• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi salah satu Grup usaha teknologi, konten dan hiburan terkemuka di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi salah satu Grup usaha teknologi, konten dan hiburan terkemuka di"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Grup Emtek atau Grup), pada awalnya merupakan sebuah perusahaan yang menyediakan jasa personal computer yang didirikan pada tahun 1983. Grup Emtek telah berkembang menjadi salah satu Grup usaha teknologi, konten dan hiburan terkemuka di Indonesia dengan tiga area bisnis utama yaitu: media, solusi, dan konektivitas. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Emtek) Grup memberi warna dan keceriaan bagi jutaan warga dari berbagai lapisan masyarakat dan usia. Layanan kami memberi informasi kepada tua dan muda, menghibur keluarga, dan menyatukan orang satu dengan lainnya. Be informed, stay in touch and enjoy life bersama Emtek.

Pada Tahun 1983

Emtek berdiri dengan nama PT Elang Mahkota Komputer, yang pada awalnya merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang usaha peralatan komputer.

Pada Tahun 1997

PT Elang Mahkota Komputer berubah namanya menjadi PT Elang Mahkota Teknologi (EMTEK).

(2)

Emtek melaksanakan Penawaran Umum Perdana sebanyak 10% dari jumlah modal disetor di Bursa Efek Indonesia pada 12 Januari 2010 untuk memperoleh dana bagi pengembangan investasi usahanya

Pada Tahun 2011

Emtek mengakuisisi stasiun televisi nasional, Indosiar, dan meluncurkan layanan televisi berbayar digital NexMedia.

Pada Tahun 2012

Beberapa perusahaan entitas anak mulai beroperasi, yaitu Animasi Kartun Indonesia dan KMK Online.

Emtek meluncurkan KMK Online, versi dot-com dari program berita SCTV yang populer, Liputan-6. Peyajian secara online dari Liputan-6 dibawah naungan entitas anak Grup yaitu PT Kreatif Media Karya.

Liputan 6, sebuah program berita yang disiarkan oleh SCTV setiap harinya. Ini mengudara sejak 20 Mei 1996. Dinamakan Liputan 6 karena jam tayangnya saat itu pukul enam sore atau 18.00 wib.

Perjalanan terus berlanjut, Liputan 6 masih hadir dengan gaya jurnalisme yang membela kepentingan masyarakat. Meskipun sempat menuai kontroversi karena mengeluarkan istilah 'cabut gigi' kala masyarakat menginginkan pergantian rezim, hal ini lantas tidak membuat Liputan 6 menjadi terpojok. Justru hal ini dijadikan Liputan 6 sebagai batu loncatan kesuksesan program tersebut.

(3)

Seiring dengan perkembangan zaman dan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), Liputan 6 tetap berusaha menjadi up to date. Hal ini ditunjukkan dengan dibentuknya situs web berita.Liputan6.com adalah suatu terobosan yang dimiliki oleh Liputan 6 dalam menghadapi perkembangan IPTEK masa kini.

Di zaman internet seperti ini, liputan6.com memberikan angin segar bagi para penikmat berita yang super sibuk sehingga tidak bisa melihat berita di TV. Bayangkan saja, saat sibuk bekerja, kita tetap bisa meng-update berita terkini. Jadi, tidak ada yang akan ketinggalan info kalau tetap bersama liputan6.com.

4.1.2 Logo

a. Logo Liputan6.com

Gambar 4.1

Arti logo diatas merupakan logo yang digunakan LIPUTAN6.COM dengan didominasi warna orange dan warna putih. Pemilihan warna dan bentuk huruf dimaksudkan untuk membuat logo yang simple dan elegant. Pemilihan warna dimaksud untuk menggambarkan variasi program yang dimiliki oleh situs berita Liputan6.com.

(4)

Slogan LIPUTAN6.COM adalah “Aktual Tajam dan Terpercaya” slogan ini diambil karena Liputan6.com ingin menjadi situs berita online yang disajikan selalu mengedepankan unsur aktual, tajam dan terpercaya. Hal ini membuat para pembacanya semakin dimanjakan karena dibalik kesederhaan setiap kata itu selalu ada makna yang tajam dan tepat arti. Bagian terpenting juga adalah setiap kata yang disampaikan sangat komunikatif dan mudah dicerna.

4.1.3. Visi dan Misi

a. VISI

Menjadi penyedia hiburan dan informasi terkemuka bagi masyarakat Indonesia dan mitra pilihan dalam layanan penyediaan solusi informasi, komunikasi dan teknologi bagi para pelanggan kami.

b. MISI

Kami berupaya setiap hari untuk menjadi pilihan utama dalam penyediaan konten berkualitas bagi masyarakat Indonesia dan membangun reputasi sebagai penyedia layanan terpercaya untuk ragam solusi lengkap dalam rangka memenuhi kebutuhan para pelanggan kami. Kami akan menjadi pilihan utama melalui upaya penyediaan konten yang menarik, pemberian layanan yang unggul dan pengembangan sumber daya manusia kami secara berkelanjutan. Dengan mewujudkan pencapaian tersebut kami akan menciptakan bisnis yang menguntungkan secara berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan kami.

