BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Asuransi
Pengertian asuransi menurut UU RI No.2 Tahun 1992, seperti yang dikutip Darmawi (2000 : 4) adalah: Perjanjian antara dua pihak atau lebih yang pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul akibat suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungjawabkan.
Menurut William dan Heins yang dikutip oleh Djojosoedarso (2003 : 74) mendefinisikan asuransi berdasarkan dua sudut pandang, yaitu :
Asuransi adalah suatu pengamanan terhadap kerugian finansial yang dilakukan oleh seorang penanggung, Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang atau badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial.
Sedangkan pengertian asuransi jiwa menurut Salim (2003:25), adalah
“asuransi yang bertujuan untuk menanggung orang terhadap kerugian finansial yang tidak terduga yang disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu cepat atau terlalu lama”
Dari pengertian di atas, bahwa asuransi mempunyai sifat untuk mengurangi risiko besar akibat suatu peristiwa yang dialami seseorang, Manfaat dari asuransi adalah Rasa aman dan perlindungan dengan memiliki polis asuransi, maka tertanggung akan terhindar dari kerugian – kerugian yang mungkin timbul.
Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. Semakin besar kemungkinan terjadinya suatu kerugian dan semakin besar kerugian yang mungkin ditimbulkannya makin besar pula premi yang harus dibayarkan. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan.
2. Fungsi dan Manfaat Asuransi
Ada tiga fungsi asuransi yaitu fungsi utama, fungsi tambahan dan fungsi- fungsi lainnya. Fungsi utama adalah untuk pengalihan resiko (risk transfer) dan sebagai wadah bersama (the common pool). Asuransi merupakan mekanisme pengalihan resiko dimana seseorang atau perusahaan dapat mengalihkan resiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar premi asuransi dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada besarnya kerugian yang mungkin terjadi. Tanpa asuransi seseorang atau perushaan akan menghadapi banyak ketidakpastian apabila kerugian benar-benar terjadi.
Asuransi dapat menjaga stabilitas sosial dan ekonomi masyarakat. Manfaat lain dari asuransi adalah salah satu bentuk tabungan, misalnya asuransi pensiun, asuransi pendidikan anak, dan lain – lain. Polis asuransi itu pada umumnya berjangka
panjang dan jika tertanggung membatalkannya, maka uang akan dikembalikan dengan dipotong dengan penalti.
Kemampuan seseorang untuk mencari penghasilan atau bekerja akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Ketika seseorang sudah tidak mampu lagi bekerja dan memperoleh penghasilan, ia butuh memiliki suatu jaminan finansial untuk menghadapi situasi seperti ini dalam kehidupannya.
Dan ketika orang menderita cacat, misalnya akibat suatu kecelakaan, kondisi ini membuat dia tidak dapat lagi melakukan kegiatan sehari-hari seperti ketika ia sehat, seperti bekerja dan memiliki penghasilan. Dengan memiliki asuransi, orang tersebut dapat terus menjalankan kehidupannya karena ia akan menerima manfaat asuransi yang dimilikinya untuk menggantikan penghasilan yang sudah tidak dapat lagi ia peroleh lantaran cacat yang dideritanya.
3. Jenis Asuransi
Seperti yang kita ketahui hingga saat ini, asuransi memiliki beberapa jenis penggolongan asuransi berdasarkan atas aspek usahanya, yaitu:
a. Asuransi Harta (Property Insurance)
Asuransi ini mengcover atau melindungi semua hak memiliki yang berupa harta benda.
b. Asuransi Tanggungan Gugat (Liability Insurance)
Asuransi yang mengcover atau melindungi akibat kerugian yang timbul dari pihak ketiga.
c. Asuransi Jiwa (Life Insurance)
Asuransi yang mengcover atau melindungi tertanggung akibat dari hal-hal yang tidak diinginkan atau kejadian yang timbul akibat kemampuan tertanggung.
d. Asuransi Kerugian (General Insurance)
Asuransi yang mengcover atau melindungi dari setiap risiko – risiko yang timbul akibat dari kehilangan manfaat, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
1. Johanes A.P. Hutajulu (2004) Penelitian terdahulu yang menjadi contoh untuk penulisan skripsi ini yaitu “Penerapan PSAK No. 36 dalam Penentuan Laba dan Pengakuan Pendapatan dan Beban Pada PT. Asuransi Jiwasraya Medan.
