• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DOSIS EFEKTIF ORGAN SENSITIVE TYROID DAN MATA PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI SKRIPSI KIKI RIZKY HIDAYAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS DOSIS EFEKTIF ORGAN SENSITIVE TYROID DAN MATA PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI SKRIPSI KIKI RIZKY HIDAYAT"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DOSIS EFEKTIF ORGAN SENSITIVE TYROID DAN MATA PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI

SKRIPSI

KIKI RIZKY HIDAYAT 170821006

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)

ANALISIS DOSIS EFEKTIF ORGAN SENSITIVE TYROID DAN MATA PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

KIKI RIZKY HIDAYAT 170821006

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(3)
(4)

PERNYATAAN

ANALISIS DOSIS EFEKTIF ORGAN SENSITIVE TYROID DAN MATAPADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 12 Desember 2019

Kiki Rizky Hidayat 170821006

(5)

ANALISIS DOSIS EFEKTIF ORGAN SENSITIVE TYROID DAN MATAPADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI

ABSTRAK

Sebuah penelitian telah dilakukan tentang pengukuran dosis efektif tiroid dan organ mata pada pemeriksaan mamografi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan dosis radiasi yang diserap oleh organ tiroid dan pemeriksaan mata Mamografi. Penelitian ini menggunakan TLD-100 sebagai alat ukur radiasi. Proses pengambilan data telah dilakukan di PramitaLaboratoriumKlinik, Medan dengan mengumpulkan lima data pasien untuk menjalani pemeriksaan radiologi Mamografi, penelitian ini dilakukan dengan meletakkan TLD-100 di setiap sisi organ tiroid dan mata untuk mengetahui nilai dosis radiasi yang terjadi. dalam pemeriksaan mamografi. Faktor eksposi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 29 kV dan 250 mA. Hasil penelitian ini diperoleh nilai dosis yang diserap oleh organ tiroid dan kurang dari batas nilai dosis yang ada yaitu 0,7 mSv, Untuk analis dosis ekuivalen pada pasien yang mendapat organ Mamografi cukup aman karena kurang dari nilai batas dosis standar yang ditentukan.

Kata kunci: dosis radiasi, kV,mamografi, TLD

(6)

ANALISIS DOSIS EFEKTIF ORGAN SENSITIVE TYROID DAN MATA PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI

ABSTRACT

A research has been done about the effective dose measurement of thyroid and eye organ on mammography examination. The aims of the research isto determine the radiation dose absorbed by the thyroid organ and eye examination Mammography. This research uses TLD-100 as a radiation measuring instrument. The data retrieval process has taken place in Pramita Laboratorium Clinic, Medan by collecting five of patients data to have Mammography radiology examination, the research is done by putting the TLD-100 in every side of thyroid organ and eye to know the value radiation dose which occurs in Mammography examination. Eksposi factors used in this study was 29 kV and 250 mA. The result of this research is obtained the value of the dose absorbed by the thyroid organ and less than the limit value of existing dose of 0,7 mSv, To analysts equivalent dose in patients who received organ Mammography is quite safe because less than the value standard dose limits specified.

Key words : radiation dose, mammography, kV, TLD

(7)

PENGHARGAAN

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

Tak lupa pula penulis mengirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan ke alam yang berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada, Mamaku sayang, syusanti yusuf, engkau ibu yang sangat luar biasa. Salah satu yang membuatku bersyukur di dunia adalah terlahir dari rahim sucimu. Doa-doa Mama lah yang membuatku dapat mengerti arti kehidupan. Semoga Allah memberi kesehatan dan kebahagiaan kepada Mama.

Maaf belum bisa menjadi anak yang sebaik yang mama inginkan. Ayahku tersayang, Drs. Amin Hidayat pahlawan yang luar biasa yang selalu memompaku untuk maju dan mengalahkan rasa takutku dan yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa, nasehat, dan motivasi hingga sampai detik ini penulis tetap kuat dan bersemangat dalam menyelesaikan studi.

Serta orang-orang yang mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Yth.Bapak Dekan Dr. Kerista Sebayang, MS beserta jajarannya di lingkungan FMIPA USU

2. Bapak Dr. Perdinan Sinuhaji, MS, sebagai ketua Departemen Fisika FMIPA USU selaku dosen penguji saya. Penulis sangat berterima kasih untuk setiap masukan, saran bahkan waktu yang senantiasa diberikan kepada penulis sampai pada akhir penyelesaian Skripsi ini.

3. Bapak Drs. Herli Ginting MS, selaku dosen pembimbing saya. Penulis sangat berterima kasih untuk setiap masukan, saran bahkan waktu yang senantiasa diberikan kepada penulis sampai pada akhir penyelesaian Skripsi ini.

4. Bapak Drs Aditia Warman, M.Si, sebagai selaku dosen penguji saya. Penulis sangat berterima kasih untuk setiap masukan, saran bahkan waktu yang

(8)

senantiasa diberikan kepada penulis sampai pada akhir penyelesaian Skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi S-1 Fisika Departemen Fisika FMIPA-USU.

6. Seluruh keluarga besar Laboratorium Klinik Pramita, yang telah memberikan ijin kepada saya untuk melakukan penelitian.

7. Seluruh keluarga besar RSAL Midiyato Suratani yang telah memberikan ijin dan mendukung serta memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini 8. Kepada abang saya fauzi ahmad dan kakak saya dian suraiya, yusniar triya,

serta sahabat-sahabat saya dimanapun kalian berada yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada saya

9. Kepada abang, kakak, adik dan teman-teman seperjuangan di S-1 Fisika Eks.

2017 terimakasih atas dorongan dan kesabaran kalian untuk menghadapi teman seperti saya ini.

Tak ada gading yang tak retak tak ada sesuatu yang sempurna, begitu juga dengan Tugas Akhir saya ini. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif guna perbaikan di masa mendatang. Dan berharap ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita.

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Qs.Al-Insyirah: 6) Medan, Desember 2019 Penulis

Kiki RizkyHidayat NIM 170821006

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN SKRIPSI i

PERNYATAAN ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

PENGHARGAAN v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1.Latarbelakang 1

1.2.RumusanMasalah 2

1.3.BatasanMasalah 3

1.4.TujuanPenelitian 3

1.5.ManfaatPenelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid 4

2.2 Anatomi dan fisiologi mata 5

2.3 Sinar – X 7

2.3.1 Produksi Sinar -X 7

2.3.2 Faktor yang mempengaruhi Kualitas Sinar-X 9

2.3.3 Grid 10

2.4 Mammography 11

2.4.1 Prosedur Pelaksanaan Mammografi 11

2.4.2 Kompresi Payudara 12

2.5 Thermoluminiscent Dosimeter (TLD) 13 2.6 Efek Sinar-X Terhadap Manusia 15

2.6.1 Efek Deterministik 15

2.6.2 Efek Sokastik 15

2.7 Dosis Radiasi 16

2.7.1 Paparan 16

2.7.2 Dosis Serap 16

2.7.3 Dosis Ekivalen 17

2.7.4 Dosis Ekivalen Efektive 17

2.7.5 Dosisi Efektif 18

(10)