(5)

4.1.4. Tim Redaksi Liputan6.com

- COO

Manuel Irwanputera - Pemimpin Redaksi Mohamad Teguh

- Wakil Pemimpin Redaksi Iwan Triono

- Redaktur Pelaksana

Shinta NM Sinaga, Irna Gustiawati, Rommy Ramadhan, Adri Handoyo

- News

Yus Ariyanto, Aribowo Suprayogi, Raden Trimutia Hatta, Elin Yunita Kristati, Anri Syaiful, Sunariyah, Mevi Linawati, Rinaldo,Tanti Yulianingsih, Muhammad Ali, Rochmanuddin, Nadya Isnaeni, Sugeng Triono, Silvanus Alvin, Moch Harun Syah, Hanz Jimenez Salim, Luqman Rimadi, Oscar Ferri, Ahmad Romadoni, Taufiqurrohman, Putu Merta Surya Putra, Andreas Gerry Tuwo, Adanti Kurnia Pradita, Audrey Santoso, A. Nafiysul Qodar, F.X Richo Pramono, Rita Ayuningtyas, Arie Mega Prastiwi, Yusron Fahmi

(6)

- Video Terestrial & Foto

Maria Flora, Muhamad Nuramdani, Devira Prastiwi, Nanda Perdana Putra

- Showbiz

Ade Irwansyah, Meiristica Nurul, Desika Pemita, Feby Ferdian, Ferry Noviandi, Aditia Saputra, Hernowo Anggie, Julian Edward, Rizky Aditia Saputra, Sylvia Puput Pandasari, Rachmat Sapto Purnomo, Ruly Riantrisnanto, Ahmad Fahrur Rozie W, Firli Athiah Nabila, Rizkiono Unggul Wibisono.

- Bola

Arry Anggadha, Achmad Yani Yustiawan, Bogi Triyadi, Thomas, Defri Saefullah, Jonathan Pandapotan Purba, Antonius Hermanto, Rejdo Prahananda, Adyaksa Vidi Wirawan, Cakrayuri Nuralam, Windi Wicaksono, Risa Rahayu Kosasih, Marco Tampubolon.

- Bisnis

Nurseffi Dwi Wahyuni, Nurmayanti, Agustina Melani, J. Arthur Gideon, Siska Amelie Fabiola Deil, Fiki Ariyanti, Pebrianto Eko Wicaksono, Ilyas Istianur P, Septian Denny, Achmad Dwi Afriyadi, Ifsan Lukmannulhakim.

(7)

- Health

Gabriel Abdi Susanto, Dyah Puspita Wisnu Wardani, Aditya Eka Prawira, Fitri Syarifah, Benedikta Desideria.

- Tekno

Dewi Widya Ningrum, Denny Mahardy, Adhi Maulana Mauludi, Iskandar, Andina Librianty, M. Iqbal Reza F. Nyak Cut, Agustinus Mario Damar S.P, Mochamad Wahyu Hidayat, Corry Anestia S.

- Lifestyle

Bio In God Bless, Jazaul Aufa, Meita Fajriana, Ahmad Apriyono, Annastasia Errine Bunandar

- Otomotif

Sigit Tri santoso, Gesit Prayogi, Yongki Sanjaya Putra, Septian Pamungkas, Rio Apinino

- Community Development & Monitoring

Karmin Winata, Rina Nurjanah, Yulia Lisnawati, Dini Nurilah, Sulung Lahitani M, Fitri Haryanti Harsono

(8)

Sulistyowati Pranoto, Alexander P. Lumbantobing, Rio Christa Yatim

- Multimedia Produser

Isna Setyanova, Sangaji Bagus Chrisetiawan - Multimedia Assisten Produser

Dono kuncoro, Gautama Adianto, Andi Jatmiko, Wawan Isab Rubiyanto

- Multimedia Koord & Askord Foto Yudha Gunawan, Ferbian Pradolo - Video Jurnalis & Campers

Waliyadin, Awan Harinto, Heppy Wahyudi, Zulfikar Abubakar, Endang Mulyana, Muhammad Husni Mubarok

- Fotografer

Helmi Fithriansyah, Andrian Martinus Tunay, Panji Diksana, Herman Zakharia, Faizal R. Syam, Johan Oktavianus, Faizal Fanani, Yoppy Renato Manalu, Helmi Affandi Abdullah, Gempur Muhammad Surya

- Foto Editor

(9)

- Video Editor

Ali Romdhoni, Achmad Nur, Sendi Setiawan, Raden Asmoro Katon, Muchtadin, Dany Chandra, Reza Zakaria, Sigit Hindrasmoro, Septyan Budiyanto, Ari Wibisono, Rizki Amalia Oktora, Akhmad Faisal.

- Infografis dan Motion Grafis

Y. Ari Wicaksono, Yosiro La Pandita, Rio Pangkerego, Erra Pratiwi.

- Creative

Amanda Haendra, Lita Lathifah Omanda, Sintha Anggundini, Zeannette Georgia Zettiara Besare.

- Presenter

Farhannisa Suri Maimoon NST, Vina Andhiani Mauliana, Ruby Larasaty.

