• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan. Waktu yang relatif lama ini sangat memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan keragaan bibit, terutama dengan sistem pembibitan yang digunakan ( Lubis, 2008).

1. Single Stage / Satu Tahap

Sistem pembibitan tunggal ( satu tahap ) merupakan sistem pembibitan yang tidak melakukan transplanting bibit muda ( baby ) ke polybag besar. Sistem pembibitan ini adalah sistem penanaman langsung kecambah di polybeg besar dan tidak memerlukan bedengan – bedengan serta atap pelindung. Kelemahan dari sistem pembibitan ini adalah pemeliharaan lainnya menjadi lebih ekstra ( Lubis, 2008 ).

Gambar 1. Pembibitan Single Stage

Kemudian persiapan lapangan seperti pengisian plybag besar, luas areal, jaringan penyiraman, pemerataan areal, pemagaran dan kesiagaan lainnya harus sudah ada begitu kecambah sampai kepembibitan. Jika persiapan ini memang sudah lengkap dan pemeliharaan

(2)

dilakukan dengan baik maka pelaksanaan pemeliharaan akan berjalan standar sesuai yang diharapkan.

Menurut Lubis ( 2008 ), pada sistem pembibitan tahap tunggal ini akan terjadi kekosongan dibeberapa tempat sebagai akibat dari seleksi bibit. Penyulaman tidak peraktis untuk dilakukan karena bibit tidak akan seragam dan kemungkinan bibit yang sejenis tidak ada lagi di pembibitan.

2. Double Stage / Dua Tahap

Sistem pembibitan tahap ganda merupakan sistem pembibitan yang melakukan metode transplanting bibit muda ke polybag besar. Sistem pembibitan ini terdiri dari dua tahap, yaitu pembibitan awal ( pre nursery ) dan pembibitan utama ( main nursery ).

a. Pre Nursery

Ciri utama pembibitan tahap awal adalah penggunaan kantong plastik berukuran kecil, sehingga jumlah bibit per ha areal menjadi banyak. Penggunaan polybag kecil lebih aman dalam penggunaannya, lebih murah, dan mudah disimpan. Polybag mini yang dipakai berukuran 15 cm ( diameter ), tinggi 23 cm, tebal 0,007 mm, berlubang – lubang sebanyak 20 buah pada bagian bawahnya (Mangoensoekarjo, 2000 ).

Untuk menanam kecambah, permukaan tanah dalam kantong polybag ditusuk dengan jari atau kayu dengan kedalaman 2 cm. Kecambah ditanam dengan posisi horizontal agar permulaan akar permulaan ( radicula ) mengarah ke bawah dan permulaan batang ( plumula ) mengarah ke atas.

(3)

Gambar 2. Pembibitan di Pre Nursery

Selama 3 – 4 bulan pertama waktu pertumbuhan bibit, diperlukan adanya naungan sebagai pelindung bibit. Naungan dibuat dengan memasang tiang – tiang pancang setinggi 2 m, kemudian di bagian atas dibuat kerangka atap yang lalu ditutup dengan daun kelapa sawit sedmikian rupa, sehingga intensitas cahaya matahari yang diterima bibit 40 % dari cahaya normal. Tujuan utama pemberian naungan adalah untuk mencegah serangan penyakit blas ( blast ). Dengan penaungan sebenarnya pertumbuhan bibit umumnya agak sedikit terhambat (Mangoensoekarjo, 2000 ).

Gambar 3. Naungan Pada Pembibitan Pre Nursery

b. Main Nursery

Teknis kegiatan pembibitan utama dimulai setelah dilakukannya transplanting dari pembibitan tahap awal ke polybag besar setelah bibit berusia sekitar 3 bulan. Untuk mencegah adanya kerusakan selama proses transplanting, bibit dari pembibitan awal diangkut ke pembibitan utama dalam kotak – kotak kayu. Ukuran polybag besar adalah 40 cm ( diameter ), tingginya 50 cm, tebal 0,12 mm, dan memiliki lubang pada bagian bawah ( perforasi ). Tiap kantong berisi 25 – 30 kg tanah, permukaan tanah sekitar 2 cm dari tepi kantong plastik.

(4)

90 cm

77,95 cm 90 cm 6o°

Gambar 4. Sistem Mata Lima Main Nursery Beserta Ukurannya

Keterangan :

: titik tanam/ peletakan bibit

: jarak antar bibit:

: besar sudut

Umumnya jarak tanam bibit umur 8 – 10 bulan adalah 70 x 70 x 70 cm dengan jumlah bibit/ ha adalah 23.000 bibit & umur bibit adalah > 10 bulan, dengan jarak tanam perbibit adalah 90 x 90 x 90 maka jumlah bibit dalam satu hektar adalah 14.000 bibit, namun pada pengamatan yang dilakukan, pembibitan menggunakan jarak 90 x 90 x 90 dengan system tanam mata lima seperti pada gambar diatas ( Lubis, 2008 ).