2.7.6 Kolektif 19

2.8 Proteksi Radiasi 19

2.8.1 Proteksi Radiasi Terhadap Sumber Eksternal 19

2.9 Azaz Proteksi Radiasi 20

BAB 3 METODE PENELITIAN 21

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 21

3.2 Alat dan Bahan 21

3.3 Objek yang digunakan 22

3.4 Prosedur Kerja 23

3.4.1 Persiapan Pasien 23

3.4.2 Prosedur Pemeriksaan 23

3.4.3 Prosedur Penelitian 24

3.5 Alur Penelitian 25

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27

4.1 Hasil Pengukuran 27

4.2 Pembahasan 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 30

5.1. Kesimpulan 30

5.2. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 32

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor. Judul Halaman

Tabel

2.1 Faktor bobot untuk berbagai organ dan jaringan tubuh 18

3.1 Data Pasien 23

4.1 Data hasil pengukuran menggunakan TLD 26

4.2 Nilai dosis rata – rata yang diterima setiap pasien 28

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Halaman

Gambar

2.1 Mekanisme sintesis hormon tiroid 4

2.2 Anatomi Bola Mata 5

2.3. Lapisan pada Retina 6

2.4 Blok Diagram Sinar-X 9

2.5 Peletakan dan fungsi grid 11

2.6 Proyeksi Mediolateral Oblique (MLO) dan 13 Craniocaudal (CC) Projection

2.7 Proses kerja TLD 14

3.1 Pesawat mammografi Mammomat Balance 21 3.2 Pesawat Mammografi Mammomat Balance 22

3.3 Thermoluminiscent Dosimeter (TLD) 22

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. PERKA BAPETEN NO.8 Tahun 2011 Lampiran 2. Spesifikasi Pesawat Mammographi Lampiran 3. TLD Reader 6600 Plus

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kelenjar tyroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.Kelenjar ini dapat ditemui di bagian depan leher, sedikit di bawah laring.

Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap sensitive lainnya.

Thyroid mengeluarkan dua hormone penting, yaitu: Triodotironin dan Tiroksin. Hormon ini berfungsi mengatur laju sensitive dengan cara mengalir bersama darah dan memicu sel untuk mengubah lebih banyak glukosa. Jika Tiroid mengeluarkan terlalu sedikit Triodotironin dan Tiroksin (Hipotiridisme), maka tubuh akan merasa kedinginan, letih, kulit 14ensitive dan berat badan bertambah.

Sebaliknya jika terlalu banyak (Hipertiroidisme), tubuh akan berkeringat, merasa gelisah, tidak bisa diam dan berat badan akan berkurang. Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap.

Mata yanglebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.

Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk dengan 40 unsur utama yang berbeda 14ensit semua bagian inimemiliki fungsi penting dalam proses melihat kerusakan atau ketiadaan salah satu fungsi bagiannya saja akan menjadikan mata mustahil dapat melihat. Lapisan tembus cahaya dibagian depan mata adalah kornea, tepat dibelakangnya terdapat pupil, fungsi dari pupil sendiri adalah untuk mengatur intensitas cahaya yang masukke mata. Selain pupil ada juga bagian matayang disebut selaput pelangi, fungsinya adalah memberi warna pada mata, selaput pelangi jugadapat mengubah ukuran pupil secara otomati ssesuai kekuatan cahaya yang masuk, dengan bantuan otot yang melekat padanya (YudistirA R. 2012).

Mammografi adalah proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan sinar-X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv).Mammografi digunakan untuk melihat beberapa tipe tumor dan kista, dan telah terbukti dapat mengurangi mortalitas akibat kanker payudara.Selain mammografi, pemeriksaan payudara

(15)

sendiri dan pemeriksaan oleh dokter secara teratur merupakan cara yang efektif untuk menjaga kesehatan payudara. Beberapa Negara telah menyarankan mammografi rutin (1-5 tahun sekali) bagi perempuan yang telah melewati paruh baya sebagai metode screening untuk mendiagnosa kanker payudara sedini mungkin.

Sebagaimana penggunaan sinar-X lainnya, mammogram menggunakan radiasi ion untuk menghasilkan gambar. Radiologi kemudian menganalisa gambar untuk menemukan adanya pertumbuhan yang abnormal. Walaupun teknologi mammografi telah banyak mengalami kemajuan dan inovasi,ada komunitas medis yang meragukan penggunaan mammografi karena tingkat kesalahan yang masih tinggi Sensitive radiasi yang digunakan dapat menimbulkan bahaya.Jaringan apabila terkena radiasi sinar-X, akan menyerap sensitive radiasi dan akan menimbulkan ionisasi atom-atom. Ionisaisi tersebut dapat menimbulkan perubahan kimia dan biokimia yang pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan biologis. Kerusakan sel yang terjad iitu dapat berupa kerusakan kromosom, mutasi,perlambatan pembelahan sel dan kehilangan kemampuan untuk berproduksi. Organ tyroid dan mata merupakan salah satu organ kritis yang berada di dekat mammae sehingga berisiko menerima paparan radiasi. Pada penelitian ini akan diteliti dosis efektif yang terserap pada organ tyroid dan mata pada pemeriksaan mammografi dikarenakan organ tersebut sangat sensitive terhadap radiasi, maka di perlukan adanya penelitian terhadap nilai dosis serap radiasi hambur yang dikenai organ tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas timbul permasalahan sebagai berikut :

1. Adanya komunitas medis yang meragukan penggunaan mammografi karena tingkat kesalahan yang masih tinggi sensitive radiasi yang digunakan dapat menimbulkan bahaya.

2. Pada penelitian ini akan diteliti dosis efektif yang terserap pada organ tyroid dan mata pada pemeriksaan mammografi dikarenakan organ tersebut sangat sensitive terhadap radiasi

1.3 Batasan Masalah

(16)

Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti dibatasi sesuai dengan judul yang diajukan “Analisis Dosis Efektif Organ Sensitive Thryoid dan Mata Pada Pemeriksaan Mammographi ”. Penelitan ini difokuskan untuk meneliti dosis efektif yang terserap pada organ thyroid dan mata pada pemeriksaan mammographi dengan menggunakan alat yang disebut Thermoluminiscent Dosimeter (TLD).

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian berdasarkan latar belakang diatas adalah:

1. Untuk mengetahui dosis efektif organ sensitive thyroid dan mata pada pemeriksaan mammographi

2. Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan terhadap organ sensitive thyroid dan mata pada pemeriksaan mammographi

3. Untuk mengetahui cara kerja alat TLD pada organ sensitive thyroid dan mata pada pemeriksaan mammographi

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah:

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada radiografer agar lebih akurat dalam pemberian dosis kepada pasien.

2. Untuk menjamin kualitas Thermoluminiscent Dosimeter (TLD) masih bekerja secara optimal.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher dan terdiri atas sepasang lobus di sisi kiri dan kanan. Terletak di leher dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kelenjar ini tersusun dari zat hasil sekresi bernama koloid yang tersimpan dalam folikel tertutup yang dibatasi oleh sel epitel kuboid. Koloid ini tersusun atas tiroglobulin yang akan dipecah menjadi hormon tiroid (T3 dan T4) oleh enzim endopeptidase. Kemudian hormon ini akan disekresikan ke sirkulasi darah untuk kemudian dapat berefek pada organ target.

Gambar 2.1 Mekanisme sintesis hormon tiroid

Mekanisme sekresi hormon tiroid sendiri diatur oleh suatu axis hipothalamus- hipofisis-tiroid. Hipotalamus akan mensekresikan Thyroid Releasing Hormon (TRH) yang akan merangsang hipofisis untuk mengeluarkan Thyroid Stimulating Hormon (TSH). Kemudian TSH merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid. Hormon tiroid terutama dalam bentuk T3 dan T4. Biosintesis hormon tiroid terbagi dalam beberapa tahap : a. Tahap trapping; b.