- Sekretaris Redaksi

Rani Mulyawati, Tri Kukuh Ernawati - Korektor Bahasa

(10)

4.1.5 Target Audiens Liputan6.com

a. Male’Female ; Pria/Wanita b. All SES

c. ABC

4.2. Hasil Penelitian

Pada bab ini, penulis ingin menjelaskan hasilakhir setelah melakukan penelitian. Selain itu, penulis juga menguraikan hasil penelitian tentang foto jurnalistik sebagai media komunikasi dalam pemberitaan jatuhnya pesawat air asia QZ-8501 di Kalimantan Tengah periode Januari-Maret 2015 pada situs berita Liputan6.com.

Penulis mendapatkan data-data setelah melakukan wawancara secara mendalam melalui in-depthinterview. Narasumber yang penulis wawancarai adalah Ferdian Pradolo selaku wakil pimpinan divisi foto juga bertugas sebagai koordinator liputan yang mengarahkan fotografer mengenai peristiwa apa yang akan di liput, memiliki tanggung jawab penuh dalam pemilihan dan pengunaan foto sebagai pemberitaan dalam Liputan6.com, Herman Zakharia selaku fotografer yang bertugas dalam peliputan peristiwa kecelakaan jatuhnya pesawat Air Asia QZ-8501 di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Pewarta foto (Photojournalist) menjadi pewarta foto selain menjadi fotografer lepas atau kontributor. Menjadi pewarta foto maka persyaratan yang harus diketahui antara lain yang menyebutkan bahwa menjadi wartawan foto

(11)

menjadi wartawan foto bukanlah sekadar menyenangi foto yang dibuat tetapi bagaimana mengkomsusikannya kepada orang lain.79

Menurut Frank P. Hoy mengatakan untuk menjadi pewarta foto yang baik adalah dengan belajar membuat foto dengan teknik yang bagus dengan kesenangan dan kewajaran sebagai pemotret snapshot t(snapshooter). Memotret snapshot dan menjadi snapshooter menurut Hoy merupakan tahap awal untuk menjadi pewarta foto.80

Dengan demikian foto jurnalistik sebagai media komunikasi dalam pemberitaan jatuhnya pesawat air asia QZ-8501 di Kalimantan Tengah periode Januari-Maret 2015 pada situs berita liputan6.com adalah suatu komponen yang saling berkaitan dengan foto jurnalistik dalam melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan dan suatu perencanaan dan managemen komunikasi yang dilakukan oleh pewarta foto melalui berbagai teknik foto sehingga menghasilkan karya fotografi jurnalistik.

Teori tersebutlah yang dipakai oleh penulis sebagai dasar untuk melakukan analisa data hasil penelitian mengenai foto jurnalistik sebagai media komunikasi dalam pembertitaan jatuhnya pesawat air asia QZ-8501 di Kalimantan Tengah periode Januari-Maret 2015 pada situs berita Liputan6.com.

Permasalahan tersebut penulis deskripsikan dengan menguraikan sistematika dalam bentuk managemen dan teknis yang telah disusun oleh penulis

79 Alwi, Audi Mirza. 2006. Foto Jurnalistik: Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal 10.

(12)

dan foto jurnalistik sebagai media komunikasi dalam pemberitaan jatuhnya pesawat QZ-8501 di Kalimantan Tengah periode Januari-Maret 2015 pada situs berita Liputan6.com, pada foto jurnalistik sebagai berikut :

A. Caption (Penjelasan Terhadap Foto) B. Keterkaitan dengan Elemen Jurnalistik

4.2.1. Foto Jurnalistik Sebagai Media Komunikasi Gambar 4.2

1. Warga Memadati Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalimantan Tengah

“Warga yang tinggal sekitaran pelabuhan memadati dermaga, karena ingin melihat langsung ekor dari bangkai pesawat Air Asia QZ-8501, di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalimantan Tengah, Minggu (12/01/2015). Tim SAR gabungan berhasil mengangkat ekor pesawat AIR ASIA QZ-8501.”

Kovach dan Rosenstiel menerangkan bahwa masyarakat butuh prosedur dan proses guna mendapatkan apa yang disebut kebenaran fungsional. Dalam hal ini, foto yang dijadikan media penelitian terlihat masyarakat sekitar berbondong-bondong melihat dari dekat kapal yang mengevakuasi bangkap kapal Air Asia QZ-8501 guna mencari kebenaran fungsional.

(13)

Elemen yang penting dalam foto ini adalah kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran. Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat. Bentuk “kebenaran jurnalistik” yang ingin dicapai ini bukan sekadar akurasi, namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional.Ini bukan kebenaran mutlak atau filosofis. Tetapi, merupakan suatu proses menyortir (sorting-out) yang berkembang antara cerita awal, dan interaksi antara publik, sumber berita (newsmaker), dan jurnalis dalam waktu tertentu. Prinsip pertama jurnalisme pengejaran kebenaran, yang tanpa dilandasi kepentingan tertentu (disinterested pursuit of truth) adalah yang paling membedakannya dari bentuk komunikasi lain.

Gambar 4.3

2. Ekor Pesawat Air Asia QZ-501 Berhasil di Angkat

“Petugas gabungan memindahkan bagian ekor pesawat Air Asia QZ-8501 dari Kapal Crest Onyx menggunakan crane di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalimantan Tengah, Minggu (12/01/2015).Tim SAR gabungan berhasil

(14)

mengangkat ekor pesawat AIR ASIA QZ-8501 yang hilang kontak dan ditemukan di selat karimata.”

