• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh : KIKI PRATIWI DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh : KIKI PRATIWI DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNGJAWAB DIREKSI SEBAGAI WAKIL DARI PERUSAHAAN DALAM MELAKUKAN SUATU

PERBUATAN HUKUM

(STUDI DI PT. SOLUSI INTEGRASI UTAMA JAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

KIKI PRATIWI 130200246

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNGJAWAB DIREKSI SEBAGAI WAKIL DARI PERUSAHAAN DALAM MELAKUKAN SUATU

PERBUATAN HUKUM

(STUDI DI PT. SOLUSI INTEGRASI UTAMA JAKARTA)

Oleh :

KIKI PRATIWI 130200246

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

Disetujui Oleh :

Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum.

NIP. 196602021991032002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof.Dr.Hasim Purba, S.H., M.Hum. Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum.

NIP. 196603031985081001 NIP. 196801281994032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

NAMA : KIKI PRATIWI

NIM : 130200246

JUDUL SKRIPSI :TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNGJAWAB DIREKSI SEBAGAI WAKIL

DARI PERUSAHAAN DALAM MELAKUKAN SUATU PERBUATAN HUKUM (STUDI DI PT. SOLUSI INTEGRASI UTAMA JAKARTA)

Dengan ini menyatakan :

1. Bahwa ini skripsi yang saya tulis tersebut diatas adalah benar tidak merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan orang lain maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, Januari 2017

NIM : 130200246 KIKI PRATIWI

(4)

ABSTRAK

Kiki Pratiwi *) Hasim Purba **) Puspa Melati Hasibuan ***)

Direksi salah satu organ PT yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Namun, seorang Direksi tidak berwenang mewakili PT apabila terjadi perkara antara Perseroan dengan Direksi yang bersangkutan serta anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian skripsi ini adalah masalah-masalah hukum yang dihadapi Direksi pada PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta, sebab-sebab yang menjadi penghalang pertanggungjawaban Direksi pada PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta, tanggungjawab Direksi dalam menyelesaikan permasalahan hukum pada PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta, serta akibat hukum Direksi terhadap pembatalan kontrak sepihak antara PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta dengan Perusahaan Induk.

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah yuridis normatif dan bersifat deskriptif analisis, dengan cara menganalisis bahan hukum secara komprehensif baik bahan hukum primer, sekunder, maupun tersier.

Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan norma- norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penelitian kepustakaan, serta penelitian lapangan yang dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan pegawai PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta dapat disimpulkan bahwa permasalahan hukum yang timbul pada PT. Solusi Integrasi utama ialah keterlambatan penyelesaian pekerjaan dan keterlambatan pembayaran yang sudah disepakati dalam SPK. Sebab yang menjadi penghalang pertanggungjawaban Direksi yaitu keterlambatan pekerjaan audit keuangan oleh auditor pihak ketiga dan sulitnya para Pemegang Saham untuk dikumpulkan dalam rapat sehingga pelaksanaan RUPS sering diundur.

Bentuk pertanggungjawaban Direksi terhadap permasalahan hukum dengan pihak ketiga baik yang terkait langsung maupun yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan berbeda-beda. Akibat hukum pembatalan kontrak antara PT. Solusi Integrasi Utama dengan PT. Pelni adalah kerugian immaterial berupa kehilangan kepercayaan dari supplier.

Kata Kunci : Perseroan Terbatas, Tanggungjawab Direksi

*) Mahasiswa Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

**) Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

***) Dosen Pembimbing II, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, kekuatan, petunjuk, dan ijin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul dari skripsi ini adalah Tinjauan Yuridis terhadap Tanggungjawab Direksi sebagai Wakil dari Perusahaan dalam Melakukan Suatu Perbuatan Hukum (Studi di PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta).

Penulis menyadari dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini banyak diberi bantuan dan dukungan dari berbagai pihak berupa saran dan masukan dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh penulis, sehingga pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Budiman Ginting S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. H. OK Saidin S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan masukan serta dengan sabar membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(6)

5. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum. selaku Ketua Departemen Hukum Perdata dan Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Perdata.

6. Prof. Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak memberikan masukan serta dengan sabar membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

7. Ibu Nurmalawaty, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasehat Akademik.

8. Seluruh staf dan pengajar Fakultas Hukum USU yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.

9. Terima kasih kepada PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta, yang telah memberikan izin untuk dapat melakukan riset serta memberikan informasi dan data-data yang diperlukan selama mengerjakan skripsi ini.

10. Terima kasih yang sebesar-besarnya dan sangat mendalam kepada kedua orang tua penulis Ayahanda Nelson dan Ibunda Lili Wijaya, yang telah banyak memberikan dukungan moril, materil, dan kasih sayang mereka yang tidak pernah putus sampai sekarang dan selamanya.

11. Saudaraku, Nelly Oktaviana, Amd., S.E., dan Muhammad Satria Nagara.

12. Untuk seseorang yang spesial yang telah sangat-sangat membantu dan mendukung sepenuhnya mulai dari awal perkuliahan hingga terselesainya penulisan skripsi ini, Haris Saputra.

(7)

13. Buat teman-teman seperjuangan Desi Siregar, Nurul Widyatama, Bunga Lestari, Andreas Wijaya, Ire Tanari Perangin-angin, Asril Gunawan, Arief Ananta A.S., Regga Jhonindo, Agus Salim Harahap, Haryati, Rizky Amalia Ruswandi, S.H. dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis dan selalu menjadi sahabat yang baik bagi penulis.

14. Terima kasih kepada semua teman-teman stambuk 13 yang telah memberikan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis memohon maaf kepada Bapak atau Ibu dosen pembimbing, dan dosen penguji atas sikap dan kata yang tidak berkenan selama penulisan skripsi ini.

Medan, Januari 2017 Penulis,

Kiki Pratiwi 130200246

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 9

C. Tujuan Penulisan ... 10

D. Manfaat Penulisan ... 10

E. Metode Penilitian ... 11

F. Keaslian Penulisan ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERUSAHAAN ... 17

A. Pengaturan mengenai Perusahaan dalam Peraturan Perundang- undangan ... 17

B. Jenis-jenis Perusahaan ... 30

C. Kewenangan Masing-masing Organ dalam Perusahaan ... 36 D. Hubungan Direksi dengan Organ Lainnya dalam Perusahaan . 39

(9)

BAB III DIREKSI SEBAGAI ORGAN DARI SUATU PERUSAHAAN ... 45 A. Pengertian dan Dasar Hukum mengenai Direksi ... 45 B. Persyaratan menjadi Direksi dalam Perusahaan ... 48

C. Tugas, Kewenangan, Serta Kewajiban Direksi dalam Perusahaan ... 52

D. Ketentuan mengenai Pengangkatan, Penggantian, dan Pemberhentian Direksi ... 61

BAB IV TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNGJAWAB DIREKSI SEBAGAI WAKIL DARI PERUSAHAAN DALAM MELAKUKAN SUATU PERBUATAN HUKUM ... 70 A. Masalah-masalah Hukum yang dihadapi Direksi pada PT.