Tahap oksidasi, c. Tahap coupling; d. Tahap penimbunan atau storage; e.

Tahap deyodinasi, f. Tahap proteolisis, g. Tahap sekresi.

(18)

2.2 Anatomi dan fisiologi mata

Mata adalah suatu organ yang rumit dan sangat berkembang yang peka terhadap cahaya. Mata dapat melewatkan cahaya dengan bentuk dan intensitas cahaya serta warna dalam keadaan yang sempurna. Dengan kandungan yang kuat dan kenyal untuk mempertahankan bentuknya, mata juga dilindungi oleh struktur tulang yang bersifat protektif dan letaknya disebut dengan orbit. Selain itu, mata juga memiliki lensa yang merupakan suatu lapisan berisi sel peka cahaya yang dapat memfokuskan bayangan. Pada mata juga terdapat sel dan saraf yang berfungsi untuk mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke otak. Terdapat 3 lapisan yang melengkung pada mata yaitu lapisan terluar yang terdiri dari kornea dan sklera, lapisan tengah yang terdiri dari koroid, badan silier dan iris yang disebut juga lapisan vaskuler, dan lapisan dalam yang terdiri dari

jaringan saraf, retina.

Gambar 2.2 Anatomi Bola Mata

Lensa pada mata yang disebut juga lensa kristalin merupakan suatu struktur bening yang ditahan pada tempatnya oleh suatu ligamen yang berbentuk sirkuler yang dinamakan lens suspensory ligament (Zonula). Zonula ini melekat pada bagian yang menebal pada badan koroid yang berisi serat otot sirkuler dan longitudinal untuk menebalkan dan memipihkan lensa. Didepan lensa juga memiliki suatu struktur yang berpigmen dan tidak tembus cahaya yang disebut iris.

Iris ini memiliki serat otot sirkuler dan serat otot radial.

(19)

Diantara kornea dan lensa terdapat ruangan berisi cairan bening yang dihasilkan oleh badan silier disebut Aqueous humor. Cairan ini mengalir melalui pupil dan merupakan sumber nutrisi kornea dan lensa. Sirkulasi cairan ini melalui canal of Schlemm yang terdapat diantara iris dan kornea. Selain ruangan di diantara kornea dan lensa terdapat juga ruangan diantara lensa dan retina dimana ruangan tersebut diisi oleh cairan bersifat gelatin yang bening disebut vitreous humor.

Pada retina terdapat 2 lapisan yaitu pigmented layer dan neural layer.

Pada pigmented layer terdapat sel epitel yang mengandung melanin yang terletak antara koroid dan bagian saraf dari retina dimana merupakan pemberi warna pada retina dan membantu untuk menyerap cahaya. Kemudian pada neural layer, terdapat beberapa sub lapisan sebelum suatu cahaya bisa berubah menjadi impuls yang kemudian akan dikirim ke akson saraf optik. Sub lapisan yang terdapat pada lapisan neural yaitu: photoreceptor layer, bipolar cell layer dan ganglion cell layer. Pada photoreceptor layer terdapat sel kerucut, sel batang, sel bipolar, sel ganglion dan amakrin.

Setiap sel pada photoreceptor layer memiliki kerja yang berbeda. Sel batang sangat sensitif terhadap cahaya yang berguna untuk penglihatan saat malam hari.

Sel kerucut memberikan penglihatan warna dimana stimulasi sel ini dapat menyebabkan persepsi dari berbagai warna. Sel bipolar berfungsi untuk menghubungkan sinaps dari sel batang dan sel kerucut. Sel amakrin berfungsi untuk menginhibisi hubungan antara sel batang dan sel kerucut dengan sel ganglion.

Selain itu, sel amakrin juga berguna untuk meningkatkan sensitivitas dari retina.

Gambar 2.3 Lapisan pada Retina

(20)

2.3 Sinar-X

Adalah salah satu bentuk radiasi elektromagnetik yang sejenis dengan radio, panas, cahaya sinar ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek sehingga dapat menembus benda-benda. Karena sinar – x memiliki energy yang lebih tinggi dari pada cahaya tampak, maka sinar x dapat menembus tubuh manusia.

Sinar X ditemukan oleh sarjana fisika berkebangsaan Jerman yaituW. C.

Rontgen tahun 1895. Setelah itu, sinar x mengalami perkembangan penggunaan untuk pencitraan medis sampai sekarang. Bahkan nama penemunya sering digunakan untuk menyebut sinar x sebagai rontgen. Dengan menggunakan alat dan teknik yang tepat, sinar x dapat menghasilkan gambaran stuktur dalam tubuh untuk memeriksa penyakit atau masalah lainyang ada dalam tubuh manusia. Jadi sinar x merupakan alat diagnostic penyakit pasien, bahkan sinar x dapat untuk memandu secara langsung (real-time guided) pengobatan pada pasien.

2.3.1 Produksi Sinar

Pada aplikasinya, penciptaan sinar-X tak lagi mengandalkan mekanisme tabung crookes, melainkan dengan menggunakan pesawat sinar-X modern.

Pesawat sinar-X modern pada dasarnya membangkitkan sinar-X dengan membombardir target logam dengan elektron berkecepatan tinggi.

Elektron yang berkecepatan tinggi tentunya memilikienergi yang tinggi, dan karenanya mampu menembus elektron-elektron orbital luar pada materi target hingga menumbuk elektron orbital pada kulit (terdekat dengan inti).Elektronyang tertumbuk akan terpental dari orbitnya, meninggalkan hole pada tempatnya semula. Hole yang ditinggalkannya itu akan diisi oleh elektron dari kulit luar dan proses itu melibatkan pelepasan foton (cahaya elektromagnetik) dari elektron pengisi tersebut. Foton yang keluar itulah yang kemudian disebut sinar-X, dan keseluruhan proses terbentuknya sinar-X melalui mekanisme tersebut disebut mekanisme sinar-X karakteristik.

Adapun mekanisme lain yang mungkin terjadi adalah emisi foton yang dialami oleh elektron cepat yang dibelokkan oleh inti atom target atas konsekuensi dari interaksi coulomb antara inti atom target dengan elektron cepat. Proses

(21)

pembelokkan ini melibatkan perlambatan dan karenanya memerlukan emisi energi berupa foton.

Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang didalamnya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda / filamen tabung Roentgen dihubungkan ke transformator filamen. Transformator filamen ini akan memberi supply sehingga mengakibatkan terjadinya pemanasan pada filamen tabung Rontgen, sehingga terjadi thermionic emission, dimana electron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya, sehingga terjadi elektron bebas dan terbentuklah awan elektron.

Anoda dan katoda dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi 10 kV-150 kV. Primer HTT diberi tegangan AC(bolak-balik) maka akan terjadi garis-garisgaya magnet (GGM) yang akan berubah-ubah bergantung dari besarnya arus yang mengalir. Akibat dari perubahan garig-garis gaya magnet ini akan menyebabkan timbulnya gaya gerak listrik(GGL) pada kumparan sekunder, yang besarnya tergantung dari setiap perubahan fluks pada setiap perubahan waktu (E = -d Φ / dt). Dari proses ini didapatkanlah tegangan tinggi yangakan disuplay ke elektroda tabung Roentgen.

Elektron-elektron bebas yang ada disekitar katoda akan ditarik menuju anoda, akibatnya terjadilah suatu loop (rangkaian tertutup) maka akan terjadi arus elektron yang berlawanan dengan arus listrik yang kemudian disebut arus tabung.

