• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi, bukanlah fenomena baru dalam sejarah peradaban dunia.

Jauh sebelum nation-state, perdagangan dan migrasi lintas benua sudah berlangsung sejak lama. Globalisasi adalah suatu proses yang menempatkan masyarakat dunia bisa menjangkau satu dengan yang lain atau saling terhubungkan dalam semua aspek kehidupan mereka, baik dalam budaya, ekonomi, politik, teknologi maupun lingkungan (Budi Winarno, 2006: 39).

Globalisasi dapat disimpulkan menjadi proses di mana antarindividu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara. Globalisasi terjadi di segala aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial budaya, politik, ilmu pengetahuan, teknologi, hukum dan sebagainya. Di bidang ekonomi, pendorong utama gobalisasi adalah meningkatnya arus informasi, uang dan barang melalui perusahaan multinasional (Endang Sutrisno, 2007: 8).

Tidak ada negara yang mampu menutup diri dari perkembangan globalisasi, mau tidak mau setiap negara harus mampu menghadapi derasnya arus globalisasi, walaupun arus globalisasi memberikan berbagai dampak dalam kehidupan. Tidak terkecuali Indonesia sebagai anggota masyarakat dunia yang tentunya tidak dapat dan tidak akan mengasingkan diri dari pergaulan internasional (Hira Jhamtani, 2001: 17). Globalisasi tidak dapat dihindari, maka diperlukan suatu antisipasi agar keadaan ekonomi politik Indonesia tetap stabilitas serta tidak mengalami kemunduran yang lebih jauh.

Salah satu langkah antisipasi adalah dengan pembangunan nasional (Khor Martin, 2002: 14).

Salah satu bidang pembangunan yang diusahakan dalam pembangunan nasional adalah bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai kesejahteraan maka diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan

(2)

distribusi kebutuhan ekonomi merata (Sodik, Jamzani dan Didi Nuryadin.

2005: 157). Penjualan barang sekarang ini tidak hanya dilakukan melalui tatap muka, akan tetapi sudah menggunakan media online sehingga barang yang dibeli akan dikirim melalui jasa pengangkutan.

Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting untuk memperlancar roda pembangunan, perekonomian, serta kehidupan masyarakat di seluruh dunia termasuk di negara Indonesia.

Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari sebagian besar laut, sungai dan danau yang memungkinkan pengangkutan dilakukan melalui darat, perairan, dan udara guna menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan kenyataan tersebut banyak bermunculan jasa pengangkutan barang. (Abdulkadir M, 1998:7).

Perusahaan pengangkutan di Indonesia tidak hanya melayani pengangkutan orang, tapi juga melakukan layanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik, layanan paket, layanan logistik, layanan transaksi keuangan.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Pos, menyatakan bahwa yang disebut dengan layanan pos adalah layanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik, layanan paket, layanan logistik, layanan transaksi keuangan, dan layanan keagenan pos untuk kepentingan umum. Pos menjadi sarana komunikasi dan informasi yang mempunyai peran penting dan strategis dalam mendukung pelaksanaan pembangunan, mendukung persatuan dan kesatuan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mendukung kegiatan ekonomi, serta meningkatkan hubungan antar bangsa. Undang-Undang Pos juga menyebutkan tujuan dari adanya pos, yakni :

a. meningkatkan dan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta meningkatkan hubungan antar bangsa dan antar negara;

(3)

b. membuka peluang usaha, memperlancar perekonomian nasional, dan mendukung kegiatan pemerintahan;

c. menjamin kualitas layanan komunikasi tertulis dan surat elektronik, layanan paket, layanan logistik, layanan transaksi keuangan, dan layanan keagenan pos; dan

d. menjamin terselenggaranya layanan pos yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 4 Undang-Undang Pos menyebutkan bahwa penyelenggaraan pos dilakukan oleh badan usaha yang berbadan hukum Indonesia seperti Perseroan terbatas (PT), yayasan, dan koperasi. Badan usaha sebagaimana dimaksud terdiri atas:

a. badan usaha milik Negara b. badan usaha milik daerah c. badan usaha milik swasta d. koperasi

Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Pos menyebutkan bahwa:

Badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pos dapat melakukan kegiatan:

a. layanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik b. layanan paket

c. layanan logistik

d. layanan transaksi keuangan dan e. layanan keagenan pos

Tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 Indonesia mengalami perkembangan jumlah perusahaan pengangkutan. Jumlah perkembangan bisa dilihat pada grafik di bawah ini:

