pendidikan kesehatan dicantumkan dalam kurikulum dasar.

Berkaitan dengan HIV/AIDS dalam kurikulum 2004 untuk SMA terdapat dua sub bab yang membahas tema seputar HIV/AIDS, yaitu virology yang diberikan di kelas X serta sistem sirkulasi dan kekebalan tubuh yang

diberikan di kelas XI IPA.

Adapula yang berpengetahuan cukup dan paham pencegahan HIV/AIDS yaitu 28 orang (62,2%). Hal ini dapat terjadi karena mereka sudah merasa cukup tahu tentang HIV/AIDS dan pencegahan HIV/AIDS lebih diutamakan agar mereka dapat menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan HIV/AIDS.

Hal ini sesuai dengan pendapat Astuti (2008) dalam KTI Kalina Putrie (2012) terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan infeksi HIV diantaranya adalah pencegahan penularan melalui hubungan seksual, pencegahan penularan melalui darah dan pencegahan penularan melalui jarum suntik dan alat yang dapat melukai kulit.

Sedangkan yang pengetahuannya kurang dan paham pencegahan HIV/AIDS yaitu 10 (37,0%) karena responden lebih mengutamakan pencegahan HIV/AIDS dibanding

(13)

pengetahuan yang mereka dapatkan agar menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan HIV/AIDS. Banyak yang jawabannya keliru tentang cara penularan HIV/AIDS sehingga dalam kategori pengetahuan menjadi kurang.

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007) terdapat 3 cara penularan HIV yaitu: melakukan hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan seorang penderita HIV; kontak langsung dengan darah atau produk darah/jarum suntik; terjadinya penularan secara vertical, melalui ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil, saat melahirkan atau setelah melahirkan.

Menurut Eny Kusmiran (2011) penularan HIV dapat melalui cairan- cairan tersebut, HIV tidak menular melalui : udara (bersin dan batuk), bersentuhan dengan pengidap HIV (bersalaman, berciuman pipi, berpelukan, bertukar pakaian) serta gigitan nyamuk dan serangga.

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai X² sebesar 9,395 dengan p value sebesar 0,009. Karena p < 0,05 maka maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan pencegahan HIV/AIDS.

Dari hasil analisis hubungan keeratan yaitu dengan nilai korelasi sebesar 0,269 nilai tersebut dalam interval 0,20 – 0,399 yaitu rendah.

Namun hasil perolehan tabulasi silang dari 120 responden yang memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS dan memahami pencegahan HIV/AIDS adalah 35 responden (72,9%). Artinya semakin baik pengetahuan tentang HIV/AIDS yang dimiliki remaja semakin paham pencegahan HIV/AIDS yang diketahuinya.

Penelitian ini didukung hasil penelitian Yuniasih (2012) dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS dengan Motivasi Pencegahannya pada Siswa

(14)

Kelas XI SMA Negeri 1 Baturaden Tahun 2012” metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil Penelitian menggunakan rumus uji chi square dengan nilai dari nilai p = 0,001 (p <

alpha). Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan motivasi pencegahannya.

KETERBATASAN

1. Penggunaan kuesioner yang diharapkan dapat mengungkap pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dan pencegahan HIV/AIDS yang masih kurang efektif, karena dengan keterbatasan waktu, kuesioner tidak dilakukan melalui wawancara secara mendalam sehingga dalam pengisiannya tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Memerlukan kajian yang mendalam dengan cara penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

observasi dan wawancara.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil peneitian dan

pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan.

1. Pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI SMA Negeri 10 Purworejo dalam kategori baik.

2. Diketahui bahwa yang mempunyai pemahaman tentang pencegahan HIV/AIDS pada siswa kelas XI SMA Negeri 10 Purworejo tergolong paham.

3. Ada hubungan antara pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan pencegahan HIV/AIDS pada siswa kelas XI SMA Negeri 10 Purworejo.

Nilai X² sebesar 9,395 dengan nilai p value = 0,009 lebih kecil dari 0,05.

Nilai koefsien kontingensi keeratan antara hubungan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan pencegahan HIV/AIDS tergolong rendah hal ini diperoleh dari hasil Uji

(15)

Statistik menggunakan SPSS dengan nilai koefisien kontingensi yaitu 0,269.

