• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Restoran Ayam Bakar Wong Solo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Restoran Ayam Bakar Wong Solo"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Restoran Ayam Bakar Wong Solo

Ayam Bakar Wong Solo pertama kali didirikan oleh Bapak Puspo Wardoyo pada Tahun 1991 di Medan Sumatera Utara tepatnya di Polonia medan.

Berawal dari berjualan kaki lima. Puspo Wardoyo pada saat itu berprofesi sebagai guru di Bagan Siapi api. Selesai mengajar pada sore harinya membuka usaha warung kaki lima dengan hanya menjual Ayam Bakar saja. Dengan modal awal Rp.700.000 bersama istrinya Rini Purwanti yang juga seorang Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Puspo Wardoyo asli kelahiran Solo, tepatnya di daerah Kleco Karang asem pada tahun 1957. Pada awal memulai usahanya hanya dilakukan berdua dengan istrinya tersebut dipinggiran jalan di daerah dekat Bandara Polonia Medan. Suatu hari ada seorang wartawan harian Waspada Medan makan di tempat tersebut, dan sambil makan terjadi dialog antara wartawan dengan Puspo Wardoyo. Tanpa sepengetahuan Puspo Wardoyo wartawan tersebut menerbitkannya pada harian Waspada, dengan judul Sarjana Buka Ayam Bakar Kaki lima. Semenjak dimuat di koran tersebut jualannya semakin ramai dikunjungi, dan semakin banyak pelanggannya. Akhirnya pihak Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang medan menawarkan kredit untuk pengembangan usaha, dan diterima dengan senang hati oleh Puspo Wardoyo.

Sehingga uang tersebut digunakan untuk membeli Tanah di lokasi tersebut dan berdirilah Rumah Makan yang lebih besar dan permanen. Dari waktu ke waktu kemajuan usaha rumah makan beliau semakin besar dan semakin luas di kenal oleh masyarakat di kota Medan, dan akhirnya di Medan didirikan Cabang di Jl.

Gadjah Mada No. 20M. Pada tahun 1994, Puspo Wardoyo mulai mengembangakan usaha dengan menggandeng lembaga keuangan PT Sarana Sumut Ventura (SSUV). Kerja sama dengan SUV antara lain diwujudkan dalam bentuk penyertaan modal untuk pembangunan usaha. Antara lain untuk mendanai pembukaan cabang-cabang baru di beberapa lokasi, membuka usaha baru yang berkaitan dengan bisnis rumah makan seperti peternakan ayam. Dengan adanya

(2)

kerja sama untuk mendukung kelancaran pasok bahan baku dan menjamin kualitas makanan yang di sajikan. Dengan seiringnya waktu, Ayam Bakar Wong Solo membentuk kerjasama antara Sarana Sumut Ventura (SSUV) sebagai lembaga keuangan, dengan “Wong Solo” untuk dikembangkan di kota-kota besar di Indonesia. “Wong Solo” pun berubah menjadi PT.Sarana Bakar Digdaya (PT.SBD) Dan puncak dari perkembangan rumah makan Wong Solo adalah tahun mulai 1998 dengan membuka Cabang di Solo, Surabaya, Denpasar, Malang, Yogyakarta dan seluruh kota-kota besar di Indonesia terutama Jakarta , Bandung, Bogor, dan sampai tahun 2005 hampir seluruh kota besar di Indonesia berdiri rumah makan Ayam Bakar Wong Solo mulai dari Aceh hingga Makasar.

1.1.2 Visi dan Misi

Untuk menunjang usahanya Ayam Bakar Wong Solo memiliki visi sebagai berikut :

 Rumah Makan Halalan Thayyiban demi upaya penyelamatan dari siksa Api Neraka dengan (QS.as-Shaff:10-11) sebagai Landasan Filosofinya.

Untuk menunjang usahanya Ayam Bakar Wong Solo memiliki misi sebagai berikut :

1) Menyajikan produk-produk makanan halal untuk hidup yang lebih berkah dan berkualitas. Menghadirkan Pelayanan dengan Manajemen Islami yang professional, memuaskan, ramah, santun dengan pelayanan yang total.