Hasil penelitiannya yaitu PT. Asuransi Jiwasraya Medan dalam pengakuan pendapatan dan beban tidak sesuai dengan PSAK No. 36 yang mana pengakuan beban diakui pada saat realisasinya. Perusahaan telah menetapkan metode penandingan (matching method) dalam penentuan laba dan itu sesuai dengan PSAK NO. 36.
Perbedaan penelitian Johanes dengan penulis adalah Johanes meneliti bagaimana pengakuan pendapatan dan beban perusahaan dalam penentuan laba, sedangkan penulis meneliti bagaimana pengakuan premi dan beban Klaim PT. Prudential Life Assurance serta apakah pengakuan pendapatan dan beban tersebut sudah sesuai dengan PSAK No. 36.
C. Kerangka Konseptual
Untuk mengetahui gambaran yang jelas bagaimana hubungan antara variabel–variabel yang ada dalam penelitian ini, dan berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukan sebelumnya maka dibuatlah suatu rangka konseptual seperti gambar di bawah ini :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Polis Asuransi Diterbitkan
Pendapatan Premi Beban Klaim
Kebijakan Akuntansi Perusahaan
PSAK No. 36 Tentang Akuntansi Jiwa
Data Penelitian Standar Penelitian
Pengakuan Pendapatan Dan Beban Klaim Sesuai
PSAK No 36
Penulis melihat polis asuransi jiwa yang telah terbit. Setelah polis diterbitkan berarti sudah muncul kewajiban bagi tertanggung untuk membayar premi asuransinya, sedangkan dari sisi perusahaan berarti sudah muncul piutang premi. Jadi pendapatan premi ditinjau dari kebijakan akuntansi perusahaan yang merupakan data penelitian dan dibandingkan dengan PSAK No. 36 tentang akuntansi asuransi jiwa yang merupakan standar penelitian.
Untuk proses klaim dimulai dari tertanggung mengajukan tuntutan klaim atas jiwa tertanggung. Ketika peristiwa ini terjadi berarti beban klaim terjadi. Dari sinilah dilihat bagaimana pengakuan beban klaim berdasarkan kebijakan akuntansi perusahaan dan dibandingkan dengan PSAK No. 36 tentang akuntansi asuransi jiwa.
D. Pengertian Pendapatan dan Beban 1. Pendapatan
a. Pengertian Pendapatan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI : 2007 : 23.2) “pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.
Definisi yang diberikan oleh IAI di atas menyatakan bahwa pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dan manfaat ekonomi yang diterima dan bukan berasal dari pinjaman atau pertambahan ekuitas. Pendapatan yang diperoleh akan mengakibatkan bertambah atau hutang berkurang yang pada akhirnya akan mengakibatkan kenaikan ekuitas pemilik.
Pengertian pendapatan menurut Smith (2004 : 123) diartikan sebagai : “Arus masuk aktiva atau penambahan lain atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban – kewajibannya (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau aktivitas – aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas”.
Menurut Ely Suhayati (2009 : 25), “pendapatan adalah kotor dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa dari para langganan atau klien, penyerahan harta, peminjaman uang dan semua kegiatan usaha serba potensi yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan”.
Definisi pendapatan menurut Niswonger (1999 : 45) “ pendapatan adalah peningkatan ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh proses penjualan barang atau jasa kepada pembeli “.
b. Sumber dan Jenis Pendapatan
Dalam membahas masalah pendapatan, maka penulis beranggapan bahwa pengakuan pendapatan tidak akan terlepas dari sumber dan jenis pendapatan yang akan diperoleh. Pada dasarnya pendapatan itu timbul dari penjualan barang atau penyerahan jasa kepada pihak lain dalam periode akuntansi tertentu.
Bentuk-bentuk yang akan diterima perusahaan dapat bermacam-macam tergantung dari mana proses terjadinya pendapatan itu sendiri. Untuk pendapatan yang timbul dari proses penjualan barang dagangan dan penyerahan jasa, perusahaan dapat menerima imbalan berupa arus masuk bruto yang dapat berupa kas atau setara kas. Sedangkan pendapatan yang timbul dari pengakuan aktiva perusahaan oleh pihak
lain akan menimbulkan sejumlah pendapatan yang akan diperoleh perusahaan dalam bentuk
• Bunga: pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah terhutang kepada perusahaan.