Solusi Integrasi Utama Jakarta ... 70

B. Sebab-sebab yang menjadi Penghalang Pertanggungjawaban Direksi pada PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta ... 74

C. Tanggungjawab Direksi dalam Menyelesaikan Permasalahan Hukum pada PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta... 79

D. Akibat Hukum Direksi terhadap Pembatalan Kontrak Sepihak antara PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta dengan Perusahaan Induk ... 82

(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan mengenai Perusahaan tidak ada habisnya, mulai dari yang terkecil hingga kepada persoalan yang besar. Berbicara mengenai Perusahaan berarti juga berbicara mengenai perekonomian dalam negeri. Di Indonesia pengaturan mengenai Perusahaan secara mendasar diatur dalam konstitusi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 33 ayat (1) yang menjelaskan bahwa “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Asas kebersamaan yaitu ekonomi dilakukan oleh dua orang atau lebih yang artinya tidak bersifat individualistis. Sedangkan asas kekeluargaan yaitu ekonomi dilakukan dengan mempertimbangkan hubungan keakraban sebagai kedekatan keluarga.

Setiap orang tentu mempunyai kebutuhannya masing-masing dalam menjalankan kehidupannya, bahkan masing-masing orang tersebut dalam skala besar dapat bersatu dalam suatu persatuan besar yang ruang lingkupnya dalam skala nasional ataupun negara. Dalam menjalankan roda perekonomian seseorang dapat melakukannya melalui banyak kegiatan, salah satunya dengan mendirikan suatu Perusahaan, baik Perusahaan perseorangan maupun Perusahaan yang terdiri dari beberapa orang atau investor yang turut serta mendirikan suatu Perusahaan ataupun ikut dalam bentuk membeli saham dalam suatu Perusahaan baik Perusahaan pada umumnya maupun Perusahaan skala nasional atau Perusahaan milik negara.

(12)

Keberadaan maupun eksistensi Perusahaan seperti yang ada pada saat ini dilatarbelakangi oleh kedatangan Pemerintahan Belanda ke Indonesia, dengan membawa KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang), yang semulanya hanya berlaku untuk golongan Eropa yang ada di Indonesia saja. Selanjutnya bagi golongan penduduk lain berlaku hukum adat masing-masing. Kondisi yang demikian menimbulkan kendala dalam menerapkan hukum yang berkenaan dengan bisnis, jika hukum adat masing-masing diterapkan, karena:1

a. Hukum adat masing-masing golongan tersebut sangat beraneka ragam b. Hukum adat masing-masing golongan tersebut sangat tidak jelas

c. Dalam kehidupan berbisnis banyak terjadi interaksi bisnis tanpa melihat golongan penduduk sehingga menimbulkan perbedaan hukum antar golongan yang tentu saja dirasa sangat rumit bagi golongan bisnis.

Oleh karenanya, dirancang suatu pranata hukum yang disebut dengan pendudukan diri dari 1 (satu) golongan penduduk kepada hukum dari golongan penduduk yang lain. Dengan pranata hukum ini, maka, semua golongan penduduk bebas untuk mendirikan suatu Perseroan Terbatas, dan apabila mereka yang bukan golongan Eropa berbinis dengan jalan membuat Perseroan Terbatas, oleh hukum mereka dianggap menundukkan diri secara diam-diam kepada hukum Eropa, khususnya Perseroan Terbatas, dan tidak pada bidang hukum yang lain.

Dengan demikian, berbisnis dengan mendirikan Perusahaan sudah ada sebelum berlakunya KUHD yang baru di Indonesia dengan asas konkordansi pada Tahun 1848, saat itu Perseroan Terbatas didirikan di Indonesia dan disebut dengan Naamlooze Vennootschap (NV). Ketika pertama kali orang-orang Belanda datang ke Indonesia dengan tujuan berdagang, mereka mendirikan Perusahaan/

1 Munir Fuady, Perseroan Terbatas: Paradigma Baru, Citra Ditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 37

(13)

perkumpulan dagang, yaitu VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)2. Tumbuhnya VOC bermulai karena kebutuhan modal yang amat besar dalam menyelenggarakan pelayaran kepulau Nusantara.3 VOC berkuasa selama ratusan Tahun dan membuktikan bahwa perkumpulan dagang tersebut telah memiliki sendi-sendi bisnis dan korporat yang dapat diandalkan untuk ukuran saat itu.

Dasar hukum Perseroan terbatas di indonesia pada saat itu adalah KUHD yang dianggap memenuhi syarat sebagai hukum bagi masyarakat untuk berbisnis, di mana kekosongan hukum dalam KUHD dapat diisi oleh para pendiri ataupun pemegang saham dari Perseroan terbatas melalui pengaturannya dalam Anggaran Dasar.4

2 Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC) yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah persekutuan dagang asal

Perusahaan merupakan suatu wadah untuk menyalurkan tenaga kerja.

Selain itu keberadaan Perusahaan bagi negara tidak dapat dipandang sebelah mata.

Hal ini dikarenakan Perusahaan memberikan kontribusi yang tidak kecil bagi negara terutama dari segi sektor pajak. Perusahaan pada dasarnya dibentuk untuk mencari keuntungan atau laba. Maksudnya adalah setiap orang yang tergabung dalam suatu Perusahaan itu mengharapkan adanya suatu keuntungan bagi mereka dengan ada atau didirikannya Perusahaan itu. Dapat disimpulkan bahwa Perusahaan itu orientasinya berada pada keuntungan atau laba baik bagi para pemegang saham, organ-organ dari Perusahaan itu, maupun seluruh karyawan- karyawan yang menggerakkan Perusahaan itu.

Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. (Sumber: Ensikopledia Bebas Wikipedia, diakses tanggal 11 Maret 2017)

3 Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas: Disertai dengan Ulasan Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1995, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 11.

4 Azizah, Hukum Perseroan Terbatas, Setara Press, Malang, 2016, hlm. 7

(14)

Perusahaan juga mempunyai daya tarik tersendiri bagi para investor5. khususnya Perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas, hal ini dikarenakan jika Perusahaan mengalami kerugian maka kerugian atau utang itu semata-mata hanya dibebankan dan menjadi tanggungan harta kekayaan Perusahaan yang bersangkutan.6

5 Investoradalah orang perorangan atau lembaga baik domestik atau non domestik yang melakukan suatu investasi (bentuk penanaman modal sesuai dengan jenis investasi yang dipilihnya) baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. (Sumber: Ensikopledia Bebas Wikipedia, diakses tanggal 03 Maret 2017). Dengan kata lain investor yaitu orang yang mempunyai saham dalam suatu Perusahaan.

6 Rudhi Prasetya, Teori dan Praktrik Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 4

Manakala harta kekayaan Perusahaan tidak cukup untuk melunasi utang, maka tidak akan sampai melibatkan harta kekayaan pribadi investor yang tidak dimasukkan dalam Perusahaan. Hal ini dipertegas dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang menyebutkan bahwa Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki.

Untuk melindungi kepentingan para pihak dalam kegiatan Perusahaan, maka diperlukan suatu aturan yang berlaku bagi suatu Perusahaan serta para pihak yang bersangkutan, yakni hukum Perusahaan yaitu hukum yang secara khusus mengatur tentang bentuk-bentuk Perusahaan serta segala aktivitas atau kegiatan yang berkaitan dengan jalannya suatu Perusahaan, hal tersebut telah terjawab dengan adanya Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang mengatur segala macam aspek dalam Perseroan Terbatas (PT) secara khusus, Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, Undang- Undang No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan.

(15)

Perusahaan merupakan suatu istilah yang sering digunakan dalam kegiatan usaha dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari, serta istilah ini juga disebutkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Namun KUHD tidak memberikan penjelasan mengenai pengertian atau maksud dari Perusahaan. Pihak pembentuk undang–undang agaknya berkehendak menyerahkan perumusan Perusahaan kepada pandangan para ilmuwan, dan sehubungan dengan itu rumusan tentang Perusahaan pernah diberikan oleh:7

1. Menteri Kehakiman Belanda menyatakan Perusahaan adalah tindakan ekonomi yang dilakukan secara terus menerus, tidak terputus–putus dan terang–terangan untuk memperoleh laba rugi bagi dirinya sendiri.