Pada saat yang bersamaan, electron-elektron yang ditarik ke anoda tersebut akan menabrak anoda dan ditahan. Jika tabrakan elektron tersebut tepat di inti atom disebut peristiwa breamstrahlung dan apabila menabraknya dielektron dikulit K, disebut karakteristik. Akibat tabrakan maka terjadi hole-hole karena electron- elektron yang ditabrak tersebut terpental. Hole-hole ini akan diisi oleh electron- elektron lain.Perpindahan elektron ini akan menghasilkan suatu gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya berbeda-beda. Gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,1 –1 A° inilah yang kemudian disebut sinar X atau sinar Roentgen (Tjokronegoro A. 1982).

(22)

Gambar 2.4 Blok Diagram Sinar-X.

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Sinar-X

Dalam produksi sinar-X dikenal istilah kualitas, dan kuantitas. Kualitas sinar-x adalah kemampuan sinar-X untuk menembus objek, semakin besar energi maka semakin besar kemampuan sinar-X menembus objek. Kuantitas adalah jumlah foton yang terdapat dalam penyinaran. Kualitas dan kuantitas sinar-X dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu:

Tegangan tabung (kV/kilovolt) yang digunakan. Tegangan tabung memperlihatkan maksimum energi yang dimiliki oleh sinar-X. Semakin besar tegangan yang digunakan semakin besar kemampuan sinar-X dalam menembus objek, semakin kecil tegangan tabung digunakan maka kemampuan sinar-X dalam menembus objek akan berkurang .

Waktu penyinaran (s atau second) adalah besaran yang memperlihatkan waktu yang dibutuhkan saat terjadinya sinar-X. Bersama dengan mA membentuk nilai mAs yang mencerminkan jumlah atau kuantitas sinar-X yang dihasilkan.

Semakin besar waktu yang diberikan akan berdampak pada semakin besar nilai densitas pada film rontgen

Arus tabung (mA) yang digunakan. Pada produksi sinar-X nilai mA ini sebanding dengan nilai elektron yang mengalir dari katoda ke anoda persatuan waktu. Dengan meningkatkan nilai mA pada nilai penyinaran akan meningkatkan jumlah atau kuantitas sinar-X, yang akan berdampak pada semakin besar nilai densitas pada film rontgen.

(23)

Penggunaan filter pada tabung rontgen. Filter adalah suatu materi yang diletakkan antara target dengan objek sinar-X, yang berfungsi sebagai penahan sekaligus penyaring untuk sinar-X yang memiliki energi rendah. Dengan demikian maka filter berpengaruh pada kualitas dan kuantitas sinar-X yang dihasilkan.

Berpengaruh pada kuantitas dikarenakan filter mengurangi jumlah foton yang berenergi rendah dengan cara menahan foton tersebut. Berpengaruh pada kualitas maksudnya sinar-X atau foton yang mampu melewati filter akan menjadi lebih homogen dengan energi yang tinggi saja.

2.3.3 Grid

Grid merupakan salah satu alat yang efektif untuk mengarahkan radiasi scatter (hambur) agar tidak sampai ke film rontgen di bidang radiografi. Grid radiografi terdiri dari serangkaian strip foil timbal (Pb) yang dipisahkan oleh celah dari strip timah . Bahan dari grid ini dapat berupa kertas atau aluminium, tapi dalam grid modern biasanya dari serat karbon, dan strip timah hitam (Pb).

Grid erat kaitannya dengan radiasi primer yang berasal dari tabung sinar- X yang akan mengenai suatu bahan atau materi. Apabila radiasi primer ini mengenai bahan seperti tubuh pasien maka radiasi hambur (sekunder) akan muncul dari berbagai titik dari pasien dan akan meliputi dari segala arah. Inilah yang sebagian besar diserap oleh timah (grid) dan hanya sejumlah sinar-X yang lewat dan sampai ke film.

Pada saat mengambil gambar radiografi, semua sinar primer jatuh pada jaringan yang terlewati. Beberapa sinar ada yang dapat melewati jaringan, beberapa sinar terrefleksikan dalam berbagai tingkatan ketebalan jaringan dan sinar yang tertinggal terabsorbsi oleh jaringan. Sinar yang terrefleksikan menyebabkan radiasi yang terpecah. Radiasi yang terpecah tersebut jatuh ke film bersamaan dengan sinar primer menghasilkan gambar yang buram pada film.

Untuk menghindari pemecahan sinar inilah diperlukan sebuah alat yang dinamakan grid. Penggunaan grid diperlukan untuk jaringan dengan ketebalan 11 cm. Grid ditempatkan diantara bagian yang terekspose pada kaset

(24)

Gambar 2.5 Peletakan dan fungsi grid 2.4 Mammography

Mammografi adalah proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan sinar-X dosis rendah. Mammografi digunakan untuk melihat beberapa tipe tumor dan kista, dan telah terbukti dapat mengurangi mortalitas akibat kanker payudara.

Selain mammografi, pemeriksaan payudara sendiri dan pemeriksaan oleh dokter secara teratur merupakan cara yang efektif untuk menjaga kesehatan payudara.

Beberapa negara telah menyarankan mammografi rutin (1-5 tahun sekali) bagi perempuan yang telah melewati paruh baya sebagai metode screening untuk mendiagnosa kanker payudara sedini mungkin.

Mammografi merupakan pemeriksaan paling utama untuk melakukan deteksi kanker payudara pada stadium awal. Meskipun hasil dari mammografi tidak 100% akurat,namun mammografi merupakan metode terbaik untuk mendeteksi kanker payudara.

2.4.1 Prosedur Pelaksanaan Mammografi

Pasien berdiri di depan mesin sinar x khusus mammografi. Orang yang mengambil foto rontgen, disebut Radiografer, meletakkan payudara Anda (satu per satu) diantara dua bidang plastik (Tempat Kaset dan Alat Kompresi). Bidang ini kemudian menekan payudara untuk meratakannya. Anda akan merasakan tekanan padapayudara selama beberapa detik.Ini akan membuat merasa tidak nyaman. Anda mungkin merasa diperas atau dijepit. Tetapi, semakin rata payudara Anda, makinbaik gambarnya. Paling sering dua gambar diambil darimasing-

(25)

masing payudara,satu dari samping dan satu dari atas. Mammogram skrining memakan waktu sekitar 15 menit dari awal sampai akhir.

2.4.2 Kompresi Payudara

Kompresi payudara adalah faktor penting dalam optimalisasi mammografi.

Dan itumerupakan hal yang wajib dilakukan dalam pemeriksaan mammografi.

Adapun yang perlu diperhatikan juga dalam hal pengkompresian objek mammae adalah keadaan fisik pasien. Manfaat dari kompresi antara lain :

a. Menurunkan ketebalan mammae sehingga menghasilkan dosis radiasi yanglebih rendah, waktu paparan yang lebih pendek dan radiasi hambur yanglebih sedikit sehingga kontras yang dihasilkan menjadi lebih tinggi b. Ketebalan jaringan yang lebih seragam sehingga menghasilkan rentang

paparan yang lebih kecil

c. Peningkatan tampilan struktur jaringan dikarenakan oleh penyebaran jaringan d. Peningkatan ketajaman gambar dan mengurangi faktor magnifikasi

(perbesaran).

e. Menjaga payudara agar tetap stabil untuk meminimalkan kekaburan image (citra karena pergerakan (moving).