• Royalty: pembebanan untuk penggunaan aktiva jangka panjang perusahaan, misal merek, paten, dan lain-lain.
• Deviden: distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber pendapatan dapat meliputi semua hasil yang diperoleh dari kegiatan perusahaan. Kaitannya dengan operasi perusahaan, pada umumnya sumber pendapatan yang diperoleh perusahaan terdiri atas:
1). Pendapatan Operasional
Pendapatan ini timbul dari hasil kegiatan-kegiatan usaha normal perusahaan, baik dari hasil barang dagangan, maupun penyerahan jasa. Pendapatan ini dapat juga muncul dari kegiatan utama perusahaan lainnya yang menjadi tujuan utama perusahaan dan berhubungan langsung dengan usaha (operasi) pokok perusahaan bersangkutan. Pendapatan ini sifatnya normal sesuai dengan tujuan utama perusahaan dan terjadi berulang-ulang selama perusahaan melangsungkan kegiatannya. Adapun jenis pendapatan operasional untuk tiap-tiap perusahaan berbeda-beda. Jenis pendapatan yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh bidang usaha yang dijalankan oleh perusahaan bersangkutan.
2). Pendapatan non Operasional
Setiap pendapatan yang diperoleh dari sumber lain di luar kegiatan utama perusahaan digolongkan sebagai pendapatan non operasional, sering juga disebut dengan pendapatan lain-lain. Pendapatan ini diterima perusahaan tidak direncanakan sebelumnya. Besarnya jumlah pendapatan non operasional ini umumnya lebih kecil daripada pendapatan operasional perusahaan, namun dapat menambah besarnya laba yang akan diperolah perusahaan.
c. Pengakuan dan Penentuan Pendapatan
Pendapatan untuk suatu periode umumnya ditentukan tersendiri terlepas dari beban dengan menerapkan sistem pengakuan pendapatan. Prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat (1) di realisasi atau dapat di realisasi dan (2) dihasilkan. Pendapatan direalisasikan bila barang-barang atau jasa- jasa dipertukarkan untuk kas atau klaim atau kas (piutang). Pendapatan dapat direalisasi bila aktiva yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui.
Pengakuan terhadap pendapatan adalah suatu hal yang penting sebab pengakuan pendapatan berarti menerima nilai-nilai baru harta benda (asset) karena transaksi tukar menukar dan mencatat nilai-nilai baru ini dalam pembukuan.
Pendapatan merupakan bagian dari penghasilan, maka pendapatan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
2. Beban
a. Pengertian Beban
Menurut Smith (2004 : 123) : “Beban adalah arus keluar atau pemakaian lain aktiva atau terjadinya kewajiban atau kombinasi keduanya yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau pelaksanaan aktivitas – aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas”.
Menurut Mulyadi, biaya dapat didefinisikan dalam arti luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti luas, biaya yaitu, “ pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang sudah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Pengertian biaya dalam arti sempit yaitu, “pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva”. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari definisi biaya berikut ini :
Biaya adalah suatu nilai tukar, prasyarat atau pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan, prasyarat atau pengorbanan tersebut pada tanggal perolehan dinyatakan dengan pengurangan atau aktiva lainnya pada saat ini atau pada masa yang akan datang Sementara itu beban didefinisikan sebagai berikut :
Beban adalah pengurangan aktiva netto akibat digunakannya jasa-jasa ekonomis untuk menciptakan pendapatan atau karena pengenaan pajak oleh badan- badan pemerintah. Beban di hitung menurut jumlah penggunaan aktiva dan pertambahan kewajiban yang berkaitan dengan produksi, pengiriman barang serta
pemberian jasa. Dalam arti yang terluas, beban mencakup semua biaya yang telah habis dipakai (expired) yang dapat dikurangkan dari pendapatan
Menurut Niswonger (1999 : 224) “ Beban (expense) dapat diartikan sebagai aktuva atau jasa yang digunakan dalam proses memperoleh pendaptan”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan ekonomis untuk memperoleh pendapatan.