Dalam hal ini, maka landasan elemen jurnalistiknya adalah loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga (citizens).Organisasi pemberitaan dituntut melayani berbagai kepentingan konstituennya: lembaga komunitas, kelompok kepentingan lokal, perusahaan induk, pemilik saham, pengiklan, dan banyak kepentingan lain. Semua itu harus dipertimbangkan oleh organisasi pemberitaan yang sukses.Namun, kesetiaan pertama harus diberikan kepada warga (citizens).Ini adalah implikasi dari perjanjian dengan publik.

Pewarta foto mengambil momen saat pengangkatan ekor pesawat Air Asia QZ-8501 yang dtemukan di Panglima Utar, Kumai, Kalimantan Tengah, warga bisa melihat jika pesawat nahas itu sudah ditemukan. Jadi, fotografer memiliki kewajiban untuk memberikan informasi kepada publik dengan apa adanya.

Gambar 4.4

(15)

“Petugas membawa FDR (Flight Data Recorder) ke pesawat Boeing untuk dibawah ke Jakarta dan di selidiki lebih lanjut, di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Senin (12/01/2015).

Dalam foto ini, penulis menemukan foto memiliki elemen esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi. Yang membedakan antara jurnalisme dengan hiburan (entertainment), propaganda, fiksi, atau seni, adalah disiplin verifikasi. Hiburan dan saudara sepupunya “infotainment” berfokus pada apa yang paling bisa memancing perhatian. Propaganda akan menyeleksi fakta atau merekayasa fakta, demi tujuan sebenarnya, yaitu persuasi dan manipulasi. Sedangkan jurnalisme berfokus utama pada apa yang terjadi, seperti apa adanya

Fotografer menunjukan petugas gabungan sedang memindahkan Flight Data Recorder (FDR) pesawat AirAsia QZ8501 milik Kominte Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk dibawa ke Jakarta di Lanud TNI AU Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, 13 Januari 2015. Tim SAR gabungan berhasil mengangkat FDR dan selanjutkan tim (KNKT) Komite Nasional Keselamatan Transportasi akan melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat.

Hal yang disampaikan di atas menunjukkan disiplin verifikasi berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi sebenar-benarnya. Dalam kaitan dengan apa yang sering disebut sebagai “obyektivitas” dalam jurnalisme, maka yang obyektif sebenarnya bukanlah jurnalisnya, tetapi metode yang digunakannya dalam meliput berita.

(16)

Ada sejumlah prinsip intelektual dalam ilmu peliputan: 1. Jangan menambah-nambahkan sesuatu yang tidak ada, 2. Jangan mengecoh audiens,

3. Bersikaplah transparan sedapat mungkin tentang motif dan metode Anda,

4. Lebih mengandalkan pada liputan orisinal yang dilakukan sendiri, 5. Bersikap rendah hati, tidak menganggap diri paling tahu.

Gambar 4.5

4. Jenazah yang Ditemukan Dikembalikan kepada Keluarga

“Petugas gabungan membawa peti berisi jenazah korban kecelakaan pesawat Air Asia QZ-8501 dengan menggunakan pesawat CN-295. Pesawat milik TNI AU di Lanud Iskandar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (7/1/2015). Dua jenazah yang berjenis kelamin perempuan yang sudah didata di RS Sultan Imanuddin Pangkalan Bun tersebut selanjutnya dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya untuk diidentifikasi dan diserahkan kepada keluarga.”

Dalam foto ini, elemen yang digunakan adalah Jurnalis harus tetap independen dari pihak yang mereka liput.Jurnalis harus tetap independen dari faksi-faksi. Independensi semangat dan pikiran harus dijaga wartawan yang

(17)

bekerja di ranah opini, kritik, dan komentar. Jadi, yang harus lebih dipentingkan adalah independensi, bukan netralitas.

Jurnalis yang menulis tajuk rencana atau opini, tidak bersikap netral. Namun, ia harus independen, dan kredibilitasnya terletak pada dedikasinya pada akurasi, verifikasi, kepentingan publik yang lebih besar, dan hasrat untuk memberi informasi. Meski dibantu oleh tim gabungan, pewarta foto tidak diperkenankan memberikan pujian secara berlebihan kepada institusi tertentu yang membantu. Jurnalis foto hanya menangkap momen secara general mengenai proses evakuasi jenazah. Adalah penting untuk menjaga semacam jarak personal, agar jurnalis dapat melihat segala sesuatu dengan jelas dan membuat penilaian independen.

Gambar 4.6

5. Pemotongan Bangkai Ekor Pesawat Air Asia QZ-501

Petugas mengelas bagian ekor dari pesawat Air Asia QZ-8501 untuk dipotong menjadi beberapa bagian sehingga mudah dimasukan kedalam gudang penyimpanan, di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalimantan Tengah, Senin (12/01/2015).

(18)

Elemen terpenting dalam jurnalistik di foto ini adalah kewajiban pertama jurnalisme pada kebenaran. Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat. Bentuk “kebenaran jurnalistik” yang ingin dicapai ini bukan sekadar akurasi, namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional. Ini bukan kebenaran mutlak atau filosofis.

Tetapi, merupakan suatu proses menyortir (sorting-out) yang berkembang antara cerita awal, dan interaksi antara publik, sumber berita (newsmaker), dan jurnalis dalam waktu tertentu.