Jenis – jenis proyeksi yang digunakan adalah :

 Craniocaudal (CC) Projection

Craniocaudal projection harus menunjukkan bagian medial dari payudara dan sebayak mungkin bagian lateral dari payudara. Tampilan proyeksi CC yang benarseperti tampak pada Gambar 2.4. dapat menunjukkan otot pektoral pada pinggiran posterior dari payudara, mengindikasikan bahwa payudara sudah diposisikan sejauh mungkin

 Mediolateral Oblique (MLO) Projection

Mediolateral oblique projection adalah tampilan yang paling baik untuk menggambarkan semua jaringan payudara dan otot pektoral. Tabung sinar X harus diputar 45° seperti tampakpada gambar 2.4. Pada kebayakan wanita, kaset diposisikan pararel dengan otot pektoral. Sudutnya dapat diatur tergantung tinggi badan dan berat badan pasien yang akan diperiksa (Pravasani A. 2012).

(26)

Gambar 2.6 Proyeksi Mediolateral Oblique (MLO) dan Craniocaudal (CC) Projection

2.5 Thermoluminiscent Dosimeter (TLD)

Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor yang digunakan ini adalah kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya bahan LiF. Proses yang terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi adalah proses termoluminisensi. Senyawa lain yang sering digunakan untuk TLD adalah CaSO4.Dosimeter ini digunakan selama jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan, baru kemudian diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang telah diterimanya. Pemrosesan dilakukan dengan memanaskan kristal TLD sampai temperatur tertentu, kemudian mendeteksi percikan-percikan cahaya yang dipancarkannya. Alat yang digunakan untuk memproses dosimeter ini adalah TLD reader.Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah terletak pada ketelitiannya. Selain itu, ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan setelah diproses kristal TLD tersebut dapat digunakan lagi. Cara kerja TLD adalah TLD menggunakan bahan aktif berupa kristal padat yang disebut bahan fosfor. Bahan fosfor ini nantinya akan memancarkan cahaya ketika diberi panas. Intensitas luminisensi sebanding dengan energi radiasi pengion yang diserap oleh bahan fosfor. Di dalam bahan fosfor, terdapat dua aktivator yang bekerja yaitu:

a. Perangkat untuk elektron dan “lubang” yang bisa menangkap dan mempertahankan pembawa muatan dalam sebuah sumur potensial elektrik untuk jangka waktu yang panjang.

b. Pusat Luminisensi, terletak di perangkap elektron dan lubang yang

(27)

akan memancarkan cahaya ketika elektron dan lubang diperbolehkan untuk rekombinasi pada pusatnya.

Gambar 2.7 Proses kerja TLD

Pada gambar diatas dapat dilihat bagaimana proses termoluminisensi pada bahan fosfor TLD. Bagian A (bagian kiri) menunjukkan proses ionisasi yang terjadi pada bahan fosfor. Elektron yang berada pada pita valensi (valence band) bermigrasi pada perangkap elektron yang terletak di pita konduksi (conduction band). Tempat yang kosong di pita valensi kemudian diisi oleh “lubang”. Lubang masuk di perangkap lubang yang terletak pada pita valensi.

Pada suhu yang terjadi selama proses iradiasi, misalnya suhu ruang, harusnya perangkap pada bahan fosfor cukup dalam untuk menahan elektron dan lubang agar tidak rekombinasi hingga periode waktu yang cukup lama. Bagian kanan (bagian B) menunjukkan proses saat bahan fosfor dipanaskan. Karena kedalaman perangkap elektron relatif lebih kecil dari pada perangkap lubang, maka elektron terlebih dahulu terlepas dari perangkap dan pita konduksi menuju ke lubang yang terletak di pita valensi. Elektron dan lubang kemudian rekombinasi sambil memancarkan foton cahaya. Elektron kemudian memasuki pita valensi dan menempati perangkap lubang. Bila ada iradiasi, elektron akan bermigrasi dan siklus di atas akan kembali terjadi secara terus menerus hingga iradiasi selesai..

(28)

Pembacaan nilai hasil Thermoluminiscent Dosimeter (TLD) dilakukan di BPFK. Kemudian hasilnya dibuat tabel untuk dianalisa yang kemudian akan digunakan untuk membandingkan nilai dosis serap dengan standar yang berlaku.

Pemeriksaan Mammografi menggunakan tegangan tabung 29 kV biasanya disebut dengan teknik standar atau teknik tegangan rutin. Dalam penelitian ini hendak diperoleh dosis radiasi yang terserap oleh organ mata dan thyroid untuk di amati denagn dosis toleransi yang berlaku untuk kedua organ tersebut dan Thermoluminiscent Dosimeter (TLD) sebagai alat untuk mengetahui nilai dosis serap yang terjadi selama pemeriksaan berlangsung (Sofyan H, Akhadi M, Prasetio H, Budiantari CT, Nuraeni N. 2012).

2.6 Efek Sinar-X Terhadap Manusia 2.6.1 Efek Deterministik

Efek Deterministik ( efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi.

Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan diatas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.

2.6.2 Efek Stokastik

Efek stokastik dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel-sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau

(29)

transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang sama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima.

Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan mewariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan- bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat meningkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu. Respon dari berbagai jaringan dan organ tubuh terhadap radiasi pengion sangat bervariasi.

Selain bergantung pada sifat fisik radiasi juga bergantung pada karakteristik biologi dari sel penyusun (Dhahryan AM. 2009).

2.7 Dosis Radiasi 2.7.1 Paparan

Paparan pada mulanya merupakan besaran untuk menyatakan intensitas sinar-X yang dapat menghasilkan ionisasi di udara dalam jumlah tertentu.

Berdasarkan defenisi tersebut, maka paparan (X) dapat dirumuskan dengan:

X = dQ /

dm………..(1)

Dengan dQ adalah jumlah muatan elektron yang timbul sebagai akibat interaksi anrata foton dengan atom-atom udara dalam volume udara bermassa dm.

Besaran paparan ini mempunyai satuan Coulomb per kilogram-udara (C/kg) dan diberi nama khusus roentgen, disingkat R.

2.7.2 Dosis Serap (D)

Dosis serap sebagai jumlah energi yang diserahkan oleh radiasi atau

(30)

banyaknya energi yang diserap oleh bahan persatuan massa bahan itu. Jadi dosis serap merupakan ukuran banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi pengion kepada medium. Untuk keperluan proteksi radiasi digunakan untuk menyatakan dosis rata-rata pada suatu jaringan. Satuan yang digunakan satuan baru, yaitu gray (Gy) dimana:

1 gray (Gy) = 1

joule/g……….(2)

Dengan demikian dapat diperoleh hubungan: 1 gray = 100 Rad Besaran dosis serap ini berlaku semua jenis bahan yang dikenainya.

2.7.3 Dosis Ekivalen (H)

Dosis ekuivalen pada prinsipnya adalah dosis serap yang diberi bobot, yaitu dikalikan dengan faktor bobotnya. Faktor bobot radiasi ini dikaitkan dengan kemampuan radiasi dalam membentuk pasangan ion persatuan panjang lintasan, semakin banyak pasangan ion yang dapat dibentuk persatuan panjang lintasan, semakin besar pula nilai bobot radiasi itu. Dosis ekuivalen dalam organ T yang menerima penyinaran radiasi R (HT.R) ditentukan melalui persamaan:

HT.R = WR .