2. Menurut Molengraaff Perusahaan harus mempunyai unsur–unsur terus menerus atau tidak terputus–putus, secara terang–terangan karena berhubungan dengan pihak ketiga, kualitas tertentu karena dalam lapangan perniagaan, menyerahkan barang–barang, mengadakan perjanjian–perjanjian perdagangan dan harus bermaksud memperoleh laba.

Selain itu menurut Ensikopledia Bebas Wikipedia, Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi.8

Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan Pasal 1 huruf b, Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang Perkembangan pengertian Perusahaan dapat dijumpai dalam Undang-Undang No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan. Mengenai Perusahaan lebih lanjut diatur dalam kedua Undang-Undang tersebut.

7 Prof.Drs.C.S.T. Kansil, S.H. Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum Dalam Hukum Ekonomi), Jakarta , 2005, hlm 67

8 Wikipedia, Perusahaan, Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan, diakses pada tanggal 12 Maret 2017.

(16)

didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.

Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan Pasal 1 angka 1, Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang-perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai Perusahaan jika memenuhi unsur-unsur di bawah ini:9

1. Bentuk usaha, baik yang dijalankan secara perseorangan atau badan usaha 2. Melakukan kegiatan ekonomi secara tetap dan terus menerus

3. Tujuannya adalah untuk mencari keuntungan atau laba

Dalam pelaksanaannya Perusahaan di Negara Kesatuan Republik Indonesia digolongkan menjadi dua, yaitu Perusahaan berbadan hukum dan Perusahaan tidak berbadan hukum. Perusahaan berbadan hukum meliputi:

1. Perseroan Terbatas (PT) 2. Yayasan

3. Koperasi

Sedangkan Perusahaan tidak berbadan hukum meliputi:

1. Persekutuan Perdata (Maatschap) 2. Persekutuan Firma (Fa)

3. Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap)

9 Zainal Asikin dan Wira Pria Suhartana, Pengantar Hukum Perusahaan, Jakarta, Kencana, 2016, hlm. 5

(17)

Keduanya dapat dibedakan melalui bentuk pertanggungjawaban Perusahaan atas gugatan dari pihak ketiga, di mana pada Perusahaan yang berbadan hukum dikarenakan adanya pemisahan harta kekayaan antara pendiri/pemilik dan harta kekayaan Perusahaannya maka pertanggungjawabannya sebatas pada harta yang terdapat dalam Perusahaan saja, sedangkan Perusahaan yang tidak berbadan hukum terdapat pencampuran harta pemilik dan harta Perusahaan sehingga pemilik dapat dimintai tanggungjawabnya sampai ke harta kekayaan pribadinya.10

Pengertian di atas menunjukkan adanya lima unsur dalam pengertian Perseroan Terbatas itu, yakni:

Hingga saat ini pengaturan mengenai Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPT 2007, menyebutkan bahwa Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

11

1. Perseroan Terbatas merupakan badan hukum

2. Perseroan Terbatas didirikan berdasarkan perjanjian 3. Perseroan Terbatas melakukan kegiatan usaha

4. Modal dasar Perseroan Terbatas terbagi dalam saham-saham 5. Perseroan Terbatas harus memenuhi persyaratan Undang-Undang

Perseroan Terbatas (PT) dikatakan Perusahaan berbadan hukum12

10 Rudhi Prasetya, Op.Cit., hlm. 5

11 Adib Bahari, Panduan Mendirikan Perseroan Terbatas, Jakarta, Pustaka Yustitia, 2013, hlm. 7

, dikarenakan Perseroan Terbatas (PT) merupakan organisasi yang teratur, memiliki

12 Badan hukum adalah suatu badan yang ada karena hukum, sebagai pendukung atau dilekati oleh kewajiban dan hak tertentu. Biasanya juga dikenal dengan istilah artificial person, maksudnya secara hukum dianggap seperti manusia yang bisa dimintai pertanggungjawabannya

(18)

kekayaan tersendiri, melakukan hubungan hukum, serta mempunyai tujuan tertentu. Hal ini berbeda dengan bentuk badan usaha lainnya, semisal Commanditaire Venootschap atau terkenal dengan istilah CV, Persekutuan, Firma (Fa), ataupun Usaha Dagang (UD). Perseroan Terbatas (PT) dalam kenyataannya dijalankan oleh organ-organ Perseroan (Direksi, Komisaris, dan Rapat Umum Pemegang Saham) yang bertindak secara hukum mewakili Perseroan Terbatas (PT) tersebut. Organ-organ Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari organ-orang yang cakap untuk bertindak hukum.13

Direksi sebagai salah satu organ Perseroan Terbatas (PT) merupakan organ Perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.14

bila melakukan perbuatan hukum (Adib Bahari, Panduan Mendirikan Perseroan Terbatas, Jakarta, Pustaka Yustitia, 2013, hlm. 7).

13 Ibid, hlm. 8

14 Pasal 1 angka 5 Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Dalam hal ini Direksi mempunyai tugas, wewenang, dan kewajiban yang tidak dimiliki oleh organ-organ lainnya.

Salah satu wewenang Direksi ialah mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Namun, seorang Direksi tidak berwenang mewakili Perseroan Terbatas apabila terjadi perkara antara Perseroan dengan Direksi yang bersangkutan serta anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan. Direksi tidak dapat mempertanggungjawabkan kerugian yang terjadi dalam suatu Perusahaan, dengan catatan Direksi tersebut dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah atas kerugian yang terjadi pada

(19)

Perusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Direksi dalam masalah-masalah tertentu tidak dapat dimintai pertanggungjawabannya.15

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis akan membahas mengenai Tinjauan Yuridis terhadap Tanggungjawab Direksi Sebagai Wakil dari Perusahaan dalam Melakukan Suatu Perbuatan Hukum (Studi di PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta).

Berdasarkan pemaparan latar belakang penulisan di atas, maka dapat disimpulkan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Apa saja masalah-masalah hukum yang dihadapi Direksi pada PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta?

2. Apa saja sebab-sebab yang menjadi penghalang pertanggungjawaban Direksi pada PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta?

3. Bagaimana tanggungjawab Direksi dalam menyelesaikan permasalahan hukum pada PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta?

4. Bagaimana akibat hukum Direksi terhadap pembatalan kontrak sepihak antara PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta dengan Perusahaan induk?

15 Pasal 99 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(20)

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa saja masalah-masalah hukum yang dihadapi Direksi pada PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta.

2. Untuk mengetahui apa saja sebab-sebab yang menjadi penghalang pertanggungjawaban Direksi pada PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta.

3. Untuk mengetahui bagaimana tanggungjawab Direksi dalam menyelesaikan permasalahan hukum pada PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta.

4. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum Direksi terhadap pembatalan kontrak sepihak antara PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta dengan Perusahaan induk.

D. Manfaat Penulisan

Dari penulisan skripsi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Secara Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pembangunan ilmu pengetahuan, sumbangan pemikiran, wawasan, dan informasi, serta memberikan tambahan literatur dan karya ilmiah di bidang hukum perdata secara umum, dan secara khusus di bidang hukum Perusahaan, yang berfokus pada tanggungjawab Direksi sebagai wakil dari Perusahaan dalam melakukan perbuatan hukum.