b. Jenis – Jenis Beban
Pengklasifikasian terhadap beban harus dilakukan secara tepat agar Laporan Laba Rugi perusahaan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan mudah dipahami. Secara umum beban dapat digolongkan atas dua jenis , yaitu :
1. Beban Langsung, Merupakan beban yang secara langsung dikaitkan dengan pendapatan, dalam periode diakuinya pendapatan.Beban yang secara langsung yang berkaitan dengan penjualan produk, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Biaya bahan dan tenaga kerja untuk pabrikan, atau biaya untuk membeli persediaan yang dijual selama periode tersebutBeban penjualan, seperti komisi penjualan, gaji, sewa, dan biaya pengiriman.Beban garansi atas produk-produk yang dijual.
Beban yang secara langsung berkaitan dengan penjualan jasa, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Beban langsung awal adalah terkait langsung dengan transaksi jasa negosiasi dan penyempurnaan. Biaya-biaya ini termasuk komisi, honorarium hukum, kompensasi tenaga penjualan di samping komisi. Beban langsung memiliki sebab akibat yang dapat diidentifikasikan atas penjualan jasa.
Contoh : biaya perbaikan bagian dan tenaga kerja jasa termasuk sebagai kontrak jasa.
2. Beban Tidak Langsung
Merupakan beban yang tidak berhubungan secara langsung dengan penjualan produk atau jasa, yang merupakan beban periode dan beban alokasi. Contohnya mencakup jenis tertentu dari beban iklan, kompensasi atas waktu yag tersita dalam mengnegosiasikan transaksi yang tidak disempurnakan, beban administrrasi umum, beban penyusutan, dan beban amortisasi.
c. Pengakuan dan Penentuan Beban
Suatu perkiraan yang memenuhi definisi untuk diadakan pengakuan (recognition) kalau pertama, ada kemungkinan bahwa menfaat ekonomi yang berkaitan dengan perkiraan tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan dan Kedua, Perkiraan tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Dengan merujuk pada definisi di atas maka beban dapat dan juga harus diakui di dalam hubungannya dengan penyajian laporan keuangan yang benar dan lengkap.
Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva.
Beban merupakan faktor pengurang pendapatan dalam menentukan laba oleh karena itu beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos pendapatan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut penandingan biaya dengan pendapatan ini melibatkan pengakuan pendapatan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lainnya yang sama misalnya, berbagai
komponen beban yang membentuk beban pokok penjualan diakui pada saat yang sama dengan pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang.
Penegasan mengenai beban dapat dilihat dari konsep dasar yang dikemukakan oleh Eldon S. Hendriksen (Tahun 2000 : 182), Beban terjadi apabila barang atau jasa dikonsumsi atau digunakan dalam proses memperoleh pendapatan. Saat atau pelaporan beban dilakukan dengan mencatat kegiatan di dalam laporan keuangan.
Pelaporan beban dapat terjadi bersamaam dengan kegiatan menggunakan barang atau jasa, atau boleh dilakukan sesudah kegiatan, atau dalam keadaan yang tidak biasa, boleh mendahului kegiatan itu.
Laba rugi dapat ditentukan dengan menandingkan antara pendapatan yang diterima dengan beban yang dikeluarkan dalam memperoleh pendapatan yang dimaksud. Pengertian penandingan yaitu proses pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan atas dasar hubungan sebab akibat. Dengan demikian, hubungan antara pendapatan dengan beban/biaya mempunyai hubungan yang sangat erat dalam penentuan laba.