(4)

Grafik 1. Perkembangan perusahaan pengangkutan di Indonesia

Sumber: bps.go.id tahun 2016

Perkembangan jumlah perusahaan pengangkutan pada tahun 2012 tumbuh sebesar 2% menjadi 5,89% dari tahun 2011 yakni 3,89%. Pada tahun 2013 pertumbuhan perusahaan pengangkutan mengalami pertumbuhan yang tinggi, yakni 6,15% sehingga menjadi 12,04%. Pada tahun 2014 juga mengalami pertumbuhan walaupun tidak setinggi pada tahun 2013, yakni sebesar 3,85%. Tahun 2015 perusahaan pengangkutan juga mengalami pertumbuhan, yakni sebesar 0,33%, pertumbuhan pada tahun 2015 adalah pertumbuhan yang paling rendah dalam 5 tahun terakhir. Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada tahun 2013.

Pengangkutan secara sederhana merupakan perikatan yang bersumber dari perjanjian. Perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki oleh 2 (dua) orang atau 2 (dua) pihak yang membuat perjanjian (Suharnoko, 2004: 117).

Umumnya bentuk perjanjian yang digunakan para pihak dalam perjanjian dapat berbentuk lisan ataupun tulisan. Sistem hukum Indonesia tidak mensyaratkan pembuatan perjanjian pengangkutan itu secara tertulis, cukup dengan lisan saja,

2011, 3.89 %

2012, 5.89 %

2013, 12.04 %

2014, 15.89 2015, 16.22 %

- 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00

2011 2012 2013 2014 2015

pertumbuhan dalam %

Tahun

Perkembangan perusahaan pengangkutan di Indonesia

(5)

asal ada persetujuan kehendak atau konsensus (H.M.N Poerwosutjipto, 1995:

21).

Perjanjian pengangkutan dalam bentuk lisan dapat ditemui dari perjanjian pengangkutan antara pengirim dengan pengangkut yang merupakan perorangan, seperti perjanjian pengangkutan antara mahasiswa dengan pemilik mobil pengangkut untuk melakukan pengangkutan barang-barang dalam rangka pindah kost. Perjanjian ini hanya berupa lisan, yakni kesepakatan diantara 2 (dua) pihak tanpa ada perjanjian tertulis. Perjanjian pengangkutan dalam bentuk tertulis dapat ditemui dalam kegiatan pengangkutan yang dilakukan oleh perorangan atau badan hukum, seperti pengirim akan menanda tangani perjanjian pengangkutan yang sudah dibuat oleh perusahaan pengangkutan sebelum barang dikirim ke tempat tujuan. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang, pengirim barang atau pihak ketiga karena kelalalaian dalam melaksanakan pengangkutan (Abdulkadir Muhammad, 2013: 17).

Secara tradisional suatu perjanjian terjadi didasarkan pada asas kebebasan berkontrak di antara 2(dua) pihak yang memiliki kedudukan yang seimbang. Kesepakatan yang didapat dalam perjanjian itu merupakan hasil negosiasi di antara para pihak. Secara bertahap dan pasti bentuk perjanjian yang ada di masyarakat telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan (Johanes Gunawan, 2003: 45).

Dampak dari kebebasan berkontrak ini dapat dilihat dari banyaknya perjanjian standar atau perjanjian baku yang muncul di masyarakat, orang semakin bebas dalam menentukan isi dan bentuk dari perjanjian yang akan dibuat. Proses negosiasi tidak ditemukan dalam perjanjian standar. Hampir tidak ada kebebasan dalam menentukan isi perjanjian dalam proses negosiasi.

Isi atau syarat-syarat perjanjian telah ditentukan secara sepihak oleh pengusaha. Perjanjian standar dapat terjadi dalam berbagai transaksi, mulai dari transaksi yang bernilai ekonomi rendah, hingga transaksi yang bernilai ekonomi tinggi (R.M. Panggabean, 2010: 651). Pihak konsumen tidak

(6)

memiliki kesempatan untuk menegosiasikan isi perjanjian. Konsumen hanya memiliki pilihan take it or leave it.