Lewat foto ini, pewarta foto mengambil gambar pesawat yang hancur dengan kondisi menyedihkan. Hal itu juga masuk dalam prinsip pertama jurnalisme pengejaran kebenaran, yang tanpa dilandasi kepentingan tertentu (disinterested pursuit of truth) adalah yang paling membedakannya dari bentuk komunikasi lain.

Gambar 4.7

(19)

“Petugas medis memeriksa kesehatan relawan yang membantu proses pencarian jenazah dari kecelakaan pesawat Air Asia QZ-8501di Lanud TNI AU Iskandar, Pangkalan Bun Kalimantan Tengah, Kamis (8/1/2015). Posko yang dibangun oleh sejumlah perusahaan, lembaga Sejumlah perusahaan, lembaga kemanusiaan dan warga untuk memberikan dukungan kepada petugas dan awak media yang terlibat dalam pencarian pesawat AirAsia QZ8501.

Elemen yang digunakan dalam foto ini adalah Jurnalis harus menjaga agar beritanya komprehensif dan proporsional.

Jurnalisme itu seperti pembuatan peta modern. Ia menciptakan peta navigasi bagi warga untuk berlayar di dalam masyarakat. Maka jurnalis juga harus menjadikan berita yang dibuatnya proporsional dan komprehensif.

Pewarta foto yang mengambil gambar ini menunjukkan kepada publik keadaan sesungguhnya di balik layar evakuasi pesawat Air Asia QZ-8501, termasuk tim medis yang ada membantu relawan dan petugas. Jadi, pewarta foto tak hanya menunjukkan eksistensi tim SAR saja, tapi juga petugas lainnya.

Gambar 4.8

7. Rusia Kerahkan Teknologi Guna Pencarian

“Petugas mempraktekan kegunaan dari peralatan khusus yang bernama Falcon yang dimiliki oleh pesawat amphibi milik Rusia Beriev BE-200 di Lanud TNI AU Iskandar, Pangkalan Bun Kalimantan Tengah, Kamis (8/1/2015). Peralatan

(20)

ini dapat mencari dan mendeteksi objek di dalam laut yang mendukung dalam evakuasi pencarian pesawat Air Asia QZ-8501 yang jatuh di Selat Karimata.

Jurnalis memiliki kewajiban untuk mengikuti suara nurani merekasetiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan direksi, harus memiliki rasa etika dan tanggung jawab personal, atau sebuah panduan moral. Terlebih lagi, mereka punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan membiarkan yang lain melakukan hal yang serupa.

Agar hal ini bisa terwujud, keterbukaan redaksi adalah hal yang penting untuk memenuhi semua prinsip jurnalistik. Gampangnya mereka yang bekerja di organisasi berita harus mengakui adanya kewajiban pribadi untuk bersikap beda atau menentang redaktur, pemilik, pengiklan, dan bahkan warga serta otoritas mapan, jika keadilan (fairness) dan akurasi mengharuskan mereka berbuat begitu.

Dalam kaitan itu, pemilik media juga dituntut untuk melakukan hal yang sama. Organisasi pemberitaan, bahkan terlebih lagi dunia media yang terkonglomerasi dewasa ini, atau perusahaan induk mereka, perlu membangun budaya yang memupuk tanggung jawab individual.

(21)

Gambar 4.9

8. Ekor Pesawat Air Asia QZ-8501 dalam Kondisi Hancur

“Sejumlah petugas melintas didepanekor pesawat Air Asia QZ-8501 di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalmantan Tengah, Senin (12/01/2015).Bagian ekor dari pesawat Air Asia QZ-8501 tersebut akan diangkat menggunakan Crane dari truk kontainer untuk dibawa menuju gudang penyimpanan dan selanjutnya akan dilakukan penyelidikan”.

Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan. Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton. Untuk setiap naskah berita, jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang serius dan yang kurang-serius, dalam pemberitaan hari mana pun.

Lewat foto ini, pewarta foto ingin menunjukkan sisi lain dalam pengambilan gambar hingga terlihat lebih menarik dengan unsur artistik yang disajikan di dalamnya. Singkatnya, jurnalis harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu menyediakan informasi yang dibutuhkan orang untuk memahami dunia, dan

(22)

membuatnya bermakna, relevan, dan memikat. Dalam hal ini, terkadang ada godaan ke arah infotainment dan sensasionalisme.

4.3 Hasil Wawancara

Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985:266), antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lainlain kebulatan; merekontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); memverifikasi, mengubah 33 dan memperluas kontruksi yang dikembangkan oleh peneiliti sebagai pengecekan anggota.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara berulang-ulang terhadap dua responden yang mahir di bidangnya. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang foto jurnalistik sebagai media komunikasi dalam situs berita Liputan6.com.

