• Tidak ada hasil yang ditemukan

berdasarkan kriteria Gleason dengan LD mg kg BB -1 dan tidak ditemukan gejala klinis ketoksikan yang nyata pada mencit sebagai hewan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "berdasarkan kriteria Gleason dengan LD mg kg BB -1 dan tidak ditemukan gejala klinis ketoksikan yang nyata pada mencit sebagai hewan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi yang tersebar di berbagai tipe habitat. Di hutan tropis Indonesia terdapat sekitar 30 ribu tumbuhan jauh melebihi daerah tropis lainnya seperti Amerika Selatan dan Afrika barat. Diketahui, sekitar 9600 spesies berkhasiat obat dan sekitar 200 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat penting bagi industri obat tradisional (Sampoerno 1999, Zuhud et al. 2001; Azmy 2002). Pada tahun 2008 penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional termasuk diantaranya obat herbal mencapai 22.26% (BPS 2009). Menteri kesehatan dalam laporannya menyebutkan bahwa menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 80% penduduk dunia bergantung pada pengobatan tradisional, termasuk obat herbal (Depkes 2009).

Perubahan pola pikir masyarakat menuju gerakan hidup kembali ke alam (back to nature) yang dalam pelaksanaannya membiasakan hidup dengan menghindari bahan-bahan kimia sintesis dan lebih mengutamakan bahan-bahan alami, semua yang serba natural semakin digemari dan dicari orang (WHO 2000;

Wayland 2004; Lynch dan Berry 2007). Kecenderungan untuk kembali ke alam sudah menjadi gaya hidup dan kebutuhan pada berbagai kalangan masyarakat, tidak hanya di pedesaan, masyarakat di perkotaan dan kalangan menengah ke atas juga mulai banyak mengkonsumsi jamu untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tubuhnya.

Meniran (Phyllanthus sp. L.) teridentifikasi sebagai gulma tanaman padi (Soerjani et al. 1987) yang keberadaannya tidak dikehendaki. Meskipun demikian, sebagian masyarakat sudah mengenal dan menggunakan meniran sebagai salah satu tanaman berkhasiat obat. Hasil penelitian farmakologi menunjukkan bahwa meniran mempunyai aktivitas antihepatotoksik (Syamasundar et al. 1985; Sabir dan Rocha 2008; Manjrekar et al. 2008), hipoglikemik, antibakteri, diuretika (Narayana et al. 2001; Manjrekar et al. 2008; Lopez-Lazaro 2009), aktivitas antimicrobial(Chitravadivu et al. 2009; Akin-Osanaiye et al. 2011)) dan aktivitas antiplasmodial (Oluwafemi dan Debiri 2008; Njomnang Soh et al. 2009). Uji toksiksitas akut terhadap Phyllanthus niruri L. termasuk dalam kelas toksik ringan

(2)

berdasarkan kriteria Gleason dengan LD50 1588.781 mg kg BB dan tidak ditemukan gejala klinis ketoksikan yang nyata pada mencit sebagai hewan percobaan. Dengan demikian herba meniran aman untuk digunakan bagi manusia (Halim 2010).

Uji fitokimia yang dilakukan pada tanaman meniran asal B2P2TO-OT Tawangmangu menunjukkan meniran mengandung metabolit sekunder dari golongan flavonoid, fenol hidroquinon, steroid, tanin, saponin dan lignan (Wahyuni 2010). Akin-Osanaiye et al. (2011) menyatakan pada daun, akar dan batang Phyllanthus amarus (Schum dan Tonn) terdapat alkaloid, tanin, flavonoid, saponin, glikosida tetapi tidak ditemukan steroid. Sejauh ini kualitas meniran ditentukan berdasarkan kandungan senyawa penanda tunggal dari golongan lignan (Elfahmi 2006; Murugaiyah dan Chan 2008). Lignan utama dari genus ini adalah filantin dan hipofilantin. Keberadaan filantin dapat digunakan sebagai senyawa identitas dalam menganalisis ekstrak kental herba meniran (BPOM 2004). Figuera et al. (2006) mendapatkan kandungan lignan dari 0.65 hingga 1.24% bobot kering diantara 4 daerah yang diteliti. Kultivar amarus CIM-Jeevan mempunyai kandungan filantin 0.70-0.77% bobot kering (tanaman kontrol filantin 0.30-0.36%