(21)

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat maupun Perusahaan agar dapat melakukan perbuatan hukum sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia dan tidak menyimpang dari aturan hukum yang telah ada.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, dengan cara menganalisis bahan hukum secara komprehensif baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang diperoleh penulis selama melakukan penelitian.

Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan normatif yaitu penelitian mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang- undanganan dan putusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yang mengungkapkan peraturan perundang-undanganan yang berkaitan dengan doktrin-doktrin hukum yang menjadi objek penelitian serta hukum dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat yang berkenaan dengan Perseroan Terbatas yang berfokus pada tanggungjawab Direksi sebagai wakil dari Perusahaan dalam melakukan perbuatan hukum.

(22)

3. Sumber Data a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.16

b. Data Sekunder

Dalam hal ini berupa data hasil wawancara dengan Ibu Erika sebagai Direktur dari PT.

Solusi Integrasi Utama Jakarta.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan perundang-undangan.17

1) Bahan Hukum Primer

Berikut ini merupakan data-data sekunder yang dapat digunakan:

Bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari peraturan perundang-undanganan yang terkait dengan objek penelitian.

Misalnya: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang- Undang Hukum Dagang, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah buku-buku dan tulisan-tulisan ilmiah yang terkait dengan Direksi yang berfokus pada tanggungjawab Direksi sebagai wakil dari Perusahaan dalam melakukan perbuatan hukum.

16 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hlm. 106

17 Ibid

(23)

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan bahan sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan sebagainya.

4. Metode Pengumpulan Data a. Metode Penelitian Kepustakaan

Data kepustakaan yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundang-undanganan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan Direksi yang berfokus pada tanggungjawab Direksi sebagai wakil dari Perusahaan dalam melakukan perbuatan hukum.

b. Metode Penelitian Lapangan

Data lapangan yang diperlukan sebagai data penunjang diperoleh melalui wawancara dengan Ibu Erika sebagai Direktur dari PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta.

5. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif terhadap data primer dan data sekunder. Deskriptif tersebut, meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna aturan hukum.

(24)

F. Keaslian Penulisan

Skripsi ini merupakan karya asli dari penulis. Setelah menelusuri kepustakaan banyak hasil penelitian tentang tanggungjawab Direksi, namun berdasarkan uji bersih yang dilakukan, penelitian dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggungjawab Direksi sebagai Wakil dari Perusahaan dalam Melakukan Perbuatan Hukum (Studi di PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta)”

hingga saat ini belum ada. Dengan demikian, keaslian judul penulis dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan judul di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara terdapat beberapa judul yang memiliki kesamaan dengan judul penulis, yaitu:

1. Nama : Meta Permata Sari NIM : 080200314

Judul : Tanggungjawab Direksi Perseroan Terbatas (PT) Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Studi Pada PT.

Indonesia Trading Company Medan).

2. Nama : Yahya Afrian Zein Harahap NIM : 110200440

Judul : Tanggungjawab Direksi PT. Daya Labuhan Indah Dalam Pemenuhan Jaminan Kematian Bagi Pekerja Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015

Walaupun terdapat kemiripan dengan beberapa judul beserta rumusan masalah yang di atas, namun terdapat perbedaan lokasi penelitian dan substansi pembahasan.

(25)

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, dan sitematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERUSAHAAN

Bab ini berisikan apa saja pengaturan mengenai Perusahaan dalam peraturan perundang-undanganan, ada berapa jenis-jenis Perusahaan, bagaimana kewenangan masing-masing organ dalam Perusahaan, dan apa hubungan Direksi dengan organ lainnya dalam Perusahaan.

BAB III DIREKSI SEBAGAI ORGAN DARI SUATU

PERUSAHAAN

Bab ini berisikan apa pengertian dan dasar hukum mengenai Direksi, apa saja persyaratan menjadi Direksi dalam Perusahaan, apa saja tugas, kewenangan, serta kewajiban Direksi dalam Perusahaan, dan bagaimana ketentuan mengenai pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian Direksi.

BAB IV TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNGJAWAB DIREKSI SEBAGAI WAKIL DARI PERUSAHAAN DALAM MELAKUKAN SUATU PERBUATAN HUKUM

Bab ini berisikan apa saja masalah-masalah hukum yang dihadapi Direksi pada PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta, apa sebab-sebab

(26)

yang menjadi penghalang pertanggungjawaban Direksi pada PT.

Solusi Integrasi Utama Jakarta, bagaimana tanggungjawab Direksi dalam menyelesaikan permasalahan hukum pada PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta, dan bagaimana akibat hukum Direksi terhadap pembatalan kontrak sepihak antara PT. Solusi Integrasi Utama Jakarta dengan Perusahaan induk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi ini. Berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi, dan saran yang merupakan suatu upaya yang diusulkan agar hal-hal yang dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat berguna.

(27)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PERUSAHAAN

A. Pengaturan mengenai Perusahaan dalam Peraturan Perundang- undangan

Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia terdapat beberapa pengaturan mengenai Perusahaan, yaitu:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Dalam Kitab Undang-Undang ini tidak menjelaskan secara rinci apa yang dimaksud dengan Perusahaan. Pada Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 diatur mengenai Perseroan Terbatas, namun pengaturan mengenai Perseroan Terbatas belum lengkap. Dikarenakan pengaturan mengenai Perusahaan dalam KUHD tidak lengkap dan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat maka ketentuan ini telah dicabut dengan adanya Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas jo Undang-Undang No. 40 Tahun 2007.

Hal ini ditegaskan pada bagian Ketentuan Penutup Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 yang menyebutkan bahwa dengan berlakunya undang-undang ini, Buku Kesatu Titel Ketiga Bagian Ketiga Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel, Staatslad 1847: 23) yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas berikut segala perubahannya, terakhir dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1971, dinyatakan tidak berlaku.

(28)

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan Dibentuknya Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan bertujuan untuk mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar dari suatu Perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas, data, serta keterangan lainnya tentang Perusahaan yang tercantum dalam Daftar Perusahaan dalam rangka menjamin kepastian berusaha.

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

Untuk menyederhanakan tata cara penyimpanan, pemindahan, pemusnahan, dan penyerahan dokumen Perusahaan, yang penting artinya bagi efisiensi kegiatan Perusahaan seperti diuraikan di atas, undang- undang ini memberikan wewenang kepada Perusahaan untuk melaksanakan penyimpanan, pemindahan, pemusnahan, dan penyerahan dokumen tersebut berdasarkan jadwal retensi baik menurut undang-undang ini maupun yang ditetapkan oleh pimpinan Perusahaan.

Dengan diberlakukannya ketentuan yang mengatur dokumen Perusahaan, maka pembuatan, penyimpanan, pemindahan, pemusnahan, dan penyerahan dokumen Perusahaan dapat dilakukan dengan sederhana, efektif, dan efisien dengan tidak mengurangi kepastian hukum dan tetap melindungi kepentingan para pihak dalam suatu hubungan hukum.