DT.R………...……….(3)

Dengan DT.R adalah dosis serap yang dirata-ratakan untuk daerah organ atau jaringan T yang menerima radiasi R, sedang WR adalah faktor bobot dari radiasi R. Satuan untuk dosis ekuivalen adalah rem, kemudian diganti menjadi sievert (Sv), dimana 1 Sv = 100 rem

2.7.4 Dosis Ekivalen Efektif (E)

Dosis efektif adalah besaran dosis yang memperhitungkan sensitifitas organ/jaringan. Tingkat kepekaan organ/jaringan tubuh terhadap efek stokastik akibat radiasi disebut faktor bobot organ/jaringan tubuh (Wt) . Dosis efektif merupakan hasil perkalian dosis ekivalen dengan faktor bobot jaringan/organ.

Pada penyinaran seluruh tubuh sedemikian sehingga setiap organ menerima dosis ekivalen yg sama,ternyata efek biologi pada setiap organ tersebut. Efek radiasi yg diperhitungkan adalah efek stokastik. Besaran dosis yg memperhitungkan sensitivitas organ disebut dosis ekivalen efektik (E) Tingkat kepekaan organ

(31)

terhadap efek stokastik akibat radiasi disebut faktor bobot organ tubuh (Wr) (Compagnone G, Pagan L dan Bergamini C. 2005).

Tabel 2.1 Faktor bobot untuk berbagai organ dan jaringan tubuh

(Sumber : ICRP No 60 (1990))

Keterangan :

Wt : Bobot organ

*Nilai Wt menurut SK No 01/Ka.BAPETEN/ V-1999

*Nilai Wt menurut ICRP No 60 (1990) 2.7.5 Dosis Efektif

Hubungan antara peluang timbulnya efek biologi tertentu akaibat penerimaan dosis ekuivalen pada suatu jaringan juga bergantung pada organ atau jaringan yang tersinari. Untuk menunjukkan keefektifan radiasi dalam menimbulkan efek tertentu pada suatu organ diperlukan besaran baru yang disebut besaran dosis efektif. Besaran ini merupakan penurunan dari besaran dosis ekuivalen yang dibobot. Dosis efektif dalam organ T, HE yang

(32)

menerima penyinaran radiasi dengan dosis ekuivalen, HT ditentukan melalui persamaan :

HE = WT .

HT……….(4)

ICRP melalui publikasi ICRP Nomor 60 Tahun 1990 menetapkan nilai WT yang dikembangkan dengan menggunakan “manusia acuan” dengan jumlah yang sama untuk setiap jenis kelamin dan mencakup rentang umur yang cukup lebar (Krane, Kenneth, 1992).

2.7.6 Koleltif

Dosis kolektif adalah dosis ekivalen atau dosis efektif yang digunakan apabila terjadi penyinaran pada sejumlah besar populasi peduduk. Penyinaran ini biasanya muncul akibat kecelakaan nuklir atau kecelakaan radiasi. Simbol besaran untuk dosis kolektif adalah ST dengan satuan sievert-man (Sv-man).

Dosis ekivalen/dosis efektif yg dipergunakan apabila terjadi penyinaran pada sejumlah besar populasi (penduduk). Penyinaran ini biasanya muncul apabila terjadi kecelakaan nuklir/radiasi. Dalam hal ini perlu diperhitungkan distribusi dosis radiasinya dan distribusi populasi yg terkena penyinaran.

2.8 Proteksi Radiasi

Tujuan dari kesselamatan radiasi ini adalah mencegah terjadinya efek deterministik yang membahayakan dan mengurangi terjadinya efek stokastik serendah munkin

2.8.1 Proteksi Terhadap Sumber Eksternal

Bahaya radiasi dari sumber-sumber eksternal ini dapat dikendalikan dengan tiga prinsip dasar proteksi radiasi, yaitu:

a. Pengaturan waktu

Pekerja radiasi yang berada di dalam medan radiasi akan menerima dosis radiasi yang besarnya sebanding dengan lamanya pekerja tersebut berada di dalam medan radiasi. Semakin lama seseorang

(33)

berada di tempat itu, akan semakin besar dosis radiasi yang diterimanya, demikian pula sebaliknya.

b. Pengaturan jarak

Faktor jarak berkaitan erat dengan fluks radiasi. Fluks radiasi pada suatu titik akan berkurang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik tersebut dengan sumber radiasi.

c. Penggunaan perisai radiasi

Pengaturan waktu dan jarak kerja tidak mampu menekan penerimaan dosis oleh pekerja di bawah nilai batas dosis yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, dalam penanganan sumber-sumber beraktivitas tinggi ini juga diperlukan perisai radiasi. Sifat dari bahan perisai radiasi ini harus mampu menyerap energi radiasi atau melemahkan intensitas radiasi (Akhadi, Mukhlis. Drs. 2000)

2.9 Azas Proteksi Radiasi

Untuk mencapai tujuan proteksi radiasi, yaitu terciptanya keselamatan dan kesehatan bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan, maka dalam falsafah proteksi radiasi diperkenalkan tiga azas proteksi radiasi yaitu : (Bidang Fisika Dasar, (2006).

Azas jastifikasi atau pembenaran. Azas ini menghendaki agar setiap kegiatan yang dapat mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian yang cukup mendalam dan diketahui bahwa manfaat dari kegiatan tersebut cukup besar dibandingkan dengan kerugian yang dapat ditimbulkan.

1. Azas optimasi. Azas ini menghendaki agar paparan radiasi yang berasal dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Azas ini juga dikenal dengan sebutan ALARA atau As Low As Reasonably Achieveble.

2. Azas Pembatasan Dosis Perorangan. Azas ini menghendaki agar dosis proteksiradiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas dosis yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Klinik Pramita pada tanggal 04 Maret – 04 Mei 2019. Pesawat sinar-X yang dipergunakan adalah pesawat Sinar-X mammografi dengan merek siemens dengan tipe XM12, pesawat jenis ini digunakan khusus untuk pemeriksaan mamografi.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Pesawat Sinar-X Mammografi

b. Thermoluminiscent Dosimeter (TLD)

c. Pasien dengan ketebalan Mammaae yang berbeda

Gambar 3.1 Pesawat mammografi Mammomat Balance

(35)

Gambar 3.2 Pesawat Mammografi Mammomat Balance Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Pesawat Mammografi Mammomat Balance

Merk : Siemens

Tipe : XM12

No. Tube : 60D082

Kondisi Maksimum : 35 kv, 640 mAs

Gambar 3.3 Thermoluminiscent Dosimeter (TLD) 3.3 Objek Yang Digunakan

Objek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pasien dengan pemeriksaan mamografi.

(36)

3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Persiapan Pasien

Persiapan pasien adalah sebagai berikut :

a. Informasikan yang jelas tentang pelaksanaan pemeriksaan b. Ganti pakaian dengan yang telah disediakan

c. Menjauhi benda opaque pada daerah mammae 3.4.2 Prosedur Pemeriksaan

Objek dalam penelitian ini yaitu pasien wanita berjumlah 5 orang dengan range umur 40-50 tahun dan berat +/- 50 kg. Berikut data pasien untuk penelitian ini :

Tabel 3.1 Data pasien

NO UMUR BERAT BADAN

1 45 TAHUN 57 Kg

2 47 TAHUN 56 Kg

3 46 TAHUN 55 Kg

4 50 TAHUN 55 Kg

5 48 TAHUN 60 Kg

6 41 TAHUN 57 Kg

7 43 TAHUN 53 Kg

8 46 TAHUN 57 Kg

9 44 TAHUN 56 Kg

10 42 TAHUN 58 Kg

Prosedur pemeriksaan pasien adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Pemeriksaan Pasien yang akan menjalani pemeriksaan disiapkan terlebih dahulu lalu masing-masing pasien di tempelkan Thermoluminiscent Dosimeter (TLD) disekitar leher dan mata.