DAN DEINES COMPANY
PERHITUNGAN LABA RUGI (Step single) Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 1993
Penjualan Bersih 10.000 Pendapatan Dividen 3.000
Harga Pokok Penjualan 2.500 Beban Penjualan 2.000 Beban Administrasi 500 Beban Bunga 500 Beban Pajak Penghasilan 1.000
Laba 12.500
Sumber : Donald E. Kieso and Jerry J. Weygandt, Akuntansi Intermediate, Edisi Ketujuh. Jilid Satu, alih Bahasa Herman Wibowo, Binarupa Aksara, Jakarta 1995, Hal. 18
DAN DEINES COMPANY PERHITUNGAN LABA RUGI
Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 1993
Penjualan Bersih 10.000
Laba Kotor 12.500
Beban Penjualan 2.000
Laba Operasi 10.000
Laba Kotor 14.000
Laba Sebelum Pajak 13.500
Laba Bersih 12.500
Sumber : Donald E. Kieso and Jerry J. Weygandt, Akuntansi Intermediate, Edisi Ketujuh. Jilid Satu, alih Bahasa Herman Wibowo, Binarupa Aksara, Jakarta 1995, Hal. 1
E. Pengakuan Pendapatan dan Beban Menurut PSAK No. 36 1. Pengertian Pendapatan dan Beban
a. Pengertian Pendapatan
Pendapatan yang biasanya diperoleh oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu tergantung kepada jenis usaha yang dikelola oleh perusahaan tersebut. PSAK No. 36 mengenai standar akuntansi untuk asuransi jiwa, menyebutkan ada tiga jenis pendapatan yang diterima oleh perusahaan asuransi jiwa, yaitu :
• Pendapatan Premi, yang terdiri dari : a. Premi kontrak jangka pendek b. Premi kontrak jangka panjang
• Pendapatan Investasi
• Pendapatan Lain-lain
Pendapatan premi disajikan sedemikian rupa sehingga menunjukkan jumlah premi bruto, premi asuransi, dan kenaikan (penurunan) premi yang belum merupakan pendapatan. Premi reasuransi disajikan sebagai pengurang premi bruto.
Premi bruto, adalah premi yang diperoleh dari pemegang polis
Premi reasuransi adalah bagian premi bruto yang menjadi hak reasuradur berdasarkan perjanjian
Pendapatan Lain-Lain yang diterima perusahaan adalah pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan di luar kegiatan investasi.
Komisi reasuransi dan komisi keuntungan reasuransi diakui sebagai pendapatan lain.
b. Pengertian Beban
Beban yang ada pada perusahaan asuransi jiwa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Beban Klaim, yang terdiri dari :
• Klaim dan Manfaat Asuransi
• Klaim Reasuransi 2) Beban Akuisisi 3) Beban Operasional 4) Beban Lain-lain.
2. Pengakuan Pendapatan dan Pengakuan Beban a. Pengakuan Pendapatan
Pengakuan pendapatan yang diperoleh perusahaan asuransi jiwa adalah : pendapatan premi kontrak jangka panjang. Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK (2007 : 36.18) menyatakan bahwa, “ Nilai sekarang estimasi manfaat polis masa depan yang dibayar kepada pemegang polis atau wakilnya dikurangi nilai sekarang estimasi premi masa depan yang akan diterima dari pemegang polis diakui pada saat pendapatan premi diakui.”
Pengakuan dari pendapatan yang diperoleh menurut PSAK No. 36 bergantung pada komponen atau elemen yang membentuk masing-masing dari pendapatan- pendapatan tersebut. Secara umum pengakuan pendapatan premi adalah pada saat pencatatannya, yaitu pada saat polis diterbitkan (accrual basic) yang diharapkan, mortalitas, morbiditas, terminasi, dan beban-beban yang ditetapkan pada saat kontrak asuransi dibuat.
b. Pengakuan Beban
Pengakuan beban klaim seperti di ungkap dalam PSAK No.36 menganut dasar akrual (accrual basis). Namun secara khusus mempunyai perbedaan dalam kriteria atas setiap komponen atau elemen yang membentuk akumulasi total beban, yaitu :
1. Jumlah klaim dalam proses penyelesaian termasuk klaim yang terjadi namun belum di laporkan, ditentukan berdasarkan estimasi kewajiban klaim tersebut.
2. Klaim reasuransi diakui sebagai pengurang beban klaim pada periode yang sama dengan pengakuan beban klaim.
F. Penentuan Laba Menurut PSAK NO.36 1. Pengertian Laba
Seperti yang diisyaratkan dalam PSAK No. 36. Laba perusahaan asuransi mempunyai konsep yang sama seperti konsep laba secara umum. Laba diartikan sebagai selisih bersih (positif) antara keseluruhan pendapatan dengan beban yang
timbul dari aktivitas perusahaan ataupun kerugian yang diakibatkan kegiatan perusahaan yang lain.
Jadi laba perusahaan asuransi jiwa adalah selisih positif total pendapatan dari pendapatan premi, pendapatan investasi, dan pendapatan lain-lain, dengan beban klaim dan beban akuisisi.