4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Dengan adanya UUPT 2007, maka Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dinyatakan tidak berlaku lagi. Sesuai dengan Ketentuan Penutup Pasal 159 yang menyebutkan bahwa peraturan

(29)

pelaksanaan dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan undang-undang ini. Dan pada Pasal 160 menyebutkan bahwa pada saat undang-undang ini mulai berlaku, Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 terdapat beberapa hal yang diatur mengenai Perseroan Terbatas, antara lain:

a. Pendirian, anggaran dasar dan perubahan angaran dasar, daftar Perseroan dan pengumuman

b. Modal dan saham

c. Rencana kerja, laporan tahunan, dan penggunaan laba d. Tanggungjawab sosial dan lingkungan

e. Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris f. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan pemisahan g. Pemeriksaan terhadap Perseroan

h. Pembubaran, likuidasi, dan berakhirnya status badan hukum Perseroan

i. Biaya dalam pengurusan pendirian PT

Perseroan Terbatas sebagaimana yang telah disebutkan dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas merupakan badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan

(30)

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham. Ciri khas dan keistimewaan suatu PT adalah:18

1. Merupakan bentuk persekutuan berbadan hukum 2. Merupakan perkumpulan modal/ saham

3. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan para perseronya 4. Pemegang saham memiliki tanggungjawab yang terbatas

5. Adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau Direksi

6. Memiliki Komisaris yang berfungsi sebagai pengawas

7. Kekuasaan tertinggi berada pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Perseroan Terbatas adalah persekutuan modal, yang oleh undang-undang diberi status badan hukum, oleh karena itu Perseroan Terbatas sering dimaknai sebagai:

1. Badan hukum yaitu subjek hukum yang mandiri (persona standi in judicio), maksudnya ialah badan hukum tersebut sebagai pemeran tunggal yang dianggap seperti manusia yang dapat melakukan perbuatan melawan hukum.

2. Wadah perwujudan kerja sama para pemegang saham, antara lain sebagai bentuk atau wujud dari kerja sama antara beberapa orang yang mendirikan Perusahaan tersebut yang tertuang dalam bentuk saham-saham.

Yang dimaksud dengan persekutuan modal, yaitu bahwa modal Perusahaan terbagi dalam sejumlah saham dan saham-saham juga dapat

18 Orinton Purba, Panduan Praktis Mendirikan Berbagai Badan Usaha (PT, CV, Firma, Yayasan, Koperasi), Jakarta, Raih Asa Sukses, 2015, hlm. 19.

(31)

dipindahtangankan. Mengenai pemindahan saham diatur lebih rinci dalam anggaran dasar Perseroan baik mekanisme maupun persyaratannya.19

Suatu Perseroan Terbatas didirikan berdasarkan akta pendirian Perseroan Terbatas dengan memuat anggaran dasar Perseroan Terbatas tersebut, anggaran dasar Perseroan Terbatas merupakan hukum positif dan oleh karena itu mengikat semua Pemegang Saham, Anggota Direksi, dan Anggota Dewan Komisaris, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 4 UUPT 2007 “terhadap Perseroan berlaku undang-undang ini, anggaran dasar Perseroan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya”. Berkaitan dengan isi Pasal 4 tersebut perlu diperhatikan bahwa dalam hal penyusunan anggaran dasar Perseroan terbatas tidak boleh ada bertentangan dengan Perseroan Terbatas maupun undang-undang lainnya, di dalam penjelasan Pasal 4 UUPT 2007 “berlakunya undang-undang ini, anggaran dasar Perseroan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan lain, tidak mengurangi kewajiban setiap Perseroan untuk menaati asas itikad baik, asas kepantasan, asas kepatutan, dan prinsip tata kelola Perusahaan yang baik/ Good Corporate Governance (GCG) dalam menjalankan Perseroan”.20

Akta pendirian Perseroan memuat anggaran dasar yang sekurang- kurangnya memuat:21

1. Nama dan tempat kedudukan Perseroan

2. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan 3. Jangka waktu berdirinya Perseroan

4. Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor

19 Hasim Purba, 2016, Perseroan Terbatas, Bahan Ajar, Medan: Program S1 Hukum.

20 Ibid.

21 Pasal 15 Undang-Undang No. 40 Tahun 20007 tentang Perseroan Terbatas.

(32)

5. Jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham

6. Nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris 7. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS

8. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris

9. Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen

Pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa dalam membuat akta pendirian. Untuk memperoleh keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan, pendiri bersama-sama mengajukan permohonan melalui jasa Teknologi Informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada Menteri dengan mengisi format tentang:22

1. Nama dan tempat kedudukan Perseroan 2. Jangka waktu berdirinya Perseroan

3. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan

4. Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor 5. Alamat lengkap Perseroan

Kekuatan mengikat anggaran dasar PT tidak dapat dikesampingkan oleh siapapun juga, sekalipun diambil keputusan oleh RUPS yang suara bulat yang dapat dilakukan dengan sah adalah merubah anggaran dasar sesuai dengan prosedur yang diatur dalam anggaran dasar yang bersangkutan. Perlu diperhatikan

22 Frans Satrio Wicaksono, Tanggungjawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris Perseroan Terbatas (PT), Jakarta, Visimedia, 2009, hlm. 44

(33)

bahwa perubahan anggaran dasar tersebut baru berlaku atau dapat dipakai secara sah apabila atau perubahan tersebut telah diperoleh persetujuan atau pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM.23

1. Nama Perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroan;

Dalam Pasal 21 ayat (1) UUPT 2007 disebutkan bahwa perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan Menteri. Adapun perubahan- perubahan anggaran dasar tertentu dimaksud meliputi:

2. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;

3. Jangka waktu berdirinya Perseroan;

4. Besarnya modal dasar;

5. Pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/atau

6. Status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau sebaliknya.

Untuk mendirikan suatu Perseroan Terbatas terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Syarat formil

Untuk mendirikan Perusahaan khususnya Perseroan Terbatas (PT) harus memenuhi persyaratan formal sebagaimana yang diatur dalam Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, antara lain :

a. Pendiri minimal 2 orang atau lebih (Pasal 7 ayat (1)) b. Akta Notaris yang berbahasa Indonesia

23 Ibid.

(34)

c. Setiap pendiri harus mengambil bagian atas saham, kecuali dalam rangka peleburan (Pasal 7 ayat (2) dan ayat (3))

d. Akta pendirian harus disahkan oleh Menteri kehakiman dan diumumkan dalam BNRI (Pasal 7 ayat (4))

e. Modal dasar minimal Rp. 50.000.000. dan modal disetor minimal 25% dari modal dasar (Pasal 32 dan Pasal 33)

f. Minimal 1 orang Direktur dan 1 orang Komisaris (Pasal 92 ayat (3) dan Pasal 108 ayat (3))

g. Pemegang saham harus WNI atau Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia, kecuali PT. PMA (Penanaman Modal Asing)

2. Syarat Materil

Selain itu terdapat pula persyaratan material berupa kelengkapan dokumen yang harus disampaikan kepada Notaris pada saat penandatanganan akta pendirian, antara lain:24

a. Kartu Tanda Penduduk (KTP) para Pendiri (calon pemegang saham minimal 2 (dua) orang dan bukan suami isteri) dan Kartu Keluarga (KK), khusus untuk jabatan Direktur/ Direktur Utama, baik asli maupun fotokopinya.

Kalau pendirinya cuma suami isteri (dan tidak pisah harta) maka, harus ada 1 (satu) orang lain lagi yang bertindak sebagai pendiri/

pemegang saham

24 Adib Bahari, Op.Cit., Hlm. 28

(35)

b. Keterangan Modal dasar dan Modal Disetor.

Untuk menentukan besarnya modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor ada tata cara dan strateginya. Karena semua itu tergantung pada jenis/ kelas Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang diinginkan. Perlu diketahui bahwa penentuan kelas SIUP bukan berdasarkan besarnya modal dasar, melainkan berdasarkan besarnya modal disetor ke kas Perseroan. Adapun jenis SIUP dan kriterianya sebagai berikut:

1) SIUP Kecil, modal disetornya sampai dengan 200 juta rupiah

2) SIUP Menengah, modal disetornya sampai antara 201 juta rupiah sampai dengan 500 juta rupiah

3) SIUP Besar, modal disetornya haruslah lebih besar dari 500 juta rupiah.