bobot kering) sedangkan kandungan hipofilantin berkisar antara 0.32-0.37% bobot kering (tanaman kontrol 0.12-0.17% bobot kering) (www.freepatentsonline.com).

Seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap komoditas tanaman obat maka usaha pembudidayaan tanaman obat menjadi penting untuk dilakukan agar ketersediaannya berlangsung secara terus menerus. Sejauh ini belum banyak ditemukan teknik agronomi yang tepat dalam pembudidayaan tanaman meniran.

Beberapa pustaka menunjukkan pengaruh dari naungan terhadap pertumbuhan dan produksi biomassa meniran (Tunggal 2002, Tresnawati 1993; Emmyzar et al.

1993) tetapi tidak ada informasi adanya hubungan antara perlakuan budidaya terhadap kandungan bioaktifnya. Sampai saat ini sangat sulit menemukan petani atau pihak tertentu yang membudidayakan meniran secara khusus.

Ghulamahdi (2003) menyatakan bahwa untuk berproduksi tinggi maka budidaya tanaman obat harus dilakukan di tempat yang lingkungannya cocok untuk kebutuhan spesies tersebut. Adapun kondisi lingkungan yang diperlukan untuk masing-masing spesies dapat dilihat dari tempat asal spesies tersebut

(3)

ditemukan. Pengetahuan mengenai taksonomi berupa pengelompokan jenis spesies dalam famili akan sangat membantu cara perbaikan dan budidaya spesies tersebut. Hal ini yang mendasari penyusunan perbaikan cara budidaya, peningkatan produksi per satuan luas dan peningkatan kandungan bioaktif tanaman.

Berdasarkan hal yang telah dikemukakan maka deskripsi tanaman merupakan hal penting untuk dilakukan karena dapat memberikan informasi tentang ciri-ciri dan sifat-sifat tanaman yang dapat digunakan sebagai pedoman di dalam penelitian para pemulia dan budidayanya. Identifikasi tanaman dan analisis hubungan kekerabatan antar tanaman dapat dilakukan secara kombinasi menggunakan penanda morfologi, sifat agronomi atau analisis biokimia seperti isozim (Waugh 1997). Analisis keragaman morfologi dilakukan dengan menggunakan data hasil pengamatan atau pengukuran karakter morfologi tertentu.

Kelemahan analisis genetik menggunakan penanda morfologi adalah biasanya dipengaruhi oleh lingkungan makro dan mikro serta umur suatu individu.

Kesulitan lain akan terjadi apabila karakter kuantitatif yang diatur oleh banyak gen terekspresi pada akhir pertumbuhan seperti karakter hasil (Weising et al.

1995). Informasi mengenai keragaman genetik tanaman merupakan modal dasar bagi para ahli pemuliaan dalam upaya melakukan perbaikan dan pengembangan tanaman. Karakterisasi fenotip perlu didukung oleh karakterisasi yang dilakukan melalui penanda molekuler. Analisis pada tingkat molekul dapat dilakukan dengan teknik RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA). Teknik RAPD memiliki kelebihan dibanding dengan teknik lainnya yaitu lebih sederhana.

Dengan hanya menggunakan beberapa nanogram DNA total genom telah mampu mendeteksi pola pitanya. Primer oligonukleotida yang digunakan relatif lebih pendek yaitu hanya 10 sampai 20 mer. Namun teknik ini memiliki kekurangan karena tidak mampu mengidentifikasi heterozigot (Waugh 1997).