Perjanjian pengangkutan menimbulkan adanya hubungan hukum antara pengangkut dan pengirim. Perjanjian-perjanjian yang dilakukan antara para pihak tidak selamanya dapat berjalan mulus dalam arti masing-masing pihak puas, karena kadang-kadang pihak penerima tidak menerima barang atau jasa sesuai dengan harapannya (Ahmadi Miru, 2011: 1). Penggunaan perjanjian standar bukan tanpa menghadapi sorotan para ahli hukum, justru sebaliknya begitu banyak masalah yang timbul dari penggunaan perjanjian standar, terutama yang terdapat klausula eksonerasinya (Sjahdeini, 1993: 68). Dasar pencantuman klausula eksonerasi tidak seimbang karena perbandingan risiko kedua belah pihak yang menjadi kewajiban atau tanggung jawab. Dimuatnya klausula eksonerasi tidak lain adalah untuk mengurangi kewajiban atau tanggung jawab dari salah satu pihak, pencantuman klausula eksonorasi dilakukan guna mengurangi risiko yang terlalu besar kerena kemungkinan timbulnya banyak kesalahan (Kelik Wardiono, 2014: 7). Pada dasarnya perusahaan pengangkutan bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang, pengirim barang atau pihak ketiga karena kelalalaian dalam melaksanakan pengangkutan (Abdulkadir Muhammad, 2013: 17)

Sebelumnya telah ada skripsi yang membahas tentang Pemberian ganti kerugian, diantaranya adalah sebagai berikut. Skripsi Teguh Prasetio yang berjudul “Tanggung Jawab PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Indonesia Akibat Kerusakan Barang Dalam Pengangkutan Jasa Pengiriman”. Berdasarkan penelitiannya,Teguh memaparkan tentang tanggung jawab PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Indonesia terhadap kerusakan barang yang tidak diasuransikan, penggantian kerugian bagi pengirim atas kerusakan barang yang dikirimkan, dan upaya penyelesaiannya apabila PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) dan Pengirim melakukan wanprestasi. Perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah Penulis akan membahas mengenai implemenatasi tanggung jawab JNE cabang Surakarta jika terjadi wanprestasi dalam

(7)

perjanjian pengangkutan yang menggunakan asuransi ataupun tidak menggunakan asuransi.

Skripsi Mahda yang berjudul “Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Kerugian Konsumen Akibat Hilangnya Dokumen (Studi Tentang Pelaksanaan Pasal 4 Huruf h UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen di JNE Agen Jagalan Kota Malang)”. Berdasarkan penelitiannya, mahda memaparkan tentang tanggung jawab pengangkut dari salah satu bentuk wanprestasi yakni hilangnya barang kiriman yang berbentuk dokumen.

Perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah Penulis akan membahas mengenai jenis-jenis wanprestasi yang yang ada di JNE cabang Surakarta dan jumlah ganti kerugian layanan paket yang diberikan JNE.

Skripsi Louis Adi Putra yang berjudul “Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Pengangkutan Barang Melalui Pesawat Udara Negara”. Berdasarkan penelitiannya, Louis Adi Putra memaparkan kesimpulannya bahwa Tanggung jawab penyedia jasa titipan apabila terjadi kerugian akibat kerusakan barang titipan tersebut sering kali tidak sesuai dengan nilai barang/kargo tersebut, dan pengirim/konsumen tidak dapat menuntut lebih karena telah tertera pada surat

“tanda terima titipan” dari penyedia jasa titipan tersebut, terkecuali memiliki perjanjian kerjasama yang terpisah dari tanda terima tersebut maka konsumen dapat menuntut penggantian secara lebih layak. Perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah penulis akan meneliti cara untuk menyelesaiakn sengketa bila pengirim dan/atau penerima tidak terima dengan nilai ganti kerugian layanan paket yang telah ditentukan oleh JNE.

Hasil pengamatan yang dilakukan penulis di Kota Surakarta, ditemukan nama-nama perusahaan pengangkutan seperti TIKI, ESL, JNE, Indah logistic, Pahala Ekspress, Herona, Rosalia Indah Ekspress dan Pos Indonesia, perusahaan pengangkutan di atas semuanya menggunakan perjanjian standar dalam melakukan pengangkutan. Hasil wawancara dengan coordinator cash sales PT TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR cabang Surakarta selanjutnya disebut dengan JNE didapat data tentang JNE, yakni memiliki agen yang tidak sedikit di wilayah Surakarta, jumlahnya mencapai 52 agen. didapat juga

(8)

informasi bahwa ada 3 agen satu wilayah yakni di sekitar kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), tentang jumlah barang kiriman yang diterima oleh Counter PT JNE di kantor cabang JNE Surakarta, pada bulan Desember 2015 telah melakukan pengiriman sebanyak 23.192 paket kiriman, dan pada Januari 2016 telah melakukan pengiriman sebanyak 21.743 paket kiriman.