SARAN

Berbagai keterbatasan dan kekurangan selama jalannya penelitian, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian selanjutnya melakukan penelitian lebih mendalam dengan waktu yang lebih lama serta memperhatikan lebih banyak variabel- variabel yang mempengaruhi misalnya perilaku, sikap dan domain perilaku kesehatan.

2. Bagi Responden

Diharapkan para remaja khususnya siswa kelas XI SMA Negeri 10 Purworejo lebih aktif dan menyeluruh dalam mencari informasi dari berbagai media yang ada, sehingga para remaja memiliki wawasan dan pemahaman yang tinggi tentang HIV/AIDS serta pencegahan HIV/AIDS agar terhindar

dari perilaku seksual yang menyimpang yang dapat beresiko terjadinya HIV/AIDS.

3. Bagi Instansi

a. Instansi Pendidikan

Diharapkan sekolah dapat memberikan pendidikan kesehatan yang lebih mendalam lagi kepada siswanya, khususnya tentang HIV/AIDS sehingga siswa mempunyai pengetahuan yang lebih baik lagi dan lebih memahami pencegahan HIV/AIDS sehingga siswa tidak terjerumus pada hal-hal yang menyimpang.

b. Instansi Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian khususnya tentang HIV/AIDS sehingga dapat digunakan untuk memperluas pengetahuan dan pencegahan HIV/AIDS dalam penelitian serupa.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

Ali, M., dan Mohammad Asrofi. (2009).

Psikologi Remaja Pengembangan Peserta Didik. Edisi 6. Jakarta: PT.

Bumi Aksara

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Dewi, I.N.C. (2009). Pengaruh Faktor Personal dan Lingkungan terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja di SMA Negeri 1 Baturaden dan SMA Negeri 1 Purwokerto. Tesis Program Studi Magister Promosi Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2014).

Gambaran Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2013. http : www.dinkesjatengpfov.go.id 13 Februari 2015

Hutapea, R. (2011). AIDS, PMS dan Pemerkosaan. Jakarta: Rineka Cipta http://digilib.unimus.ac.id/files/disk 1/142/jtptunimus-gdl-anwarnimg2- 7076-3-

babii.pdf 26 Februari 2015

Kusmiran, E. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.

Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Jakarta: Rineka Cipta

. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta

. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian

Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta:

Salemba Medika

Putrie, K. (2012). Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS pada Siswa Kelas XII IPS di SMA PGRI Karangmalang Sragen. KTI Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta

Sari, D. (2011). Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mengenai HIV/AIDS pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Tanjungpura.

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Tanjungpura Pontianak

Soetjiningsih, (2010). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.

Jakarta: Sagung Seto

Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta Triyanto, E., dan Setyoadi. (2012).

Strategi Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita AIDS. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Wawan, A., Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:

Nuha Medika

Yuniasih. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS dengan Motivasi Pencegahannya pada Siswa Kelas XI SMA Negeri

Baturaden Tahun 2012. Karya Tulis Ilmiah Stikes Harapan Bangsa Purwokerto

Zan, H., Namora. (2010). Pengantar

(17)

Psikologi untuk Kebidanan. Jakarta:

Kencana

Predana Media Group

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Pantai Sembilangan masih kurang memadai untuk daerah tujuan wisata, yaitu kurangnya prasarana seperti lampu jalan yang masih minim bahkan dibeberapa jalan tidak ada penerangan

Pada prakteknya kata motivasi dan niat hampir sama–sama dipakai dengan arti yang sama, yaitu bisa kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dorongan (drive)

Setelah melaksanakan kegiatan pada pertemuan ke dua masih ada beberapa masalah yang ditemukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, antara lain masih ada siswa

- Menimbang, bahwa selanjutnya dalam mempertimbangkan suatu perbuatan pidana, sebelum menjatuhkan pidana terhadap diri Para Terdakwa, maka dalam hukum pidana terdapat dua hal

Kewenangan yang dimiliki oleh Komnas HAM sebagai lembaga negara yang berhak dan diamanti oleh presiden untuk menangani kasus-kasus pelanggaran HAM di rasa kurang

[r]

Gaharu adalah salah satu hasil hutan non kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, memiliki kandungan kadar damar wangi dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Sedangkan buku siswa dianalisis dengan melihat kesesuaian dengan SKL, kesesuaian dengan KI, kesesuaian dengan KD, kecukupan materi ditinjau dari cakupan materi dan