2. Pengaturan posisi pasien dalam melakukan pemeriksaan, maka posisi pasien perlu diatur sedemikian rupa,sehingga memudahkan pelaksanaanpemeriksaan pada bagian yang diperlukan.Posisi pasien merupakan letak atau kedudukan pasien secara keseluruhan dalam suatu penyinaran. Posisi pasien ini bervariasi bergantung dari jenis pemeriksaan

(37)

yang diminta, salah satu contoh yaitu proyeksi mediolateral (MLO) craniocaudal (CCL).

3. Pengaturan faktor exposure Faktor exposure atau penyinaran terdiri dari tegangan tabung (kV), arus (mA) dan waktu penyinaran (s). Pengaturan faktor exposure ini terdapat di control table pesawat mammografi .

4. Mencatat faktor eksposi dan posisi yang diberikan pada pasien.

3.4.3 Prosedur Penelitian

Penelitian yang bersifat eksperimental dimana peneliti melakukan eksperimen langsung untuk mengukur dosis serap radiasi organ thyroid dan mata pada pemeriksaan Mammografi. Pada penelitian ini menggunakan pesawat mammografi merk Siemens yang ada di Ruangan Radiologi Laboratorium Klinik Pramita Medan. Alat ini Telah dikalibrasi dan untuk memperkirakan dosisradiasi yang diterima dari sumber radiasi digunakan 40 buah TLD-100. Serta bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 pasien yang disiapkan untuk pemeriksaan mammografi sebagai objek penelitian. Pesawat mammografi merk Siemens yang ada di Ruangan Radiologi Laboratorium Klinik Pramita Medan dengan no tipe XM12 memiliki kapasitas maximal 35 kv, 640 mAs seperti Gambar 1 dan untuk TLD nya dapat dilihat pada gambar 3. Data yang akan dianalis adalam penelitian ini adalah hasil analisis danpengukuran dosis radiasi yang terserap oleh Thermoluminiscent Dosimeter (TLD) terhadap nilai dosis radiasi pada pasien pemeriksaan Mammografi dengan mengukur nilai dosis radiasi yang tertera pada Thermoluminiscent Dosimeter (TLD). Kemudian, pengukuran nilai dosis serap dilakukan dengan proses pembacaan hasil Thermoluminiscent Dosimeter (TLD) dengan menggunakan TLD reader khusus untuk pembacaan nilai hasil Thermoluminiscent Dosimeter (TLD), TLD reader mengubah intensitas cahaya menjadi sinyal yang diukur dengan ukuran satuan nC (nano coulomb).Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali proses untuk TLD.

Pengukuran pertama adalah membaca intensitas termoluminisensi total,sedangkan pengukuran kedua adalah membaca intensitas termoluminisensi latar. Intensitas termoluminisensi bersih merupakan hasil pengurangan intensitas termoluminisensi total dengan intensitas latar.

(38)

3.5 Alur Penelitian

Kesimpulan Pengaturan Faktor Expose Persiapan Alat dan Bahan

MULAI

Pengaturan Posisi Pasien

Mencatat dan Menganalisa Data

SELES AI

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengukuran

Adapun hasil pengukuran dengan menggunakan TLD sebanyak 40 pecies dan 10 orang pasien dengan umur, berat badan dan faktor expose yang berbeda, Pengukuran dilakukan terhadap organ sensitive dimana TLD diletakkan diantara kedua mata dan tyroid. Setelah diakukan ekspose TLD dibaca dengan TLD reader kemudiandiperoleh hasil dosis masing-masing setiap organ seperti ditunjukkan pada table :

Tabel 4.1 Data hasil pengukuran menggunakan TLD

No Proyeksi

Organ Sensitive

Faktor Expose Dosis Radiasi (mSv)

KV mAs

1 MLO

Mata

21 320

0,0003

Tiroid 0,0007

CCL

Mata

21 320

0,0001

Tiroid 0,0005

2 MLO

Mata

23 320

0,0004

Tiroid 0,0008

CCL

Mata

23 320

0,0006

Tiroid 0,0010

3 MLO

Mata

25 320

0,0009

Tiroid 0,0140

CCL

Mata

25 320

0,0008

Tiroid 0,0130

4 MLO

Mata

28 320

0,0022

Tiroid 0,0046

CCL

Mata

28 320

0,0007

Tiroid 0,0056

(40)

5 MLO

Mata

24 320

0,0006

Tiroid 0,0078

CCL

Mata

24 320

0,0042

Tiroid 0,0186

6 MLO

Mata

27 320

0,0003

Tiroid 0,0007

CCL

Mata

27 320

0,0006

Tiroid 0,0009

7 MLO

Mata

22 320

0,0004

Tiroid 0,0008

CCL

Mata

22 320

0,0006

Tiroid 0,0010

8 MLO

Mata

24 320

0,0009

Tiroid 0,0140

CCL

Mata

24 320

0,0008

Tiroid 0,0130

9 MLO

Mata

26 320

0,0022

Tiroid 0,0046

CCL

Mata

26 320

0,0007

Tiroid 0,0056

10 MLO

Mata

29 320

0,0006

Tiroid 0,0078

CCL

Mata

29 320

0,0042

Tiroid 0,0186

(41)

4.2 Pembahasan

Adapun dosis rata-rata yang diperoleh dari setiap organ untuk semua pasien dengan faktor ekspose yang berbeda ditunjukkan pada table dibawah ini :

Tabel 4.2 Nilai dosis rata – rata yang diterima setiap pasien No Organ Sensitive Dosis Radiasi Dosis Radiasi

Rata – Rata (mSv) 1

Mata 0,0003

0,0005

Tiroid 0,0007

2

Mata 0,0006

0,0007

Tiroid 0,0009

3

Mata 0,0004

0,0006

Tiroid 0,0008

4

Mata 0,0006

0,0008

Tiroid 0,0010

5

Mata 0,0009

0,0074

Tiroid 0,0140

6

Mata 0,0008

0,0069

Tiroid 0,0130

7

Mata 0,0022

0,0084

Tiroid 0,0046

8

Mata 0,0007

0,0031

Tiroid 0,0056

9

Mata 0,0006

0,0042

Tiroid 0,0078

10

Mata 0,0042

0,0114

Tiroid 0,0186

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa nilai hasil dosis efektif yang terpapar pada sekitar organ mata dan

(42)

Tyroid baik pada proyeksi Medio lateral Obelique hingga proyeksi cranio caudal didapat hasil yang beragam antara 0,0005 mSv hingga 0,0114 mSv. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan dosis toleransi yang ditetapkan oleh PERKA BAPETEN NO.8 Tahun 2011 maka nilai ratarata tersebut dikategorikan masih dalam batas toleransi aman bagi masyarakat umum. Dari hasil nilai tersebut diketahui bahwa nilai dosis efektif yang terpapar pada organ mata proyeksi medio lateral obelique didapatkan ratarata nilai dosis efektif adalah 0,001 mSv.