2. Penentuan Laba
Laba pada perusahaan asuransi jiwa ditentukan sama dengan konsep laba pada perusahaan jasa, maupun perusahaan manufaktur lainnya. PSAK No. 36 menyebutkan penentuan laba asuransi jiwa untuk suatu periode tertentu harus mengungkapkan unsur-unsur sebagai berikut :
a. Pendapatan yang terdiri dari:
- Pendapatan Premi - Hasil Investasi
- Pendapatan Lain-Lain b. Beban yang terdiri dari :
- Beban Klaim - Beban Akuisisi - Beban Operasional - Beban Lain-Lain
3. Konsep Laba Rugi
Konsep Laba rugi yang dianut dan dipakai perusahaan asuransi jiwa menggunakan salah satu dari dua konsep Laba Rugi yang berlaku umum. Konsep laba rugi yang dipakai menurut PSAK No. 36 adalah konsep yang tidak memasukkan pos-pos yang luar biasa. Menurut konsep ini, laporan laba rugi, yang disusun setiap periode akuntansi harus berisikan data yang terjadi dalam keadaan normal dengan tidak dipengaruhi oleh keadaan atau kejadian yang luar biasa. Dengan demikian data yang termasuk dalam laporan laba rugi hanyalah yang berasal dari :
i. Hasil yang berasal dari hasil operasi utama dan hasil non operasi utama.
ii. Beban yang terdiri dari beban operasi utama dan beban non operasi utama.
4. Laporan Laba Rugi Menurut PSAK No. 36
Komponen-komponen laba rugi perusahaan asuransi jiwa diperinci sebagai berikut :
1. Pendapatan
a. Pendapatan Premi 1) Premi Bruto
2) Dikurangi Premi Reasuransi
3) Dikurangi (ditambah) kenaikan (penurunan) premi yang belum merupakan pendapatan premi
b. Hasil Investasi c. Imbalan Jasa DPLK d. Pendapatan Lain-Lain
2. Beban
a) Klaim dan Manfaat
b) Dikurangi Klaim Reasuransi
c) Ditambah (dikurangi) kenaikan (penurunan) kewajiban manfaat polis masa depan dan estimasi kewajiban klaim.
d) Amortisasi Biaya Akuisisi ditangguhkan e) Pemasaran
f) Umum dan Administrasi g) Beban Lain-lain
Penyajian seperti di atas yang diungkapkan dalam PSAK N0. 36 dilakukan dengan cara perincian atas semua unsur pendapatan dan keuntungan yang diidentifikasikan sebagai pos-pos operasi dijadikan satu kelompok, pada bagian pertama perhitungan laba rugi. Laba rugi dihitung dengan cara mengurangkan total pendapatan dengan total beban. Konsep penyajian laba rugi ini adalah sama dengan penyajian laba rugi dengan memakai metode “Single Step”.
Berikut merupakan contoh Laporan Laba Rugi untuk perusahaan asuransi jiwa yang lazim digunakan :
PT. ASURANSI JIWA ABC LAPORAN LABA RUGI
Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2001 dan 2002
2002 2001 PENDAPATAN
Pendapatan Premi
Premi Bruto XX XX
Dikurangi : Premi Reasuransi (XX) (XX)
Dikurangi (Ditambah) : Kenaikan (Penurunan) Premi Yang Belum merupakan
Pendapatan (XX) (XX)
Jumlah Pendapatan Premi XX XX
Hasil Investasi XX XX
Imbalan Jasa DPLK XX XX
Pendapatan Lain XX XX
Jumlah Pendapatan XX XX
BEBAN
Klaim dan Manfaat XX XX
Dikurangi : Klaim Reasuransi (XX) (XX)
Ditambah (dikurangi) : Kenaikan (penurunan) Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan dan
Estimasi Kewajiban Klaim XX XX Amortisasi Biaya Akuisisi Ditangguhkan XX XX
Pemasaran XX XX
Umum dan Administrasi XX XX
Laba (Rugi) Sebelum Pajak XX XX
Pajak Penghasilan XX XX
Laba Bersih Tahun Sekarang XX XX
Dividen (XX) (XX)
Saldo Laba Akhir Tahun XX XX
Sumber: Standar Akuntansi Keuangan hal 36.9 PSAK No. 36