Menurut Irma Devita, besarnya modal disetor sebaiknya maksimum sampai dengan 50% (lima puluh persen) dari modal dasar untuk memberikan kesempatan bagi Perusahaan apabila sewaktu-waktu akan mengeluarkan saham dalam simpanan, tidak perlu meningkatkan modal dasar lagi. Namun demikian, tetap boleh juga modal dasar = modal disetor, disesuaikan dengan kebutuhan.25

c. Keterangan nama dan susunan Direksi dan Komisaris serta jumlah Dewan Direksi dan Dewan Komisaris.

25 Irma Devita dalam Adib Bahari, Ibid.

(36)

d. Jumlah saham yang akan diambil oleh masing-masing pendiri untuk Perseroan Terbatas yang akan didirikan. Hal ini untuk mengetahui struktur permodalan di Perseroan Terbatas tersebut nantinya. Misalnya: pendiri A = 25%, pendiri B = 50%, sedangkan pendiri C = 25%

Setelah dipenuhinya syarat formil dan materil maka langkah selanjutnya yaitu mengikuti prosedur ataupun tata cara pendirian Perseroan Terbatas, yaitu:26

1. Persiapan, antara lain: kesepakatan-kesepakatan/ perjanjian antara para pendiri (minimal dua orang atau lebih) untuk dituangkan dalam akta notaris sebagai akta pendirian

2. Pembuatan akta pendirian, yang memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian Perseroan, dilakukan dimuka notaris.

3. Pengajuan permohonan (melalui jasa TI dan didahului dengan pengajuan nama Perseroan)

Pengesahan oleh Menteri Hukum dan HAM (jika dikuasakan pengajuan hanya dapat dilakukan oleh notaris). Pengajuan diajukan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapi keterangan dengan dokumen pendukung

4. Jika permohonan sudah lengkap, Menteri langsung menyatakan tidak keberatan atas permohonan yang bersangkutan secara elektronik. Paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak pernyataan tidak keberatan, yang bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri dokumen pendukung, 14 (empat belas) hari kemudian Menteri

26 Zainal Asikin dan Wira Pria Suhartana, Op.Cit., hlm. 55 dan 56

(37)

menerbitkan keputusan pengesahan badan hukum Perseroan yang ditandatangani.

Akta pendirian tersebut telah diajukan kepada dan untuk disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Menkumham):

a. Perseroan Terbatas memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian disahkan oleh Menkumham

b. Direksi wajib mendaftarkan akta pendirian berikut pengesahannya dalam daftar Perusahaan sesuai dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan

5. Daftar Perseroan

Diselenggarakan oleh Menteri, dilakukan bersamaan dengan tanggal Keputusan Menteri mengenai Pengesahan Badan Hukum Perseroan, persetujuan atas perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan;

penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar yang tidak memerlukan persetujan; atau penerimaan pemberitahuan perubahan data Perseroan yang bukan merupakan perubahan anggaran dasar.

6. Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara RI

Pengumuman dalam TBNRI diselenggarakan oleh Menteri, antara lain:

a. Akta pendirian persreroan beserta keputusan Menteri tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan

b. Akta perubahan anggaran dasar beserta Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (1)

(38)

c. Akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya oleh Menteri

Sebelum mendirikan sebuah Perseroan Terbatas (PT), sangat diperlukan pembuatan kesepakatan antara para calon pendiri sebelum maju ke notaris.

Kesepakatan-kesepakatan ini nantinya akan dituliskan dalam akta pendirian di hadapan notaris. Hal-hal utama yang harus disepakati terlebih dahulu adalah sebagai berikut:27

1. Nama untuk PT yang akan didirikan 2. Jenis usaha PT yang akan didirikan

3. Besarnya modal dasar, modal ditempatkan/ dikeluarkan, dan modal disetor 4. Susunan atau nama calon anggota Direksi dan Komisaris PT, serta jangka

waktu masa jabatannya

5. Besarnya jumlah saham, nilai saham, dan besarnya bagian saham yang akan diambil bagian oleh masing-masing calon pendiri.

Adapun hal-hal lain dalam akta pendirian juga dapat ditentukan sebelumnya oleh calon pendiri. Misalnya, tentang kedudukan hukum Perseroan nantinya, ketentuan tambahan terkait Rapat Umum Pemegang Saham, atau bisa juga menentukan adanya tambahan tugas dan kewenangan Direksi, dan lain-lain yang akan dirinci di pembahasan akta pendirian. Khusus penggunaan nama PT yang akan didirikan, ada baiknya terlebih dahulu dilakukan pengecekan nama, dengan dibantu oleh notaris untuk mengecek nama PT apakah sudah digunakan oleh PT yang lain atau belum. Berdasarkan Pasal 5 PP No. 43 Tahun 2011 tentang

27 Adib Bahari, Op.Cit., hlm. 31-33

(39)

Tata Cara Pengajuan dan Pemakaian Nama Perseroan Terbatas, nama PT yang diajukan harus memenuhi persyaratan:

1. Ditulis dengan huruf latin

2. Belum dipakai secara sah oleh Perseroan lain atau tidak sama pada pokoknya dengan Nama Perseroan lain. Contohnya PT. Sampurna dengan PT. Sampoerna

3. Tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan.

Misalnya, menghina, jorok, dan melawan akal sehat (moral)

4. Tidak sama atau tidak mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari lembaga yang bersangkutan.

5. Tidak terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf yang tidak membentuk kata. Contohnya PT. KHS, PT. 146

6. Tidak mempunyai arti sebagai Perseroan, badan hukum, atau persekutuan perdata. Jadi tidak boleh misalnya nama PT cuma: Ltd, Co., Usaha Dagang (UD), Inc., Koperasi Usaha Dagang (KUD), Associate

7. Tidak hanya menggunakan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha sebagai Nama Perseroan. Contohnya PT. Pemborong, PT. Pengangkutan.

Kecuali ditambahi kata lain

8. Sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan, dalam hal maksud dan tujuan serta kegiatan usaha akan digunakan sebagai bagian dari Nama Perseroan.

Apabila nama PT yang diajukan nanti tidak memenuhi persyaratan di atas, maka permohonan akan ditolak. Sebagai tambahan, akan ditolak jika nama PT

(40)

tersebut hanya merupakan suatu tempat antara lain daerah, wilayah, atau negara.

Contoh: PT. Jakarta, PT. Indonesia, PT. Singapura.