Kemudian pada organ mata proyeksi cranio caudal didapatkan nilai rata-rata dosis efektif adalah 0.001 mSv, serta pada organ tyroid proyeksi medio lateral obelique didapatkan nilai rata-rata dosis efektif adalah 0,005 mSv . Dan pada organ tyroid proyeksi cranio caudal didapatkan nilai ratarata dosis efektif yang terpapar adalah sebesar 0,007 mSv. Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai rata –rata dosis efektif yang terpapar dikategorikan masih dibawah dari standar yang ada yaitu Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv (lima belas mili sievert) serta untuk semua organ (tyroid) adalah sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) untuk masyarakat umum dalam hal ini adalah pasien. Hasil tersebut merupakan standar dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 (PERKA BAPETEN NO 8 2011).

Dalam hasil tersebut didapatkan nilai dosis efektif yang cenderung kecil dikarenakan dosis yang dihasilkan merupakan hasil ketika sinar-X menembus objek jadi hasil dosis yang tertera kecil, karena sinar X-Ray sendiri memiliki sifat yaitu apabila menembus objek akan mengalami atenuasi (pelemahan) sehingga hasil nilai dosis efektif setelah menembus objek terserap oleh objek sebagian dan sinar-X yang menembus objek nilainya menjadi lebih kecil. Penggunaan faktor eksposi harus menghasilkan penerimaan dosis radiasi pada pasien yang seminimal mungkin sesuai dengan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achieveble), pemanfaatan sumber radiasi selalu menghendaki adanya penerimaan dosis yang serendah mungkin terhadap pasien, pekerja radiasi maupun masyarakat . Jadi bisa dikatakan penggunaan faktor eksposi yang tidak terlalu besar dapatkan hasil dosis efektif yang lebih kecil, tetapi dalam aplikasinya tidak dianjurkan menggunakan faktor eksposi yang lebih kecil lagi dikarenakan akan mempengaruhi hasil gambaran radiograf yang kurang baik dan tidak efektif dalam memberikan

(43)

informasi medik. Jadi dianjurkan untuk pemerikssaan radiologi Mammografi disarankan lebih baik menggunakan faktor eksposi sekitar 27 – 30 kV dan 250 mA. Jadi berdasarkan hasil penelitian tersebut bisa didapatkan kesimpulan bahwa untuk pemeriksaan mammografi di instalasi radiologi pramita masih dinyatakan aman untuk masyarakat umum. Dikarenakan penggunaan sinar-X bersifat berbahaya sehingga pada pemeriksaan radiologi Mammografi bisa sesuai dengan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achieveble).

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan :

1. Nilai dosis efektif yang terserap oleh organ tyroid pada pemeriksaan mammografi di Instalasi Radiologi Pramita Laboratorium Klinik yang menggunakan proyeksi rutin craniocaudal (CCL) dan mediolateral obelique (MLO) diketahui bahwa nilai dosis ekivalen efektif yang terpapar pada organ tyroid proyeksi medio lateral obelique didapatkan rata-rata adalah 0,005 mSv. Pada organ tyroid proyeksi cranio caudal didapatkan nilai ratarata adalah 0,007 mSv. Hasil tersebut jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan dosis toleransi yang ditetapkan oleh PERKA BAPETEN NO.8 Tahun 2011.

2. Nilai dosis efektif radiasi yang terserap oleh organ mata pada proyeksi medio lateral obelique didapatkan rata-rata adalah 0,001 mSv. Pada organ mata proyeksi cranio caudal didapatkan nilai rata-rata adalah 0,001 mSv.

Hasil tersebut jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan dosis toleransi yang ditetapkan oleh PERKA BAPETEN NO.8 Tahun 2011.

3. Semakin jauh jarak dari sumber radiasi maka paparan radiasi semakin kecil dan semakin tinggi faktor eksposi maka semakin besar jumlah paparan radiasi yang diterima pasien.

5.2 Saran

1. Sebaiknya dalam proses pengambilan x-ray mammografi, dianjurkan untuk memakai thyroid shield atau kaca mata PB untuk melindungi pasien dari adanya radiasi hamburan sehingga tiroid dan mata dapat terlindungi dan meminimalisir efek yang ditimbulkan oleh paparan radiasi.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

YudistirA R. 2012. Evaluasi Fungsi Kelenjar Tiroid. Jakarta.

Tjokronegoro A. 1982. Imunologi Diagnostik dan Terapi. Depok Jawa Barat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pravasani A. 2012. Pengaruh Radioterapi Area Kepala dan Leher Terhadap Ph Saliva. Skripsi. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Sofyan H, Akhadi M, Prasetio H, Budiantari CT, Nuraeni N. 2012. Uji Karakteristik Dosimeter TL LiF:MG,Cu,P dan Dpsimeter OSL dan Pengembangan Metode Audit Dosimeter Fasilitas Radiologi untuk Peningtkatan Layanan dan Keselamatan Pasien Anak. Jakarta: Batan.

Dhahryan AM. 2009. Pengaruh Teknik Tegangan Tinggi terhadap Entrasce Skin Exposure (ESE) dan Laju Paparan Radiasi Hambur pada Pemeriksaan Abdomen. Berkala Fisika.

Compagnone G, Pagan L dan Bergamini C. 2005. Comparison of Six Phantoms for Entrance Skin Dose Evaluation in 11 Standard X-Ray Examinations.

Journal of Applied Clinical Medical Physics.

Krane, Kenneth. Fisika Modern (terjemahan oleh Hans. J. Wopspakirk dan Sofia Niksolihin), Penerbit Uninersitas Indonesia, Salemba 4, Jakarta 10430 (1992)

Akhadi, Mukhlis. Drs. 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: PT. Renika Cipta Bidang Fisika Dasar, (2006), “Fisika Dasar ” Universitas Hasanuddin Makassar

PERKA BAPETEN NO 8 2011 Tentang Keselamatan Radiasi dalam penggunaan pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional.

(46)

Lampran 1

PERKA BAPETEN NO.8 Tahun 2011

(47)

Lampiran 2

Spesifikasi Pesawat Mammographi

(48)
(49)
(50)
(51)
(52)

Lampiran 3

TLD reader 6600 Plus

(53)

Gambar

Gambar 2.1 Mekanisme sintesis hormon tiroid
Gambar 2.2 Anatomi Bola Mata
Gambar 2.3 Lapisan pada Retina
Gambar 2.4 Blok Diagram Sinar-X.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Memasuki bulan Agustus 2012, di mana ekonomi global masih menunjukkan kondisi risk on, investor yang memiliki horison waktu investasi jangka panjang disarankan untuk

Terlihat pada gambar 4 bahwa efisiensi pemanasan mempunyai kecenderungan rendah pada awal pemanasan karena pada awal pemanasan banyak panas yang hasilkan oleh proses

Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh waktu pemeraman dengan penambahan kadar kapur pada tanah lempung ekspansif terhadap nilai CBR desain. Dari hasil

Permasalahan yang dialami oleh CV Panghegar Mitra Abadi adalah produktivitas alat serta waktu hambatan yang terjadi pada crushing plant.. Pada saat ini produksi batu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh DPPKAD adalah 1) Pengelolaan aset bergerak yang selama ini dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Sifat termodinamika yang yang dipelajari adalah perubahan energi bebas Gibbs pencampuran (ΔG mix ), perubahan entropi pencampuran (ΔS mix ), perubahan entalpi pencampuran

Model Cox Proportional Hazard (Cox PH) adalah model regresi pada analisis survival yang dapat digunakan untuk melihat pengaruh kovariat terhadap waktu survival dari individu

Sadikin Bandung dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan sangat baik.. serta peduli terhadap kesehatan