2) Terus mengembangkan usaha ke arah yang lebih baik lewat inovasi dan teknologi.

3) Meningkatan efektifitas operasional dengan dan kualitas organisasi dan manajemen yang baik.

(3)

1.1.3 Logo Perusahaan

Untuk mengingatkan konsumen akan produknya Ayam Bakar Wong Solo memiliki logo perusahaannnya sendiri. Adapun logo perusahaan ditampilkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 1.1 Logo Perusahaan

Sumber: www.kulinerwongsolo.com (2015)

1.2 Latar Belakang

Data dari Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat terlihat dari data jumlah penduduk Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id pada tahun 2010) adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 118.320.256 jiwa (49,79 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 119.321.070 jiwa (50,21 persen) bps.go.id (diakses 2015). Hal ini menyebabkan kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pangan semakin meningkat pula. Semakin meningkatnya kebutuhan pangan tersebut mendatangkan peluang-peluang bisnis yang dapat ditangkap oleh para investor, salah satunya adalah bisnis rumah makan. Bisnis ini banyak diminati investor karena dianggap memiliki tingkat pengembalian investasi yang relatif cepat dan dapat memenuhi kebutuhan primer masyarakat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya jumlah rumah makan yang berdiri dan berkembang, baik untuk perusahaan lokal maupun perusahaan internasional, data dari kompas.com menyebutkan bahwa terdapat lebih dari 100 restoran dan rumah makan yang ada di kota Bandung, kompas.com (diakses 2015).

Bisnis restoran atau rumah makan di Indonesia mulai banyak dikembangkan dengan sistem usaha franchise atau waralaba (penggunaan merek

(4)

terkenal). Sistem ini dianggap menguntungkan karena merupakan sistem perdagangan yang kebal resesi ekonomi. Manajemen dan tingkat profitabilitas perusahaan dapat stabil, sehingga bisa memberikan keuntungan timbal balik antara perusahaan induk dan perusahaan yang melakukan kerja sama dengan sistem franchising. Selain itu, semakin banyak perusahaan yang melakukan franchise dengan membuka cabang-cabang baru didaerah, maka usaha yang dijalankan akan semakin cepat dikenal karena masyarakat akan dengan mudah memperoleh produk yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh sistem yang mengharuskan setiap cabang mempunyai standar yang sama dengan perusahaan induk. Semua yang ada di perusahaan induk ada di setiap perusahaan cabang, walaupun perusahaan tersebut tergolong masih baru. Standar yang diberikan oleh perusahaan induk tidak saja menyangkut masalah makanan, tetapi juga menyangkut sistem pelayanan, promosi, desain interior, persyaratan lokasi, manajemen, budaya perusahaan dan lain sebagainya. Sistem franchise pada dasarnya adalah salah satu metode perluasan pasar yang dilakukan oleh perusahaan yang telah mantap atau mapan dan punya nama. Sistem ini sangat cocok untuk strategi pengembangan usaha karena perusahaan tidak saja mampu mengembangkan usaha di negara asalnya, tapi juga dapat mengembangkan sayapnya sampai ke seluruh penjuru dunia. Salah satu industri rumah makan yang sering dikembangkan dengan sistem usaha franchise adalah industri rumah makan ayam. Baik perusahaan lokal maupun perusahaan rumah makan ayam bertaraf internasional banyak menggunakan sistem ini sebagai upaya perluasan dan pengembangan usahanya. Sebut saja perusahaan asing Kentucky Fried Chicken (KFC), California Fried Chicken (CFC), dan perusahaan lokal seperti Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo (RM ABWS). Industri ini dapat cepat berkembang karena bahan baku utama, yaitu ayam dapat diperoleh dengan mudah di setiap daerah. Selain itu dengan menyuguhkan cita rasa masakan yang khas, industri ini dapat meraih pangsa pasarnya sesuai dengan selera konsumen.