(5)

Gambar 5. Pembibitan Pada Main Nursery

B. Kebutuhan Air Untuk Bibit

Ketersediaan air sangat penting bagi pertumbuhan bibit. Pemberian air juga memerlukan

perhatian dan ketelitian, karena baik kelebihan atau kekurangan air sama – sama akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan bibit. Cara pemberian air dapat bermacam, dari yang sederhana sampai dengan penggunaan irigasi curah.

Dengan penyiraman yang berkala, permukaan tanah dalam polybag cenderung membentuk lapisan keras yang sulit ditembus air. Untuk mencegah hal ini permukaan tanah secara periodik digemburkan. Pekerjaan ini dapat dikombinasikan dengan penyiangan gulma.

Berikut adalah kebutuhan air di pembibitan kelapa sawit :

Tabel 1. Kebutuhan Air Pembibitan Pertanaman

Umur bibit (bulan) Liter air / hari Selama di Pembibitan

(liter)

0-3 1 90

3-6 2 180

6-12 3 540

Rata-rata 2,25 720

Sumber Data : Pusat Penelitian Perkebunan Marihat – Bandar Kuala (1992) C. Instalasi Penyiraman

1. Sistem Manual

Instalasi penyiraman manual dilakukan dengan menghisap air dari sumber air yaitu sungai dengan menggunakan pompa air kemudian dialirkan ke areal pembibitan dengan menggunakan pipa dan selang dengan perlengkapan sebagai berikut :

Tabel 2. Jenis-jenis pipa instalasi dengan cara manual

Jenis Pipa Instalasi Ukuran

Diameter ( inch) Tebal (mm)

1. Pipa Induk 6 2.5

2. Pipa Utama 4 1.4

(6)

4. Selang Plastik 1 0.3

Sumber data : Mayhuri ( 2011 )

Dari tabel diatas, air dihisap dari sumber air yaitu sungai dengan menggunakan mesin pompa dan dialirkan ke areal pembibitan dengan menggunakan pipa dan selang dengan system instalasi sebagai berikut :

Pipa induk 6 inch sepanjang 10-12 meter dikondisikan dengan jarak sumber air ke mesin pompa, dan dari mesin pompa disambung lagi ke areal pembibitan, kemudian pipa 6 inch tersebut disambung dengan pipa ukuran 4 inch yang dipasang melintang dipertengahan areal pembibitan sepanjang 100 meter sebagai pendistribusi air ke selang plastik, 10 meter pertama (pada pipa ukuran 4 inch) dibuka pada keran pada pipa 4 inch tersebut, kemudian dibuka keran berturut-turut dengan jarak antar keran 25 m, sebanyak 4 keran. Keran tersebut sebagai penyambung pipa 4 inch tersebut ke selang pelastik dengan panjang selang plastic masing-masing 25 m dengan diameter 1 inch. Kemudian di tiap-tiap selang plastic dipasangkan gembor ( Mayhuri, 2011 ).

,k

Gambar 6. Instalasi pipa (penyiraman manual)

Jika diaplikasikan dalam areal, akan terlihat dalam gambar sebagai berikut:

Pipa 6 Inch Selang Plastik 6m

100m Selang

Pipa 4 inch

(7)

Gambar 7. Penyiraman dengan sistem manual 2. Sistem Springkler

Instalasi irigasi dengan mekanis dipasangkan pada tata letak (lay out) dengan jenis-jenis pipa yang terdapat pada tabel berikut ini :

Tabel 3. Jenis Pipa pada instalasi mekanis

Sumber data : Sigalingging C.P ( 2012) Pipa induk adalah pipa yang

menghubungkan rumah pompa dengan pompa lainnya. Besar kecilnya pipa induk bergantung pada debit air maksimum yang diinginkan. Diameter pipa digunakan pada instalasi ini adalah 6 inch (15cm).

Pipa utama adalah pipa yang berfungsi sebagai pipa penyalur dan menghubungkannya dengan pipa distribusi. Pipa Induk sambung dengan pipa utama dengan panjang 100 m yang melintang mengikuti lebar pembibitan, kemudian setiap 15 meter merupakan titik persambungan dengan pipa distribusi disusun 6 titik, masing-masing panjangnya 100 meter mengikuti panjang pembibitan. ( Mayhuri, 2011 )

Jenis pipa instalasi

Ukuran pipa

Diameter (inch) Tebal (mm) 1. Pipa Induk 6 2,5 2. Pipa Utama 4 1,4 3. Pipa Distribusi 4 1,4 4. Stand Pipes 0,75 0,6 5. Head Springkler 4 0,1

(8)

Setelah itu pada pipa distribusi dibuat titik sambungan dengan pipa berdiri (stand tipe) dengan jarak titik adalah 20 meter dengan tinggi stand pipe adalah 2 meter, di pipa inilah di pasang head springkler, jumlah springkler pada pembibitan dengan luas 1 ha adalah 30 spinkler. Dibawah ini merupakan gambar instalasi penyiraman dari pembibitan yang menggunakan tehnik mekanis dalam proses penyiramannya :

Gambar 8. Alur pipa pada sistem springkler

Sistem kerja springkler :