JNE dalam melakukan perjanjian pengangkutan menggunakan perjanjian standar yang di dalamnya terdapat klausula eksonerasi. JNE dalam melakukan pengangkutan tidak selamanya berjalan lancar atau sesuai dengan apa yang diinginkan, ada kalanya barang yang diangkut mengalami kerusakan, hilang yang berakibat tidak sampainya barang kiriman ke tempat tujuan atau ke penerima. Berdasarkan hal diatas JNE bisa dikatakan telah wanprestasi karena tidak melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya dalam perjanjian pengangkutan. JNE adalah perusahaan yang menyelenggarakan layanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik, layanan paket, layanan logistik.

Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pos menyebutkan Penyelenggaraan Pos dilakukan oleh badan usaha yang berbadan hukum Indonesia, jadi JNE adalah perusahaan Penyelenggara Pos dan taat terhadap Undang-Undang Pos.

Beberapa kasus kiriman barang yang hilang, rusak, tertukar dan terlambat tiba yang ada di Indonesia yang diangkut oleh JNE. Seorang pengirim mengirim barang melalui JNE, kemudian setelah beberapa hari menunggu ternyata barang belum sampai. Selanjutnya seperti biasa dia melakukan cek status kiriman melalui website JNE dan ternyata tercantum kalimat “Paket Rusak TMNG 3”. Pengirim kemudian bertanya ke agen tempat mengirim barang dan diinformasikan bahwa ada kemungkinan paket rusak.

Pihak agen hanya menginformasikan bahwa paket kiriman tersebut tidak memungkinkan untuk diteruskan ke alamat tujuan karena kondisinya telah rusak. (http://cha2enwe.blogspot.co.id/2013/04/paket-hilang-di-jne.html)

Seorang pengirim melakukan pengiriman barang tanggal 19-03-2013, tanggal 21-03-2013 sesuai dengan tracking seharusnya barang sudah sampai, namun ternyata barang belum sampai. Pihak JNE melakukan croscek dengan kurir dan mengatakan bahwa tanggal 21-03-2013 sudah ada pengiriman ke

(9)

alamat tujuan dan yang menerima barang adalah ibunya. Tanggal 23-03-2013 JNE Klaten memberi kabar bahwa barang kiriman tidak ditemukan dan dinyatakan hilang di kantor JNE Klaten. Proses klaim asuransinya baru bisa mulai dilakukan pada hari senin tgl 25-03-2013 dan membutuhkan waktu yang tidak bisa ditentukan untuk proses pencairan klaim (http://www.kaskus.co.id/thread/514eea331b76083449000001/sharepengalama n-buruk-dengan-agen-jne-klaten/.

Hasil wawancara dengan salah satu konsumen JNE, yakni dengan Sasa didapat informasi bahwa barang kiriman yang diangkut JNE telah hilang pada saat proses pengangkutan. Kehilangan barang ini diketahui setelah penerima barang komplain mengenai barang kiriman yang dipesan belum sampai.

Setelah dicek di JNE oleh pengirim, ternyata barang telah hilang saat proses pengangkutan

Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa telah terjadi wanprestasi dalam pengangkutan barang dalam bentuk barang kiriman hilang dan rusak kejadian tersebut membuat pengirim mengalami kerugian. Pengurusan ganti kerugian atas barang hilang tidaklah mudah karena harus melalui beberapa prosedur yang sudah diterapkan oleh pihak Pengirim. Jika dalam suatu waktu yang mengalami kehilangan, kerusakan, ketelambatan dan/atau barang tertukar lebih 1 konsumen tentu akan membuat rugi banyak dan diperlukan usaha yang lebih oleh pengirim untuk mengurus klaim karena JNE telah wanprestasi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji tentang impementasi pemberian ganti kerugian layanan paket di PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Surakarta ditinjau dari Undang-Undang Pos dan cara penyelesaian sengketa yang timbul dari implementasi pemberian ganti kerugian layanan paket di PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Surakarta dalam penulisan hukum (skripsi) dengan judul “IMPLEMENTASI PEMBERIAN GANTI KERUGIAN LAYANAN PAKET DI PT TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR (JNE) CABANG SURAKARTA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG POS.”