B. Jenis-jenis Perusahaan

Setiap Perusahaan tentu semuanya tidak sama, oleh karenanya terdapat penggolongan dari Perusahaan tersebut kedalam jenis-jenis ataupun macam- macam Perusahaan yang ada di Indonesia berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Jenis Perusahaan dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Perusahaan berdasarkan lapangan usaha dan Perusahaan berdasarkan kepemilikan.28

1. Jenis-jenis Perusahaan berdasarkan lapangan usaha terdiri dari Perusahaan ekstraktif, Perusahaan agraris, Perusahaan industri, Perusahaan perdagangan dan Perusahaan jasa.

a. Perusahaan ekstraktif

Perusahaan ini merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang pengambilan kekayaan alam. Contohnya PT INCO (International Nickel Company) yang mengambil dan mengolah nikel dari alam di beberapa wilayah Indonesia, pengambilan hasil hutan, dan pengeboran minyak.

b. Perusahaan agraris

Perusahaan ini merupakan Perusahaan yang bekerja dengan cara mengolah lahan/ladang. Contohnya, Perusahaan yang berusaha di

28 Wikipedia, Perusahaan, Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan, diakses pada tanggal 12 Maret 2017.

(41)

bidang pertanian, perkebunan, perikanan darat, kehutanan, dan lain-lain.

c. Perusahaan industri

Perusahaan ini merupakan Perusahaan yang menghasilkan barang mentah dan setengah jadi menjadi barang jadi atau meningkatkan nilai gunanya. Contohnya PT Semen Tonasa dan PT Semen Cibinong yang mengolah batu gunung, gips, dan bahan lainnya menjadi semen.

d. Perusahaan perdagangan

Perusahaan ini merupakan Perusahaan yang bergerak dalam hal perdagangan. Contohnya pedagang pakaian, pedagang sayuran, dan sebagainya.

e. Perusahaan jasa

Perusahaan ini merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa. Contohnya Perusahaan pengangkutan, Perusahaan perhotelan, Perusahaan perbankkan, dan Perusahaan perasuransian.

2. Jenis-jenis Perusahaan berdasarkan kepemilikan terdiri Perusahaan negara, Perusahaan koperasi, dan Perusahaan swasta.

a. Perusahaan Negara

Perusahaan negara atau sering disebut dengan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) merupakan Perusahaan yang didirikan dan dimodali oleh negara

Menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, menyebutkan bahwa Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya

(42)

disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

Perusahaan BUMN terbagi menjadi:

1) Perusahaan Perseroan

Menurut Pasal 1 angka 2 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN menyebutkan bahwa Perusahaan Perseroan yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk Perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

Contohnya PT. Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero), PLN adalah BUMN yang bergerak, mengatur dan mengurusi tentang kelistrikan di indonesia.

2) Perusahaan Umum

Menurut Pasal 1 angka 4 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN menyebutkan bahwa Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan.

(43)

Contohnya Perum DAMRI (Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia), Damri adalah BUMN yang berfungsi untuk menyediakan jasa angkutan dan jasa dengan menggunakan kendaraan bermotor.

b. Perusahaan Koperasi

Perusahaan ini merupakan Perusahaan yang didirikan dan dimodali oleh anggotanya. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

c. Perusahaan Swasta

Perusahaan swasta atau sering disebut dengan BUMS (Badan Usaha Milik Swasta) merupakan Perusahaan yang didirikan dan dimodali oleh sekelompok orang dari luar Perusahaan.

Suatu Perusahaan swasta atau Perusahaan tertutup adalah sebuah Perusahaan bisnis yang dimiliki oleh organisasi non pemerintah atau sekelompok kecil pemegang saham atau anggota-anggota Perusahaan yang tidak menawarkan atau memperdagangkan saham Perusahaannya kepada masyarakat umum melalui pasar saham, namun saham Perusahaan ditawarkan, dimiliki dan diperdagangkan atau dibursakan secara swasta. Istilah yang kurang ambigu untuk

(44)

Perusahaan swasta adalah Perusahaan tak tersebut dan Perusahaan tak terdaftar.

Contohnya PT. XL Axiata, PT. Semen Gresik, PT. Sinarmas, PT.

Indosat tbk, PT. Holcim, PT. Indofood Makmur

Selain jenis-jenis Perusahaan tersebut di atas, adapula yang disebut dengan Perusahaan Induk dan Perusahaan Anak. Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak ada yang mengatur secara spesifik mengenai holding company atau parent company atau Perusahaan Induk maupun Perusahaan Anak atau subsidiary.

Berdasarkan Black’s Law Dictionary Pocket Edition, yang dimaksud dengan holding company adalah “a company formed to control other companies, usually confining its role to owning stock and supervising management”.

Kemudian Munir Fuady mengartikan holding company adalah suatu Perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham dalam satu atau lebih Perusahaan lain dan/atau mengatur satu atau lebih Perusahaan lain tersebut.29

Sedangkan Perusahaan Anak (subsidiary) adalah Perusahaan yang mempunyai hubungan khusus dengan Perseroan lainnya yang dapat terjadi karena:30

1. Lebih dari 50% (lima puluh persen) sahamnya dimiliki oleh induk Perusahaannya

2. Lebih dari 50% (lima puluh persen) suara dalam RUPS dikuasai oleh induk Perusahaannya

29 Munir fuady, 1999, Hukum Perusahaaan dalam Paradigma Hukum Bisnis, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm. 84.

30 Penjelasan Pasal 29 Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

(45)

3. Kontrol atas jalannya Perseroan, pengangkatan, dan pemberhentian Direksi dan Komisaris sangat dipengaruhi oleh induk Perusahannya.

Apa yang dikemukakan tersebut di atas masih dianggap relevan sebagai landasan untuk memahami dan menerapkan Perseroan Induk dan Perusahaan Anak.

Dalam rangka memanfaatkan prinsip limited liability atau pertanggungjawaban terbatas, sebuah Perusahaan dapat mendirikan Perusahaan Anak (subsidiary) untuk menjalankan bisnis Perusahaan Induk. Dengan demikian, sesuai dengan prinsip keterpisahan (separation) dan perbedaan (distinction) yang dikenal dengan istilah separate entity, maka asset Perusahaan Induk dengan Perseroan Anak terisolasi terhadap kerugian potensial yang akan dialami oleh salah satu diantara Perusahaan tersebut.31

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya Perusahaan Induk merupakan Perseroan yang memegang kendali atas Perseroan lain. Perusahaan Induk dalam hal ini berperan memberikan modal bagi Perseroan Anak dan berperan dalam mendirikan Perseroan Anak tersebut. Selain itu, dengan adanya Perusahaan Anak, jika terjadi sesuatu terhadap usaha yang dijalankan oleh Perusahaan Anak, maka Perusahaan Induk hanya bertanggungjawab sebatas saham yang dimilikinya di Perusahaan Anak, karena keduanya adalah entitas yang terpisah (separate entity).

31 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas. Sinar Grafika Jakarta, 2009, hlm. 49 dan 50

(46)

C. Kewenangan Masing-masing Organ dalam Perusahaan

Dalam suatu Perusahaan terdapat organ-organ yang menjadi bagian dari Perusahaan tersebut, yaitu:

1. Rapat Umum Pemegang Saham

Berdasarkan Pasal 1 angka 4 UUPT 2007, Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. Hal ini juga dipertegas dalam Pasal 75 UUPT 2007, RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. Kewenangan RUPS paling utama yang diberikan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 kepada RUPS adalah sebagai berikut:

a. Penetapan perubahan anggaran dasar (Pasal 19 ayat (1)) b. Pembelian kembali saham (Pasal 37 ayat (1))

c. Penetapan penambahan modal (Pasal 41)

d. Penetapan pengurangan modal (Pasal 44 ayat (1))

e. Pengajuan laporan tahunan dan pengesahan perhitungan tahunan (Pasal 66 ayat (1))

f. Penentuan penggunaan laba (Pasal 71 ayat (1))

g. Pengangkatan/ pemberhentian/ pembagian tugas dan wewenang Direksi dan Dewan Komisaris (Pasal 92 ayat (5), Pasal 94 ayat (1), Pasal 105, Pasal 109 ayat (2), dan Pasal 111 ayat (1))

h. Ketentuan tentang besarnya gaji dan tunjangan Direksi (Pasal 96)

(47)

i. Persetujuan pengalihan/ penjaminan kekayaan Perseroan (Pasal 102 ayat (1))

j. Persetujuan atas penggabungan, peleburan dan pengambilalihan (Pasal 102 ayat (3), Pasal 103 ayat (3) huruf b, Pasal 34 ayat (4) huruf b, Pasal 125 ayat (4) huruf b)

2. Dewan Komisaris

Berdasarkan Pasal 1 angka 6 UUPT 2007, Dewan Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.

Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada Dewan Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Dalam hal anggaran dasar menetapkan persyaratan pemberian persetujuan atau bantuan, tanpa persetujuan atau bantuan Dewan Komisaris, perbuatan hukum tetap mengikat Perseroan sepanjang pihak lainnya dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik.32

3. Direksi

Berdasarkan Pasal 1 angka 5 UUPT 2007, Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

32 Pasal 117 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(48)

Direksi mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan.

Dalam hal anggota Direksi terdiri atas lebih dari satu orang, yang berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar. Kewenangan Direksi untuk mewakili Perseroan sebagaimana dimaksud adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, anggaran dasar, atau keputusan RUPS. Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud ini tidak boleh bertentangan dengan ketentuan undang-undang ini dan/atau anggaran dasar Perseroan.33

Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perseroan apabila:34

1. Terjadi perkara di pengadilan antara Perseroan dan anggota Direksi yang bersangkutan;

2. Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan.

Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud di atas, yang berhak mewakili Perseroan adalah:

1. Anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan;

2. Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan; atau

3. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan.

33 Pasal 98 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

34 Pasal 99 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(49)

D. Hubungan Direksi dengan Organ Lainnya dalam Perusahaan

Dalam melaksanakan tugasnya tentu Direksi tidak semena-mena dapat melaksanakannya sendiri, untuk itu Direksi memerlukan persetujuan dari organ Perseroan Terbatas lainnya dalam mengambil suatu keputusan. Hubungan antara Direksi dengan organ lainnya dapat kita lihat dalam hal:

1. Hubungan antara Direksi dengan RUPS

Dalam praktik terdapat Pemegang Saham yang sekalius menjadi Direksi, namun fungsi Pemegang Saham dan fungsi Direksi dipisah secara tegas oleh undang-undang. Dengan dipisahkannya kedua fungsi itu, diharapkan kontinuitas jalannya Perseroan menjadi terjamin. Meskipun Pemegang Saham setiap waktu dapat berubah-ubah, akibatnya sahamnya dijual kepada pihak lain atau karena meninggal dunia dan sebagainya, tetapi dengan pemisahan itu, Direksi pada dasarnya tetap menjalankan Perseroan sebagaimana mestinya. Direksi atau Pemegang Saham masing-masing mempunyai kewenangan sendiri-sendiri yang dapat mereka lakukan secara mandiri dan untuk itu mereka juga mempunyai tanggungjawab sendiri- sendiri pula. Sekalipun demikian, kemandirian Direksi tidak menjadikan kekuasaaan Direksi dijalankan dengan tanpa batas. Direksi tidak boleh melakukan perbuatan sekehendaknya sendiri, walaupun itu dengan alasan untuk kepentingan sendiri.35

Pemegang Saham bukanlah organ Perseroan Terbatas, tetapi yang merupakan organ Perseroan Terbatas adalah RUPS. RUPS adalah organ Perseroan Terbatas yang merupakan wadah para Pemegang Saham

35 Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, hlm. 71

(50)

berwenang menjalankan dan mewujudkan hak-hanya. RUPS merupakan media bagi para Pemegang Saham mengetahui perkembangan dan kemajuan Perseroan Terbatas. Oleh karena itu, wajar jika Pemegang Saham diberi hak untuk meminta penyelenggaraan RUPS.36

Di dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas tidak terdapat ketentuan yang tegas mengenai batas-batas dan ruang lingkup kewenangan yang dapat dilakukan RUPS dari suatu Perseroan Terbatas, sehingga RUPS tersebut tidak dapat dikatakan sewenang-wenang tetapi dapat ditarik pedoman, sebagai berikut:37

a. RUPS tidak dapat mengambil keputusan yang bertentangan dengan hukum yang berlaku

b. RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang bertentangan dengan ketentuan dalam anggaran dasarnya

c. RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang bertentangan dengan kepentingan yang dilindungi oleh hukum dari stake holder, yaitu pemegang saham minoritas, karyawan kreditur, maupun masyarakat sekitar.

d. RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang merupakan kewenangan dari Direksi dan Dewan Komisaris, sejauh kedua organ tersebut tidak menyalahgunakan kewenangannya. Hal ini konsekuensi logis dari prinsip kewenangan residual dari RUPS.

36 Bonifasius Aji Kuswiratmo, Keuntungan dan Resiko Menjadi Direktur, Komisaris, dan Pemegang Saham, Visimedia, Jakarta, 2016, hlm. 143

37 Ibid, hlm. 142

(51)

Inti dari wewenang RUPS adalah keputusan-keputusan yang menyangkut struktur organisasi Perseroan Terbatas, serta hak dan kewajiban para Pemegang Saham. Sementara itu, yang menjadi wewenang Direksi dan Dewan Komisaris adalah apa saja yang tercakup dalam organisasi usaha Perseroan Terbatas yang dibuat untuk mencapai maksud dan tujuan Perseroan Terbatas.38

Jika kita lihat kembali kedudukan RUPS dalam hubungannya dengan kedudukan Direksi, betapa pentingnya kedudukan RUPS ini dalam struktur Perseroan Terbatas, hal ini dikarenakan Direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS.39

2. Hubungan antara Direksi dengan Dewan Komisaris

Hal ini disebutkan secara tegas dalam Pasal 94 ayat (1) UUPT 2007, yang menyatakan bahwa anggota Direksi diangkat oleh RUPS.

Menurut UUPT 2007, keberadaan Komisaris Perseroan adalah merupakan suatu keharusan. Terlebih lagi di dalam Perseroan yang bergerak di bidang pengerahan dana masyarakat, undang-undang mensyaratkan harus memiliki minimal 2 (dua) orang Komisaris. Dengan tugas sebagai pengawas kebijaksanaan Direksi serta memberikan nasihat kepada Direksi mengenai pelaksanaan tugas kepengurusan, maka terjadi interaksi antara tugas Direksi dan Komisaris pada saat sebelum dan sesudah menjalankan aktivitas Perusahaan. Direksi tidak dapat melaksanakan tugas sekehendak hatinya atau dengan sewenang-wenang karena Komisaris mengawasinya.

Sebaliknya, Komisaris dapat memberi nasihat kepada Direksi, tetapi tidak

38 Ibid

39 Agus Budiarto, Loc.Cit..

Referensi

Dokumen terkait

(5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua

Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of care) Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional yang

Segera setelah pembelahan im terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel-sel yang sama

Muhammadiyah Makassar. Faisal, Pembimbing II Irsan Kadir. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan instrument kunci adalah peneliti sendiri dan instrument

Menggunakan aplikasi INSYSPRO pengelolaan perusahaan klien dapat dilakukan hanya oleh beberapa orang SDM, karena sistem INSYSPRO ERP bersifat fleksibel dalam

kemampuan yang dimiliki karyawan diiringi dengan pemberian motivasi kerja yang cukup dari pimpinan perusahaan, maka karyawan tersebut diharapkan dapat menggerakkan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Bagaimanakah peningkatan keaktifan pada siswa kelas VII A

Ciamis 13021402010300 RAHMMAWATI TK AZ-ZAHRA Guru Kelas PAUD/TK 6 MENGULANG KE-2 URAIAN FIS.12.. PELAKSANAAN UJIAN: MINGGU, 15