Stimulasi produksi bioaktif pada tanaman dapat dilakukan melalui manipulasi faktor lingkungan seperti cahaya, air dan pemupukan. Gould dan Lister (2006) mendapatkan terjadinya peningkatan kandungan flavonoid pada tanaman yang mengalami cekaman cahaya. Peningkatan ini akan semakin tinggi

(4)

apabila diikuti dengan terjadinya cekaman air. Hal ini merupakan mekanisme sistem pertahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan dengan mengeluarkan senyawa metabolit sekunder (Gould dan Lister 2006).

Unsur hara esensial seperti nitrogen, fosfor dan kalium merupakan unsur penting yang diperlukan dalam proses metabolisme pertumbuhan tanaman. Pupuk anorganik (NPK) dapat menyediakan unsur hara tersedia langsung bagi tanaman.

Sedangkan pupuk kandang sebagai pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik dan meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk organik memberikan bagian yang terbesar untuk lokasi pertukaran kation di dalam tanah dengan kapasitas buffer bahan organik yang rendah (Babbar dan Zak 1994).

Perumusan Masalah

Meniran (Phyllanthus niruri L. dan Phyllanthus urinaria L.) merupakan tanaman berkhasiat obat. Produksi kandungan bioaktif meniran dibutuhkan sebagai bahan baku obat yang keberadaanya harus tersedia terus menerus. Hal ini membutuhkan penyediaan bahan tanam maupun teknik budidaya yang tepat di lapangan.

Mengingat meniran masih dianggap sebagai tumbuhan liar dan ada juga yang mengelompokan sebagai gulma maka penelitian mengenai keberadaan meniran yang ada di alam maupun meniran yang sudah dibudidayakan perlu dilakukan. Penelitian dimulai dengan melakukan eksplorasi terhadap keberadaan tanaman meniran di alam. Sebagai pembanding dilakukan penanaman meniran dari alam dalam kondisi lingkungan yang sama untuk melihat gambaran pertumbuhan tanaman dari penanaman hingga panen. Dari beberapa aksesi yang ada selanjutnya dilakukan seleksi terhadap karakter morfologi yang berhubungan dengan peningkatan bobot kering total dan kandungan flavonoid. Selanjutnya dilakukan analisis keragaman morfologi dan genetik untuk melihat hubungan kekerabatan diantara aksesi yang ada. Untuk melengkapi data dilakukan penelitian melalui pengumpulan data dari masyarakat sekitar lokasi pengumpulan tanaman.

Data yang dituju adalah seberapa besar pengetahuan masyarakat tentang tanaman meniran, manfaat sebagai tanaman obat maupun kegiatan budidayanya. Kegiatan penelitian berikutnya adalah melihat respon yang ditunjukkan oleh tanaman terhadap faktor lingkungan tanaman seperti cahaya, unsur hara dan air. Sejauh ini,

(5)

informasi tentang respon pertumbuhan dan produksi bioaktif terhadap perlakuan naungan, pemupukan dan penentuan kadar air tersedia bagi tanaman meniran belum banyak dilaporkan. Hal ini sangat perlu dilakukan karena kondisi ideal untuk tanaman obat adalah kombinasi biomassa dan bioaktif yang tinggi.

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keragaman plasma nutfah meniran dan mendapatkan rancangan teknologi budidaya (naungan, pemupukan dan kadar air) terbaik dalam rangka menghasilkan produksi bioaktif yang tinggi. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan kegiatan yang bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis pendapat masyarakat tentang keberadaan dan pemanfaatan tanaman meniran sebagai tanaman obat.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis karakter morfologi dan kandungan bioaktif yang dapat digunakan sebagai kriteria seleksi produksi biomassa dan produksi bioaktif yang tinggi.

3. Mengidentifikasi dan menganalisis keragaman karakter morfologi, kandungan antosianin daun dan hubungan kekerabatan aksesi meniran berdasarkan penanda molekuler (genetik).

4. Mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh faktor lingkungan (cahaya, air dan unsur hara) terhadap pertumbuhan, produksi biomassa dan kandungan bioaktif meniran.

Hipotesis

Dari setiap tahapan penelitian dapat ditarik beberapa hipotesis sebagai berikut : 1. Ada sebagian masyarakat yang telah mengetahui keberadaan tanaman

meniran dan manfaatnya sebagai obat.

2. Terdapat keragaman karakter morfologi antar aksesi meniran, diperoleh karakter morfologi yang dapat dijadikan kriteria seleksi untuk perbaikan produksi biomassa dan kandungan bioaktif meniran.

(6)

3. Diperoleh keragaman karakter morfologi, kandungan antosianin daun dan hubungan kekerabatan beberapa aksesi meniran berdasarkan penanda molekuler.

4. Terdapat perbedaan tanggap pertumbuhan, produksi biomassa dan kandungan bioaktif aksesi meniran pada naungan, pemupukan dan kadar air tanah yang berbeda.

Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian di atas, maka strategi penelitian yang dilakukan harus mempunyai keterkaitan yang satu dengan penelitian lainnya.

Penelitian ini terdiri atas dua aspek : (1) keragaman plasma nutfah meniran dan (2) tanggap perubahan karakter meniran. Kedua kelompok tersebut dikelompokan menjadi 5 judul penelitian : (1) eksplorasi meniran (Phyllanthus niruri L. dan Phyllantus urinaria L.) di Kabupaten Bangkalan dan Gresik. (2) analisis keragaman karakter morfologi, kandungan antosianin daun dan hubungan kekerabatan 13 aksesi meniran berdasarkan penanda molekuler, (3) pertumbuhan dan kandungan total filantin dan hipofilantin aksesi meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) pada berbagai tingkat naungan, (4) pertumbuhan dan kandungan total filantin dan hipofilantin meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) pada berbagai cara pemupukan, (5) pertumbuhan dan kandungan antosianin daun meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) pada berbagai kadar air tanah tersedia. Garis besar dari keseluruhan kegiatan penelitian disajikan dalam Gambar 1.

(7)

Gambar 1 Diagram alur penelitian.

Keragaman Tanaman di Lapangan (Survei di Kabupaten Bangkalan dan Gresik)

Pengaruh faktor Lingkungan Keragaman morfologi dan

genetik pada kondisi terkontrol

Cahaya Air

Unsur hara Keragaman karakter agronomi

Keragaman produksi biomassa dan kandungan bioaktif Keragaman genetik

Tanggap pertumbuhan, produksi biomassa dan produksi bioaktif beberapa aksesi

meniran terhadap pengaruh faktor lingkungan

Rancangan Teknologi Budidaya Meniran

Gambar

Gambar 1 Diagram alur penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Animasi Terhadap Minat dan

Analisis regresi dalam penelitian ini menghasilkan bahwa secara simultan perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara simultan berpengaruh

cabang utama kota Pekanbaru termasuk dalam kategori sesuai. Hal ini dapat dilihat dari tangaapan responden yang mana tanggapan ini merupakan keadaan yang dirasakan

Perilaku disiplin merupakan salah satu perilaku yang paling penting untuk diajarkan karena bisa membuat seseorang mampu mengikuti aturan. Sekolah adalah lingkungan strategis

permkembangan gerak, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan gerak dirinya sendiri. Dalam penelitian ini terlihat bahwa variabel lari 40 meter antara siswa

Maka luaran dari penelitian ini memanfaatkna potensi visual khas Gunung Tangkuban Perahu yaitu Lava Pahoehoe yang akan diaplikasikan pada busana menswear menggunakan

Berdasarkan hasil pengolahan data terlihat bahwa koefisien regresi variabel perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas KUD Pratama Jaya., karena dari