(10)

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan bagian penting dalam suatu penulisan hukum agar terarah dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka diperlukan untuk memfokuskan masalah agar dapat dipecahkan secara sistematis. Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah penulis paparkan, maka dengan ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pemberian ganti kerugian layanan paket di PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Surakarta ditinjau dari Undang- Undang Pos?

2. Bagaimana cara penyelesaian sengketa yang timbul dari implementasi pemberian ganti kerugian layanan paket di PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Objektif

a. Mengetahui implementasi pemberian ganti kerugian layanan paket di PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Surakarta ditinjau dari Undang-Undang Pos.

b. Mengetahui cara penyelesaian sengketa yang timbul dari implementasi pemberian ganti kerugian layanan paket di PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Surakarta.

2. Tujuan Subjektif

a. Menerapkan ilmu dan teori hukum yang telah penulis peroleh agar dapat memberikan manfaat bagi penulis dan masyarakat pada umumnya, serta memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum khususnya dalam implementasi pemberian ganti kerugian layanan paket.

(11)

b. Memenuhi syarat akademis guna memperoleh gelar strata 1 (sarjana) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Salah satu aspek penting dalam kegiatan penelitian yang tidak dapat diabaikan adalah mengenai manfaat penelitian. Sebuah penelitian hukum diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi perkembangan ilmu hukum itu sendiri dan juga dapat diterapkan dalam prakteknya. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi perkembangan Ilmu Hukum Perdata, terutama agar masyarakat mengetahui tentang prosedur pengajuan klaim ganti kerugian layanan paket di JNE dan mengetahui tentang prosedur jika terjadi sengketa.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan informasi ilmiah, sebagai masukan dan refrensi bagi para pihak-pihak yang berkepentingan langsung dengan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, sekaligus untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu hukum yang diperoleh selama berada di bangku kuliah.

b. Memberikan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan serta memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

c. Meningkatkan daya penalaran, daya kritis, dan membentuk pola pikir ilmiah sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh.

E. Metode Penulisan Hukum

(12)

Penulisan hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran yang bertujuan untuk mempelajari suatu gejala hukum dengan cara menganalisisnya. Kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan (Soerjono Soekanto, 2008.43). Metode merupakan suatu proses, prinsip, dan prosedur yang berfungsi untuk menghasilkan data dan analisis yang valid dalam mencari jawaban atas permasalahan yang ada. Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara untuk memecahkan masalah dengan jalan menemukan, mengumpulkan, menyusun data dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang hasilnya dituangkan dalam penulisan ilmiah . Adapun metode penelitian dalam penulisan hukum ini:

1. Jenis Penulisan Hukum

Jenis penulisan hukum yang digunakan penulis dalam penulisan hukum ini adalah jenis penulisan hukum empiris, yakni penulisan hukum yang menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari perilaku manusia.

Penulisan hukum empiris, yang diteliti pada awalnya merupakan data sekunder yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan hukum terhadap data primer di lapangan atau masyarakat (Soerjono Soekanto, 2010:52). Penulis akan mendiskripsikan tentang implementasi pemberian ganti kerugian layanan paket di PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Surakarta ditinjau dari Undang-Undang Pos dan cara penyelesaian sengketa yang timbul dari implementasi pemberian ganti kerugian layanan paket di PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Surakarta.

2. Sifat Penelitian Hukum

Ditinjau dari sifatnya, penulisan hukum yang penulis susun dalam penulisan hukum ini termasuk dalam penulisan hukum yang bersifat diskriptif, sifat penulisan hukum secara diskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang keadaan manusia, agar dapat memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka menyusun teori- teori baru (Soerjono Soekanto, 2010:10). Pelaksanaan metode diskriptif

(13)

tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interprestasi tentang data tersebut. Penulis akan memberikan gambaran tentang implementasi pemberian ganti kerugian layanan paket di PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Surakarta ditinjau dari Undang-Undang Pos dan cara penyelesaian sengketa yang timbul dari implementasi pemberian ganti kerugian layanan paket di PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Surakarta.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penulisan hukum yang penulis gunakan dalam penulisan hukum adalah pendekatan kualitatif, yakni suatu metode penulisan hukum yang menghasilkan data diskriptif analisis tentang apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 1986:250).

4. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh dan melengkapi data-data yang diperlukan dalam penulisan hukum ini, maka penulis mengambil lokasi studi lapangan di PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Surakarta yang beralamat di Jl.

Laksda Adi Sucipto No. 19 Surakarta. Penulis memilih JNE karena JNE cabang Surakarta memiliki banyak agen yakni ada 60 agen, banyak konsumennya dibuktikan dengan jumlah paket kiriman yakni pada Desember 2015 ada 23.192 paket dan Januari 2016 ada 21.743 paket. Kasus mengenai barang kiriman yang hilang dan rusak juga ada, yakni sebagai berikut November 2015 ada 14 kasus, Desember 2015 ada 23 kasus, Januari 2016 ada 21 kasus, Februari 2016 ada 19 kasus.

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari lapangan yang menjadi objek penelitian atau diperoleh melalui wawancara yang berupa keterangan atau fakta-fakta atau juga biasa

(14)

disebut dengan data yang diperoleh dari sumber yang pertama (Soerjono Soekamto, 2014: 12).

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang menunjang dan mendukung data primer, data ini diperoleh melalui studi kepustakaan, buku-buku, literature, tulisan ilmiah, koran, majalah, peraturan perundang-undangan, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

6. Sumber Data

Sumber data yang penulis gunakan dalam penulisan hukum ini adalah:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, yaitu perilaku warga masyarakat melalui penelitian (Soerjono Soekamto, 2014: 12). Dalam penelitian ini, sumber data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lokasi penelitian dari pihak yang berwenang dalam memberikan keterangan secara langsung mengenai apa yang diteliti, yakni wawancara dengan:

1) Pak Gesang selaku Coordinator Cash Sale dan Costumer Servis di JNE, yang dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2016.

2) Ibu Danik selaku Kepala Bagian Personalia JNE, yang dilakukan pada tanggal 22 Maret 2016.

3) Tiga orang pengirim pengguna jasa dari JNE dan mengalami wanprestasi.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder berupa bahan dokumen, peraturan perundang-undangan, laporan, arsip, literature, dan hasil penelitian lainnya yang mendukung sumber data primer. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penulisan hukum (skripsi) ini adalah:

1) Bahan Pukum Primer

Bahan Hukum Primer yang digunakan dalam penulisan ini adalah:

(15)

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) b) Kitab Undang-undang Hukum dagang (KUHD) c) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos

d) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan Kehakiman

e) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

f) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

g) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos

h) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : Km 5 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Jasa Titipan

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan yang berisi penjelasan mengenai bahan hukum primer, yang terdiri dari buku, artikel, karya ilmiah, majalah, makalah, Koran dan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu kamus dan bahan-bahan dari internet.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam suatu penulisan hukum yang bersifat diskriptif merupakan suatu yang penting karena digunakan untuk memperoleh data secara lengkap. Cara pengumpulan data dapat dilakukan dengan membaca, mempelajari, mengkaji, dan menganalisis serta membuat catatan dari buku literature, Peraturan Perundang-undangan, jurnal, artikel dan lain sebagainya, yang berhubungan dengan permasalahan (Lexy J.

(16)

Moloeng, 2011: 135). Dalam penulisan hukum ini teknik pengumpulan data yang digunakan antar lain:

a. Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer dengan melakukan pengamatan dan penulisan hukum secara langsung pada objek yang diteliti. Dilakukan dengan cara:

1) Studi dokumen dan bahan pustaka

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari dokumen, buku-buku, jurnal-jurnal, atau bahan pustaka lain dalam bentuk tulisan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

2) Wawancara

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu, Percakapan ini dilakukan oleh 2 (dua) pihak, yakni pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang di wawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.Wawancara dalam penulisan hukum ini dilakukan coordinator cash sale JNE dan 3 (tiga) pengirim yang menggunakan jasa dari JNE.

b. Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder dengan menggunakan studi kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku-buku literature, Peraturan Perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi, hasil penelitian hukum terdahulu, dan bahan kepustakaan lain yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti (Soerjono Soekanto, 2012:12).

8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan hukum ini merupakan model analisis kualitatif dengan menggunakan, mengelompokkan, dan menyeleksi data yang diperoleh dari penulisan hukum lapangan, kemudian dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas,

(17)

kaidah-kaidah hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan. Dalam analis ini ada 3 komponen utama, antara lain (H. B Sutopo, 2002: 91):

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses penyeleksian, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang diperoleh dari data kasar yang dimuat dalam catatan tertulis (fieldnote).