Nara sumberi yang dipilih penulis adalah orang yang ahli dibidangnya, fotografer yang terjung langsung ke lapangan saat pesawat Air Asia QZ-501 kehilangan kontak dan jatuh, serta pewarta foto senior dengan jam terbang yang tak diragukan lagi. Pemilihan tersebut dilakukan untuk mendapatkan objektifitas dari hasil penelitian yang didapatkan.Menurut Seriven (1971) yang dikutip dari Moleong (2004:326), objektivitas itu berarti sesuatu yang dapat dipercaya, faktual

(23)

dan dapat dipastikan. Berdasarkan standar objektif tersebut, kriteria informan dari penelitian:

1. Orang yang mengerti dan memahami dengan baik mengenai fotografi jurnalistik.

2. Orang yang terjun sebagai pewarta foto.

4.3.1 Wawancara dengan Fotografer

Kode etik jurnalistik dibuat khusus dari, untuk dan oleh wartawan sendiri dengan tujuan untuk menjaga martabat atau kehormatan profesi wartawan. Ini berarti, pelanggaran terhadap Kode Etik Jurnalistik adalah pelanggaran terhadap profesi wartawan. Rumusan Kode Etik Jurnalistik merupakan hasil pergumulan hati nurani wartawan. Untuk itu, pelaksanannya juga harus dilandasi dengan hati nurani.

Dalam kode etik jurnalistik, elemen terpenting dalam jurnalistik di foto ini adalah kewajiban pertama jurnalisme pada kebenaran. Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat. Bentuk “kebenaran jurnalistik” yang ingin dicapai ini bukan sekadar akurasi, namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional.Ini bukan kebenaran mutlak atau filosofis.

Penulis mewawancarai fotografer yang terjun langsung saat meliput kejadian jatuhnya pesawat Air Aia QZ-8501, Herman Zakaria dari Liputan6.com. Menurut Herman Zakaria, pewarta foto wajib memberikan kebenaran lewat objek foto yang diambilnya.

(24)

“Kebenaran lewat foto bisa terlihat oleh pewarta foto di lokasi kejadian. Biasanya, dia memotret dari pandangan mata si fotografer atas angle yang ada di sekitar lokasi kejadian.”

Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Rupanya kode etik jurnalistik itu juga dipakai oleh pewarta foto.

Hal itu juga diungkapkan pewarta foto dari Liputan6.com, Herman Zakaria mengenai kode etik jurnalistik yang dipakai oleh fotografer.

“Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain.”

Wartawan Indonesia juga fotografer harus menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik, termasuk menunjukkan identitas diri kepada narasumber, menghormati hak privasi, tidak menyuap, serta menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya.

Sebagai fotografer yang terjun ke lokasi kejadian, suasana mengharukan sempat dialami Herman Zakaria ketika melihat evakuasi Air Asia QZ-8501. Namun pewarta foto memang tetap diwajibkan untuk mengikuti aturan yang berlaku.

"Dalam pengambilan gambar, rekayasa data sangat tidak dibenarkan. Pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang. Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri. Penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik."

(25)

Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Tak hanya wartawan Indonesia saja, rupanya kode etik jurnalistik itu juga dipegang teguh oleh pewarta foto.

Selama bertugas di Pangkalan Bun saat evakuasi Air Asia QZ-8501, Herman Zakaria mengungkapkan jika kode etik jurnalistik sebagai fotografer tetap diembannya. Hal itu membuat fotografer bisa menjalani tugas dengan menangkap momen atau gambar yang merepresentasikan kondisi saat itu, termasuk dengan melakukan pemberitaan yang berimbang.

"Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional. Jadi, pewarta foto harus mengungkapkan kebenaran dalam memberikan informasi lewat jepretan kondisi di lokasi”

Kode Etik Jurnalistik adalah suatu sistem pengaturan norma perilaku, nilai-nilai moral, dan prinsip-prinsip benar dan salah dalam kegiatan menghimpun berita. Kode etik meliputi rambu-rambu berbagai perilaku wartawan dalam penelitian berita atau fotografer dalam mengambil foto (Atmadi, 1985: 37).

Informan selanjutnya adalah Ismail Pohan yang merupakan pewarta foto dari harian Indopos. Penulis ingin menunjukkan jika elemen jurnalisme yang akhirnya membentuk kode etik jurnaistik juga dipegang oleh sebagian pewarta foto.

Alasannya, etika jurnalistik berfungsi sebagai landasan dan pedoman bagi perilaku para wartawan dan fotografer dalam melaksanakan tugas kewartawanannya, baik dari proses peliputan maupun penelitian berita, sehingga

(26)

kode etiklah yang akan membimbing wartawan dalam tugasnya sebagai tenaga professional.

“Foto berita diambil sesuai dengan kejadian yang sebenarnya tanpa editing yang dominan, apalagi menambah objek foto yang tidak ada pada saat eksekusi. Kebenaran harus dapat dibuktikan lewat visual yang sederhana dan dapat meyakinkan pembaca atau orang yang melihat foto bahwa foto dibuat untuk merekam kejadian yang sebenarnya tanpa memanipulasi visual.”

Profesi pewarta foto menuntut tanggung jawab dan kesadaran tinggi dari pribadi-pribadi. Kesadaran tinggi hanya dapat dicapai jika fotografer memiliki kecakapan dan keterampilan serta pengetahuan jurnalistik yang memadai dalam menjalankan profesinya, termasuk memberikan data yang sessungguhnya.

“Prinsip dasar jurnalistik digunakan pada saat akan membuat foto berita, minimal dalam sebuah visual foto yang sangat jelas, dengan momen yang sesugguhnya. Pewarta foto yang memiliki prinsip dasar dan ideologi jurnalistik yang kuat akan selalu menghindari manipulasi data dalam sebuah karya foto berita yang dibuatnya.”