Sistem berputar (rotating head system) terdiri dari satu atau dua nozzle miring yang berputar dengan sumbu vertikal akibat adanya gerakan memukul dari alat pemukul (hammer blade) pada lengan ayun (swing arm). Sprinkler ini umumnya disambungkan dengan satu pipa peninggi (riser) berdiameter 25 mm yang disambungkan dengan pipa lateral. Alat pemukul

(9)

sprinkler bergerak karena adanya gaya impulse dari aliran jet semprotan air, kemudian berbalik kembali kembali karena adanya pegas ( pada gambar 4 )

Sprinkler bekerja dengan cara menyemprotkan air bertekanan lewat satu lubang nozzle ke udara. Jet air ini selama perjalanannya akan pecah menjadi butiran air dan jatuh ke tanah atau tanaman. Sprinkler berputar horizontal akan menghasilkan pola pembahasan berbentuk lingkaran dan jarak dari sprinkler ke lingkaran terluar disebut jarak lemparan (throw) atau radius pembahasan.tipikal sprinkler kecil akan membasahi lahan dengan diameter basah 6 m ( Mayhuri, 2011 ).

Dengan adanya perputaran double head sprinkler, rata sebaran semprotan air tersebut tidak rata dikarenakan jarak antara bibit dengan sprinkler semprotan air akan membentuk lingkaran, mata sprinkler yang kecil butirannya lebih halus namun radius lebih pendek sehingga bibit yang berada di dekat sprinkler akan lebih banyak mendapatkan air dalam 1 sprinkler karena dalam instalasinya bibit yang dekat tidak akan terbantu oleh sprinkler lain, dan mata sprinkler yang besar dengan radius siram yang lebih jauh memiliki butiran air yang besar juga (Mayhuri, 2011 ).

Namun penyebarannya dibantu dengan pukulan swing arm sehingga bibit yang berada di jarak tengah mendapatkan 2 kali tersiram dalam 1 rotasi dan jarak bibit yang paling jauh hanya mendapatkan 1 kali penyiraman dalam 1 sprinkler (dengan instalasi maka akan terkena 3 kali siram per rotasi head sprinkler). Sehingga secara keseluruhan dalam suatu instalasi penyiraman, sprinkler satu dengan yang lainnya (di sampingnya) akan saling menyiram dengan bibit yang sama.

(10)

3. Sistem Sumisansui

Salah satu sistem instalasi penyiraman adalah dengan menggunakan sistem pompa air dengan saluran Sumisansui. Sistem ini adalah dengan mendistribusikan air dari sumber air yang dihisap melalui pompa, lalu disalurkan melalui lubang – lubang salur hose Sumisansui. ( PT Multifield Internusa, 2010 )

Sumisansui merupakan hose ( selang, sejenis pipa yang terbuat dari plastik elastis ) dengan sistem distribusi air melalui lubang – lubang permukaan yang ada pada sebagian kelilingnya. Maka, air yang telah dihisap oleh pompa akan menyembur ( terpancur ) melalui lubang tersebut.

Gambar 9. Tampilan Sumisansui dipembibitan

Dengan adanya lubang-lubang pada Sumisansui maka air yang keluar lebih halus dan

merata pada bibit yang disiram. Proese penyaluran air ini akan lebih merata sehingga kebutuhan air dapat tercukupi.

Gambar

Gambar 3. Naungan Pada Pembibitan Pre Nursery  b.  Main Nursery
Gambar 4.  Sistem Mata Lima Main Nursery Beserta Ukurannya  Keterangan :
Tabel 2. Jenis-jenis pipa instalasi dengan cara manual
Gambar 6. Instalasi pipa (penyiraman manual)
+2

Referensi

Dokumen terkait

pada responden pascabedah ortopedi dengan anestesi spinal yang diberi kompres hangat di perut dengan yang tidak diberi kompres hangat, sehingga pemberian kompres hangat

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Apakah metode bercerita boneka tangan

Penerapan metode role playing tehnik psikodrama menuntut pelatihan yang aktif dan komunikatif dari setiap anggota siswa yang mengikuti pelatihan peningkatan

Berbeda dengan thalabah PUTM pada saat Kyai Umar Afandi menjadi mudir, pada angkatan I PUTM proyek PWM, karena sejak awal masuk para thalabah sudah dibiayai oleh Muhammadiyah,

Hasil penugasan pegawai YPPSU dengan menggunakan metode Hungarian, dengan sistem kerja yang sama dengan selama ini maka kinerja pegawai lebih tinggi dibandingkan

dengan basis model pembelajaran yang lain yang sesuai dengan ha-kikat pembelajaran sains; serta (4) secara umum diharapkan guru dapat mening-katkan kompetensi dalam

Balok A yang massanya 5 kg, diletakkan pada bidang datar yang licin, balok B yang massanya 3 kg digantung dengan tali dan dihubungkan dengan balok A melalui sebuah katrol seperti

Pembiayaan konsumen biaya diberikan oleh perusahaan pembiayaan (financing company), sedangkan kredit konsumen biaya diberikan oleh bank (Sunaryo, 2008, hlm.96)..