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan rangkaian informasi yang tersusun dalam kesatuan bentuk narasi yang memungkinkan untuk dapat ditarik sesuai kesimpulan dari penulisan hukum yang akan dilakukan. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah, sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang diteliti. Selain dalam bentuk narasi kalmia, sajian data dapat pula ditampilkan dengan berbagai jenis matriks, gambar, jaringan kerja, kaitan kegiatan, dan juga tabel.

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan ketika proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan perlu diverifikasi agar nantinya dapat benar-benar dipertanggung jawabkan. Apabila simpulan dirasa kurang maksimal karena kurangnya rumusan data dalam reduksi maupun sajian datanya, maka penulis wajib kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang telah dikembangkan dan juga sebagai usaha pendalaman data.

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan hukum ini adalah model analisis interaktif yang dapat digambarkan dalam bentuk rangkaian yang utuh antara komponen di atas yakni sebagai berikut :

(18)

Bagan 1. Model Analisis Interaktif Sumber: H.B. Sutopo. 2002: 96

F. Sistematika Penulisan Hukum (Skripsi)

Sistematika Penulisan Hukum dalam penulisan hukum ini disajikan untuk memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai pembahasan yang dirumuskan sesuai dengan kaidah atau aturan buku penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum terdiri atas 4 (empat) bab dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman terhadap keseluruhan hasil penulisan hukum ini. Sistematika penulisan hukum yang disusun oleh penulis sebgai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan hukum.

pengumpulan data

reduksi data sajian data

penarikan simpulan/

verifikasi

(19)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Penulis pada bab ini penulis menguraikan tentang kerangka teori dan kerangka pemikiran yang bersumber dari bahan hukum yang penulis gunakan mengenai persoalan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang penulis teliti. Dalam kerangka Teori penulis menguraikan tentang tinjauan tentang perjanjian, tinjauan tentang pengangkutan, tinjauan tentang penyelesaian sengketa.

Sedangkan dalam kerangka pemikiran berisi bagan dan uraian mengenai alur pemikiran penulis terhadap isi penelitian hukum yang diteliti.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penulis pada bab ini menguraikan hasil penelitian dan menyajikan hasil penelitian berupa pembahasan berdasarkan rumusan masalah, yaitu implementasi pemberian ganti kerugian layanan paket oleh PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Surakarta ditinjau dari Undang-Undang Pos dan cara penyelesaian sengketa yang timbul dari implementasi pemberian ganti kerugian layanan paket di PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Surakarta.

BAB IV : SIMPULAN DAN SARAN

Penulis pada bab ini menguraikan secara singkat tentang simpulan akhir dari pembahasan dan jawaban atas rumusan masalah dan saran-saran yang didasarkan atas hasil keseluruhan penelitian.

Gambar

Grafik 1. Perkembangan perusahaan pengangkutan di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Seperti direncanakan pada Bab 5 tentang Prosedur Test Kapasitas Cabut (Pull Out Test), test ini terdiri dari dua jenis tanah yang akan diuji yakni jenis tanah pertama yakni

Jika disyaratkan tunai, maka akad ji’a>lah itu menjadi tidak sah, karena hal itu seperti akad pinjaman yang menarik manfaat meskipun. masih

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yaitu metode yang menganalisis masalah dengan cara mendeskripsikannya pada data-data yang sudah ada, berupa

gornje palube (Upper deck), koja ujedno nosi i obloge stropa prostora salona, uzet je kriterij iz HRN EN 1990:2011/NA:2011 [2] za deformaciju strukturnih elemenata (L/250) kod kojih

Ditinjau dari etika bisnis Islam, strategi pemasaran yang dilakukan oleh para supplier ikan Hias di desa Bendiljati Wetan Kecamatan Sumbergempol tidak menyimpang dari

Pantai Eri memiliki tipe pantai yang landai dengan beberapa tipe substrat yaitu: berbatu (keras), berbatu pasir, pasir, berkarang dan berkarang pasir yang merupakan

Kepercayaan tersebut merupakan persepsi dari masing-masing orang yang percaya bahwa melalui tempat tersebutlah dapat mewujudkan keinginannya.Ada banyak ahli yang

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul " PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN- PERUSAHAAN