Dalam mengambil gambar, elemen jurnalisme disiplin verifikasi juga harus diemban oleh pewarta foto, yaitu jangan menambahi sesuatu yang tidak ada, jangan pernah menipu audiens, berlakulah setransparan mungkin. Jurnalis sebaiknya jangan menambahi hal-hal yang tidak terjadi atau jangan mengada-ada karena hal itu dapat menyebabkan suatu fakta menjadi sebuah fiksi. Dalam melakukan verifikasi terdapat beberapa teknik yaitu penyuntinga yang skeptis, daftar pemeriksaan akurasi, jangan berasumsi, dan pengecekan fakta. Setiap orang dalam proses jurnalistik punya peranan dalam perjalanan menuju kebenaran dengan memberitakan sesuatu untuk kepentingan publik tanpa rasa takut dan berpihak pada siapapun.

(27)

“Untuk waktu tertentu dibutuhkan disiplin verifikasi sebelum karya foto hadir ditengah-tengah publik, data yang kurang maupun validasi data yang kurang tepat membuat seorang pewarta foto harus memverifikasi kembali data yang didapat, sehingga visual gambar akan sesuai dan saling mendukung dengan keterangan caption foto yang dibuat.”

Elemen jurnalisme yang lain yaitu pewarta foto juga harus independen atau bebas dari lembaga atau perorangan. Pikiran untuk bersikap independen lebih penting ketimbang netralitas. Dalam beropini pun wartawan tidak boleh sembarangan harus berdasarkan data-data yang akurat. Karena ketika opini tersebut tidak beradasarkan keakuratan data opini tersebut dapat merugikan orang-orang lain.

“Dalam suatu keadaan tertentu keberpihakan bisa saja terjadi, ketika fakta dan opini sudah bercampur sehingga membuat pandangan seorang pewarta foto terhadap suatu situasi memaksa untuk berpihak karena menganggap objek pemberitaan berada pada posisi yang benar menurut pandangan subyektif pewarta itu sendiri.”

Jurnalisme harus menghadirkan sebuah forum untuk kritik dan komentar publik. Dalam hal ini jurnalis yang juga sebagai perantara bagi publik harus dapat menjadi tempat bagi publik untuk menyampaikan pendapatnya yang tidak mungkin disampaikan secara langsung. Tetapi jurnalis tidak hanya menjadi forum bagi kalangan yang mempunyai kedudukan melainkan juga harus menjadi forum bagi semua masyarakat dari berbagai kalangan baik mereka yang punya kedudukan maupun mereka yang tidak memiliki kedudukan bahkan rakyat kecil sekalipun.

“Kritik pedas dan protes sering diterima oleh seorang pewarta foto terkait dalam penciptaan karya foto berita yang dibuat, kritil bisa saja datang dari luar (objek pemberitaan, khalayak, rekan seprofesi, dll) dan dari dalam (atasan dikantor, tim redaksi, dll). Namun sebaiknya kritik pedas

(28)

dapat dijadikan koreksi dan pembelajaran bagi seorang pewarta foto untuk menghasilkan karya foto yang lebih baik lagi kedepannya.”

Wartawan harus membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan. Ketika suatu berita menarik maka akan menjadi perhatian pembacanya tetapi ketika suatu berita tidak menarik maka tidak akan menjadi perhatian pembaca. Terkadang berita yang penting karena tidak disampaikan dengan menarik maka terlewat dari perhatian pembaca dan tugas wartawan disini menyampaikan berita yang relevan dan menarik. Dan hal ini tidaklah mudah dimana berita yang menarik lebih dianggap sebagai suatu yang lucu, menghibur, dan ada unsur keterkenalan beberapa pihak. Hal yang menarik dengan yang relevan sering dianggap bertolak belakang maka tugas wartawan membuatnya menjadi sejalan yaitu menarik tetapi tetap relevan.

“Sebuah berita bisa menjadi lebih menarik jika disajikan dengan visual yang baik secara tekinis fotografi, karena bahasa visual lebih mudah diterima dan dicerna pembaca. Lewat visual yang baik dan indah akan membuat sebuah berita menjadi lebih menarik. Berita foto harus disajikan secara faktual dan sederhana dengan memperhatikan data dan fakta yang didapat dilapangan, sehingga visual gambar dan narasi berita terlihat komprehensif dan proporsional dari sudut pandang jurnalistik.”

Informan selanjutnya adalah fotografer professional Widhan Hidayat dari harian Republika yang secara langsung terjun dalam peliputan kecelakaan pesawat Air Asia QZ-8501 di Pangkalan Bun. Menurut Wihdan pewarta foto wajib mematuhi prinsip dasar foto jurnalistik sebagai pedoman dasar pengambilan foto.

“Prinsip dasar jurnalistik menjadi pedoman dasar dalam pengambilan. Yang utama terkait legalitas foto. Tidak mencuri momen ketika objek tidak mengizinkan. Tidak bisa memanipulasi. Yang bisa hanya melengkapi foto dengan data-data pendukung.

(29)

Pewarta foto harus memilik disiplin verifikasi, tercermin dalam praktik-praktik seperti mencari saksi-saksi peristiwa, membuka sebanyak mungkin sumber berita, dan meminta komentar dari banyak pihak. Disiplin verifikasi berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi sebenar-benarnya.