Ketatnya persaingan di bisnis makanan membuat para produsen mengambil langkah-langkah pemasaran salah satunya dengan melakukan promosi guna menarik minat beli konsumen, di dalam promosi terdapat bauran promosi yang dapat di gunakan produsen. Menurut Lupiyoadi (2013:178), Kegiatan

(5)

Promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan dan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian atau penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.

Data yang penulis dapat dari Ayam Bakar Wong Solo menunjukkan penurunan pengunjung pada Ayam Bakar Wong Solo dari tahun 2012 hingga tahun 2015. Dikarenakan tingkat pesaing yang cukup tinggi dan promosi yang kurang efektif dilakukan oleh Ayam Bakar Wong Solo bandung.

Dari latar belakang diatas, penulis ingin manganalisa bauran promosi pada Ayam Bakar Wong Solo. Maka dari itu judul laporan tugas akhir ini adalah “Analisis Bauran Promosi Pada Ayam Bakar Wong Solo (Studi Kasus Ayam Bakar Wong Solo Cabang Bandung)”

1.3 Perumusan Masalah

Untuk memberikan batasan dalam penelitian ini maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1) Bagaimana bauran promosi di Ayam Bakar Wong Solo?

2) Bauran promosi manakah yang kurang efektif pada perusahaan Ayam Bakar Wong Solo? Bagaimana perbaikannya?

1.4 Tujuan Penelitian

Suatu penelitian dilakukan tentunya memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui kegiatan bauran promosi di Ayam Bakar Wong Solo.

2) Untuk mengetahui bauran promosi yang kurang efektif pada Resto Ayam Bakar Wong Solo dan bagaimana perbaikannya.

1.5 Kegunaan Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1) Dapat memperkaya ilmu pengetahuan khususnya ilmu pemasaran, serta menjadi pedoman bagi penelitian berikutnya.

2) Bagi perusahaan, dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam memperbaiki pelaksanaan bauran promosi yang dilakukan.

(6)

1.6 Sitematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusunlah suatu sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi dan hal yang di bahas dalam tiap-tiap bab, ada pun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini di uraikan tentang objek penelitian, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, serta sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka. Pada bab ini diuraikan tentang landasan teori yang digunakan sebagai dasar dari analisis penelitian, penelitian terdahulu dan kerangka penelitian teoritis.

Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini diuraikan tentang jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis.

Bab IV Hasil Dan Pembahasan. Pada bab ini diuraikan mengenai deskripsi objek penelitian, analisis data dan pembahasan atas hasil pengolahan data.

Bab V Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, serta saran-saran yang diberikan kepada perusahaan dan pihak- pihak lain yang membutuhkan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis hubungan panjang berat didapatkan bahwa pola pertumbuhan ikan tuna sirip biru selatan adalah allometrik negatif, yaitu keadaan dimana pertumbuhan panjang

masoniana congo, memiliki bentuk daun jorong yang tebal, warna hijau tua dengan motif bintik-bintik hijau muda pada permukaan atas daun (Gambar 3a) dan bergaris

Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode Accelerated Learning model MASTER lebih baik daripada siswa yang

Keywords: Authenticated Encryption · CAESAR Competition · Forgery · Decryption Attack · Birthday Bound · Nonce Misuse..

1) Menganalisa sistem yang ada dan mempelajari apa yang dikerjakan oleh sistem yang ada. 2) Melakukan verifikasi sistem yaitu dengan melakukan spesifikasi masukan yang digunakan

Mengingat hal ini sangat berbahaya untuk kelanjutannya maka perlu dilakukan pengkajian ulang baik masalah geometri peledakan, evaluasi saat pelaksanaan peledakan di lapangan,

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang berasal dari data sekunder berupa laporan tahuan perusahaan yang menekankan pada pengujian

Pada indikator empati mendapatkan hasil lebih dominan pasien mengatakan puas 19 orang (63%), sehingga dapat di simpulkan bahwa sikap empati yang diberikan perawat