“Disiplin verivikasi sangat diperlukan. Terutama untuk menyesuaikan dengan kondisi terakhir. Seperti isu dan kondisi objek foto sehingga tidak ada kesalahan.

Independensi dari faksi bukan berarti membantah adanya pengaruh pengalaman atau latar belakang si jurnalis, seperti dari segi ras, agama, ideologi, pendidikan, status sosial-ekonomi, dan gender. Namun, pengaruh itu tidak boleh menjadi nomor satu.Peran sebagai jurnalislah yang harus didahulukan.

“Untuk keberpihakan seharusnya seorang wartawan foto harus tetap netral. Terkecuali untuk beberapa alasan. Misalnya untuk keamanan nasional.

Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton.Untuk setiap naskah berita, jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang serius dan yang kurang-serius, dalam pemberitaan hari mana pun.

“Tidak semua berita bisa divisualkan menjadi berita foto. Namun, yang penting bagaimana membuat foto yang mewakili atau menggambarkan sebuah berita. Dengan memahami berita secara benar, seorang wartawan foto akan bisa menuangkan inti berita menjadi foto.

Jurnalis harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu menyediakan informasi yang dibutuhkan orang untuk memahami dunia, dan membuatnya bermakna, relevan, dan memikat.Dalam hal ini, terkadang ada godaan ke arah infotainment dan sensasionalisme.

(30)

Informan terakhir ialah Rodrick Adrian Mozes pewarta foto media online Kompas.com, secara langsung terjun dalam tugas peliputan tragedi kecelakaan pesawat Air Asia QZ-8501, jurnalis memiliki kewajiban dalam menyampaikan kebenaran.

“Memotret sebuah peristiwa apa adanya adalah salah satu cara memberikan kebenaran lewat foto. Hanya saja pewarta foto tidak serta merta memotret apa adanya, karena pewarta foto juga melakukan proses pemilihan sudut pengambilan gambar, proses mencari data untuk caption, pemilihan momen, hingga pemilihan foto yang akan ditayangkan. Proses ini menjadi satu proses kerja yg tidak boleh diabaikan oleh pewarta foto untuk memberikan kebenaran lewat foto.

Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat.Bentuk “kebenaran jurnalistik” yang ingin dicapai ini bukan sekadar akurasi, namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional.Ini bukan kebenaran mutlak atau filosofis.

Tetapi, merupakan suatu proses menyortir (sorting-out) yang berkembang antara cerita awal, dan interaksi antara publik, sumber berita (newsmaker), dan jurnalis dalam waktu tertentu. Prinsip pertama jurnalisme pengejaran kebenaran, yang tanpa dilandasi kepentingan tertentu (disinterested pursuit of truth) adalah yang paling membedakannya dari bentuk komunikasi lain.

Independensi dari faksi bukan berarti membantah adanya pengaruh pengalaman atau latar belakang si jurnalis, seperti dari segi ras, agama, ideologi, pendidikan, status sosial-ekonomi, dan gender. Namun, pengaruh itu tidak boleh menjadi nomor satu.Peran sebagai jurnalislah yang harus didahulukan.

“Salah satu fungsi dari kerja jurnalistik tidak lepas dari fungsi mengawasi dan memberikan perubahan. Fungsi inilah yang membuat pewarta foto

(31)

bisa menentukan akan memihak. Kerap kali keberpihakan itu ditujukan pada korban ketidakadilan.

Jurnalis penting untuk menjaga semacam jarak personal, agar jurnalis dapat melihat segala sesuatu dengan jelas dan membuat penilaian independen.Sekarang ada kecenderungan media untuk menerapkan ketentuan “jarak” yang lebih ketat pada jurnalisnya. Misalnya, mereka tidak boleh menjadi pengurus parpol atau konsultan politik politisi tertentu.

Gambar

Gambar 4.4 3.  KNKT Selidiki Flight Data Recorder (FDR)
Gambar 4.8  7.  Rusia Kerahkan Teknologi Guna Pencarian

Referensi

Dokumen terkait

oleh karena itu keseriusan dalam belajar maupun latihan, termasuk pula dari segi melatih diri untuk beribadah, merenungkan dan melakukan firman Tuhan dalam ibadah

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui dosis herbisida isopropilamina glifosat yang efektif mengendalikan gulma di pertanaman karet TBM, (2) mengetahui

Untuk mengatasi permasalahan permodalan dan pembiayaan ini sudah banyak program perkreditan yang diselenggarakan oleh lembaga keuangan khususnya perbankan,

yang paling baik untuk menurunkan LDL-kolesterol dan menaikkan HDL- kolesterol serum darah tikus putih jantan yang mengalami hiperkolesterolemia adalah 4 ml/

Menganalisa dampak lingkungan yang ditimbulkan dari proses produksi sari buah nanas.. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

Penulis selalu melakukan penilaian berupa penilaian proses dan penilaian hasil dalam bentuk Penilaian Segera (LAISEG), Penilaian Jangka Pendek (LAIJAPEN) dan

Pengertian karakteristik pribadi konselor dalam penelitian ini adalah sejumlah kualitas pribadi yang perlu dimiliki oleh konselor dalam melaksanakan konseling sehingga

Aktor Orang, proses, atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem informasi yang akan dibuat di luar sistem informasi yang akan dibuat itu sendiri, jadi